Sebelum menikah, calon suami sangat ketat menjalin komunikasi dengan saya. Jika ada perlu, menghubunginya langsung ke Bapak. Tanya ke Bapak. Gak ada basa basi, gak ada emoticon alay pada komunikasi kami, benar-benar menjaga.
Beliau berkata, saya tidak mau ada dosa diproses ini. Entah beliau masih ingat apa tidak dengan perkataannya saat itu. Tapi bagi saya hal itu sangat dalam sekali. Sampai-sampai orang yang melihat proses kami, menggelengkan kepala tanda tidak mengerti. Bagaimana mungkin, seseorang yang akan menikah tidak ada komunikasi saat bertemu.
Iya, bahkan dalam proses mengkhitbahpun, meminta pada kedua orang tua saya ataupun ketika menegaskan tanggal pernikahan, tidak ada satupun perkataan dan sikap yang tidak pada batasnya. Semua sesuai pada jalurnya. Bila tidak membahas perihal pernikahan, maka tidak ada komunikasi.
Benar adanya, hanya perlu sedikit bersabar diawal untuk menghindari dosa atau hukuman yg mungkin akan Allaah berikan di kehidupan rumah tangga kami jika kami melakukan hal-hal yg tidak Allaah ridhai.
Sy pernah mendapati sebuah nasihat yg begitu dalam sekali. Katanya, barangkali ujian-ujian yang menimpa rumah tangga seseorang adalah karena dosa-dosa dimasa lalu. Seperti yg disabdakan Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wassallam bahwa musibah yg menimpa adlh karena dosa-dosa kita sendiri.
Ujian-ujian dalam rumah tangga bermacam-macam sekali bentuknya. Ada yg diuji dgn pasangannya, anaknya, ortu, mertua, pekerjaan dsb.
Jika kita merasa memiliki ujian rumah tangga yg sulit sekali. Coblah tengok masa lalu kita dgn pasangan bermuhasabah, barangkali ini hukuman atas dosa-dosa masa lalu. Kemudian bertaubah dan perbanyak mohon ampun sama Allaah.
Maka melalui tulisan ini, sy ingin menasihatkan dgn tulus kepada kalian yg ingin atau sedang berproses untuk menikah.
Janganlah menempuh jalan yg tidak Allaah ridhai. Sebab disitu tidak akan kalian temui keselamatan. Bersabarlah sebentar utk memetik manisnya rumah tangga sakinah. Dimana rumah tangga sakinah tidak akan bisa didapat dgn proses dipenuhi dgn dosa sebelumnya. Sebab balasan itu sesuai dgn kadar amalnya. Maka bersabarlah, akan selalu ada jalan menuju kebaikan itu.
https://www.instagram.com/p/B5AaKd9BIPn/?igshid=1c3dhd1nxwba8
Alhamdulillah tahun ini dapat lagi penghargaan itu.
Tidak dapat dipungkiri, salah satu jalannya adalah Mama.
Sampai detik-detik sebelum pelatihan, beres-beres untuk bekal kita masih sama-sama.
Tanyain kapan jadwal, baju mana yang dibawa, sampai persiapan lainnya.
Tanpa jalan dan doa Mama, At sampai pada tempat-tempat baru, bertemu manusia-manusia baru yang hebat, bisa ke Kebun Binatang dan bertemu jerapah.
Sempat berencana mengajak jalan di tempat visitasi. Tapi qodarullah kita harus pisah. Walaupun dengan egois, aku ingin kita bersama dengan alasan ikhtiyar, tanpa tahu rasa sakit Mama.
Maaf piagamnya belum sempat dipasang seperti yang dulu. Biar nanti saja.
Doa-doa atas rindu semoga sampai.
Waktu memang memisahkan tubuh kita. Dan waktu pula yang menyatukan jiwa-jiwa kita.
Rasa-rasanya semesta sedang tidak adilnya terhadap perasaanku. Setelah sekian lama karam tak bertuan, seseorang datang menyambanginya dengan perlahan. Semerbak wangi mulai memenuhi ruang-ruang sempit yang sempat bau busuk dan bernanah.
Namun urusan mana yang mudah dalam hidup? Tak hanya diamuk rasa cemburu dan tak percaya diri, ia juga menjelma perasaan samar yang pernah bertahta lama sebagai tanya. Seperti semua luka yang disebabkan oleh masa lalu tergambar jelas bahkan sebelum aku berani bertaruh untuk perasaan sialan yang sayangnya membayang setiap saat.
Sesungguhnya aku ingin bergerak maju dengan elegan, berjudi kepada keberanian sebab ini jarang terjadi adanya. Tapi seluruh tubuhku seolah tak siap untuk kembali bertempur di medan yang begitu terasa akrab. Seolah aku pernah berdiri di sana hanya untuk menertawakan kebodohan, bahwa urusan rasa aku sering salah alamat.
Jika kali ini aku juga pergi tanpa pernah menoleh lagi, tidak kah rasanya mempecundangi hati sendiri? Tapi untuk segala takut dan ragu, layakkah aku berinvestasi?
Kadang orang yang bungkam butuh manusia seperti itu.
Emang Boleh Sepeka Itu?
(Tadabbur Surat At Taubah 40)
@edgarhamas
Salah satu momen yang barangkali akan meruntuhkan 'sok kuatnya' kita, adalah ketika seseorang tanpa ada angin dan badai tiba-tiba bertanya, "kamu lagi nggak baik-baik aja ya?"
Kita seperti dibaca olehnya, tepat di halaman terpenting; saat orang-orang sama sekali tak peduli.
Ketika yang lain membaca kita sebagai orang kuat dan tangguh, selalu tersenyum dan teguh padahal di dalamnya terseok-seok; lalu kita terbaca bahwa kita tak baik-baik saja.
Saya pun pernah akhirnya menangis sesenggukan karena pertanyaan sederhana itu, "kamu ga baik-baik aja ya?"
Seseorang yang mampu membaca kita, biasanya ia pun pernah melalui badai hidup yang sama, cobaan yang sama bahkan lebih berat.
Maka ia melihat cukup dari menunduk lesunya kita, atau dari helaan napas yang berat sambil duduk terkulai di kursi. Dari mata sayu yang kurang tidur itu.
Dan kau tahu? Ada kisah manusia paling tajam kepekaannya pada seseorang terabadikan dalam Al Qur'an. Di saat harus melakukan misi berat antara hidup dan mati, dikejar oleh pembunuh dengan janji upah sangat tinggi.
Kalimat itu terucap di gelap gua nan sempit, "jangan bersedih..."
Ialah baginda Rasulullah. Gua Tsur nan sempit dan gelap itu beliau jadikan tempat bersembunyi bersama sahabatnya, Abu Bakr.
Padahal beliau sendiri sedang terancam, tegang dalam kejaran musuh. Tapi beliau tenangkan Abu Bakr, "Jangan engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita.” (QS At Taubah 40)
Bagaimana rasanya menjadi Abu Bakr dalam situasi itu?
Bisa saja Rasul tak berkata apa-apa, tak melakukan dan menasihati apa-apa. Tapi, Rasul tenangkan sahabatnya; karena Rasul peduli. Beliau peduli pada keadaan orang lain bahkan di saat paling berat. Shalallahu alaihi wasallam.
Jika bertemu orang yang mampu membaca bahwa dirimu sedang tak baik-baik saja saat yang lain tak peduli, pasti kau akan mengenangnya dalam memori teristimewa.
Dan, begitulah Abu Bakr menjadi perisai dan pembela Rasul paling perkasa. Karena Rasul peduli pada sahabat-sahabatnya.
"Kala itu Rasul sedang berhadapan pada tugas besar bernama hijrah yang dirongrong kaum musyrikin" kata Syaikh Abdullah Balqasim, "tapi, beliau tidak lupa untuk menghibur sahabatnya yang bersedih. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak peduli pada sahabat kita."
masyaAllah!
Aku tahu kita seringkali tak baik-baik saja. Kamu bisa saja tak peduli, bisa saja tak pakai hati, karena kamu sendiri sudah remuk redam.
Tapi percayalah, salah satu hal yang kau butuhkan untuk mengobati kusamnya hidup itu adalah peduli. Dunia sudah kejam, kita jangan ikut-ikutan.
Katamu kisah kita tidak akan selesai. Katamu kamu hanya ingin aku. Tapi kenapa di saat aku belum menghantarkan doa ke atas langit, kamu sudah lebih dulu menghancurkannya di bumi?
jika ingin bebas jangan mengekang pasanganmu, lalu lakukan semua hal sebebasnya namun ada batasnya.
pokok hubungan paling penting adalah komunikasi, jika baru kenalan atau baru pendekatan saja sudah acuh tak acuh seolah yang satu hanya berjalan sendiri lebih baik intropeksi, bukan malah membuat orang yang sedang mendekati mu atau pasangan kamu menjadi berpikir seperti "untuk apa aku mendekati dia, sedangkan komunikasi saja tidak lancar, untuk berkomunikasi saja aku sering di abai-kannya".
berjalan untuk selalu mengabari itu sangat penting namun harus saling mengerti, kesibukan mendadak sering menghampiri. jangan terus meninggikan ego hanya karena hal yang sebenarnya bisa di selesaikan dengan baik-baik.
lebih baik saling mengerti bukan menyalahkan satu sama lain.
Pikirku, aku harus sabar dengan kita yang tak lagi saling memberi kabar.
Inginnya sih kamu. Namun padamu tak pernah ada aku.
dia tau kalau kamu rindu, tetapi jangan terus mengganggunya.. bukan hanya kamu yang ingin tenang, tapi dia juga. cuma bedanya, tenangmu kabar darinya, sedangkan hilangmu adalah tenangnya.