Tumgik
#Qori
azuldoodles · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Too shy
758 notes · View notes
strawberryangel6667 · 1 month
Text
Tumblr media
" im Lovin' a hurricane "
Qori , she is a blind ex voleybal player , one day trying to help Arlo , with a photography job, discovers that she wants to be a model.
Arlo belongs to @azuldoodles
31 notes · View notes
chakapriambudi · 5 months
Text
Shared Session Murotal
Shared Sessions Jika anda membutuhkan rekaman suara Qori/Qoriah membacakan surat pendek dari Al-qur’an, mungkin shared sessions bisa menjadi solusinya. pada sesi ini artinya anda berbagi slot waktu bersama klien kami yang lainnya. Dalam sekali sesi rekaman kami biasanya menghabiskan waktu 3 jam. dalam 1 jam kami dapat menghasilkan rekaman suara dengan durasi 10 menit atau satu surat pendek.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pyetjeweb · 9 months
Text
"Arrin një pikë ku tensionet brenda shoqërisë bëhen të papërballueshme dhe prej ku zë fill një periudhë gjatë së cilës këto kontradikta, shpërthejnë."
Tumblr media
0 notes
drfm-me · 9 months
Text
Qori Hatmalina Caleg Tomboy, Bikin Caleg Incumbent Ketar Ketir
dapurremaja| Sawangan Qori Hatmalina Calon Legislatif (Caleg) Partai Gerindra Dapil 6 Cipayung, Sawangan, Bojongsari mendapat perhatian khusus dikalangan masyarakat, meskipun dirinya adalah sosok yang baru di politik. Continue reading Untitled
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pzhgenggong · 10 months
Text
KH. Muammar Z.A Sihir Para Hadirin Haul dengan Suara Emasnya
GENGGONG – Qori’ ternama tanah air, KH. Muammar Z.A memberikan suara emasnya kepada para hadirin saat menghadiri Haul Al-Marhum Al – Arif Billlah KH. Hasan Saifourridzal ke- 33, Senin, (19/06) Malam. Seakan tersihir, para hadirin khusu’ dan larut dalam lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Qori’ asal Pemalang, Jawa Tengah tersebut. KH. Muammar Zainal Asyikin, 77 tahun, sosok…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
maitsafatharani · 1 year
Text
Menghadirkan Rasa
Sebuah paragraf di buku yang sedang kubaca, menjadi sangat menarik perhatian. Berikut kutipannya.
Iseng membaca - dengan kata lain, membaca karena suka saja, mungkin berdampak lebih besar terhadap hidup anak daripada yang kita sangka. Bagi banyak orang di antara kita, buku yang kita baca atas pilihan sendiri merupakan yang paling melekat di benak kita. Ternyata, buku tidak lagi terkesan ajaib begitu tercantum di bacaan wajib atau silabus guru. Tindakan memilih buku sendiri dan membacanya semata-mata karena kita suka bisa membuahkan dampak yang signifikan. - Sarah Mackenzie, The Read Aloud Family
Disini penulis mengemukakan pendapat, kenapa membaca karena rasa suka lebih berdampak daripada membaca karena tujuan tertentu yang ingin diperoleh (misal, membaca untuk tugas di sekolah).
Dalam hal ini, aku tidak terlalu sepakat dengan kata-kata, "buku tidak lagi terkesan ajaib begitu tercantum di daftar bacaan wajib atau silabus buku.". Karena bagaimana pun cara hadirnya buku di hidup kita, baik melalui proses yang menyenangkan maupun tidak, tergantung kemudian kita menyikapinya. Buku-buku itu akan tetap terasa ajaib, kok. Tinggal bagaimana setiap orang menemukan cara untuk menyukai aktivitas membaca.
Nah, dan ini yang penting. Aku menyetujui premis: untuk bisa merasakan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan, butuh menghadirkan rasa suka membaca terlebih dulu. Dan rasa suka itu yang biasanya, agak sulit (meski bisa) ditumbuhkan dengan keterpaksaan. Karena bagi sebagian orang, keterpaksaan bisa menimbulkan trauma tertentu. Jika ini dalam konteks membaca, akan berujung menganggap membaca adalah aktivitas yang sangat membebani.
Tentang menghadirkan 'rasa' suka ini, membuatku terkoneksi dengan hal-hal lain di luar membaca. Aku jadi teringat akan sesuatu.
Bertahun-tahun lalu, sebuah status line (zaman kuliah dulu status line ini sempat hits wkwk) menarik perhatianku. Ditulis dalam status tersebut, tentang bagaimana cara untuk menyukai murottal Al Quran.
Menarik, pikirku. Aku merasa membutuhkan life hack nya. Jujur, aku bukan penikmat murottal ataupun senandung sholawat sebagai pemuas auditoriku. Meskipun kuakui, mendengarkan murottal itu rasanya menyejukkan, tapi aku tidak sampai di tahap 'suka'. Suka yang sampai ingin kuulang-ulang terus mendengarkannya.
Di status itu kurang lebih dikatakan begini, biasanya kita cenderung menyukai lagu-lagu pop kekinian kan. Coba, apa yang membuat kita suka dengan lagu-lagu itu? Liriknya kah? Tipe musik kah? Penyanyi nya kah?
Misalnya, kita suka dengan karakter suara penyanyi dan nada lagu. Akhirnya hal itu membuat kita ingin terus mengulang menyetel lagu tersebut. Nah, sekarang tinggal terapkan itu dalam mendengar murottal al quran.
Cari qori' yang karakter suara dan nada tilawahnya paling kamu suka. Pasti beda-beda dong antar qori. Dan itu bisa jadi kunci buat pelan-pelan membiasakan mendengar dan hopefully, menyukai murottal di atas lagu-lagu.
Kalau kita suka dengan seni nada para penyanyi, mungkin kita juga bisa menyukai seni nada qiroat para qori'. Kita mungkin perlu mencoba berpindah-pindah antar satu qiroat ke qiroat lainnya supaya menemukan ritme 'asik'nya.
Setelah membaca dengan seksama status tersebut, aku mencoba menerapkannya. Berhasil! Aku mendapatkan qori yang bacaannya paling terasa cocok buatku. Beberapa kali, itu membuatku lebih bertahan lama dan lumayan sering mendengarkan surah-surah Al Quran yang dibacakan oleh qori tersebut. Sampai sekarang :)
Begitu juga dengan memahami Al Quran. Aku bukan orang yang betah berlama-lama membaca terjemahan Al Quran. Kalaupun membaca, kadang rasanya hambar. Aku seringkali bingung dengan benang merah antar ayat. Namun belakangan, aku mendapati bahwa aku bisa lebih menyelami dan berlama-lama berkutat dengan Al Quran saat aku membaca tafsir atau mencoba mentadabburinya. Karena dengan begitu, aku merasa ada hikmah lain yang terungkap. Dan itu tidak bisa kudapatkan dengan hanya membaca terjemahannya. Tafsirnya pun, tidak semua tafsir. Sejauh ini aku merasa cocok dengan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.
Ibaratnya, dengan membaca tafsir dan tadabbur aku bisa mendapatkan storyline Al Quran.
Juga memasak. Sebelum menikah, apakah aku suka memasak? Nggak juga, wkwk. Kalaupun memasak di rumah, labelku adalah asisten, bukan koki (yang tentu saja adalah ibuku). Malah seringkali aku mengeluh, 'kenapa sih ibu masak terus, memang nggak capek'.
Tapi rupanya, pekerjaan yang kulihat melelahkan dilakukan ibu dulu, adalah pekerjaan rutin yang sekarang aku lakukan juga setiap hari. Lalu apa yang kemudian membuat rutinitas memasak menjadi tidak melelahkan?
Buatku, kuncinya variasi. Aku mudah bosan ketika sesuatu terasa monoton. Sama halnya dengan memasak. Memasak jenis makanan yang itu-itu lagi kadang rasanya membosankan. Jadi, aku mencoba untuk memasak menu yang lain dari biasanya sebagai selingan (meskipun juga sering failnya XD, yang penting variasi wkwk). Dan ini berhasil menghadirkan 'rasa' untuk memacu semangat untukku tetap melakukan rutinitas harian.
Banyak, banyak hal lain selain itu yang kalau kurenungi, bisa aku lakukan dengan lebih bersemangat karena hadirnya rasa 'suka'. Dan menghadirkan rasa suka itu, yang mungkin akan berbeda resepnya di tiap orang. Bahkan diriku sendiri memiliki cara penyikapan yang berbeda-beda untuk bisa menghadirkan rasa di satu kegiatan dan kegiatan lainnya.
Kita hanya perlu menemukan kuncinya untuk meng-unlock kebiasaan, aktivitas, dan hal-hal baik lain yang ingin kita upayakan. Dan start it inside. Kalau kita benar-benar ingin membiasakan sesuatu, temukan apa sih yang bisa membuat kita mau memulai dan mau mempertahankan kebiasaan tersebut. It may be not easy from the start, but it is possible as long as you don't stop.
Mumpung juga ini Ramadan, mungkin kita bisa menemukan kunci itu dan memulai. Semoga dengan menghadirkan rasa, apa pun hal baik yang kita mulai lebih bertahan lama nantinya. Good luck :D
---
Pamekasan, 28 Maret 2023 19.33 WIB
64 notes · View notes
Note
Who are the main characters of the forthcoming AU?
Sorry for the late response, was finishing up school work
The Forthcoming AU focuses on the Forthcoming Crowd / Forthcoming Kids
The main characters are a large crowd, and goes as follows:
- Ruby and Weiss’s kids:
Rudolph Rose-Schnee (Rudy, “Dolphin” (<- particularly said by Hei and Qorali))
Autumn Rose-Schnee (Auttie, Summer Jr)
Polar Rose-Schnee
- Yang and Blake’s kids:
Apollo Belladonna (Solar, Eclipse, Firey)
Hei Xiao Long
- Qorbyn and Jasmine’s kids:
Qorali (cor uh lie) Ozwen (Qori, Ali)
Jett Ozwen (Jetty, Fighter, Bullhead)
Ember Fall
- Blaine and Sparrow’s kids:
Wren Hill
Lila Ironwood
Starling Goodhill (Star, “Goodie Two Shoes” (<- said mainly by Apollo))
Indigo Goodwitch (Indie, Go-Go)
Of course, there are other kids than just this. But if I listed off everyone who has kids, we’d be here all night lmao
Anyways, these are just the main characters
4 notes · View notes
azuldoodles · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Part 2
First kiss!
861 notes · View notes
theuncoupleddiningcar · 2 months
Text
Happy Valentine's Day~
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hey, guys! Soooo, I have an Emperor's New Groove oc now! Her name is Qori, and I plan to make a proper post about her! I just really really REALLY wanted to get something out there for V-day!
Anyways, this post features (in order of appearances) Malina, Kuzco (yes, he's girly to me), Yatta, and Qori! Malina is so Little Miss Perfect, and I had to give her someone better than Kuzco (He treats her like shit in this show so far)!
Interaction is encouraged!!! I am insecure‼️
5 notes · View notes
shofiakurniaputri · 1 year
Text
Obrolan seusai sholat isya dgn Pak Rangga,
"adek bagus klo pake jilbab gitu, kyak bocah TPA"
"Eh iya ya krudung TPA jaman dulu kan tali kolor gini ya"
Seketika flashback tahun 94/95, berbekal ambisi orgtua agar anak-anaknya jago ngaji dan bisa jadi qori', aku dan kakak ku TPA yg bukan di masjid dekat rumah. Dulu sih rasanya pasti males lah yaa suruh berangkat TPA. Tapi krn Bapak dan ibuk adalah orgtua yg cukup disiplin, jadi tidak ada kata malas. Termasuk disiplin waktu. Jaman dulu, pulang sekolah itu nggak sampe sore kyak anak jaman skrg. Jam 10 atau 11 udah di rumah. Walopun cuma 1-2 jam tetep nyempetin maen sm temen, entah sepedaan atau pasaran. Adzan dzuhur harus pulang, sholat di rumah, no excuse. Setelah sholat, harus makan dan tidur siang. Adzan ashar udah dibangunin buat sholat, mandi dan siap2 berangkat TPA.
Saat itu orgtua ku sgt mengutamakan kualitas pengajarnya, bukan krn turah duit, bukan. Tapi krn mimpi orgtua ku sangat besar. Aku dan kakak ku di sekolahkan di AMM Kotagede. Bagi yg tau, sampul iqro' bagian belakang ada foto kakek bertongkat di situ, nah beliau lah pemilik AMM ini, alm. Bapak As'ad Humam namanya.
SPPnya bisa jadi lebih mahal dari SPP TK ABA ku. Belum lagi seragamnya, ada 3 jenis seragam waktu itu, warna merah, biru dan krem. Dan jgn ditanya, anak-anak di sini kebanyakan diantar naik mobil oleh orgtuanya atau driver pribadi. Dan saat itu aku diantar Bapak dgn YAMAHA V75 nya. Kebayangkan betapa jomplangnya hidup ini wkwkwk.
Aku ingat betul setiap hari Jumat jadwal pelajaran hafalan dan kaligrafi. Teman-temanku bawa pastel yg segede koper. Tau kan yg model gimana. Sedangkan aku cukup pensil warna faber castle yg ukuran kecil. Tapi alhamdulillaah, aku selalu dapat hadiah krn hasil kaligrafiku dapat nilai bagus.
Sampai akhirnya aku dan kakak ku sudah lulus kelas TQA. Oh yaa, jadi utk sekolah di AMM ini ada 3 grade. Mulai dari TKA, TPA dan terakhir TQA. Klo udah lulus TKA ada acara kenaikan tingkat ke TPA. Begitupun setelah TPA ke TQA. Setelah TQA, acaranya bukan kenaikan kelas lagi, tapi sudah wisuda. Krn dulu gedungnya terbatas, wisuda selalu diadakan di grahasaba UGM dan mengundang menteri agama. Meskipun waktu itu masih TK, tapi sudah ada rasa bangga ketika di wisuda dan berjabat tangan dgn pak menteri.
Perjuangan blm berakhir sampe wisuda TQA. Justru ini baru awal perjuangan. Bapak dan ibuku sepakat melanjutkan kami utk kursus qiro'ah. Tempatnya bukan di AMM lagi, tapi di Mu'adz bin Jabbal. Jadwal kursusnya sungguh mengejutkan kami yg masih anak-anak. Kami kursus setiap hari Jumat dan Ahad. Jumat setelah jumatan dan Ahad jam 7 pagi. Padahal prioritas kami adalah nonton kartun, bukan qiro'ah, wkwkwk.
Dan waktu berjalan begitu cepat, sekolah SD ku juga mengadakan ekskul qiro'ah setiap hari Rabu. Aku dan kakak ku sudah mulai aktif mengikuti lomba-lomba MTQ. Orgtua kami pun mengundang guru privat utk melancarkan bacaan qur'an. Setiap Selasa kami privat di rumah. Jadi hanya ada 3 hari free utk kami bermain tanpa ada tanggungan qiro'ah. Belum lagi setiap mendekati hari H lomba MTQ, guru kami selalu menyempatkan utk berlatih lebih sering, pulang sekolah masih gobyos keringat krn mengayuh sepeda langsung buka qur'an utk latihan persiapan lomba. Pernah sampe nangis krn saking capeknya pulang sekolah tp nafas nggak sampe di nada tinggi, ayat itu di ulang ulang sampai akhirnya bisa.
Saat itu mungkin ingin marah dan menyerah, tapi sekarang aku benar-benar bersyukur atas itu. Kalau saja orgtua ku tidak mengarahkan utk sekolah dan kursus, aku hanya murid biasa tanpa prestasi. Kalau saja guru ku tdk sekeras itu, aku tidak akan pernah mencapai juara-juara hingga tingkat provinsi. Kalau saja saat itu aku marah dan menyerah, aku tidak akan bisa lancar mengaji dan qiro'ah.
7 notes · View notes
pyetjeweb · 9 months
Text
LARG DUART NGA PARKU YNË!
Çka po ndodh në qendër të Tiranës është një krim i vërtetë kundër qytetit. Një krim i financuar me para të pista dhe i mbrojtur publikisht nga pushtetarë të korruptuar.
Qyteti ynë po vdes pak e nga pak, me çdo hapësirë publike që zihet, me çdo park që shkatërrohet, me çdo ujdi të errët që materializohet. Pas parkut të fundit e kanë radhën të tjera hapësira të jetës urbane, siç mburren me vetëbesimin e kriminelëve të papendueshëm Edi Rama dhe Erion Veliaj.
Në këto kushte, detyra jonë si qytetarë është të ngremë zërin.
Ditën e hënë në orën 18:30 Lëvizja BASHKË u bën sërish thirrje qytetarëve të Tiranës për të dalë në protestë.
Bashkë për një qytet të jetueshëm!
Tumblr media
1 note · View note
navisyamlikho · 1 year
Text
Tumblr media
Ramadan Terindah
Tadi malam adalah malam dengan solat tarawih terakhir. Ini adalah malam 29.
Aku biasanya suka solat berganti-ganti masjid, namun di malam terakhir Ramadan ini kuputuskan menghabiskan waktu dengan inadah di Masjid Omar, Auburn. Alasannya justru tidak umum: karena solat tarawihnya paling lama.
Bacaannya lama, satu juz per tawarih. Namun suara qori’ sang Imam betul-betul tidak ada duanya. Lembut sekali masuk ke telinga, bikin sejuk di hati.
Solat tarawih malam ke-29 pun dimulai.
Sang Imam membaca Al-Fatihah. Baru ayat pertama, tiba-tiba ia menangis sesenggukan. Menangis yang benar-benar menangis. Mungkin karena ia tahu, ini adalah malam terakhir di Ramadan kali ini ia menjadi iman tarawih. Ramadan sudah akan berpamit.
Ia meneruskan surat Fatihah dengan masih tersedu-sedu. Sungguh, ini pengalaman pertamaku bisa solat dengan imam yang menangis haru, karwna biasanya hanya bisa melihatnya melalui internet.
Surat berikutnya, sang imam membaca Al-Kafirun. Dengan masih sesenggukan.
Di situlah, entah darimana datangnya, aku begitu berat melepas Ramadan kali ini. Aku tidak rela ini menjadi ibadah tarawihku di tahun ini. Rasanya masih sungguh ingin berlama-lama.
Di situlah, untuk kali pertama, aku menangis dalam solat. Menangis sesenggukan.
Pada rokaat terakhir di solat witir, sang imam membaca qunut dan doa lainnya. Aku benar-benar menangis mengamini setiap doanya.
Seusai solat, hatiku merasa lega. Lega sekali.
Tidak ada sedikitpun rasa penyesalan karena mengurangi pekerjaan, yang menjadikanku tipis pemasukan di bulan ini (bahkan minus), guna ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk menikmati ibadah di bulan suci ini.
Usai bubar tarawih, para jamaah banyak menyalami sang imam. Beberapa bercakap ria dan mengucap terima kasih.
Aku turut mengantre di barisan. Ikut bersalaman.
Kuucapkan “Jazakallah dor being beautiful imam. This is the best Ramadan I’ve ever experience.”
Ia menjawab “May Allah hive you better Ramadan in the future,” lalu kuaminkan dengan lirih.
Sambil berjalan pulang, menempuh 30 menit ke rumah dengan berjalan kaki, aku banyak melakukan refleksi diri.
Aku sangat bersyukur bisa menikmati Ramadan kali ini dengan sebaik-baiknya. Tentu mungkin masih jauh dari kata maksimal, namun aku sudah banyak mengusahakan hal baik terjadi di bulan ini. Alhamdulillah.
Berjalan ke masjid setiap Subuh yang dingin, melakukan i’tikaf hingga syuruq, mengaji dan melancarkan kembali hafalan Qur’an, bersedekah, hingga selalu mengusahakan tarawih di masjid. Banyak kekurangan, tapi ini ibadah yang sangat personal yang pernah kurasakan.
Entah kapan rasanya benar-benar menikmati perjalanan ke masjid. Sudah lupa.
Lalu, banyak hal baik pula datang. Diajak buka bersama dengan teman Malaysia, tarawih bersama di rumah kenalan orang Indo, mendengarkan kajian pakai bahasa Inggris yang sangat tidak membosankan, hingga masih ada orang yang peduli dengan kehadiranku di sini.
Alhamdulillah. Terima kasih banyak ya Allah untuk semua pengalaman indah ini.
9 notes · View notes
strangeauthor · 1 year
Note
In North African Folklore there’s Werehyenas. Also referred to as Bouda in Ethiopia or Qori Ismasis in Somalia.
Unlike the classic Werewolf who’s a human who turns into beast man , the Werehyena is actually originally a beast hyena who can shapeshift into a human during the day and assume their true form as hyena beasts during the night. Although some are believed to be human-born as well.
In Ethiopia it was believed that all Blacksmiths were Werehyenas due to their skills and unfortunately it was used to other and persecute Ethiopian Jews.
In Somalia the Werehyena has to use a magic stick to transform before sundown into their other form and back. In Morocco folklore it’s automatic similar to a classic werewolf.
NOICE
10 notes · View notes
aradak-tribunal · 9 months
Text
Tumblr media
Praise the Broodmother, this one has great news! The Priestess-Queen of Qor Unity has ordered the reconstruction of the holy city of U-Qoris' surface. U-Qoris has often been the target of both northern and southern Kojjal raids. Due to its significance in our culture, history, and faiths, many drones make pilgrimages to its holy stones, and they were sadly easy targets for capture. But in the past months their attacks have declined and weakened to the point where the Priestess-Queen feels confident she can defend its holy walls and the pilgrims once more.
Tumblr media
In other news, it seems a number of Kojjal deserters abandoned the @pactargent front and begun to settle in outcast exile colonies who oddly tolerate their presence. The outcasts say that they give the Kojjal food in exchange for protecting their colonies from predators, but this one can scarcely believe it. The Qenik Venerable Exiles responded to this news, stating "Though these Kojjal may have taken up a peaceful existence, they still need to be individually examined and tried for any found violations of the Accords none-the-less, and if their individual crimes aren't severe, they will still have to be judged for the collective culpability but once their sentence is over, they will be able to return to the outcast colonies."
3 notes · View notes