Tumgik
#Ternyata Meteor
borobudurnews · 1 year
Text
VIRAL !! Foto Kilatan Cahaya Hijau di Atas Langit Magelang, Ternyata Meteor
VIRAL !! Foto Kilatan Cahaya Hijau di Atas Langit Magelang, Ternyata Meteor
BNews–MAGELANG– Viral sebuah foto Foto bernarasi kilatan cahaya hijau di langit Magelang, Jawa Tengah, viral di media sosial. Cahaya hijau itu disebut meteor. Foto tersebut viral setelah diposting oleh akun Instagram @merapi_uncover. Dalam foto itu, tampak benda bercahaya menyerupai meteor jatuh. Dari narasi yang ada di postingan itu, disebutkan benda bercahaya itu jatuh di daerah Magelang,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
happymoon-story · 1 month
Text
Ternyata emang bener ya kalau omongan orang lain tuh ngga akan ada habisnya.
Mau kita menyelamatkan bumi dan isinya dari hantaman meteor pun bakal selalu ada celah buat ngomongin kekurangan kita.
Dulu, mungkin omongan itu ngga ada pengaruhnya karena diri ini lagi sibuk sekolah, kuliah dan lain lain.
Tapi sekarang, makin dewasa makin paham, kalau jalan kita terlihat sedikit saja berbeda dari orang kebanyakan pasti akan diserbu dengan banyak pertanyaan kenapa begini kenapa begitu.
Dan puncaknya, lebaran kali ini berasa amat sangat melelahkan. Dihujani beberapa pertanyaan berulang seperti kapan ini, kapan itu, kenapa begini, kenapa begitu, harusnya seperti itu aja, kok belum bisa ini, belum bisa itu, ngapain kuliah tinggi kalau sampai sekarang kerjanya belum jelas, si X nih ngga kuliah tapi sekarang gajinya gede, kerja gitu doang kenapa jauh banget sih di sini juga banyak.
Ya Allah
Astaghfirullahaladzim
Astaghfirullahaladzim
Astaghfirullahaladzim
0 notes
nararyacetta · 2 years
Text
Yang Fana Itu Mitos, Kucingmu Abadi (Bagian 1)
Mitos dan sejarah, dua sejoli yang sejak lama tak pernah bisa dipisahkan. Saat mitos sedang menunjukkan betapa magis dirinya, sejarah selalu berhasil menjadi bagian penting untuk menguatkan posisi mitos. Begitupun sebaliknya. Sejauh perjalanan dunia, perkawinan dua hal tersebut selalu berhasil—tidak hanya menjadi si pendongeng—namun juga mampu mengubah pandangan manusia atas dunia; mengatur tindak-tanduk hidup serta lakon manusia di atas bumi. Levi-Strauss, seorang Antropolog ternama Perancis, dalam karyanya yang berjudul Myth and Meaning (1978) menjelaskan bahwa, mitos merupakan suatu warisan bentuk cerita tertentu dari tradisi lisan yang mengisahkan dewa-dewi, manusia, pertama, binatang, serta sebagainya yang memungkinkan kita mengintegrasikan seluruh masalah yang perlu diselesaikan di dalam suatu konstruksi sistematis. Seorang strukturalis murni seperti Levi-Strauss memang sangat sulit dipahami. Namun yang jelas adalah Levi-Strauss tidak menegasikan eksistensi sejarah dalam pembentukan mitos. Senada dengan apa yang disebutkan oleh Levi-Strauss mengenai mitos, Cicero (106 SM) menerjemahkan sejarah sebagai saksi zaman, guru kehidupan, dan pesan dari masa lampau.
Dunia sudah berjalan ribuan, bahkan jutaan tahun saat aku lahir, tumbuh, dan menjadi seperti sekarang. Sebagai manusia yang hidup pada masa akhir dunia, aku banyak mendengar pertautan antara sejarah dan mitos. Salah satu yang cukup populer adalah mitos orang Jawa dan orang Sunda yang tidak akan pernah bahagia jika memilih hidup bersamaa atau menikah. “Nanti rumah tangganya nggak harmonis,” “nanti pasti ada saja masalah datang,” kalimat-kalimat sadis itu bisa makin menjadi-jadi, terlebih jika pasangan lintas etnis yang diberi nasihat tidak mengambil pusing persoalan tersebut. “Nanti rumahmu ketiban meteor,” atau “nanti rumah tanggamu benar-benar hancur morat-marit seperti sebuah semangka yang dijatuhkan dari lantai dua puluh enam sebuah gedung,” ucapan-ucapan seperti itu kadang masih dianggap memenuhi kaidah wajar dalam rangka menasihati pasangan lintas etnis antara Sunda dan Jawa. Intinya adalah jangan.
Mitos pelarangan seperti itu tidak datang tiba-tiba begitu saja. Tidak ada yang bertapa di dalam sebuah hutan, di bawah pohon paling rindang untuk mendapat ilham berupa mitos itu. Tidak ada yang ketiban apel. Tidak, tidak begitu mitos tersebut tercipta. Seperti yang telah dijelaskan pada kalimat pembuka, mitos dan sejarah punya kisah panjang yang tak terpisahkan sama sekali, maka mitos pelarangan ini hadir bukan tanpa asal-usul. Mitos pelarangan itu bermula pada suatu kejadian yang terjadi pada abad ke-14, saat semua orang pada zaman itu tidak pernah membayangkan betapa dahsyatnya Covid-19 yang ternyata daerah kekuasannya jauh lebih luas dari wilayah kerajaan Majapahit, berkali-kali lipat!
Kejadian bermula saat Mahapatih Gadjah Mada dari Imperium Majapahit kehabisan akal untuk menaklukan tanah Sunda yang berada di sisi barat pulau Jawa. Hayam Wuruk sebagai Maharaja tidak kehabisan akal, ia memilih jalur diplomasi untuk menaklukan tanah Sunda dengan menyunting putri dari Raja Sunda Galuh, Prabu Linggabuana, yang bernama Dyah Pitaloka Citaresmi. Dalam waktu cepat, Kerajaan Sunda Galuh memberikan respons baik dan datang ke pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit yang terletak di Trowulan (sekarang Mojokerto), Jawa Timur. Arogansi dan kecerobohan Gadjah Mada dalam jalur diplomasi memporak-porandakan agenda sakral perkawinan Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka. Bukannya berkah yang dipersembahkan, kejadian itu malah menumpahkan darah dari para pasukan Kerajaan Sunda dan berbuntut amat panjang. Amat sangat panjang, bahkan hingga kini di abad ke-21. Kurang ajar benar memang kau, Gadjah Mada!
Sejarah perang Bubat—sebutan untuk kejadian pertempuran di atas, karena berlokasi di Bubat, dekat Trowulan, Mojokerto—beserta mitos yang tak pernah absen mendampinginya benar-benar telah kawin dan beranak-pinak. Berkat mitos itu, banyak orang Jawa dan Sunda yang hidup jauh setelah zaman itu enggan saling berpasangan, bahkan cenderung menghindari dengan beragam alasan. Satu alasan kuat yang sebenarnya melatarbelakangi orang Jawa dan Sunda enggan berpasangan adalah takut jika harus berakhir kacau seperti kisah Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka.
Aku sebagai peranakan suku Jawa tulen yang berasal dari Jawa Timur dan dengan semena-mena dicap sebagai keturunan orang Majapahit, sama sekali tak pernah ingin ikut campur pada mitos kosong tak berujung dan memuakkan itu. Toh, mungkin kakek dari kakek buyutku dulu hanya seorang tukang pikul batu yang tinggal melarat dan tak diperhatikan sama sekali oleh Hayam Wuruk. Jadi, persetan dengan mitos itu. Saya juga tak mengenal siapa Hayam Wuruk, apalagi Gadjah Mada.
***
Tiga atau empat puluh tahun dari hari ini, anak-anak manusia yang beruntung dan mampu membeli buku-buku berisi pengetahuan umum akan membaca sebuah catatan panjang mengenai perang bersejarah di tanah Jawa itu. Selain perang yang membawa petaka bagi para pasangan lintas suku Jawa-Sunda, akan tercatat juga pada buku-buku itu wabah yang berlangsung di seluruh dunia. Wabah yang cukup menyebalkan bagi sebagian besar orang yang kemudian diberi nama Covid-19. Wabah ini benar-benar berhasil melumpuhkan segala aktivitas luar ruangan atau jika dirasa terlalu berlebihan, boleh diganti dengan istilah terseok, pincang atau, keseleo, mungkin?
Aku tidak akan bercerita lebih jauh tentang wabah ini. Toh, sepanjang apapun aku menceritakan wabah ini, tidak membuat satupun karyaku dirangkum dalam buku-buku yang akan dibaca anak-anak manusia pada empat puluh atau dua ratus tahun yang akan datang. Aku juga tak seperti Hayam Wuruk atau Gadjah Mada yang bisa semena-mena melakukan apa saja lalu tercatat begitu saja pada catatan-catatan sejarah yang diamini oleh banyak orang. Aku akan menceritakan kisah lain yang terjadi pada saat wabah bersejarah ini berlangsung. Pada cerita ini, aku ingin menjadi Hayam Wuruk sekaligus Gadjah Mada, namun tidak gegabah dan ceroboh. Lewat cerita ini, aku ingin menuding-nuding hidung Gadjah Mada yang terlalu banyak bertindak sesuka jidatnya sendiri. Pada tulisan ini, nantinya akan banyak kalimat aneh yang jelas-jelas tidak masuk akal, akan banyak perbandingan yang secara terang-terangan tidak sebanding, akan banyak frasa berlebihan, akan banyak hal aneh, akan banyak gula, akan banyak hal lain. Hal itu bukan masalah besar, toh sekali lagi saya menekankan, bahwa ini adalah sejarahku sendiri. Bukankah setiap pemenang berhak menuliskan sejarahnya sendiri? Setidaknya begitu yang banyak orang katakan, ya, dan aku memang seorang pemenang, yang setidaknya menang melawan sesosok imajiner bernama Gadjah Mada beserta kroni. Lihat dan pelajari cara melakukannya, Gadjah Mada si Tuan Arogan.
0 notes
sadajiwas · 5 months
Text
Jeremy's Ted Talk.
Tumblr media
Mulai dari mana ya kata sambutan ini...
Oh. Dari awaaaaal banget. Let's back to 2021!
Awal kenal Damian dan Keano dari Group DM khusus aktor dan aktris bernama ACTFUL. Dari awal udah sering bickering sama Keano, soalnya beliau ini dulu amat-sangat bullyable. Sama Damian dulu masih kenal tipis-tipis aja, maklum lah dia suka jaga image kalau di awal masuk GDM. Awalnya gue pribadi ngerasa "one step closer" waktu ngegibahin soal mantan gue, si anak Papih, yang ternyata udah terkenal di kalangan RP Actor. Tapi kita jadi lebih deket setelah gue jadi Simu Liu dan dia jadi Tom Holland.
Setelah itu, gue juga lupa gimana cerita detailnya, sampe terbentuklah GDM berisi tiga seboti ini. Kalau ingatan gue masih bagus, kayaknya bermula dari kita mau diskusi (re: gibah) tentang seseorang. Dari temen curhat, lama-lama jadi deket kayak biji yang nggak bisa dipisahin.
Lalu kita bikin GDM khusus aktor dan aktris yang namanya sama kayak nama grup kita sebelum masehi itu. Di grup itu Keano yang dulunya pemegang piala bertahan "Juara 1 Kisah Cinta Jelek" ketemu sama si pujaan hati, dan piala bergilir itu jatoh ke tangan gue. Brengsek!!
Terus, akhirnya kita bertiga memutuskan untuk jadi aktivis bersama. Karena mau jadi aktivis di RP, butuh yang namanya nama OC. Awalnya gue lagi bengong aja, terus kepikiran, kayaknya seru kalau punya nama belakang yang sama kayak kalian bertiga, sampe akhirnya si Keano nawarin untuk pake nama belakang dia yang udah ada dari jaman Meteor Garden tayang di Indosiar.
Dan, terbentuklah Sadajiwa Brother. Yeay, selamat ya.
Intinya, gue sangat-amat bersyukur bisa kenal dan deket dan jadi sedeket biji ini sama kalian berdua. Dari yang awalnya cuma temen satu squad, bisa bermetamorfosis jadi temen satu marga. Banyak banget hal-hal yang udah kita bertiga lewatin selama 3 tahun terakhir, dari yang baik, buruk, senang, sedih, susah, susah banget, sampe yang bikin emosi, bikin marah, bikin keluar kata-kata kotor juga; after all these times, thank you for stay beside each other's sides sampai hari ini. <3
Janji ya tidak ada kata pisah di antara kita bertiga, karena yang bisa putus cuma hubungan gue doang ha ha ha. Pokoknya kita bertiga harus bahagia. Apapun yang terjadi.
Damian, atau yang lebih sering gue panggil Obet, semoga lu selalu bahagia sama pacar dunia nyata lu. Semoga kerjaan lu lancar. Diberi kemudahan dan kesuksesan di mana pun lu berada. Semoga di RP lu semakin kronis lagi main RP-nya. Semoga nggak ada lagi orang aneh bin ngeselin di sekitar lu. Dan semoga secret admirer lu semakin banyak, entah dari mana datengnya, tapi semoga lu berhasil menyelesaikan misi dari Keano; ditembak at least 3 cewek dalam setahun. Love you, Bet. Bahagia selalu!
Keano, atau gue lebih suka panggil Botsu, semoga lu juga langgeng mesra sama Dani ya, jangan ada kata pisah karena gue udah capek-capek ngeditin foto lu berdua. Semoga skripsi lu diberi kemudahan supaya cepet selesai. Semoga setelah lulus langsung dikasih jalan yang lebih baik. Semoga lu selalu bahagia apapun yang lu hadapi. Semoga lu main RP dan jadi aktivis yang digandrungi banyak orang karena kebadutan lu itu. Dan semoga di tahun yang baru ini, lu bisa beli HP baru yang lebih topcer. Love you, Bot. Bahagia selalu!
And last, happy birthday Damian, and happy belated birthday Keano. Semoga hal yang baik selalu menyertai kalian di sepanjang tahun 2024. Love you!
0 notes
tetanggasebelah · 11 months
Text
Pertemuan Awal Bulan Juli
Pertemuan di bawah sinar bulan purnama di antara bisingnya suara lautan manusia yang bersahut-sahutan, kukira awalnya kita nggak bakalan bisa ketemu lagi Khaf. Aku sering mencuri pandang ke arah celah celah kegelapan malam, di antara manusia bersorban yang kupikir itu kamu sebab memakai jam tangan vintage berwarna perak di sebelah kiri, sama seperti dalam ingatanku perihal kamu.
Dengan keriweuhan diri sendiri dimana aku sedang sibuk pada ponsel genggamku, pergi kesana kesini sampai tubuhku tertarik pada kedatangan 3 laki laki bertubuh tinggi. Mataku berhenti pada seorang lelaki yang sedang menundung sibuk pada dunianya.
Entah keberanian darimana yang kupunya, aku memanggil namamu tanpa jeda. Padahal sebetulnya aki-laki yang kupanggil sedang menunduk sibuk pada dunia di genggamannya. Maaf ya Khaf, aku membuatmu malu karena suaraku menjadi pusat perhatian.
Sepertinya doa doaku agar dapat bertemu denganmu kembali dan menyelesaikan semuanya tak dikabulkan. Malahan doaku yang sekelebat lewat supaya bisa bertemu denganmu walau hanya 5 menit yang akhirnya dikabulkan.
Tapi nggak apaapa, bagiku 5 menit adalah waktu berharga meski hanya sekedar saling bertanya. Kamu cuma bertanya kalau ternyata aku berada di tempat yang sama denganmu dan kujawab iya.
Bodohnya aku yang kala itu lagi nggak percaya diri, aku melewatkanmu bak adegan dalam drama yang kusuka. Seperti kita saling berpapasan padahal kamu ingin berhenti sambil berbincang, namun aku tetap berjalan.
Kalau ada kamera disana, agaknya dia akan merekam adegan bak drama pasangan saling ingin melepaskan namun masih ada cinta di hatinya. Itu seperti sewaktu aku menoleh padamu namun kamu terus berjalan, dan saat aku berjalan kamu menoleh kepadaku.
Tau nggak Khaf, kalau setelah malam perjumpaan kita saat itu tatanan semestaku kembali terguncang? Seperti ada hujan meteor yang jatuh bertubi tubi hingga menyebabkan black hole dan aku masuk kedalamnya. Kukira perjumpaan kita akan menyelesaikan perasaanku padamu hingga aku bisa terbebas dadi rasa sukaku sejak bertahun tahun lalu. Sayangnya nggak seperti ekspektasiku Khaf, selesai kita saling berpisah, mendadak ada rindu yang ingin tumpah ruah.
Sampai saat ini rasanya sakit menusuk dada karena rindu yang nggak ada habisnya. Aku cuma bisa merapalkan doa dan melangitkannya supaya alam semesta menyampaikannya padamu. Berharap suatu hari di bulan Juli kamu bisa mendatangiku lagi.
Hingga detik aku menuliskan ini, aku masih menggambarkan tentang kamu sambil berharap bahwa pertemuan kita adalah awal agar nggak saling melewatkan seperti sebelumnya. Juga menjawab semua pertanyaan tentang doa siapa yang dikabulkan setiap kita saling bertemu.
0 notes
puturmaskdown · 1 year
Text
my life : season 9
hello again tumblr..
lama g kesini..kupikir ak terlalu sibuk dengan semua aktivitas ku yg multitasking ini. menjadi ibu pekerja dengan kondisi perikahan yg LDM sangatlah menguras hati dan fisik. aku tau, semua pernikahan pasti ada tantangan dan ujiannya masing2..begitupun dengan aku..
dari awal pernikahan pun aku sudah bertanya2..bagaimana nnt ketika kami menemui kerikil2 di setiap langkah kami..bagaimana harapan2 dan doa juga ekspektasi yg muncul saat itu..
aku masih sangat muda dan naif..
belum tau pahitnya ujian dan tempaan dalam hidup..
belum tau bahwa terkadang apa yang kita harapkan itu bs tiba2 musnah dan hancur dalam sekejab mata saja..
...
malam itu kau merasa tenang dan seolah semua baik-baik saja..ternyata esokny seolah kau berada di titik paling rendah dalam hidupmu..
disitu kau merasa bahwa selama ini ujian yg datang kepadamu it ‘biasa’ saja..
bahwa ujian yg baru kau terima ini sangatlah luar biasa..yang menghancurkan semua ekspektasi terbesarmu..impian2mu..harapan2mu yang sudah kau susun rapi ternyata semuanya bisa punah seperti dinosaurus yang terkena hujan meteor jaman dahulu kala..
bahwa ternyata cinta kita kepada manusia memang tidak boleh melebihi cinta kita kepada Sang Pencipta..
mungkin ini memang datang kepada mu untuk menyadarkanmu bahwa kita tidak boleh menggantungkan harapan pada manusia. bahwa rasa cinta itu akan berbalik menjadi senjata yang menusuk dan menghancurkan hati kita sendiri karena kita terlalu bergantung dan berharap..
aku mungkin tak menceritakan secara gamblang ujian yang diberikan saat ini..
tapi yakinlah..saat ini aku sedang berjuang untuk bisa lulus..
yakinlah bahwa Sang Pencipta sedang ingin menaikkan derajat mu
yakinlah bahwa Ia sedang menghapuskan dosa2mu
yakinlah bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan
yakinlah bahwa Ia akan mengganti kehilangan dengan sesuatu yang tak kau sangka-sangka akan kau dapatkan..
yakinlah bahwa ujian ini akan membuatmu lebih kuat dari sebelumnya..
yakinlah pada Sang Pencipta..
bahwa memang ujian ini datang karena Ia yakin engkau bisa melaluinya..
bersyukurlah..bahwa Allah ingin engkau lebih dekat padanya..
bersyukurlah..bahwa Allah ingin membuka matamu dan mengungkap semuany lebih awal sebelum semuanya menjadi terlalu dalam sehingga kau tak bisa menghentikannya..
sakit di awal akan lebih baik daripada sakit diakhir dan harus merelakan..
sakit di awal dan membuat komitmen baru akan lebih baik..
sakit ini memang tak akan terlupa dan akan kau ingat sampai akhir hayat..
tapi jgn pernah putus asa..
Allah tidak tidur..dan Ia adalah pembuat skenario terbaik..
Ia tau seberapa banyak air mata dan marah yang kau tahan demi orang-orang yang menyayangimu..
Ia tau seberapa tulus kau mencintai..
Ia tau seberapa keras perjuanganmu..
Ia tau seberapa banyak pengorbananmu..
kau sangat berarti..tidak usah rendah diri..
tidak ada yang salah pada dirimu..
hanya ia yang tak pandai bersyukur..
dan terlalu banyak lalai dan abai pada yang halal..
biarlah Allah yang menentukan hisabnya nanti..
tak usah kau yang berpusing diri utk menghukumnya..karena Allah punya caranya sendiri..
seperti Ia punya cara nya sendiri untuk buatmu bahagia..
hapuslah air matamu...hilangkan semua beban di hatimu..
ikhlaskan semua yang tidak mungkin akan pernah kau ubah dan telah terjadi..
karena hidup masih panjang..hiduplah untuk hari ini..masih bisa kau buat harapan baru dengan goals yang baru pula..kau masih bisa membuat langkah2 untuk masa depan yang lebih baik..
syukuri nikmat yang kau miliki..
berdoa dan berusaha setiap hari..
...
semoga akan ada pelangi yang menanti setelah badai ini..
0 notes
hbelric · 2 years
Text
"Menepi sejenak. Udara sedang bagus untuk sebuah langit malam dan tanpa perlu memikirkan banyak hal.
Dengarkan,
Aku tidak butuh sayap dan terbang. Karena ternyata langit tidak membatasi kenikmatan kita untuk menatapnya dan duduk saja.
Juga tidak perlu pistol atau pedang, bila hanya untuk merasa aman. Karena orang jahat dengan tangan kotor nafsunya takkan mampu menyentuh sesuatu yang berharga tersembunyi di dalam hati dan jiwa kita.
Bersiaplah. Kita perlu kata-kata dan bahasa. Untuk menggantungkan mimpi dan menjerat bintang.
Dan senyuman akan membangkitkan semangat para pemimpi, hingga galaksi terjaga dalam kebijaksanaan gravitasi.
Kecuali, meteor jatuh ke rumahku dan runtuh bangunan juga infrastruktur bersamanya. Namun, kita semua, para petualang, tetap butuh pulang."
0 notes
aptdind-blog · 2 years
Text
Setelah Semua Badai
Beberapa tahun terakhir rasanya jadi tahun tahun termenakutkan sepanjang hidup. Aku hampir lelah menjelaskan ini dan itu kepada teman dekatku yang mengira masalahku hanya sebesar kerikil. 
Ada banyak hal yang sebetulnya mengganggu, sangat amat. Bukan sekedar kerikil, ibaratnya aku kejatuhan hujan meteor. Terdengar berlebihan tapi sejujurnya begitu perumpaan yang mungkin paling mendekati. 
Kukira setelah semua badai kehidupan yang terlalui dengan baik, masalah percintaan ini ga akan membuat hidupku jadi lebih sedih. Gampanglah. Masalah cinta-cintaan gini. 
Eh tapi aku salah. Setelah kehilangan kamu dan sekarang kita jadi stranger, ternyata masalah cinta ini masih akan pelik. Kukira aku gabakal nangis dan melupakan kamu semudah-mudahnya. Ternyata engga, walaupun sekarang lebih wise dan ga terlalu memikirkan hal-hal yang diluar kendali. 
Aku ingin berbagi semua, literally semua kesedihanku, kelemahanku ke kamu. Tapi aku gabisa melangkah jauh kalo kamunya stuck sebagai “teman” aja selama 1,5tahun ini. Kukira kamu punya tujuan yang sama, ternyata aku salah pertanda. 
Ngomong-ngomong, kamu apa kabar disana?  Kamu yang gabakal baca post ini.. 
Aku baik-baik aja sekarang. Beberapa hari lalu sempet sakit sampe nangis gakuat pengen pulang, but thanks to serentetan obat yang bikin aku kuat sampe hari ini. Disaat-saat kaya gitu, rasanya aku butuh banget kamu. Terlalu nggak mungkin buat chat kamu duluan setelah aku selesai menyatakan ternyata nyaman aku bersama mu. 
Terimakasih loh jujur, karna kamu udah jadi tempat curhatku beberapa tahun kebelakang. Nemenin aku disaat mamaku ga ada, pun aku yang nemenin kamu sewaktu kamu kena covid. Ternyata masa-masa itu berharga banget ya. Coba aja aku ga cuek ples lebih peka. Harusnya aku bisa lebih banyak ngobrol dan kita lebih sering main bareng. 
buttt life must go on. Bohong kalo aku bilang nggak kecewa. Namanya juga hidup, nggak semua variabel bisa dikontrol, apalagi perasaan. Aku bersyukur pernah kenal kamu. Kamu laki-laki yang baik, kamu ngurusin ibuk dan manut ke bapak. kamu juga akrab banget sama kakak cewe mu, sampe aku iri dan kerasa aja hangat tiap kamu cerita tentang mereka. 
Kalo dipikir lucu juga ya hidup ini. Dulu waktu jaman SMA, kamu pernah nanya ke aku, gimana hubungan kita.. dan aku lupa banget jawab apa waktu itu, yang jelas bodohnya aku milih oranglain dan ninggalin kamu. Sekarang giliran perasaanku ada di kamu, aku hampir yakin kalo kita bisa perjuangin hal yang sama dan ternyata kamu nggak ada ditujuan itu. 
Kamu terlalu baik sampe aku gabisa nebak maksud tujuanmu. Kamu ngajak aku main, jemput ke rumahku, kita janjian ketemu dijogja tapi kamu ga dateng, dan banyak hal yang aku mimpikan terjadi bareng-bareng sama kamu. 
Kamu semoga selalu sehat ya disana. anak baik anak sholeh. semoga bisa pindah ke jawa biar ga kangen bapak ibu sama kucing-kucing kamuu. see youu stranger! :)
0 notes
Text
Bintang Jatuh
[1]
Jakarta, Mei 2016
.
"Juan, kamu pernah liat bintang jatuh?"
"Meteor?"
"Bukan, juan. Bintang jatuh"
"Ya itu meteor, Ra. Bintang, mana bisa jatuh"
"Aku mau menyebutnya begitu" balas rara.
Juan hanya tersenyum, gadis disebelahnya tidak pernah mau mengalah.
"Kamu mau minta apa pada bintang jatuh?" rara mulai lagi.
"Aku tidak mau meminta pada benda, apa lagi yang tidak punya kuasa atas dirinya sendiri"
Rara melotot, lelaki itu sangat realistis. Tidak ada kata andai atau umpama dalam kamus bahasa miliknya. Namun entah kenapa, hanya pada juan semua pemikiran liar dan tidak masuk akal ini bisa rara utarakan.
"Kenapa kita bisa temenan yah. Kamu sadar gak sih kalau kita itu gak cocok"
Juan tidak menjawab, ia sedang sibuk tertawa. Wajah kesal rara selalu jadi kesukaannya. Bibir manyun dengan dua mata kecil yang menatap tajam.
"Maaf, aku gak pernah mikir akan meminta sesuatu pada meteor"
"Bintang jatuh, juan" ulang rara sekali lagi
Juan mengangguk, ia mengalah.
"Kalau aku melihat bintang jatuh. Aku ingin meminta mesin waktu"
Senyum juan memudar, ia menatap rara yang tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari langit penuh bintang.
"Kamu ingin kembali ke waktu kapan?" Juan memberanikan diri bertanya. Meski ia tau betul jawaban rara. Selalu sama sejak keduanya mulai menghabiskan waktu menatap langit malam bersama.
"Saat sebelum kita mulai bertemu. Saat sebelum aku mulai berlari"
"Ra, sesuatu yang hilang memang sepantasnya di ikhlaskan"
"Aku tau, kan kalau ternyata aku bisa kembali kebelakang"
Rara mengambil jeda. Menarik nafas panjang kemudian mulai lagi.
"Aku ingin melakukan semua yang aku bisa. Aku ingin melakukan yang terbaik untuk dia"
"Mau gimanapun usaha kamu, ending nya gak akan jauh berbeda. Hidup udah berat ra, jangan berandai andai untuk sesuatu yang tidak terjadi"
"Karna aku sudah tau akhirnya, juan. Aku mau setidaknya bisa jadi kenangan yang indah, aku mau dikenang baik. Karna ternyata, itu jadi satu-satunya yang tersisa"
.
Ada hening yang cukup panjang, sejak kalimat terakhir rara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Lantunan musik dari kamar rara terdengar jelas, bersautan dengan suara beberapa kendaraan yang lewat.
Setelah berpikir lama. Juan akhirnya kembali membuka suara, mencoba menarik rara dari pikiran nya yang bisa juan tebak sedang berada dimana.
"Aku udah mikirin, aku tau akan minta apa kalau bintang jatuh itu lewat malam ini"
"Apa?"
"Aku berharap bintang itu tidak pernah jatuh"
"Kalau dia tidak jatuh, kamu gak akan bisa ngajuin permohonan dong”
"Terserah, itu lebih baik. Dari pada harus ku saksikan bintang itu jatuh dengan kecepatan penuh. Terbakar, dan lenyap. Lebih baik bintang itu tetap tak tersentuh dari pada berubah jadi abu"
Ra, kamu adalah bintang jatuh ku.
— April, 30 2021
1 note · View note
penuntuncahaya · 4 years
Text
Sampah I
Beberapa meteor di sekitar ujung Superklaster Laniakea seperti iblis penakut yang gemar memakan beberapa bungkus mie instan dan sebatang rokok yang tertanam api asmara. Aku, pada sore hari berjalan-jalan dari simpang kaldera Parung Bingung, menatap Jakarta yang tidak pernah ada. Bagi seorang anak esempe yang baru mengenal Skype dan juga Yahoo! Messenger, adalah hal membahagiakan melakukan beberapa hal ini: membidik beberapa objek trans-neptunian di sekitar celah-celah batu-batu bertumpuk sabuk kuiper, sembari membayangkan beberapa bunga-bunga melati bermekar-mekaran sesinting-sintingnya di gerbang tol Pluit.
Ah! Malam yang indah. Tiba-tiba siang tamat begitu saja. Ingat aku, ada seorang teman yang merupakan abangan dari kaum SMK gila tawuran itu; aku didoktrin untuk membeli bendera Argentina dan secuil binatang yang klasifikasi taksonominya ngacak; sesekali mendengar Epica atau cover orkestrasinya yang sebagus dangdut Ayu Ting-ting.
Walaaah! Kematian ternyata sudah banyak kuhadapi. Dari celah-celah palang bambu di kampung, sampai-sampai di jalan layang Jatiasih dimana beberapa pick-up yang kutebengi mengantarku jauh, jauh sekali ke tengah-tengah Paris yang kikuk; pernah kok aku ke Eropa, melihat iblis sinting main gaplek; sambil jualan tebu ketika kiamat sudah tiba.
“Mau batu aku, mau mau, kring-kring, sayang, kamu dimana?” Seseorang yang sedang ngelem tapi setelah diusut, hanya seorang anak manja pemain game kelas berat yang tidak pernah mengalami kehidupan stm-isme di Jabodetabek. Kembali lah, oi rang nak urang. Rantau alah jauh, indak ingat kah waang atau lu-lu pade sama nagari, himbau nagari nan sagadang talua itik atau kambing-kambing di terminal Pulo Gadung?
Selesailah sudah semua, hihihi
Aku cinta kamu
Kamu A M U
Ahoiii!
*Sedang mempraktekkan automatic-writing dibawah bayang-bayang lagu My Chemical Romance. 
5 notes · View notes
formidnine · 4 years
Text
Like it Here
Tumblr media
23/10/20
“Hendra.”
“Halo? Ya, kak?”
“Lo di rumah gak?”
“Enggak, kak. Lagi di kosan. Kenapa?”
“Gue ke sana ya.”
“Semalem ini? Dari kampus?”
“Ga bisa ya?”
“Lo bukannya dijemput ama Kak Jul-“
“Julian ga jadi bisa jemput gue.”
Hening. Gak tau berapa lama, tapi cukup buat bisa denger detak jantung gue sendiri.
“Boleh nunggu gak 30 menit? Gue jemput ke sana sekarang.”
“Ya lo bolak-balik dong… Dari Kemanggisan ke Pejaten lumayan, Hen.”
“Gapapa, habis dari kampus kita ke mana kek. Tunggu ya, jangan gerak. Gue ganti baju sekarang. See you.”
*pip*
Gue cengok, ngeliatin layar hp gue dengan heran. Gue mesti ngapain nunggu setengah jam? Kampus udah gelap gini… Masih ada Esther dan Judi sih di lab. Mereka nginep, ngerjain tugas.
Gue menghela nafas pasrah. Daripada gue buang duit mesen Gojek, mending gue nungguin Hentong sambil lanjut nugas di lab bareng yang lain. Hitung-hitung ada company juga kan.
Gue balik masuk ke dalam kampus, ditanyain Joko di tengah jalan kenapa gue ga jadi pulang. Gue ketawain aja, gue bilang anginnya terlalu kencang di luar jadi gue gak bisa keluar dari lobi.
“Ga jelas lu, Chi.”
“Sejak kapan wa jelas. Lop yu, Jok.”
Joko tuh emang gitu, staff kampus gue yang paling ngehe. Se-aneh-anehnya Joko, tetep aja orang-orang seneng sama dia. Gak dosen, gak mahasiswa, masih bisa ngehargain dia. Apa yang dibutuhin sama staff yang lain dia selalu bisa kerjain. Lop yu, Jok.
Dari luar suara speaker lab kedengeran keras. Kayaknya itu berdua stress lagi deh… Gue buka pintu lab dan menemukan dua teman gue sibuk di komputer mereka masing-masing. Gue ngeliat proyeksi di dinding depan kelas, terpampang jelas MVnya K/DA – POPSTAR lagi dimainkan. Secara spesifik, lagi adegan si Ahri duduk di atas mesin cuci.
“Lah, chingu kok balik lagi?” Esther nyaut. Agak keras karena ngelawan speaker kelas.
“Bukannya lu dah pulang tadi?” Judi juga nyaut, matanya aja yang keliatan dari sudut pandang gue gara-gara ketutupan monitor.
“Cowok gue ga jadi jemput tadi. Jadi gue nungguin temen gue yang jemput otw ke sini.” gue jelasin singkat sambil jalan balik ke komputer gue.
Entah Esther nyadar ada yang off dari nada bicara gue atau enggak, tapi dia langsung jawab dengan nada simpatik gitu.
“Yaudah, Chi. Lu lanjut texturing aja sambil nge-POPSTAR di sini. Sambil nunggu temen lu, maksud gua.”
“Udah berapa kali kalian loop ini sih anjir hahaha.”
“Ga tau anjir dah ga keitung. Berapa Jud kira-kira?”
“I don’t fucking know and I don’t fucking care yang penting POPSTAR tetep bikin gue waras ngerjain ini sampe pagi.”
“Ntap.” Jujur, lumayan kehabisan kata-kata untuk ngerespon. Struggle menuju deadline dalam 2 minggu memang gak main-main.
Gue taruh tote bag gue di bawah meja dan mulai ngebuka save file kerjaan terakhir tadi siang. Lumayan selama 30 menit, sepertinya gue bisa kelar bikin detil tekstur kulit naga gue. Itu pun kalau gak ke-distract sama youtube…
Gue narik kedua tangan gue ke atas, stretching my thin bones out yang udah kaku di atas kursi biru ini entah berapa lama. Gue menghela nafas berat, mata gue tertuju ke arah jam di pojok kanan bawah desktop.
09:35.
Gak berasa udah setengah jam aja.
“Hentong dah di mana ya…” ucap gue halus, lebih bertanya-tanya ke diri sendiri.
Pas banget setelah gue mempertanyakan itu, layar HP gue nyala. Ada tanda masuk call WA dari dia.
Anehnya, gue lebih excited dari yang gue kira.
“Halo?”
“Gue dah di parkiran, kak.”
“Oh, oke! Tunggu bentar yaa.”
“Siiip.”
Setelah gue end call, gue langsung simpan progress gue dan nge-copy filenya ke dalam HD. Komputer gue matiin, botol minum dan hp gue masukin ke dalam tas. Setelah making sure meja gue rapi dan semua perangkat udah mati, gue pamit sama Esther dan Judi, gue bilang udah nyampe jemputannya.
“Ganbatte ya, guys!” tentu saja tidak lupa dengan kalimat penyemangatnya.
Gue bergegas turun ke bawah, gak mau bikin Hendra nunggu lebih lama dari semenit kalau bisa. Gue tuh paling gak enakan bikin orang nunggu, udah lagi dia dari Kemanggisan kan.
Tapi jujur untuk yang kali ini, gue gak bisa bedain gue ga enak atau gue yang excited…
Gue pamit ke Joko dan pak satpam di luar sebelum akhirnya gue masuk ke dalam mobil honda civic merahnya Hendra.
Yang pertama kali gue notice setelah gue duduk di sampingnya adalah pengharum beraroma kopi di mobil dia. Gue liat ke kaca spion, di situ digantung kantong pengharum berbahan karung goni yang isinya biji kopi asli, itu gue beliin buat dia seminggu lalu.
“Selamat malam, mbak. Ke Cibubur yah?”
Suara berat yang nyeleneh itu mengangkat perhatian gue ke arah wajah panjangnya.
Meskipun gelap, tapi senyuman manisnya dan tahi lalat kecil di dagu kirinya jelas terlihat.
Ya Tuhan andaikan abang Gojek ada yang secakep ini—WOY.
“Iya mas, betul. Gak usah ngebut ya di jalan, santai aja.”
Hendra cuma ketawa. Ngakak puas gitu, matanya sampai hampir hilang. Gue senyum dengerin ketawanya dia sambil masang seat belt, agak bangga karena udah bikin dia seneng. You know, for humoring him.
“Stylish banget, Hen, kayak mau ke Grando aja haha.” Gue komen setelah ngeliat dia pake kemeja putih favoritnya dengan celana beige berbahan chino Uniqlo.
Buka dua kancing pula. Anjing.
“Baju pergi gue di kosan kebetulan sisanya ini, kak.” dia ketawa sambil lanjut muter setirnya buat keluar dari parkiran. Gak lupa dia buka jendelanya dulu buat pamit ke pak satpam sebelum mobil kami masuk ke jalan raya. “Sisanya masih di laundry.”
Ya Tuhan padahal dia bisa aja pake kaos biasa…
“Belum balik ke Cibubur lagi kah?”
“Beluuum. Ada tugas kelompok soalnya jadi weekend kemarin gue gak bisa balik pulang.” Dia jawab, nada bicaranya agak tinggi karena kecewa gitu tapi matanya tetap fokus ngeliat kanan kiri pas belokan, “by the way itu kabel AUX pake aja.”
“Owkay.”
Dengan senang hati gue colokin kabelnya ke HP gue. Hm… lagu apa kali ini?
“Jadi itu Kak Julian kok bisa ga jadi jemput kakak?” dia bertanya. Khawatir, buat memecah keheningan juga biar ada topik. Jempol gue masih sibuk nyari lagu apa yang mau dimainkan.
“Tau tuh. Kata dia mendadak ada urusan sama kakaknya.”
“Kakaknya?”
“Ck itu loh yang pernah gue ceritain salah satu orang terkaya di Indonesia. Julius Gamma Barus.”
“Aaaah! Ya ya ya inget.”
Gue memutuskan untuk mainin lagunya One Ok Rock dari playlist wibu gue kali ini. Cuma pas di mobil Hendra aja gue bisa muter lagu J-rock. Kalau sama Julian agak susah, doi lebih demen EDM. Gue juga suka sih tapi cuma ya kalau lagi kangen ama suara teriakannya Taka gak bisa sharing bareng Julian.
“Ciat The Beginning.”
“Yup.”
“Jadi mau kemana kitaaa?” Hendra nanya dengan semangat. Energi dia kayaknya belum kekuras malam ini.
“Beli makan aja terus ke kosan lo, Hen.”
“Oh, seriusan?”
Kenapa dia? Suaranya kayak gak yakin.
“Napa emang?” Gue tanya.
“Udah ngomong ke Kak Julian belum?”
Deg. Agak tersentak.
“Belum.” Suara gue lebih ciut dari yang gue inginkan.
Dan jujur, gue gak mau. Gue gak mau ngabarin Julian. Ngapain? Toh, paling dia baca baru setelah dia bangun besok siang. Toh, dia gak bakal terlalu peduli. Begitu terus kan akhir-akhir ini. Tapi kalau ternyata peduli gimana? Dia bakal ngelarang gue main sama Hendra gak? Dia bakal—
Tangan besar Hendra tiba-tiba ngelus kepala gue. Badai di dalam otak gue seketika sirna begitu saja. Gue membiarkan tangannya melakukan apapun itu untuk menghibur gue, memberikan gue keyakinan kalau apa yang gue lakukan itu… tidak masalah.
“Alright.” jawabnya simple dengan senyuman kecil. Hendra memutuskan untuk tidak memojokkan pilihan gue.
…..
Why is he so… how dare he made my heart beating like crazy? I’m speechless.
“I change my mind. Ke KMB aja. Hang out bentar ampe jam 11an, terus anter balik ke apart gue. Gimana?”
Tersenyum lebar dan menunjukkan gigi besarnya itu, mata Hendra terlihat lebih hidup setelah mendengar ide dari gue.
Lucu. Ganteng. Lucu. GANTENG. Ya Tuhan.
“Siaaap!”
Bocah seneng kayak mau diajak pergi outbond.
.
.
.
Di KMB, suasananya masih lumayan rame. Beberapa orang masih pada nongkrong di sana, nikmatin live music dengan beberapa gelas bir. Mata gue ngeliatin was was kanan kiri, takut ada kenalan dari sirkelnya Julian lagi ada di sini.
Huft. Sepertinya gak ada.
“Nape? Nyari orang yang dikenal?” Hendra nanya sambil nyenggol siku gue.
“Bahaya kalau ada yang liat kan.”
“Peduli setan, ah. Tinggal bilang aja kebetulan gue lagi di area Pejaten terus mau nongki bareng.”
“Ck yaudah deh.”
Sekali lagi, si bocah tiang ngacak-ngacak rambut gue.
“Dah gausah dipikirin, kak. Di sini kan mau have fun, ya toh?”
“Iya sih…” Gue cuma bisa balas dengan senyum. Hendra anaknya selalu posthink. Alasan kenapa gue percaya semua bakal baik-baik saja kalau dia yang ngomong tuh karena pada dasarnya, Hendra adalah anak yang selalu bisa diandalkan. Anaknya bertanggung jawab, bahkan gue rasa lebih dewasa daripada kebanyakan anak-anak seumurannya. Jadi tiap kali dia ngomong gini, mudah untuk gue percaya kalau memang gak bakal ada masalah.
Kalau misalkan malam ini ada meteor jatuh di Jakarta dan dia bilang “Udah kak, gapapa, itu meteornya paling juga ga bakal nyampe sini. Yang kena paling gedung DPR doang.” Gue bakal percaya 100%.
Setelah duduk di meja yang kosong, pelayannya, Mbak Lopez, datengin meja kami buat ngasih menu.
“Mbak, aku langsung pesen aja. Chicken popcornnya satu, Summer Sling satu. Hen lo minum?”
“Iya deh, Anker satu sama chicken wings satu.”
Setelah mengiyakan order kami, Mbak Lopez pergi dan membiarkan kami sendiri.
“Gue masih heran lo tuh suka nongkrong di sini tapi minum aja kagak.” Hendra nyeletuk. Not this again.
“Kan gue gak dajjal kayak lu.”
“Yang kemarin beli vi—”
“DIEM, BANGSAT.”
“MAKANYA NGACA, JING.”
BERANI-BERANINYA DIA PAKE MELET SETELAH BUKA KARTU GUA. GA USAH.
“Gue kalo soal alkohol bener-bener gak berani, Hen.” Gue tertawa hambar, menggelengkan kepala atas cupunya gue. Entah cupu atau enggak yang jelas… Gue ada beban moral ke diri sendiri di area konsumsi. Termasuk rokok. Gue merasa substance yang masuk ke dalam badan gue itu jatohnya invasif banget karena gue gak bisa ngeluarin mereka lagi selain dari pantat.
“Hahaha ya gapapa! Kak Yohan aja alkohol ‘halal’ buat dia tapi dia sendiri gak bisa minum, kan?”
“BETUL! Gue tidak sendirian di tongkrongan kita. Ck.”
Hendra ketawa. Lagi. Dan gue ga pernah puas dengerin suaranya itu. Wajah dia yang lagi bahagia dan terhibur kayak gini menjadi semacam antidote buat mood gue yang pahit sejam-an lalu.
“Kak, lu tuh, sumpah lucu banget.” Kata dia di tengah tawanya. “Haduh bisa-bisanya yang kayak gini ditelantarin berminggu-minggu sama DJ Kemang…”
“…I know right. Fuck, Julian. Anjing.” Gue menggerutu sambil menopang wajah gue. What the hell is wrong with Julian, you ask? Well. Manusia satu itu rasanya jauh banget dari gue semenjak dari awal Oktober. Ketemu susah, ngobrol jadi jarang, telponan udah gak pernah, ngabarin seadanya, berantem iya, makan hati yang ada. Alhasil? Gue ya jadinya sering jalan keluar sama Hendra dan tongkrongan SMA gue which is temen-temen di sirkel kami berdua.
“Your boyfriend’s dumb, kak.”
“I know.”
“Kalo gue jadi dia gue ga bakal ngebiarin lo suntuk gini.”
“I know.”
“How do you know?”
“You know me the longest. Of course you wouldn’t.”
Dia diem bentar. Mungkin gak berekspektasi jawaban gue bakal begitu.
“Yup. Betul sekali.” Dia jawab dengan percaya diri.
Setelah itu hening. Jangan salah sangka, heningnya gak canggung. Live musicnya lagi enak hari ini. Keributannya juga enak. The vibe tonight feels really good and I’m glad I took my childhood friend here with me.
.
.
.
Don't change, sit tight.
Don't change, you think I'm already tired.
Sekitar jam setengah 12 kami sudah di jalan balik ke apartment gue di Nirmana Kemang. Deket banget sebenernya dari kampus gue, cuma 15 menitan. Kenapa gue rencana awalnya mau dijemput sama Julian itu karena sebenarnya awal rencananya mau nginep di studio dia… You know, catching up and do things. Iya bangsat gue tuh sebenarnya sekangen itu. Terus taunya dia bilang gak bisa? Gimana gue gak bete. Hampir sebulan loh kita gak ketemuan… Bayangin aja.
I don't mind you stay today
Besides, you did it once, did it all
I don't mind you brush my hair
You did it once, did it all
“Hen.” Mulut gue kebuka sebelum gue sadar.
“Hm?”
“…Enggak, gak jadi.”
“Yaelah anjir jangan gitu. Gue jadi penasaran kan.”
“No, nanti aja.”
“Nanti kapan?”
“Mm… Nanti pokoknya.”
I don’t know what came over me but to be honest, I wanted to say some things that could possibly ruin my current relationship. I hate this. I hate how painful it is. I couldn’t help but to let my tears fall, hoping that the friend beside of me doesn’t see it.
Gak lama kemudian, kami udah masuk ke dalam gerbang apartment gue. Kami masuk ke basement dan parkir di dekat lobinya. Hendra memutuskan untuk parkir mundur, biar keluarnya lebih gampang. Setelah mobilnya parkir dengan rapih, Hendra narik rem tangannya, tapi mesinnya masih dia biarkan hidup. Gue juga gak buru-buru langsung merapihkan tas gue.
Gue belum mau pergi. Dia pun juga menunggu apa yang mau gue ucapkan tadi pas di jalan.
Meskipun bibir gue terasa kering, tapi gue tetap berusaha mengutarakan pikiran gue.
“Hen—”
“Kak.”
…Huh? Tangannya itu tiba-tiba dengan hati-hati meraih pipi gue, mengusap area di bawah mata gue dengan jempol panjangnya itu.
“Jangan nangis, yah. Everything is going to be okay.”
Kalian inget pas gue bilang semuanya akan jadi baik-baik aja jika Hendra ngomong seperti itu?
Somehow, I wish he didn’t say that to me.
“What makes you think so?”
“I just know.” dia jawab dengan senyum kecil, “Jangan nangis. Lo gak pantes nangisin dia. Lo lebih pantes nangisin kematian yang mulia Noctis tahun lalu daripada si DJ Kemang.”
“Tai ah, Hen.” Gue mendengus. Sempet-sempetnya aja dia bercanda. Dia juga nyengir puas setelah liat kedua ujung bibir gue terangkat, senang udah bisa bikin mood gue sedikit lebih baik.
…Tapi dengan caranya dia begini, dia benar-benar mendorong gue untuk menggali kuburan untuk perasaan gue ke yang lagi jauh entah di mana.
Saat dia menarik tangannya kembali, tangan gue seketika menghentikannya. Gue tetap menjaga telapak tangan besarnya itu menangkup di pipi gue. I don’t wanna let go of his company.
“Hen, may I do something that you could possibly hate?”
Even amidst of his darting dark pupils, trying to see what I meant, his eyes still remained beautiful. Prettier than any other pair of gems in the world. Despite of how foolish this sounds like, I wish I could keep them staring just at me.
No shame I won't make a judgement
“Will you regret it?”
“I’m perfectly aware of what I’m saying.”
Don't stray I'm here your opposite direction
“…Okay.”
I don’t know whether I should be grateful or questioning his sanity.
Kenapa bisa dengan mudahnya lo bilang ‘iya’, Hendra?
I lace my fingers on his own that still stayed on my cheek, sebuah gestur intimasi yang belum pernah gue lakukan dengan dia sebelumnya. Bibir gue mendekat ke permukaan pergelangan tangannya, mengecupnya dengan lembut seakan kulitnya itu rapuh. Padahal, semua tentang Hendra dari ujung kepala hingga ujung kakinya jelas lebih kuat dari gue.
“…I’m sorry.” Gue berbisik lirih.
“…Is that it, kak?”
This is tiring
Still, can I be yours for a day
“No. Not yet.”
A day.
Kalian mungkin gak ngerti, tapi gue tau persis cara Hendra bertanya apakah sudah cukup atau belum itu terdengar seperti dia berharap lebih. He wants to know what else I can do.
Gue melepas jaket gue sebelum gue beranjak dari kursi gue sendiri ke kursinya dia, melompati rem tangan yang menjadi pemisah. Mungkin, memang, gue sudah gila. Seberani ini gue menempatkan diri di atas paha dia, mendorong kehendak gue ke depan muka dia. Hendra teman gue dari SD, paling lama. Gue seharusnya takut apa yang kita berdua miliki selama 10 tahun hancur karena apa yang sedang gue lakuin sekarang. Tapi… Tapi saat gue melihat kedua mata gelapnya itu lagi yang cuma berjarak satu jengkal dari wajah gue sendiri, semua keraguan gue hilang.
He was looking at me back, focused, expecting.
“Hendra, bisa tolong turunin sandaran kursinya?”
“Sure.”
Dia melakukan sesuai dengan apa yang gue perintahkan.
“Cukup?” Tanya dia, saking datarnya mukanya itu sampai gue kira dia kelewat polos.
“Cukup. Hen,” gue langsung memanggil namanya sekali lagi, “First, you can’t touch me. Just stay still. Lastly, what happens tonight, only stays tonight. I’m not going to hurt you. Dan… jangan kasih tau yang lain.”
Hendra terdiam.
…Kenapa dia diam?
Dia cuma ngeliatin gue aja, nafasnya stabil, alisnya bahkan gak gerak. Gue takut. Gue mendadak ciut. Gue mendadak pingin pergi keluar pintu sekarang. Am I asking for too much?
“Kak.”
“I-iya?” shit I fuckin’ stuttered.
“Gue juga punya peraturan gue sendiri.”
“…Oke. Apa?”
“Pertama, lo gak bisa mengontrol perasaan gue. Kedua, apa yang terjadi malam ini stay di malam ini tapi gue gak bakal lupain. Ketiga, stay away from my lips or else I’ll lose my shit.”
“…Peraturan gue cuma dua kok lo tiga sih. Dan maksud aturan nomor sa—"
“Kalau lo gak setuju kita bubar.”
“Gue cuma bercanda elah.” Gue menelan ludah, bracing myself. “Lo gak bakal kasih tau Gio dan lain-lain, kan?”
“Iya, enggak.”
“…Alright.”
Tanpa basa basi lagi, gue perlahan ngedorong badan Hendra biar dia sandaran di kursinya. Dia nurut, gak ngelawan. My fingers were tracing on the skin of his neck, wondering of how smooth it was. Gue leaning down ke arah leher dia, mencium lebih dekat bau parfum Tom Ford Fucking Fabulous yang ayahnya belikan buat ulang tahunnya September lalu. Dia tau gue suka baunya… dia tau bau ini yang menarik perhatian gue.
Gue merasa kontrol gue hilang saat itu juga saat bibir gue akhirnya menyentuh lehernya, kulitnya terasa panas saat gue sentuh. Dia mengerang kecil, dadanya mulai berpacu lebih kencang, tapi tarikan nafasnya tetap stabil.
Cute…
Tangan kiri gue menuju ke arah kerah kemejanya yang sudah terbuka duluan. Gue menyelipkan tangan gue masuk ke dalam, sekali lagi terkejut akan betapa lebarnya dada cowok ini. Gue terkadang suka lupa… kalau dia itu sudah sebesar ini. Rasanya panas juga di sini. Padahal AC mobilnya cukup dingin…
“…Hen.”
“Hm..?”
Gue menarik wajah gue pergi dari lehernya, berpindah ke samping kupingnya untuk membisikkan pesan yang dapat menyelamatkan dia dari malu.
“Beberapa hari ke depan, sebaiknya pake kaos aja. Dan jangan yang V-neck.”
Hendra mendengus, dia ketawa, sepertinya gak percaya gue barusan nyuruh dia kayak gitu.
“Untung gue udah izin off modelling dari agensi 2 minggu.”
“Bagus.” Gue menarik diri gue mundur dan melihat diri laki-laki yang sedang gue duduki itu lebih jelas. Kemejanya kusut, kupingnya juga agak merah. …Lucu banget.
“Kak.”
“Ya?”
“Are you going to give me hickeys?”
“…Mm.”
“Setelah itu?”
“Itu aja. Gak lebih.”
“Haha, alright.”
Apa yang gak gue expect adalah saat Hendra membuka satu lagi kancing kemejanya atas kemauan dia sendiri. Dan anjingnya, dia menarik kemejanya lebar untuk memamerkan kulit bening di dada kirinya yang masih belum tersentuh itu.
“You…” gue gak habis pikir. This kid.
“Go ahead.” Dia menawarkan dengan senang hati.
Gue jadi berpikir apakah dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya… dengan cewek lain. Tapi apa urusan gue? Gue gak berhak menanyakan soal itu di posisi gue sekarang.
I leaned down again, kali ini mengarah ke tempat yang dia ‘sediakan’ buat gue tandain.
“…Kak, can I hug your waist?”
“…Mm.” Gue bergumam di atas dadanya. Setelah mendengar konfirmasi dari gue, gue merasakan lengan kirinya melingkat di balik pinggul. Aneh… Gue merasa… secured. Gue udah lama gak ngerasa kayak gini… “kalau sakit, bilang ya.”
“I’m sure I’ll be able to take it.”
Baiklah. Without further ado, I started kissing some spots on his skin, until I found a place near his collarbone to place my hickey. Gue ngerasain genggaman dia di pinggul gue sedikit menguat, bereaksi dari hisapan gue. Hendra hanya mengerang, menutupi kedua matanya dibalik lengan kanannya. Gue juga belum berhenti. Gue lanjut mencari tempat lain untuk gue tandai. Dada dia lebar. At least… three would do.
Sucking on the second place somehow managed to bring out a tad louder groan out of him. Posisisinya di atas bahunya, persis di atas tahi lalatnya yang sekecil titik.
“Awas deket leher…” katanya lirih.
“Don’t worry.”
Marking him. What’s the meaning of it when he’s not even mine? It’s absurd.
It’s absurd of how much I want to keep him to myself.
It’s absurd of how willing he wants to do this.
It’s absurd of how clear our mutual feelings are yet we keep hiding it.
We're odd to be
Way I see it, ooh I like it here.
End.
1 note · View note
nadineksn · 4 years
Text
Chapter 78
***
"Tidak." Polly berkata, "Kita tidak bisa membuat permintaan yang tidak masuk akal seperti itu."
"Pangkalan telah membentuk sistem darurat. Dalam waktu singkat, selama mereka siap, mereka dapat bertahan hidup." Tang Lan berkata.
"Apa yang harus dilakukan jika peralatan rusak karena distorsi selama periode singkat ketika kutub magnet buatan dimatikan? Setelah perlindungan medan magnet hilang di musim dingin, lingkungan akan menjadi lebih buruk daripada di musim panas." Polly berkata, "Aku dapat menggunakan kutub magnet independen untuk mensimulasikan medan gaya berlawanan. Dalam jangkauan Kandang Simpson, medan itu dapat menghentikan medan magnet buatan, menciptakan ruang non-magnetik."
"Aku tidak mengerti keahlianmu," Tang Lan berkata, "Tetapi medan magnet buatan itu sendiri adalah frekuensi yang sangat kompleks, yang pasti akan sangat sulit."
"Mungkin jauh lebih sederhana daripada penelitian sebelumnya."
"Tapi cara tercepat adalah mematikan kutub magnet untuk waktu yang singkat."
"Kamu tidak bisa melakukan ini."
"Aku ..." Tang Lan memandang Polly, "Aku tahu penelitianmu akurat dan kamu telah meneliti bencana ini selama beberapa dekade. Selama kamu bisa melihat fluktuasi, kamu pasti akan menemukan cara untuk menghadapi itu. Kamu selalu terlalu baik."
"Juga, kami hanya mengajukan permintaan. Mereka belum tentu setuju, Pangkalan Utara hanya percaya pada kepentingan manusia, dan kita adalah heterogen. Setiap tahun, mereka bahkan mengirim pasukan untuk mencoba melenyapkan kita semua." Dia meletakkan tangannya di keyboard dan berbisik, "Ini adalah langkah pribadiku, semuanya ... semua konsekuensinya tidak ada hubungannya denganmu, Tuan."
Polly hanya memandangnya seperti anak yang nakal.
Ujung jari yang sedikit pucat menempel pada keyboard.
Satu detik, dua detik.
Ujung jari terdiam di atas tombol.
Tiga detik, empat detik.
Dia tiba-tiba mengeluarkan suara nafas dengan gemetar.
"Maaf." Jari-jari yang gemetar turun, meninggalkan serangkaian huruf-huruf tidak jelas dan tidak berbentuk di kotak teks. Dia tampak seperti melihat sesuatu yang mengerikan, dan matanya memerah, "Aku tidak bisa melakukannya."
Seperti dugaannya, Polly menggelengkan kepalanya dengan lembut dan berkata, "Bocah bodoh."
Mata Tang Lan memerah.
An Zhe bersandar di perapian untuk menonton semua ini. Pilihan-pilihan yang dihadapi manusia seringkali sulit, dan rasa sakit di hati terkadang melebihi rasa sakit di tubuh. Apa yang dikatakan Polly sebelumnya benar. Kebaikan adalah kelemahan manusia yang paling signifikan. Di bawah tekanan dunia yang kejam, Tang Lan akan menderita, dan pada saat yang sama, Polly akan seratus kali lebih menderita.
Jadi, dia memandang Polly untuk waktu yang lama, menunggunya membuat pilihan dari rasa sakit di hatinya. Dengan nasib seperti itu, ia masih harus menghadapi dilema semacam ini setelah selama seratus tahun ia mengundurkan diri sebagai hakim.
Dalam menghadapi jalan buntu ini, aurora di luar menyala terang lagi.
Rum menatap layar besar, melihatnya seperti melihat pantulan, An Zhe mengikuti. Gambar hantu muncul di layar lagi. Kali ini lebih lama dan menghilang dalam tiga detik. Titik-titik aneh yang tersebar membakar retina An Zhe.
Pada saat yang sama, Tang Lan menyentuh dan menekan pelipisnya.
"Aku mendengarnya lagi," katanya.
Apa artinya ini?
Bahkan An Zhe tahu bahwa ini berarti fluktuasi yang tidak diketahui dari alam semesta tiba-tiba menguat. Ternyata fluktuasi itu tidak muncul perlahan-lahan seperti yang diprediksi manusia — itu bisa melonjak dengan cepat.
Setelah lima detik hening, aurora tiba-tiba menyala terang lagi. Seperti jantung makhluk besar tiba-tiba berkontraksi dan seluruh dunia jatuh ke dalam kegelapan total.
Di layar di laboratorium, titik-titik cahaya padat bergetar bersama.
"'Itu' akan datang." Tang Lan menutup matanya, mengangkat tangannya, dan membenamkan wajahnya di telapak tangannya, suaranya serak, "'Itu' akan datang, aku mendengarnya. Segera, 'itu' akan mengalahkan kekuatan medan magnet. Tuan, kamu tidak perlu khawatir tentang 'itu'. Distorsi telah tiba, dan tidak dapat dihentikan."
"Kita ... Kita ... " Dia menundukkan kepalanya, "Untuk apa kita sebenarnya...?"
Ketika dia selesai mengatakan itu, dia mulai tertawa terbahak-bahak, tawa itu seperti keputusasaan.
Mungkin ada darah di tenggorokannya, pikir An Zhe.
Baru saja, mereka masih tersiksa oleh rasa kemanusiaan karena meminta Pangkalan mematikan kutub magnet. Tersiksa karena dunia dan nasib kejam yang harus mereka lawan dan tersiksa karena rasa sakit di hati mereka. — Mereka pikir mereka punya pilihan. Tetapi, pada akhirnya, mereka tahu betapa konyolnya semua perjuangan dan kebencian itu. Itu hanya perjuangan yang tidak berarti sama sekali, — tentu saja, semua makna rasa kemanusiaan juga tidak ada artinya.
Dunia ini tidak peduli tentang apapun.
'Itu' tidak kejam maupun bengis. Hanya tidak peduli. Tidak peduli tentang kebahagiaan mereka, dan tentu saja juga tidak peduli dengan rasa sakit mereka.
Seperti hanya sedang mengalami perubahan alami dan perlahan bergerak maju. 'Itu' tentu tidak berniat membiarkan manusia tahu alasan sebenarnya, karena tidak perlu. Hanya manusia yang benar-benar terobsesi yang ingin tahu akar permasalahannya yang akan tahu alasannya.
Manusia akan binasa, semua makhluk akan mati, dan bumi akan hancur.
Tapi 'itu' tidak peduli.
An Zhe menatap kosong ke langit di luar.
Setelah menyala terang sesekali, aurora mulai bergetar dengan hebat, dan cahaya hijau tersebar menjadi meteor yang berkilauan dengan kecepatan yang mengerikan. Hujan meteor besar menyala terang, kemudian menghilang. Sisa-sisa cahaya itu melintasi seluruh langit malam yang gelap.
"Beep—" Di laboratorium, mesin berbunyi 'beep' panjang. An Zhe tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat serpihan salju di layar besar.
Tangan kanan Polly mencengkeram sandaran tangan kursi dengan erat. Suaranya yang serak karena usia terdengar, "Nyalakan kutub magnet independen... — "
Pada saat yang sama dengan suaranya, ada suara jeritan lain menyeramkan serempak berbunyi. Setiap suara sulit untuk dijelaskan dalam *onomatopoeia dalam bahasa manusia manapun. Suara itu bersama-sama menembus gendang telinga. Di luar jendela, di bawah gunung, di dalam Abyss — monster-monster menjerit seperti melampaui akal manusia.
*(Onomatope adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata Yunani όνομα dan ποιέω sehingga artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya".)
"Pak pak —"
Suara kepakan sayap dengan nyaring terdengar dari hutan lebat, seolah-olah ribuan burung berbondong-bondong terbang ke udara.
Mereka sudah lama bersembunyi di Abyss, saling menguji satu sama lain apakah mereka memiliki gen yang dibutuhkan, dan saling menemui jalan buntu.
Dan ketika medan magnet mulai hancur, monster-monster yang menakutkan ini tiba-tiba mulai bergerak bersama.
Mengapa?
Tidak tahu.
Bayangan hitam pertama melewati Institut Penelitian Gaodi.
Polly menghampiri tuas konsol Kandang Simpson.
"Tuan." Tang Lan bertanya dengan suara rendah, "Apakah sudah terlambat?"
"Sudah terlambat."
"Apakah ini akan berlanjut?"
Ada keheningan singkat.
"Pengelihatan manusia seperti bulan purnama di air."
Dia tiba-tiba tertegun, "Tampak seperti bulan itu bisa dijangkau, tetapi ketika menyentuh permukaan airnya, itu hancur."
"Ketika kita berpikir bahwa bulan hancur itu juga masih berarti, kita menjangkau dan menangkapnya. Tetapi yang kita dapatkan hanya segenggam air. Yang lebih aneh lagi adalah, dalam setengah menit, air-air itu mengalir melalui jari-jari kita."
Dia melihat bintik-bintik cahaya yang tidak terhitung jumlahnya, seolah-olah melihat pemandangan di tempat jauh dalam mimpi.
"Tetapi, jika kamu memberiku kesempatan lain dan membiarkanku berdiri di samping air, apakah aku masih boleh menangkapnya?"
Mata Polly Joan memerah, pupilnya bergetar dan suaranya tercekat. Pada akhirnya, dia menutup matanya dan menjawab, "Ya."
Tang Lan mengeluarkan walkie-talkie hitam dari sakunya.
Dia memandang kekosongan di depannya, menurunkan matanya yang suram, dan berkata dengan ringan, "Bersiaplah untuk bertahan."
***
6 notes · View notes
bagussatyanm · 5 years
Text
Sudahlah, keberadaanmu di dunia ini hanya sebuah kecelakaan besar
"Mana mungkin siap" Begitulah selama ini yg kita dengar di saat mengawali sesuatu. Bahkan awal kehidupan yang kita rasakan tidak pernah teringat jelas.
Kamu bukannya ga pernah ingat awal pertama kali kamu menyadari bahwa kamu hidup. Logisnya kita juga ga pernah ditanyain ingin menjalani hidup di dunia ini atau nggak. Belom siap eh tau tau hidup.
Pernah kan ngerasa belom siap(kapan siapnya) atau dinilai orang lain belom siap(bergegaslah untuk siap). Hahaha paradox, menyakitkan kalau ada kesadaran itu. Ya tp itu harga yg harus dibayar atas excitement atau euforia yg kita impikan. Kita tidak pernah benar benar siap nyatanya.
Orang tua kita juga ga pernah siap melahirkan kita. Mungkin aja mereka hanya ingin belajar tentang sebuah tanggung jawab, tanggung jawab atas hidup mereka sendiri. Mungkin setelah tanggung jawab itu diselesaikan, akan terasa lega ketika kita meninggalkan semua ini. Banyak pastinya yg kita semua pikirkan. Mereka dan kita inginkan sesuatu, dan taklepas dari kesalahan selama melakukannya.
Kita kilas balik dulu sebentar jauh sebelum kelahiranmu, 0, 1, penciptaan, big bang, tumbuhnya bayi semesta, ledakan bertubi-tubi, meteor, punahnya spesies, evolusi, dan manusia-manusia. Hal yang besar itu semua pun penuh ketidaksengajaan. Halah, iblis jatuh dr langit aja juga ga sengaja, coba tanyain doi, apa doi berekspektasi bahwa ketika doi gamau sujud sama adam doi bakal dibuang, enggak.
Tahun-tahun berdarah, genosida, sisi buruk bercita-cita, supersemar, bully, semua atas dasar keinginan satu individu, dan kesalahan sekali lagi ga bisa dikover hanya dgn maaf. Satu dibunuh, satunya balas membunuh. itu terjadi dan menjadi tragedi. Aku mengejeknya, aku diejeknya juga. Kita semua hanya substansi yg bereaksi satu sama lain. Niatnya mau reaksi begini eh jadinya reaksinya begitu. Ga mulus, ga akan pernah mulus. Tp bisa dijalankan, bisa.
Belajar, satu kata yg dijunjung tinggi di semua aspek. Tp kadang menyakitkan juga kalo disuruh belajar terus, apalagi belajar itu selalu dr kesalahan. Apa kita hanya menginvestasi kesalahan. Hahahaha kadang sedih juga kalo nulis macam begini, tp kukira tidak, kita ga pernah sengaja menginvestasi kesalahan atas nama belajar. Kukira juga harus lebih bijak dalam mengucapkan kata belajar dengan dengan padanan kata-kata kalo bisa jgn yg menyakitkan hati. Coba dengarkan ini (again?? you never learn something!) Yah, kadang saya takut, manusia itu gampang sakit hati, nanti semuanya jadi gamau belajar lagi, karena kenyataannya menyakitkan, Allahumma alhimni rusydii wa a’idznii min syarri nafsi, ya saya ga pernah berdoa muluk2, selain doa orang tua, doa inilah yg kubaca karena saya suka belajar, dan mengetahui banyak hal. Tp sel otak dan kesempatan juga ada batasnya, dan banyak yg kecewa dengan belajar, kenapa semua harus kecewa dulu untuk menyadari kenyataannya menyakitkan lagi, Asu!
Kalo Tuhan berbentuk manusia, matilah aku menjalani hidup yg hampir 27 tahun ini, manusia yg lain bakal melihatku sebagai pendosa yg harus siap dipenggal kepalanya karena sedikit kecewa dengan kenyataan dalam mempelajari ilmu dan seisinya. Syukurlah doi bukan manusia. Itu aja, udah cukup menenangkanku.
"Belajar terus kapan ngertinya?" Ya kasih pengertian, belajar itu susah, belajar itu mengerti rasa yg terasa asing, kesedihan, kegagalan, kecacatan, dan mohon berhati hatilah dalam mengarahkan pengertian. mumpung kita masih merasa dalam keleluasan bergerak dan berkomunikasi, ya alhamdulillah bukan di daerah konflik dan masa perang dunia.
Kalo kata anak sekarang, intinya itu dikomunikasi, silit macan! Intinya intinya, intinya itu kasih pengertian, kalo mengeluh soal orang goblok ga abis abis, ya kita juga kenapa ga inisiatif aja biar kita semua habis, ya kata siapa kegoblokan itu murni niatan, jelaskan, jangan goblokkan, kalo pgn orang goblok berkurang, ya kasih kesempatan buat doi belajar, kalo doi ternyata ga suka dgn cara belajarnya, utuslah dia agar mencari tahu apa yg dia suka, utus dia pergi dr hadapanmu karena km ga kuat melihatnya belajar. Tp kita manusia bukan seperti itu kan, kita semua harus belajar membenahi, membenahi toleransi. Jika km merasa orang ga toleransi sama km ada atau tanpa alasan, km juga kan pernah sebaliknya, sadar atau ga sadar km pasti pernah. Hahaha nggak nggak, bukannya nuntut untuk bertoleransi, toleransi ga pernah menuntut seperti ini kok, tp sekali lagi menyakiti atau disakiti itu selalu gada kesengajaan. See? We're just bunch of nothing if everyone's too proud of a concrete thing.
Bahkan ketika km butuh untuk berbangga hati, km juga harus bercerita agar rasa banggamu tersampaikan, sudahlaah kamu butuh yg lain juga, bahkan keyakinan kuatmu itu ga bisa dibuktikan tanpa adanya yg lain.
Kita semua ingin bercerita, jadi ingatlah jika ceritamu sudah didengarkan oleh orang lain, sudahkah km mendengarkan yg liyan juga? Sudahkah mengerti?
Kita hidup di sini berbagi rasa, entah sampai kapan kehidupan manusia yg rapuh ini mampu mempertahankan keutopiaan pemikiran ini.
Belom makan, coba makan dulu, belom ngabarin orang yg disayangi, coba dikabari dulu "aku sayang kamu", yg bangga dgn kata belajar dan pemikiran "benar", coba cek dulu seberapa luas pemikiranmu. Afterall, We're just juxtapozed with each other, in these supermassive accidents.
We're still figuring these accidents out.
Jika manusia merasa adam harus disembah oleh malaikat dan iblis, itu salah, itu kekawatiran manusia bahwa sesungguhnya kita sangat ingin diingat dan dianggap sempurna. Yah kita masih belajar di 12019 era manusia ini.
A question, setelah belajar mau ngapain?
Sudah jelas! Menggapai rasa yg kita impikan. Melakukan sesuatu dengan rasa besar. It's not a failure to feel something big in our spirit. A bless!
Let's embrace these beatiful accidents, karena kecelakaan ini sesungguhnya luas dan ga sesempit pemikiran.
Say that im a dreamer, but not only one, and hope we'll be joined together. In one.
(Sebuah tulisan untuk eksistensi manusia dan pembelajaran).
10101010101010100000000000000000000000000000000
1 note · View note
langgaran-blog · 5 years
Text
Tumblr media
kalo liat gambar ini, berasa gua lg ngaca hehe. oiya, ini lee, didrama meteor garden dia itu orangnya penyayang, suka seni, jago main alat musik, pendiam, setia, memiliki cinta yg besar sehingga banyak disukai oleh siapapun. berharap bisa jadi kaya dia, tp jng kaya kisah cintanya. Sulit dan takut ga kuat:)) salut buat manusia yg dikehidupan nyata memiliki sifat kaya lee, apalagi perihal cintanya.
Tumblr media
nah kalo ini, namanya dong shancai. cewek lugu, polos, ugal-ugalan, cute, dan sederhana. yang manis banget.
gua ngarep banget punya istri kelak kaya dia aja hehe, udah jatuh hati pake banget. orang china juga gpp deh hehe. jadi, shancai ini suka sama si lee, bisa dibilang first love-nya. bagi sebagian orang first love itu penting dan berharap bisa jadi pemdamping hidup, tapi jalan hidup kita gak ada yang tau. cuma bisa berencana, jadi shancai ini kesel bgt dengan yang namanya Asi, gmna ya.. soalnya first-impnya aja asi ngerusak hp shancai dan gak minta maaf malah pergi gtu aja. intinya shancai benci banget sama asi.
Tumblr media
Nah ini dia asi, pemeran utama dalam serial drama ini.. tp entahlah, gua suka si sama karakter asi yg badboy dan tegar dalam ngehadapin apapun. tapi diawal-awal kisah si lee yang super sempurna dan shancai jatuh hati kedia, kaya ngedukung 100% klo shancai mending sama lee aja wkwk.
Jadi asi ini anaknya hiperaktif, asyik, seru, jail, gak pedulian, menganggap semua sepele, seenak jidat dan konyol parah. dia punya geng yang disebut F4, dimana geng ini terkenal banget dikampus ming de (kampus mereka kuliah diserial ini). bagaimana enggak terkenal, mereka berempat sama-sama hebat, pinter, tinggi, tampan, punya skill dibidang masing-masing dan yang pasti slalu sempurna buat perempuan melting tanpa ada kata penolakan. tapi karena inilah F4 sulit untuk menemukan the real love on their life. wkwk
Tumblr media
nah ini F4, gua sampe iri mana ada manusia se-perfect mereka semua. hidup dgn kulit putih, tinggi, paras super unggul, sampe jerawat aja minder buat hinggap dimuka mereka. oh pokoknya ciptaan yang high-quality bgt wkwk.
Oke, jadi out of the boxnya, mereka itu udh sahabatan dari kecil, dan ada 1 lagi perempuan tapi gua lupa namanya. jadi dia ini cantik, tinggi, pintar, bijaksana, baik, ambisi tinggi menggapai impian dan ternyata lee suka sama dia, bisa dibilang cinta sejati banget. bukan karena keunggulan itu semua, tapi karena dia slalu ada buat lee, dimana saat kecil lee mengidap penyakit sedikit autis dan sulit bergaul. Jadi yang slalu ada ya wanita ini, pas liat sosok dia didrama ini. gua yg semula 100% dukung shancai dengan doi, eh malah pindah alih dibuat dilema.
Tumblr media
gimana? serasi banget banget banget kan hehe.. dan ternyata kisah cinta mereka ga kalah hebat dari romeo juliet dan kisah cinta yang berat lainnya. jadi sicewek ini punya kemauan untuk mewujudkan mimpinya. kaya jadi Volunteer gtu. padahal dia orang kaya, bahkan dia rela buat membantah orang tua dan tidak ingin melanjutkan bisnis keluarga, disini kekuatan cinta lee diuji. tapi memang tekad mengalahkan apapun, jadi biarlah perempuan ini menggapai mimpinya. lee sadar bahwa segala yang dipaksakan itu tidak mendapatkan hasil yang baik. mungkin raga bisa bersama, namun pikiran tidak. tapi lee slalu sabar menunggu sampai penantian itu benar-benar tiba. kita doakan saja.
Tanpa disadari ternyata asi mulai mencinta shancai, tapi dia tidak tau arti cinta sebenarnya sehingga hanya bisa mengusili shancai dan mebuat shancai semakin membenci asi. intinya panjang banget kalo diceritain, gimana track record perjuangan hingga akhirnya saling memahami kalo mereka samasama jatuh hati. memang tidak pernah terprediksi, banyaknya cobaan semakin membuat mereka naik level menjadi lebih hebat dan dewasa. dan moment tersedih dari ini adaa kata kata : jika kita tidak bisa dikehidupan sekarang, ijinkan kita bersama dikehidupan selanjutnya. sumpah kata-kata itu benarbenar kata kata yang cuma oramg berjiwa besar yang mampu mengatakannya. ahh kalo kamu penasaran mending nonton 49 eps meteor garden 2018. gua aja sampe masih berbekas, dan kebayang terus wajah mereka. makanya sampe nulis sepanjang ini.. dan gua berharap, makin banyak film yang mampu menggugah hati dan sulut sekali untuk melupakannya. jangan film yang seminggu menonton langsung lupa maknanya. gua apresiasi bgt buat semua yang terlibat. dan akhirnya, kekuatan cinta mampu mengalahkan segalanya.
Tumblr media
langgg, yg galau perihal cinta-nya wkwk. selamat bermenye-menye riya.
4 notes · View notes
mediaini · 2 years
Photo
Tumblr media
Bisnis Batu Meteor, Bayaran Selangit untuk Tunggu Batu Jatuh dari Langit - MEDIAINI.COM – Pada Agustus 2020 lalu, ada berita menghebohkan dari Tapanuli Tengah tentang jatuhnya batu meteor. Adalah Josua, seorang warga setempat, yang menemukan bongkahan batu yang diduga adalah meteor. Pada Sabtu sore sekitar pukul 16.00, pria yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat peti mati ini sedang membuat peti mati di rumahnya. Cuaca saat itu cerah, tetapi tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dari atas langit. Tidak lama kemudian, terdengar bunyi dentuman keras di rumahnya. Karena penasaran, Josua pun mencari tahu apa yang sedang terjadi. Setelah menemukan sumber suara, dia mendapati seng rumahnya sudah berlubang. Terdapat bongkahan batu yang sebagian sudah pecah. Saat diangkat, batu yang tertanam 15 cm ke dalam tanah tersebut masih hangat. Batu yang sudah pecah itu pun dibeli seorang bule yang tinggal di Bali bernama Jared Collins dengan harga Rp 200 juta lebih. Tidak ada yang menyangka jika akhirnya batu meteor itu dijual lagi dengan harga Rp 26 miliar oleh kolektor Amerika Serikat.
Fakta-fakta Seputar Batu Meteor Josua
Berita tentang batu meteor yang dihargai fantastis dan jadi rejeki nomplok itu memang jadi viral. Selain itu, batu mahal tersebut menyimpan beberapa fakta. Hasil penelusuran Tim Mediaini, berikut fakta-fakta seputar batu milik Josua:
Hangat Saat Diangkat
Saat ditemukan di rumah, batu ini sudah pecah. Ketika diangkat, batu masih terasa hangat. Josua pun langsung mengambil batu yang total beratnya mencapai 2,2 kilogram tersebut. Karena diduga jatuh dari langit, Josua pun menempelkan magnet ke batu tersebut. Ternyata, magnet menempel dengan kuat.   
Viral Sampai Luar Negeri
Berita tentang jatuhnya benda ini ternyata tidak hanya viral di Indonesia saja, tetap bahkan sampai luar negeri. Pemberitaan tentang jatuhnya batu ini di liput oleh media luar seperti Daily Mail di Inggris, New York Post di Amerika, dan 7News di Australia.
Rezeki Lewat Facebook
Terhadap hasil temuannya, Josua pun mengunggahnya di Facebook. Unggahan tersebut mendapat respon dari banyak warganet. Dari Facebook juga Josua bertemu dengan Jared Collins, warga asing yang membeli batunya. 
Dijual 1,8 kg Saja
Dari 2,2 kilogram batu, Josua hanya menjual 1.800 gram saja kepada Collins. Sisanya, dia membagikan kepada sanak saudara dengan masih menyisihkan 5 gram untuk dirinya. Saudaranya menjadikan batu tersebut sebagai cincin.
Fenomena Satu Tahun Sekali
Seorang astronom, Marufin Sudibyo, mengungkapkan bahwa setiap hari bumi dihujani 44 ton meteor dengan 17 meteor bisa memproduksi meteorit. Meteorit yang bisa menembus atmosfer bumi dan berpijar disebut dengan meteor. Menurutnya, apa yang jatuh di rumah Josua adalah meteorit. Lebih lanjut, Marufin menyebutkan bahwa kejadian ini hanya bisa terjadi sekali dalam satu tahun.  Sebagai orang awam, kita juga bisa mengenali bentuk meteoroit. Ada pun ciri-cirinya adalah berwarna hitam kecoklatan efek dari terbakar saat memasuki atmosfir. Beratnya pun lebih, bila dibandingkan dengan batu biasa karena mengandung 90% logam besi dan sisanya meteorit magnet dan nikel. Dari segi wujud, bentuknya lonjong atau bulat. (Tri Puspitasari)  
0 notes
xyzfnrhm · 3 years
Text
K-pop, Kdrama, dan Saya.
Lumayan melekat juga sama saya. Pertama mengenal Korea sih gegara The king of hallyu siapa lagi kalo bukan super junior. Drama yang pertama ku tonton? Full house dan meteor garden saat itu masih kelas 3 SD tapi nonton di TV jadi ga tau kalo ternyata banyak adegan di potong demi kebaikan bersama haha.
Usia 18 tahun, saya adalah satu satu Dari jutaan orang yang terkena virus Korean wave. Setelahnya, saya mulai agak sedikit gila untuk mengenal Korea. Disamping orangnya yang enak di pandang, kultur juga bahasa juga menyenangkan di pelajari.
Dari sekian banyak sekali idola yang saya temukan akhirnya, ada Bias favorite saya dia adalah Park Chanyeol, happy virus dari EXO. Ga bisa saya sebut satu-satu karena terlalu banyak. Lanjut masuk SMA saat itu saya sedang jatuh hati pada seseorang, Dunia saya tentang kpop sedikit memudar, hampir dikatakan hiatus, tapi masih sedikit update.
Lulus ini akhirnya kembali lagi, masa dimana mulai belajar untuk dewasa. Ada kata healing muncul untuk menenangkan jiwa yang lelah. Ya, Dunia kpop dan kdrama, saya terjuan lagi kedalamnya, lebih parah saya juga suka dengan drama China, Thailand juga Jepang. Anak Asia banget kan saya.
Sekarang akses melihat drama dan mendengarkan musik kpop sudah sangat mudah ketimbang dahulu, itu kebahagiaan tersendiri bagi saya. Mengikuti kpop kembali, membuat saya menjadi punya pikiran terbuka, ya bisa di simpulkan bahwa healing saya dengan itu.
Banyak hate, but it's okay.
Ngefangirl setiap hari, senyam senyum sendiri, happy vibes-nya untuk diri sendiri kerasa.
Saya bahkan teriak,
"lama banget ga kaya gini"
Kembali kedunia perKpopan adalah jawaban dari kata healing.
No problem, terlihat tidak waras di mata orang, tapi justru itu demi kewarasan diri.
1 note · View note