Tumgik
#Zhafira Athifah Sandi
earlyowls-blog · 7 years
Text
Sharenting: The Laughs, The Cries, and The “Fun”
Bagi kalian yang lahir di tahun 1990-an, pasti pernah menyimpan foto-foto masa kecil kalian di album foto keluarga. Foto-foto tersebut menjadi hal yang bersifat pribadi dan tidak untuk dilihat oleh banyak orang, bukan? Berbeda halnya dengan anak-anak kelahiran tahun 2010-an yang lahir di masa Facebook, Twitter, Instagram dan situs jejaring sosial lainnya tengah berkembang, foto-foto dan video masa kecil mereka diunggah secara rutin oleh orang tuanya ke media sosial dan menjadi konsumsi banyak orang.
Kegiatan mengunggah foto ini disebut sharenting, gabungan dari kata share dan parenting. Menurut Alicia Blum-Ross, seorang peneliti dari  LSE Department of Media and Communications, sharenting adalah kegiatan orang tua yang mengunggah foto, video, dan cerita tentang anak-anak mereka di dunia maya, seperti dalam situs jejaring sosial dan blog. Sharenting mungkin istilah yang masih asing, namun belakangan mulai banyak penelitian terkait isu ini.
Dari sudut pandang perkembangan teknologi dan komunikasi, fenomena ini bisa dilihat dari sisi positif dan negatif sebagai berikut.
The Laughs (sisi positif)
Menghubungkan dengan sanak saudara
Fungsi media sosial pada awalnya untuk menghubungkan orang-orang yang terpisah jauh, seperti yang dilakukan oleh Retno Hening Palupi, seorang ibu asal indonesia yang tinggal di Muscat, Oman, ia memiliki anak yang bernama Kirana. Selama di Oman, Retno sering mengunggah foto dan video Kirana di Instagram agar keluarga di Indonesia bisa tetap mengikuti perkembangan Kirana.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata tak hanya keluarga yang terhubung, tetapi banyak pengguna Instagram yang menemukan dan menyukai tingkah lucu Kirana. Jumlah pengikut akun Instagram @retnohening tersebut semakin bertambah banyak dan mereka sering meminta foto-foto dan video baru dari Kirana.
Tumblr media
Sharing ilmu parenting
Masih mengambil contoh Retno dan Kirana, salah satu alasan mengapa Kirana menjadi viral adalah karena sang ibu sering menggunggah video dan foto cara dia mengasuh Kirana, misalnya dengan memberikan Kirana permainan edukatif, mengajarinya baca buku, dan menerapkan perilaku disiplin sejak dini. Hal ini menginspirasi banyak orang tua lainnya, bahkan hingga Retno diajak oleh pihak penerbit untuk membuat buku seputar memahami anak berjudul “Happy Little Soul”.
Tumblr media
The Cries (sisi negatif)
Pemanfaatan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
Karena sifat media sosial yang terbuka dan dapat dilihat oleh siapa saja, foto dan video anak yang diunggah oleh orang tuanya rawan dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk tindak kejahatan. Salah satu contohnya adalah kasus akun @jualbayimurahsangat yang sempat menggemparkan para orang tua di dunia maya. Akun tersebut mengunggah berbagai foto bayi yang didapatkannya dari media sosial dengan caption seakan-akan mereka dijual. Beberapa korbannya antara lain selebriti tanah air seperti Ruben Onsu, Ayu Ting Ting, dan Raffi Ahmad.
Masalah ini berkaitan dengan privasi dan hak cipta ketika kegiatan sehari-hari anak yang awalnya berada pada ranah privat menjadi konsumsi publik dengan adanya media sosial. Oleh karena itu, untuk menghindari tindak kejahatan dari oknum yang tidak bertanggung jawab, para orang tua perlu mengetahui dan memahami privacy policy dari platform yang digunakan. Menurut terms of service Instagram, hak cipta unggahan foto orisinil memang milik pengunggah, tetapi Instagram bebas menggunakan foto-foto tersebut sekaligus membebaskan siapapun untuk menggunakannya secara gratis. Selain itu juga penting untuk memerhatikan regulasi tentang perlindungan anak di negaranya.
Di Indonesia sendiri memang belum ada peraturan legal yang mengatur khusus mengenai hal ini. Berkaca pada contoh regulasi di Amerika Serikat pun, Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA) masih sebatas melindungi anak-anak di bawah usia 13 tahun yang beraktivitas di dunia maya, tetapi belum sampai pada situasi jika orang tua yang mengunggah konten seputar anak-anaknya sendiri.
Digital Footprints
Bayangkan apabila anak-anak dari orang tua yang aktif melakukan sharenting telah tumbuh dewasa; apa yang diunggah orang tuanya bersifat permanen dan tidak dapat dihilangkan meskipun postingan tersebut sudah dihapus. Kemungkinan besar postingan tersebut telah di-repost atau disimpan oleh orang lain, sehingga suatu saat nanti dapat dimunculkan kembali. Apa yang dilakukan oleh para sharents sebenarnya adalah membangun identitas digital bagi anaknya. 
Sebagai bayangan, saat ini saja banyak perusahaan yang membuat pertimbangan  berdasarkan akun sosial media pelamar, apa jadinya ketika tiba waktunya anak-anak dari para sharents ini untuk melamar pekerjaan? Segala tahapan dari kehidupan mereka bisa diakses via Internet, bahkan sejak mereka masih di dalam perut, dengan ibu yang saat itu bangga mengunggah foto hasil ultrasound di media sosial. Masalah dengan digital footprint ini kembali terkait dengan privasi. Perlu diingat bahwa setiap unggahan di Internet sebenarnya menyimpan meta-data, seperti lokasi dan informasi lainnya yang bisa disalahgunakan. Dalam terms of services Instagram tertulis bahwa mereka berhak menggunakan dan membagikan data-data dari penggunanya tanpa sepengetahuan pemilik.
The “Fun” (dilema)
Endorsement
Tumblr media
Anak-anak yang terkenal di media sosial kemudian dapat mendatangkan profit dari berbagai endorsement, biasanya seputar mainan, pakaian dan makanan, ditambah orang tuanya mendapatkan uang. Ini tentu saja sangat menguntungkan bagi si orang tua dan anak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah consent; apakah orang tua meminta persetujuan sang anak sebelum memposting foto atau video mereka ke media sosial? Apalagi dalam situasi endorsement yang berarti untuk keperluan profit. Mungkin mereka masih anak-anak dan belum paham, tetapi pada dasarnya mereka juga punya hak privasi. Jika anak sudah mulai bisa diajak ngobrol, alangkah baiknya jika orang tua membiasakan menanyakan dulu apakah foto dan video-nya boleh diunggah dalam situasi apapun, bukan hanya saat endorsement.
Kesimpulan
Masalah apakah sharenting baik atau buruk sebenarnya kembali lagi pada praktik yang dilakukan pada batasan-batasan tertentu. Orang tua yang melakukan sharenting perlu ekstra hati-hati dan memiliki literasi digital yang baik agar tidak merugikan keluarga sendiri. Anggota keluarga yang lain pun bisa ikut mengingatkan. Pada akhirnya, slogan ‘think before you post’ harus selalu diingat dan diterapkan, karena apapun yang kita unggah memiliki konsekuensi di masa depan.
youtube
Referensi:
http://law.emory.edu/elj/content/volume-66/issue-4/articles/sharenting-children-privacy-social-media.html
Lafrance, A. (2016, October 6). The Perils of 'Sharenting'. Retrieved from The Atlantic: https://www.theatlantic.com/technology/archive/2016/10/babies-everywhere/502757/
The London School of Economics and Political Science. (n.d.). ‘Sharenting:’ Parent bloggers and managing children’s digital footprints. Retrieved from LSE: http://blogs.lse.ac.uk/parenting4digitalfuture/2015/06/17/managing-your-childs-digital-footprint-and-or-parent-bloggers-ahead-of-brit-mums-on-the-20th-of-june/
Steinberg, Stacey. (2017, May 17). Sharenting - in whose interests? in Parenting for a Digital Future. The London School of Economics and Political Science. Retrieved from LSE: http://blogs.lse.ac.uk/parenting4digitalfuture/2017/05/17/sharenting-in-whose-interests/
https://www.ftc.gov/tips-advice/business-center/guidance/complying-coppa-frequently-asked-questions#Privacy Policies and
http://www.npr.org/sections/health-shots/2016/10/28/499595298/do-parents-invade-childrens-privacy-when-they-post-photos-online
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150911162545-12-78142/polisi-tangkap-pelaku-penjual-anak-artis-melalui-media-sosial/
instagram.com/retnohening
instagram.com/babymoonella
63 notes · View notes
earlyowls-blog · 7 years
Video
youtube
“I don’t trust technology. I don’t wanna talk about leaks. It freaks me out.”
Teknologi memang memiliki pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali industri musik. Salah satu hal yang paling ditakuti oleh para musisi sebagai dampak perkembangan teknologi adalah semakin mudahnya pembajakan. 
Dalam video tersebut, Entertainment Tonight meliput tentang bagaimana Recording Industry Association of America (RIAA) melakukan pemberantasan pembajakan musik. Bekerja sama dengan Homeland Security, mereka memantau situs-situs yang melakukan pembajakan dan menyelidiki hingga akarnya.
1 note · View note
earlyowls-blog · 7 years
Link
Sepuluh tahun yang lalu, Jill Filipovic mempublikasikan artikel “Blogging While Female: How Internet Misogyny Parallels Real-World Harassment”. Sady Doyle memperkenalkan hashtag #mencallmethings pertama kali pada tahun 2011. Apa yang dilakukan keduanya kurang lebih adalah menunjukkan perlakuan buruk yang harus dihadapi oleh para perempuan yang menggunakan platform online untuk bersuara. 
Di tahun 2017 ini, hal serupa masih terjadi. Salah satunya adalah pada Lamyaa, seorang remaja keturunan Arab yang tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat. Seperti kebanyakan anak muda saat ini, ia cukup aktif dalam media sosial. Ketika sedang berdiskusi dalam group chat tentang kebijakan-kebijakan politik Trump, Lamyaa pun mengutarakan pendapat tegas dari sudut pandang perempuan Muslim. Yang terjadi justru salah satu anggota group chat menyerang Lamyaa.
“Stop defending Islam B***h shut up you couldn’t take that scarf off or your dad would beat your ass.” 
Untuk membuktikan stereotipe yang salah tentang Islam, Lamyaa segera mengirim pesan singkat kepada sang ayah, yang kemudian membuat kejadian ini viral. 
Sementara portal berita lebih banyak menekankan pada percakapan antara Lamyaa dan ayahnya tentang kewajiban ber-hijab, sebenarnya poin yang cukup penting juga di sini adalah bagaimana Lamyaa (dan masih banyak orang lain di luar sana) mengalami kebebasan berpendapat semu di Internet, opini dan pemikiran yang mereka sampaikan seakan tertutup dengan identitas mereka sebagai minoritas, baik dilihat dari gender, seksualitas, ras, dan/atau agama.
2 notes · View notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Bermain Barbie dalam Transmedia Storytelling
Transmedia storytelling bisa dimulai dari mana saja. Beberapa yang kita kenal di antaranya dari buku (Harry Potter), komik (The Avengers), film (Star Wars), serial TV (Star Trek), video game (Resident Evil), kartun (Scooby-Doo), hingga teater (Grease). Produk mainan juga bisa menjadi batu pertama dari pengisahan transmedia, seperti yang cukup sukses dilakukan oleh Lego. Tapi bukan itu yang akan dibicarakan kali ini. Instead, I'm going to take you on a ride to the Barbie universe.
Tumblr media
Lahir tahun 1959 dalam wujud boneka cantik, Barbara Millicent Roberts atau lebih dikenal dengan sebutan Barbie sudah menjadi household name dan kerap mengembangkan ceritanya ke dalam berbagai bentuk hingga saat ini. Selain jutaan versi boneka yang bisa dikoleksi, Barbie telah merilis sejumlah buku novel, komik, dan film untuk memberikan perluasan cerita terhadap karakter-karakter dalam dunianya.
Tumblr media
Barbie tidak pernah sendiri, tapi ada Ken, Teresa, Skipper, Stacie, Chelsea, dan sebagainya. Ada beberapa karakter Barbie yang tidak pernah muncul dalam bentuk boneka, seperti orang tua Barbie, tapi mereka ada di buku. Barbie juga pernah diceritakan putus dari Ken, dan menjalin hubungan dengan boneka lain bernama Blaine sebagai bagian dari marketing campaign oleh Mattel ke media-media berita.
Tumblr media
Ada beberapa jenis film Barbie jika dilihat dari cara berceritanya. Pertama, Barbie sebagai narator cerita sekaligus memerankan tokoh utama yang berbeda dalam inti cerita (Barbie dan Clara di The Nutcracker). Kedua, Barbie sepenuhnya sebagai karakter cerita lain (Elina di Fairytopia). Ketiga, Barbie as herself (A Fashion Fairytale). Barbie dan Ken juga pernah muncul di film animasi Disney Pixar, Toy Story 2 dan Toy Story 3. Seiring berkembangnya teknologi media interaktif, Barbie pun hadir dalam bentuk video dan mobile games serta aktif di media sosial ala selebgram dengan feed estetis. Pada tahun 2012, Barbie meluncurkan web series Life in the Dreamhouse di YouTube. Selang tiga tahun, Barbie mulai menjadi video blogger di mana ia cukup aktif mendengarkan saran-saran konten dari penonton di kolom komentar. 
youtube
Setiap kehadiran Barbie dalam teks media yang berbeda menyumbang potongan-potongan fakta dan trivia yang membuat audiens semakin memahami kehidupan Barbie dan teman-temannya. Konsep ini disebut juga additive comprehension menurut Neil Young (Jenkins, 2006). Tak bisa dipungkiri juga bahwa transmedia storytelling yang dilakukan oleh perusahaan Mattel dengan Barbie membentuk sinergi yang lebih berorientasi pada ekonomi, misalnya dengan penjualan boneka Barbie dan berbagai peralatan sehari-hari bernuansa Barbie yang dijadikan merchandise. Ada tempat-tempat fisik yang bisa dikunjungi pecinta Barbie, seperti Barbie Store dan Barbie Cafe yang membuka cabang juga di Jakarta, menunjukkan seberapa mendunianya boneka asal Amerika Serikat ini.
youtube
Sifat boneka Barbie pada dasarnya memungkinkan pemain untuk berkreasi dengan ceritanya sendiri, seperti PhilippineFashionDoll TV di YouTube yang membuat show Miss Universe menggunakan koleksi boneka miliknya. Selain itu, posisi Barbie yang cukup signifikan dalam budaya populer dunia telah menghasilkan proyek kerja sama yang menarik dan membuka segmen audiens Barbie untuk orang-orang dewasa, ketimbang anak-anak yang menjadi target utama. Museum Louvre di Paris, Prancis pernah mengadakan eksibisi koleksi Barbie. Untuk ulang tahun Barbie ke-50, sejumlah desainer couture seperti Michael Kors, Calvin Klein, Anna Sui dan Diane von Furstenberg berpartisipasi dalam runway show spesial. 
Tumblr media
What I’m trying to say in conclusion, with transmedia storytelling, we live in a Barbie world after all.
Referensi: 
Jenkins, Henry. 2007. Transmedia Storytelling 101. http://henryjenkins.org/2007/03/transmedia_storytelling_101.html
https://www.newkadia.com/?Barbie_Comic-Book-Covers=359%257C41
https://www.pinterest.com/pin/539095017872070410/
http://www.listchallenges.com/complete-list-of-barbie-movies
2 notes · View notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Worlds Collide in Remix Culture #1: Unexpected Musicals
Here are two of my favorite things combined: Top 40 music meets Disney musical. 
youtube
youtube
The best examples of this kind of creative work (mash-up/remix) are often marked by a reframing of the original narrative, and so produce a fresh perspective on both the source material and the context in which it first existed. 
Waktu mendengar lagu-lagu legendaris dari Britney Spears dan hits dari Justin Bieber, tak pernah terpikirkan ternyata lagu-lagu tersebut bisa disusun untuk menceritakan jalan cerita dongeng klasik Beauty and the Beast. Tapi otak kreatif Todrick Hall dan PattyCake Productions memungkinkan hal itu terjadi.
Hal ini merupakan salah satu contoh remix culture, dengan menggabungkan elemen-elemen budaya populer ke dalam satu bentuk baru. Lebih tepatnya, apa yang dilakukan oleh mereka adalah perwujudan read-write culture, yang artinya aktif mengkonsumsi dan mengnterpretasi konten untuk menjadi inspirasi produksi konten baru di kemudian hari.
Fandom relies on remix culture
Remix culture sebenarnya mengingatkan saya kepada budaya fandom, yang seringkali melakukan praktik remix dan mashup sebagai bentuk apresiasi dan bahan obrolan antara penggemar dari cerita tertentu, baik itu film, musik, serial TV, buku, dan masih banyak lagi. So being the multifandom that I am, saya akan menunjukkan beberapa video favorit pribadi fandom dan remix cultures ini pada post berikutnya.
Referensi: 
https://techcrunch.com/2015/03/22/from-artistic-to-technological-mash-up/
Lessig, Lawrence (2008) Remix: making art and commerce thrive in the hybrid economy, pp.23-31
1 note · View note
earlyowls-blog · 7 years
Text
Genius.com: The Wikipedia of Music
Wikipedia sering dijadikan contoh praktik produsage dan collective intelligence karena cara kerjanya yang menekankan pada kotribusi pengguna terhadap konten. Dengan konsep yang sama dengan Wikipedia, pecinta musik punya yang namanya Genius.com.
Tumblr media
Siapapun bisa mendaftar untuk menjadi anggota di situs tersebut dan memiliki akses untuk posting informasi seputar musik, antara lain lirik lagu beserta penjelasan makna dan konteksnya, biodata musisi, data diskografi, hingga fakta-fakta menarik di balik lagu dan album. Konten-konten yang ada di Genius.com ini terus menerus bertambah, dikembangkan, dan diperbaiki oleh anggota komunitasnya seiring berjalannya industri musik itu sendiri. Setiap anggota dapat saling merevisi hasil tulisan satu sama lain. 
Tumblr media
Salah satu ciri khas produsage lainnya adalah keberagaman producer-users (produsers), yakni bertemunya amatiran dan profesional untuk berkolaborasi dalam satu forum yang sama. Begitu juga di Genius.com, ada sejumlah musisi yang tergabung langsung, dengan profil yang ditandai khusus sebagai verified artist. Dengan hadirnya orang-orang yang memang terlibat dalam industri, konten-konten Genius pun tak hanya asumsi belaka, tapi bisa terkonfirmasi. Selain itu, Genius.com juga memiliki pembagian peran seperti editors, contributors, mediators, moderators, dan staff yang bisa diraih dalam kurun waktu tertentu dan dengan pencapaian tertentu selama menjadi partisipan. 
More info: https://genius.com/Genius-how-genius-works-annotated
Referensi: 
Bruns, Axel (2007). Produsage: Towards a Broader Framework for User-Led Content Creation. In Proceedings Creativity & Cognition 6, Washington, DC.
1 note · View note
earlyowls-blog · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
That one time The Simpsons Movie (2007) predicted NSA's invasion of privacy, which was later revealed by Edward Snowden in 2013.
Well, maybe they don’t spy on us using a train conductor robot, but there are mobile phones, CCTV, e-mail inboxes, dating app profile, application forms, tweets, wall posts, webcams, credit card records, smart TVs, and the list goes on.
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=IO6qZcDaBlU
Somehow, maybe we’re fine with the government eavesdropping on fugitives, but not on our own casual conversations. But guess what? To them, seems like we’re all possible suspects.
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Link
Aplikasi-aplikasi yang kita pakai sehari-hari sebenarnya telah melanggar privasi kita, terutama berkaitan dengan pemanfaatan data pribadi pengguna untuk keperluan industri sampai keterkaitan dengan dunia politik.
Sebagai pengguna Internet yang bijak, penting bagi kita untuk aware mengenai hal ini dan lebih berhati-hati. We have to be smarter than the technology! 
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Patriarchy pits women against each other. It even drives them into using sexist remarks as a form of 'criticism', when it's clearly (cyber)bullying.
Video source: Glee 1x01 "Pilot"
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Worlds Collide in Remix Culture #2: Crack videos and Crossovers
All cultural artifacts are open to re-appropriation. As with much else, technology has made this process easier and more visible. The news report, the cult TV show, the summer blockbuster, the chart hit or iconic photograph – all are open to endless reinterpretation by anyone with the right software.
Ada satu kegiatan menarik yang sering dilakukan oleh fandom yang bisa membuktikan kutipan di atas. Let me introduce you to what we call as crack videos. 
Menurut pengertian dari fanlore.org:
Crack vids are a phenomenon in some TV and anime fandoms. These are vids that edit, mashup, and remix the canon footage to humorous effect.
Crack videos biasanya akan menggabungkan potongan-potongan adegan dengan konten media lain yang terlepas dari konteks tayangan aslinya, misalnya latar lagu, adegan dari serial atau film lain, foto, teks tulisan, efek suara, dan sebagainya. 
youtube
youtube
Selain crack videos, terdapat juga fanmade crossovers yang menghadirkan visualisasi dari imajinasi-imajinasi lintas cerita dan genre. Seperti halnya yang dilakukan oleh Elle Mills melalui video-video unggahannya di YouTube yang memberikan jawaban dari pertanyaan seperti, “bagaimana kalau Edward Cullen pergi ke Camp Rock?” dan “bagaimana jadinya jika serial Glee bergenre horror?”
youtube
youtube
Referensi:
https://techcrunch.com/2015/03/22/from-artistic-to-technological-mash-up/
https://fanlore.org/wiki/Crack
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Video
youtube
Pada saat terjadi wabah SARS di Cina (2005), tsunami di Aceh (2004), dan pengeboman di London, SMS dan MMS menjadi media utama untuk menyebarkan informasi dan berkomunikasi dengan satu sama lain, bahkan ketika media arus utama atau pemerintah tidak dapat memberikan informasi yang cukup untuk warganya.
Tahun 2014, jejaring sosial Facebook merilis fitur ‘Safety Check’ untuk fungsi yang kurang lebih sama dengan SMS dan MMS 10 tahun yang lalu pada saat musibah terjadi. Awalnya, Facebook yang menentukan musibah apa yang perlu pengaktifan 'Safety Check’, hingga kemudian menuai kritik karena dianggap tidak membantu di semua kejadian yang terjadi di dunia, contohnya saat kejadian Bom Sarinah sehingga warga Jakarta sendiri yang harus membuat hashtag #SafetyCheckJKT.
Mulai pertengahan 2016, akhirnya Facebook membuat sistem community-generated Safety Check dengan ciri utama: ketika banyak orang di lokasi GPS yang sama memposting tentang musibah yang sama, maka Safety Check akan aktif secara otomatis.
Maka dari hal tersebut terlihat bagaimana ada perpindahan power yang memungkinkan pengguna Facebook sebagai pencetus informasi bagi khalayak luas, dibandingkan sekedar menunggu dan menerima informasi secara pasif. Dengan kata lain, khalayak didorong untuk berperan lebih aktif sebagai citizen journalists menggunakan mobile phone masing-masing yang dilengkapi aplikasi Facebook untuk membagikan informasi tentang keadaan di sekitar, bisa dalam bentuk foto, video, ataupun menulis status singkat.
Sumber:
https://www.cnet.com/news/facebook-safety-check-users-activate/
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
The Sims Mods: Renegosiasi Hubungan Produsen-Konsumen
Pepatah “manusia tidak pernah puas” tepat untuk menggambarkan komunitas pemain The Sims yang selalu aktif modding—membuat mods. Apa itu mods?
Ketika masuk ke dalam permainan The Sims, pemain akan diminta menyusun karakter Sim sendiri dari wajah, rambut, dan pakaian, bahkan kepribadian dan pekerjaan sesuai keinginan pemain.
youtube
Tapi, kenyataannya, pilihan desain yang ada di The Sims dirasa terbatas, sehingga mendorong mereka untuk memodifikasi aplikasi The Sims untuk memperluas pilihan. Pemain membuat sendiri desain yang kemudian diintegrasikan ke dalam permainan dengan mengutak-atik file game tersebut. Inilah yang dinamakan mods.
Tumblr media
Ada banyak forum komunitas yang menjadi wadah pertukaran mods, seperti https://thesimsresource.com/ (sumber foto di atas) | http://modthesims.info/ | http://sims4downloads.net | http://thesimscatalog.com dan masih banyak lagi.
Melihat para pemain sibuk modding, pencetus game The Sims, Will Wright memberikan statement berikut.
“In some sense the fans are kind of co-developing the game with us now. We did the original architecture and the original objects and characters, but now they’re taking a very strong role in the future of the game and where it goes.” (Sihvonen: 2011)
Dengan ditambahkannya fitur Mods secara resmi pada The Sims 4 (2014), game The Sims semakin memantapkan posisinya sebagai platform yang hidup dari custom content. 
“Game companies have seen the value of constructing, rather than shutting down, fan communities around their products and building long-term relationships with their consumers.” (Jenkins: 2004) 
Sumber: 
Jenkins, Henry (2004), The cultural logic of media convergence, International Journal of Cultural Studies, Volume 7(1): 33–43.
Sihvonen, T. (2011). Players Unleashed!: Modding the Sims and the Culture of Gaming. Amsterdam: Amsterdam University Press.
Pearson, L., & Gyles, D. (2014, August 7). It's a Mod Mod World.  https://www.thesims.com/news/mod-mod-world 
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Taylor Swift, pejuang industri musik di era konvergensi media (Bagian 2)
‘(Bagian 1: klik di sini)
Industri musik kini bukan hanya persoalan mendengarkan lagu, tetapi music as a whole experience. Seorang musisi tidak hanya dipandang sebagai seseorang yang menyanyi dan menulis lagu, tapi suatu brand. Satu album tidak hanya dipandang sebagai kumpulan lagu-lagu, tapi akan menimbulkan konsistensi ke media lainnya, mulai dari tampilan buku lirik dan CD fisik, konsep music video, tampilan website dan laman media sosial musisi, konsep tur konser, hingga merchandise. Para musisi pada umumnya menjual kaos, tas, poster, dan barang-barang koleksi resmi lainnya di setiap perhentian konser mereka atau secara online di situs resmi. Namun ketika penggemar kesulitan untuk membeli lewat dua cara tersebut, maka salah satu alternatif yang cukup mudah dilakukan adalah membuat merchandise sendiri.
Taylor Swift adalah salah satu musisi yang sangat aware dengan isu hak cipta, sehingga  intellectual properties miliknya tidak hanya dilindungi copyright, tapi beberapa diajukan untuk menjadi trademark. Menurut yang terdaftar pada Justia, Taylor Swift dan TAS Rights Management memiliki trademark untuk beberapa frasa, seperti “T.S. 1989″, “1989″, “Shake It Off”, “Players Gonna Play”, “This Sick Beat”, “Party Like It’s 1989″,  “’Cause we never go out of style”, “Could show you incredible things”, “Nice to meet you where you been?”, dan beberapa dari album sebelumnya.
Dengan senjata tersebut, di tahun 2015, ia pernah menuntut beberapa pengguna Etsy yang menjual fan-made merchandise menggunakan namanya, foto, logo, penggalan lirik lagu-lagu hits dari album "1989" miliknya. Hampir seluruh kreasi penggemar yang dianggap masuk kriteria pelanggaran tersebut dihapus secara paksa oleh Etsy dan dinyatakan oleh pihak Taylor sebagai trademark infringement. 
Tumblr media
Dari sisi Swifties (sebutan fans Taylor), mereka mengaku bahwa motivasi membuat merchandise sendiri sama sekali tidak berorientasi pada profit, tapi atas dasar mereka terinspirasi dari Taylor dan ingin ikut aktif berpartisipasi dalam kisah yang dibangun Taylor lewat lagu-lagunya. Bermodalkan koneksi Internet, aplikasi desain, dan mesin cetak, fans dapat melanjutkan cerita Taylor melalui mug, bantal, dan masih banyak lagi media yang bisa digunakan.
Selain Taylor Swift, kasus serupa juga pernah dialami oleh Beyonce. Hal seperti ini kerap menjadi kontroversi, sehingga pertanyaannya bukan lagi “apakah copyright membatasi kebebasan berekspresi?” tapi dengan sudut pandang industri, pertanyaannya adalah:
“Apakah copyright laws dianggap sudah tidak relevan lagi sehingga trademark menjadi solusi standar perlindungan intellectual properties?”
Referensi:
https://www.buzzfeed.com/patricksmith/taylor-swifts-lawyers-have-threatened-etsy-sellers
http://smallbusiness.chron.com/differences-between-copyright-trademark-3218.html
https://trademarks.justia.com/owners/tas-rights-management-llc-3061821/
https://trademarks.justia.com/owners/swift-taylor-1396036/page3
Foto:
https://www.businessinsider.com.au/taylor-swift-etsy-cease-and-desist-2015-2
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Tumblr media
Suka kesel gak sih kalau ada foto idola kita yang oke banget tapi ternyata ada logo yang mengganggu?
Logo seperti itu disebut watermark, sebagai salah satu cara fotografer untuk melindungi karyanya. Di Getty Images, salah satu situs penyedia foto terbesar, banyak ditemui foto-foto dengan watermark. Idealnya, kalau kita mau simpan dan repost versi yang ada watermark pun, kita gak bisa sembarangan dan harus mengikuti regulasi dari Getty. Apalagi kalau mau yang tanpa watermark, diharuskan membayar. 
Tumblr media
 Kenapa ‘ribet’ banget ya?
Konten fotografi termasuk salah satu Intellectual Property yang diakui oleh World Intellectual Property Office (WIPO). Menurut Copyright Law di Amerika Serikat, seperti dilansir dari format.com, hak cipta untuk konten berbentuk foto secara otomatis dimiliki oleh si fotografer begitu ia memencet tombol capture, dan di manapun ia membagikan hasil jepretannya nanti. Hak cipta ini termasuk hak untuk reproduksi, distribusi, dan menampilkan hasil foto. Sedikit berbeda ketika sang fotografer bekerja untuk lembaga tertentu, maka hak cipta akan sesuai perjanjian.
Jadi, foto-foto yang kita lihat berkeliaran di Internet dan Google Images itu sebenarnya dilindungi hak cipta, dengan watermark ataupun tidak, artinya setidaknya kita izin terlebih dahulu sebelum menggunakan foto, di samping prosedur-prosedur khusus lainnya seperti pembayaran. Tapi perlu dicek juga sumbernya, karena setiap situs penyedia foto punya lisensi yang berbeda-beda, contohnya Flickr yang berdasarkan Creative Commons sehingga memungkinkan kita untuk memakai foto-foto di sana secara gratis selama mencantumkan sumber dan digunakan sesuai ketentuan Fair Use.
Referensi:
https://www.format.com/magazine/resources/photography/photography-copyright-law-guide
http://www.wipo.int/about-ip/en/
https://pixelsink.com/can-i-use-stock-photos-with-a-watermark/
Foto:
https://twitter.com/angelsofgomez/status/694547379853328384
https://twitter.com/jenn_njh93/status/831091426226167808
http://www.justjared.com/photo-gallery/3556694/justin-bieber--grabs-dinner-at-cheesecake-factory-02/
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Link
Untuk pengguna Instagram dari Indonesia, pasti sudah sering melihat komentar-komentar semacam “Cek ig kita yuk sis!” di jenis post apapun di aplikasi media sosial tersebut. 
Pada awal berdirinya, Instagram dibuat sekedar sebagai situs untuk berbagi foto. Tapi pada perkembangannya, manusia-manusia kreatif berjiwa bisnis mampu mengubah fungsi Instagram menjadi untuk berjualan.
Hal tersebut sudah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, namun baru 4 bulan yang lalu Instagram secara resmi merilis Instagram for Business untuk mempermudah para penggunanya berbelanja.
Tumblr media
0 notes
earlyowls-blog · 7 years
Text
Taylor Swift, pejuang industri musik di era konvergensi media
“Once recorded sound becomes a possibility, we have continued to develop new and improved means of recording and playing back sound. Printed words did not kill spoken words. Cinema did not kill theater. Television did not kill radio. Each old medium was forced to coexist with the emerging media.” - Jenkins (2006) in “Introduction: Worship at the Altar of Convergence”
Musisi ternama, Taylor Swift pernah membagi pengalamannya ke dalam artikel di Wall Street Journal, yang mana ia bercerita bahwa walaupun kini ada layanan streaming seperti Spotify, Joox, dan Apple Music, orang-orang masih membeli album fisik, tapi mereka menjadi sangat pemilih. Hanya album-album tertentu yang bisa membuat seseorang rela mengeluarkan uang lebih untuk CD, dan album “1989” miliknya rupanya menjadi salah satu album yang dianggap spesial oleh cukup banyak orang, terbukti dari total 9.500.000 kopi terjual di seluruh dunia. Menariknya, tidak seperti kebanyakan musisi hari ini, lagu-lagu Taylor Swift tidak tersedia di aplikasi streaming manapun kecuali Apple Music.
Tumblr media
Taylor memang pernah mengkritik sistem layanan streaming, bahkan hingga memutuskan untuk tidak menyediakan diskografinya pada aplikasi streaming, karena dianggap merugikan orang-orang industri seperti dirinya. Ada orang-orang di luar sana yang hanya bergantung pada industri musik untuk pendapatan, namun tidak semua orang bisa seberuntung Taylor yang dinobatkan sebagai musisi terkaya tahun 2016 versi Forbes. Contohnya di Spotify, audiens dimanjakan karena bisa punya akses ke jutaan lagu hanya dengan bayar Rp50.000 saja per bulannya. Bahkan ada pilihan free walaupun terbatas fiturnya. Pernahkah kita berpikir kalau 3 menit lagu melibatkan banyak orang dalam proses pengerjaannya? Tidak hanya penyanyi, tapi juga ada pemain musik, produser, penulis lagu, dan orang-orang lainnya yang mengharapkan royalti dari penjualan lagu. Kalau lagunya tersedia di streaming service secara cuma-cuma, lalu royaltinya seberapa? Faktanya, untuk mencapai upah minimum di US, yaitu $1,260 per bulan, seorang solo artist membutuhkan 1,117,021 plays dengan revenue yang didapatkan sebesar $0,0011 per satu kali putar setelah dipotong untuk komisi ke label dan lain-lain. Taylor sangat mengkhawatirkan fakta ini bukan untuk dirinya sendiri, tapi orang-orang yang membantunya di balik layar serta musisi indie.
Ia juga pernah menulis surat terbuka untuk Apple Music terkait promo gratis 3 bulan pertama yang diibaratkan seperti pergi ke kantor untuk bekerja setiap hari selama 3 bulan tapi tidak digaji. Perlakuan seperti itulah yang terjadi pada musisi-musisi, hanya saja mereka bukan bekerja di perkantoran, tapi bolak-balik ke recording booth. Pada akhirnya, pihak Apple menyatakan setuju dengan Taylor, bahwa memang sudah seharusnya mereka tetap membayar musisi pada masa free trial dan hal ini ternyata membuka kerja sama lebih lanjut antara Apple Music dengan Taylor Swift.
Konvergensi media bukan hanya soal konsumsi yang dipermudah karena ada satu alat multifungsi dan semakin banyak pilihan platform untuk mengkonsumsi konten, tapi juga penting dilihat dari sisi produksi dan bisnis. Konvergensi mengubah dinamika hubungan antara berbagai aspek media, yakni teknologi, industri, pasar, dan audiens.
Sumber:
Jenkins. (2006). Introduction: “Worship at the Altar of Convergence” : A New Paradigm for Understanding Media Change in Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. NYU Press.
http://time.com/3554468/why-taylor-swift-spotify/
http://taylorswift.tumblr.com/post/122071902085/to-apple-love-taylor
https://www.wsj.com/articles/for-taylor-swift-the-future-of-music-is-a-love-story-1404763219
http://www.billboard.com/articles/news/6605568/apple-changes-course-after-taylor-swift-open-letter-will-pay-labels-during
https://www.theguardian.com/technology/2015/apr/03/how-much-musicians-make-spotify-itunes-youtube
https://www.forbes.com/sites/zackomalleygreenburg/2016/07/11/taylor-swift-is-the-worlds-top-earning-celebrity-with-170-million-in-2016/
http://taylorswiftnow.net/charts-sales/
0 notes