Tumgik
yasmijn · 21 days
Text
Jukstaposisi hubungan
Awal tahun 2023, aku menghabiskan waktu untuk nonton dua dating show yang premisnya bumi-langit banget. Single's Inferno Season 3 (2022) dan Love After Divorce Season 4 (2021). Dua-duanya bisa ditonton di Netflix.
Kalau Single's Inferno isinya cewek-cowok usia 20-30an yang berusaha mencari cinta (dan ketenaran sih, kayaknya), Love After Divorce ini isinya janda dan duda yang mau kembali mencoba peruntungannya dalam mencari cinta. Huhu. Season 4 ini settingnya di US, cast-nya para Gyopo (Korean-American) di usia 30-40an yang udah matang-matang banget.
Secara profil, setting, background, kedewasaan, dan pertimbangan casts Single's Inferno sm Love After Divorce tuh beda banget deh.... Yang di Single's Inferno emang anak-anak muda yang belum banyak pikiran, yang selain mencari pacar cakep dengan badan bagus juga ya, mungkin lebih ke mencari momen supaya naikin followers IG. Kalo si Love After Divorce ini... ril orang-orang yang udah pernah bener-bener merasa sedih dan di titik terendah sampai banyak yang merasa hopeless mengenai chance mereka untuk bisa nemuin orang baru. Genuinely ingin mencari 'the one' yang sesungguhnya, setelah gagal dengan orang yang mereka anggap akan selamanya.
W sering banget nangis pas nonton Love After Divorce ini hahahahha. Gila sih Korean-Americans high achievers ini - kerjaannya pada bagus-bagus banget ada yang jadi lawyers, kerja di big tech, punya investment company sendiri, bankir. Pokoknya bumi-langit juga deh sama casts Single's Inferno yang mostly ngaku 'model' walau mungkin lebih cocok bilang pekerja serabutan.
Tumblr media Tumblr media
Plot Love After Divorce juga lebih menegangkan (in a good way) buat w, jadi si orang-orang ini dikumpulin tanpa dikasih tahu informasi pribadi sedikitpun. Cuma tau nama. Terus di setiap episodenya, akan ada information reveal: mulai dari domisili (sangat penting karena US kan gede banget ya, beda negara bagian aja bisa beda 6 jam), pekerjaan, umur, penyebab mereka cerai, dan.... apakah mereka punya anak atau nggak.
Poin terakhir paling bombay sih. Edan itu semuanya pada nangis pas denger yang lain cerita😭😭😭😭 Terus ada yang sedih banget, dia tuh anaknya ada tiga, terus sebelum momen info reveal itu dia kayak galau dan sediiiihhhhh banget.... dia takut banget si info ini bakal jadi dealbreaker buat orang yang dia suka. Tapi dia juga jadi merasa bersalah sama anak-anaknya karena mikir kayak gitu.
Bagian pada sharing penyebab cerai juga, wah, sedih banget banget banget.... ada yang cerai setelah 2 tahun, ada yang baru setahun, ada yang udah lama baru cerai. Penyebabnya juga macem-macem, tapi satu tema besar yang aku lihat adalah, setelah mereka bercerai mereka itu jadi merasa rendah diri banget dan merasa unlovable 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭 Udah mana ada yang di-KDRT 😭😭😭😭😭 Brengsek
Terus kerasa banget bahwa si casts Love After Divorce ini hati-hatiiiiii banget.... mereka nggak mengambil keputusan on a whim. Sebagai orang-orang yang sudah "berpengalaman", mereka bener-bener mempertimbangkan dan pikir panjang sebelum mengiyakan ajakan orang lain. Mikirnya jauh ke depan. Bener-bener ke: Gue mungkin nikah ga ya sama orang ini?
Seru juga sih nonton dua series ini back to back, karena ngasih liat gimana cinta dan hubungan itu bisa berbeda 180 derajat untuk orang-orang di age bracket yang berbeda. Bahwa di umur 20an ya cinta itu sederhana, mungkin cukup dengan ngeliat muka dan bodi (bisa diliat ya dari jenis-jenis challenge yang ada di Single's Inferno), tapi ketika kita sudah pernah gagal, semua hal itu jadi penting - bahkan mereka pun bilang kalau mereka tinggal di state yang berjauhan, mereka mending gak usah lanjutin deh... Apalagi karena memang ada yang cerai karena dulu mereka long distance marriage.
Selain itu, setelah mereka match di Love After Divorce, mereka akan ada sesi tinggal bareng sebulan, baru setelah itu akan final decision mau lanjut seeing each other atau nggak.
Wah pokoknya jadi belajar banyak banget deh dari nonton Love After Divorce.
Recommended watch banget, bisa belajar berempati dan berpikir lebih panjang soal mengambil keputusan-keputusan besar, tapi juga supaya tetap bisa hopeful bahwa akan selalu ada satu orang yang memang untuk kita di luar sana.
4 notes · View notes
yasmijn · 21 days
Text
Btw udah hampir sebulan ngga nulis Tumblr.... sebenernya ini karena belakangan ini lagi rajin ngerajut sebagai hobi baru. Tapi nggak rekomen sih sebenernya hobi ini, bener-bener menghabiskan waktu banget hiks. Lama bangetttt dan sering harus dibongkar lagi karena ada salah gitu. Cuma ya seneng sih pas menyelesaikan rajutan itu. Cuma jadi nggak punya banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain.
Hobi yang harus dimoderasi.
1 note · View note
yasmijn · 21 days
Text
Beberapa hari lalu nonton reel Omar Sulaiman yang ini, terus w merasa stunned sedikit sih mengenai info ini.... bahwa ya memang ada orang-orang yang jodohnya nggak dipertemukan di dunia ini tapi nanti, di akhirat.
When Omar Suleiman said "Romance is like rizq, it is not something everyone is going to have in this life." If it isn't written for you, it will be difficult to look around and see others being blessed with it. But like every other form of rizq, it's a test and you'll get more than you can imagine in Jannah which will be your final home– forever.🤍
368 notes · View notes
yasmijn · 21 days
Text
Menurut w, salah satu trait terburuk orang Indonesia adalah their nosiness. Terlalu mau tau dan terlalu mau ikut campur sama urusan orang lain.
Kalau ada orang yang terlihat lagi menyimpan sesuatu, entah pikiran atau rahasia apa gitu, tapi dia nggak cerita apa-apa sama lu - ya tolonglah itu diambil aja sebagai cue bahwa: (1) dia emang nggak mau cerita sama lu karena emang lu tuh siapa ya mohon maaf, atau (2) dia belum cerita, tapi ada rencana mau cerita kok tapi nggak sekarang. Bisa karena hal itu dirasa terlalu personal, atau ya simply kamu gak cukup penting aja untuk tahu hal itu.
It is definitely not an invitation for you to guess what that thing is. Ngeselin banget deh, asli.
Kan pertimbangan orang tuh banyak ya, entah dirasa terlalu early atau too soon atau takut nge-jinx hal-hal. Gak paham deh w sama orang yang merasa harus banget tau dan merasa punya hak untuk langsung nembak ini itu ke si orang yang, frankly, kita tuh ga deket-deket banget ye, sori.
Udah gitu pas w dengan setengah hati memberikan jawaban (karena MALES), malah dilanjut lagi dia nanya: "Bu X gak dikasih tau?" Lah, suka-suka gue lah mau ngasih tau siapa aja dan pas kapan. Pas udah w jawab lagi, dia bales lagi, "Kenapa?"
SUKA SUKA GUE YA.
Duh. Asli deh bulan Ramadan tidak menjamin orang-orang kek gini dikasih hidayah sama Allah swt.
Semoga orang-orang bisa lebih sadar diri dan ngurang-ngurangin kekepoan ngga berfaedah yang bikin orang lain ga nyaman.
13 notes · View notes
yasmijn · 2 months
Text
01
Udah lama ga nulis di Tumblr tapi di H-1 pemilu ini aku merasa perlu banget menulis dan menyatakan bahwa besok aku akan nyoblos 01. Anies-Muhaimin. Dan siapa tau tulisanku bisa meyakinkan kamu-kamu yang masih belum yakin mau coblos siapa tapi jelas gak mau golput. Dan please, for everyone's sake.... jangan coblos 02.
Alasan utama aku pilih 01 sih karena (1) Asal bukan Prabowo, dan (2) Gak mau coblos PDIP. Cuma ya kalau realistis dan gak gengsi untuk mengakui dan diri mau obyektif, Anies Baswedan memang adalah orang yang paling pantas untuk jadi presiden Indonesia di antara ketiga capres yang kita punya sekarang. Secara pendidikan, rekam jejaknya sedari bangku sekolah, kuliah, menjadi rektor termuda Indonesia, menggagas dan menjalankan Indonesia Mengajar, menjadi Mendikbud walau dicopot tak sampai 2 tahun menjabat, dan yang paling baru adalah Gubernur DKI Jakarta.
Tumblr media
Karena dari awal aku memang condong ke Anies, ya otomatis aku memang lebih ingin mengkonsumsi dan mencari konten mengenai beliau. Awalnya tentu aja kemakan ribut-ribut kontroversi deklarasi Cak Imin yang tiba-tiba maju jadi cawapres Anies padahal (1) awalnya AHY digadang-gadang jadi cawapres beliau, dan (2) awalnya Cak Imin akan dipasangkan jadi cawapres Prabowo. Langsung deh dicap dobel oportunis - yang satu "mengkhianati" Demokrat, dan yang satu lihai oportunistik mengambil kesempatan menjadi cawapres di koalisi yang hampir runtuh karena gak sampai 20% presidential treshold.
Kalau mau denger Pak Anies address tuduhan satu ini, bisa tonton di video berikut:
youtube
Cuma asli deh kalau u emang serius pengen tahu kebenaran dan ingin mendengarkan untuk paham, kalau cari di Youtube semua penjelasan mengenai isu-isu Anies dan Muhaimin semuanya ada, kok. Dan semuanya bisa aku terima dengan akal sehat. Balik lagi, semua tergantung niat.
Banyak banget konten Bocor Alus Politik yang udah w konsumsi di sebulan terakhir haha.
Poin kedua yang bikin aku semakin bulat untuk coblos beliau adalah karena pendekatan kampanye-nya yang.... berbeda. Berbasis dialog, sungguh idealis, menyediakan ruang untuk siapapun, di berbagai kota dan berbagai setting, dengan berbagai partisipan yang dengan bersemangat menyampaikan masalah dan kegelisahan apa yang ingin mereka cari jalan keluarnya. Sebenarnya untuk bisa merasa cukup aman dan nyaman untuk angkat suara di sebuah forum sangat besar, itu juga adalah hal yang nggak semua pemimpin dan calon pemimpin bisa ciptakan.
Ada dua episode Desak Anies yang bikin w nangis selama nonton... yang pertama adalah tentang perempuan:
youtube
Dan tentang buruh dan ojol.....
youtube
Pas denger para audiens ngomong w rasanya sedih banget. Banyak banget ragam masalah yang dihadapi banyak lapisan masyarakat... masalah-masalah yang tak terbayang. Bahwa ada banyak yang masih belum mendapatkan keadilan dan kelayakan hidup seperti "mitra" ojol dan juga pekerja rumah tangga.
****
Cara pikir beliau runtut, punya kerangka pikir yang jelas, berbasis nilai, bisa menyampaikan semua ide dengan baik, jelas, sopan, dan memberikan ruang untuk berdialog. Sempet juga liat video dimana Pak Anies menjelaskan gimana akhirnya dia bisa meyakinkan pemilik lahan untuk menjual lahannya ke pemerintah melalui diskusi... gimana akhirnya dia bisa meyakinkan sebuah musholla untuk memberikan persetujuan pendirian gereja dengan berdiskusi juga... bagaimana cara pikir beliau sampai akhirnya beliau kembali memperbolehkan ojek untuk lewat Jl Thamrin. Dimana sebelumnya Ahok mensterilkan ruas jalan itu dari kendaraan roda dua.
Anies bilang bahwa Jakarta itu untuk semua orang, inilah demokrasi yang sebenarnya, dimana jalan termahal di republik ini bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari yang paling miskin sampai ke yang paling kaya sekalipun. W juga jadi mikir, bahwa ya pernah banget w mikir bahwa motor tuh ganggu di jalan, bikin macet - tapi w melupakan bahwa w dan mereka adalah sama-sama penduduk kota ini. Yang haknya seharusnya sama, tidak dibedakan. (Cuma ya tolong lah tetep tau aturan).
Untuk lengkapnya tonton deh di sini (bisa start di menit ke 40):
youtube
Fyi di tahun 2019 w nyoblos Prabowo. Waktu itu sih karena memang gak suka sama Jokowi sekaligus kasian sama Prabowo karena kok kayaknya pengen banget jadi presiden (kasih lah). Cuma ya di 2019 dan 2024 spirit w tetap sama: mencari perubahan.
Di tahun 2024 ini kita sangat beruntung bisa mendapatkan capres seperti Anies Baswedan, yang bikin anak-anak muda bisa lebih kritis dan berpartisipasi melalui dialog dan juga gerakan-gerakan sangat pop seperti kpopification dari fandomo Pak Anies di @aniesbubble dan juga menggerakkan volunteer untuk bikin event-event independent self-funded juga website yang keren banget seperti ini (harus dibuka di hp):
Inti dari intinya adalah.... w takut sih jujur menyambut pemilu esok hari.
****
Semoga Allah merahmati kita semua.
19 notes · View notes
yasmijn · 4 months
Text
Thoughts on 2023
To be honest I cannot conclude 2023 in just one word. I cannot say that it was a happy year because happiness was not the only thing that was there. I cannot say that it was a sad year because sadness was also not the only thing that I felt. If I were to put a ratio between the times I felt happy and the times I felt sad, I can firmly say that it was a 50:50 year.
Two major things happened to me in 2023. I lost my dear grandmother in May, and I got married in July. It has been almost eight months but I still miss her like crazy, I miss her so much - I had hoped she'd stay around until I got married but she did not. And I am still deeply disappointed by that fact. I hope that she is enjoying her time on the other side... and that she'd still be able to see how we are doing and that she'd be at peace and ease knowing that we're trying to get by just fine. And I hope that we get to meet each other in the afterlife. I miss her.
And I also got married. I am happy and definitely grateful that I got to find someone I love and loves me back enough to want to spend his whole life with me. And we got to spend time together for 1+ month before resuming our lives that will still be geographically separate until at least this August. LDR sucks ass - it feels like a postponement to married life. I hope we get to live under the same roof all the time after August this year.
Tumblr media
At times, my grief overshadows my joy - for whenever I feel happy, I am instantly reminded that I can no longer share my happiness with my grandmother. My heart still hurts just as bad, my tears still fall down just as quickly. It feels as if joy and sorrow, happiness and grief, are two waves canceling each other in destructive interference - leaving me with this flat line. Sometimes I don't know which to feel.
Moreover, my grief does not only come from inside, but also from the constant destruction and genocide happening in Palestine and the endless videos of Palestinians being killed in cold blood - easily accessible on all platforms. It is devastating, it makes me feel helpless. There was a time when my after office routine was to lay on the bed, scrolling through Instagram consuming the deaths of Palestinians while bawling.
I thought a lot about death - how I am terribly scared to face it and also how sad I am knowing that almost 30,000 people has died miserable deaths. I know that death is inevitable and I just cannot bear myself to think about situations where I will be losing my loved ones or if I am going to be the one leaving people behind. I am scared.
*
In 2024 I wish to get better at overcoming my grief, to be able to miss my grandmother without crying, and to live that typical married life of living together and doing mundane stuff.
5 notes · View notes
yasmijn · 5 months
Text
youtube
Every once in a while I go on Youtube and watch Mark Laita's Soft White Underbelly channel. He interviews the people whom he refers to as the 'soft white underbelly' of the US - the most vulnerable part of American society. None of the videos are easy to watch. Mark interviews drug addicts, homeless, prostitutes, killers... people that the society would see as trash and of no benefit to human life.
I watched Jack's interview just last night, and I'd say that his life is incredibly depressing and difficult... He is a result of a rape, has been sexually abused by grown man from the age of four, and was again abused by his football coach, was an drug addict, had a role in the death of a close friend, stole and swindled money from his closest ones... He has been clean for a few years, and from this interview I could see that he has accepted the terrible fate he had to face, and I really hope that he gets to live a better life and become the best version of himself.
One particular monologue Jack had near the end of the video is this one - and I could feel tears brimming in my eyes. It was beautiful... and sad, and raw, and genuine. This is what Jack said to Mark:
"I just met you today, but I don't think that you got enough credit for what this (Soft White Underbelly) can accomplish. Where I will go, you know, I don't know, but, I know that if I were in high school - going through what I went through - and I saw this... of me, and knew that it happens and it's all right and that - I wouldn't have gone through age 13 to 31 thinking that I was not a whole person.
"I would have at least seen that I'm still a whole person that just has these experiences.. These people that hurt me did not take a piece of me, I did not leave anything behind. The whole time I was whole, I just didn't realize it, I thought that each bad thing that happened to me they like took a little piece of me, so then the next person I met, I was less of who I was. It's not the case - I just didn't know that. I didn't know.. I didn't know that I was whole the whole time."
4 notes · View notes
yasmijn · 5 months
Text
Silo
I stopped putting my Tumblr link on both my Twitter and Instagram because I no longer want my writings to be easily discoverable by strangers. I want this place to be more secluded - I do not want my work colleagues to read the pieces I wrote when I was sixteen or twenty. And I was annoyed when alleged anons started to ask weird questions in my inbox - pretty sure that those people came from Twitter.
What is important to me is that I can write freely, and I have more and more appreciation in being a private person. Even I do not follow all of my close work colleagues. I will follow back if they follow me but I will not be the first person pressing that Follow button. I have enough good, close friends, and I am just rather cautious to open up more of myself to new people.
I enjoy having a siloed life.
6 notes · View notes
yasmijn · 5 months
Text
The refinement of my shopping decision making process
As a Libra I am terribly indecisive (si tiba-tiba astrologi).
Sama mungkin juga karena efek pas masih kecil tuh jarang banget sih momen dibeliin barang sama Mama, mau itu baju atau sepatu atau tas, jadi sekalinya boleh beli dan misalkan cuma beli satu, itu mikirnya bisa lamaaaaaa banget dan biasanya end up dengan opsi yang aku gak suka-suka banget juga. I want them all, but I can't. I want many things, but nothing available really match with what I have in mind.
Terus pas kuliah, tiap hari Jumat itu biasanya w belanja di pasar Jumat depan ITB. Baju-baju bekas impor yang harganya 10-30 ribuan. Karena murah, I didn't really think much. I like the color, I buy it. I like the pattern, I buy it. Belanja baju bekas kayak gitu cukup lama sampe akhirnya menggunung dan sebenernya gak kepake semuanya juga karena, balik lagi, ya ternyata aku gak sesuka itu, gak sebagus itu potongannya, serta beragam alasan lainnya.
Pas mulai kerja di kampus dan lanjut kuliah di Belanda, w mencoba menjadi lebih mindful dalam belanja dan membuat aturan bahwa w akan cuma beli baju yang warnanya hitam, putih, abu, biru dongker, atau beige/khaki/army. Warna-warna netral. I tried coming up with constraints in my decision making. Gak terlalu sukses juga sih sebenernya, karena I ended up with a cupboard full of black clothes that actually look very similar to each other.
Lalu aku memperkenalkan lebih banyak lagi konstrain dalam pengambilan keputusan belanjaku, seperti; atasan harus bisa dipake tanpa pake manset (goodbye atasan-atasan lengan 3/4), gak boleh mirip sama apa yang udah aku punya (ada masanya aku punya 3 ballet flats item yang bentuknya sama persis cuma beda merk aja :(), dan untuk sepatu aku membatasi untuk punya satu warna per satu jenis sepatu.
Pokoknya sekarang itu aku membatasi banget deh waktu yang aku dedikasikan untuk memutuskan akan beli atau nggak. Dan juga berusaha untuk beli barang yang memang aku nggak punya tapi beneran butuh aja.
5 notes · View notes
yasmijn · 5 months
Text
Free Palestine
At the very least I should feel their pain.
That's what I thought, daily, ever since 7th of October. I would never truly understand how it feel to live under occupation of the world's most cruel country that has no integrity, that constantly lies, and thinks that everyone is a lowly being not worthy of life. I do not understand the extent of the hate... nor how they could possibly justify the atrocities they committed behind the stupid claim of "self-defense".
I just want to punch Piers Morgan in the face whenever he interrupts whoever pro-Palestinian speaker he invited that day. I am sick and tired of hearing the same talking points being used over and over and over again by Western media.
I just want to hug my sisters and their babies... I want to invite them over to live at my place and not constantly be afraid and terrorized. I want them to live a normal life. A mundane life filled with routine and small celebrations: a child's birth, their birthdays, their first day of school, graduation, meeting the love of their lives, marriage, getting a good job, building their first homes, building their family... Small fights with strangers over the internet, shopping for clothes, talking about the opposite sex, arguing over which movies to watch at the cinema.
So many innocent civilians have died and it hurts me the same, if not worse, every time. I have been constantly praying for these evil demons to die asap, so that they won't get to kill more children and babies and women and fathers and grandmothers. I have been praying that those who have martyred will finally start the lives that they deserve - from the very beginning. I hope in the afterlife, they got to relive their lives with the people that they love, in a complete family living in a beautiful house filled with delicious food and warmth, achieving everything they dreamed of, not a single drop of fear in their hearts. I hope they get to live all the lives they could not live in this cruel world.
When I watched interviews of the children about what they dreams are - either the simplicity or the impossibility of their dreams break me. One boy wanted to eat sugar. The other one wanted their dead brother to come back to life.
My heart hurts when I watch an interview of a Hamas' fighter that was once a gym trainer. He said that after the war he wanted to go to the beach. I thought, who in their right minds, in a politically and militarily safe country, would choose to join an underground army and risk their lives every day? If he could, I bet he would rather spend his days going to university, laugh with his friends while eating good food, go to the gym, find an amazing job, and marry the love of his life.
My tears fell down watching an interview of Palestinians being asked what they will do after the war. Most of them just want to sleep. They are tired.
This is such a crazy time to live in.
I pray that Palestine will be free very soon.
20 notes · View notes
yasmijn · 5 months
Text
A cold take on Past Lives (2023)
Tumblr media
Aku nggak terlalu tahu sih apa yang aku harapkan dari film ini, tapi kayaknya setelah baca review orang-orang yang sangat positif aku mengharapkan lebih banyak perasaan dari Past Lives. Filmnya bukan yang biasa juga sih... bagus lah, tapi nggak sebagus itu. No tears, no pang in my heart, no strong aftertaste. Kayaknya w mencerna plot dengan terlalu rasional aja jadi buatku kisah Nora dan Haesung itu terlalu romanticized.
Sorry for those who think that film is a masterpiece, we just have to agree to disagree. If you still plan on watching the movie on your own and you hate spoilers, here's your cue to scroll past this post.
*
Ok here goes. Jadi cerita ini bermula di tahun 2000-an dimana Nora (waktu itu masih di Korea Selatan jadi masih pake nama Korea-nya: Nayoung), dan Haesung, sepasang anak berumur 12 tahun yang saling suka, harus terpisah benua karena keluarga Nora emigrasi ke Kanada. Mereka hilang kontak sampai akhirnya 12 tahun kemudian ketika umur mereka pertengahan 20, Nora mengirimkan pesan Facebook ke Haesung, dan mereka mulai rajin chat, ganti-gantian begadang demi bisa Skype di awal dan akhir hari. Sampai akhirnya Nora bilang ke Haesung bahwa kayaknya mereka berdua harus stop berhubungan dulu karena dia merasa nggak fokus mengejar apa yang dia kejar sebagai seorang penulis di New York. Di saat yang sama, Haesung juga lagi sibuk kuliah dan cari kerja.
Ada sih pengorbanan-pengorbanan kecil yang sama-sama mereka lakukan: Nora bangun sebelum jam 7 pagi supaya bisa Skype sama Haesung. Dan sebaliknya. Tapi yang aku gak suka adalah adegan dimana Nora tanya: "Jadi kapan kamu bisa ke New York?", Haesung jawab: "Paling satu setengah tahun lagi, abis aku exchange". Dan sebaliknya, pas Haesung tanya kapan Nora bisa ke Korea, dia jawab: "Ngapain aku ke Korea? Paling aku bisa kesana setahun lagi." Ok aku paham mungkin dia ngomong gitu karena bete sama jawaban Haesung, but what kind of relationship would it be? I will give you A but only if you give me A in return? Again: what kind of relationship would it be?
Gimana toh? Saling suka tapi ya sudah jelas bagi saya sebagai penonton bahwa mereka tuh nggak sesuka itu untuk memberikan lebih dari waktu tidur mereka. To me, the right thing would be for either of them, at that very time, to fly to the other person and really talk about how they're gonna proceed with whatever they were. Masalahnya, pas Nora bilang mereka harus berhenti berhubungan, sebenernya mereka tuh gak pacaran. Guys, you didn't even make is past the talking stage.
Terus loncat lagi ke 12 tahun setelahnya, di umur masing-masing udah pertengahan 30. Nora udah nikah sama Jew-American bernama Arthur selama 7 tahun. Arthur adalah sesama penulis yang ketemu dia di program residensi penulis. Haesung masih kerja di Korea, dia baru aja putus dari pacarnya, dan dia ngontak Nora untuk bilang bahwa dia akan pergi ke New York. Tiga malem doang di New York, after 13 hours of flight. Haha.
Jadilah selama dua hari Haesung di New York, dia dan Nora keliling-keliling New York sambil ngobrol yang isinya 'What ifs', mengingat-ingat masa lalu, mempertanyakan ini dan itu. Menurut w gak appropriate sih karena kasian aja gitu sama si Arthur. Udah mana menurut w si Arthur ini cowok spineless yang bilang: "That guy flew thirteen hours to be here. I'm not going to tell you that you can't see him or something. He's your childhood sweetheart." Terus pas si Nora pulang malem-malem abis ketemu Haesung, dia gak berenti ngomongin Haesung. Di tempat tidur, si Arthur ngomong lagi bahwa ini bisa jadi cerita yang hebat banget, "..in this story I am the white American husband who stands in the way of destiny."
Man if you're so insecure about your wife why even bother staying in that relationship lah. Menurut w dinamika hubungan Nora-Arthur tuh aneh banget, seakan merasa bahwa Nora tuh nikah sama dia ya emang karena butuh greencard aja (Dimana nggak mungkin juga sih? Orang mereka emang pacaran lama banget sebelum nikah?). I don't know. I just don't like it. Apalagi di adegan dimana Nora bawa Haesung pulang ke rumah terus si Arthur menyambut dengan posturnya yang slouchy dan mukanya yang udah siap nangis - seakan udah siap melepas Nora untuk pergi ke Korea di dalam pelukan Haesung.
Terus kasian banget sama Arthur pas ada adegan mereka bertiga duduk di bar tapi sepanjang malam Nora cuma ngobrol sama Haesung dalam bahasa Korea jadi Arthur dikacangin sepanjang malam 😭😭😭😭😭 Guy's so pathetic.
Beberapa pertanyaan whatifs yang keluar dari mulut Haesung pun buatku nggak cukup believable. Dia tanya, apa ya yang akan terjadi kalau dulu kita nggak berenti ngobrol? Apa kita bakal nikah? Apa kita bakal putus? Apa kita bakal punya anak? Banyak juga dari scene Nora-Haesung itu isinya cuma mereka berdua saling tatap-tatapan sambil senyum-senyum. Terus jujur emosi banget pas mereka bahas jangan-jangan di masa lalu kita tuh dalam doomed relationship ya? Atau waktu Haesung nanya apakah nanti mereka bisa ketemu lagi di next live?
Me watching them both: That's what you should've asked twelve years ago. I mean, why talk about the past and the future when you can talk about the PRESENT?? If you really love her then take her hands, ask her to come back with you to South Korea. Shoot your shot!!
W paham sih kayanya inti dari pertemuan mereka berdua adalah sebuah closure? Tapi terus apa? Kesimpulannya adalah mereka berdua itu sebenernya saling suka tapi momentum itu udah lewat jadi sekarang yang bisa mereka berdua lakukan adalah terus meromantisasi masa lalu? Closure is overrated, people.
I personally don't believe that they will work out, anyway. Nora adalah seorang imigran Korea yang emigrasi dua kali (ke Kanada lalu ke Amerika Serikat), mengejar karir sebagai penulis di New York. She's Americanized, she's no longer the 12 year old Nora Haesung fell in love with. Haesung adalah orang Korea yang konservatif secara pikiran dan juga tindakan. I don't think any of them are willing to give up their life and move halfway across the world for the other person.
And so they settled for the whatifs, at the romanticization of what nice little memories they had from back when they were both twelve years old.
Menurutku pun, sebenernya setelah kedatangan Haesung ke New York, hubungan Nora dan Arthur gak akan bisa kembali lagi seperti biasa. Arthur udah tahu dengan lebih jelas bahwa Nora tuh masih ada rasa sama Haesung, dan mungkin akan seumur hidup penasaran sama semua whatifs yang mungkin terjadi antara mereka berdua. Udah mana di scene akhir itu Nora nangis di pelukan Arthur setelah dia nganter Haesung ke Uber untuk pulang lagi ke Korea. Tega banget Nora, asli deh.
Tldr; I don't think Nora and Haesung have enough feelings for each other to go beyond the staring at each other while smiling stage, or the staying awake til 2 in the morning to Skype with you stage. That is not love. That is mere curiosity of a road none of them are willing to take.
19 notes · View notes
yasmijn · 6 months
Text
The importance of consuming before producing
I have been thinking a lot about this idea. A friend once asked me about how to consistently write - back then I answered: you just do. Write. Anything that comes to mind, just write it down. Then it'll come naturally to you, you'll think less, and you'll get better at finding your words and structuring your sentences.
But the more I think about it, there is another crucial thing that you need to do and would greatly impact how you write: You need to read.
Read critically. Look up the unfamiliar words you found on your dictionary. See how the author positions his/her sentence. How they build suspense, how they scatter the important details here and there instead of writing them in bullet points. Understand how they are able to tell their story in such way that one is hesitant to pause their reading. Try to understand what it is about the writing that you like, what makes it so good and engaging, and find ways to replicate the same effect in your writing.
Definitely works in any kind of writings - whether it is a news article, a research report, a novel, a short story, a poem, an email, even a text! When you consume a writing, you don't just digest it as is. Ask yourself: What is the objective of this writing? What idea is trying to be conveyed to me? How is it done so efficiently? Or instead, why is this writing so bad? What can I do to not replicate this effect?
In a verbal medium, you should also start by learning to listen. Listen and learn from the other person - What ideas are they trying to convey? How do they structure their ideas? How to convey them in a way that does not intimidate or offend the other person?
I do think that speaking is a lot more complex than writing as a choice of communication. I mean, people basically have to write things down before speaking them - whether with a literal pen on a piece of paper or an imaginary one in the back of your brain.
Let's start reading and listening more mindfully, and critically.
14 notes · View notes
yasmijn · 6 months
Text
Variasi-variasi kecil
Pengambilan keputusan itu kadang menciptakan beban yang gak penting tapi bisa bikin stress juga. Terutama kalau lagi mau berpindah dari satu titik ke titik lainnya dengan kendaraan sendiri. Belum pergi aja udah repot sendiri ngecek maps, mau ambil jalan yang mana, lalu menyusun itinerary kalau mau mampir ke beberapa tempat dan menjalankan beberapa urusan sekaligus.
Mesen ojol meringankan beban itu. Tiap hari, minimal aku pesan ojol dua kali - sekali di pagi hari ketika mau jalan dari rumah ke Stasiun Rawa Buntu, dan sekali di sore hari ketika mau jalan dari kantor ke Stasiun Kebayoran. Rasanya ada excitement kecil aja setiap kali naik ke jok - dia bakal lewat mana ya? Dan rasanya amazed juga ketika dibawa ojol lewat rute-rute tidak biasanya - bahwa ya, memang ada banyak jalan menuju Roma (atau ya, Stasiun Rawa Buntu). Padahal jaraknya gak sampai 3km, tapi kayaknya udah ada 5-6 pilihan kombinasi belokan dan juga tempat berhenti.
Kadang kesel juga sih kalau ojolnya milih jalan yang muter jauh - padahal kalau belok kanan itu ada jalan motong yang kecil tapi bebas macet, tapi malah pilih belok kiri ke jalan raya dan berakhir perjalanan molor beberapa lama karena macet. Tapi tetep lebih banyak serunya, sih, terutama dengan rute monoton harian yang itu-itu aja, aku juga jadi suka memperhatikan kiri-kanan jalanan padat penduduk yang penuh dengan orang berjualan. Sekalian observasi, ada bisnis-bisnis baru apalagi sih yang bermunculan? Ada berapa Mixue baru di rute ini? Kok makin banyak ya klinik gigi? Si tukang peuyeum di belokan itu hari ini jualan gak ya?
Variasi-variasi kecil di tengah kemonotonan hari-hari pekerja ini ternyata esensial juga.
4 notes · View notes
yasmijn · 7 months
Text
The final year of being in my 20s
My birthday this year was quite nice. Video call with Gio. Went to the office, actually hoping that the day will go by quietly because nobody is aware of my birthday, but then the newest gen z kid in my office came in while singing "HAPPY BIRTHDAY~~" so people stopped for a bit and actually finished the song :')
And again during lunch break, when I brought back the chilled cake to the office, the kid played Jamrud's Ulang Tahun 😭😭
Anyway, I left the office at 5 because I have a dinner appointment with my usual group of friends at Grand Indonesia. Went to KKV and bought a pill organizer I've been wanting (just to store my daily vit C and Sangobion), saw some pretty paint by number paintings on the wall but the ones that I like were all sold out. Asked Etem (and Sari) to buy one for me. Tee-hee.
Me, Silmi, and Sari waited in front of Yakiniku Like because Ririn and Nizu were not there yet and the restaurant has a 60 mins max eating time because it's dinner time 🙄🙄 So we just talked until Nizu told us that she'll arrive in 10 mins.
Tumblr media
Nizu came with a box of cake, started prepping the candles, and the waiter helped to light the candles. And then the restaurant played Jamrud's Ulang Tahun too😭 😭 😭 😭 😭
I don't like people to know that it's my birthday, lately I've been thinking that it's actually a part of privacy. I just want to celebrate in peace, a little bit of silence, with my good friends and of course a bunch of good food!!
Tumblr media Tumblr media
I have stopped feeling so worried about getting old. It is just numbers. I might be 29 and next year I'll be 30, I am getting old but so does everybody. It's just life. It's natural.
Here's to a better year and the same set of good friends.
7 notes · View notes
yasmijn · 7 months
Text
Tadi siang pergi makan siang sama Aki - berdua doang soalnya Mama jaga rumah (kalo weekend gak ada ART), Bapa lagi ke Cidaun, dan Arka lagi ada deadline. Pas lagi di jalan Cihampelas tau-tau Aki nanya "Ini mobil siapa?" "Mobil Mamah ya?" - Mamah tuh maksudnya almarhumah Nini. Terus aku iya-iya aja. Eh taunya lanjut lagi nanya: "Mamah dimana?"
Aku gak tau jawabnya. Dimana ya? Jawaban yang literal: di dalam tanah, di dalam kubur? Di tempat yang lebih baik? Yang jelas belum di surga karena belum kiamat... Jadi lagi dimana ya sekarang? Di ruang tunggu?
Di hati aku dan di hati semua yang sayang sama Nini? Dimana ya?
6 notes · View notes
yasmijn · 8 months
Text
TV series review: Schitt's Creek (2015)
Tumblr media
Lagi nontonin ini di Netflix, udah masuk season 4 dari 6. Lucu banget 😭😭😭😭😭😭😭😭
Premisnya adalah keluarga kaya raya yang jatuh miskin karena si bapaknya dikadalin manajer bisnisnya, kenapa penyelundupan uang, terus semua harta kekayaan mereka disita dan mereka jadi bener-bener gak punya uang. Dan akhirnya mereka terpaksa pindah ke Schitt's Creek - sebuah kota dengan nama gak jelas di antah berantah yang mereka beli jaman dulu. As a joke.
Karena ini sitcom jadi permasalahan gede banget ini dibawanya secara ringan aja sih. Dari yang tinggal di mansion super gede kaya istana, tiba-tiba jadi tinggal di 2 kamar motel (hotel melati 1 lah kurleb). Terjebak dengan orang-orang (ehm) kampung yang polos dan kocak. Memang hidupnya jadi jauh lebih sederhana.
Tokoh utamanya ada empat - Johnny Rose yang dulu punya video chain store, Moira Rose si bekas aktris, David dan Alexis si adik kakak stereotipe anak orang kaya yang nggak bisa ngapa-ngapain, manja banget, tapi suprisingly sangat happy go lucky dan resilient. Moira, David, sama Alexis semuanya vain banget parah wk semuanya tuh sebenernya egois dan self centered tapi dibawainnya bagus aja jadi nggak ada yang bikin kesel.
Must watch!!
1 note · View note
yasmijn · 8 months
Text
Ternyata tidak seperti pulang
Bulan lalu aku terbang ke Belanda, ceritanya untuk bulan madu, setelah terakhir kali aku meninggalkan negara itu untuk kembali ke Indonesia di akhir September tahun 2020. Pesawat kami sampai di Schiphol jam 7 pagi. Berjalan menyusuri koridor di bandara yang cukup padat, menunggu koper keluar dari bagasi, dan lanjut berjalan ke tempat kereta.
Hal pertama yang dilakukan adalah top-up OV Chipkaart - kali ini biru dan tak bernama, bukan lagi kartu kuning dengan foto dan nama yang tercetak di sisi satunya. 20 euro dulu karena masih bisa apply joint journey discount ke kartunya Gio - 40%, lumayan. Lalu turun ke peron 5/6 dan menunggu kereta yang akan berhenti di Delft.
Karena kami bawa 2 koper besar, 1 koper kabin, dan 2 personal bag, jadilah kami memilih untuk duduk di kursi lipat persis di sebelah pintu kereta. Perjalanan tak sampai 40 menit. Sepanjang jalan, kiri-kanan rel terhampar padang rumput hijau, langit biru bersih tak berpolusi, satu-dua-tiga turbin angin dan rumah kaca. Silih berganti.
Aku memandangi semuanya, mencoba mencari-cari perasaan di hati ini. Ketika akhirnya kembali lagi ke negara yang penting untuk proses pendewasaanku - dua tahun yang menyenangkan. Aku kira bisa saja aku menangis tersedu, tapi ternyata di luar dugaan, rasanya..... biasa saja. Ternyata, tidak seperti pulang.
Tumblr media
Rute tram yang dulu masih dibangun
Ternyata bagiku Belanda hanyalah sebuah negara, dan Delft hanyalah sebuah kota. Mungkin aku sudah melewati fase meromantisasi hal-hal? Tentu saja hanya bukan sekadar hanya - cuma ya ternyata aku tidak serindu itu. Padahal sudah lewat tiga tahun. Rasanya seperti sedang pulang ke Jogja - cuma ya jauh sekali, baru bisa dicapai dengan minimal empat belas jam naik pesawat dan persiapan finansial yang kuat. Haha.
Tapi ya memang aku tahu bahwa yang aku rindukan itu bukan Delft dan Belanda yang berdiri sendiri - tapi Delft periode tahun 2018-2020 yang berisikan teman-teman baikku, orang-orang yang beradaptasi, belajar, saling mengenal, dan juga saling bantu. Fase penting kehidupanku yang sudah berakhir dan sudah lewat. Yang penting bagiku adalah ya, orang-orang itu, teman-temanku itu - tak perlu jumpa di Eropa juga.
Oleh karena itu, sebenarnya salah satu highlight dari perjalanan lintas Eropa 15 hari kemarin itu adalah waktu aku main ke rumahnya Bang Songko dan Kak Bella - ngobrol dan makan malam sama Goban, Iqbal, Puti, Adrian, dan akhirnya ketemu lagi sama Sakhiy juga pertama kali ketemu sama Senna. Tentunya sekalian memperkenalkan Gio juga dong sama mereka.
Orang-orang ini yang penting, bukan dimananya :-)
Tumblr media
Foto sebelum Sakhiy tidur dan Adrian datang
9 notes · View notes