Tumgik
rapunazel · 9 months
Text
Setiap orang sepertinya punya tempat pelariannya sendiri dari kesibukan sehari-harinya. Tak melulu harus berkutat dengan waktu dan kesibukan, memberi sedikit ruang untuk berlega khususnya kepada diri sendiri sangat penting adanya. Seperti menyantap makanan sedap, minuman yang enak, tempat yang nyaman, atau barangkali ditemani seseorang yang bisa mendengarkan ceritamu.
Selalu pastikan tempat ke mana dan siapa yang temani pelarianmu adalah yang baik, serta tak lupa simpan keduanya di tempat paling baik.
0 notes
rapunazel · 9 months
Text
seperti sebuah perayaan yang tidak pernah disangka-sangka
dihiasi hal-hal kesukaan:
kilatan cahaya, kesatuan bunga, gugusan bintang
ramuan hangat, kudapan manis, dan sejumput embun
tak lupa hewan-hewan berkumis kecil yang menari-nari—turut meramaikan
"terima kasih, terima kasih,
karena telah menghidupi mimpimu,
Nirmala, kelinci kecil bergaun merah.
kami akan selalu hidup dalam alunan lagu di setiap musik yang kamu putar setiap hari.
jika kamu sedih, pejamkan matamu sejenak
lalu buka dan lihat kami dalam genggaman tanganmu yang mungil."
semoga suka cita menggema selalu
mengiringimu sampai mengudara
#penaluri #kalanirmala
0 notes
rapunazel · 9 months
Text
semoga kita bisa lepaskan semua kemelekatan yang bukan berkenan
0 notes
rapunazel · 1 year
Text
Maracosa: berkisah tentang Mbak Malam, Canting, dan Kain Batik Ajaib.
Tumblr media
Ini kali pertamaku nonton @papermoonpuppet🌜
Banyak pertanyaan muncul di kepala waktu nonton pertunjukan sinematik Maracosa. Rasanya unik lihat boneka yang melamun tapi bisa terasa amat hidup—tanpa banyak kata.
Tapi di dalam buku Selepas Napas dengan kutipan pada slide ke-5 buatku merinding....... (kata-kata di buku ini super bagus, ingin segera kulahap banyak-banyak seluruh bagiannya!)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Meski tadi baru bisa ketemu secara virtual, kutaruh besar harapan: semoga bisa nonton teaternya secara langsung😣
__
sejumput cuplikan:
Bagi Mbak Malam, batik bukan sekadar sehelai kain, melainkan lebih dari itu. Mbak Malam selalu menemukan keajaiban di antara ratusan kain batik. Berbeda dengan Canting, cucu kesayangannya yang tidak beranggapan sama.
Hingga akhirnya Canting merasakan sendiri keajaiban di antara ratusan kain batik yang digantung di rumah batik tua milik neneknya.
2 notes · View notes
rapunazel · 1 year
Text
dan akhirnya kita pun kalah bertaruh
0 notes
rapunazel · 1 year
Text
Sometimes, we hold on because we haven't healed.
Because we would rather sleep beside someone who makes us feel lonely than to be alone. Sometimes, we hold on because it is easier to fill our voids with another human being, even when they do not understand us, even when they cannot value us, because we are still learning how to value ourselves.
We hold on to those who cannot love us for so many reasons, in so many ways. And it is okay. Letting go is one of the hardest things you will have to do. But at the end of the day, keeping someone in your life who makes you question yourself, who makes you feel like you are too much, who asks for you to quiet your soul,
that is the greatest injustice you will ever impart on your heart. That is doing yourself a deep disservice, because you deserve to be surrounded by people who make you feel seen. You deserve to be surrounded by people
0 notes
rapunazel · 1 year
Text
Tumblr media
0 notes
rapunazel · 1 year
Text
a handsome young knight is madly in love with a princess
and she too is in love with him
thought she seems not to be entirely aware of it
despite the relationship, the blossoms between them or perhaps because of that very friendship
the young knight finds himself so humbled and speechless
that he's totally unable to bring up the subject of his love
till one day he asks the princess point blank:
is it better to speak or to die?
1 note · View note
rapunazel · 2 years
Text
Nirmala bertopang dagu di jendela kamarnya. Malam itu tampak cerah sekali. Bintang-bintang di langit seakan-akan tidak bisa diam. Mereka tampak bergerak ke sana ke mari di tengah malam yang dingin.
Ada sebuah bintang yang tampak paling berani meloncat meninggalkan gugusan bintang lalu meluncur menembus langit malam yang berkilauan. Kedua bola mata Nirmala berkilat. Ia pertama kali melihat sebuah bintang jatuh. Dalam hati, ia bertanya-tanya, ke mana perginya bintang pemberani itu?
Nirmala berandai-andai. Bila ia menjadi bintang, ia akan memilih mendarat di ladang yang penuh bunga atau buah beri yang manis. Oh! Bagaimana kalau di tengah hutan yang gelap sehingga ia menjadi penerang di sana?
Nirmala berpikir lebih luas lagi. Kini ia membayangkan bila ia mendarat di tengah lautan yang luas. Mungkin ia akan menjelajah melihat ikan dan makhluk laut yang cantik yang berenang di sana.
Ke sana, ke langit sunyi yang luas membentang, Nirmala jauh memandanginya. Ia mulai menghitung bintang lalu mereka-reka berbagai bentuk binatang dari titik-titik berkilauan itu. Lama-kelamaan, matanya mulai terasa berat. Nirmala lalu berjalan menuju kasur mungilnya dan menarik selimut.
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
Kereta api itu meluncur masuk ke stasiun. Terdengar derit keras dan gemuruh asap yang keluar dari cerobong. Tampak orang-orang sibuk hilir mudik keluar masuk gerbong kereta.
Nirmala menarik napas. Segera ia angkat koper kecilnya yang berat itu masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduknya. Ia kembali merapikan gaun biru tua pilihan Mama. Katanya, gaun warna gelap akan tetap membuatnya terlihat segar meski telah menempuh perjalanan panjang. Nirmala hanya menurut walau sebenarnya ia sudah menyiapkan gaun merah muda kesukaannya.
Dari luar gerbong, terdengar kondektur berteriak, “para penumpang diharap naik!”. Tak lama, gerbong kereta itu meluncur maju. Nirmala memandang ke luar jendela. Pemandangan yang semula stasiun lalu berpindah ke hamparan rumah-rumah di tengah kota, dan lama-kelamaan tampak semakin mengecil hingga menjadi hamparan rumput hijau kekuning-kuningan.
--
Enam tahun lalu, di tengah musim panen pada musim gugur, Keluarga Waller, pemilik tanah rumah Nirmala memutuskan untuk menjual tanahnya. Keluarga Waller berencana akan pindah ke Brookfield yang jauh di barat dengan membawa seluruh hartanya. Saat itu, Papa tidak punya pilihan lain selain pindah dari rumah yang telah ditempatinya selama 15 tahun belakang ini karena keluarga kami tidak memiliki uang yang cukup jika ingin membeli tanah di sini. Biasanya keluarga kami memberikan sebagian hasil panen untuk membayar sewa karena keluarga Waller adalah sahabat Papa yang berbaik hati kepada kami. 
Nirmala yang masih berusia 12 tahun belum sepenuhnya paham dengan masalah pada hari itu. Ia hanya menuruti perkataan orang tuanya untuk segera membereskan barang-barangnya. Kata Mama, mereka berencana untuk pindah ke suatu tempat jauh di Timur.
Berpindahnya keluarga Nirmala ke rumah baru merupakan perjalanan jauh pertamanya bagi Nirmala bersama Papa, Mama, dan Jean, kakaknya. Mereka berganti-gantian membawa barang-barang menggunakan gerobak besar yang ditarik oleh kuda. Perjalanan itu ditempuh selama 10 hari. Di sepanjang perjalanan, Nirmala menandai setiap tempat yang menurutnya menarik di dalam kepalanya. Ia melewati banyak ladang dari desa lain, langit biru yang terhalang ranting dan kuncup dedaunan, sungai besar dengan bebatuan, kebun bunga lily entah milik siapa, hingga rerumputan luas sejauh mata memandang.
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
mungkin aku pernah menuliskan tentangmu di salah satu tulisanku
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
Aku sampaikan sebuah cerita bukan derita dari bayangan Nirmala, kelinci kecil yang hari ini bergaun merah muda.
Dari sekian puluh cahaya bintang yang menyentuh sela-sela awan, ada sebuah titik yang paling redup di antaranya.
_
Nirmala bertopang dagu memandang titik paling redup di jendela kamar mungilnya yang dingin.
Melalui sinar dari barat, kuning keemasan yang menembus sela-sela renggang daun, Nirmala berjalan memasuki irisan lampau. Lorong berdimensi, masa kecilnya. Di ujung jalan air terdengar suara kemricik air yang tidak terdengar sebab para peri menjaganya, tak mau orang lain tahu.
Ke sana, ke kemerlap itu, Nirmala berjalan tipis. Ia membiarkan cahaya tadi menembus tepi-tepi rambutnya, membinarkan garis tipis kemilau sepanjang siluetnya.
_
Nirmala bersiap dengan membawa keranjang kayu kecilnya
Memastikan tiap-tiap bawaannya tak tertinggal untuk memulai perjalanan baru
Kedua ujung bibirnya melengkung setengah lingkaran
Kedua bola mata pun berkilat
Penuh arti dan semangat menggebu
Tampak bersinar; cerah dan berani
_
Kembali dikatakan pada Nirmala, tentang lokananta pengiring turunnya bintang redup yang menghampirinya. Bersama semilir angin ringan, daun berdansa, kerlipan kunang-kunang, dan senyum bintang redup yang ikut menyemarakkan pesta sarwani kecil.
Bintang redup yang menghampirinya kini terlihat sedikit lebih terang ketika berada di sebelah Nirmala. Meski tak melulu berada di atas langit bertemankan malam,
ia bisa tersenyum
bersinar dingin; sitanggu.
_
nirmala,
nirmala,
nirmala
kelinci kecil tak hentinya menari
di tengah suara lokananta yang mendawai
menyambut maharani turun ke bumi
ditemani kirana yang sama membawa harsa
(cerita ini masih bersambung)
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
ketulusan terkadang hadir dari sebuah kesederhanaan. sederhana, tak banyak celah di dalamnya, membuat banyak keterkaitan tentang sesuatu menjadi terasa ringan.
1 note · View note
rapunazel · 2 years
Text
i walked away because you were too busy finding faults in me, and i was busy overlooking yours.
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
Di tengah perayaan, gadis kecil itu terbangun. Ia mengenakan pakakan zaman tak begitu dulu yang aku tak tahu namanya apa. Warnanya merah dan hitam. Ia mengucek matanya perlahan. Menyadari berada di atas keteta yang melaju perlahan, ia ingin segera turun.
Suasana kota di tengah perayaan itu ramai sekali. Musik, hiasan yang menambah semarak perayaan kota, dan disertai hadiah Tuhan berupa langit biru menuju jingga yang indah. Semua orang berebut ingin menaiki kereta yang amat besar ini. Membuat suasana semakin ruwet.
Tapi tak seperti yang lain, gadis kecil itu melawan arus orang-orang; ingin segera turun. Ia berjalan pelan melewati beberapa jembatan kecil penghubung 4 jalur kereta amat besar yang maju itu. Setelah bersusah payah, akhirnya ia menemukan jalan ke luar dan berdiri melihat sekeliling
Ternyata ia tak sadar ia diikuti seorang lelaki seumurannya. Lelaki berpakaian biru tua itu mengikutinya karena penasaran dengan apa yang dilakukannya berbeda dengan yang lain.
Ketika hendak memasuki gedung, anak lelaki itu menarik lengan gadis kecil dan menunjuk ke atas puncak gedung. Tinggi sekali. Ujung gedung itu memuncak di langit dan terlihat awan gelap dan sedikit jingga mengitarinya.
Tiba-tiba datang seorang lelaki seumurannya lagi yang lain, menarik lengan gadis itu dam berkata. "Hei, mau ke mana? bentar lagi mulai."
Lelaki yang satu ini bermata sipit. Ia pakai topi dan dengan kemeja dan rompi hitam-abu. Tampan. Dari raut wajahnya, ia terlihat buru-buru dan sesekali melihat jam di lengannya.
Kedua lelaki itu bertatapan.
Dan gadis itu sibuk melihat ke puncak gedung.
0 notes
rapunazel · 2 years
Text
aku bermimpi
pergi tamasya
denganmu,
suatu hari di musim hujan
dan tiap malam selalu kuputar lagi:
perjalanan kita, kulambatkan adegannya
juga saat kamu bernyanyi,
ketika kamu sampaikan leluconmu—itu juga
karena aku tidak bisa berhenti tertawa
langit biru, hujan, kudapan manis, seutas cahaya membentuk kilatan di matamu; semuanya aku bagi
malam punya porsinya sendiri.
1 note · View note
rapunazel · 2 years
Text
Melalui sinar dari barat, kuning keemasan yang menembus sela-sela renggang daun, Nirmala berjalan memasuki irisan lampau. Lorong berdimensi, masa kecilnya. Di ujung jalan air terdengar suara kemricik air yang tidak terdengar sebab para peri menjaganya, tak mau orang lain tahu.
Ke sana, ke kemerlap itu, Nirmala berjalan tipis. Ia membiarkan cahaya tadi menembus tepi-tepi rambutnya, membinarkan garis tipis kemilau sepanjang siluetnya.
0 notes