Tumgik
#Psikolog Klinis Dewasa
konsultasipsikolgmurah · 11 months
Text
PSIKOLOG TERAIK, Call 0851-5764-9978, Jasa Psikolog Terdekat Di Kelapa Gading Jakarta Utara
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6285157649978, Konsultasi Psikolog Online Murah, Konsultasi Psikolog Makassar, Konsultasi Psikolog Malang, Konsultasi Psikolog Nikah, Konsultasi Psikolog OnlineMAYCOUNSELJasa Konseling, Konseling Pernikahan, Konseling Remaja, Konseling Pasangan, Hipnoterapi, Talents MappingJl. Swadaya Raya BejiKecamatan Beji Kota Depok Jawa Barat 16421LANGSUNG OWNER : Call 0851-5764-9978FB : https://www.facebook.com/maycounsel/IG : maycounselcomWEB : maycounsel.comGmaps : https://goo.gl/maps/12JYPgXonVo6pqoh6#ppsikolog, #ppsikologianak, #ppsikologumoldun, #ppsikologiunjani, #ppsikologi, #psikologq, #psikologquotes, #psikologque, #psikologquote, #psikologquranContoh Layanan Konseling Perorangan, Contoh Layanan Konsultasi, Layanan Konseling Adalah, Jenis Layanan Konseling, Contoh Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konsultasi Bk, Tujuan Layanan Konsultasi Dalam Bk, Jasa Psikolog Gratis
0 notes
lamyaasfaraini · 8 months
Text
Akhirnyaaaaa Beli Buku!!
Ceritanya temen sekolah nemo ada 2 org yg ultah, 2 hari berturut2 mengunjungi gramed utk beli buku anak buat hadiah. Waktu hari ke 2, tiba2 pengen nyari buku buat aku baca. Sebetulnya ngga harus beli, dari thn kemarinpun aku blg ke bestie mau minjem bukunya apa aja deh genrenya. Bestie ku ini thn kmrn apa 2 thn lalu sblm kerja di dinas dan sibuk bgt, kerjanya kan konsultan klinis dewasa (iya dia psikolog), di instansi dan freelance jg. Hobinya nulis cerpen, sampe menang 10 besar gt di event apa yah lupa. Sempet aku baca jg, jagoan ih bakat terpendam! Skrg super sibuk mana sempat, nonton series aja dia ngga sempet huhu.
Naaaah gitulah balik lg ke beli buku, iya minat udah ada.. 3 thn ada BBW skip jg beli buku utk diriku sendiri. Kdg tuh faktor ngurus anak bikin aku males sih buat mulai baca lg, kaya dramanya tuh ada aja perihal anak ngga kaya jaman gadis punya bnyk wkt sendiri. Ya begitu.. Ngubek aja itu buku2 yg banyak itu.. Suami nanya mau cari buku kaya gmn? Aku blg pgn yg terjemahan pokonya pgn penulis luar POV org asing weh. Nah belom tau genre nya mau apasih. Novel cerita narasi biasa atau apa kutaktau lah apa kebutuhankuuuu. Pengennya buku self improvement tp gamau yg pemaparan motivator bgt, kek kaku lah gt. Cari lagi.. Yuu.. Cari lagii.. Daaaan nemu aja ini kayanya passss
Chicken Soup for the soul - Rumahku Istanaku
Tumblr media
Yaaaakk siapa yg gatau chicken soup yakan dr dulu suka liat2 tp dirasa belom butuh jd ngga aku beli. Kayanya ini cocok buatku, semuanya dari berbagai cerita POV org2 yg berbeda2. Siapa tau jadi menginspirasiku, jalan healing buatku jg hehehe.
Btw pembatas bukunya tag bingkisan ultah nemo, bukunya ngga ngasih pembatasnya haha.
Bab pertama dan halaman pertama kaya serba cocok aja gt. Memulai Kembali.. Bisa berarti aku mulai kembali baca buku, bisa memulai kembali menata rumah tanggaku yg lebih baik dgn suamiku, memulai kembali segalanya yg baik2 tentunya. Hahaha gpp yah aku hubung2kan aja..
Plus ada quote nya
"keberhasilan rumah tangga menuntut kita jatuh cinta berkali-kali, selamanya, pada orang yang sama"
Tumblr media
Membacanya supersantai soalnya ceritanya beda2 masing2 2 halaman udah beda cerita. Seru sejauh ini.. Masih sedikit aku baca disela2 ngurus anak, kerjaan domestik dan tergoda Netplikan haha
Tag @sagarmatha13
4 notes · View notes
wser · 1 year
Text
Kenapa nggak memilih untuk jadi psikolog anak?
Pertanyaan itu bukan pertanyaan yang sekali dua kali aku terima. Mungkin karena melihat latar belakang beberapa pengalaman ngajar anak-anak, membuat orang mempertanyakan pas ambil profesi pilih untuk jadi psikolog “klinis dewasa”. Awalnya ku pikir itu karena memang aku suka berinteraksi dg anak kecil, tapi anak kecil dalam konteks klinis, hmmm rasanya aku belum sanggup untuk menghadapinya. At some point, it’s just too painful for me, ngeliat anak kecil bahkan sudah memiliki gangguan psikologis jadi hal yang betul-betul nggak nyaman buat aku, jadinya “kasihan”, dan perasaan kasihan di bidang “professional helping” adalah hal yang baik, namun sebaiknya tidak dilakukan karena kadang-kadang kita dibanjiri emosi yang jadinya kesulitan untuk bisa mengambil “tindakan” yang objektif sesuai yang dibutuhkan. Namun, beberapa waktu ke belakang. Ternyata, bukan hanya aku yang tak sanggup melihat anak-anak dengan gangguan psikologis; namun aku juga tidak siap dengan kembali melihat masa kecilku yang juga sudah memiliki masalah atau mungkin gangguan psikologis... I know there’s something wrong about me, ketika aku masih kecil. Aku bisa melihat penyebabnya, namun tidak benar-benar “seterang” saat ini. Perjalanan ke dalam diri, selalu menjadi perjalanan yang menguras emosi. Kadang tangis yang tak terkendali, deru napas yang tiba-tiba menjadi lebih cepat, maupun memori yang menarikku ke masa lalu, sementara banyak hal di “masa kini” yang juga perlu aku selesaikan. Aku menyadari bahwa “menyelesaikan traumamu sendiri” adalah konsekuensi ketika aku bekerja di bidang layanan kesehatan mental ini. Rasanya seperti prinsip agar tidak “kaburo maktan”... Untuk teman-teman yang sampai di tahap berani datang konseling ke psikolog, aku betul-betul mengapresiasi upaya itu, karena berkonfrontasi dengan “luka psikologis” kita pribadi bukan hal yang mudah, terima kasih kamu sudah bertahan sampai di titik ini dan terus berupaya...
5 notes · View notes
lifeasapsychologist · 11 days
Text
Kenalan sedikit, ah.
Saya lulus Psikolog 2018 sebagai Psikolog Klinis dari univ yang (katanya) salah satu yang terbaik, untuk S1 dan S2. Tapi saya ingat majalah kampus di sana jargonnya "Selamat datang mahasiswa biasa di kampus yang biasa-biasa saja". Terus saya percaya. Haha.
Di Indo psikolog itu harus S2, jadi setelah S1 terus ambil Pendidikan Magister Psikologi Profesi untuk ambil gelar belakang nama M.Psi., Psikolog. Dulu, programnya S2+profesi digabung. Kalau mau S2 aja tanpa profesi, bisa gabung Magisternya saja, beda program. Kalau sekarang, kurikulumnya untuk menuju profesi psikolog itu berubah lagi, saya tidak update. Program sempat ditutup dan beberapa baru dimulai lagi buka tahun lalu, itupun masih terbatas. Tahun ini sudah lebih banyak yang buka sepertinya.
Setelah lulus, saya kerja 4 bulan di bidang klinis, lalu pindah ke bidang industri organisasi. Saya kerja sebagai lead tim asesmen di sebuah konsultan selama hampir 2 tahun. Saya masih ingat betul bahwa awal-awal pindah kerja, saya sering berpikir bahwa saya ini pengkhianat karena kerja di bidang non klinis. Tapi sekarang saya sudah paham kenapa saya perlu melalui itu. Pengetahuan yang diperoleh dulu sangat bermanfaat ternyata.
Karena pandemi dan berbagai dinamika yang terjadi setelahnya, saya resign. Januari 2021, saya mulai terjun lagi ke bidang klinis. Sesekali saya masih ambil kerjaan asesmen, tapi sebagian besar waktu saya berada di bidang klinis. Saya berhadapan dengan klien, melakukan konsultasi individual, terkadang kelompok dan pasangan, mengisi materi soal isu kesehatan mental, dan lain2. Klien saya kebanyakan dewasa, saya menyerah saja kalau isunya anak-anak. Jadi kalau mau konsul sama saya, pastikan bahwa dirimu orang dewasa ya.
0 notes
radia12s · 28 days
Text
Tumblr media
Workshop intensif total kelas ada 5
*1. Masterclass Kursus CBT untuk Kecemasan (Anxiety)*
(4 Sesi live zoom)
a. Basic CBT (konsep dasar)
b. Memahami Kecemasan & Fungsi CBT
c. Tahapan-tahapan terapi & solusi jika ada faktor penyulit
d. Teknik komunikasi terapis - klien/pasien
c. Diskusi alat tes kecemasan
d. Diskusi varian kecemasan: GAD, Gangguan panik, SAD, OCD
e. Kunci keberhasilan terapi
*f. All you can ask The Professor: Diagnosis, Tatalaksana, Kasus-kasus sulit sehari-hari*
*2. Farmakoterapi 6 in 1 kasus tersering*
*Narasumber Psikiater Konsultan*
a. Cemas
b. Depresi
c. Insomnia
d. Psikotik
e. Skizofrenia
f. Bipolar
*3. CBT Keys for Depression*
a. Memahami depresi
b. Mengapa depresi sering kambuh ?
c. Faktor penyulit menyembuhkan depresi & Tips - Trik spesial
d. Kunci Psikoterapi CBT untuk depresi
*4. Manajemen Marah*
a. Perbedaan Marah & Marah Patologis
b. Manajemen Marah untuk Dewasa
c. Manajemen Marah untuk Anak/Remaja
*5. Manajemen Waktu*
a. Goal setting
b. Decision-making
c. ⁠Emotional management to reduce procastination
d. Related Time Management to Anxiety, Depression, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), and Borderline Personality Disorder (BPD)
Narasumber No.1,3,4,5
*Prof. Dr. Firdaus Mukhtar, Ph.D*
- Psikolog Klinis Konsultan
- President Asia CBT Association 2021-2024
- CBT Expert Consultant by WHO
- CBT Global Leader Ambassador 2023
*6. Rekaman Full Materi WS 6 Jam (Khusus Peserta Basic CBT - DBT)*
a. WS Basic CBT & DBT Prof. Firdaus
b. WS Alat tes adiksi zat (WHO ASSIST)
c. WS Asesmen adiksi perilaku
*_rekaman full akan dibagikan sebelum Sesi 1 di bulan Juni_*
Info: Firman 0823-2273-9345
Instagram: Psy Update Indonesia
https://www.instagram.com/psy.update.indonesia
0 notes
baliportalnews · 6 months
Text
Pemkot Denpasar Gandeng Organisasi Wanita Ciptakan Budaya Anti Korupsi
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Pemkot Denpasar bersama seluruh jajaran terus berkomitmen dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi berkelanjutan. Setelah sebelumnya menyasar OPD di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar, pendidikan anti korupsi kembali di gelar dengan menyasar organisasi wanita di Kota Denpasar. Kegiatan yang dikemas melalui Talk Show yang juga dirangkaikan dengan Hari Anti Korupsi (Hakordia) Tahun 2023 ini dibuka langsung Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara di Gedung Dharma Negara Alaya Kota Denpasar, Rabu (6/12/2023). Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Wakil Ketua Gatriawara Kota Denpasar, Ny. Suparmi Wandhira, Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Widnyani Wiradana, serta undangan lainnya. Kegiatan ini turut menghadirkan dua narasumber yakni Analis Kebijakan Tindak Pidana, Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK RI, Bunga Alamanda, Spesialis Pembinaan Peran Serta Masyarakat Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK RI, Qilda Fathiyah dan Psikolog Klinis dan Hipnoterapis Remaja Dewasa, Nena Mawar Sari. Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam sambutanya menjelaskan, peran wanita aatu ibu-ibu sekalian sebagai pendamping suami sangatlah penting. Dimana, harus mampu memainkan perannya sebagai benteng dan garda terdepan pertahanan pertama dalam membangun mental anti korupsi. Tantangan pembangunan kedepan semakin berat, perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan ekonomi semakin maju, karenanya mempersiapkan generasi yang bersih dan berintegritas menjadi salah satu prioritas strategis saat ini. Di sisi lain kata Jaya Negara, perlu upaya panjang agar perilaku korupsi tidak membudaya dengan melakukan pencegahan sejak dini. Upaya ini dapat dibangun melalui budaya anti korupsi yang dimulai dari diri sendiri, keluarga maupun pendidikan. hal ini tentunya tidak lepas dari peran aktif vigur seorang ibu dan lingkungan tempat anak-anak memperoleh nilai dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. “Kami ingin mengajak ibu-ibu yang hebat untuk memahami dan membangun budaya anti korupsi. keluarga adalah aset yang sangat berharga dalam upaya membangun budaya anti korupsi. Jadi peran keluarga akan menjadi penting dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini,” ujarnya. Dikatakannya, di lingkungan keluarga perlu merefleksikan 4 konsep pendekatan ketahanan keluarga. Hal ini meliputi keluarga berkumpul, keluarga berinteraksi, keluarga berdaya serta keluarga peduli dan berbagi. Termasuk menguatkan kembali gerakan kembali ke meja makan dan delapan fungsi keluarga yaitu agama, cintakasih, perlindungan, ekonomi, pendidikan, reproduksi, sosial dan budaya. “Pendidikan anti korupsi bertujuan untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai bentuk korupsi dan aspek aspeknya, dan juga merubah persepsi dan sikap kita terhadap korupsi serta membentuk keterampilan dan kecakapan baru yang dibutuhkan untuk melawan korupsi,” kata Jaya Negara. Pihaknya berharap, ibu-ibu sebagai pendamping suami dan pendidik anak-anak mampu membawa perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang. Kehadiran dan peran ibu-ibu yang tergabung dalam wadah organisasi wanita juga diharapkan dapat meningkatkan integritas dalam upaya mencegah dan menolak korupsi dalam kehidupan sehari-hari serta berani menegur terhadap pelaku korupsi. “Banyak yang harus kita perbaiki, dan benahi dalam membangun dan mempersiapkan generasi yang berintegritas guna mewujudkan Denpasar yang Maju, serta semua ilmu yang didapat mampu diimplementasikan di lingkungan keluarga masing-masing dan di lingkungan sekolah, SD dan SMP,” ujarnya. Sementara, Analis Kebijakan Tindak Pidana, Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK RI, Bunga Alamanda dalam paparannya menjelaskan, bahwa korupsi merupakan sebuah fenomena gunung es. Sehingga upaya pencegahan harus terus dilakukan melalui pendidikan dan sosialisasi sejak dini. Hal ini guna membangun generasi yang berintegritas dan memiliki pehamanan anti korupsi. Pihaknya mengajak, semua insan hendaknya menanamkan sikap antikorupsi. Hal ini dapat diwujudkan dengan melaksanakan sembilan nilai anti korupsi. Yakni jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil dan kerja keras. “Melalui pelelaksanaan talk show ini diharapkan mampu membangun budaya anti korupsi di dalam keluarga, sehingga dapat membangun budaya anti korupsi secara menyeluruh,” ujarnya.(bpn) Read the full article
0 notes
bantennewscoid-blog · 9 months
Text
Psikolog Sebut Anak Anemia Lebih Rentan Dibully dan Kejiwaannya Bermasalah
SERANG – Psikolog mengatakan jika sejak kecil anak mengalami anemia, berisiko lebih besar jadi korban bullying saat dewasa. Anemia adalah kondisi ketika tubuh mengalami penurunan atau jumlah sel darah merah berada di bawah kisaran normal. Ini terjadi karena kurangnya hemoglobin atau protein kaya zat besi, sehingga mempengaruhi produksi sel darah merah. Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jasapsikolog · 10 months
Text
PSIKOLOG TERAIK, Call 0851-5764-9978, Jasa Konsultasi Psikologi Online Di Bandung Coblong
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6285157649978, Biaya Jasa Konsultasi Psikologi, Biaya Konsultasi Psikolog, Biaya Konsultasi Psikolog Di Puskesmas, Biaya Konsultasi Psikolog Online, Biaya Konsultasi Psikolog Jogja MAYCOUNSEL Jasa Konseling, Konseling Pernikahan, Konseling Remaja, Konseling Pasangan, Hipnoterapi, Talents Mapping Jl. Swadaya Raya Beji Kecamatan Beji Kota Depok Jawa Barat 16421 LANGSUNG OWNER : Call 0851-5764-9978 FB : https://www.facebook.com/maycounsel/ IG : maycounselcom WEB : maycounsel.com Gmaps : https://goo.gl/maps/12JYPgXonVo6pqoh6 #psikologfatmaçelik, #psikologforensik, #psikologferhanbicakcilar, #fpsikologiug2019, #fpsikologiui, #fpsikologiui2021, #fpsikologi, #fpsikologiunika2019, #psikologgokhanbingol, #psikologgözüyle Jasa Psikolog Jakarta, Jadwal Psikolog Terdekat, Psikolog Klinis Dewasa Terdekat, Praktek Psikolog Di Tangerang, Psikolog Di Puskesmas Tangerang Selatan, Puskesmas Psikolog Terdekat, Rekomendasi Psikolog Tangerang, Biaya Konsultasi Psikolog Di Tangerang
0 notes
egle-kd · 2 years
Text
Tumblr media
TERBUKTI, Call 0878-7604-0136, Psikolog Pendamping Masyarakat Bunda Lucy
Klik https://wa.me/087876040136, Psikolog Pendamping Anak Mandiri,Psikolog Pendamping Anak Menangis,Psikolog Pendamping Anak Perempuan,Psikolog Pendamping Anak Pendidikan,Psikolog Pendamping Anak Remaja
Bunda Lucy Trauma Center PTB Duren Sawit Blok D3/1 Klender Jakarta Timur (Dekat Sekolahan SDIT Arrahma)
psikologklinistangsel #psikologklinistanjungpinang #psikologklinisurabaya #psikologklinisuntukremaja #psikologklinisums #psikologklinisyen #psikologklinisyogya#psikologklinis #psikologklinisdewasa #psikologklinisanak
0 notes
agl-kidz · 2 years
Text
Tumblr media
TERPERCAYA, Call 0895-3600-47385, Psikolog Pendamping Remaja Bunda Lucy
Klik https://wa.me/62895360047385, Psikolog Pendamping Anak SD,Psikolog Pendamping Anak Eligible,Psikolog Pendamping Anak Hilang,Psikolog Pendamping Anak Hukum,Psikolog Pendamping Anak IndonesiaBunda Lucy Trauma CenterPTB Duren Sawit Blok D3/1KlenderJakarta Timur(Dekat Sekolahan SDIT Arrahma)http://psikologindonesia.comhttps://g.page/r/CZUcygKgl_UzEAg/reviewhttps://g.page/r/CT98JtEHC7zUEAg/review#psikologklinisdiy #psikologklinisemarang #psikologklinisgorontalo #psikologklinishalodoc #psikologklinisharapanindah #psikologklinisi #psikologklinisiindonesia #psikologklinisjambi #psikologklinisjogjakarta #psikologkliniskuningan
0 notes
konsultasipsikolgmurah · 11 months
Text
PSIKIATER TERBAIK, Call 0851-5764-9978, Jasa Konsultasi Psikiater Di Penjaringan Jakarta Utara
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6285157649978, Konsultasi Psikolog Semarang, Biaya Konsultasi Psikolog Semarang, Tarif Konsultasi Psikolog Anak, Tarif Konsultasi Psikolog, Tempat Konsultasi Psikolog GratisMAYCOUNSELJasa Konseling, Konseling Pernikahan, Konseling Remaja, Konseling Pasangan, Hipnoterapi, Talents MappingJl. Swadaya Raya BejiKecamatan Beji Kota Depok Jawa Barat 16421LANGSUNG OWNER : Call 0851-5764-9978FB : https://www.facebook.com/maycounsel/IG : maycounselcomWEB : maycounsel.comGmaps : https://goo.gl/maps/12JYPgXonVo6pqoh6#psikologyogyakarta, #psikology?ld?zg�nel, #psikologyazar, #psikologyaprakhalici, #psikologzeyneptatarer, #psikologzehrabekki, #psikologzeynepb�y�karpac?, #psikologzehrahac?kadiro?lu, #psikologzeynepkilit, #zpsikologlarPsikolog Online Gratis, Wa Psikolog Gratis, Chat Psikolog Gratis, Konsultasi Psikologi Gratis, Psikolog Online Murah, Konseling Psikolog Online, Nomor Psikolog Online Gratis, Konseling Online Gratis
0 notes
persona-bilah · 3 years
Text
KECERDASAN EMOSIONAL ANAK
KECERDASAN EMOSIONAL ANAK
Ternyata bukan hanya kebutuhan kecerdasan intelektual anak saja yang penting, namun kecerdasan emosionalnya juga sama penting. Kecerdasan emosional sangat berperan dalam pengembangan diri anak. Sayangnya awareness tentang perlunya melatih kecerdasan emosional ini masih kurang karena para orang tua cenderung mengutamakan kecerdasan intelektual saja.
Untuk itu, sebagai orang tua kita perlu mengetahui lebih banyak mengenai kecerdasan emosional.Seperti mengapa kecerdasan emosional itu penting? Bagaimana tahapan dalam pembentukan kecerdasan emosional anak? Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kecerdasan emosional pada anak?
 PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN BAGIAN-BAGIANNYA
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang mengelola emosi secara sehat. Anak dengan kecerdasan emosi yang tinggi dapat mengelola emosi, menerima diri dan orang lain, serta memiliki empati yang tinggi pada sesama.
Konsep kecerdasan emosi popular pada tahun 1995 melalui buku Emotional Intellligence: Why It Matters More Than IQ yang ditulis oleh Daniel Goleman. Ada lima bagian kecerdasan emosional, yakni:
1. Self awareness / kesadaran diri
Mengetahui apa yang sedang dirasakan, memahami bahawa suasana hati kita daapt memengaruhi orang lain.
 2. Self management / mengelola diri 
Memilih respon yang tepat untuk merespon suatu situasi.
 3. Motivasi
keinginan mencapai tujuan.
 4. Social awareness / kesadaran sosial 
Memahami bagaimana perasaan orang lain tanpa terlibat terlalu mendalam atau tetap objektif, dikenal juga dengan sebutan empati.
 5. Relationship management / keterampilan sosial 
Berinteraksi dengan orang lain secara tepat, tahu apa yang harus dilakukan dan berdamapk positif bagi orang lain.
 TAHAPAN PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK
Dalam tulisan yang lain, “What is Emotional Intelligence” Mayer menunjukkan tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi, seperti berikut:
Tahap pertama adalah merasakan emosi, yakni kemampuan untuk mengidentifikasi emosi di wajah: kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, dan ketakutan mudah untuk dikenali. Kemampuan seseorang untuk merasakan emosi secara akurat melalui wajah atau suara orang lain bisa menjadi permulaan penting untuk memahami emosi secara mendalam.
Tahap kedua adalah menyampaikan emosi, yakni kemampuan untuk memanfaatkan informasi emosional dan secara langsung untuk meningkatkan pemikiran. Dalam tahapan ini, emosi penting untuk mendorong kreativitas. Perubahan suasana hati dan mood positif berpengaruh terhadap pemikiran kreatif.
 Tahap ketiga adalah memahami emosi, yakni kemampuan manusia untuk memahami informasi emosi dalam sebuah hubungan, transisi dari satu emosi ke lainnya, serta informasi linguistik tentang emosi. Mayer menjelaskan: kebahagiaan biasanya mendorong keinginan untuk bergabung dengan orang lain, marah mendorong keinginan untuk menyerang atau menyakiti orang lain, ketakutan mendorong keinginan untuk melarikan diri.
 Tahap keempat adalah tahap mengelola emosi. Mayer mengatakan bahwa hal tersebut bisa dilakukan apabila seseorang memahami emosi.
 CIRI-CIRI ANAK YANG MEMILIKI KECERDASAN EMOSI
1.       Mampu mengenali emosinya sendiri
Anak terbiasa mengungkapkan emosi dasarnya terlebih dahulu lalu seiring bertambahnya usia menjadi makin kompleks. Salah satu contoh ungkapan yang bisa diucapkan adalah “Aku sedih, Ma” . Pada anak usia 6 thaun ia dapat menjalaskan lebih kompleks misalnya dnegan menambahkan “tadi permenku jatuh lalu tidak ketemu”.
 2.       Jadi pendengar yang baik
Teman-temannya sering bercerita pada anak Anda tandanya ia memiliki empati yang baik dan dipercaya menjadi seorang pendengar sekaligus problem solver yang dapat diandalkan.
 3.       Memiliki inisiatif melakukan kebaikan
Anak dengan kecerdasan emosi tinggi dapat responsif dalam berbuat kebaikan pada oranglain bahkan tanpa diminta. Ia senang melakukan kebaikan sebagai panggilan hatinya. Mereka memahami etika dalam bersosialisasi dan melakukan pertolongan agar lingkungan nyaman dan terbantu. Contohnya ketika Si Kecil sigap menolong temannya yang terjatuh.
 4.       Menjadi penengah
Dunia anak-anak penuh dengan situasi konflik, meski tidak sekompleks ketika dewasa. Inilah saatnya anak belajar menghadapi konflik dan bagaimana menyelesaikannya. Pertengakaran pada anak sudah biasa. Yang luar biasa justru saat dalam situasi tersebut Si Kecil berinisiatif berdamai. Menunjukkan ia memahami emosi dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
 5.       Mengetahui dampak perilakunya pada orang lain
“Aku tidak mengambil permen milik adik, agar tidak bertengkar”. Bisa memahami dampak perilakunya pada lingkungan bisa jadi ciri kecerdasan emosi yang meningkat pada anak. Tentu kecerdasan ini tidak terbentuk dengan sendirinya, dibutuhkan pola asuh yang tepat.
 TIPE-TIPE ORANGTUA MERESPON EMOSI ANAK
Dalam mengasuh, bukan hanya kebutuhan material dan fisik saja yang harus diperhatikan orang tua. Orang tua juga harus memenuhi kebutuhan anak untuk dipahami emosinya. Bahkan Dr. John Gottman, psikolog klinis dan peneliti dari AS, menyebut bahwa pengasuhan yang baik terletak pada pemahaman sumber emosi dari perilaku bermasalah anak.
 Dr. Gottman melakukan penelitian terhadap anak-anak berkaitan dengan interaksi emosional mereka dengan orang tuanya. Hasilnya ada 4 tipe orang tua dalam merespon emosi anak, yakni:
1.       The Dismissing Parent
Ciri:
- Memperlakukan perasaan anak sebagai hal yang tidak penting atau sepele.
- Mengabaikan perasaan anak.
- Ingin emosi negatif anak menghilang dengan cepat.
- Melihat emosi anak sebagai tuntutan untuk memperbaiki sesuatu.
- Meremehkan peristiwa yang menyebabkan emosi tersebut.
- Alih-alih membantu memecahkan masalah dengan anak, malah meyakinkan mereka bahwa waktu akan menyelesaikan sebagian besar masalah.
 Orang tua dengan tipe ini sering mengatakan, “Sudah, nggak apa. Itu hal biasa, kok. Nanti juga baik lagi.”
Pengaruhnya pada anak: Mereka akan belajar bahwa perasaan mereka salah, tidak pantas, dan tidak valid. Bahkan mereka juga belajar bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri mereka karena perasaan mereka sehingga kelak mereka selalu kesulitan mengatur emosi mereka sendiri.
2.       The Disapproving Parent
Ciri:
- Selalu mengkritik ekspresi emosional anak.
- Percaya bahwa emosi negatif perlu dikendalikan.
- Percaya bahwa emosi membuat orang lemah dan meyakinkan anak-anak harus kuat secara emosional untuk bertahan hidup.
- Menekankan bahwa anak harus sesuai dengan standar perilaku yang dianggap baik oleh orang tua.
- Percaya bahwa emosi negatif tidak produktif, buang-buang waktu.
Orang tua dengan tipe ini sering mengatakan, “Jangan nangis, dong! Masa gitu aja nangis? Itu bukan masalah besar.”
Pengaruhnya pada anak: Sama dengan anak-anak dengan The Dismissing Parent.
3.       Laissez-Faire Parent
Ciri:
- Menerima semua ekspresi emosional dari anak dengan bebas.
- Menawarkan sedikit panduan tentang perilaku.
- Tidak menetapkan batasan bagi anak.
- Percaya bahwa satu-satunya cara yang dapat dilakukan dengan emosi negatif adalah dengan melepaskannya.
- Tidak membantu anak memecahkan masalah.
Orang tua dengan tipe ini sering mengatakan, “Nggak apa, lanjutkan aja nangisnya.”
Pengaruhnya pada anak: Mereka tidak belajar mengatur emosi mereka. Ini menyebabkan mereka juga sulit bergaul dengan anak-anak lain dan menjalin persahabatan.
4.       Emotion Coaching Parent
Ciri:
- Sadar dan menghargai emosinya sendiri.
- Melihat dunia emosi negatif sebagai arena penting untuk mengasuh anak.
- Tidak mengolok-olok atau meremehkan perasaan negatif anak.
- Menghargai emosi negatif anak sebagai kesempatan untuk membangun kedekatan.
- Menggunakan momen emosional sebagai waktu untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata dan kasih sayang yang menenangkan, membantu anak melabeli emosi yang dia rasakan, menawarkan bimbingan untuk mengatur emosi, menetapkan batasan dan mengajarkan ekspresi emosi yang dapat diterima, serta mengajarkan keterampilan memecahkan masalah.
Orang tua dengan tipe ini sering mengatakan, “Kelihatannya kamu sangat sedih? Cerita, dong, sama Mama.”
Pengaruhnya pada anak: Mereka belajar memercayai perasaan mereka, mengatur emosi mereka sendiri, dan memecahkan masalah. Mereka memiliki harga diri yang tinggi, belajar dengan baik, dan bergaul dengan orang lain dengan baik.
Dr. Gottman mengatakan bahwa pelatihan emosi anak adalah seni yang membutuhkan kesadaran emosional dan serangkaian perilaku mendengarkan dan pemecahan masalah yang spesifik. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk menyadari perasaan anak, mampu berempati, menenangkan, dan membimbing mereka. Ini adalah kunci kesuksesan hubungan dan kebahagiaan dalam keluarga.
 CONTOH KASUS
Ada seorang anak yang mendapat nilai matematika jelek. Secara intelektual, ia termasuk anak yang pandai. Buktinya mata pelajaran lain ia mendapat nilai baik. Hanya di satu mata pelajaran itu saja Ia mendapat prestasi akademik yang kurang memuaskan. Setelah ditelusuri ternyata, Ia tidak menyukai guru yang mengajar mata pelajaran Matematika. 
 Dari kasus tersebut tampak bahwa kinerja yang ditampilkan anak, tidak melulu hanya ditentukan oleh factor kecerdasan intelektual, namun apa yang ia rasakan dan bagaimana ia merespon lingkungan itu juga penting. Apa yang dirasakan, dapat mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan berikutnya. Tentu kita ingin anak kita dapat menjadi seorang yang mandiri dalam pengambilan keputusan secara logis dan bermanfaat baik bagi banyak pihak, tidak hanya dipengaruhi faktor suasana hati.
 Kasus lainnya saat anak balita yang sebaya berusaha menyusun balok. A menangis saat balok yang disusunnya jatuh, sedangkan B justru tertawa dan asyik menyusun ulang, C meninggalkan mainan balok dan memilih mainan lainnya. Respon anak seperti apa yang kita harapkan? Sebagai orangtua, apa yang bisa kita lakukan? 
Sebagai  orangtua, tentu kita ingin anak kita mencapai potensi terbaiknya, baik secara intelektual maupun emosi. Cerdas secara intelektual saja tidak cukup untuk bisa mengembangakan kemampuan terbaik seseorang. Harus diimbangi dengan kecerdasan emosi. Kabar baiknya, kecerdasan emosi ini dapat dilatih sejak dini.
 LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI ANAK
1. Jadi teladan
Orang tua adalah guru yang pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu perlu memberikan teladan atau contoh pada anak secara konkret. Anak belajar dari apa yang ia lihat, tidak cukup hanya panduan verbal berupa kata-kata. Ajari sejak dini mengucapkan kata “maaf, tolong, permisi, dan terima kasih” secara tulus. 
 Minta maaflah pada anak jika memang berbuat salah, karena orangtua juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, bukan?
 Jika kita ingin anak mengungkapkan apa yang dirasakan, maka orangtua juga perlu mengungkapkan apa yang dirasakan sebagai suatu kebiasaan baik. Misal, “Ayah lagi capek pulang kerja, boleh beri waktu 15 menit lagi ya? Setelah istirahat, Ayah akan temani Adik bermain.”
 2. Ubah mindset tentang definisi kecerdasan 
Perlu dipahami bahwa ada beberapa konsep kecerdasan. Beberapa diantaranya adalah kecerdasan inteltual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Kesuksesan anak tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja. Agar dapat mudah beradaptasi dan menampilkan respon yang sesuai dengan lingkungan sekitar, anak membutuhkan kecerdasan emosional. 
 Sebagai manusia yang utuh, anak membutuhkan stimulasi perkembangan secara menyeluruh. Baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Jika selama ini pujian hanya diberikan saat mendapatkan prestasi akademik yang baik, mulai saat ini puji lah juga saat anak melakukan kebaikan, seperti menolong Anda atau orang lain. 
 3. Mendengarkan anak secara aktif
Agar kemampuan empati berkembang, jadilah pendengar aktif yang benar-benar mau mendengarkan anak bercerita. Lakukan kontak mata saat anak bercerita. Sama halnya dengan kita, tentu akan merasa diabaikan jika saat kita bercerita, lawan bicara kita malah asyik memainkan gawai. 
 Posisikan mata sejajar dengan anak agar merasa nyaman. Hindari anak bercerita sambil mendongak ke atas. Buat suasana senyaman mungkin, agar ia merasa didengarkan dan berharga bagi orang di sekitarnya, terlebih bagi kedua orangtuanya. 
 4. Pentingnya apresiasi
Berikan apresiasi pada tiap kebaikan yang anak lakukan. Hal ini dapat membuat anak tumbuh menjadi lebih percaya diri. Ucapkan terima kasih jika anak berhasil menyelesaikan suatu tugas. Orang tua dapat bercakap-cakap dengan anak sebelum tidur, dan itulah saat yang tepat untuk bisa saling terbuka satu sama lain. 
 “Hari ini Mama senang, Roni bisa makan sendiri sampai habis, tidak ada yang tumpah lagi! Mama sempat sedih waktu Roni main gelembung sampai hampir habis sabun satu botol.” Lakukan secara rutin agar anak makin akrab dengan mengenali perasaan dan berkembang menjadi anak yang cerdas emosi.
Sumber: Kelas online oleh Psikolog  Fransisca Kumalasari (School of Parenting)
85 notes · View notes
wser · 1 year
Text
Memaafkan, tidak sama dengan Pulih dari Trauma
Salah satu hal yang cukup berat dijalani selama menjalani kuliah mapro psikologi klinis ini bukan hanya tentang tuntutan akademiknya saja, melainkan berdamai dengan trauma sendiri Bekerja di bidang pemulihan kondisi psikologis, secara tidak langsung memicu “luka-luka” pribadi terangkat kembali... Ketika melihat masalah klien yang serupa, ingatan yang mirip dengan ceritanya muncul kembali... Belum lagi ketika belajar bentuk-bentuk psikoterapi yang baru, mau tidak mau klien pertama kita adalah diri kita sendiri... Aku kira ketika aku sudah bisa memaafkan apa yang terjadi pada diriku yang dilakukan oleh orang tua di masa lalu, menjadi tanda bahwa trauma akan luka pengasuhan itu sudah pulih... Ternyata, belum. Ia akan terangkat kembali ketika dihadapkan dengan pemicu yang serupa di masa lalu... Tampaknya aku perlu memproses ini, dibantu dengan profesional juga, pada saatnya nanti waktu yang tepat... Entahlah, Kapan waktu yang tepat itu... Aku tahu bahwa “healing” yang sebenarnya bukan hanya dalam kedipan mata, bukan soal kita berlibur dalam hitungan hari... Mungkin proses itu butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun... Untuk saat ini, aku mengizinkan semua rasa itu hadir... Takut di masa kanak-kanak itu ketika tidak bisa memenuhi perintah orang tua, Kebingungan di masa kanak-kanak itu karena dihukum tanpa penjelasan, Marah karena diberi perlakuan tidak adil hanya karena aku lahir lebih dulu dibandingkan adik, Sedih karena luka fisik yang ada karena alasan untuk mendisiplinkan, Terganggu karena teriakan yang tidak berhenti sampai perilakuku sejalan dengan maunya, Berduka karena hilangnya peran sebagai “anak kecil” karena dipaksa keadaan memahami pola pikir manusia dewasa di sekitarnya... I’m really sorry about what you have been through... You can relax, right now or one day whenever you’re ready... Thank you for always trying to figure things out... Please, be kind, to your parents, your sisters, and especially yourself... May Allah help you, forgive you, guide you... Accept whatever you feel right now, it’s okay, I’ll wait, till you’re ready to take off the baggage, to seeking for (new) unfamiliarity and adjust at the right time and the right place... You are allow to give yourself space, time, and “heart”... It’s okay, it’s okay, it’s okay if it’s not okay... You’ll be fine whenever you’re ready... I’ll be here... Allah, accompany me.
3 notes · View notes
kreyazova · 3 years
Text
Takut Komitmen
Sederhananya, orang takut komitmen bisa karena beberapa hal. Kalau menyangkut trauma masa kecil, bisa karena dia terlalu dibebaskan, terlalu diabaikan, atau terlalu dikekang.
Sehingga, dia tidak pernah (atau setidaknya jarang) merasa bebas untuk jadi diri sendiri.
Ketika dia terbiasa diabaikan ataupun dibebaskan dan dimanjakan, apa-apa serba boleh dan bisa (misalnya), ketika menghadapi pasangan yang pengekang, dia bisa berontak dan marah besar.
Dia ingin A, semua orang di sekelilingnya B, C, D, E.
Orang takut komitmen biasanya bertipe Perceiving (P) kalau di MBTI. Mereka tipe yang senangnya senang-senang. Termasuk soal suka gonta-ganti pasangan. Tipe ini sangat berpikiran terbuka dalam banyak hal. Terutama soal hubungan. Sangat eksploratif. Buat mereka, tidak ada yang tidak mungkin. Makin dilarang, makin melawan. Makin dikekang dan diatur, makin senang "cari masalah".
Mereka tipe yang cocok untuk menjalani pola hubungan terbuka: Poligami, poliandri, hubungan tanpa ikatan pernikahan (pacaran atau tunangan seumur hidup), dan sebagainya. Tidak cocok untuk hubungan tradisional yang cukup dengan satu pasangan seumur hidup.
Kalau kita tipe Judging (J) yang senang dengan keteraturan dan kesetiaan, akan bermasalah ketika menghadapi orang tipe P ini. Karena beda visi-misinya. Jati diri dan pola pikirnya beda.
Yang tipe J bakal sakit hati karena tipe P bukan tipe setia. Yang tipe P bakal merasa dikekang karena banyak diatur dan dilarang oleh tipe J.
Bagi tipe P, tipe J itu kaku dan banyak aturan.
Bagi tipe J, tipe P itu sembrono dan tidak menghargainya.
Tapi sebenarnya, tidak ada yang salah. Dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Biar nggak konflik, yang J harus sama dengan yang J. Yang P harus sama dengan yang P.
Tapi, biasanya, kalau sama-sama J, sama-sama keras kepala.
Kalau sama-sama P, sama-sama bebas dan semaunya sendiri.
Pasangan yang bertipe J dan P sebenarnya bisa saling mengisi dan mengalah. Tapi, biasanya hubungannya toksik. Yang satu terlalu dominan, yang satu terlalu pasif. Apalagi kalau belum healing.
Kuncinya di healing, supaya kenal soal batasan sehat. Sejauh mana kita menolerir dan tidak atas sikap dan tindakan pasangan, itulah yang dipegang. Kalau mau hubungannya harmonis. Dan sudah sama-sama dewasa. Bukan narsisistik lagi.
Batasan sehat itu menjadi sangat penting di suatu hubungan sehat. Kedua belah pihak menjelaskan secara tegas hal-hal apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Dan kalau sepakat, lanjut. Kalau tidak sepakat tapi masih sayang, dinegosiasikan atau dikompromikan hal-hal yang berpotensi jadi masalah di kemudian hari. Kalau tidak sepakat, masih sayang, tapi tidak ada titik temu, ya, berpisah menjadi jalan terbaik dan tersehat bagi keduanya.
Jangan paksakan seseorang yang takut komitmen untuk berkomitmen dengan kita.
Selain karena trauma dan tipe kepribadian tadi, gue rasa, tiap orang punya fase sendiri-sendiri untuk mendewasa. Mereka yang takut komitmen bisa healing sendiri dulu atau ke psikolog klinis dan psikiater, kalau dirasa benar-benar perlu. Tapi, bisa juga mereka menikmati saja hidup tanpa komitmen. Kalau memang dirasa itu yang bikin mereka nyaman.
Karena jangan sampai, kita punya hubungan yang justru malah bikin kita terkekang, tidak bisa jadi diri sendiri, dan penuh kepura-puraan. Juga penuh konflik dan drama, pada akhirnya. Toksik. Pasti hubungannya terasa membebani dan melelahkan. Tidak akan ada kata puas dan bahagia di sana.
Bagaimana?
3 notes · View notes
aksrfy · 4 years
Text
Tumblr media
Malam, My Human Diary.
Dulu, enggak deket sama orang ini. Walaupun satu angkatan, tapi kita beda peer group. Bisa dibilang peer group kita bersebrangan, seringkali gutreng. Tapi Alhamdulillahnya, aku enggak pernah punya masalah personal sama orang ini. Jadi as long as orang itu enggak merugikan aku, aku enggak terganggu, termasuk dengan dia.
Lalu kita mulai dekat ketika jadi pimpinan di Bem Kema Psikologi UPI. Periode berapa ya, Fin ? Ohiya! Lupa kenalin wkwk namanya Afina Zahirah, orang Cirebon. Pakai kacamata dan suaranya lantang kalau bicara. Waktu itu aku jadi Sekretaris Jenderal, Afina jadi Kadiv Kaderisasi. Karena aku ex-kaderisasi, jadi sedikit banyak kita sharing ya ? Kebetulan aku Steering Committee (SC) kaderisasi juga. Jadi seringnya ngebawelin Anda dan anak-anak ya👀
Lalu mulai intens ketika persiapan ambil Magister Profesi
Sama-sama ambil di UNPAD, walaupun beda majoring, aku di Klinis Dewasa dan Afina di Klinis Anak, kita intens banget komunikasinya. Update perberkasan, jadwal wawancara, sampai akhirnya di pengumuman. Beruntungnya, kita berhasil merealisasikan keinginan kita, ngejalanin apa yang kita jadikan pilihan pertama. Walaupun banyak sekali yang kita korbankan untuk pilihan ini, tapi kita bahagia ya, Fin ?
Aku yang anaknya seneng ngedongeng dan lebih tepatnya curhat sih ya...🌚 Afina ini jadi salah satu "korbannya". Dari mulai cerita soal mantan, soal pacarku saat itu, keluarga, "si akang", sampe segala hal.... yang receh dan kebodohan juga enggak absen aku ceritain. Kehidupan mapro lebih enteng karena bisa curhat yang sealur sama Afina. Apa yang aku rasain, seringkali sama banget dengan apa yang Afina rasain. Jadi ketika aku curhat atau dia curhat, banyaknya ditanggepin dengan "ih sumpah sama banget" "IH IYAAA BANGEEEET" "sama dong" "same heree"
Dua minggu ini dunia lagi enggak bersahabat. Dan satu-satunya yang aku kabari dan update keadaanku cuman dia. Kenapa ? Karena aku merasa aman dan nyaman untuk menyampaikan segala hal ke Afina, tanpa ngerasa kepikiran responnya akan seperti apa. Perasaan paling enak kan ketika punya orang yang bisa diceritain apapun tanpa bikin khawatir dengan responnya ? Kalau ekspetasi, aku yakin semua orangpun akan berekspetasi responnya seperti apa.
Manusia cuman bisa berencana, ya ?
Awalnya, berencana tanggal 14 kemarin bakal ketemu Afina. Karena aku tau dia ada acara di Bandung. Tapi karena manusia cuman bisa berencana... Tuhan yang punya peran atas hasilnya. Enggak bisa ketemu... dari pagi ngerasa sendu banget. Sedih, kesel, bt, cape, kecewa gak puguh. Terus sore-sore ada yang ngehubungi, ada yang kirim sesuatu. Totebagnya besar, taunya! Salah satu wish aku dikabulkan. Mau boneka jerapah!
Happy, super duper happy. Waktu baca kartu ucapannya... gak bisa nahan nangis. Runtuh banget. Ternyata kita sama! Lebih suka ngucapin dengan cara yang oldschool wkwkwk tulis tangan! Walaupun aku mah bikin video aja ya kemarin👀 but it help me a lot, Fin!
Dear Afina,
terima kasih ya udah ada di hari-hariku. Maaf akhir-akhir ini "Salma with shocking soda" -nya lagi ilang dan banyak ngeluh... malah aku belum nanya ya, what colors today, Fin ? Aku harap hari-harimu menyenangkan ya, kemarin, hari ini, dan seterusnya. Kita ketemu ya kalau dunia sudah mulai bersahabat kembali ? I love you🤍
2 notes · View notes
senja-berbicara · 4 years
Photo
Tumblr media
TOMORROW!! yuk kita cari tau lebih lanjut tentang pentingnya support system di masa pandemi ini. Bersama Ka Adam Abednego dari “Menjadi Manusia” & berbagi ilmu bersama Mba Nea sebagai psikolog klinis dewasa. Tunggu apa lagi? langsung aja daftar!!
Merasa jenuh dengan kuliah online? Atau butuh refreshing di tengah hectic-nya perkuliahan online semester ini? Nah, pas banget nih, karena.....
We Love Counseling and Mental Health (WELCOME) FPUAJ Proudly Presents:
✨ WORLD MENTAL HEALTH DAY WEBINAR 2020 - AUXILIUM: Physical Distancing, not Social Distancing ✨
"Mental Health For All"
🗓 Sabtu,17 Oktober 2020 ⏰ 14.00 - 17.00 📍 Zoom Meeting Htm : Rp 15.000 (Including E-Ceritficate)
Webinar by: 1. Aenea Marella, S.Psi., M. Psi - Dosen FPUAJ, Psikolog Klinis 2. Adam A. Abednego - Co-founder and The Heart of Menjadi Manusia
Moderated by: Dr. Astrid Gisela Herabadi, Psikolog - Dosen FPUAJ, Psikolog
LIMITED SEATS! GET E-CERTIFICATE!
⬇️Click the link below for registration ⬇️ bit.ly/wMHd2020
(phone) Contact person: Brigitta 082113206080 Nadeen 081221766216
6 notes · View notes