Tumgik
fiaaluthfia · 5 days
Text
Doakan Anak Kita
Di tengah gempuran ilmu parenting, juga banyaknya informasi terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, ada satu hal yang paling penting dari semuanya, yaitu jangan lupa untuk terus mendoakan anak kita. Doakan anak kita agar menjadi generasi shalih dan teladan ummat. Ada banyak referensi doa untuk anak di dalam Al-Quran. Meski seringkali tingkahnya menyebalkan, membuat orang lain tidak nyaman, bahkan sampai tidak suka. Jangan sampai kita sebagai orang tua ikut memarahinya.
Barangkali kita lelah; kita merasa sudah berupaya semaksimal mungkin untuk terus membersamainya; mengupayakan ikhtiar tumbuhkembangnya. Jangan lupa, kembali pada agama—Ia yang membuat hati kita tenang. Bekalilah ia ilmu agama, ajak ia agar terus mengingat Allah. Jadilah orang tua teladan dalam beribadah di kehidupan sehari-harinya.
Jalani apa yang sudah digariskan oleh-Nya. Semuanya takdir, dan tidak bisa kita menyalahkan apa yang menjadi penyebabnya. Padahal kalau kita mau melihat diri sendiri, harusnya begitulah yang perlu dikoreksi. Apapun yang terjadi pada kita, akan kembali pada diri kita sendiri.
Barangkali, energi kita banyak terkuras; memiliki sedikit waktu untuk aktualisasi diri; kehilangan banyak hal, tapi pahamilah bahwa kita tidak kehilangan apapun, dan itu bukan pengorbanan, melainkan kewajiban kita sebagai orang tua. Betapa besarnya pahala jikalau kita mau memaknai dan bersabar.
Jangan sekali-kali kita membenci anak kita sendiri, hanya karena perlakuan orang lain. Semoga Allah memberi kita kesabaran seluas -luasnya untuk mendidik anak kita. Tanpa pertolongan Allah, kita tidak mampu. Ikhtiar sebaik apapun, akan percuma jikalau kita tidak melibatkan Allah.
Ingatlah, kalau kita lelah fisik dan mental, kembalilah dan mendekat pada Allah—Rabb Semesta Alam. Semoga Allah meneguhkan hati kita, menahan amarah kita, menjadikan kita sosok yang lembut dan penyabar. Semoga kita tidak lupa, bahwa ada Allah, ada Allah, akan selalu ada Allah yang membantu apa yang sulit, menjadi mudah bagi kita.
Allahumma baarik~
Jakarta, 27 Mei 2024 | Pena Imaji
118 notes · View notes
fiaaluthfia · 5 days
Text
Perhatian Kecil
"kamu kalau sama anak kecil kayak bapak"
"kenapa emang?"
"gampang nempel"
simpel, tapi aku suka 🫶🏻
0 notes
fiaaluthfia · 5 days
Text
Suami dan Istri
Menasihati suami itu seperti mengalirkan air ke atas, sulit dan mungkin ada yang bilang mustahil. Maka ia butuh kesabaran dan cara yang baik.
Menasihati istri itu seperti menebak cuaca, pagi cerah, siang mendung, dan malam bisa berpotensi hujan badai, rumit. Tapi itulah kewajiban suami.
Benar, keluarga itu soal seni menasihati, satu dengan yang lainnya. Rumit? Iya, pasti.
Tidak ada ibadah yang tidak butuh perjuangan. Keduanya harus saling sabar dan mengupayakan, bukan salah satunya saja.
@jndmmsyhd
352 notes · View notes
fiaaluthfia · 18 days
Text
Pertemuan dan Perjumpaan
Hidup ini terkadang memaksamu harus bertemu dengan seseorang agar ia memberikanmu pelajaran. Entah pelajaran soal kesabaran, menghargai orang lain, kesetiaan yang diuji, dan pelajaran lainnya dalam bentuk yang nyata.
Tidak ada yang sia-sia dalam sebuah pertemuan dengan orang lain. Sebab ia pasti memberikan bekas dan pelajaran, entah kita suka atau tidak suka, entah baik atau buruknya akhir perjumpaan. Tapi begitulah cara Tuhan mengajarkan kita, seringkali dengan cara yang kita tidak suka.
Sebab semua takdir yang sudah digariskan untuk kita adalah kebaikan sepenuhnya. Andai tak kita jumpai kebaikan itu, maka bersabarlah, sebab kebaikan itu pasti ada. Pasti ada. Selamat belajar dan menemukan pelajaran, untuk kita semuanya.
@jndmmsyhd
322 notes · View notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Sayang karena Allah
"Kok bisa ya, aku sesayang itu sama orang asing yang tiba-tiba hadir di hidupku" tanyaku pada beliau.
Entah sejak kapan rasa itu muncul, yang pasti aku yakin hingga beberapa hari setelah akad pun aku masih belum merasa sayang ke beliau.
Tapi begitu cepat Allah menumbuhkan rasa itu, sampai sampai membuatku takut kehilangan.
Bahkan pernah aku mencoba menarik diri sedikit lebih jauh dari beliau karena takut, takut sesakit itu jika harus kehilangan beliau, atau jika balasan beliau tidak sesuai ekspektasiku.
Aku lupa, bahwa ranah yang bisa aku kuasai hanya usaha dan upayaku, bagaimana respon beliau dan apa yang akan terjadi kelak, sudah bukan kuasaku. Pasrah saja, serahkan pada Allah.
Meluruskan niat bahwa upaya yang dilakukan atas dasar sayang karena Allah.
Aku tidak akan mampu menjaga beliau, mengatur hati beliau. Semoga Allah menjaga beliau dengan sebaik-baik penjagaan.
Semoga Allah jaga pula rasa ini untuk tetap pada koridornya.
Semoga Allah tutupi aib beliau dariku, sehingga lebih mudah bagiku untuk taat pada beliau.
Beliau anak yang baik, dekat pula dengan ibunya.
Beliau suami yang baik.
Yaa Rabb, jika ada yang belum baik dari beliau, jika ada sesuatu yang belum Engkau ridhoi dari beliau, berilah petunjuk-Mu, bimbinglah beliau. Semoga Engkau ridho kepada beliau, dan aku akan berusaha mengupayakan mencari ridho beliau.
"Mas, aku akan mencintaimu dengan ugal-ugalan, meski bukan nomor satu."
Cinta sesurgamu,
Klaten, 14 Mei 2024
2 notes · View notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Saling
Seiring berjalannya waktu, kita semakin tahu banyak kekurangan masing-masing
Tapi semoga kita ingat, bahwa ketika Allah sudah menakdirkan untuk bersama, berarti kita terbaik untuk satu sama lain menurut Allah
Perjalanan selanjutnya pun akan lebih panjang
Gelombang ombak di depan mungkin semakin tinggi dan hantamannya semakin keras
Peran masing-masing kita juga tidak lah mudah
Maka, mari bekerja sama untuk saling ya, mas...
Saling mengingatkan untuk selalu bersyukur,
Saling mengingatkan untuk bersabar,
Saling mengingatkan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya,
Saling mengingatkan untuk memperbaiki diri,
Saling menasihati,
dan banyak 'saling' dalam kebaikan lainnya
Apapun usaha kita, semoga tidak lupa selalu melibatkan Allah dan memohon pertolonganNya
Agar bahtera kita mendarat pada tujuan pernikahan ini, pada ridhoNya, pada surgaNya
satu bulan penikahan, masih hangat, semoga seterusnya
Klaten, 29 Februari 2024
0 notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Terangi Hatimu --- Nouman Ali Khan
Pada akhirnya semua yang kita lakukan hari ini, tujuannya hanya satu, memiliki cahaya agar bisa menuju surga.
Maka, kita harus memastikan cahaya ini terjaga dan tidak hilang.
Karena keimanan kita benar-benar diuji, dan manfaatnya sungguh terasa pada saat dikelilingi keadaan yang sulit.
Dan, cahaya itu akan menerangi dalam kegelapan.
Ada sebuah perumpamaan, seorang yang berjalan di padang pasir pada siang hari.
Bukankah tidak ada yang lebih terang daripada saat berada di padang pasir pada siang hari?
Hingga saat kehausan, di bawah terik matahari ia melihat genangan air. Segera ia berlari menuju genangan itu.
Tapi, nyatanya tidak ia temukan apapun di sana. Fatamorgana. Yang ia temui justru Allah dan ketetapan-Nya.
_____
Ya, orang itu dikelilingi oleh banyak cahaya. Sangat terang. Ia berada di lingkungan yang baik, terlihat religius, membicarakan agama, terlibat kegiatan keagamaan, aktif di masjid, tidak minum alkohol, tidak ke klub malam, menumbuhkan jenggot, bercelana cingkrang, berhijab lebar, bahkan menghafal Al-Qur'an dan mempelajari tajwid.
Kita sering berasumsi, orang seperti itu akan mendapat tiket langsung ke surga.
Namun sayang, saat dikelilingi cahaya sebanyak itu, ia mulai berkhayal. Memikirkan penampilan yang terlihat religius, bagaimana agar kata-katanya religius - semua hal yang dilihat orang lain menjadi penting.
Tapi tidak menggambarkan apa yang di dalam hatinya. Mulai timbul perasaan merasa lebih baik dari orang lain, tidak suka melihat orang lain sukses, tidak merasa bersalah mengambil hak orang lain.
Padahal merasa lebih baik adalah replika kesombongan iblis. Dan surga dibangun untuk orang yang tidak menyombongkan diri di bumi.
Pada akhir perjalanan yang ia tempuh, ia berpikir akan masuk surga karena semua amalnya. Namun yang ia temui adalah Allah Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Semoga Allah melindungi kita dari niat yang tergelincir, semoga Allah menjaga keikhlasan amal kita.
"Jika Allah bertanya kepadaku tentang apa yang kulakukan ini benar atau salah, apakah aku mampu menjawab-Nya?"
"Apakah aku berbuat baik karena Allah?"
Karena pada akhir perjalanan ini, hanya Allah lah yang akan aku temui.
Perumpamaan kedua yaitu seorang yang berada di laut pada malam hari.
Di gulung ombak demi ombak, hingga menghancurkan perahunya. Kemudian ia tenggelam.
Tak henti ombak menerjang, membuatnya tenggelam lebih dalam. Di atasnya ada awan badai.
Ia diselimuti gelap gulita yang berlapis-lapis.
Pada malam hari, di laut yang dalam, diterjang ombak, dihadang badai.
"Apabila ia mengeluarkan tangannya, ia 'hampir' tidak dapat melihatnya."
_____
Ibaratnya, orang ini tidak berada di lingkungan yang baik. Keluarga dan teman-temannya menjadikannya lebih buruk. Pergi ke klub malam, kecanduan beberapa hal dan perilaku tertentu, juga melakukan keburukan lainnya.
Ia terus menerus terjerumus dalam kegelapan.
Tapi, disaat seperti itu, Allah justru mengakatakan, "Apabila ia mengeluarkan tangannya, ia 'hampir' tidak dapat melihatnya." ---
Hampir. Bukankah pada lapis-lapis kegelapan itu seharusnya tidak terlihat lagi apapun?
Tangan adalah gambaran kita melakukan suatu perbuatan. Saat ia melakukan banyak kesalahan, kerusakan yang terus menerus, dalam hatinya masih mengingkarinya. Merasa hina atas apa yang ia lakukan.
Masih tersisa sedikit cahaya di dalam hatinya, hanya saja meredup karena terus tertutupi oleh banyak kegelapan. Tapi masih cukup untuk melihat bahwa yang ia lakukan salah.
Begitulah Allah menjaga cahaya itu pada diri kita, tidak peduli seberapa jauh kita telah pergi menjauh dari Allah.
Kita meninggalkan Allah, tapi Allah tidak meninggalkan kita 😭. Menjaga cahaya dalam hati kita yang mungkin mulai meredup. MasyaAllah.
___
"Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun."
___
Tapi ternyata ada batasnya.
Allah tidak akan terus menerus menjaga cahaya itu tetap menyala.
Ketika dengan sadar seseorang memadamkan cahaya itu sendiri --- yaitu saat keburukan terlihat indah, dan hatinya mulai memaklumi itu.
Semoga Allah menjaga cahaya-Nya dalam hati kita.
Allah telah menuliskan surat kepada kita. Melalui surat itu Allah hendak berbicara. Dan, surat-surat itu adalah cahaya.
Klaten, 23 Oktober 2020
2 notes · View notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Menuhankan Rencana
Membaca (ulang) buku yang tepat pada situasi yang tepat. Terasa lebih lama memang, karena sekaligus menyemai baik-baik maknanya dalam realita. Agar bertumbuh dengan baik pula.
_____
Manusia bisa saja berencana hingga detail. Menyusun mimpi dengan setumpuk 'to do list'.
Namun, apa daya jika pada akhirnya jalan yang ditempuh tak sesuai rencana?
Tanpa bermaksud menyalahkan, pandemi ini membuat beberapa atau bahkan banyak orang menunda rencana. Tak sedikit pula yang harus rela membatalkannya.
Walau untuk beberapa alasan, tanpa ada pandemi, kita pun sering menjumpai hal-hal demikian; terpaksa menunda atau membatalkan rencana.
Sedih sekali memang. Ibarat sudah membangun tembok yang kokoh dan tinggi, tapi ternyata seluruhnya roboh karena satu hentakan. Begitulah sakit karena kesalahan sendiri.
Menuhankan rencana.
Ya, menganggap bahwa rencana yang dibuat adalah segala-galanya. Bahwa berhasil atau gagal adalah seluruhnya karena diri sendiri. Karena upaya sendiri.
Lupa, bahwa hanya Allah-lah sebaik-baik pemilik rencana.
Ranah manusia hanyalah berusaha dan menggenapkannya dengan doa. Selebihnya, Allah-lah yang menggenggam hasil akhir atas setiap rencana.
Sedih dan kecewa karena harus menunda atau bahkan membatalkan rencana, mungkin bentuk kasih sayang Allah. Bentuk pendidikan dari-Nya untuk tak menuhankan rencana. Untuk mengingatkan, bahwa segala yang terjadi adalah atas kuasa-Nya, Ia-lah sebaik-baik perencana.
Semoga kita tetap sadar dan waras untuk tidak menuhankan rencana.
.
.
.
Jazakillahu khairan Mbak @novieocktavia untuk inspirasi sekaligus pengingatnya - dalam buku Bertumbuh
Wonogiri, 17 September 2020
1 note · View note
fiaaluthfia · 25 days
Text
Sampai Kapan Bersusah Payah?
Mengambil keputusan saat menghadapi masalah, bukan berarti tidak akan menemui masalah lagi.
"Sungguh, kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (QS. Al-Balad: 4)
_____
Tentu bukan proses penciptaan manusia yang susah payah. Bagi Allah yang Maha Kuasa tentu semua mudah, kun fayakun.
Tapi, manusia memang diciptakan Allah 'berada dalam kondisi susah payah'.
_____
Sejak lahir, belum bisa berbicara, sulit menyampaikan keinginannya, hanya bisa menangis.
Saat dewasa, seorang laki-laki yang menikah maka harus bertanggung jawab pada keluarganya, mendidik, menafkahi. Sedangkan perempuan menanti buah hati, mengandung 9 bulan, melahirkan, dan merawat anaknya.
Ketika tua, tubuh mulai lemah kembali. Mata mulai rabun, telinga berkurang pendengarannya, tangan & kaki gemetaran, mungkin pula sakit-sakitan.
Setelah mati, apakah sudah berakhir?
Ternyata belum.
Di alam kubur ditanyai oleh malaikat.
Kemudian dibangkitkan kembali di bawah terik matahari yang jaraknya hanya beberapa mil di atas kepala.
Belum lagi dihisab, dimizan, melewati jembatan shirat.
Lalu kapan kita terlepas dari seluruh kepayahan?
Ketika telah menginjakkan kaki ke surga.
Dunia selamanya menjadi ujian dan tempat bersusah payah. Akan tetapi seorang mukmin akan menghadapi ujian dengan tenang, karena ia percaya bahwa ada Allah yang mengatur segala ketetapan, bahwa yang kita jalani tidak semua sesuai keinginan kita, bahwa dunia ini hanya sementara.
Tafsir Surat Al-Balad oleh Ustadz Firanda Andirja
Terinspirasi dari obrolan saat membuat bahan ajar kurikulum kuttab. MasyaAllah, walhamdulillah. ^^
Klaten, 23 Agustus 2020
2 notes · View notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Mencari Apa?
"Kita akan dipertemukan dengan apa yang kita cari"
__________________________________
Teringat obrolan dengan seseorang beberapa waktu lalu.
Kami saling menceritakan perjalanan masing-masing. Beberapa ada yang tak sesuai rencana, kata kami.
Sampai saat terselip kalimat yang mengalihkan fokusku "Kita akan dipertemukan dengan apa yang kita cari, mbak" kata beliau sambil terus saja melanjutkan bercerita.
Kalimat yang mungkin bagi beliau biasa saja tapi justru menyita pikiranku. Sepanjang perjalanan pulang, aku mencoba mengingat apa saja yang pernah kucari, ternyata banyak hal yang Allah pertemukan. Nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan, Fi?
Bahkan yang kataku tak sesuai rencana, ternyata dulu pernah terselip dalam doa. MasyaAllah, Alhamdulillah.
Allahuakbar, Maha Besar Allah dengan segala romantisme skenario-Nya yang bikin meleleh. 😭💕 Buru-buru ngecek, muhasabah, apa sih yang kucari?!
Semoga ndak disibukkan nyari sesuatu yang ndak manfaat.
Ada yang tanpa kita cari pun, pasti akan dipertemukan; maut & penghisaban 😭
0 notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Naik Kelas
Akhir-akhir ini kalau dengerin curhatan teman atau saudara dengan segala hal yang menguji kesabaran tuh jadi terbesit rasa iri. Astaghfirullah ._.
Dalam hati, "Masya Allah, enak ya dikasih ladang pahala lebar-lebar sama Allah" atau "Wah, kesempatan naik kelas ini kayaknya". Macam Allah tuh lagi sayaaang bangeeet gitu sama mereka. Padahal kalau dikasih yang begitu belum tentu pula bisa ikhlas dan sabar, yang ada malah ngeluh mungkin -- semoga enggak lah yaa :''
Tapi, makin ku renungi makin ku tersadar, ternyata Allah ngasih kesempatan yang sama ke tiap hambaNya buat "naik kelas".
Iya, naik kelas. Kan biasanya kalau kita mau naik kelas ada ujiannya ya? Nah, Allah kasih itu buat kita tiap hari, tiap detik bahkan.
Cuma, kadang akunya aja yang lupa, nikmat sehat ini, mata tangan kaki, waktu luang ini, rezeki yang ada, dan segalaaaa hal di sekitar kita ini juga ujian -- digunain buat apa aja?
Dan, sepertinya nggak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Cukup dimulai dengan diri sendiri yang lebih baik dari sebelumnya. Biar nggak jadi orang yang tinggal kelas atau turun kelas, alias merugi (Q.S. Al 'Asr) -- duh kayak sambil ngaca :'''
Semangaaatt yaa manteman dan dulurku, semoga kita bisa "naik kelas" dengan segala peluang yang telah diberikan Allah. Baik yang nikmat pun agak nikmat. Tetep dinikmatin aja pokoknya yaaaa heuheu ♥️♥️
Klaten, 2 Februari 2019
0 notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Baper dinasihati
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
_____ "Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Begitulah kita memohon kepada Allah sedikitnya 17 kali sehari semalam.
Maka, ketika ada orang lain yang mengingatkan kesalahan kita, seharusnya kita bersyukur. Sebab berarti Allah menjawab permohonan kita melalui mereka.
Baper mungkin wajar, karna jika kita merasa tersindir, maka tandanya masih ada iman dalam diri kita.
Terima saja, biarkan diri kita menerima "peringatan-peringatan" atau nasihat dari banyak orang.
Sekeras-kerasnya batu akan terkikis pula jika terus menerus tertimpa hujan. Mungkin kita hanya perlu menanggalkan jas hujan dan meletakkan payung. Membiarkan "hujan" membuka hati dan jalan pikiran kita.
Bukan malah berlindung dalam tempurung. Membela diri dengan berbagai macam dalih. Mengedepankan logika, gengsi dan nafsu.
Klaten, 17 September 2018
1 note · View note
fiaaluthfia · 25 days
Text
"Piiip piiip piiipp... calon mantuuu"
Teringat obrolan dengan bapak 2 tahun lalu saat mbak mau menikah, memorinya ter-recall saat episode terakhir kelas sesi hijrah.
Ayah yang memikirkan masa depan anaknya : "Kalau kamu nggak kerja, mau kamu kasih makan apa anak saya nanti?"
Ayah yang jauh lebih visioner : "Kalau kamu nggak ngaji, mau kamu bawa kemana anak cucu saya nanti?"
Eits bukan, bukan kemudian tidak perlu bekerja, pokok bahasan di sini adalah, ---mengapa kita lebih khawatir dengan sesuatu yang bahkan Allah sudah menjaminnya (QS. 11 : 6) dan justru tidak terlalu peduli dengan kehidupan yang bahkan kita akan kekal di dalamnya?---
Padahal apapun pekerjaannya, selama mau berusaha, ada saja rezeki dari Allah. Bahkah banyak dari kita yang menerima rezeki tanpa mengupayakannya.
"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang halal dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya...." (HR. Ibnu Majah)
Sedangkan untuk akhirat, kita hanya mengupayakan sekedarnya saja, atau bahkan sesempatnya saja dan dengan ilmu seadanya saja. Lalu, mau kemana kita setelah kehidupan di dunia? Katanya, hidup cuma sekedar "numpang minum" alias sebentar. Yuk ngaji ! 😊
Coba tanya sama bapaknya, mau menantu yang gimana?
Surakarta, 26 Agustus 2018
0 notes
fiaaluthfia · 25 days
Text
Tentang Rezeki
"Kalau ada orang yg main curang (order fiktif), berarti mereka nggak percaya sama Allah, mbak. Rezeki kan nggak akan ketuker," kata salah seorang driver online.
Seorang pembuat karikatur surat kabar, rela meninggalkan jabatan dan memilih berjualan tempura demi fleksibelnya waktu untuk mengikuti kajian. Alasan serupa juga saya temui pada beberapa orang lainnya.
Salah seorang yg dinaikkan pangkat sebagai manajer, justru memilih mengundurkan diri karena setiap keluar kepentingan kantor beliau ditemani sekretarisnya, sehingga takut menimbulkan fitnah. Kini, beliau juga memilih membuka usaha kecil di rumah. Jujur, melihat tampilan beliau dan istri yg sederhana bikin hati "nyeeess", adem bgt.
Lain dengan pedagang asongan di bus, yang bahkan dalam sehari dagangannya hanya laku beberapa dan totalnya tak seberapa.
Pun, pernah saya melihat pada berkas pengajuan beasiswa dengan keterangan penghasilan Rp.500.000,-/bulan untuk menghidupi istri dan 4 orang anak.
Saya pribadi, yg bahkan belum berkeluarga, dikasih rezeki yg lebih saja kadang masih mengeluh kurang, tak punya uang. Astaghfirullah.
Mereka mengajarkan untuk tidak khawatir akan rezeki Allah. Mungkin materi mereka tidak seberapa, namun mereka tetap berusaha mencari rezeki yg halal sehingga Allah gantikan rezeki dalam bentuk lain. Perasaan yg tenang, ilmu, atau anak yg berbakti dan cerdas, misalnya.
Jadi, kalau kita masih merasa kurang dalam materi, mgkn Allah gantikan rezeki kita dalam hal lain. Keluarga dan teman2 yg baik, misalnya. Alhamdulillah.
Surakarta, 26 Maret 2018
1 note · View note
fiaaluthfia · 3 years
Text
Sebuah catatan perjalanan. Kalau besok melalui yang serupa, semoga tidak lupa harus bagaimana. Yang pasti, akan selalu ada hikmah dari setiap perjalanan yang kita lalui.
Bahagia, semangat, sedih, berjuang, gagal, kecewa, apapun itu, bisa jadi itu cara Allah membiasakan kita pada hal baik.
Bukankah sudah sering, yang awalnya terasa menyesak dada, kemudian di lain hari kau syukuri banyak-banyak? :))
Allah berkehendak sesuai prasangka hamba-Nya. Keep husnudzon, Allah knows best!
3 notes · View notes