25 Warga Bluto Sumenep Terjangkit DBD
SUMENEP, detikkota.com – Sebanyak 25 warga Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur terjangkit kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Puskesmas Bluto, Sitti Hairiya menyatakan, jumlah penderita DBD itu terjadi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, yakni Januari hingga Maret 2023.
Menurutnya, dari sejumlah desa di wilayahnya kasus terbanyak berasal dari Desa Aeng Dake dan Desa Aeng Baja…
View On WordPress
0 notes
Membuat Perangkap Nyamuk Sangat Mudah, Hanya dengan 3 Bahan Dapur
Membuat Perangkap Nyamuk Sangat Mudah, Hanya dengan 3 Bahan Dapur
Membuat perangkap nyamuk ternyata bisa dengan alat dan bahan-bahan dapur loh…! Jadi, Kamu tidak seharusnya menghabiskan uang untuk menangani si penghisap darah ini. Bagaimana caranya?
Kamu pasti ingin tahu cara membuat perangkap nyamuk. Sebab, racun pengusir, nyaris tak efektif memberantas hewan penuh penyakit dan sangat mengganggu ini. Untuk itu, hanya dalam 60 detik, Kamu akan mempelajari…
View On WordPress
0 notes
Membuat Perangkap Nyamuk Sangat Mudah, Hanya dengan 3 Bahan Dapur
Membuat Perangkap Nyamuk Sangat Mudah, Hanya dengan 3 Bahan Dapur
Membuat perangkap nyamuk ternyata bisa dengan alat dan bahan-bahan dapur loh…! Jadi, Kamu tidak seharusnya menghabiskan uang untuk menangani si penghisap darah ini. Bagaimana caranya?
Kamu pasti ingin tahu cara membuat perangkap nyamuk. Sebab, racun pengusir, nyaris tak efektif memberantas hewan penuh penyakit dan sangat mengganggu ini. Untuk itu, hanya dalam 60 detik, Kamu akan mempelajari…
View On WordPress
0 notes
Penderita DBD di Riau Capai 1.488 Kasus, 11 Meninggal Dunia
Penderita DBD di Riau Capai 1.488 Kasus, 11 Meninggal Dunia
Pekanbaru (Riaunews.com) – Jumlah warga Riau yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau terus bertambah.
Dari data yang dirilis Dinas Kesehatan Riau tercatat jumlah kasus kematian akibat DBD terbanyak ditemukan di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) dengan jumlah kasus kematian sebanyak 4 orang.
Kemudian di Kampar dan Indragiri Hulu masing-masing 2 kasus. Selanjutnya di…
View On WordPress
0 notes
Arumi Bachsin: Musuh di Masa Kini Bukan Cuma Covid-19, tapi juga Demam Berdarah!
Arumi Bachsin: Musuh di Masa Kini Bukan Cuma Covid-19, tapi juga Demam Berdarah!
SEMANGAT PERANGI DBD: Arumi Bachsin bersama ibu-ibu TP PKK Kabupaten Malang. | Foto: Barometerjatim.com/IST
MALANG, Barometerjatim.com – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jatim, Arumi Bachsin mengajak anggota TP PKK Kabupaten Malang melek soal Demam Berdarah Dengue (DBD) dan menjadi agen yang memberantas serta menghambat penyebarannya.
Menurut istri Wakil…
View On WordPress
0 notes
Pemanfaatan Bakteri Wolbachia
SERIAL SCIENCE - EPISODE 02
Bagaimana pendayagunaan dari bakteri Wolbachia? Lalu apa bentuk pendayagunaan-nya? Emang apa sih hebatnya bakteri yang satu ini? Sebenarnya bakteri woolbachia itu apa? Hmm, menarik nih untuk dicari tahu.
Bakteri wolbachia:
Pada tahun 1924 bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Marshall Hertig dan S. Burt Wolbach pada nyamuk Cullex pipiens, dan pada tahun 1936 bakteri ini dinamai Wolbachia pipientis. Jadi, kita dapat mengetahui nama lengkap dari bakteri ini adalah Wolbcahia pipientis.
Seorang pakar entomologi dan Kesehatan veteriner, dan juga kadiv. Parasitology dan entomologi Kesehatan di IPB Bogor, Prof drh. Upik Kesumawati Hadi., MS., Ph.D. mengatakan wolbachia adalah bakteri gram negative yang berbentuk batang dan berhabitat di dalam sel yang menginfeksi berbagai hewan invertebrata atau tanpa tulang belakang, terutama pada berbagai jenis anthropoda dan serangga. Wolbachia ini merupakan salah satu jenis pathogen yang menginfeksi sistem reproduksi serangga. Bagi yang belum tahu, pathogen adalah mikroorganisme parasite yang meyebabkan penyakit pada inangnya.
Pendayagunaan Wolbachia: Mengendalikan Penyebaran Penyakit DBD (demam berdarah dengue):
Setelah kita berkenalan dengan Wolbachia, lantas bagaimana bentuk pendayagunaan dari bakteri satu ini? Ternyata oh ternyata, Wolbachia ini dimanfaatkan untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular mematikan yakni demam berdarah dengue (DBD). Hah? Emang bisa? Bisa dong, jadi begini…
Dalam laman situs resmi World Mosquito Program menyebutkan bahwa Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% spesies serangga, termasuk di beberapa jenis nyamuk. Namun Wolbachia ini tidak terdapat pada jenis nyamuk Aedes aegypti, spesies utama yang bertanggung jawab atas penularan virus ke manusia seperti dengue, zika, cikungunya, dan yellow fever (demam kuning). Wolbachia ini termasuk aman bagi manusia.
The New England Journal of Medicine juga menegaskan hal yang sama dalam jurnalnya yang berjudul Efficacy of Wolbachia-infected Mosquito Deployments for the Control of Dengue yang diterbitkan pada juni 2021, jurnal tersebut mengatakan bahwa bakteri Wolbachia ini menginfeksi berbagai jenis serangga, akan tetapi tidak terjadi pada nyamuk Aedes aegypti.
Seperti yang sudah dimention sebelumnya, bakteri Wolbachia ini didayagunakan untuk mengendalikan penyebaran virus dengue penyebab demam berdarah yang dibawa oleh inangnya yaitu si Nyamuk Aedes aegypti. Lalu bagaimana mekanismenya?
Nyamuk Aedes aegypti ini pada awalnya sudah terinfeksi virus dengue/demam berdarah, lalu gigitan nyamuk ini kepada manusia yang membuat virus DBD tertular ke manusia sebagai inangnya yang baru dan menyebabkan penyakit demam berdarah yang dapat berujung kematian. Nah, disinilah peran para saintis untuk berupaya mengatasinya. Begini caranya…
Jadi, bakteri Wolbachia dimasukkan ke dalam telur-telur Nyamuk dengan cara menyuntikkannya. Sebelum dimasukkan, di dalam telur nyamuk kan sudah terinfeksi virus dengue, setelah Wolbachia dimasukkan, terjadilah pertempuran epic antara bakteri Wolbachia vs virus dengue. Wolbachia ini bukan bakteri kaleng-kaleng, kalau diibaratkan dengan dunia manusia bakteri Wolbachia sebagai pasukan sultan Al-Fatih dan virus dengue sebagai pasukan konstantinopel. Yups, sudah dapat ditebak, epic battle ini dimenangkan oleh bakteri Wolbachia.
Setelah itu, virus dengue pun menjadi tunduk dan jinak kepada bakteri Wolbachia, sehingga menghentikan proses replikasi dari virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Akibatnya virus DBD tidak dapat ditularkan kepada manusia. Bakteri Wolbachia ini damage-nya luar biasa karena dapat menganggu sistem reproduksi nyamuk dan dapat diturunkan ke generasi nyamuk selanjutnya. Begini skemanya:
Ada tiga skema penurunan bakteri Wolbachia ke generasi berikutnya:
Pertama, Jika nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan tidak ber-wolbachia, maka telur yang dihasilkan seluruhnya akan ber-wolbachia.
Kedua, Jika nyamuk betina tidak ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan ber-wolbachia, maka telur yang dihasilkan akan mati atau tidak menetas.
Ketiga, Jika nyamuk nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang ber-wolbachia juga, maka telur yang dihasilkan seluruhnya akan ber-wolbachia.
Seperti itulah skema Wolbachia yang diturunkan ke generasi nyamuk selanjutnya. Sehingga, dengan kata lain bakteri Wolbachia akan ada dalam setiap generasi nyamuk. Menurut Prof drh. Upik Kesumawati Hadi., MS., Ph.D. dalam tulisannya yang berjudul “Wolbachia pipientis, bakteri pada serangga”, Keuntungan lain dari pola penyebaran Wolbachia antar generasi ini adalah semakin lama masa hidup nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, maka semakin besar kemungkinan infeksi/penularan Wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dalam jangka waktu yang singkat.
Di Indonesia, pada tahun 2014 nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia pertama kali dilepas-sebarkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, kota berpenduduk padat dengan pravelensi wabah DBD yang tinggi. Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia ini dirintis oleh Eliminate Dengue Project (EDP) yang pimpin oleh Prof. Adi Utarini. Prof. Adi Utarini yang juga Guru Besar di UGM ini adalah salah satu ilmuwan wanita kebanggan Indonesia yang masuk daftar “Nature’s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020” atau mudahnya yang masuk daftar 10 ilmuwan berpengaruh di dunia 2020. Wow, aku pun nge-fan sama Prof Adi Utarini ini, hihi. Okay, lanjut. Tujuan dari pelepasan nyamuk ber-wolbachia ini adalah untuk membangun Wolbachia di populasi nyamuk local, dengan tujuan jangka panjang untuk mengurangi penularan penyakit yang dibawa nyamuk. Pada situs resmi WMP - World Mosquito Program, disebutkan pada Agustus 2020, World Mosquito Progam (WMP) mengumumkan hasil yang sangat menjanjikan dari program EDP ini yakni Prof. Adi Utarini dan timnya berhasil mengurangi kasus demam berdarah yang mana hasilnya menunjukkan penurunan sebesar 77% dalam kejadian demam berdarah di beberapa kota besar di Indonesia yang diobati dengan Wolbachia.
Akhirnya, sebuah perjalanan panjang ya untuk menemukan solusi dari wabah endemic penyakit demam berdarah. Terima kasih yang tak terhingga kepada para ilmuwan yang terlibat.
Jadi begitulah peran bakteri Wolbachia dalam pemanfaatanya untuk memberantas penyakit berbahaya demam berdarah.
Diolah dari berbagai sumber:
Situs laman resmi dan youtube official: Wolrd Mosquito Program
Tulisan yang berjudul “Wolbachia pipientis, Bakteri Pada Serangga” oleh Upik Kesumawati Hadi, PS Parasitologi dan entomologi Kesehatan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. http://upikke.staff.ipb.ac.id.
A. Utarini, C. Indriani, R.A. Ahmad, Dkk. (2020). Efficacy of Wolbachia-Infected Mosquito Deployments for the Control of Dengue. The New England Journal of Medicine, 384(23), 2117-2186. DOI: 10.1056/NEJMoa2030243
Wolbachia sebagai alternatif pengendalian vector nyamuk Aedes sp. Oleh Lusiyana N. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. JKKI, Vol. 6, No. 3, 2014.
1 note
·
View note