Tumgik
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
Rezeki tidak hanya berupa materi, sahabat baik pun adalah rezeki. Rezeki yang tak ternilai. Bersyukur memiliki kalian❤❤❤ Terbaik! #INDAHseries . . . . . . . . [Belum punya stok foto baru, maaf 😂😂😂]
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
Akan kuberitahu kau satu hal yang paling kuinginkan saat ini... Waktu berhenti sehingga aku dan kau terbingkai dalam keabadian. Aku tak ingin semua berlalu, seringkas embun meninggalkan pagi. Simpan saja kata-kata bersalut madumu. Aku tak butuh rayu, aku hanya ingin bersamamu. Selalu. - Biru pada Januari, Aditia Yudis **abaikan kantung mata aa yg terlihat begitu jelas, mungkin dia lelah menemaniku kesana kemari pada saat itu 😂💗
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
Ginawanti Maulida Gunawan, S.Si Wanita pembuat zeolit dari silika tongkol jagung 😁 Saya baru dekat dengannya ketika awal penelitian, pembimbing kita sama. Karena seringnya bertemu di lab saat penelitian, akhirnya kita menjadi sering bersama-sama. Sosok teman yg sangat baik. Dia orang yg selalu ada di setiap saya butuh. Dia yg menemani saya ketika sidang. Dia yg print draft-draft skripsi saya. Dia yg menangis ketika saya gagal dalam salah satu sidang untuk yg kedua kalinya. Terimakasih sudah mau menjadi teman saya. Maaf sering merepotkan, sering membuatmu kesal karena terkadang saya suka memperdebatkan pendapatmu. Wkwk Semoga kita masih bisa bertemu dan menjaga silaturahmi. 💕💕 . . . Ps: Masih belum move on dari momen wisuda, maaf kalau sedikit nyepam hehehe
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
Jadilah seperti pohon yang rindang, dimana banyak orang berteduh dibawahnya, merasakan kesejukkan ketika berada didekatnya. Ia tak pernah marah meski orang mendatanginya hanya ketika dibutuhkan sebagai penghalau panasnya terik matahari. . Tak perlu memperdulikan sebagian orang yang memanfaatkan dirimu hanya untuk kepentingannya. Karena suatu hari nanti, kau pasti akan menemukan seseorang yang menyanyangi, peduli, menjaga dan merawatmu dengan setulus hati. . . . . Ps: pohon rindang dibelakang saya sudah menemukan orang yg sayang, peduli, menjaga dan merawat dia dengan setulus hati, yaitu pak @ridwankamil. Semoga saya juga dipertemukan dengan orang yg seperti kang emil ya, yg sayang, peduli, menjaga dan merawat saya dengan setulus hati, eaaa~ 😄 . (4/365) #quoteoftheday #pohonrindang #bandungbanget #explorebandung #bandunginframe #discoverbandung #tamanlabirin (di Taman Balai Kota Bandung)
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
🌹🌹🌹
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
Kalau main atau jalan-jalan suka pengen ajak anak kecil. Kenapa? Karena biar bisa bertingkah seperti anak-anak tanpa takut disebut kekanak-kanakan. 😁
0 notes
oleoredvelvet · 7 years
Photo
Tumblr media
(1/365) Dengan bergantinya tahun, maka bertambah pula umur. Pada hakikatnya semakin bertambah dekatnya kita ke liang kubur. Pertanyaannya, sudah siapkah diri ini? Semoga kita bisa menjadi lebih baik lagi. Aamiin 😊 . . #selfreminder #tahunbaru #2017
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Photo
Tumblr media
Your sky will be blue again. Don't be sad. Keep hamasah ^^
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Photo
Tumblr media
Dear tukang foto pribadiku, Terimakasih sudah memberi banyak warna dalam perjalanan hidupku ❤ @imam.fadhilah 😜😜 (at Dago Resort)
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Photo
Tumblr media
Tiap habis foto pasti berantem. Akunya pengen gini, dianya pengen gtu. Tapi pas dapet foto yg bagus langsung akur lagi. Kelakuan. *** Edisi piknik yg sangat "zonk". Tapi nuhun ya jidat lebar 😚 (at The Lodge Maribaya)
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Photo
Tumblr media
The light is in you ☀ . Terimakasih sudah selalu menguatkan:') . . . #vsco #vscocam #sunshine
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Text
Untukmu Yang Pernah Saling Mengisi Hati Denganku
Untukmu yang pernah mengisi hatiku, Hai apa kabar? Meski aku sudah lama tak bertemu denganmu, tak mengetahui kabarmu, aku harap kau selalu baik-baik saja. Rasa kecewa karenamu yang sempat menyinggahi hatiku tak pernah membuatku benci padamu. Faktanya aku masih mendo'akan kebaikan untukmu.
Untukmu yang pernah mengukir senyuman di bibirku, Kali ini aku kembali mengingatmu. Rekaman memori kenangan kita saat dulu tiba-tiba berputar, membuatku mengingat perjalanan kita dulu dengan detailnya. Rasanya saat itu, tawa yang dibuat olehmu takkan pernah hilang menghiasi wajahku. Namun, meskipun tawa itu sempat hilang, kini ia kembali hadir oleh penyebab yang berbeda.
Untukmu yang pernah menemaniku, Saat ini kau telah menemani wanita lain. Pun aku, kini sudah ada pria lain yang menemaniku. Sepi yang mendera hatiku semenjak kau pergi kini sudah hilang. Aku menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisimu. Bahkan, mungkin lebih baik darimu. Dan kau pun saat ini telah bersama seseorang yang mungkin lebih dari segalanya dibanding aku.
Untukmu yang begitu kucintai pada masanya, Meskipun pada akhirnya kita tak saling bersama. Meskipun kita yang pernah saling mencinta harus saling melepaskan. Semoga tak ada rasa benci diantara kita. Semoga kebaikan selalu mengelilingi dirimu. Begitupun juga denganku. Semoga kau selalu dalam keadaan bahagia, meskipun bukan denganku. Karena aku sudah sangat bahagia dengan pria yang menemaniku saat ini.
Tertanda, mantan kekasihmu yang berharap tetap bisa berteman denganmu.
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Text
LIKE A MARSHMALLOW
           Dia menatap sekeliling rumahnya, dinding-dindingnya sudah tertutupi kain dekorasi yang berhiaskan bunga-bunga indah. Di bagian depan rumah sudah tertata rapi kursi untuk kedua mempelai pengantin dan juga untuk kedua orang tuanya. Rumahnya terlihat begitu ramai karena keluarga dari ayah dan ibunya sudah berdatangan sejak siang kemarin. Esok adalah hari dimana statusnya berubah menjadi seorang istri. Hari yang akan sangat membahagiakan untuk dia, calon suaminya, orang tuanya dan juga seluruh keluarga beserta orang-orang terdekatnya. Hari paling bersejarah dalam perjalanan hidup gadis berdarah sunda itu.
           Aura & Aditya. Kedua nama itu terpampang dalam janur kuning yang akan dipasang di pinggir jalan dekat rumah. Ia tidak pernah menyangka jika akhirnya nama Adit lah yang akan bersanding dengan namanya. Aditya, laki-laki yang menjadi sahabat dia sejak kecil. Aura sudah sangat mengenal Adit, begitupun sebaliknya. Tiba-tiba handphone Aura berdering, disana terpampang nama “ADIT JELEK”.
           “Hallo, kamu kenapa telpon Dit? Kan kita lagi dipingit ih” ujar Aura sesaat setelah benda yang berdering tadi menempel di telinga sebelah kanannya.
           “Dipingit itu cuma gak boleh ketemu, bukan berarti gak boleh telpon, gimana sih kamuuu” suara Adit terdengar dari sebrang telepon. “ Emangnya kamu gak kangen sama aku gitu, Ra? Kan kita udah seminggu gak ketemu. Kangen liat muka jelek kamu sama kangen liat kecerobohan kamu haha.” Lanjut Adit.
           Aura adalah tipe cewe yang memiliki wajah cantik khas mojang Bandung, namun dia sangatlah ceroboh. Aditya sudah kebal dengan kecerobohan Aura yang kadang “malu-maluin” jika berada ditempat umum.
           Pernah di suatu hari saat keduanya masih duduk di bangku kuliah, ketika itu mereka pergi ke tempat foto copy untuk memperbanyak salah satu tugas kuliah Aura, Adit menemani Aura dengan senang hati meskipun tempat kuliahnya berbeda dengan Aura. Ketika mereka duduk di kursi plastik, muncul lah kecerobohan Aura. Aura memundurkan kursi yang didudukinya tanpa mengangkatnya terlebih dahulu. Alhasil kursi yang didudukinya tersandung yang mengakibatkan Aura jatuh terjengkang kebelakang dengan posisi kaki terangkat keatas. Kejadian tersebut membuat semua orang yang saat itu berada di tempat foto copyan, termasuk abang-abang penjaga foto copyannya, memperhatikan anak manusia yang terjengkang itu sambil tertawa. Adit yang memang agak jahil hanya garuk-garuk kepala dan akhirnya tertawa juga dengan sangat lepas tanpa membantu Aura untuk berdiri. Dan hal itu membuat Adit menjadi sasaran cubitan tangan Aura ketika sudah pulang ke rumah. Itu adalah satu dari sekian banyak kejadian ceroboh yang dilakukan Aura di hadapan Adit.
           “Ciyeee ada yang kangen sama akuu haha. Iya aku juga kangen sama kamuuu Adit jelek se-Kota Bandung hahaha” ujar Aura dengan candaannya.
           “Kalau jelek ngapain juga kamu mau sama aku? Huuu” timpas Adit dengan nada seolah-olah ia sebal kepada Aura.
           “Haha iyadeeeh. By the way, gak kerasa besok itu kita nikah ya Dit. Kita bakal ketemu tiap hari,  dari bangun tidur sampe mau tidur lagi.” Ujar Aura sambil menerawang.
           “Iya Ra, kamu bentar lagi bakal jadi Nyonya Aditya. Perjalanan cinta kita yang sesungguhnya akan segera dimulai. Aku harap kita akan bersama selamanya, bukan hanya sehidup semati, tetapi sehidup sesyurga. Aamiin” Adit menguraikan harapannya kepada Aura.
           “Aamiin Dit. Makasih ya udah sayang sama aku sampai saat ini, aku harap setelah menikah kamu makin sayang sama aku.” Jawab Aura yang memiliki harapan yang sama seperti Adit.
           “Iya Ra. Aku akan membuat keluarga kecil kita nanti itu seperti makanan kesukaanku. Seperti marshmallow.”
           “Kenapa seperti marshmallow?” tanya Aura kepada Adit.
           “Marshmallow itu manis dan lembut, lalu jika dipanaskan maka akan menjadi lengket dan bahkan bertambah kelezatannya. Kehidupan dalam keluarga pun seperti itu. Kita harus membuat keluarga kecil kita nanti penuh dengan hal-hal yang manis, serta dipenuhi dengan kelembutan dalam saling menyayangi. Hal tersebut akan membuat keluarga kita terasa hangat, dengan kehangatan tersebutlah kita akan seperti marshmallow yang dipanaskan, yaitu kita akan lengket alias tidak bisa tepisahkan. Dan dengan itu juga keluarga kita akan bertambah dan terus harmonis.” Jelas Aditya kepada Aura dengan panjang lebar.
           “Ah Adiiit tumben ya kata-kata kamu penuh makna dan formal kaya gtu haha. Iya kita buat keluarga kecil kita nanti menjadi seperti marshmallow.” Ujar Aura dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
           “Yaudah, sekarang kangen aku udah terobati, kita udahan ya telponannya. Aku harus cek persiapan untuk besok dan kamu juga sama, harus bantu-bantu juga disitu jangan males-malesan kaya putri raja wkwk. Sampai ketemu besok pagi di depan penghulu yaaa, bye. I love you.”
           “Haha iya iya siap bos. Sampai ketemu besok juga, I love you too.”
Aura mengakhiri panggilan di handphone nya. Wajahnya terlihat begitu bahagia. Ia kemudian membantu Ibunya menyiapkan keperluan untuk besok. Besok awal untuk membuat kehidupan seperti marshmallow, gumamnya dalam hati. ~TheEnd
Cerpen ini dimuat dalam buku Antologi Cerpen yang berjudul Marshmallow Stories Vol. 2. Penerbit Ellunar Publisher, April 2016
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Text
THE SWEET 17TH: MAAFKAN AKU BUNDA
 Jam menunjukan pukul 9 malam. Aku masih menanti kepulangan Bunda dari tempat kerjanya. Sepulang sekolah siang tadi aku diam di ruang tamu, menunggu kepulangan Bunda dari kantor. Kemarin Bunda sudah berjanji bahwa akan pulang lebih cepat dari biasanya dan menemaniku makan malam berdua sebagai hadiah ulang tahunku. Ya, hari ini adalah hari dimana usiaku tepat 17 tahun, hari yang begitu spesial bagi setiap remaja seusiaku. Aku tak meminta perayaan yang mewah, aku hanya meminta Bunda pulang lebih cepat dari biasanya dan menemaniku makan malam berdua. Tapi sampai saat ini suara mobil Bunda belum juga terdengar. Bundaaa, kenapa belum pulang juga, apa Bunda lupa dengan hari spesialku ini? batinku bertanya.
               Aku hanya menunggu kepulangan Bunda saja, karena Ayah sedang berada di luar kota jadi tidak mungkin aku memintanya pulang dulu untuk merayakan hari ulang tahunku. Ayah dan Bunda sibuk bekerja, sehingga sering kali aku merasakan kesepian dirumah. Aku yang anak semata wayang mereka setiap hari hanya sendirian dirumah sampai malam. Sebetulnya aku bisa saja pergi main agar tidak merasa kesepian, sayangnya aku ini bukan anak yang suka main keluar rumah, bagiku rumah adalah tempat ternyaman. Ya meskipun seringkali merasa kesepian seperti anak yang kurang perhatian.
               Sudah pukul setengah 11 malam tapi Bunda belum juga pulang. Aku merasakan kecewa yang mendalam atas sikap Bunda yang tidak menepati janjinya untuk makan malam berdua merayakan hari ulang tahunku. Ada kemarahan yang menyeruak di dalam hati.
               “Bunda tega, Bunda jahat!” ujarku sambil meninggalkan ruang tamu dan menuju kamar dengan mata yang sudah terbasahi air mata. Aku mengunci pintu kamar dan langsung masuk ke dalam selimut. Aku menangis sejadi jadinya. Sesak dalam dada yang dirasakan sejak tadi sudah tidak bisa dibendung lagi dan keluar menjadi air mata. Tak lama kemudian aku yang masih menangis mendengar suara mobil Bunda masuk kedalam garasi. Sesaat kemudian suara pintu kamarku diketuk. Bunda yang mengetuk pintu kamarku.
               “Ririn? Kamu sudah tidur? Maafkan Bunda yang melupakan janji Bunda untuk menemani kamu makan malam berdua sebagai peringatan hari ulang tahun kamu.” Ujar Bunda dengan nada penuh rasa salah. Suara Bunda terdengar sayup-sayup ditelingaku yang sudah kelelahan menangis dan akhirnya tertidur, tak mendengar lagi suara Bunda yang masih berusaha memberikan penjelasan kepadaku atas kesalahannya tidak menepati janji di hari ulang tahunku.
               Esoknya aku terbangun dengan mata sembab. Aku masih merasa sebal dan marah pada Bunda. Karena hari ini adalah hari minggu, aku berpikiran untuk jalan-jalan sendirian mengelilingi kota Bandung. Aku turun dari tempat tidurku dan mengambil handuk, kemudian bergegas untuk mandi.
               Jam 8 pagi aku sudah rapi. Tak biasanya di hari minggu pagi aku sudah mandi dan sudah rapi. Aku keluar kamar dan kutemukan Bunda yang sedang memasak. Dari harumnya, dapat kucium bahwa Bunda sedang memasak makanan kesukaanku. Tapi karena saat ini sedang sebal pada Bunda, aku berusaha tidak menghiraukan wangi masakan Bunda yang sangat menggoda.
               “Ririn mau pergi kemana, sayang?” tanya Bunda padaku.
               “Aku mau jalan keluar.” Jawabku dingin pada Bunda.
               “Makan dulu yuk, Bunda lagi masak makanan kesukaan kamu sayang.”
               “Engga ah, aku belum laper. Ririn berangkat. Assalamualaikum.” Aku pamit sambil melangkahkan kaki menuju pintu keluar.
               “Ririn kamu masih marah sama Bundaaa?” teriak Bunda padaku. Aku cepat-cepat pergi, tak menghiraukan Bunda yang sepertinya berusaha mengejarku.
               Aku menaiki bis kota yang menuju ke arah salah satu tempat yang tidak asing di kota ini. Selama didalam bis aku masih termenung. Masih memikirkan kejadian semalam. Masih merasa heran mengapa Bunda sampai lupa pada janjinya untuk makan malam berdua dengan anak semata wayangnya ini. Aku sebal pada Bunda, aku kecewa. Itulah kalimat yang memenuhi pikiranku.
               Akhirnya aku sampai di pusat kota kelahiranku ini. Aku berjalan jalan sendiri. Banyak orang yang menghabiskan hari minggu ini dengan keluarganya. Di sudut lain tempat ini, aku melihat gadis kecil dengan baju lusuh dan kumal sedang duduk sendirian. Terlihat dari penampilannya bahwa anak itu adalah anak jalanan yang biasanya meminta belas kasihan orang-orang yang mengunjungi tempat ini. Usia anak itu bisa diperkirakan sekitar 9 tahunan. Aku melangkahkan kakiku untuk menghampiri gadis kecil tersebut.
               “Hai.” Sapaku pada gadis kecil itu sambil memberikan seulas senyuman padanya. Aku duduk disampingnya. Dia menatapku dan spontan dia pun membalas senyumanku. Senyuman ketulusan.
               “Hai juga kakak.” Ia membalas ucapanku dengan senyuman yang menampilkan sederetan gigi kecilnya. Begitu manis.
               “Boleh kenalan gak? Namaku Ririn, nama kamu siapa?” tanyaku memulai percakapan dengan gadis kecil itu.
               “Boleh kak Ririn, namaku Nina.” Jawabya dengan nada penuh keceriaan yang akhirnya membuatku heran mengapa dia bisa begitu ceria seperti itu, padahal jika dilihat dari penampilannya dia itu kemungkinan berasal dari keluarga kurang mampu.
               “Oh Nina ya. Nina lagi apa?” tanyaku pura-pura tidak tahu apa yang sedang dia lakukan ditempat ini.
               “Hehehe lagi cari uang, Kak. Nina bantu Ibu, kasian kalau Ibu cari uang sendirian, jadi Nina bantuin deh. Gak apa apa deh bantuinnya kaya gini juga, yang penting bisa bantu Ibu.” Ujarnya dengan nada penuh ketulusan. Ya Allah, anak sekecil ini sudah memiliki pemikiran untuk bisa membantu Ibunya. Sedangkan aku sampai saat ini belum sedikitpun terpikirkan untuk mencari uang agar bisa membantu Bunda. Batinku berbicara.
               “Wah Nina hebat ya, masih kecil sudah ingin bantu Ibunya. Ibu Nina pasti bangga ya punya anak kaya Nina.” Aku mengusap kepala Nina. Anak sebaik Nina pasti dilahirkan dari Ibu yang baik juga. Karena seperti pribahasa, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Hanya saja mungkin Ibunya Nina berasal dari orang yang kekurangan, yang mungkin sebetulnya Ibunya Nina pasti tidak ingin Nina membantu mencari uang dengan cara seperti ini, tetapi sekali lagi mungkin karena himpitan ekonomi. “Nina sayang sama Ibunya Nina?” tanyaku padanya.
               “Nina sayang banget sama Ibu, Kak. Ibu baik banget sama Nina. Ibu juga sayang banget sama Nina. Ibu rela kerja jadi tukang cuci, jadi pemulung barang bekas, semuanya demi Nina dan adik Nina. Ibu kerja banting tulang sendirian soalnya Bapaknya Nina udah meninggal. Nina kasian liat Ibu kecapean kerja, makanya Nina mau bantu Ibu dengan cara seperti ini juga.” Jelas Nina padaku dengan tatapan menerawang.
               “Oh gitu ya, hmm Nina pernah marah gak sama Ibu karena Ibunya Nina gak bisa ngasih sesuatu yang Nina pengen?” tanyaku lagi padanya. Ada rasa ingin tahu dalam hatiku mengenai gadis kecil ini dan juga Ibunya.
               “Engga, Kak. Nina gak berani marah sama Ibu, Ibu kan udah baik sama Nina.” Jawabnya padaku.
               “Hmm, oh iya. Nina kalau ulang tahun suka minta hadiah apa sama Ibu?” aku kembali bertanya padanya.
               “Nina gak pernah minta apa-apa dari Ibu, tapi Ibu suka ngasih kejutan buat Nina. Ibu suka bawain lilin diatas kue balok. Ya meskipun kuenya bukan kue ulang tahun yang biasa orang suka pake, tapi Nina udah seneng kok. Ibu baik banget dan inget hari dimana Ibu ngelahirin Nina. Nina gak akan minta apapun dari Ibu, karena jasa Ibu lah yang bikin Nina ada di dunia ini” Ujarnya sambil menerawang dengan mata berbinar. Mulia sekali hati Nina, gadis kecil yang baik.
Enak jadi Nina, meskipun serba kekurangan tapi Ibunya selalu baik padanya. Ibunya selalu memberikan hadiah padanya di hari kelahirannya. Meskipun hadiahnya dengan sangat sederhana. Kenapa Bundaku gak kaya Ibunya Nina sih. Aku kembali berbicara dalam hati. Tiba-tiba aku merasa ingin bertemu dengan malaikat milik Nina tersebut.
               “Kamu baik sekali Nina. Oh iya, rumah kamu dimana? Aku antar kamu pulang ya, nih aku kasih kamu uang jadi kamu ga usah minta-minta lagi untuk hari ini.” Kataku sambil memberikan uang padanya. “Yuk Nin, dimana rumah kamu”.
               “Kakak mau anter aku pulang? Gak usah kakak, rumah Nina jelek dan bau. Nanti kakak gak suka liatnya.” Ujar Nina padaku. Ada sedikit kekhawatiran padanya.
               “Gak apa apa Nina, kak Ririn sekarang jadi temen kamu, jadi gak apa apa dong tau rumah kamu.” Nina terlihat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya iya mengabulkan keinginanku untuk mengantarnya.
               Aku berjalan dengan Nina menyusuri pinggiran jalan raya, hingga akhirnya masuk sebuah gang. Aku memperhatikan keadaan sekitar. Daerah yang cukup kumuh. Banyak rumah yang tak layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Aku masih mengikuti Nina berjalan. Hingga akhirnya Nina berhenti dan menunjuk salah satu rumah.
               “Itu rumah Nina, Kak. Kakak anter Nina sampai sini aja ya. Dadah kak Ririn, sampai ketemu lagi nanti ya.” Nina melambaikan tangan dan pergi meninggalkanku. Aku masih berdiri memperhatikan punggung Nina yang bergerak menjauhiku dan menuju salah satu rumah yang sebetulnya tidak layak disebut rumah.
               Aku berniat untuk pergi dan ketika aku membalikkan badan, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan.
               “Kenapa kamu jam segini sudah pulang? Kenapa uangnya cuma segini? Dasar anak gak tau diuntung!! Sana pergi cari uang lagi!!” Sebuah kalimat kasar terdengar olehku keluar dari mulut seorang wanita disertai dengan suara lemparan benda-benda yang sebetulnya diarahkan pada Nina. Wanita itu ternyata seseorang yang Nina panggil dengan sebutan....... Ibu.
               Nina berlari menghindar dari lemparan benda-benda yang diarahkan padanya oleh wanita itu. Aku yang sejak tadi masih ditempat itu berpapasan dengan Nina yang berlari sambil mengeluarkan tetesan air mata. Nina berhenti sejenak dan menatapku.
               “Nina, wanita itu Ibu mu yang baik hati itu?” tanyaku padanya dengan raut wajah dipenuhi tanda tanya.
               “Ibu gak pernah ada, Kak.” Jawabnya singkat dengan mata basah dan kembali berlari meninggalkanku. Aku melihat ke arah wanita yang aku pikir Ibunya Nina itu. Wanita itu menatapku tajam sambil mengeluarkan asap rokok yang sedang di hisapnya. Aku bergidik ngeri dan berniat berlari untuk mengejar Nina. Tapi Nina sudah menghilang pergi entah ke arah mana.
               Saat kejadian tadi berlangsung ternyata banyak tetangga Nina yang melihat. Aku melihat mereka memperhatikanku. Ada salah satu ibu-ibu yang menyapaku dan bertanya mengenai apa yang terjadi. Kemudian ibu tersebut menjelaskan padaku jika wanita yang tinggal bersama Nina tadi itu bukannya Ibunya, lebih tepatnya bukan Ibu kandungnya. Wanita itu adalah Ibu tirinya Nina. Ibu kandungnya Nina sudah meninggal ketika melahirkan Nina, dan Bapaknya Nina menikah lagi dengan wanita kasar tadi.
               Aku langsung berniat untuk pulang. Diperjalanan aku kembali teringat dengan apa yang ibu-ibu tetangga Nina tadi katakan. Jadi pernyataan Nina mengenai Ibunya yang baik hati itu ternyata hanya sebuah khayalan? Karena sebetulnya Nina belum pernah, bahkan tidak akan pernah bertemu dengan sosok Ibu yang melahirkan dia. Ibu yang penuh kasih sayang dan kehangatan. Nina berkhayal mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu yang selama ini tak pernah ia dapatkan. Karena selama ini Nina hidup bersama Ibu, tepatnya Ibu tirinya yang membesarkan dia dengan cacian dan kekasaran. Nina yang baik, begitu malang nasibmu. Ibu kandungnya Nina pasti adalah orang yang baik hati seperti Nina. Sayangnya, Ibunya sudah meninggal.
               Aku termenung. Mengingat kejadian kemarin dan apa yang telah aku lakukan tadi pagi pada Bunda. Bunda pasti merasa sedih dengan sikapku. Aku sadar, ternyata aku lebih beruntung dari Nina. Aku memang sering merasa kesepian karena kedua orangtuaku yang sibuk bekerja dan juga kurangnya waktu Bunda bersamaku. Tapi setidaknya Bunda masih ada dan sebetulnya Bunda begitu menyayangiku. Dibandingkan dengan Nina yang Ibunya sudah pergi dan tidak akan pernah kembali, bahkan dia sekarang tinggal dengan seorang Ibu tiri yang tidak pernah menyayanginya. Bunda maafkan aku. Aku membatin. Ada setitik air yang jatuh dari kelopak mataku.
               Sesampainya dirumah aku berlari mencari Bunda. Aku sudah berteriak memanggil Bunda dari luar rumah. Aku masuk ke dalam rumah dan aku berlari menuju kamar Bunda, tapi Bunda tidak ada disana.
“Bunda..... Bunda.... Bunda dimana?” teriakku.
Aku berlari menuju dapur, Bunda tidak ada disana juga. Aku menuju halaman belakang sambil berteriak memanggil-manggil Bunda, namun disana juga tidak ada. Dimana Bunda, ucapku dalam hati disertai dengan kegelisahan. Aku masuk kembali kedalam rumah, aku melewati meja makan dan kulihat ada makanan kesukaanku yang tadi pagi dimasak oleh Bunda, namun sepertinya belum dimakan sedikitpun. Aku terduduk dikursi sambil menatap masakan yang ada di meja.
“Bundaaa, Bundaa dimanaaa, maafin Ririn Bunda...” ucapku lirih. Aku tak kuasa menahan air mata, aku harus segera meminta maaf pada Bunda, tapi Bunda dimana. Aku menundukkan wajahku diatas meja dengan beralaskan kedua tangan. Tiba-tiba....
“Selamat ulangtahun Ririn sayang, maafkan Bunda soal yang kemarin, maafkan Bunda yang telat mengucapkan selamat ulang tahun sama kamu.” Ujar Bunda kepadaku mengagetkan sambil memelukku.
Aku terbangun dan langsung memeluk Bunda. “Bundaaa, maafkan Ririn. Maafkan sikap Ririn tadi pagi.”
“Iya tidak apa-apa sayang, wajar kamu marah karena Bunda yang gak menepati janji Bunda kemarin. Bunda kemarin ada meeting mendadak sayang, jadi pulangnya hingga larut malam.” Jelas Bunda kepadaku. Aku baru menyadari ternyata sedari tadi ada Ayah yang memperhatikan aku dan Bunda sambil membawa kue ulang tahun.
               “Ayah? Kok Ayah udah pulang sih?” tanyaku penuh keheranan.
               “Ayah menyempatkan pulang dulu, tadi pagi Bunda telepon Ayah. Katanya princesnya Ayah ngambek sama Bunda.” Jawab Ayah sambil meledekku.
               “Aaaaa terimakasih Bunda, Ayah. Maafin sikap Ririn tadi pagi ya Bun. Ririn sayang Ayah sama Bunda.” Aku memeluk Bunda dan Ayah bergantian.
               Akhirnya aku bisa merayakan ulangtahun bersama Ayah dan Bunda. Aku tiba-tiba teringat bahwa aku kemarin ulang tahun di tanggal 21 Desember, berarti hari ini tanggal 22 dan artinya hari ini adalah hari Ibu.
“Bunda, hari ini tanggal 22 Desember. Selamat hari Ibu ya Bunda, Ririn sayaaaang banget sama Bunda.” Ucapku sambil kembali memeluk Bunda dengan penuh rasa sayang.
Akhirnya aku merayakan ulang tahun ke-17 sekaligus merayakan hari Ibu dengan keluarga yang lengkap. Selain itu aku juga mendapat pelajaran berharga di usia baruku ini. Aku harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini, aku harus lebih bersyukur dengan orang tua yang masih lengkap dan begitu menyayangiku, terutama Bunda. Karena ditempat lain, ada orang yang tidak seberuntung dengan apa yang aku miliki saat ini. Seperti Nina contohnya.
Oh ya, bagaimana keadaan Nina setelah hari tadi ya? Semoga dia baik-baik saja. Nanti aku akan menyempatkan waktu untuk menemuinya kembali, pikirku. ~ THE END
0 notes
oleoredvelvet · 8 years
Text
Hai, Negeri Sakura!
           Aku menatap ke arah jendela yang dihiasi dengan hamparan awan-awan putih diluarnya. Saat ini aku berada didalam pesawat yang membawaku terbang dari Indonesia menuju salah satu negara yang sejak dulu aku idamkan untuk bisa mengunjunginya.
Aku tak menyangka jika anganku kini menjadi nyata. Rasanya seperti mimpi. Mengingat aku hanyalah anak dari seorang tukang kebun, sungguh mustahil bisa menginjakkan kaki di negeri yang terkenal dengan bunga sakuranya tersebut. Namun tidak ada yang tidak mungkin untuk Dia mengabulkan mimpi serta harapan yang dibersamai dengan do’a dan usaha yang kuat, yang akhirnya bisa mengantarkanku untuk menginjakkan kaki di negeri sakura tersebut.
           Berawal dari empat tahun yang lalu, aku lulus dari salah satu SMA negeri di Bandung. Sebelumnya namaku, Mira Santika, telah dinyatakan lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri dengan jalur SNMPTN Undangan. Ini adalah kebahagian terbesar untukku. Aku bisa menimba ilmu yang lebih banyak lagi di bangku perkuliahan. Aku tahu saat itu sebetulnya Ayah merasakan kebahagiaan yang aku rasakan, namun sekaligus merasa kebingungan. Ya aku paham, uang gaji bulanan ayah tidaklah besar, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saja.
           “Ayah gak perlu bingung untuk masalah uang kuliahnya. Mira akan cari kerja sampingan nanti. Mira juga akan mencari beasiswa.” Ujarku pada Ayah dengan raut wajah meyakinkan.
           “Ayah juga akan berusaha untuk mecari uang tambahan lain, Mira. Semoga Allah selalu memberi kemudahan kepada keluarga kita.” Jawab ayah sambil menyunggingkan senyum getir di wajahnya. Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian sambil mengucapkan terimakasih.
           Di tahun pertama kuliahku, aku disibukkan dengan berbagai jurnal dan laporan praktikum. Ya karena jurusan yang aku ambil adalah Kimia, jurusan yang mengharuskan aku lebih banyak melakukan praktikum di laboratorium. Entahlah mengapa dulu aku memilih jurusan tersebut. Jurusan yang menurut orang-orang begitu memusingkan kepala, jurusan yang katanya adalah jurusan neraka. Tapi aku menikmatinya. Tak begitu banyak kesulitan yang aku temui di tahun pertama kuliahku. Aku berhasil meraih indeks prestasi diatas tiga koma pada saat itu.
           Di tahun kedua, akhirnya aku menemui banyak rintangan. Saat itu aku menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa di jurusan, menjadi karyawan di salah satu butik, serta aku yang memang pada dasarnya adalah seorang mahasiswa. Aku dituntut untuk bisa membagi waktu seadil-adilnya antara organisasi, pekerjaan dan terutama perkuliahan yang sudah pasti menghadirkan banyak tugas. Tapi nyatanya aku tidak pandai mengatur waktu. Aku kelimpungan dengan tiga kegiatan tersebut yang pada akhirnya berimbas pada nilai kuliahku saat itu. Nilai-nilaiku seperti menunjukkan kecintaanku pada Kimia, banyak mengandung rantai karbon alias banyak huruf C nya haha. Rasanya ingin menangis sambil tertawa melihat nilai yang aku dapat hasilnya seperti itu.
           Menginjak di tahun ketiga, aku bertekad untuk bisa memperbaiki nilai yang jemblok di semester-semester lalu. Aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku harus bisa membuat nilai indeks prestasiku naik lagi. Aku berhenti aktif di organisasi. Saat itu kegiatanku jadi hanya kuliah dan kerja. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu. Aku membutuhkan uang untuk menambah uang biaya kuliah, karena beasiswa yang aku dapatkan ternyata tak bisa memenuhi uang pembayaran untuk kuliah. Sepulang kuliah aku harus langsung bergegas ke tempat kerja. Lelah sebetulnya, tapi aku berusaha untuk tidak menghiraukannya. Hingga pemilik butik tempat aku bekerja pun keheranan dengan rutinitasku yang setiap hari bekerja sepulang perkuliahan.
           “Mira, apa kamu gak ngerasa cape habis kuliah terus langsung kesini buat kerja?” tanya bu Yanti kepadaku disela-sela pekerjaan. Bu Yanti adalah pemilik butik tempat aku bekerja, beliau wanita cantik nan baik hati. Alhamdulillah aku bersyukur memiliki atasan sepertinya, bu Yanti membebaskan aku untuk datang ke butiknya tersebut sesuai jadwal kuliahku.
           “Enggalah bu. Aku ini kan wonder women, cewek strong alias tahan banting hahaha.” Tukasku sambil tertawa.
“Dasar kamu ini hahaha. Tapi ibu sangat salut dengan semangatmu, jangan sampai semangatmu itu memudar ya.” Ujar bu yanti kepadaku disusul dengan anggukan kepalaku dengan tegas.
Begitulah setiap kali aku ditanya mengenai lelah atau tidaknya bekerja sambil kuliah. Aku lebih memilih untuk selalu menjawab dengan penuh candaan seperti itu. Aku tak mau mengeluh hanya karena kelelahan. Aku harus memperjuangkan hidupku. Aku harus menyelesaikan kuliahku dan aku harus membahagiakan kedua orangtuaku serta mebuatnya bangga juga. Itu janjiku selama ini.
Sepulang aku bekerja, aku harus bergelut dengan setumpuk tugas kuliah. Aku begitu menikmati rasa lelah yang menghinggapi sekujur tubuhku. Biasanya aku mengerjakan tugas-tugas dan laporan praktikum yang menumpuk itu hingga dini hari, setelah itu aku tidur sebentar. Selain itu, aku pun selalu berusaha untuk melaksanakan sholat malam. Aku begitu percaya, do’a yang dipanjatkan seorang hamba di sepertiga malam terakhir itu akan dikabulkan oleh-Nya. Selain itu, menemui-Nya di waktu orang lain sedang terlelap adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa kelelahan yang dirasakan tubuhku. Dia selalu menghaspus rasa lelahku itu.
Tak banyak orang sepertiku yang harus kuliah sambil dibarengi mencari uang pula. Akhirnya sampailah aku ditahun keempat kuliah. Tahun terakhir aku berada dikampusku. Tahun dimana aku harus berjuang untuk mengerjakan penelitian serta menyelesaikan skripsi berikut rentetan sidang-sidangnya.
Sungguh Allah itu Maha Baik. Aku dipertemukan dengan dosen pembimbing skripsi yang sangat baik hati. Pak Luqman namanya. Beliau selalu memberi motivasi kepada mahasiwa-mahasiswa bimbingannya. Beliau sangat membantu penelitian mahasiswa bimbingannya. Impian beliau adalah membuat mahasiswa bimbingannya untuk bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri, ke negara Jepang terutama. Sejak saat itu aku menjadi terobsesi untuk mendapatkan beasiswa agar bisa melanjutkan kuliah di negeri sakura tersebut.
Namun banyak sekali hambatan yang harus dilalui. Dimulai dari IPK yang minimal harus berada di angka 3, yang akhirnya menuntut aku untuk belajar lebih rajin agar nilai yang aku dapat di semester tujuh serta nilai tugas akhirku besar. Kemudian kemampuan berbahasa inggrisku pun sangat minim. Dan hal-hal lain lain yang membuatku harus bekerja sangat keras jika ingin mewujudkan impianku mendapatkan beasiswa melanjutkan study ke Jepang.
“Kalian bisa, jika kalian betul-betul ingin mecapai keinginan kalian, kalian harus berusaha dengan sekuat tenaga, dengan kekuatan penuh. Tidak lupa juga harus dibarengi dengan do’a. Kalian bisa!” itulah kalimat yang sering aku dengar dari mulut Pak Luqman.
Aku memulai penelitian untuk skripsiku. Dan dalam waktu bersamaan Pak Luqman ternyata mendaftarkan mahasiswa bimbingannya untuk mengikuti publikasi jurnal penelitian yang saat ini sedang dilakukan di kegiatan International Science Conference, salah satu ajang kegiatan bergengsi untuk bisa mempublikasikan hasil penelitian yang kita kerjakan ke seluruh dunia. Aku semakin bersemangat untuk mengerjakan penelitian dan juga belajar berbahasa inggris.
Singkat cerita, hasil penelitianku bersama mawasiswa-mahasiswa bimbingan Pak Luqman yang lain ternyata lolos dalam kegiatan ISC tersebut dan akhirnya hasil penelitian kami tersebar luas ke seluruh dunia. Sungguh kebahagiaan yang tiada duanya bisa mengharumkan nama universitasku juga. Setelah itu aku lulus sidang skripsi dan juga IPK ku bisa mencapai tiga. Alhamdulillah, kerja kerasku selama ini tak sia-sia. Ayah, Ibu, semua yang aku raih ini hanya untuk sepasang senyuman di wajah kalian berdua.
Selepas wisuda, aku mendapat kabar yang sungguh mencengangkan. Sebelumnya aku sudah mendaftar dan megikuti seleksi untuk mendapatkan beasiswa, dan ternyata saat itu aku dikabarkan lolos seleksi mendapat beasiswa dan diterima di salah satu universitas di Jepang. Alhamdulillah, Ya Rabb terimakasih untuk semua kejutan-Mu ini. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha sekuat tenaga, meskipun terlihat mustahil namun hal yang mudah bagi-Nya untuk membuat semuanya berakhir indah. Yang aku pahami dan aku rasakan bahwa janji-Nya itu pasti.
0 notes
oleoredvelvet · 10 years
Link
Suatu hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuat tertarik. Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggal. Cukup bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara. Kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetap jadilah diri sendiri. Kamu pun tidak (dan...
4K notes · View notes
oleoredvelvet · 10 years
Photo
"La tahzan Innallaha ma’ana"
Don’t be sad. Allah is with us. [9:40]
Tumblr media
783 notes · View notes