Tumgik
#lisan kay
catsofyore · 3 months
Text
Tumblr media
Dancer Lisan Kay worshipping her cat. 1942. Source.
2K notes · View notes
Text
Vilmark - Lisan Lyrics
Vilmark - Lisan Lyrics
Lisan Lyrics by Vilmark Bawa’t araw, kasama ka Bawa’t minutong kapiling ka Sinanay mo ako na laging nandiyan ka Pa’no na ngayong wala ka na Refrain: Kay sakit ng pinadama ’Di alam kung sa’n mag-uumpisa   Chorus: Ikaw ang hiniling Ikaw ang talang nagniningning Sa paglisan mo, ’di alam ang gagawin Habang buhay na ika’y mamahalin Ipilit mang kalimutan ka Ipikit man aking mga mata Mga ala-ala mong…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Vilmark - Lisan Lyrics
Vilmark - Lisan Lyrics
Lisan Lyrics by Vilmark Bawa’t araw, kasama ka Bawa’t minutong kapiling ka Sinanay mo ako na laging nandiyan ka Pa’no na ngayong wala ka na Refrain: Kay sakit ng pinadama ’Di alam kung sa’n mag-uumpisa   Chorus: Ikaw ang hiniling Ikaw ang talang nagniningning Sa paglisan mo, ’di alam ang gagawin Habang buhay na ika’y mamahalin Ipilit mang kalimutan ka Ipikit man aking mga mata Mga ala-ala mong…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pinacchia · 4 years
Text
Tumblr media
Wah. Dapet teguran sore ini.
Aku dan lisanku. Terkadang tanpa sadar kami menyakiti kalian. Aku bisa menyampaikan apa yang ada di kepalaku dengan santai, sedang aku tak tahu dampak yang terjadi pada kalian. Aku bisa dengan mudah melupakannya, tapi aku tak tahu bahwa kalian mungkin tak bisa tidur karenanya. Sudah berapa hati yang terluka karna lisan ini? Sungguh aku tak menyadarinya.
Maafkan aku, semuanya. Setelah ini aku akan mencoba untuk lebih berhati-hati dalam mengolah kata :)
#Kai, 240720
1 note · View note
eyakuyaa · 5 years
Text
Hamil Jarak Dekat
Allah Maha Berkehendak.
Setiap kehendakNya, banyak yang mengejutkan, memang. Tapi, saya yakin Allah tidak akan memberikan beban melebih kemampuan hambanNya. Termasuk beban menghadapi komentar miring kiri kanan tentang kondisi saya saat ini. Yang menjatuhkan, yang menyindir, yang tidak memberikan suport, ah semoga hati saya terus lapang selapang-lapangnya lapang.
Alhamdulillah, biidznillah. Allah izinkan saya hamil lagi tepat diusia Kays menginjak 11 bulan. Awalnya, saya bingung dengan kondisi mual tanpa sebab. saya kira magh kembali datang, tapi mengingat saya selalu ontime makan, saya kok kepikiran hamil.
ahirnya, suami selalu mendesak untuk di testpack. khawatir patokan periode menstruasi tak berhasil. yap, kita tidak memakai kontrasepsi yang spesifik. kami selalu melakukan ‘azl (ini memang kesepakatan yang sudah kami sepakati sejak awal). namun Allah berkata lain. satu dari sekian banyak berhasil menembus ovum, dan berkembang didalam rahim.
garis dua merah itu ada setelah saya tinggalkan seharian dalam kamar mandi. saya berkecamuk bukan main, sekaligus bahagia karna akan ada satu lagi yang akan hadir, inshaaAllaah...
terkejut sekaligus takut karna kelahiran Kays penuh drama. sudah pembukaan 9 namun tak kunjung lengkap, dan berahir dengan SC. belum lagi masalah ASI yang tak bisa saya kejar karna harus terpisah beberapa bulan bersamanya.
saya gemetar, mengabarkan suami. rupanya suami langsung pulang, dan memeluk sambil berkata
“kita sepakat ya, tidak membeda2kan kehamilan pertama dan kehamilan2 selanjutnya. perlakuan kita harus sama, harus bahagia menyambutnya. setidak menyenangkan apapun hati kita. jangan ada yang berbeda. tetap rajin kontrol, konsultasi, dan jangan ada yang ditutup2i”
tentu saja saya mayakini kalimat ajaib yang di ucapkan lelaki penuh bahagia itu. sebab karna hanya dengan ridhonyalah Allah meridhoi saya.
namun diantara ketakutan2 saya, ada yang lebih menakutkan. komentar orang orang tentang saya hamil. “kok gak KB sih? “kecepetan tau” “gak kasian sama anak pertamanya? nanti gak keurus” “ntar juga kerepotan anaknya masih kecil2”
duh beb, saya makin stress.
bukankah orang orang seperti saya ini layak dikuatkan? diberikan semangat, dan disuport penuh? rahim sudah tertanam benih, dan saya tidak memiliki alasan untuk menggagalkan pertumbuhannya.
saya bukan ingin disukai semua orang. karna saya juga ga akan sanggup untuk menyukai semua orang. hehehe
saya yakin, ada ibu ibu diluar sana yang ujiannya jauh lebih berat. bahkan ada keluarga dan suami yang tidak suport. ada juga yg justru meninggalkan istri didetik2 menanti kelahirannya.
jika lisan kita turut membebani pikirannya, bukankah bisajadi kita adalah tersangka jika ybs mengalami hal hal diluar dugaan?
saya tidak bisa membayangkan jika kalimat2 itu menjadi pedang dan sayatan penuh sayatan untuk ibu-ibu hamil diluar sana.
saya bersyukur, karna orangtua dan mertua saya mendukung penuh atas kehamilan kedua ini. bahkan didetik2 saya menyatakannya, respon orangtua dan mertua bahagia luar biasa.
Tentu saja mereka menjadi garda terdepan untuk mendukung penuh apapun yang menjadi pilihan saya. selagi itu baik dan bisa dikondisikan.
tapi tetap saja, menjelang kontrol kehamilan ke dokter, saya dag dig dug ga karuan. berusaha menerka nerka apa jawaban dan respon dokter nanti. ternyata respon dokter baik, ramah, menjelaskan dengan detail. dan tentu saja, niat VBAC (vaginal birth after caesar) harus kami buang jauh jauh. tidak masalah, suami tetap memberikan suport dan wajah bahagianya. asal istri dan anak sehat dan selamat.
terlalu banyak PR yang harus saya kerjakan. namun saya bersyukur, diberikan pendamping yang sungguh pengertian. pengalaman hamil jarak dekat membuat saya banyak belajar.
yang paling penting, adalah menghadirkan Allah diatas segalagalanya. karna tanpaNya, saya mungkin tak akan sekuat ini. tak akan se energik ini. sebab menemani anak beranjak toodler saat hamil, terasa melelahkan.
rasa sabar dan syukur, harus selalu dihadirkan.
Kami bersama-sama mengambil hikmah, bahwa barangkali saya dan suami dimudahkan dalam menyambut rizki buah hati, sementara rumahtangga yang lain dimudahkan dalam rizki yang lain.
syukuri...syukuri...
sebab banyak yang menanti-nanti buah hati...
93 notes · View notes
blogsarahain · 5 years
Text
My first Usrah Budi 1 in IIUM.
Bismillahirrahmannirrahim.
 Assalamualaikum w.b.t.
Here are some beautiful moment of learning in IIUM since this is my first semester as a student.
Okay, kembali ke lidah asal kita, lidah melayu. 
Pertama sekali, saya sangat bersyukur dapat sambung belajar di Uia kerana ia merupakan impian saya sejak kecil lagi. Namun, apabila kita berada di jalan sebagai penuntut ilmu kita pasti akan berhadapan dengan beberapa cabaran. itulah norma hidup sebagai seorang pelajar. Berpegang pada hadis nabi s.a.w.:” Barangsiapa yang meniti satu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan untuknya jalan menuju syurga”. 
Kami di sini perlu mengambil subjek seperti usrah budi. Bagi saya ia merupakan satu platform bagi kita untuk mengurangkan tekanan. Kita akan belajar banyak perkara yang baru semasa usrah. 
Tambahan pula, saya mendapat seorang naqibah yang sangat baik dan bijak dalam memberi usrah. Oleh hal yang demikian, usrah menjadi satu tempat bagi saya untuk belajar ilmu yang disampaikan melalui lisan. Semasa usrah pelbagai aktiviti yang menarik dilaksanakan antaranya kami membuat game ice braking, pembentang kumpulan, pembentangan individu serta aktiviti dalam kumpulan. 
Contoh aktivit kumpulan yang kai lakukan ialah, kami ke pasar malam bersama sama.
  Gambar 1: Sebeleum ke pasar malam(MUKA SEDIH, LAPAR).
Tumblr media
 Gambar 2: Semasa di pasar malam ( gembira bila jumpa makanan)
Tumblr media
Gambar 3: Selepas pulang dari pasar malam
Tumblr media
Di samping itu, kami juga telah mengadakan aktiviti street da’wah.
klik link di bawah. sorry tak reti nak upload ke sini
https://drive.google.com/open?id=154JS3IS9V2x9YUgTbDUuqnOJkpCmeb7l
https://drive.google.com/open?id=123o3uFmKv1WUjaGDV-7Qs5hk3EYf6JO0
https://drive.google.com/open?id=1VUvEzJOdjW_0ZI5pdQX2rYZONneiToS1
Contribution towards Islam. 
Baik, saya sangat suka membaca buku buku berkaitan imam as-syafie. Di dalam bukunya yang berjudul 30 wasiat imam as-syafie. 
Tumblr media
saya banyak memperoleh ilmu baharu daripada buku ini. Antaranya, berkaitan dengan adab belajar. Contohnya, imam syafie berkata “ Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin kerana ia akan menjaga kamu dan membuatkan amu cemerlang dunia dan akhirat, di samping ia menjadi amalan para nabi, rasul dan orang-orang soleh.” 
Antara adab belajar ialah kita dikendaki mengambil wuduk dahulu kemudian melakukan solat sunat dua rakaat sebelum majlis dengan harapan Allah s.w.t mengampunkan dosa dosa kita dan memudahkan kita memahami, mengingati, mengamalkan dan menyampaikan, 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sekian itu sahaja daripada saya.
2 notes · View notes
katanofa · 5 years
Text
Rencana-rencana
Malam tadi, aku melakukan perjalanan Purwokerto-jakarta menggunakan kereta api.
Sebelum berangkat, ketika masih di rumah, aku menimbang-nimbang apakah akan menggunakan fitur e-boarding pass saja ya di aplikasi KAI Access untuk check in? Mengingat aku membeli tiket menggunakan aplikasi tersebut, jadi bisa saja aku memanfaatkan fitur e-boarding pass. Jadi tidak perlu mencetak boarding pass di mesin check in.
Sesampainya di stasiun, ternyata masih ada waktu cukup panjang untuk menunggu. Akhirnya kuputuskan untuk cetak boarding pass di mesin check in saja. Keberangkatan ku yang sebelumnya memang menggunakan e-boarding pass karena saat itu waktu sudah sangat mepet.
Aku mendekati mesin check in yang berjejer di seberang pintu pemeriksaan untuk masuk peron. Ada lebih dari lima mesin yang kesemuanya berfungsi baik. Aku memilih salah satu yang sedang kosong, tidak ada yang mengantri.
Ketika sedang menuliskan kode booking, aku merasakan ada orang mengantri di belakangku, agak ke kiri. Dalam hati aku bertanya, kenapa dia mengantri aku ya? Padahal mesih di sebelah kiriku jelas-jelas kosong?
Pertanyaanku terjawab ketika aku selesai mencetak boarding pass ku dan menoleh ke belakang.
"Mba, boleh minta tolong sekalian?"
Ternyata yang ada di belakangku adalah seorang bapak paruh baya. Beliau dengan sangat sopannya memintaku untuk mencetakkan boarding pass miliknya.
"Oh, boleh, Pak," jawabku. Kemudian si Bapak menyodorkan sobekan kertas bertuliskan kode booking. Sambil menerima kertas itu, otakku lantas memikirkan berbagai hal. Yang kemudian kutepis untuk sementara.
"Dengan Pak **di?" Tanyaku setelah memasukkan kode booking ke dalam mesin check in, memastikan nama yang ada di tiket adalah benar nama beliau.
"Betul, Mba," jawabnya. Lalu langsung saja aku cetak boarding pass beliau.
"Wah maturnuwun sanget, nggih, Mba," si Bapak mengucap terimakasih sambil tersenyum tulus bahkan sebelum aku menyerahkan hasil cetak boarding pass nya.
"Sami-sami, Pak. Monggo," sahutku sambil menyerahkan boarding pass sekaligus sobekan kertas berisi kode booking tadi.
Setelah itu, aku pamit untuk menuju kursi tunggu yang ada di sebelah kanan dan kiri pintu pemeriksaan masuk peron. Aku memilih ke sebelah kanan karena di sana ada monitor yang berisi informasi kedatangan kereta.
Begitu duduk, pemikiran yang tadi terlintas, kemudian muncul kembali.
Bagaimana si Bapak dengan polosnya meminta tolong untuk dicetakkan boarding pass nya kepada orang yang sedang mencetak boarding pass.
Bagaimana beliau hanya dibekali kode booking tiket yang ditulis dalam sobekan kertas.
Ah, aku jadi ingat dengan orang tuaku. Mengingat orang tuaku tidak pernah pergi jauh, dan naik kereta pun belum pernah, kecuali kereta api jaman dulu yang penumpang nya masih bisa naik ke atap kereta.
Membayangkan hal ini, aku jadi terpikir, apakah aku akan melakukan hal yang sama kepada mereka (membekali mereka dengan kode booking, dan meminta mereka untuk minta tolong kepada siapapun orang yang bisa dimintai tolong) kelak jika suatu saat mereka harus bepergian menggunakan kereta sementara saya tidak bisa mendampingi?
Karena memang, untuk beberapa orang tua, akan sulit bagi mereka memahami banyak informasi sekaligus. Termasuk masalah tiket kereta. Orang tua, mungkin seperti orang tua saya, misalnya, mungkin hanya perlu dibekali satu jenis informasi saja, seperti kode booking, baru kemudian dijelaskan langkah apa yang harus dilakukan setelah itu. Bahkan mungkin tidak perlu disebutkan bahwa yang kita tuliskan adalah kode booking. Sungguh, aku mengalami sendiri, betapa menjelaskan hal-hal secara lisan kadang lebih mudah dipahami oleh orang tua, dibandingkan menjelaskan dengan cara text book.
Ah, betapa orang tua itu selalu istimewa. Seistimewa perlakuan kita terhadap mereka, seharusnya.
Dari hal di atas pun aku berpikir, mungkin itulah mengapa pada akhirnya Allah menuntunku untuk mencetak boarding pass saja. Karena Dia ingin menghadirkan aku untuk membantu si Bapak.
Masyaallah. Tak terpikir sebelumnya akan terjadi seperti itu.
Dan aku sadar satu hal, meskipun aku tetap memilih menggunakan e-boarding pass, pasti akan tetap ada orang yang menolong si Bapak, dengan izin Allah. Tapi, Allah ingin aku yang hadir untuk si Bapak. Allah ingin akulah yang membantu si Bapak.
Entah apa lagi hikmah di balik ini, yang pasti, rencana Allah selalu indah. Rencana Allah selalu di atas rencana makhluk.
----------
Jakarta, 8 Januari 2019
1 note · View note
dyanmar10-blog · 5 years
Text
Hindi matapos tapos na pamamaalam para sa kahapong wala nang bukas.
Dito ko ilalahad ang pag sisisi,pait at hinanakit na dulot ng iyong pag lisan.
Sana masaya ka sa bagong araw na iyong na silayan,Sana ako'y makawala na rin sa lilim ng ating kahapon.
Na takpan ng madilim na ulap ang aking langit simula ng ikaw ay umalis, nag pasya kang ako'y iwan pinuno mo ang aking gabi ng dalita at kalungkutan.
Gayon pa man marilag ka parin sa aking paningin,sana pag talon ko mula sa himpapawid may kasing marilag mo pa rin na sasalo sa akin.
Kay tagal kitang minahal.Taon na ang nag daan, ilang taon pa kaya ang lilipas para mag tapos ang kahapon para sa akin.
1 note · View note
Text
When The Spring Dies - 01 [Universum Utama]
Tumblr media
⠀⠀ BISING TEVE kehilangan sinyal lantang mengaum di gudang kosong pelabuhan Prince Rupert. Sudah lebih dari dua puluh empat jam Sakurai diikat dan digantung bagaikan umpan untuk ikan raksasa di lautan, tapi bagaimana pun kerasnya dia mengatakan ‘tidak’ dan mengutuk  para anjing di bawah sana, mereka masih enggan membunuhnya. ⠀⠀ Tentu saja metode mengakhiri hidup seseorang banyak ragamnya, sesuaikan dengan selera. Bagi Sakurai, ia lebih menyukai sedikit memar dan luka pada kulit korbannya karena dirinya tidak perlu menunggu  lama untuk menguliti mereka. ⠀⠀ Namun, itu adalah gambaran Sakurai empat tahun yang lalu. Sekarang dia hanyalah seorang guru taman kanak-kanak yang setiap harinya bau ompol dan muntahan anak kecil. Dan terkadang terdapat ingus kering serta bekas air liur pada bajunya juga. ⠀⠀ Dari seorang yakuza menjadi pengasuh anak-anak adalah kesenjangan yang terlalu luas. Bahkan Sakurai sendiri mengakui kontras profesi di hidupnya, tapi itu bukan masalah besar. Untuk seseorang yang tumbuh besar di panti asuhan, Sakurai memiliki pengetahuan dan  pemahaman yang luar biasa mengenai anak kecil; alih profesi ini bukanlah syok kultur baginya. ⠀⠀ “Hei, kenapa kau diam saja?” tanya pria berhidung bengkok di dekat teve. “Apakah kau kelaparan?” ⠀⠀ Ini tidak masuk akal, pikir Sakurai. Sepanjang keterlibatannya di dunia  kriminal, mereka diajarkan untuk tidak beradab di hadapan mangsa. Tentu dirinya akan mengerti jika para anjing itu memberinya sampah atau muntahan hewan, tapi beberapa jam sekali, mereka akan menghidangkan makanan layak untuknya. ⠀⠀ “Apakah Tuan kalian adalah sadis  dengan perilaku menyimpang lainnya? Mungkin senang bermain peran sebagai penjahat dan penyelamat? Katakan kepadanya bahwa aku tidak tertarik menjadi bagian dari fantasi Stockholm Syndrome miliknya.” ⠀⠀ Ekspresi si Hidung Bengkok membuat Sakurai tersenyum. Dia  menikmati telinga yang membara dan mata penuh keinginan untuk membunuh dirinya. Orang-orang seperti pria itu selalu mudah dipermainkan emosinya. Mereka bodoh dan tolol, oleh karena itu tugasnya tidak lebih dari sekadar tukang jaga. ⠀⠀ “Kau masih bisa menghina orang yang  menculikmu? Sungguh tidak tahu diri! Satu perintah dari dia, maka aku akan mencincang dadu tubuhmu dan melemparnya ke laut!” ⠀⠀ Mendadak Sakurai terbahak. Rantai yang menahan bobot tubuhnya manghasilkan bunyi gemerincing nyaring, seolah ikut mengolok marah si Hidung  Bengkok. ⠀⠀ “Kuharap kau memotong dagingku sama rata. Aku ingin ikan-ikan di laut mendapatkan porsi yang adil,” kata Sakurai setelah lumayan tenang. “Tambahkan sedikit kecap asin Jepang. Anggap saja penghormatan untuk tanah kelahiranku. Apakah kau mencatat ini? Aku takut otak kecilmu  tidak mampu merekam perkataanku.” ⠀⠀ “Kau bajingan!” ⠀⠀ Klasik, batin Sakurai. Menyebut dirinya dengan kata ‘bajingan’ adalah penghormatan terendah dan paling lumrah. Dia sampai bosan mendengar julukan tersebut. ⠀⠀ “Angelo! Hold it!,” teriak pria lainnya dari arah pintu masuk dan keluar gudang. “They told us to not kill him until they arrived. You’ll ruin the agreement and we can’t afford the penalty.“ ⠀⠀ Angelo, nama si Hidung Bengkok, mengepal tangannya erat dan menjauhi tombol kontrol katrol tempat Sakurai digantung. ⠀⠀ “But this son of a bitch plays with my nerves. I’ll just punch him once, Jamal!“ ⠀⠀ “Kendalikan emosimu. Lihatlah wajahnya sudah hancur penuh memar. Jika kau meninjunya sekali lagi, maka mereka akan—“ ⠀⠀ Kalimat Jamal terpotong, digantikan dengan rasa horor  pada kedua mata. Lisan pria keturunan Mesir itu tidak sanggup bergerak ketika melihat sosok Sakurai sedang berlari ke arah mereka sembari menyeret rantai besi yang memeluk kedua pergelangan tangannya. ⠀⠀ “Tangkap!” seru Angelo sambil memanggil kawanannya yang lain. ⠀⠀ Namun, tidak ada yang sempat menyelamatkannya dari tinju maut Sakurai. Begitu pun Jamal yang kepalanya dicambuk menggunakan rantai besi. Darah mengucur segar bagaikan buliran delima yang diperas kuat. Mereka adalah duet sengsara yang menawan. ⠀⠀ Ketika anggota yang lain tiba, Jamal dan Angelo sudah tergeletak kaku bersimbah darah dengan mulut ternganga dan bola mata terbalik. ⠀⠀ “Kau membunuh ketua kami!” seru seseorang dari barisan. Dan itu adalah kode bahwa mereka harus menyerang Sakurai. ⠀⠀ Setidaknya ada sepuluh orang pria dewasa menerjang Sakurai. Sebagian mengayunkan tinju secara membabi-buta dan sebagian lagi memercayakan takdir pada tongkat kasti. ⠀⠀ Pemandangan itu kelewat jenaka untuk Sakurai. Alih-alih memancarkan aura gangster, mereka  tampak seperti gerombolan anak muda yang masih mencari jati diri. Singkatnya, mereka dan Sakurai berada di kelas yang berbeda. ⠀⠀ “Apa yang lucu, Bajingan?” tanya Alex, tinjunya mendarat pada pipi Sakurai. Dia menyaksikan pria itu tersungkur di atas tanah. ⠀⠀ Meski begitu, untuk suatu alasan yang tidak jelas, Alex dan kawan-kawannya merasa gelisah. Ayolah, apakah yang bisa dilakukan oleh pria sekarat itu? Seluruh tubuhnya sudah penuh lebam dan darah terus mengalir dari hidungnya. ⠀⠀ “Kurasa dia mati,” kata Benjamin. “Apa yang harus kita katakan kepada klien?” ⠀⠀ Alex mendesis. “Tentu saja perjanjian batal. Keparat ini membunuh Jamal dan Angelo, sudah semestinya nyawa dibayar dengan nyawa!” ⠀⠀ “Tetapi dia membayar penuh dan uangnya sudah habis kita gunakan untuk perbaikan markas. Bagaimana cara kita mengembalikan uang mereka?” ⠀⠀ “Bodoh! Tentu saja kita harus kabur secepatnya.” ⠀⠀ Benjamin menatap ke arah jasad Jamal dan Angelo. “Kita membawa mereka?” ⠀⠀ “Kau serius bertanya mengenai hal itu? Kita akan mengubur mereka di tempat yang layak. Cepat gotong Jamal dan Angelo, waktu kita semakin tipis. Dia akan tiba sebentar lagi.” ⠀⠀ “Permisi, anak-anak. Jika aku boleh memberikan saran, sebaiknya kalian tinggalkan saja dua monyet evolusi Darwin itu di sana. Mereka akan memperlambat kalian, percayalah kepadaku.” ⠀⠀ Dari seluruh orang yang hadir, Alex tidak menyangka  akan mendengar suara Sakurai lagi. “Kau masih hidup?” ⠀⠀ “Kau berharap aku mati dengan tinju bocah milikmu? Jangan menghinaku.” ⠀⠀ Wajah Alex memerah dan kakinya bergerak untuk menendang Sakurai. Namun, kurang dari dua inci mencapai target, sepatunya tertangkap. Yang terjadi selanjutnya adalah kejatuhan Alex. Perutnya ditikam menggunakan belati dan dikoyak dalam kurun waktu bersamaan. Dia tidak diberikan jeda untuk bernapas. ⠀⠀ Ketika Alex mati, Sakurai tanpa ragu melempar tubuh pria itu kepada kawan-kawannya. Lalu dengan tangkas dirinya memanfaatkan momen itu untuk berdiri dan mencambuk sebagian dari mereka menggunakan rantai besi. Kekejaman Sakurai adalah kontinuitas struktural yang tercipta di antara kemarahan dan kehausan akan darah. Dia tidak berhenti membanting, memukul, dan menusuk semacam pembunuh yang kehilangan seluruh simpati dan empati. ⠀⠀ “Monster!” teriak Benjamin sembari mencengkram tangan Sakurai yang menekan lehernya. Dia berusaha mencari ruang untuk bernapas. ⠀⠀ “Tepat.” Penuh tenaga, Sakurai menancapkan belatinya ke mata Benjamin dan memutar benda itu searah jarum jam. Dia membiarkan teriakan kesakitan bergema dan didengarkan oleh mereka yang masih tersisa. Sakurai sekadar ingin berkabar bahwa giliran kematian orang-orang itu semakin dekat. ⠀⠀ “Membusuklah dengan baik,” lanjutnya sembari menarik belati dan menginjak kepala Benjamin sebelum beralih ke korban selanjutnya. ⠀⠀ Semua diberikan perlakuan yang adil. Sakurai tidak pilih kasih ketika menarik nyawa lawannya, kecuali mereka memberikan manuver menyegarkan di waktu pertarungan. Kasus unik harus dirawat dengan unik juga, begitulah imannya. Dan setelah tidak ada dari mereka tersisa, Sakurai melirik ke pintu masuk gudang dan berkata: “Keluarlah. Kalian tidak pernah pandai  bersembunyi.” ⠀⠀ Lalu derap langkah memenuhi ruang. Kiranya ada lima puluh orang berpakaian serba hitam menunjukkan batang hidung. Di antara mereka, tepat di bagian tengah, terdapat seorang pria berpakaian tradisional  Jepang sedang tersenyum. Pemandangan penuh kematian tragis tampak tidak membuatnya ngeri atau jijik. Sebaliknya, tersirat kepuasan pada matanya. ⠀⠀ “Dan kau masih sama seperti empat tahun yang lalu, Azumaya-san. Apakah tadi kau bersenang-senang?” tanyanya. ⠀⠀ Sakurai membersihkan darah dari belatinya menggunakan jari. “Aku harus membiarkan para monyet ini menyiksaku selama beberapa hari untuk mengetahui identitasmu. Jika aku melarikan diri, maka kau akan mengirimkan monyet lainnya untuk kubunuh dan itu membuang-buang waktu. Padahal cukup temui aku satu kali saja dan suruh anak-anak buahmu melawanku, itu akan memberikanmu gambaran yang lebih jelas tentang perubahan kemampuanku.” ⠀⠀ Hening sejenak. Sakurai menjilat darah segar dari  sudut bibirnya.  ⠀⠀ “Lagi pula, anggota-anggotamu memiliki kulit premium. Aku akan senang memberikanmu beberapa pajangan dari diri mereka. Anggap saja itu adalah pengabdian paling tinggi.” ⠀⠀ “Bajingan!” seru Tetsu. ⠀⠀ “Terima kasih. Lain kali gunakan kata-kata yang lebih menstimulasi darahku, oke?” ⠀⠀ Sakurai tersenyum, tetapi matanya menatap tajam satu orang. Murakami Masaki. ⠀⠀ “Aku datang bukan untuk berkelahi denganmu, Azumaya-san.” ⠀⠀ “Wah, kau yakin, Pak Tua? Apakah kau sadar ada lima puluh orang bersamamu?” ⠀⠀ “Ini adalah prosedur keamanan. Kau pernah membunuh seluruh timku.” ⠀⠀ “Ayolah. Apa yang kau takutkan? Kini aku hanya satu daging yang sudah babak belur.” ⠀⠀ Masaki meneliti wajah Sakurai dengan saksama. “Itulah bahayanya. Semakin terluka dirimu, semakin kejam perilakumu. Kau tidak tahu kapan harus berhenti sampai semua lawanmu mati.” ⠀⠀ Lalu Sakurai tertawa sambil menggaruk leher menggunakan ujung belati. “Mau bagaimana lagi? Aku belajar dari yang terbaik. Dan pelatihan itu bukan untuk orang berjiwa lemah apalagi yang tidak memiliki gairah untuk menjadi yakuza. Kau sudah tahu jawabanku.” ⠀⠀ “Azumaya-san, hubungan kita tidak seburuk itu. Dan kau bukan bagian dari Sui-kai lagi. Kemanakah kau akan pulang ketika kembali ke Jepang?” ⠀⠀ “Kau berasumsi aku ingin kembali ke Jepang?” ⠀⠀ “Kau berniat membiarkan anjing-anjingmu mati dalam penantian? Tidakkah kau dengar beberapa orang datang untuk memukuli mereka?” ⠀⠀ Sakurai tahu, tapi dia diam. Dia tahu dan terus diam karena yakin cara terbaik  melatih peliharaannya adalah dengan membiarkan mereka bertemu predator dan membakar sebagian besar harapan di hati kecil mereka. Lalu ketika taring dan cakar mulai menajam, dan pengasingan semakin bersahabat, Sakurai akan keluar dari bayangan, memberikan mereka kesempatan.  Kesempatan untuk bebas dari jerat benang merah yang dirajutnya menggunakan darah. Sungguh murah hati. Sungguh tidak tahu diri. ⠀⠀ “Apa yang aku lakukan kepada anjing-anjingku bukan urusanmu. Fokuslah merawat anak anjingmu,” ujarnya tegas. ⠀⠀ Masaki mengambil langkah, begitu pula anak buahnya. Kini mereka hanya dipisahkan oleh tiga jasad, satu di antaranya menjadi alas bagi sandal kayu Masaki. “Azumaya-san, aku mengenalmu sebaik aku mengenal anakku sendiri. Dan kupastikan kau akan menerima permintaanku setelah mendengar anjing-anjingmu sekarat.” ⠀⠀ Genggaman Sakurai pada belati mengencang, tetapi wajahnya masih setenang musik klasik era romansa. “Berhenti mengucapkan sesuatu yang membuatku ingin memuntahkan asam lambungku. Dan tidakkah ibumu mengajarkanmu untuk tidak menyentuh properti orang lain, Pak Tua?” ⠀⠀ Masaki menginjak kepala jasad di bawah sana hingga terdengar bunyi retak pada tengkoraknya. “Azumaya-san, kita adalah yakuza. Tato di punggungmu adalah pengingat  keras tentang jati dirimu yang sesungguhnya. Kembalilah ke akarmu.” ⠀⠀ Sakurai tidak langsung menjawab. Dia sedang memikirkan apa saja yang sudah dilakukan oleh Masaki kepada orang-orang di kediamannya. Dadanya terasa panas membayangkan mereka di bawah kontrol Murakami-gumi. ⠀⠀ Ini gila, batin Sakurai. Bagaimana pun, Murakami-gumi ada di jajaran atas sebagai grup paling berpengaruh di Jepang. Sepak terjang mereka di dunia hiburan dan media tidak bisa dianggap sebatas angin sepoi. Jika ingin melawan, maka Sakurai butuh jaringan yang setara atau lebih besar, contohnya Sui-kai. Jelas pilihan itu adalah kemustahilan sekarang. Kini pilihan teramannya adalah untuk menerima tawaran Masaki sembari menyusun rencana baru. ⠀⠀ “Baiklah. Tapi aku butuh kau untuk memenuhi permintaan-permintaanku,” ucap Sakurai sembari menunjuk Masaki dengan belatinya. ⠀⠀ "Sepakat. Apa pun yang kau inginkan, aku akan melakukannya. Begitu pula sebaliknya, kau harus memenuhi permintaan utamaku. Jadikan Hanase oyabun Murakami-gumi selanjutnya.”
0 notes
Text
landi sa kamatayan
tamang yosi lang habang nakatingin sa mga bituin, nangangarap ng gising sa mga walang bagay na walang katuturan, walang katuparan
isa na don: kapalaran ng aking buhay, ang aking katapusan
mamaya inom naman
makikipaginuman ako sa kanya, kay kamatayan
kami’y kakanta, magliliwaliw, magbibiruan, maglalandian, maghahalikan at magtatalik, at matapos naming labasan, magkakalimutan
sakanyang pag-lisan, tsaka ko sakanya tatanungin kung isasama niya ba ako, kung san man siya pupunta
“hindi,” ang magiging tanging sagot niya
dahil ultimo kamatayan mismo hindi ako kayang tanggapin
0 notes
andromedaulfa · 4 years
Text
#secretadmirer2
Untukmu, nama yang selalu kurapalkan dalam doa sebagai sebuah pengharapan.
Bagaimana hari mu? Semoga senantiasa bahagia.
Kutuliskan surat untukmu yang selalu mengisi lembaran harianku. Yang hanya bisa kulihat dari jauh, namun terasa sulit untuk kugapai.
Kau mungkin tak pernah tahu bahwa kau selalu menjadi penyemngat untuk seorang gadis menjalani hari-harinya di kampus. Mungkin kau juga tak pernah tahu seorang gadis yang hanya mengenal novel cerita romansa menjadi gadis yang mulai membaca berbagai genre buku. Membuatnya selalu mendengarkan lagu tentang cinta dan mencari hal-hal berbau cinta hingga menjadi lebih puitis dan melankolis jika menyinggung cinta.
Dan mungkin kau tak pernah tahu bahwa selama ini ada seorang gadis yang diam-diam mendoakanmu untuk selalu berbahagia. Diam-diam memandangmu dari kejauhan, menyebut namamu dalam lisan dan di setiap lantunan doa.
Tak perlu kusebut siapa gadis itu, pastinya hatimu juga berkata hal yang sama. Ya, gadis itu aku. Yang selama ini menjadi pemujamu. Kusebut saja demikian. Tak apa jika kau tertawa mengetahui bahwa aku pemujamu. Itu memang benar adanya. Pemuja yang selama ini selalu memperhatikanmu dalam diam yang ikut tersenyum jika kau tertawa. Bahagianya sangat sederhana. Tak perlu kau menjadi miliknya meskipun dia ingin.
Namun, dibalik semua itu pernahkah kau tahu bagaimana usahaku untuk selalu melihat senyummu? Melihat sosok tinggi yang selalu membuat mataku berbinar, atau bahkan hanya melihat punggung mu yang berdiri tegap dari jauh? Aku selalu berpura-pura mengajak teman-temanku untuk pergi ke kantin, meski aku tidak membeli apa-apa atau hanya duduk bersama teman-temanku yang asik menyantap makanan hanya demi melihatmu. Melihat senyum yang menghangatkan relung hatiku. Padahal, aku selalu bepergian sendiri, tidak pernah meminta seorang temanku untuk menemani. Tapi semenjak dirimu selalu muncul dalam bayang-bayangku, membuatku memiliki rasa takut, takut jika aku bertemu denganmu dan kau mengetahui aku memperhatinkanmu diam-diam. Lalu aku akan bersikap aneh, sikap yang tak seharusnya aku lakukan.
ungkin bagimu aku seperti mata-mata, yang selalu mengawasi dan mengikutimu. Tapi, aku bukanlah mata-mata, Jika iya, tidak akan ada orang yang tahu bahwa aku melakukannya. Tapi buktinya, teman-temanku menyadari bahwa aku selalu memperhatikanmu. 
Meski hanya bisa menatapmu dari jauh, salahkah bila besar harapku kau berbalik menatapku lekat seraya tersenyum, kemudian mengatakan “Aku juga mengagumimu” entahlah, mungkin itu hanya sebuah harapan dimana bunga sedang mekar-mekarnya. Atau hanya keinginan sesaat saat bahagia selalu bersamaku. Aku mungkin harus berpikir dua kai untuk hal ini.
Tapi, mengingat hal kecil saat aku membuang muka ketika kau menoleh ke arahku adalah hal bodoh bagimu yang membuatku bahagia, membuatku segera membuang muka menutupi pipi yang bersemu merah, aku tertawa kecil seraya pergi dari tempat aku menatapmu. Segera melangkahkan kaki ke dalam kelas. Sungguh, lagi-lagi kau membuatku tersipu malu dengan hal sederhana yang ada pada dirimu.
Meski, samar-samar jejakmu ku ikuti. Biarkan aku menjadi pemujamu dan jangan pedulikan perasaanku terhadapmu. Karna aku mencintaimu seperti Caramel Macchiato, meskipun pahit tapi manis.
Jika setelah membaca surat ini kau ingin menemuiku, kau tahu apa yang harus kau lakukan. Karna aku adalah junior dua tingkat dibawahmu yang sangat kau kenali.
0 notes
amnopra · 4 years
Text
"Sa ugoy ng oras "
Sinabayan ng pintig ng aking puso ang bawat ritmo ng musika na ang dala'y kasiyahan at pag-asa. Sa lamig ng hamplos ng hangin, ramdam ko ang tila nakakahumaling ng prisensya ng Pasko.
Sa pagsasaalaala ko sa aking kinagisnan, ito ang munting karanasan na aking dala-dala. Subalit, nasaan na ang kagalakan na minsan kong naramdaman?
Ngayon ay ang kabaliktaran. Sinabayan ng ritmo ng musika ang angking luha na ang dala'y pangungulila. Sa lamig ng haplos ng hangin ramdam ko ang lungkot na bumabalot sa akin. Nais kong balikan ang mga masasayang gunita ng pasko na kasama ko ang aking ama(lola) at angkong(lolo).
Lagi kong binabalikan ang mga oras na kapiling ko pa sila, dahil andyan pa sila laging gumagabay at walang sawang pag papaalala saakin. Maraming magagandang aral ang aking nga nalaman at natutuhan at mga masasayang alaala na nabuo. Sa gitna ng lahat tanging mumunting alaala na lang ang aking laging nakikita at naratamdaman. Tanda ko pa kung gaano ako kasaya na andyan sila kasama namin sa bisperas ng pasko, nag bibigay ng regalo sa bawat apo. Tanda ko pa kung paano nila ako patulugin nung bata pa ako. Tanda ko pa kung paano sila mag bigay ng kwento bago ako matulog.
Ngunit sa bawat araw na lumilipas tanda ko pa rin hanggang ngayon abg paunti-unti nilang pag lisan sa aking buhay. Nais kong balikan lahat ng mga masasayang alaala na nadidito pa sila, nakikita at nakakasama. Ang dami kong nasayang na oras na dapat sila at aking kasama at nagkakatuwaan kay sakit isipin na hanggang panaginip ko na lang sila makikita o sa haplos lang ng hangin mararamdaman ang mga yakap nila.
Sa ugoy ng oras, aking napagtanto na tila ang aking kasiyahan ay kasing bilis ng lumilipas na buwan at ngayo'y kasing pait sa gitna ng pangungulila tuwing Disyembre. Sa kabila ng lahat, ang naiwan nila'y pagmamahal na aking dadalhin hanggang sa pagtanda.
Entry No. 10
0 notes
amalberga391013 · 4 years
Text
Tungkung Langit at Alunsina
Ang Dalawa Diyos
Mayroong dalawang diyos na nakatira sa mundong halos magkakasama ang langit, karagatan at ang hangin. Ang mundo noon ay walang porma, sa madaling salita ay nasa pagkalito pa ang mundo. Dumating ang panahon na sina Tungkung Langit at Alunsina ay kinasal at tumagal bilang mag-asawa. Magmula ng sila'y nagsama ang lahat ng bagay na kanilang meron sa palgid ay naging organisado, nangako ang dalawa sa isa't isa na kung may problema man sila aayusin nil ito at hindi patatagalin.
Nakapahinga ang ulo ni Alunsina sa balikat ni Tungkung Langit. "Sobra ang saya na nadarama ko dahil meron akong asawa na mabait, responsable, at mapagmahal. Nagpapasalamat rin ako sa kabila ng aking ugali kailanma'y hindi mo naisip na ako'y iwanan. Pangako ko sa iyo mahal hindi kita iiwan, kahit ano pa man ang mangyari." Masayang sambit ni Alunsina sa kaniyang asawa. "Sinabi ko naman sa'yo kailanma'y hindi kita iiwan at ipagpapalit sa kahit ano at sino. Sana gano'n rin sa'yo mahal ko." sagot ni Tungkung Langit kay Alunsina.
Isang araw kinausap ni Tungkung Langit ang kaniyang asawa, "Mahal, ako'y panandaliang aalis dahil mayroon akong kailangan ayusin" pagmamadali na sambit niya. "Ilang araw ka mawawala? Kailan ka babalik? Kailangan mo ba talaga na umalis?" pagtatanong ni Alunsina. "Sandaling panahon lamang ako mawawala, mahal ko. Ako'y babalik rin, pangako." sagot ni Tungkung Langit habang siya'y palabas na. Kahit na nag-bigay na ng kasiguraduhan ang kaniyang asawa nakaramdam parin ng selos si Alunsina kaya't naisipan niya na mag-padala ng ispiya sa pag-alis ni Tungkung Langit upang malaman ni Alunsina kung nagsasabi ba ng totoo sakaniya ang kaniyang asawa.
Sa pag-lalakbay ni Tungkung Langit nalaman niya na may ispiya na nakasunod sa kaniya. "Anong kailangan mo saakin? Sino'ng nag-padala sa'yo para sundan ako?" galit at pagtatakang tanong ni Tungkung Langit. Hindi niya na naisipang hintayin ang sagot nitong ispiya sapagkat pumasok sa isip niya na wala naman ibang gagawa nito sakaniya kundi ang kaniyang asawa. Nag-desisyon si Tungkung Langit na huwag muna bumalik sa kaniyang asawa bilang parusa at para pahupain ang kaniyang galit sa ginawa ni Alunsina. Sa pag-hihintay ng Diyosa sa pag-balik ng kaniyang asawa, nakaramdam siya ng pag-dududa kay Tungkung Langit dahil ilang araw na itong hindi bumabalik at gano'n rin sa ispiya na kaniyang ipinadala.
Pagkalipas ng tatlong araw mula noong malaman ni Tungkung Langit ang ginawa ni Alunsina, napagpasyahan na niyang umuwi. Masayang bumalik si Tungkung Langit ngunit malamig ang pakikitungo nito sakaniya. "Alunsina, hindi mo ba ako nakikita o nararamdaman? Tila ba'y hindi mo'ko napapansin?" matamlay na pagtatanong ni Tungkung Langit. Wala itong natanggap na sagot mula sa kaniyang asawa, kaya't pinalipas niya muna ang isang araw. Kinagabihan sa kanilang pag-tulog, binalak ni Alunsina na iwanan si Tungkung Langit.
Bago ito umalis ay tinignan niya ang kaniyang asawa. "Ang buong akala ko kaya kong tuparin ang pangako ko sa'yo." pabulong na sinabi ni Alunsina at ito'y umalis na ng kaharian. Kinabukasan nagtaka si Tungkung Langit dahil wala sa tabi niya si Alunsina. Siya'y bumaba at nag-baka sakali na ito'y maagang nagising ngunit wala kahit na anino nito ay hindi niya nakita. Bakas sa mukha ng Diyos ang lungkot at pangamba niya sa biglaang pag-alis ng kaniyang asawa.
Maghapon at magdamag na naghintay si Tungkung Langit sa kaniyang kaharian sa pagbalik ng kaniyang asawa. "Nasaan kaya ang aking asawa? Iniwan niya na ata ako'ng mag-isa? Bakit hindi man lang siya nag-sabi sa kaniyang pag-lisan?" malungkot na pagtanong ni Tungkung Langit. Pagkalipas ng ilang buwan si Tungkung Langit ay tuluyang nanghina. Sa kaniyang panghijinay ay nagsimula ang pangingidlat at pag-ulan ng malakas. Lingid sa laalaman ng Diyos na sa kaniyang matinding kalungkutan na nararamdaman ay nakarating ito kay Alunsina sa pamamagitan ng pag-kidlat at pag-ulan. "Oras na nga ba para ako'y magpakita sa aking asawa?" tanong ni Alunsina sa kaniyang sarili. "May pag-asa pa kayang bumalik sa'kin ang asawa ko?" malungkot at panghihina'ng sambit ni Tungkung Langit.
Patuloy parin ang pag-buhos ng ulan at pag-kidlat habang ang Diyos ay nakapag-pahinga sa kwarto, nag-hihintau parin sa pagbalik ng kaniyang asawa. Bumukas ang pinto ng silid kung nasa'n ang Diyos. "Alunsina? Ikaw ba 'yan mahal ko?" sabik na pagtatanong ni Tungkung Langit. "Ako nga ito." sagot ni Alunsina. "Kay tagal mong nawala, mahal ko. Hindi mo man lamang naisipan kung gaano ako nangulila sa'yo pero hayaan na natin iyon ang mahalaga bumalik ka nandito ka na ulit sa'kin." sabi ng Diyos. "Patawarin mo ako sa aking nagawa hindi ko nais na saktan ka" sagot ng Diyosa. "Wala kang dapat ihingi ng tawad, ako ang dapat na humingi nito sa'yo dahil nag-kulang ako bilang asawa at nagpapasalamat rin ako dahil ika'y bumalik saakin kahit na ako'y may pagkukulang sayo. Sana'y bigyan mo ako ng pagkakataon na maayos ang ating pagsasama" sambit ni Tungkung Langit.
Binalot ng katahimikan si Alunsina matapos bitawan ni Tungkung Langit ang mga salitang 'yon. "Paano ko ba 'to sisimulan?" tanong ng Diyosa sa kaniyang sarili. "Gusto ko lang sabihin sa'yo na matagal na kitang napatawad at bumalik lamang ako para sabihin sa'yo na ako'y lalayo na dahil alam ko ito ang makakabuti para sa'ting dalawa." pagiiwas na tingin ni Alunsina kay Tungkung Langit. Bakas ang pagkalito sa mukha ng Dyos at humagulgol sa desisyon ni Alunsina.
Hindi na pinatagal ni Alunsina ang pag-uusap at lumapit ito kay Tungkung Langit at niyakap siya sa huling pagkakataon. "Kailangan nating tapusin ang mayroon tayo para sa ikatatahimik ng buhay natin at mabuti na mag-isa tayong mamuhay. Paalam at salamat." pamamaalam na sambit ni Alunsina sa Diyos.
Makalipas ang ilang buwan, binawian ng buhay si Tungkung Langit. Mag-mula noon, ang pag-ulan at pag-kidlat ay nangangahulugan pag-panaw ng Diyos at higit sa lahat simbolo ito ng mapait na nakaraan ng Diyos at sa tuwing pagsikat ng araw ang ibig sabihin naman nito ay masaya ang Diyos dahil masaya rin ang kaniyang pinaka-mamahal na si Alunsina kahit hindi na sila magkasama.
0 notes
kemungkinan-blog · 4 years
Text
Polis ada hak untuk periksa handphone orang awam
Tumblr media
Polis Diraja Malaysia (PDRM) mempunyai hak untuk menyemak telefon bimbit orang awam untuk memastikan tiada sebarang bentuk komunikasi berunsur lucah, jelik, mengugut dan mengancam keselamatan orang lain dan negara.
Timbalan Menteri Dalam Negeri Datuk Mohd Azis Jamman berkata perkara itu dibenarkan untuk menjaga ketenteraman awam berdasarkan peruntukan undang-undang di bawah Seksyen 233 Akta Komunikasi dan Multimedia (AKM) 1998.
“Bagaimanapun orang ramai perlu tahu hak mereka semasa semakan rambang dilakukan termasuk boleh meminta identiti pegawai polis yang melakukan pemeriksaan sebagai rekod jika ada pelanggaran prosedur operasi standard (SOP),” katanya pada sesi jawab lisan Persidangan Dewan Rakyat hari ini.
Beliau menjawab soalan tambahan Chan Ming Kai (PH-Alor Setar) yang bertanyakan sama ada terdapat laporan pelanggaran SOP dilakukan terhadap pihak polis semasa menyemak telefon bimbit orang awam.
Katanya jika orang awam merasakan ada pelanggaran SOP dilakukan oleh pihak polis, mereka boleh membuat laporan di mana-mana balai polis berhampiran atau di Bukit Aman.
Sementara itu, Mohd Azis berkata pihak polis akan menggunakan setiap elemen termasuk ‘phone-bugging’ atau tapping untuk memastikan siasatan dapat dijalankan jika timbul isu keselamatan yang dilaporkan melibatkan mana-mana pihak.
“Ia tidak mengenal sama ada orang itu ahli politik, ahli perniagaan atau sesiapa sahaja yang dirasakan mempunyai kebarangkalian untuk melakukan perkara-perkara yang menyentuh isu keselamatan, saya yakin pihak polis akan mengambil tindakan sewajarnya,” katanya.
Beliau berkata demikian bagi menjawab soalan Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob (BN-Bera) sama ada pihak polis menggunakan ‘phone-bugging’ atau ‘tapping’ untuk ahli politik blok pembangkang.
Sumber: Bernama
from The Reporter https://ift.tt/341ISj5 via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2OsPuRj via IFTTT
0 notes
elshawildan · 5 years
Text
Budaya Orang Kita, Serawung!
Tumblr media
Saya selalu suka dengan orang yang bercerita. Entah itu dari tulisan. Entah itu dari lisan. Selama dia bercerita tidak hanya dari satu perspektif, saya kira dia adalah orang yang menarik.
***
Beberapa hari yang lalu saya melancong keluar kota. Pakai kereta. Kelas ekonomi, sih. Bukan karena saya tidak mampu beli tiket kelas bisnis/eksekutif ya, tapi lebih karena saya perlu mengefisienkan harta kekayaan saya yang semakin hari semakin terlihat menghawatirkan. Hehe. Tapi tiketnya emang mahal sih. Tapi saya mampu. Tapi emang mahal.
Jujur, saya tidak pernah suka dengan kondisi kereta kelas ekonomi itu. Coba bayangin, kalian harus duduk dan dihadap-hadapkan dengan orang yang tidak anda kenal sepanjang waktu di sepanjang perjalanan. Serius, itu awkward banget. Belum lagi salah satu dari saya atau mereka harus ada yang memulai pembicaraan karena budaya orang timur yang serawung itu. Sumpah demi apapun itu males banget. Tapi, mau gimana lagi, saya naik itu, mau gak mau harus terimo.
Namun, dibalik itu semua saya harus mengapresiasi KAI atas kebijakan tersebut. Kenapa? Karena dengan kondisi seperti itu saya merasa gerbong kelas ekonomi ini menjadi lebih hidup jika dibandingkan dengan gerbong kelas bisnis/eksekutif. Di kelas ekonomi ini saya melihat banyaknya interaksi antar penumpang. Mereka saling berbalas cerita, membagikan kisah-kisah yang mungkin belum pernah didengar, dan tentu saja perbekalan yang diedarkan. Saya melihat budaya serawung ini begitu kental di gerbong ekonomi ini, kontras dengan gerbong kelas bisnis/eksekutif yang lebih sepi dan tenang itu.
***
Kondisi yang sangat berbeda itu justru memunculkan sebuah pertanyaan dibenak saya, apa sih alasan sebenarnya para penumpang ini bisa saling berinteraksi (serawung)? Apakah penyebab tidak serawung-nya orang-orang dikelas eksekutif/bisnis karena orang-orangnya yang memang tidak ramah? Atau orang-orang dikelas ekonomi serawung karena kondisinya memaksa mereka untuk seperti itu? Atau karena memang ramah? Hmm.
Jawaban apapun yang nanti saya dapatkan, saya kira selama itu tidak merugikan orang disekitarnya, kita tidak punya alasan untuk menilai siapa yang lebih baik atau siapa yang lebih buruk. Toh, tidak diantara saya atau teman seperjalanan saya yang mampu beli tiket eksekutif. Hahaa. Besok kalau saya mampu, saya akan beritahu jawabannya.
 sumber gambar: beritatrans.com
0 notes
idafphia · 7 years
Text
Sobrang biglaan ng iyong pagkawala, mas mabilis pa sa pag pana ni flerida kay adolfo o sa pag hatol ng kamatayan ni haring linseo. MARCH 24, 2017 araw kung saan ang lipascience ay nabalot ng katahimikan, at ang tanging tunog na iyong maririnig ay ang mga hikbi ng lungkot at pait mula sa mga estudyante. Tanghalian mo noon, balita ko pa nga nakain ka pa sa canteen bagos bigla ka na lang nagsuko at doon ay nawalan ka ng malay. Dinala ka sa ospital, ang medix. Bago ka inihatid doon nasaksihan ko kung paano matuliro ang mga kaguruan ng institusyon. Noong mga panahong iyon tinatanong ko pa ang squad Kung bibisita ba kami sa iyo, pagkatapos ng school hours. Nang biglang pagdaan ko sa rutherford doon ko napansin na tumubo na pala ang yellow flowers na inaabangan namin taon-taon, kasabay ng pagdating nito ay ang paglisan ng seniors sa paaralan. Dumeretso ako papunta sa hagdanan sa may Roentgen kasi papunta ako dapat sa faculty nina sir then naalala ko kasama nga pala sila sa medix my ghad. Pagkababa ko ng hagdanan club picture na daw kasi ng gsp eh, so pumunta ako sa grounds bagos yung nag picture. After nun nag palit na ako ng pang usad. Doon habang nag uusap namin yung tungkol sa g9, bet ko pa naman ang ruther kasi first subject ang math kasi may natutunan ako pag ganun eh. Then bigla kong nakita si ate angel, at doon ko na nakita umiiyak ang ruther girls. Doon ay napag tanto ko hindi kaya, wala na. Noong una ayaw ko maniwala kasi akala ko legit then biglang umiyaka ng g10 na Philomath at doon ay unti-unti nading tumulo ang mga luha sa aking mga mata. Bakit ma'am hindi bat parang masyado lang maaga? Pumasok ako sa room umiiyak pero pinipigil ko kasi ayaw kong makahalata si chustin kasi kung saakin masakit na paano pa kaya sa kanya. Doon hindi nadin namin napigil ang aming mga luha, kahit si phoebus na laging napapagalitan ni ma'am umiiyak at si zen at keanu na tulala. Doon ko napagtanto na sobrang laking parte ng buhay namin ang naapektuhan ni ma'am. Kaya doon kahit sobrang iyak na iyak pa ako, pinilit ko si chin na mag-ayos ng libro sa geom kasi alam kong lalaban si ma'am. Pero natapos kami walang umabot na balita kung ano na. Siguro pagod na din si ma'am, pero hindi bat parang napakaaga pa? Kasabay ng pagtubo ng mga yellow na flowers na inaabangan namin taun-taon ay ang paglisan ng seniors at ng inyong pag lisan . Mamimiss kita ma'am 💜 Ang lahat ng binahagi mong kaalaman ay lagi kong isasabuhay 💜
1 note · View note