Tumgik
#kaos oblong
ichsany · 1 year
Photo
Tumblr media
T-Shirt Design: De Groote Uit Tjimahi
https://ichsanypro.blogspot.com/2019/03/de-groote-uit-tjimahi.html
0 notes
vendorkaos · 19 days
Text
Terbaik, 0818-0958-4233 Vendor Kaos oblong
Tumblr media
Terbaik, 0818-0958-4233 Vendor Kaos oblong
Produsen baju: baju Polos hitam,baju ,baju distro,baju kaki,baju abu abu, baju anak,baju berkerah,baju batik,baju brand local,baju couple,baju custom
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA 0818-0958-4233. Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
Vendor Kaos oblong
#VendorKaosoblong
0 notes
kaospolos1 · 1 month
Text
BERKUALITAS, 0818-0958-4233 produsen kaos polos oblong
Tumblr media
BERKUALITAS, 0818-0958-4233 produsen kaos polos oblong
Pesan Kaos Polos : kaos Polos hitam,kaos ,kaos distro,kaos kaki,kaos abu abu,kaos anak,kaos berkerah,kaos batik,kaos brand local,kaos couple,kaos custom
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA. Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
produsen kaos polos oblong
#produsen kaospolosoblong
0 notes
produsenkaos1 · 1 month
Text
BERKUALITAS, 0818-0958-4233
Tumblr media
BERKUALITAS, 0818-0958-4233
0 notes
Text
Tumblr media
https://wa.me/6285926295490 | Jual Kaos Polos Semarang , Jual Kaos Polos Solo , Jual Kaos Polos Surabaya , Jual Kaos Polos Tangerang , Jual Kaos Polos Tasikmalaya
KAMI PRODUSEN & SUPPLIER KAOS POLOS TERBAIK & TERPERCAYA DI BANDUNG . . Kami menyediakan Aneka Kaos Polos maupun Kaos Oblong murah, . Kami melayani pembelian Grosir,Lusinan hingga Partai Besar dengan harga dijamin murah… . 3 ALASAN MENGAPA ANDA HARUS PESAN KAOS POLOS DI KAMI :
- Bahan 100% serat kapas (Cotton) yang lembut,anti bakteri, nyaman dipakai, tidak susut,tidak mudah longgar, dengan pola yang sesuai dibadan sehingga tidak terlihat seperti kaos murahan. - Bahan kaos ADEM dan menyerap keringat,sangat NYAMAN bila di pakai ( SUDAH TERBUKTI ) - Warna TIDAK AKAN LUNTUR dan TIDAK MENGKERUT BILA DICUCI
. *** MELAYANI PARTAI KECIL,SEDANG & BESAR *** . . Kaos Polos yang kami sediakan: - Kaos polos cotton combed 30s lengan pendek - Kaos polos bahan PE SOFT - Kaos Distro .
*** Open Distributor, Agen, Reseller & Dropship di Seluruh Wilayah di Indonesia***
Website: https://produsenkaospolosterpercaya.blogspot.com/
. . *** MELAYANI PENGIRIMAN KE SELURUH KOTA DI INDONESIA *** . LOKASI: BANDUNG . Hubungi kami sekarang juga untuk informasi lebih lanjut. Firdaus Harsha . . https://wa.me/6285926295490 https://wa.me/6285926295490 https://wa.me/6285926295490
#JualKaosPolosSemarang, #JualKaosPolosSolo, #JualKaosPolosSurabaya, #JualKaosPolosTangerang, #JualKaosPolosTasikmalaya
0 notes
082214297187,pusat kaos polos sablon di parongpong, jual kaos polos sablon terbaik di parongpong.
Halloo guysss…  Anda Mencari kaos polos untuk di sablon terbaik? Disini tempatnya. Kaos polos sablon kami memberikan kesan simpel dan fleksibel untuk digunakan siapa saja dan kapan saja. Hal ini membuat permintaan kaos polos menjadi sangat tinggi. Penggunaan kaos polos sablon kami dianggap ‘netral’ dan dapat masuk ke gaya fashion apa saja.
kaos polos sablon kami tidak hanya diminati oleh kalangan masyarakat, tetapi juga dicari untuk industri fashion dan pelaku bisnis sablon. Sekarang udah ga usah pusing mikirin kaos polos sablon kami keren dengan gambar dantulisan apaa, cukup pakai kaos polos udah keren dan kekinian. Apalagi pakai kaos polos sablon kami bahan katun bambu,selain sudah kerenkaosnya beda sama yang lainnya karena bahan katun bambumempunyai antibakterial alami dan nyaman dipakai.
Yuk segera hubungi kami untuk mendaopatkan kaos polos dengan kualiytas terbaik
Bagi Anda yang berminat untuk memulai usaha kaos polos sablon kami , kami menyediakan paket usaha kaos polos sablon yang berkualitas dengan harga bersaing. Anda dapat menghubungi kami untuk info lebih lanjut. Segera Hubungi :
WA :082214297187
Jual kaos polos sablon Parongpong,jual kaos polos oblong sablon di Parongpong, tempat jual kaos polos sablon di Parongpong, pusat kaos polos sablon di parongpong, jual kaos polos sablon terbaik di parongpong, kaos polos sablon murah di parongpong, kaos polosa sablon bahan premium di parongpong, jasa pembuatan kaos sablon di parongpong, kaos polos sablon di parongpong, produsen kaos polos sablon di parongpong
Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
kaoscustomsatuan · 2 years
Text
UKURAN BESAR Telp/WA 0813-6758-2324 Sablon Nama Kaos Badminton Klaten Tren Printing Kendal
UKURAN BESAR Telp/WA 0813-6758-2324 Sablon Nama Kaos Badminton Klaten Tren Printing Kendal
Custom Kaos Kaki, Custom Kaos Kaki Bola, Kaos Kaki Custom Muka, Kaos Kaki Custom Satuan, Kaos Keluarga Custom https://wa.me/6281367582324 https://wa.me/6281367582324 Pengen buat kaos custom tapi bingung beli dimana beli dikami saja anda akan mendapatkan keunggulan-keunggulan berikut ini   https://wa.me/6281367582324 1.bahan adem dan premium 2.gambar jernih dan tidak pecah 3.pembuatan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jasmeerah · 21 days
Text
jajah aku di bawah kursi warnetmu.
Tumblr media
Tags : M+, blow job in public, trying to not get caught, kissing, local porn words, mention of genitals. // juvenesheets on twitter.
Hari ini, Taesan lagi-lagi tidak masuk sekolah. Ia berkata bahwa percuma saja dirinya duduk berjam-jam hanya untuk melihat ponsel karena musim ujian sudah selesai. Lebih baik ia habiskan waktu untuk membantu bisnis warung internet keluarganya.
Sebuah gedung dua lantai dengan karpet biru gelap serta dinding yang catnya sudah terkelupas, berdiri kokoh di antara ruko lain. Fasilitas warung internet keluarga Taesan cukup lengkap. Pendingin ruangan, freezer berisi berbagai minuman, hingga makanan ringan.
Jika sedang hari biasa seperti sekarang, warung internet ini sepi. Hanya ada orang-orang terdesak yang membutuhkan bantuan Taesan untuk mengurus file mereka atau memakai komputer untuk kepentingan pekerjaan.
Permuda bersurai temaram tersebut menghela nafas di atas kursi beroda pada salah satu meja komputer warnet. Layar komputer menyala terang, menunjukkan permainan RPG yang mulai bosan ia mainkan. Hanya memakai kaos putih oblong dan celana pendek, ia duduk selagi melipat dua kaki ke atas kursi.
Taesan jadi bertanya-tanya, kira-kira saat ini apa yang dilakukan oleh temannya di sekolah? Sorot matanya yang selalu mengingatkan banyak orang akan kucing hitam, melirik ke arah ponsel. Ranum sang pemuda tersungging sendiri karena mengingat bahwa ada seseorang tengah ia tunggu untuk datang. Lelaki yang mudah sekali tersulut panasnya, membuat masa-masa sekolah Han Taesan seperti yang ada di serial-serial televisi. Tidak monoton.
Donghyun, Leehan—tadinya Taesan tidak menganggap ada hal yang menarik dari nama tersebut. Justru, nama Leehan terdengar membosankan karena seringkali terlihat di mading dan foto-foto berfigura di sekolah dengan medali serta piala kejuaraan. Belum lagi pemuda tersebut senang menjadi bintang tepat pada hari Senin, pengumuman kemenangan dari setiap insan tersebut menunda Taesan masuk ke dalam kelas nyaman yang ber-AC.
Bahkan, melihat sang lelaki dengan jelas saja ia tidak pernah sama sekali. Pertama kali Taesan menelisik sang mentari dari sekolahnya atas hingga bawah tanpa terlewat satu fitur pun adalah kala ia tiba-tiba didatangi Leehan saat berlatih futsal.
"Bu Meerah bilang, kamu harus catet materi dari buku aku dan beliau mau kamu belajar bareng aku. Nilaimu di pelajaran Bu Meerah jelek banget."
Leehan mengatakan hal tersebut dengan nada serius, cukup kencang untuk membuat permainan yang sedang berlangsung berhenti dan banyak kepala menoleh kepada mereka. Lucu sekali mengingat pemuda dengan surai kecoklatan halus yang khas itu berdiri percaya diri masih memakai seragam basah akibat hujan. Ia menyusul ke tempat Taesan berlatih memakai motor.
Dasar budak guru. Harusnya Leehan tidak perlu repot-repot menyusul. Bahkan dengan senang hati kedua tangannya yang kepalang mulus menumpuk beberapa buku tulis miliknya untuk diberikan kepada Taesan.
Merasa dipermalukan, Taesan ingin sekali menolak. Ia menarik Leehan ke sudut sepi.
"Gue gamau."
Pemuda di hadapannya tidak terbiasa ditolak. Padahal banyak yang mengatakan bahwa wajah Taesan memiliki terlalu sedikit ekspresi di balik fitur tajam dan menawan yang ia miliki, namun rupanya si pandai ini tidak mudah menyerah.
"Kalau kamu gamau, nanti aku bilang ke Bu Meerah kamu ngapa-ngapain aku. Sampai satu badanku basah kaya gini. Mau aku balik ke sekolah lagi terus bilang begitu?"
Tengil sekali.
Taesan tidak memiliki cara lagi (banyak sekali sebetulnya) tetapi, Leehan membuat ia bungkam dengan wajah bertabur gula itu. Belum lagi kedua mata Taesan tidak bisa fokus, tubuh molek di hadapannya benar-benar disuguhkan secara cuma-cuma. Diguyur oleh hujan membuat seragam sang lelaki menjadi melekat lebih erat lagi.
Ada rasa terbakar di dalam dada ketika Taesan merasakan beberapa orang di tempat mereka melihat Leehan dengan tatapan dalam. Ia harus membawa anak ini pergi dari kandang karnivora, hanya itu satu fikirannya.
Taesan tidak suka belajar. Ia hanya suka bermain musik dan bermain bola, tetapi selama satu bulan lebih—ia tunduk pada jemari Leehan. Memberikan sang pemuda berkacamata kesempatan untuk singgah lebih lama. Lagipula, dengan wajah bak karakter yang keluar dari buku itu dan juga cara dia berbicara dengan penuh kelembutan, tidak akan membuat Taesan bosan. Hingga pada akhirnya ia menyesal karena tidak mengenal Leehan lebih awal.
Terdengar gila mungkin, tetapi faktanya pada tahun kedua semester akhir—ia berhasil menggaet hati sang pujaan hati. Hubungan dua sejoli yang tidak terduga itu kini bertahan hingga sekarang.
Dengan latar belakang serta sifat mereka yang bertolak belakang, mungkin warga sekolah akan menganga mengetahui berita ini. Bahkan tidak sedikit yang selalu memberitahu Leehan untuk bersadar diri bahwa Taesan hanya akan membawa masalah bagi masa depannya. Untuk apa juwita berbakat sepertinya menetap dengan seorang pemuda monoton seperti Taesan.
Taesan hanya bisa tertawa lebar setiap kali mereka melakukan hal seperti itu. Sebab, keesokan harinya, justru Leehan semakin menempel dengannya. Menunjukkan kepada semesta bahwa ia bahagia.
Jikalau mengingat kembali, memang kisah asmara mereka terdengar terlalu datar. Tipikal berandalan yang menjadi lebih baik karena kekasih kutu bukunya yang gila pendidikan. Namun, Taesan tidak pernah menyesali pilihannya untuk memilih Leehan. Sebab, sekarang Taesan telah menemukan cahaya baru untuk terus melangkah.
"San, cowomu datang tuh."
Pemuda dengan pakaian rumahan dan surai yang masih setengah basah itu menoleh. Kakak laki-laki Taesan yang sudah rapi memakai kemeja flanel dan juga jeans yang sudah luntur warnanya menunjuk pada sang kekasih yang tiba-tiba saja sudah hadir selagi melambai lucu.
"Gue mau ke kampus dulu ya, jaga warnet yang bener. Gue tinggal, bye. Marahin aja kalo Taesan nakal ya, Han," goda Sunghoon mengulas senyum tipis dan sedikit mendorong perlahan tubuh Leehan.
Leehan datang masih dengan seragam lengkap. Rapih tanpa lipatan. Taesan melangkah kepada sang juwita sebelum membantu yang lebih muda menaruh tas ranselnya di salah satu kursi warnet. "Bawa apa kamu, yang?"
"Cireng sekolah. Katanya kamu mau kan dari pas libur? Kebetulan tadi kantin yang buka udah lengkap."
Leehan memang perhatian sekali. Pantas saja, pemuda tersebut banyak sekali yang memuja. Taesan mengambil satu cireng isi dari plastik dan menghadiahi kekasihnya kecupan di pipi.
"Thanks, Cantikku."
Senyuman kecil hadir di wajah pemuda yang lebih tua menyadari semu merah muda beesemi di wajah mempesona Leehan. Ia menggenggam tangan lelaki tersebut agar duduk di sebelahnya. Lalu, untuk beberapa waktu—ruangan itu hanya terisi oleh suara keyboard dan juga Taesan yang sibuk mengunyah cireng dengan tenang. Ia memberikan waktu bagi Leehan untuk tenggelam di dalam fikiran dan memperhatikan tampak Taesan yang bagai dipahat hampir sempurna oleh Tuhan.
Bibir bawahnya yang tebal, hidung mancung, dan rahang tegas sang pemuda. Kedua manik gelap Taesan yang disertai dengan bulu mata lentik itu tampak memikat. Ia senantiasa membuat Leehan tenggelam. Namun, tidak lama kemudian sorot mata juwita itu berpindah pada tubuh kekasihnya. Ada dua hal yang juga tidak kalah memikat dari Taesan, yaitu bisep dan pahanya yang kuat dan terbentuk karena latihan rutin. Saat ini bagian itu terekspos karena kaos tidak berlengan serta celana pendek sang kekasih yang sedikit tertarik ke atas.
Detak jantung Leehan terdengar tidak teratur, ia meneguk ludah. Maybe right now is the right chance to steal Taesan's attention?
"Jadi aku ke sini cuma buat nontonin kamu main lagi? Mending aku balik ke sekolah engga sih?"
Tanpa menoleh, Taesan masih berfokus pada layar namun kali ini ia memajukan bibirnya tanpa alasan. Jari-jarinya yang lincah itu bergerak lebih cepat di atas keyboard.
Leehan menghela nafas. Ia ingin mengerjai kucing hitam yang terlalu serius itu dengan cara berpura-pura bangkit untuk pergi. Tetapi, belum sempat ia benar-benar bangkit dari kursi—lebih dulu dua tangan menahan paha Leehan agar tetap duduk.
"Aku lagi ngisi perut, permainan aku baru selesai. Siapa bilang kamu cuma nontonin aku main hari ini?" tanya Taesan mengubah posisi duduk menjadi ke arah Leehan, menukik alisnya selagi berbicara.
Paha Leehan diremas oleh yang lebih tua.
Lalu perlahan jemari Taesan naik ke atas untuk menarik dasi abu-abu milik Leehan agar wajah mereka mendekat. Dengan jarak sedekat ini, mereka dapat merasakan nafas satu sama lain.
Taesan melirih, "Kamu laper juga engga, Han? Mau diisi juga engga perutnya?"
Aduh, kok bisa tiba-tiba saja kekasihnya yang kepalang cuek itu merubah situasi secepat ini?
Leehan menggeleng. Ia ragu setiap kali hubungan mereka maju ke tahap yang lebih intim, namun jika itu Taesan, bisa apa dia? Ia rela memberikan apa saja asal laki-laki itu mau membubuhinya dengan ciuman kupu-kupu, pujian, dan juga senyuman puas. Toh, Leehan yang memulai dia juga harus membuka jalan lebih lebar untuk sang lelaki tercinta.
"L-laper, panas juga, San—Ngggh Mmph !"
Ucapan Leehan berhenti pada saat Taesan memaksa agar ranum mereka bertabrakan. Mereka memang sering bercumbu di mana saja. Walaupun Leehan paling menyukai pada saat ciuman pertama yang diberikan oleh Taesan pada saat ia begitu bahagia kala memenangkan pertandingan dengan musuh kebuyutannya sejak sekolah dasar di halaman belakang sekolah mereka. Ia masih ingat, hanya dengan satu kali ciuman itu mengajarkan Leehan yang belum pernah mencium orang sama sekali kini menjadi semakin lihai.
Dua insan saling memagut dan menghisap bibir satu sama lain seolah-olah mereka berada di dunia sendiri. Padahal, setiap barang di warung internet itu pasti terdiam iri menjadi saksi mereka yang bercumbu panas di saat matahari sedang terik-teriknya. Tangan Leehan sudah berpindah untuk meremat-remat surai sang kekasih, pahanya merapat untuk memberikan afeksi bagi bagian selatan si kecil yang sudah sesak hanya karena sentuhan pada bibir.
"Hhhah, nanti ada yang lihat—San, Esan," syahdu dari bibir Leehan memprotes akibat tubuhnya Taesan bawa agar terduduk di atas pahanya yang kuat itu.
"Katanya mau dipangku?"
Benar, sih. Pipi Leehan memerah lucu bagai buah persik segar. "Nanti kamu keberatan."
"Sayang, I could pick you up easily. You are perfect for me. Aku latihan buat manjain kamu kaya gini, Cantik," balas Taesan dengan tangan yang bergerak untuk meremas pinggang ramping sang juwita lalu bersiul menggoda ketika sengaja mengeluarkan seragam Leehan dari celana dan melihat jelas lekuk tubuh sang kekasih.
Ia memang terkadang bersikap memalukan.
Walaupun ingin berlari rasanya, ia tetap memberikan lampu hijau bagi Taesan untuk membuka dasinya dan beberapa kancing dari seragamnya. Memberikan pemandangan manusia terindah yang pernah Taesan tatap.
"San, Nnh, jangan ditandain ya?"
Taesan mengangguk mengerti, tidak diberitahu pun ia sudah mengerti. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan berakhir dihusir dari rumah atau dijawil kencang pada bagian telinga. Maka, bibir Taesan hanya mengecupi dan membasahi sedikit bagian selangka Leehan yang putih tanpa noda.
Kacamata Leehan sudah hilang entah kemana, toh siapa yang peduli? Dengan sentuhan Taesan sendiri saja dia mampu menggelinjang nikmat, ia percaya sekali atas tuntunan sang kekasih atas segalanya. Birahi menutup segala dari manusia, termasuk kewarasan.
"Kenapa ahh kamu besar dimana-mana sih?" lirih Leehan tanpa rem. Ia gigit bibirnya merasakan bibir Taesan sudah memanjakan bagian sensitif di dada Leehan yang mencuat gemas. Jemari satunya juga tidak luput memilin dan mencubit puting laki-laki itu yang tidak tersentuh.
Kedua tangan Leehan dari tadi meremat bisep Taesan, merasakan otot sang pemuda yang terbentuk. Pacarnya memang XL. Apalagi di bagian bawah sana. Membayangkan benda berurat itu saja membuat perut Leehan berbunyi. Dia lapar dan kepanasan betulan, tidak bohong.
Kala mereka kembali memakan bibir satu sama lain, saling berperang lidah dan gigi, Leehan dapat merasakan celana pendek yang dipakai Taesan mencetak tenda. Menusuk-nusuk bagian bokong Leehan yang hanya dilapisi seragamnya yang saat ini sudah agak sempit (sebab mereka sudah mau lulus dan dia enggan mengganti).
"Han, Sayang, kamu laper kan tadi?"
Taesan bertanya ketika Leehan masih mengatur nafas dan masih mengumpulkan segala sel dari otaknya untuk mencerna setiap kata. Ia hanya mengangguk-angguk saja. Berantakan sekali pria cantik itu dibuat oleh murid yang ditutornya sendiri.
Tali celana pendek Taesan ia buka.
"Sesek dia, Han. Kasian, mau engga bantuin? Makan ini aja, ya? I miss you getting messy with my milk all over your pretty face."
Muka pengen dari Taesan selalu sukses membuat Leehan ingin menurutinya. Ia tampak lucu dengan kedua mata berkilauan. Tapi, yang lebih muda belum merasa bahwa tawaran itu cukup. Han Taesan harus memohon di hadapannya.
"Kenapa harus?" tanyanya dengan tangan yang sengaja jatuh ke bawah, membelai gundukan kekasihnya dengan perlahan.
Taesan menggeram merasakan sentuhan tersebut. Kalau diteruskan, mungkin saja Taesan akan kehilangan kesabaran dan berakhir memainkan jarinya pada senggama sempit sang juwita selagi mendorong tubuh ramping itu ke meja warnet. Namun, ia tidak pernah tega dengan Leehan.
"Please, Han. Aku engga kuat, mau bibir kamu di sini. Sepongin kontol aku di bawah meja."
Gila memang, apa Taesan benar-benar menginginkan mereka melakukan kegiatan asusila di warung internet keluarganya? Bagaimana jika seseorang masuk? Bagaimana jika mereka terciduk lewat kamera? Bodoh, harusnya Leehan pikirkan itu sejak mereka berciuman jauh beberapa menit yang lalu.
"Serius kamu? Nanti kalau ketahuan—"
"Aku jagain, engga akan ketahuan. Ayo ke bawah," bisikan Taesan yang meyakinkan lantas membawa Leehan untuk memasang bendera putih. Dengan kaki sedikit lemas ia turun ke bawah. Mengisi ruang kecil di bawah meja dan langsung berhadapan dengan selangkangan sang kekasih.
Bahkan belum dimulai pun, Leehan terlihat manis di bawah sana. Matanya mengedip polos dan bertanya-tanya apakah dia harus melakukan itu sekarang?
Blow job mungkin adalah satu hal yang kini menjadi rangkaian maksimal di hubungan mereka. Tidak ada yang lebih daripada menghisap penis satu sama lain atau memasukkan jari memanjakan lubang Leehan yang masih sempit sekali. Meskipun begitu, Leehan masih belum berpengalaman (baginya.)
Hanya pujian dan juga suara-suara yang keluar dari mulut Taesan, satu-satunya validasi bagi Leehan jika dia sudah melakukan semuanya dengan baik. Karena itu lah—ia gugup.
"Jangan gigit, ya," ucap Taesan lembut ketika ia sudah berhasil menurunkan celana pendek dan juga celana dalamnya.
Penurut sekali Leehan, pelan-pelan ia mendekatkan diri. Satu tangannya memegang batang penis dari sang kekasih yang berukuran tidak kecil. Ia merasakan guratan urat pada benda Taesan yang tengah mengacung sempurna. Leehan senang, ia adalah alasan hormon sang kekasih memuncak.
Ia kocok perlahan atas-bawah penis Taesan, sebelum menjulurkan lidah untuk merasakan ujung kepala kejantanan tersebut. Matanya tidak lepas dari pandangan sayu yang lebih tua ketika ia perlahan-lahan memasukkan penis kucing hitam kesayangannya ke dalam mulut.
"Ah, shit, Kenapa pinter banget?" puji Taesan tersenyum lemas kala Leehan tanpa terbatuk mampu mencapai ujung penisnya. Menghidu wangi khas lelaki tersebut yang jantan.
Leehan mulai bergerak untuk menghisap batang penis Taesan, menjilat, serta menggerakkan kepalanya beraturan dalam ritme pelan. Ia lepas sesekali untuk mengocok lagi penis yang lebih tua.
Wajah Leehan berkeringat.
"Harusnya aku bawa kuciranku ya? Nnh, biar aku tariknya enak—rambutmu udah panjang, ahh, aku pengen liat jelas kontolku keluar masuk mulut kamu, Han," protes Taesan tersendat-sendat, jari-jari panjangnya mulai menyisir surai halus kecoklatan sang kekasih.
Cairan pre-cum mulai keluar dari kejantanan Taesan ketika seseorang melangkah ke lantai atas cukup cepat hingga membuat mereka terdiam kaku. Demi Tuhan, ingin sekali ia mencakar paha Taesan karena pemuda itu sudah janji bahwa mereka tidak akan tertangkap basah namun sekarang ada seseorang di warnet bersama mereka. Untungnya, sisi depan mereka berdua tidak akan terlihat karena tertutup meja.
"Dek ! Mas lupa ada flashdisk ketinggalan, aduh pelupa banget gue. Loh? Kenapa keringetan gitu?" Mas Sunghoon rupanya.
Jari telunjuk Taesan memberikan isyarat ke bawah agar Leehan diam. Ia hanya tersenyum gugup lalu berkata, "Panas di luar, Mas. Sampe ke dalam, haha."
Mas Sunghoon ber-oh ria lalu melangkah perlahan menjauh dari meja Taesan meskipun matanya masih dengan curiga menatap sang adik yang entah mengapa duduk di kursi warnet tanpa memainkan game.
"Leehan mana dek? Bukannya tadi ada?"
Damn.
Taesan melirik Mas-nya yang dengan jelas melihat tas dan juga dasi Leehan yang tadi terhempas asal. Ia berusaha menenangkan pacarnya yang tengah berperang dengan batin sendiri dengan cara mengelus kepala Leehan. Tetapi, entah mengapa justru tangan tersebut berpindah ke tengkuk yang lebih muda—membuat Leehan mau tidak mau kembali menyesap penis miliknya.
"K-Ke toilet, Mas, duh sialan," jawab Taesan lalu dengan cepat memukul mulutnya yang tanpa izin mengeluarkan umpatan.
Nikmat sekali ketika dengan lihai Leehan menjadi boneka penurut, memejamkan matanya di bawah sana dan menghisap penis Taesan. Mempercepat gerakan karena ia ingin ini semua cepat selesai. Suara yang mereka buat sebetulnya cukup berisik, licin dan basah, dengan suara desahan kecil dari Leehan di bawah meja. Hal itu disebabkan karena kaki telanjang Taesan dengan jahilnya menggesek pada selangkangan Leehan.
"Nah ini dia flashdisk gue ! Gue cabut lagi ya, San. Lu beneran gapapa ini gue tinggal sendiri? Muka lu merah loh," tunjuk Sunghoon dengan wajah sedikit khawatir. Jemarinya memutar-mutar kunci dengan lincah.
Iya, sumpah Taesan tidak apa-apa. Dia sedang setengah di nirwana sekarang karena ada yang tengah menghisap kuat penisnya hingga puas di bawah meja. Sekarang, cepat Mas pergi dong.
"Aman Mas, aman. Hati-hati y—ah Mas."
Hanya itu yang mampu Taesan keluarkan sebelum memastikan sang Kakak sudah pergi dari warung internet mereka. Ia sudah sange berat ketika menatap kondisi Leehan di bawah sana ternyata sudah mengeluarkan penisnya dari seragam dan mengocok perlahan dengan mulut yang masih bertengger pada kejantanannya.
Seksi sekali.
"Aku bentar lagi sampai, Han," lirih Taesan yang akhirnya bernafas lega dan bisa lanjut menuntun kepala Leehan agar kembali menghisap penisnya yang membesar.
Ia bergerak maju mundur dengan cepat hingga mentok di ujung tenggorokan. Pujian demi pujian Taesan keluarkan, ia merintih kenikmatan karena kehangatan yang mengokupasi penisnya.
"Sayang, aku keluarin di muka ya?"
Leehan menyungging senyum tipis menunjukkan bahwa ia akan menerima apapun dari sang kekasih. Tidak membutuhkan waktu lama sebelum pandangan Taesan memburam dan ia melepaskan kejantanannya dari mulut Leehan. Ia mendesah panjang kala cairan putih berhasil keluar beberapa kali dari penis panjangnya itu. Muka Leehan menjadi kotor.
Bahkan sisa sperma Taesan juga meleleh di lidah kekasihnya yang lebih muda karena ia tidak menutup mulut. Kalau Taesan tidak menahan diri, mungkin bagian selatan pemuda itu sudah berdiri lagi. Ternyata, Leehan pun mengotori tangan dan seragamnya di bawah sana. Mereka sampai bersamaan.
Jemari lentik Leehan menghapus lukisan sperma di atas wajah sebelum membawanya untuk ditelan ke dalam mulut. Pemandangan erotis yang ingin sekali Taesan pajang selamanya.
"Awas aja kalau sampai Mas kamu tahu, aku tebas kelamin kamu ya, San !"
Taesan meneguk ludah. Sang juwita jadi galak setelah peristiwa tadi rupanya. Tetapi tidak apa-apa, tidak ada yang harus pemuda bersurai temaram itu sesali. Sebab, ia sudah dimanjakan oleh Leehan hari ini dengan servis bintang lima.
End.
5 notes · View notes
glyhndzkr · 6 months
Text
Keram 18 Km? Siapa Takut? Ya, Saya
wkwk oke, waktunya bercerita kisah keram 18 km seorang pemuda asal Sukoharjo di event lebarannya maraton Indonesia. Borobudur Marathon.
Tumblr media
Singkat cerita, kita flashback dulu dari keberangkatan. Hari Sabtu, habis dzuhur tet, naik apa? yak benar, motor, biar hemat. Panas? apa itu? buah? salahh ee salahh, nanas. Berdua, dengan fotografer pribadi, Fatih Ndut. Perjalanan ke Magelang via Kopeng. Sampai di penginapan (baca : rumah bude nya teman) sekitar bada ashar. Langsung lanjut ambil Racepack di Artos, Armada Town Square, one and only Mall in Magelang.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kalo mau dibandingin sama Mangkunegaran Run, ini sih 1000 kali lebih jos. Baru masuk, gapake ngantri langsung ambil. Dan disambut gapura sok neon neon dan futuristik. Ditambah ada nama yang bisa muncul di layar, auto foto lah jelas. Boothnya ngga ada yang terlalu menarik, karena mahal semua. Paling ya cuma foto di beberapa spot aja, sama ikut ngeramein corat coret. Agak kecewa ga ketemu artis, cuma ketemu Mas Aiman aja, uhuk, hiks.
Kelar dari racepack, jelas lah, H-1 raceday, apalagi marathon, wajib carbo loading. Kamu ga punya duit? jangan santai, karena minimal tetep harus punya lah wkwk, walau dikit. Duitmu dikit? santai, ada Geprek Mantul, ayam boleh satu, tapi jangan sampai nasi cuma satu (centong) juga, karena apa? karena ambil sendiri. Yak benar, sefruit tips carbo loading bagi yang, ehem, punya keinginan yang cukup besar di masa depan kan ya, sehingga menunda pengeluaran berlebih hari ini (baca : duitnya dikit) kunjungilah warung nasi sepuasnya terdekat.
Kelar makan balik ke penginapan (baca : rumah budenya temen), langsung apa? yoi, langsung buka racepack, ambil baju racenya, pake buat tidur semalaman, biar 'adaptasi' dululah ya kan? (baca : seneng dapat baju baru). Dan jangan lupa, mandatory foto, gear race esok hari, ditata, difoto flat dari atas. cekrek. turu.
Tumblr media
Bangun jam 2.30 WIB, adus, sumringah, makan pisang, minum air putih, macak ganteng, sikatan, biar nyaman mlayune, apik fotone. Berangkat naik motor lagi, sampai di kawasan borobudur, ebuset, emang bole semacet ini. Dalam hati mbatin, ni mesti ketar ketir yang naik mobil, auto pemanasan dari dalem. wkwk. Parkir di warung deket loket masuknya borobudur.
Sampe sono pas banget adzan subuh, langsung cari toilet. (baja kalimat setelah ini pake iklan klinik Tong Fang) Awalnya saya agak kebelet, tapi setelah saya meihat antriannya, perut saya membaik seketika wah! terima kasih antrian. Dan apalah guna menyegerakan hajat ketika kamu punya Yang Maha Kuasa Atas Segala, termasuk rasa mules di perut, so mari lanjut ke Musholla terdekat, mendekat diri dan mengadukan rasa dan antrian ini kepadaNya.
Tumblr media Tumblr media
Sholat berjamaah, kelar solat nitipin barang bawaan sama siap siap ke startline. Ga pake pemanasan, cuma pake baju celana sepatu leg sleeve jam tangan sama semangat. Jangan ditiru, hanya dilakukan oleh profesional segelintir orang tolol.
Menunggu race, seperti biasa, kita screening gear manusia manusia masokis yang mau lari 42k. 910? ortus? apa itu gaes? minimal sepatu tuh New Balance lahh. Nike Adidas Hoka Asics Puma udah kayak sandal di masjid. Tapi nih kalo jumatan, fix pergi pulang beda semua sih alas kakinya. Baju bola? kaos oblong? cuih, minimal kaos tu singlet ada tanda garis tiga, nb, centang, atau macan lompat lah, kalo masi pake lambang klub bola, mundur dulu selangkah. Kamu gapake kacamata? gapake visor? mending tambah lagi mundurnya selangkah. leg sleeve kamu bukan 2XU? dah gausa dikasi tau, selangkah lagi ya bang. Lari olahraga paling murah? pfft, situ lari apa latian dikejar habis maling? aowkwowk
ya kira kira gitu lah penampilan sebagian rangorang wkwkwk.
Dan tibalah 05.00 am 19 November 2023, bendera dikibarkan, terompet ditiupkan, penyiksaan 42 km + dirasakan. gwencana yo gwencana. Duh kedawan, lanjut part 2
Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
selaras-hati · 1 year
Text
Anaknya emang ektrovert. Tapi kalo moment perayaan macam gini yang mengharuskan pake baju rapi suka mau langsung masuk kamar ganti sama outfit kaos oblong plus celana pendek.
2 notes · View notes
itisjustfei · 1 year
Text
Day 18: thirty facts about myself
Waduh, banyak amat yak, tapi gw coba dulu deh.
1. Height: ±160 cm
2. Weight: varies, but usually around 40-50
3. Hair color: black
4. Eyes: brown
5. Gigi yg udah dicabut 4
6. Umur 4 bulan udah tumbuh gigi
7. Pernah hampir kena tumor
8. People say I looked intimidating
9. Kata mereka jg setelah deket dan ngobrol, oh ternyata agak sedikit gila ya (true testimoni)
10. Coklat is lyfe.
11. Lemak berlebih langsung bikin jerawat
12. My go to outfit: kaos oblong + celana kain
13. Hyperfixation is my middle name
14. Pernah punya rambut panjang sepantat
15. Lebih suka rambut model cepak karena oh God having a long hair is such a pain
16. Pacaran pertama kelas 2 SD
17. Latest breakup almost 9 years ago
18. Boyfriend count: 2
19. Aquarius Sun Pisces Moon
20. I cook, but only if I wanted to.
21. Can speak: Indonesian, Sundanese
22. Can read: Indonesian, Sundanese, English, Korean alphabet, partially japanes hiragana & katakana (last two only can read, doesn't mean I understand them)
22. When I was around 7-10 yrs old, had shoplifting stuff
23. Straight, or as the scale say, I was accidentally do gay things
24. Caffeinated drinks is a must
25. Currently in a dire need (want) of an ereader
26. I do have marriage in mind, just don't like to be settled just to anyone
27. I wear glasses, but mostly don't.
28. My username cames from first syllables of my first name, I get creative beyond that
29. A middle child, only daughter.
30. Very much indecisive.
1 note · View note
nightingalewinter · 2 years
Text
Hari Pertama - Percakapan di Rumah Sakit
            Seelok-eloknya bangunan sebuah rumah sakit, tidak ada satu pun pengunjungnya yang mau repot-repot bersolek. Mungkin karena kata “rumah” yang tersematkan sehingga pengunjungnya merasa nyaman mengenakan kaos oblong – sekalipun yang sudah bolong-bolong –, celana pendek di atas lutut, dan sandal jepit saat sedang bertandang ke rumah sakit. Sudah lah pakaian seadanya, wajah mereka pun kusut semua. Seolah hukum dunia yang berbunyi “Penampilan adalah yang utama dan segalanya” menjadi terlupakan dan terabaikan. Konsep yang menarik. Ruang publik lainnya harus meniru bagaimana rumah sakit mampu membasmi kelas-kelas sosial sehingga tak ada lagi yang saling membandingkan.
            Tempat ini ramai. Penuh dengan orang berlalu-lalang yang menenteng bungkusan plastik besar berisi selimut dan minum. Belum seramai pasar di pagi hari memang, tapi cukup lah jika mendengar suara sandal yang terus menerus menepuk lantai tiada henti. Sayang sekali, tidak ada musik yang dimainkan. Jika ada, sudah pasti jadi pesta meriah di sini. Oh, tentu harus ada kudapan yang terhidang agar obrolan menjadi semakin renyah, tapi kantinnya sudah tutup semenjak tadi sore. Tidak asik. Pantas saja orang-orangnya saling berdiam, padahal ini kesempatan bagus untuk menaikkan daya tarik rumah sakit sehingga akan banyak rujukan yang masuk. Strategi marketing. Papa suka mengajak ngobrol teman kerjanya lewat ponsel tentang memasarkan suatu cetusan sehingga semakin luas masyarakat dapat merasakan manfaat yang ditawarkan. Ya, rumah sakit ini harus belajar dari Papa kalau mau memiliki strategi marketing yang bagus.
            “Kamu mikir apa?” tanya Kakak lirih.
            Lamunanku yang sudah jauh kemana-mana jadi hilang seketika. Huft, sudahlah. Nanti bisa dilanjut lagi di mobil, jika tidak segera terlelap karena kedua mata ini sudah terlalu berat untuk kuasa kujaga tetap kubuka.
            “Enggak ada, Kak. Sampai berapa lama lagi kita di sini, Kak? Ngantuk…”
            “Sabar ya, Dek. Tunggu Tante Yuli datang. Sebentar lagi kok.” Kakak pun mengelus tempurung kepalaku lembut, Huh, yang ada aku semakin mengantuk.
            Sementara Mama di ruang rawat inap menemani Eyang yang sedang sakit, kami menunggu kedatangan Tante Yuli yang bertugas menggantikan Mama berjaga. Semalaman sudah Mama berada di rumah sakit. Akhir pekan keluarga yang biasanya dihabiskan dengan jalan-jalan dan bermain sepeda terpaksa batal karenanya. Papa sudah menunggu di luar sambil mengisap rokok. Aku dan Kakak memilih menunggu di dalam daripada kena terpa udara malam yang menggigit. Apalagi kalau harus menunggu selama ini. Tante Yuli kan selalu datang terlambat. Jatah makan sisa-sisa pas lebaran saja kadang tidak kebagian saking lamanya sampai ke rumah Eyang. Apalagi kalau diminta berjaga sekarang. Namun apa boleh buat. Mama bilang sudah ada jadwal yang harus ditepati. Selama pengganti belum datang, yang berjaga belum boleh pulang. Bilangnya sih karena takut Eyang kenapa-kenapa.
            “Eyang sakit apa sih, Kak? Pilek?” rungutku yang sudah tak betah menaruh pantat di bantalan kursi yang keras.
            “Bukan… Sudah tua saja…”
            “Tua? Itu nama penyakit?”
            Setahuku sih bukan. Tua itu tingkatan usia tertinggi. Urutannya itu kecil, remaja, dewasa, lalu yang terakhir, tua. Lagipula jika memang itu benar nama penyakit, Eyang sudah lama tua. Dari awal aku berjumpa waktu masih kecil pun Eyang juga sudah tua, tapi anehnya baru sekarang di rawat inap begini.
            Kakak menggeleng, “Eyang… Sudah gak sekuat dulu lagi… Jalan aja susah.”
            “Kira-kira sembuhnya kapan?”
            Melihat kondisi Eyang yang tak berdaya selain menoleh kanan dan kiri, aku ingat bulan lalu waktu terkena demam dan flu ringan. Aku pun juga tak bisa berjalan seperti biasa. Demamku baru bisa turun setelah dibantu obat dan banyak istirahat. Tak lama kemudian, Mama bilang aku sudah sembuh dan bisa ke sekolah lagi. Kalau sudah sembuh, nanti Eyang juga bisa jalan lagi. Habis itu, masak opor ayam dan rendang lagi deh buat natalan. Hmmm… jadi tidak sabar.
            “Ini bukan sakit kayak kamu yang cepat sembuh, Dek. Beda.”
            Heh?! Bagaimana Kakak bisa membaca pikiranku?!
            “Beda gimana, Kak?”
            “Ya lebih lama, Dek. Gak ada yang tahu.”
            “Kenapa bisa lebih lama?”
            “Karena sudah tua!” Kakak memang kadang suka agak berteriak membalas ucapanku atau Mama dan Papa, seperti sekarang ini. Habis itu, Kakak pasti mengurut-urut pelipis dan bilang: “Maaf…” dengan sepasang mata sedikit berkaca-kaca. Eh? Sejak kapan Kakak yang sok jago itu jadi bisa menitikkan air mata begitu?
            “Kalau sudah tua, tubuhmu akan melemah. Pada usia tertentu, kamu akan berhenti bertumbuh tinggi dan berhenti bertambah gigi. Terakhir, semuanya yang – “
            “ – Usia tertentu? Papa dan Mama gimana? Kakak? Aku?”
            “Kamu dan aku masih muda. Papa dan Mama juga masih kuat. Di usia Eyang ini, segala di dalam diri Eyang pasti sudah menjadi rapuh dan ringkih.”
            Aneh. Bukankah seiring usia yang bertambah, semakin banyak juga doa yang didapatkan? Sementara di dalam doa-doa yang biasa diucapkan itu selalu tersemat doa mohon diberikan kesehatan. Eyang pasti banyak mendapatkan ucapan doa serupa, tapi kemudian Kakak bilang kalau usia lah yang menyebabkan Eyang sakit begini. Tidak masuk akal. Ucapan doa yang sudah terkumpulkan itu jadi sia-sia dan tak berguna.
            Kakak mengangkat tanganku dan meletakkannya di atas telapak tangannya. Dengan jemari tangan yang bebas, Kakak menggambar sebuah lingkaran di tas punggung tanganku sembari berkata, “Kita ini hidup dalam sebuah lingkaran. Awalnya kamu akan naik, seperti kamu sekarang. Kamu akan bertambah besar dan pintar sampai kamu mencapai titik puncak seiring dengan bertambahnya usiamu, tapi untuk membentuk sebuah lingkaran, kamu harus turun. Meski usia bertambah, kamu justru akan melemah. Itu lah makanya Eyang harus dituntun kan kalau jalan.”
            Aku memperhatikan lingkaran imaji di atas punggung tanganku dengan seksama. Masih ada yang menjanggal. “Apa yang terjadi saat usia bertambah dan berada di titik terbawah lingkaran?”
            Kakak selalu cepat menjawab. Benar atau tidaknya selalu dipikir belakangan. Kali ini, Kakak terdiam cukup lama. Ketika terlihat kedua belah bibirnya bergerak, terdengar teriakan yang mengalihkan perhatian keheningan rumah sakit yang mulai menusuk. Pria itu mengenakan jubah serba hijau. Lengkap dengan masker dan sarung tangan yang penuh noda merah-merah. Dengan tatapan mata yang berseri, pria itu mengumumkan sesuatu yang tak kumengerti, tapi disambut gembira oleh orang-orang dekatnya. Mereka saling berpelukan dan bersuka cita. Berbeda dengan kebanyakan pengunjung rumah sakit lainnya yang murung dan bermuka kusut, orang-orang ini terlihat bahagia. Seolah-olah pesta sesungguhnya sedang berlangsung penuh gegap gempita. Tanpa musik yang mengiringi atau kudapan yang dihidangkan, sekumpulan orang ini masih dapat bergembira dengan begitu meriah. Pria berjubah itu pun membuka layar ponsel dan memperlihatkan sesuatu untuk disaksikan. Orang-orang yang tadi bersorak langsung diam memperhatikan. Aku turut penasaran dan ikut memasang telinga. Suara tangis bayi lirih terdengar memenuhi ruangan yang sepi. Kemudian terdengar tepukan tangan ramai dari sekian banyak orang yang hadir memenuhi rumah sakit, termasuk Kakak.
            Hanya aku seorang yang belum paham. “Kenapa Kak?”
            “Anaknya baru lahir ke dunia.”
            “Berarti lingkarannya baru dimulai ya?”
            Kakak mengangguk, “Huum… Dia akan memulai dari titik terbawah lingkaran.”
            “Kalau Eyang gimana? Apa Eyang juga akan mulai dari titik terbawah lagi?”
            “Hmmm…” Kakak melipat kedua tangannya. “Iya, sepertinya begitu, tapi bukan di lingkaran yang sama. Eyang akan kembali ke titik terbawah di lingkaran yang baru di dunia yang baru juga.”
            “Dunia seperti apa itu?”
            “Dunia… Dunia yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pokoknya, lebih baik lah. Coba bayangkan, dunia ini saja sudah mengasyikkan, apalagi dunia baru itu kan?”            
            Aku baru dengar adanya dunia baru itu. Jadi, apakah kita akan terlahir kembali seperti bayi yang baru lahiran tersebut? Aku baru mau bertanya saat Kakak bangkit menyambut Tante Yuli yang baru datang. Antusiasmeku untuk pulang jauh lebih menggebu dan mengubur rasa penasaranku. Nanti di rumah aku akan menceritakan yang Kakak katakan barusan pada Papa dan Mama. Mereka juga harus tahu bahwa ada dunia baru yang akan menanti Eyang untuk memulai lingkaran barunya.
5 notes · View notes
produsenkaos1 · 2 months
Text
BERKUALITAS, 0818-0958-4233
Tumblr media
BERKUALITAS, 0818-0958-4233
0 notes
WA : 0831-1582-8803 Jasa Sablon Kaos Satuan Murah
Apakah anda membutuhkan Info tentang Jasa Sablon Kaos Satuan Murah Surabaya,Tempat Sablon Kaos Murah Satuan,Jasa Sablon Kaos Satuan Murah Sidoarjo,Jasa Sablon Kaos Oblong Satuan Murah,Jasa Sablon Kaos Distro Satuan Murah,Jasa Sablon Kaos Satuan Murah di Sidoarjo?
Tumblr media
Kami melayani pemesanan Sablon Kaos Lusinan – Satuan.
Harga Terjangkau – Desain Custom – Tanpa Minimal Order
Info lebih lanjut hubungi WA : 0831-1582-8803
0 notes
0857-3188-9282 (WA) Pesan Jas Almamater di Rote Ndao
Tumblr media
0857-3188-9282 (WA) Pesan Jas Almamater di Rote Ndao
Anafa Garment konveksi menjadi salah satu konveksi yang ada di jawa timur, lebih tepatnya di kota surabaya. Melayani berbagai pesanan baju dan celana dengan kualitas terbaik. selain kualitas, harga yang kami tawarkan juga bersaing atau bisa di katakan murah.
Berpengalaman sejak tahun 2012, Anafa Garment dengan percaya diri bisa memberikan hasil terbaik kepada customer yang mempercayakan pekerjaan ke team kami. Banyak pilihan bahan yang bisa menjadi pertimbangan agar di dapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan.
Beberapa bahan dari kualitas terjangkau sampai terbaik selalu tawarkan demi kepuasan pelanggan. Bahan/ kain tersebut seperti cotton combed, TC, PE, Flecee, diadora, adidas, lotto, American drill nagata drill, oxford, toyobo, tropical, ripstop, high twis, kanvas, milky taslan, taslan balon, jala luar, jala puring, jala doble mesh dan banyak pilihan lainnya.
Apabila sudah di tentukan bahan yang sesuai dengan perencanaan, perlu jahitan yang mumpuni agar di dapat hasil yang maksimal. Dengan dengan demikian kami juga menyeleksi tenaga ahli di bidang jahit untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Adapun lingkup pekerjaan yang bisa di pesan di anafa garment secara custome sebagi berikut.
Jaket
2. kaos oblong/ sablon/ tshirt
3. kaos krah/ polo/ polo shirt
4. seragam kerja
5. jas almamater
6. jas lab/ laboratorium
7. rompi
8. topi
9. Seragam Sekolah
Apabila anda mempunyai kebutuhan pekerjaan di atas, Anafa Garment hadir sebagai solusi. Berusaha memberikan yang terbaik terhadap ketepatan waktu, konsistensi bahan, kualitas jahitan demi kepuasan customer Anafa Garment.
Anda bisa konsultasi ke 0857-3188-9292
Atau berkunjung langsung ke workshop Anafa Garment Konveksi di Alamat berikut
Jl. Penjaringan No.30B, Rungkut, Surabaya 60297
Pesan Jas Almamater Murah di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Terbaik di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Terdekat, Pesan Jas Almamater Berkualitas di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Jasa di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Penyedia, Pesan Jas Almamater Alamat di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Vendor di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Spesialis di Rote Ndao, Pesan Jas Almamater Pusat di Rote Ndao #PesanJasAlmamaterdiRoteNdao,#PesanJasAlmamaterdiSabuRaijua,#PesanJasAlmamaterdiSikka,#PesanJasAlmamaterdiSumbaBarat
0 notes
rozenareblue · 18 days
Text
Ujung Cerita.
"Aku harus ke toilet umum deh, kamu tahu ngga dimana?" Tanya laki-laki yang datang bersama ku ke Alun-alun Jogja saat ini. Aku menoleh kepada nya, mencoba meraba-raba ingatan ku.
Ia mengedarkan pandangan nya, lalu menyentuh lengan ku dengan lembut. "Kamu tunggu disini ya, aku cari toilet umum dulu. Perut ku sakit banget dan mules." Ujarnya dengan nada pelan, tampak peluh keluar dari kening nya.
Aku mengangguk pelan, lalu ia mencium kening ku sekilas sebelum berlalu pergi. Mata ku masih memperhatikan langkah nya ketika bergerak menjauh dari ku. Ketika jarak pandang nya sudah tidak mampu lagi ku temukan, aku berjalan ke tengah alun-alun. Mencoba untuk melihat sepasang pohon beringin kembar dari jarak yang cukup dekat. Dua pohon beringin kembar yang kokoh dan kuat, sekuat hati ku. Aku tersenyum kecil karena pemikiran tersebut.
Aku bergerak ke arah lain, berjalan perlahan seraya menikmati semilir angin yang berhembus lembut. Di sekitar ku terlihat sangat ramai, banyak yang berdatangan untuk sekedar duduk, atau menikmati makanan. Lalu dari jarak yang cukup jauh dari tempat ku berada, berbagai layangan terbang dan anak-anak kecil tampak riang seraya menarik ulur benang layangan tersebut. Pemandangan yang menyenangkan, tentu saja.
Kini, aku melangkahkan kaki ke arah lain lalu aku dikejutkan oleh sepasang mata sendu yang menatap ku cukup tajam. Aku memperhatikan sang pemilik mata tersebut dengan perasaan yang abstrak, dan jantungku berdegup cukup kencang. Mata nya seolah mengunci kesadaran ku, padahal kita berjarak kurang lebih satu meter.
Ditengah lemah nya pertahanan diri, aku masih bisa menilai dirinya yang sekarang, seseorang yang pernah menghuni hati ku ini. Dia yang sekarang tengah mengenakan kaos oblong berwarna cokelat muda, celana pendek sebatas dengkul, lingkaran disekitar mata yang tampak tercetak jelas dan juga tubuh nya tidak sebesar dari yang terakhir aku lihat. Mengapa kita harus dipertemukan disaat seperti ini? resah ku dalam hati.
"Lo kelihatan baik-baik aja, gue pikir tadi gue salah liat. Ternyata emang benar lo." Ucapnya ketika berhasil mempersingkat jarak nya dengan jarak ku.
Setelah sekian lama, ketika ketakutan akan pertemuan ini terjadi, ternyata kalimat yang lolos dari bibirnya tidak semenakutkan yang pernah aku bayangkan.
"Kamu...Kamu kelihatan berbeda," Lirih ku dengan pelan. Ia tampak menahan tawa nya, lalu kembali memperhatikan ku.
"Berbeda ya? udah lama ngga bertemu, bukan nya sudah jelas ya kalau bakal berbeda?"
Pertanyaan yang retoris ini memaksa ku untuk tertawa, dia pun juga tertawa. Membuat hati ku seketika menghangat, dan kecanggungan yang semula aku rasakan perlahan memudar.
"Lo kesini bareng siapa? ngga sendiri 'kan? apalagi nekat?"
Aku tertawa mendengar pertanyaan nya, lalu otomatis menggeleng dengan cepat. "Emang nya gue empat tahun yang lalu? gue kesini bareng tunangan gue, ada urusan pekerjaan juga disini." Jawab ku dengan nada santai, dia terlihat sedikit terkejut lalu diam seolah pikiran nya dipenuhi oleh pikiran.
"Dimana tunangan lo? ngga baik kalau jalan sendirian begini, apalagi kalau bertemu orang dimasa lalu, nanti bisa berantakan rencana nya."
"Dia lagi ke toilet umum, sakit perut,"
"Sayang, maaf aku lama banget. Kamu ngga kelamaan nungguin aku 'kan?" ujar seseorang yang tiba-tiba berada di antara kami berdua.
"Ngga kok. Oh iya, ini kenalin nama nya Daru. Daru ini tunangan gue nama nya Fabian." Ujar ku kepada mereka yang sejak tadi sudah saling memindai, dan memperhatikan.
"Daru,"
"Fabian, dan terimakasih sudah jagain Rara sebentar." Ujar Fabian seraya menjabat tangan Daru, kemudian merangkul pinggang ku dengan lembut.
"Kebetulan aja kok, ngga perlu berterimakasih."
"Ngomong-ngomong tumben kesini, ada apa?" Tanya ku berusaha untuk mengambil topik perbincangan.
"Menenangkan diri, lusa gue menikah. Kalau ngga keberatan dan masih berada disini, kalian bisa datang. Maaf kalau terkesan mengundang dengan cara tidak sopan."
Seketika aku dan Fabian saling bertatapan, lalu aku menatap Daru yang tampak berpikiran kosong. "Terimakasih, akan gue pertimbangkan."
"Lo lagi ada masalah?" Tanya Fabian dengan nada datar, lalu aku yang mendengarnya segera mencubit kecil lengan nya.
"Gue, gue cuma lagi dilanda keraguan." Jawabnya dengan tatapan menerawang, lalu mata nya beralih kepada aku yang juga tengah memperhatikan nya.
"Gue senang lo baik-baik aja, gue harap lo bisa berhenti untuk terus merasa bersalah. Gue titip Rara ya," lalu dia berpamitan setelah nya.
Kalimat terakhirnya menimbulkan pertanyaan dibenak ku. Lalu Fabian tiba-tiba menyentuh kedua bahu ku.
"Sayang, kamu ngerti kan kenapa dia ngomong begitu?"
"Aku ngga ngerti."
"Ngga usah dimengerti, aku bakal terus jagain kamu dari dia sekalipun." Ujar Fabian dengan kilatan mata yang berapi-api, aku tersenyum lalu mengusap bahu kanan nya.
"Jangan khawatir. Im all yours."
"You're mine, Rara."
0 notes