Tumgik
#alqodir
blogalloh · 1 year
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Menentukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kebaikan #Dakwah #Islam
Tumblr media
Nama Allah Al-Qaadir ( Yang Maha Kuasa/Yang Maha Menetukan (Takdir) Pengaruh Malam Lailatul Qadar Dengan Nama Allah Al-Qaadir Pada Bulan Ramadhan Nama ini disebutkan dalam kitab-Nya al-Qur’an sebanyak 12 kali, diantaranya dalam surat Al-An’am/6:65: قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ (٦٥) Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Ya Alloh Engkau “Maha Menentukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kebaikan Makna Al-Qaadir yang berarti yang memiliki kemampuan yang sempurna. Dia mampu melakukan apa pun yang dia kehendaki, dia tidak dapat dilemahkan oleh apapun. Al-qaadir juga berarti Yang Maha Menetukan (takdir) bagi segala sesuatu. Diantara pengaruh nama ini  adalah diselematkannya hati manusia dari penyakit-penyakit hati hati seperti iri, dengki, dan yang lainnya lantaran keimanannya kepada Allah bahwa segala perkara dan urusan terjadi karena takdir Allah dan bahwasanya dia yang memberi hamba dan menentukan bagi mereka rizkinya, dia memberi kepada orang yang dia kehendaki. Seluruh karunia adalah milik-nya dan semua pemberian adalah dari-Nya. Oleh karena itu, ada perkataan tentang orang yang hasad, ‘ sesungguhnya dia adalah musuh bagi nikmat Allah yang ada pada para hamba-Nya.1 Adapun  konsekwensinya beriman dengan  Al-Qaadir adalah permohonan petolongan kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya serta permohonan perlindungan dari-Nya akan menjadi kuat pada diri seorang hamba. Doa ibadah dengan nama ini juga diantaranya mengimani bahwa Allah adalah Yang Maha Menentukan dan membagi-bagi, Dia mengetahui ketentuan segala sesuatu berikut waktunya sebelum terjadi, kemudian Dia menjadikan apa yang telah Dia ketahui akan terjadi. Allah ta’ala telah menuliskan segala ketentuan (takdir) bagi seluruh ciptaan-Nya selama beribu-ribu tahun sebelum mereka diciptakan, bahwa takdir setiap manusia telah ditulis sebelum ia diciptakan adalah keimanan. Iman kepada takdir menjadikan seseorang muslim, amalan tidak diterima kecuali beriman dengannya sebagaimana disebutkan dalam hadis,  bunuh diri merupakan tanda buruknya beriman kepada  takdir, begitu juga membunuh orang lain untuk merubah takdir, dengan mendatangkan dukun atau penyihir menjadikan sesorang kehilangan imannya atau dengan penyimpangan syariat yang llainny.  fo’a dan merendah dihadapannya dapat merubah takdir, dan semua takdir memiliki mashlahat dan hikmah.2 Terutama pada bulan Ramadhan merupakan bulan yang terbaik yang paling mulia yang ditakdirkan Allah, didalamnya ada penentuan takdir bagi hamba-hamba-Nya dalam satu tahun yaitu malam Lailatul Qadar. Maka tentunya ini kesempatan untuk mendapatkan takdir yang baik dengan memperbanyak do’a pada bulan yang mulia ini terutama malam lailatul qadar. Dan waktu-waktu yang lainnya.  Doa mas’alah permintaan yang berkaitan dengan nama ini yaitu dalam doa istikharah, Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, …, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, … faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. …, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.  Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, …Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. … maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.…, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya. Dan do’a bagian tubuh yang sakit. Adapun doa dengan diseb
utkan nama ini tidak disebutkan dalam doa yang ma’tsur, namun secara umum digunakan hamba dalam do’anya disyariatkan. Penyusun: Dzakwan Mukhtar B.A. Sumber   :1. Fiqih Asma’ul Husana hal. 367.                 2. the miracle of  Asmaul Husna hal.153.     Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-qaadir-yang-maha-kuasa-yang-maha-menetukan-takdir.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Menentukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kebaikan
0 notes
afroinsider · 5 years
Text
Ramadan 2019: Day 23 Quotes, Images, Prayers|Lifestyle
O our Lord accept my prayer
Thus, it is necessary for you and your loved ones to make use of these days, remember the thousands of blessings and mercies it contains. Ramadan Mubarak!
Courtesy: Lion of Allah
Prophet Muhammad (PBUH) said, always look out for the Night of Decree (Laylatu AlQodir) when Ramadan days are odds I.e, falls among these days 21th, 23rd, 25th, 27th, 29th.
Ramadan Day 22:…
View On WordPress
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Tuhan Esa Maha Kuasa Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Pembaca yang dirahmati Allah. Berbicara konsep ketuhanan, Islam adalah satu-satunya agama yang menanamkan kepada penganutnya konsep ketuhanan yang bersifat tauhidi. Artinya, dalam hal keyakinan (akidah) seorang muslim wajib meyakini bahwa Allah Maha Esa, Esa dalam Zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, dan Esa dalam perbuatan-Nya. Dalam Islam, konsep ketuhanan secara jelas dan tegas dituangkan dalam surat al-Ikhlas, sebuah surat yang ringkas dan sarat akan makna ketauhidan. Alhamdulillah Alloh Tuhan Esa Maha Kuasa Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore. Tafsir Ringkas Surat al-Ikhlas Sebagian ahli tafsir menyampaikan suatu riwayat yang menerangkan bahwa surat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan kaum musyrikin kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal sifat dan nasab Tuhan yang beliau dakwahkan untuk disembah. Untuk tujuan tersebut, surat ini diturunkan kepada beliau. Dalam surat ini, pada ayat pertama, disampaikan bahwa Tuhan yang mereka tanyakan itu adalah Allah al-Ahad, yang Maha Esa. Terkait makna al-Ahad, Ibnu Katsir memaparkan bahwa “Dia-lah al-Wahid al-Ahad, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak memiliki pembantu, tanpa sekutu, serta tidak ada yang serupa dan sepadan dengan-Nya [Tafsir Ibn Katsir : 8/527]. Pada ayat berikutnya ditegaskan bahwa Allah adalah ash-Shamad, yaitu Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Mengingat Allah senantiasa berada dalam kesibukan sebagaimana dinyatakan dalam surat ar-Rahmaan ayat 29, adalah tepat jika Allah memiliki nama ash-Shamad , nama yang memiliki cakupan makna yang sangat luas karena memiliki arti as-Sayyid, yang dijadikan tujuan atau sandaran, dan tidak ada seorang pun yang berada di atas-Nya [Jaami’ al-Bayaan fii Takwiil al-Quraan 24/692]. Lebih lanjut pada ayat ketiga Allah berfirman (yang artinya), “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan”. Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada anak yang dilahirkan dari-Nya. Demikian pula Allah tidaklah lahir dari sesuatu apa pun. Kemudian surat ini diakhiri dengan firman-Nya (yang artinya), “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” untuk memperkuat karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tentu menuntut penafian (peniadaan) keberadaan sesuatu yang setara dengan-Nya. Gambaran tentang Tauhid Meskipun hanya terdiri dari empat ayat, namun kandungan yang terdapat dalam surat ini teramat padat karena pondasi keimanan kepada Allah dijelaskan secara lugas dan tegas. Selain tentang keesaan Allah, di dalamnya juga disampaikan kandungan bahwa keesaan Allah menuntut pengesaan terhadap-Nya atau yang lazim dikenal dengan tauhid. Hal ini merupakan konten atau muatan dakwah yang senantiasa disampaikan oleh seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah Ta’ala [lihat QS. Al-Anbiya : 25 dan asy-Syura : 23]. Di awal surat pada ayat pertama, secara tegas dinyatakan bahwa Allah Ta’ala adalah al-Ahad, Yang Mahaesa, tidak berbilang sebagaimana keyakinan kaum musyrikin. Dan karena keesaan-Nya itulah Allah semata yang patut dan layak dijadikan sesembahan bukan yang lain. Abu Bakr al-Jazaairi rahimahullah mengatakan, “Rabb-ku adalah Allah, satu-satunya sesembahan yang berhak ditujukan segala bentuk penghambaan dan peribadatan. Esa dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Dengan demikian, tidak ada yang serupa dan sepadan dengan-Nya dalam hal tersebut karena Dia-lah Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu di alam ini. Tidaklah patut sesuatu yang diadakan dan diciptakan memiliki kedudukan seperti Pencipta-nya. Dan Pencipta mereka adalah Allah, al-Ma’bud, satu-satunya Dzat yang berhak disembah” [Aisaar at-Tafaasir 5/628]. Oleh karenanya, pada ayat kedua dinyatakan bahwa Allah adalah ash-Shamad yang berarti Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Seluruh makhluk di langit dan di bumi memanjatkan permohonan kepada diri-Nya untuk dikabulkan. Keberadaan berbagai sesembahan selain-Nya yang memiliki ketidaksempurnaan, kelemahan, dan sifat ketergantungan menunjukkan bahwa mereka semua
tidak layak untuk disembah. Berbagai sesembahan tersebut pada hakikatnya merupakan makhluk yang tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan sebagaimana kekuasaan dan kemampuan yang dimiliki Allah. Bahkan Allah lah yang Maha Kuasa menciptakan mereka dan menangani berbagai kebutuhan hamba. Keesaan Allah juga ditegaskan dalam ayat ketiga dan ayat keempat ketika dinyatakan bahwa Allah tidak mengangkat seorang anak pun, tidak pula menjadi anak bagi selain-Nya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang sama, sepadan, sebanding, setara dengan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Hal tersebut menjadi bukti yang semakin mendukung bahwa hanya Tuhan yang memiliki sifat tersebut yang layak menjadi tujuan dalam segenap peribadahan. Keesaan Allah dan perkara tauhid merupakan pondasi keimanan dan perkara yang mendasar dalam Islam. Hal tersebut telah dijelaskan dengan gamblang dan lugas dalam surat al Ikhlash. Siapa pun yang menyelisihi ketentuan yang terdapat dalam surat ini maka ia telah mengingkari keesaan Allah, sehingga terjatuh dalam kekufuran atau kesyirikan. Gambaran Berbagai Keyakinan yang Mengingkari Keesaan Allah Al-Quran banyak memberitakan berbagai keyakinan yang bertentangan dengan keesaan Allah, khususnya yang bertentangan dengan tauhid. Di antara keyakinan tersebut adalah : Anggapan Tuhan lebih dari satu Dalam al-Quran surat al-Anbiya ayat 22, Allah berfirman membantah sebagian keyakinan kaum musyrikin bahwa di alam ini terdapat Tuhan yang memiliki kekuasaan setara dengan Allah. Allah berfirman (artinya), “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan” [al-Anbiya : 22]. Diterangkan oleh al-Qurthubiy dalam tafsirnya bahwa jika di langit dan di bumi ini terdapat dua tuhan, maka tentu seluruh pengaturan alam semesta akan rusak binasa dikarenakan adanya kemungkinan timbul dua keinginan yang berlawanan dari dua tuhan tersebut. Ketika salah satu keinginan tercapai, maka tuhan yang lain terkalahkan, lemah [al-Jaami’ li Ahkaam al-Quraan 11/279]. Adakah tuhan yang benar itu lemah karena keinginannya dikalahkan oleh keinginan tuhan yang lain? Anggapan semacam inilah yang dibantah Allah sehingga di akhir ayat Dia menutup firman-Nya dengan tanzih (penyucian) untuk memberitakan bahwa Dia tidak memiliki sekutu yang setara dengan diri-Nya. Anggapan Tuhan memiliki atau mengangkat anak Allah memberitakan bahwa di antara keyakinan kaum musyrikin adalah Tuhan memiliki atau mengangkat anak. Di antara mereka ada yang berkeyakinan bahwa malaikat itulah anak Tuhan, sebagian yang lain berkeyakinan orang shalih atau rasul adalah anak Tuhan. Padahal keyakinan seperti itu adalah suatu kedustaan. Allah telah berfirman akan hal itu dalam surat al-An’aam ayat 100 (artinya), “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” Ath-Thabariy mengatakan, “Mereka menjadikan jin sebagai sekutu bagi Allah dalam peribadatan mereka. Padahal Allah sendiri yang menciptakan mereka tanpa keberadaan suatu sekutu, pembantu, dan penolong. Mereka berbuat kedustaan terhadap Allah dengan mengadakan bagi Allah anak laki-laki dan perempuan tanpa mengetahui hakikat perkataan mereka. Semua itu berangkat dari kebodohan mereka terhadap Allah dan keagungan-Nya. Tidaklah patut bagi Tuhan memiliki anak laki-laki dan perempuan, tidak pula patut memiliki istri, tidak pula patut bagi-Nya seorang yang bersekutu dalam mengatur ciptaan-Nya” [Jaami’ al-Bayaan fii Takwil al-Quraan 11/10]. Ada yang beranggapan kedekatan sebagai “anak Allah” melatarbelakangi keyakinan bahwa mereka memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah. Al
lah Ta’ala berfirman (artinya), “Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya, dan mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu)” [al-Maaidah : 18]. Latar belakang mengapa mereka berkata bahwa diri mereka adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihnya dikemukakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah, yaitu : Mereka berkata demikian karena berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang dekat kepada Allah seperti kedekatan orang tua dengan anaknya, Mereka berkata demikian bahwa mereka adalah pengikut-pengikut anak-anak Allah karena sebagaimana diketahui bahwa Yahudi berkeyakinan bahwa Uzair adalah anak Allah seperti keyakinan Nashrani yang berkata Isa adalah anak Allah, atau Mereka berkata demikian karena keliru dalam memahami perkataan “anak” dan kekasih” yang terdapat dalam kitab-kitab suci mereka. Apapun yang melatarbelakangi hal tersebut, ayat di atas membantah kedustaan mereka yang bertujuan untuk membenarkan kesesatan dan kekafiran yang mereka kerjakan. Khusus terkait kekeliruan Yahudi dan Nasrani dalam memahami kata “anak” yang terdapat dalam kitab suci mereka, maka Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ketika Allah berfirman kepada hamba-Nya, Israil, “Engkau adalah anakku dari seorang perawan”, kaum Yahudi telah menafsirkannya dengan tafsiran yang tidak pada tempatnya sehingga mereka pun menyimpangkannya. Mereka telah dibantah oleh orang-orang Yahudi yang masuk Islam dan berakal sehat bahwa ungkapan tersebut digunakan sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan. Hal ini seperti kaum Nashrani yang mengutip perkataan Isa di kitab suci mereka ketika berkata, “Sesungguhnya aku akan pergi kepada bapakku dan bapak kalian”. Kata “bapak” yang dimaksud memiliki arti Rabb (Tuhan). Sehingga arti perkataan Isa tersebut adalah “…Rabb-ku dan Rabb kalian”. Telah maklum, bahwa kaum Nashrani tidak mengklaim sebagai anak Tuhan untuk diri mereka sendiri sebagaimana klaim mereka terhadap Isa ‘alaihissalam bahwa beliau adalah anak Tuhan [Tafsir Ibn Katsir 3/68-69]. Kitab Suci Samawi Turut Mendukung Keesaan Allah Telah disebutkan bahwa tauhid merupakan seruan setiap nabi dan rasul. Oleh karena itu, meski diyakini bahwa isi dari kitab-kitab samawi terdahulu telah mengalami penyimpangan, namun terdapat beberapa dalil yang membenarkan keesaan Allah, menyatakan ajaran tauhid, dan memperingatkan akan kesyirikan berupa penyembahan kepada selain Allah. Di antara dalil dari kitab suci samawi lainnya yang membenarkan hal tersebut adalah sebagai berikut: Dalam Kitab Ulangan 4:35 disebutkan, “Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhan adalah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia”; Dalam kitab yang sama, pada bagian 6:4 disebutkan, “Dengarlah, hai orang Israil : “Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Mahaesa”; Dalam Injil Matius 4:10 disebutkan, “Maka berkatalah Yesus (Isa) kepadanya: “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis : engkau harus menyembah Tuhan, Allah-mu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau beribadah!” Hal yang serupa termaktub dalam Injil Lukas 4/8; Semoga tulisan yang singkat ini dapat menambah keyakinan kita terhadap keesaan Allah. Sehingga kita dapat mentauhidkan-Nya hingga akhir hayat kita, serta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada-Nya. Aamiin. Penulis : Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta) بِسْمِ اللّٰهِ الر��ّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muh
ammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Tuhan Esa Maha Kuasa Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore.
1 note · View note
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Lembut Dengan Segala KekuasaanNya, Dan Alloh Selalu Merahmati Malaikat Isrofil. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Sebagaimana yang kita ketahui, permasalahan aqidah atau keimanan terhadap perkara yang ghaib hanyalah didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, baik dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Termasuk dalam hal ini adalah keimanan terhadap malaikat, yang juga meliputi pembahasan tentang nama dan tugas para malaikat. Di antara nama malaikat yang kita kenal adalah malaikat Israfil, yang masyhur di kalangan kaum muslimin sebagai malaikat yang bertugas untuk meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat. Dalam tulisan kali ini, kami akan sedikit membahas tentang dalil-dalil yang berkaitan dengan hal ini. Alhamdulillah Alloh Maha Lembut Dengan Segala KekuasaanNya, Dan Alloh Selalu Merahmati Malaikat Isrofil. Tidak Terdapat Dalil yang Shahih bahwa Malaikat Israfil Bertugas Meniup Sangkakala di Hari Kiamat Terdapat sebuah hadits yang tegas menunjukkan bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala adalah Israfil, namun hadist ini dinilai dha’if oleh para ulama ahli hadits. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah hadits yang sangat panjang, beliau radhiyallahu ‘anhu menceritakan, إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، خَلَقَ الصُّورَ فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيهِ، شَاخِصًا بَصَرَهُ إِلَى الْعَرْشِ يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الصُّورُ؟ قَالَ: «الْقَرْنُ» قُلْتُ: كَيْفَ هُوَ؟ قَالَ: «عَظِيمٌ وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ إِنَّ عَظْمَ دَارَةَ فِيهِ كَعَرْضِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ نَفَخَاتٍ: النَّفْخَةُ الْأُولَى نَفْخَةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْقِ، وَالثَّالِثَةُ نفخة القيام لرب العالمين، “Telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala ketika selesai menciptakan langit dan bumi, maka Allah menciptakan “ash-shuur”, kemudian diberikan kepada Israfil dan diletakkan di mulutnya. Israfil pun melihat dengan tajam ke arah ‘Arsy, menunggu kapan diperintahkan (untuk meniupnya, pen.).’ Aku (Abu Hurairah) berkata,’Wahai Rasulullah, apakah “ash-shuur” itu?’ Rasulullah menjawab,’(Yaitu) al-qornu (semacam tanduk, terompet atau sangkakala, pen.)’ Aku (Abu Hurairah) berkata,’Seperti apa itu?’ Rasulullah menjawab,’Sesuatu yang sangat besar. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, sesungguhnya besarnya bagaikan lebar langit dan bumi, yang ditiup tiga kali (pada hari kiamat, pen.), yaitu tiupan (pertama) yang menyebabkan kaget (nafkhotul faza’); tiupan ke dua yang menyebabkan kematian seluruh makhluk (nafkhotu ash-sha’qi); dan tiupan ke tiga yang menyebabkan dibangkitkannya manusia menghadap Allah (nafkhotul ba’tsi wan nusyur) … ‘” [1] Hadits di atas adalah hadits yang dha’if, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil, apalagi dalam masalah aqidah. Selain itu, terdapat hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dalam doa istiftah ketika shalat, اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui hal ghaib dan nyata. Engkau menetapkan hukum (untuk memutuskan) apa yang diperselisihkan oleh hamba-Mu (yaitu Yahudi dan Nashrani, pen.). Tunjukkanlah aku pada kebenaran atas apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.” [2] Namun kalau kita cermati hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menyebutkan nama (malaikat) Israfil, tanpa menyebutkan bahwa (malaikat) Israfil bertugas meniup sangkakala pada hari k
iamat. Sehingga hadits ini pun tidak tepat jika digunakan sebagai dalil dalam masalah ini. Hadits ini hanyalah menunjukkan bahwa di antara malaikat Allah, ada malaikat yang bernama Israfil, tanpa menyebutkan tugasnya. Tugas Israfil Dalam Hadits Shahih Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsary hafidzahullahu Ta’ala mengatakan, لم يَرِد لفظُ أن (إسرافيل) هو الموكَّل بالصُّور؛ إلا في هذا الحديث الضَّعيف -على كثرةِ، وشُهرة، وتردُّد ما يقع على ألسنةِ أهلِ العلم وفي كتُبهم: أنَّ الملَك الموكَّل بالصُّور هو: إسرافيل-؛ وهذا لم يصحَّ -قطُّ- عن النبي -عَليهِ الصَّلاةُ والسَّلامُ-، ولم يَرِد إلا في حديث الصُّور -الذي هو حديث ضعيف-؛ بل وَرد في حديثٍ آخر -وهو حديثٌ صحيح-: أن إسرافيل هو الملَك الموكَّل في الجيشِ، والنُّصرةِ للجيشِ، والقيامِ بمُعاداة الأعداء للمسلمين -أو كما ��رد عن النبي -صلَّى اللهُ عَليهِ وآلِه وسَلَّم-. “Tidak terdapat lafadz (nama) Israfil sebagai nama malaikat yang bertugas meniup terompet (pada hari kiamat), kecuali dalam hadits yang dha’if ini[3]. Meskipun sedemikian banyak, sangat masyhur (terkenal), dan seringkali diucapkan oleh para ulama serta tercantum dalam kitab-kitab mereka, bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala bernama Israfil. Padahal tidak terdapat sama sekali hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada dalil yang menunjukkan (bahwa Israfil bertugas meniupsangkakala) kecuali hadits “ash-shuur” [4], yang merupakan hadits yang dha’if. Bahkan terdapat hadits yang lain –dan hadits tersebut shahih- bahwa Israfil adalah malaikat yang bertugas untuk mengurus dan membantu pasukan kaum muslimin (di medan jihad, pen.) serta ikut menyerang musuh-musuh kaum muslimin, atau sebagaimana (lafadz) yang berasal dari (hadits) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [5] Ulama lain yang menyatakan bahwa tidak terdapat hadits shahih yang menunjukkan bahwa malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat adalah Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafidzahullah. [6] Hadits shahih yang dimaksud oleh Syaikh Ali Hasan tersebut diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, قِيلَ لِعَلِيٍّ، وَلِأَبِي بَكْرٍ يَوْمَ بَدْرٍ: مَعَ أَحَدِكُمَا جِبْرِيلُ، وَمَعَ الْآخَرِ مِيكَائِيلُ وَإِسْرَافِيلُ مَلَكٌ عَظِيمٌ يَشْهَدُ الْقِتَالَ – أَوْ قَالَ: يَشْهَدُ الصَّفَّ “Dikatakan kepada ‘Ali dan Abu Bakar pada saat perang Badar,’Bersama kalian berdua ada malaikat Jibril, dan bersama yang lain ada malaikat Mikail. Dan Israfil adalah malaikat yang agung, yang menyaksikan (membantu) pertempuran.’ Atau (Rasulullah) mengatakan, ’Ada di barisan (pasukan kaum muslimin).’” [7] Kesimpulannya, tidak terdapat hadits shahih yang menunjukkan bahwa malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat. Lalu, apa dalil yang menunjukkan hal ini? Simak pembahasannya di bagian ke dua tulisan ini. [Bersambung] *** Selesai disusun di Jumat pagi, Lab EMC Rotterdam NL, 17 Rabiul Akhir 1436 Yang selalu mengharap ampunan Rabb-nya, Penulis: M. Saifudin Hakim Catatan kaki: [1] Hadits dha’if. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya (11/213); Ibnu Jarir dalam tafsirnya (18/559); Al-Baihaqi dalam Al-Ba’ts wan Nusyuur; Abu Ya’la dalam Al-Musnad; dan lain-lain. Di dalam sanadnya ada seorang perawi yang bernama Isma’il bin Rafi’, dan dia ini adalah perawi yang dha’if. Lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/368 (Maktabah Syamilah). Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsary hafidzahullah berkata, “Para ulama telah bersepakat akan dha’ifnya hadits ini.”Beliau juga berkata,”Hadits ini dinilai dha’if oleh Ibnu Katsir dan sejumlah ulama, dan aku tidak mengetahui kalau ada ulama yang menshahihkan hadits ini.” (Dikutip dari catatan kaki nomor 5). [2] HR. Muslim no. 770. [3] Yaitu hadits pada catatan kaki nomor 1. [4] Idem. [5] http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=23878&page=5 [6] Sebagaimana kata Ustadz Abul Jauzaa’ di: http://abul-jauzaa.blogspot.nl/2010/08/nama-nama-malaikat.html [7] HR. Ah
mad dalam Al-Musnad no. 1257. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata,”Sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.” Lihat Silsilah Ash-Shahihah karya Syaikh Al-Albani rahimahullah, hadits no. 3241. Artikel Muslim.Or.Id Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/24549-apakah-malaikat-israfil-bertugas-meniup-sangkakala-pada-hari-kiamat-1.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Lembut Dengan Segala KekuasaanNya, Dan Alloh Selalu Merahmati Malaikat Isrofil.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Rahmat Alloh Di Alam Mahsyar. Setiap Umat Rosululloh Selalu Dirahmati Naungan Alloh Penuh Bahagia & Sejahtera. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Siapa saja mereka itu? Karena kala itu kita sangat butuh pertolongan Allah. Baca khutbah Jumat berikut ini. Khutbah Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ Alhamdulillah Rahmat Alloh Di Alam Mahsyar. Setiap Umat Rosululloh Selalu Dirahmati Naungan Alloh Penuh Bahagia & Sejahtera. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma ba’du Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah … Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita berbagai karunia. Karunia terbesar yang Allah berikan adalah karunia Iman dan Islam. Karena Islam adalah nikmat terbesar dibandingkan lainnya seperti nikmat harta dan kenikmatan dunia. Bagaimana cara mensyukuri nikmat yang telah Allah karuniakan? Kita diperintahkan untuk menikmatan takwa kita pada Allah, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102) Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada Ummahatul Mukmin, kepada para sahabat tercinta, kepada khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum) serta yang mengikuti para salaf tadi dengan baik hingga akhir zaman. Para jama’ah shalat jumat rahimani wa rahimakumullah … Ada hadits yang patut direnungkan pada kesempatan Jumat kali ini yaitu mengenai mereka yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Yang dimaksudkan naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2: 144). Hadits lengkapnya berbunyi sebagai berikut. عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ (1) imam yang adil, وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi l
alu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031) Pertama yang akan mendapatkan naungan Allah adalah pemimpin yang adil. Pemimpin ini bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah. Kenapa disebut pemuda? Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan kebanyakan itu lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Pemuda seperti itu sangat jarang kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya. Ada kesempatan untuk bermain game, atau ngebut-ngebutan di sore hari, atau bermain band, waktu mereka habis untuk hal-hal sia-sia semacam itu, bahkan maksiat pun ada yang dijadikan hobi. Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka pantas saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Ketiga adalah ada orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. Yang dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid. Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat, misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bisa juga pengertian orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk. Sopir kendaraan ketika mendengar suara azan segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat. Pegawai kantoran bergegas ke masjid ketika berkumandang hayya ‘alash sholah, hayya ‘alash sholah. Contoh-contoh seperti ini itulah mereka yang hatinya selalu terkait masjid. Keempat adalah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya. Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput. Kelima, ada seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’ Ada wanita yang kaya raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak melakukannya. Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina. Maka kita bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Ini lima golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Demikian khutbah pertama ini. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ
لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ Amma ba’du Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah … Golongan keenam yang nantinya akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Lihatlah ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah. Namun boleh saja seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang lain. Juga sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah sedekah wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga). Lalu golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah adalah, وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya. Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah. Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’. Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Di akhir khutbah ini, kami ingatkan untuk bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang bershalawat pada beliau sekali, akan dibalas sepuluh kali. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ Marilah kita berdoa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di Jumat penuh berkah ini. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ — Naskah Khutbah Jumat Masjid Jami’ Al-Adha Pesantren Darush Sholihin, Jum’at Kliwon, 8 Syaban 1438 H (5 Mei 2017) Sumber https://rumaysho.com/15759-khutbah-jumat-tujuh-golongan-yang-mendapatkan-naungan-allah-pada-hari-kiamat.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aa
li ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Rahmat Alloh Di Alam Mahsyar. Setiap Umat Rosululloh Selalu Dirahmati Naungan Alloh Penuh Bahagia & Sejahtera.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Memberi Syafa’at. Ajak Umat Rosululloh Untuk Bersholawat, Mempelajari & Mengamalkan Al Qur’an. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Syafaat adalah pertolongan yang diberikan dari sesama manusia untuk menyelamatkan manusia dari kesusahan pada hari kiamat, di antaranya adalah menyelamatkan manusia dari neraka. Mereka tidak hanya selamat, tapi juga mampu menyelamatkan orang lain, terutama sanak kerabatnya dari orangorang yang dikenalnya. Alhamdulillah Alloh Maha Memberi Syafa’at. Ajak Umat Rosululloh Untuk Bersholawat, Mempelajari & Mengamalkan Al Qur’an. Syafaat bisa diberikan dengan syarat : Allah memberi ijin pada seseorang untuk menolong orang lain. Allah memberi ijin bagi yang ingin ditolong untuk bisa mendapatkan pertolongan. Yang ditolong haruslah dari kalangan orang-orang beriman, sekecil apa pun imannya. Adapun orang kafir, mereka tidak akan mendapatkan pertolongan sama sekali. Nah, siapa yang dapat memberi syafaat itu? Kriteria seperti apakah yang bakal mendapat keistimewaan dapat menolong orang lain dari siksa? Adakah kita termasuk salah satu dari mereka? Allah SWT Rasulullah SAW, bersabda : “Hingga akhirnya AI-Jabbar (Allah) berfirman ‘Yang tersisa tinggal syafa’at-Ku’. Selanjutnya Allah menggenggam dari neraka satu genggaman untuk mengeluarkan kaum-kaum yang benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di sungai bernama air kehidupan yang berada di mulut-mulut surga. Selanjutnya mereka tumbuh di dua pinggirannya bagaikan biji-bijian yang tumbuh di dalam bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan hal tersebut di sisi batu besar di sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah matahari menjadi hijau sementara yang condong ke arah teduh memutih. Akhirnya mereka keluar dari kawasan tersebut dalam keadaan indah mirip sekali mutiara. Ada cap-cap yang dicapkan di pundak-pundak mereka. Akhirnya mereka masuk surga.” (HR. Bu khari)[1] Rasulullah Muhammad SAW Syafaat Rasulullah adalah asy-syafa’ah aI-kubra, syafaat agung yang maslahatnya meliputi seluruh umat beliau. Syafaat lni khusus diberikan kepada Nabi Muhammad SAW Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan lsa AS. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk maqam mahmud (tempat yang terpuji) yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (AI-lsra’ [17] : 79) Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari. Di antara syafaat beliau adalah meninggikan derajat orang yang sudah masuk surga, memberikan syafaat bagi yang akan masuk surga agar segera masuk surga, syafaat bagi yang divonis masuk neraka agar tidak masuk neraka, dan syafaat bagi yang masuk neraka agar segera dientaskan darinya. Para Nabi dan Malaikat Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., Rasulullah SAW bersabda : “Lalu para malaikat dan para nabi serta syuhada diijinkan untuk memberi syafaat…”. (HR. Ahmad) Nabi Ibrahim AS Dari Hudzaifah r.a., Nabi SAW bersabda, “lbrahim berkata pada hari kiamat, ”Wahai Rabbku.” Dan Allah pun berfirman, “Ada apakah?” Ibrahim berkata, “Duhai Rabbku, aku telah membuat keturunanku terbakar.” Lalu Allah berfirman, “Keluarkan dari neraka sesiapa yang engkau dapati masih memiliki iman meski sebesar debu atau biji gandum.” (HR. Ibnu Hibban, Syu’aib AI-Arna’uth menyatakan sanadnya shahih) Ash-Shidiqiin Rasulullah SAW bersabda, Kemudian dikatakan, “Panggillah ash-shiddiqin, lalu mereka pun diberi ijin memberi syafaat…”. (HR. Bukhari) Keterangan : Imam Muqatil bin Hayyan berkata, “Ash-Shiddiqun adalah orang-orang yang beriman kepada para rasul dan tidak
mendustakan mereka barang sedikit pun”. (Tafsir Al-Qurtubi, 17 : 283) Orang-orang Mati Syahid (Syuhada) Dari Miqdam bin Ma’di Karib, Rasulullah SAW bersabda : “Bagi orang yang mati syahid akan mendapatkan enam (pahala) di sisi Allah, yaitu diampuni (dosanya) sejak pertama kali darahnya mengalir, melihat tempat duduknya di surga, diselamatkan dari adzab kubur, aman dari goncangan hari kiamat, diletakkan di kepalanya mahkota dari mutiara yang lebih baik dari dunia dan seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dari hurun ‘in dan memberi syafaat kepada tujuh puluh kerabatnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad yang shahih) Orang-orang Mukmin Rasulullah SAW bersabda : “…Dan apabila mereka (orang-orang mukmin) melihat bahwa diri mereka telah selamat, mereka berkata tentang saudara-saudara mereka, Wahai Rabb kami, tolonglah saudara-saudara kami, mereka dulu shalat, puasa dan berbuat kebaikan bersama kami. ‘Lalu Allah berfirman, ‘Masuklah ke neraka, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar dinar, maka keluarkanlah ia.’ Lalu Allah membuat mereka tidak dapat tersentuh api, dan mereka pun mendatangi saudara-saudara mereka di neraka. Sebagian mereka ada yang tubuhnya masuk ke neraka sampai kaki, ada juga yang sampai betis. Mereka pun mengeluarkan arang-orang yang mereka kenal, lalu keluar. Allah berfirman lagi, ‘Masuklah, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar setengah dinar, maka keluarkanlah ia.’ Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal, lalu kembali. Allah kembali berfirman, ‘Masuklah, sesiapa yang kalian dapati memiliki iman sebesar debu, maka keluarkanlah Ia.‘ Dan mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim) Anak Kecil yang Meninggal Sebelum Baligh “Anak-anak kecil mereka (kaum muslimin) berada di jannah. Salah seorang dari mereka berjumpa dengan bapaknya atau kedua orang tuanya, lalu dia meraih ujung bajunya, atau beliau mengatakan, ‘Dengan tangannya sebagaimana aku memegang ujung bajumu ini, dia tidak akan berpisah dengan bapaknya sehingga Allah memasukkan dia dan bapaknya ke dalam surga’.” (HR. Bukhari dan Muslim) Syafaat Puasa Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a., sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “Puasa dan AI-Quran akan menolong seorang hamba pada hari kiamat. Puasa itu berkata; ‘Ya Rabbi, aku telah mencegahnya makan dan melampiaskan syahwat pada siang hari, maka izinkan saya menolongnya’. Dan Al-Quran berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah mencegahnya tidur pada malam hari, maka izinkan saya menolongnya.’ Lalu keduanya diizinkan untuk menolongnya.” (HR. Ahmad dengan sanad shahih, Shahihul Jami’) Membaca Al-Quran Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Bacalah AI-Quran karena AI-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya. Bacalah Az-Zahrawain (dua surat cahaya) yaitu surat Al-Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua naungan atau seperti dua kawanan burung yang membentangkan sayapnya, keduanya akan menjadi pembela bagi yang (rajin) membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat AI-Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya adalah penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin melakukannya.” (HR. Muslim) Footnote: [1] Di dalam hadits seIengkapnya, syafaat dari Allah ini diberikan terakhir, setelah sebelumnya para nabi, orang mukmin dan lainnya memberi syafaat sumber : https://darunnajah.com/10-pemberi-syafaat-di-padang-mahsyar/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.
Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Memberi Syafa’at. Ajak Umat Rosululloh Untuk Bersholawat, Mempelajari & Mengamalkan Al Qur’an.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Beri Kemudahan. Bersyukurlah Dengan Rahmat Iman, Ibadah, Kebaikan & Musibah. Alloh Hapus Semua Dosa #Dakwah #Islam
Tumblr media
Sebuah doa yang patut kita hafal dan amalkan demi meraih kemudaan saat dihisab di akhirat kelak. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ « اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيرًا ». فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ « أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ » Alhamdulillah Alloh Maha Beri Kemudahan. Bersyukurlah Dengan Rahmat Iman, Ibadah, Kebaikan & Musibah. Alloh Hapus Semua Dosa Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo (Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).” Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.” [1] Yang dimaksud dengan do’a tersebut diterangkan dalam hadits di atas. Maksud “hisab yang mudah” adalah saat di mana dosa-dosa seorang mukmin di hadapkan pada Allah, lalu ia pun mengakui dosa-dosanya itu. Kemudian setelah itu Allah mengampuni dosa-dosanya setelah ia bersendirian dengan Allah dan tidak ada seorang pun yang melihatnya ketika itu. Dari Shafwan bin Muhriz bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Ibnu Umar, “Bagaimana Anda mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang An Najwa (bisikan di hari kiamat)?” Ibnu Umar menjawab, يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا . فَيَقُولُ نَعَمْ . وَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا . فَيَقُولُ نَعَمْ . فَيُقَرِّرُهُ ثُمَّ يَقُولُ إِنِّى سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِى الدُّنْيَا ، فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ “Yaitu salah seorang dari kalian akan mendekat kepada Rabb-nya. Kemudian Dia meletakkan naungan-Nya di atasnya. Kemudian Dia berfirman, “Apakah kamu telah berbuat ini dan ini?” Hamba itu menjawab, “Ya, benar.” Dia berfirman lagi, “Apakah kamu telah melakukan ini dan ini?” Hamba itu menjawab, “Ya, benar.” Dia pun mengulang-ulang pertanyannya, kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosa tadi (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu.”[2] Inilah yang dimaksudkan dengan hisab yang mudah di mana dosa-dosa seorang hamba yang beriman itu dimaafkan. Moga Allah mudahkan bagi kita untuk mendapatkan kemudahan hisab semacam ini di akhirat kelak saat hari perhitungan. Aamiin Yaa Mujibad Du’aa’. Referensi: Syarh Do’a minal Kitab was Sunnah (Sa’id bin Wahf Al Qohthoni), Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam, soft file (.doc) Riyadh-KSA, 8 Shofar 1432 H (12/01/2011) www.rumaysho.com Muhammad Abduh Tuasikal [1] HR. Ahmad 6/48. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih selain perkataan: “Saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca: “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo”. Ini adalah tambahan di mana Muhammad bin Ishaq bersendirian dalam meriwayatkannya. [2] HR. Bukhari no. 6070. Sumber https://rumaysho.com/1511-ya-allah-hisablah-aku-dengan-hisab-yang-mudah.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muham
madin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Beri Kemudahan. Bersyukurlah Dengan Rahmat Iman, Ibadah, Kebaikan & Musibah. Alloh Hapus Semua Dosa
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Di antara orang yang masuk surga, ada yang langsung masuk ke dalamnya ada pula yang harus menunggu lama, dan ada juga yang harus mampir dulu ke neraka. Jika bisa memilih pastilah kita menginginkan masuk surga tanpa harus menunggu, tanpa harus mampir neraka, namun langsung masuk saja, tanpa dihisab tanpa diadzab. Bagaimana caranya? Berikut dijelaskan pembahasanya. Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad. Bertauhid dengan benar Saudaraku, tauhid adalah tujuan hidup kita. Tauhid merupakan ilmu yang paling agung, kewajiban yang paling wajib, dan perintah Allah yang terbesar. Oleh karena itulah, keistimewaan yang didapatkan oleh Al-Muwahhidin (orang-orang yang mentauhidkan Allah) itu banyak dan sangat besar. Di antara keutamaan yang didapatkan oleh mereka adalah, Ahli Tauhid mendapatkan keamanan dan hidayah, Tempat kembalinya adalah Surga, Allah Ta’ala menyelamatkannya dari neraka, Ahli Tauhid mendapatkan kesempatan diampuni seluruh dosa-dosanya, Timbangan tauhid beratnya mengalahkan timbangan langit dan bumi. Dan puncak keutamaan yang dianugerahkan kepada Ahli Tauhid adalah mendapatkan kesempatan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Orang-orang yang tak dihisab dan tak diadzab Hadits berikut ini menggambarkan kelompok orang-orang yang mendapatkan puncak keutamaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Ahli Tauhid, yaitu, masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Hushain bin Abdurrahman berkata bahwa Sa’id bin Jubair berkata, “Siapakah di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Akupun menjawab “Saya.” Lalu saya berkata, “Adapun saya ketika itu tidak sedang salat, tapi terkena sengatan hewan berbisa”. Kemudian ia bertanya, “Lalu apa yang anda kerjakan?” Saya pun menjawab, “Saya minta diruqyah1“. Ia bertanya lagi, “Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?” “Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” jawabku. Iapun bertanya lagi, “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada anda?” Saya menyampaikan, “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib, bahwa ia berkata, ‘Tidak ada ruqyah yang lebih bermanfaat kecuali untuk penyakit ‘ain2 atau terkena sengatan hewan berbisa.'” Sa’id berkata, “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan dalil yang didengarnya, namun Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Aku telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu aku melihat seorang Nabi bersama beberapa orang (tidak sampai 10 orang, pent.), seorang Nabi bersama seseorang dan dua orang, serta seorang Nabi yang sendirian. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku sekelompok orang yang sangat banyak. Aku mengira mereka itu umatku, namun disampaikan kepadaku, ‘Itu adalah Nabi Musa dan kaumnya.’ Selanjutnya, tiba-tiba aku melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada di antara mereka yang mengatakan, ‘Barangkali mereka itu sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Barangkali mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah.’ dan mereka menyebutkan yang lainnya pula. Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau bersabda, هُمُ الَّذِينَ  لاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَكتوونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ “Mereka itu adalah orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan kay3  dan tidak melakukan tathayyur4 serta mereka bertawakkal5 hanya kepada Rabb mereka.” Kemudian Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah, agar saya termas
uk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian berdirilah seseorang yang lain dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah, agar saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab,’ Ukkasyah telah mendahuluimu'” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim). Kiat masuk surga tanpa hisab tanpa adzab Seorang muslim yang baik, ketika membaca hadits yang agung di atas, tentu menginginkan menjadi salah satu dari tujuh puluh ribu orang yang beruntung tersebut. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika beberapa pertanyaan muncul, ketika seorang muslim berusaha memahami hadits yang disebutkan di atas, karena demikian semangatnya untuk masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Perlu diketahui bahwa masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab adalah ganjaran yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang berhasil mentauhidkan-Nya dengan sempurna (Tahqiiqut Tauhid). Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah dalam kitab Tauhid nya, menyebutkan hal ini dengan ucapannya, باب من حقق التوحيد دخل الجنة بغير حساب “Bab, Barangsiapa yang merealisasikan tauhid dengan sempurna, maka masuk kedalam surga tanpa hisab”. Dan barangsiapa yang masuk kedalam surga tanpa hisab, pastilah masuk surga tanpa adzab, namun barangsiapa yang masuk kedalam surga tanpa adzab, belum tentu masuk surga tanpa hisab. Dengan demikian, untuk menjadi kelompok orang-orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab, haruslah bisa merealisasikan tauhid dengan sempurna. Selanjutnya, pertanyaan menarik yang perlu dilontarkan adalah Bagaimanakah menjadi orang yang merealisasikan tauhid dengan sempurna (tahqiq tauhid)? Praktik Tauhid yang Sempurna Mempelajari tentang definisi Tahqiiq At-Tauhiid (perealisasian Tauhid dengan sempurna) adalah perkara yang sangat penting guna memahami dalil-dalil tentang ciri khas golongan yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Hal ini dikarenakan beberapa alasan berikut ini: Sifat sebuah definisi adalah jami’ dan mani’. Jami’ yaitu mengumpulkan segala sesuatu yang tercakup di dalam lafaz yang didefinisikan tersebut. Sedangkan mani’ yaitu mencegah dan membatasi agar perkara yang di luar cakupan definisi dari lafaz tersebut tidaklah dimasukkan kedalam cakupan lafaz tersebut. Dengan Taufik Allah, seseorang bisa menggunakan definisi tersebut untuk mengelompokkan ciri-ciri orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab yang disebutkan dalam sebuah dalil, sesuai dengan tingkatan Tahqiiq At-Tauhid masing-masing yang ditunjukkan dalil tersebut. Sehingga ketika seseorang terluput dari salah satu ciri khas tersebut, maka bisa diketahui apakah ia keluar dari golongan yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab ataukah tidak? Definisi dan tingkatan perealisasian tauhid Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, di dalam kitabnya, At-Tamhiid yang merupakan syarah (penjelasan) kitab Tauhid itu, telah menjelaskan tentang definisi Tahqiiq At-Tauhiid (perealisasian Tauhid dengan sempurna) yang menjadi inti pembahasan hadits yang agung di atas. Beliau menjelaskan bahwa Tahqiiq At-Tauhiid terbagi menjadi dua tingkatan, beliau mengatakan, “Maka Tahqiiq At-Tauhiid meliputi dua tingkatan, yaitu tingkatan wajib dan tingkatan mustahab (sunnah). Dengan demikian, orang-orang yang merealisasikan Tauhid dengan sempurna meliputi dua tingkatan pula.” Tingkatan Wajib Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa tingkatan yang wajib adalah meninggalkan sesuatu yang wajib ditinggalkan berupa tiga perkara yang telah disebutkan sebelumnya, maka (dengan demikian tingkatan wajib itu) meninggalkan syirik, meninggalkan bid’ah, dan meninggalkan maksiat. Dengan kata lain, Tahqiiq At-Tauhiid  pada tingkatan yang wajib adalah membersihkan agama seseorang dari seluruh dosa, baik dosa syirik, bid’ah maupun kemaksiatan, dengan segala macamnya. Apakah maksud “bersih dari dosa”? Berdasarkan penjelasan di atas, inti Tahqiiq At-Tauhiid
  pada tingkatan yang wajib adalah bersih dari segala dosa dengan segala macamnya. Sedangkan maksud bersih dari dosa dengan segala macamnya (syirik, bid’ah dan maksiat) adalah seorang hamba meninggal dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur (mukaffirat) dosa. Jadi, yang dijadikan patokan di sini adalah akhir hidup seseorang, karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ “Sesungguhnya amalan itu hanya berdasarkan penutupnya” (HR. Al-Bukhari). Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa barangsiapa yang melakukan sesuatu kemaksiatan, dosa atau bid’ah, kemudian belum bertaubat darinya, atau belum terlebur dosanya, maka ia belumlah dikatakan telah merealisasikan tauhid secara sempurna, jenis tingkatan wajib. Hal ini menunjukkan bahwa yang dijadikan patokan adalah akhir kehidupan, bukan pada kekurangan di awal kehidupan.” Kesimpulan: Tingkatan wajib adalah tingkatan orang-orang yang bersih dari dosa, dengan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharaman. Tingkatan jenis ini juga disebutkan di dalam sebagian syarah (penjelasan) kitab Tauhid yang lainnya, seperti Fathul Majiid dan Hasyiyah Kitab Tauhiid, tepatnya pada bab “Man haqqaqat Tauhiid dakhalal Jannah bighairi hisab”. Tingkatan Mustahab (Sunnah) Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa tingkatan mustahab dalam Tahqiiq At-Tauhiid adalah sebuah tingkatan di mana ahli tauhid memiliki keutamaan yang amat berbeda-beda. Dalam tingkatan ini tidak ada suatu arah atau tujuan pada hati seseorang kepada selain Allah. Hati tersebut menghadap kepada Allah secara totalitas, tidak terdapat kecondongan kepada selain Allah, sehingga jika berucap ikhlas karena Allah. Jika bertingkahlaku, ikhlas karena Allah. Jika beramal ikhlas karena Allah, bahkan seluruh gerakan hatinya karena Allah. Beliau juga menjelaskan bahwa sebagian ulama menjelaskan bahwa tingkatan mustahab adalah meninggalkan sesuatu yang mubah karena khawatir berakibat ada apa-apanya jika dilakukan, maksudnya disini adalah mencakup amal hati, lisan, dan anggota tubuh badan. Kesimpulan: Tingkatan mustahab adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunnah serta meninggalkan hal yang haram, makruh, dan sebagian hal yang mubah/halal. Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan As-Saabiqun bil khairaat (orang-orang yang bersegera dalam kebaikan) dalam kitabnya I’anatul Mustafid bahwa mereka adalah orang-orang yang selamat dari syirik besar maupun kecil. Mereka meninggalkan hal-hal haram dan makruh. Bahkan mereka meninggalkan sebagian hal yang mubah/halal. Mereka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal ketaatan, baik amal yang wajib maupun yang sunnah. Mereka adalah orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan. Maka barangsiapa yang sampai pada tingkatan ini, maka ia masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Tingkatan jenis ini juga disebutkan di dalam sebagian syarah kitab Tauhid yang lainnya, seperti: Hasyiyah Kitab Tauhiid dan Taisiir Al-‘Aziiz Al-Hamiid. Perealisasian Tauhid dengan sempurna adalah perealisasian Syahadatain Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, didalam kitabnya At-Tamhiid menjelaskan perealisasian tauhid dengan sempurna adalah perealisasian syahadatain laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah‘, karena pada ucapan seorang Ahli Tauhid laa ilaaha illallaah’, terdapat tuntutan pelaksanaan tauhid dan jauh dari syirik, dengan segala macamnya, Pada ucapan asyhadu anna muhammadar rasulullah mengandung tuntutan jauh dari kemaksiatan dan bid’ah, hal itu disebabkan karena konsekuensi syahadat Muhammadar Rasulullah adalah taat pada perkara yang diperintahkan oleh rasulullah, membenarkan apa yang beliau infromasikan, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah melainkan sesuai deng
an syari’at yang diajarkannya (At-Tamhiid: 33). Wallahu a’lam. *** Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah Artikel Muslim.or.id Ruqyah adalah pengobatan dengan pembacaan ayat-ayat Alquran atau do’a-do’a ataupun lafadz-lafadz tertentu ↩ ‘Ain adalah pengaruh buruk yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui matanya ↩ Kay adalah menempelkan besi panas atau sejenisnya pada luka ↩ Tathayyur adalah semua hal yang menyebabkan seseorang membatalkan perbuatannya karena takut malapetaka atau meneruskan perbuatannya karena optimis akan beruntung setelah ia melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada bukti ilmiah bahwa sesuatu tersebut bisa mendatangkan malapetaka atau keberuntungan. (Mutiara Faidah, hal. 142) ↩ Tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya dalam mendapatkan manfaat atau menolak bahaya/kerugian, diiringi dengan percaya kepada-Nya dan mengambil sebab yang diizinkan dalam Syari’at Islam ↩ Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/27669-masuk-surga-tanpa-hisab-dan-adzab-mau.html Di antara orang islam yang masuk surga, ada yang langsung masuk ke dalamnya ada pula yang harus menunggu lama, dan ada juga yang harus mampir dulu ke neraka. Jika bisa memilih pastilah kita menginginkan masuk surga tanpa harus menunggu, tanpa harus mampir neraka, namun langsung masuk saja, tanpa dihisab tanpa diadzab. Bagaimana caranya? Berikut dijelaskan pembahasannya, 15 Amalan Masuk Surga Tanpa Dihisab. 1. Bertauhid keutaamaan mempelajari tauhid merupakan ilmu yang paling agung, kewajiban yang paling wajib, dan perintah Allah yang terbesar. Oleh karena itulah, keistimewaan yang didapatkan oleh Al-Muwahhidin (orang-orang yang mentauhidkan Allah) itu banyak dan sangat besar. Di antara keutamaan ilmu tauhid islam yang didapatkan oleh mereka adalah, Ahli Tauhid mendapatkan keamanan dan hidayah, Tempat kembalinya adalah Surga, Allah Ta’ala menyelamatkannya dari neraka, Ahli Tauhid mendapatkan kesempatan diampuni seluruh dosa-dosanya, Timbangan tauhid beratnya mengalahkan timbangan langit dan bumi. Dan puncak keutamaan yang dianugerahkan kepada Ahli Tauhid adalah mendapatkan kesempatan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. 2. Beramal Sesuai dasar hukum islam Sa’id berkata, “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan dalil yang didengarnya, namun Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Aku telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu aku melihat seorang Nabi bersama beberapa orang (tidak sampai 10 orang, pent.) seorang Nabi bersama seseorang dan dua orang, serta seorang Nabi yang sendirian. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku sekelompok orang yang sangat banyak. Aku mengira mereka itu umatku, namun disampaikan kepadaku, ‘Itu adalah Nabi Musa dan kaumnya.’ Selanjutnya, tiba-tiba aku melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. 3. Tawakkal dengan hukum beradab dengan Rasulullah, Ada di antara mereka yang mengatakan, ‘Barangkali mereka itu sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Barangkali mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah.’ dan mereka menyebutkan yang lainnya pula. Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan kay  dan tidak melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal hanya kepada Rabb mereka.” 4. Meninggal dalam Keadaan Bertaubat “Sesungguhnya amalan itu hanya berdasarkan penutupnya” (HR. Al-Bukhari). sebab itu selalu panjatkan doa diwafatkan dalam islam 5. Bersih dari Do
sa Syirik, Bid’ah, Maksiat mMaksud bersih dari dosa dengan segala macamnya (syirik, bid’ah dan maksiat) adalah seorang hamba meninggal dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur (mukaffirat) dosa. 6. Jauh dari Syirik Besar dan Kecil Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan As-Saabiqun bil khairaat (orang-orang yang bersegera dalam kebaikan) dalam kitabnya I’anatul Mustafid bahwa mereka adalah orang-orang yang selamat dari syirik besar maupun kecil. Mereka meninggalkan hal-hal haram dan makruh. Bahkan mereka meninggalkan sebagian hal yang mubah/halal. Mereka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal ketaatan, baik amal yang wajib maupun yang sunnah. Mereka adalah orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan. Maka barangsiapa yang sampai pada tingkatan ini, maka ia masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab. 7. Mengucap Syahadat Ketika Meninggal Pada ucapan asyhadu anna muhammadar rasulullah mengandung tuntutan jauh dari kemaksiatan dan bid’ah, hal itu disebabkan karena konsekuensi syahadat Muhammadar Rasulullah adalah taat pada perkara yang diperintahkan oleh rasulullah, membenarkan apa yang beliau infromasikan, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah melainkan sesuai dengan syari’at yang diajarkannya (At-Tamhiid: 33). 8. Mengucap Laa Ilaaha Illallah Ketika Meninggal Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, didalam kitabnya At-Tamhiid menjelaskan perealisasian tauhid dengan sempurna adalah perealisasian syahadatain laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah‘, karena pada ucapan seorang Ahli Tauhid laa ilaaha illallaah’, terdapat tuntutan pelaksanaan tauhid dan jauh dari syirik, dengan segala macamnya, 9. Pengikut Setia Rasulullah Daripada Abu Bakar , Rasulullah SAW bersabda : “Aku dianugerahi Allah 70,000 orang dari umatku masuk syurga tanpa hisab. Wajah mereka nampak seperti bulan pada malam purnama. Hati mereka semuanya sama. Lalu, aku memohon tambahan kepada Allah dan Allah menambahkan untukku setiap satu orang menjadi 70,000 orang .” (Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad dengan sanad yang sahih) . 10. Orang yang Pertama Kali Masuk Islam di Masa Rasulullah 10.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.12. Berada dalam jannah kenikmatan.13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al Waqiah 10-14) 11. Memiliki Kesempurnaan Akhlak Golongan orang yang akan masuk syurga tanpa hisab adalah golongan yang sifatnya disebutkan dalam surah Al-Waqi’ah ayat 10 -14 . Allah memberi sifat kepada mereka sebagai orang-orang yang beriman paling dahulu dan mereka didekatkan kepada Allah di syurga. Mereka adalah segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian . Kepada mereka , Allah telah menanamkan kemuliaan , cinta takdir , dan keagungan . Mereka adalah cermin dalam iman , amal kebaikan , jihad , ilmu , anugerah , kelembutan hati , cinta , kesempurnaan , akhlak , dan keagungan . 12. Mendapat Buku Amal di Tangan Kanan 7.Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,9. dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira (Al Insyiqaq 7-9) 13. Orang yang Sabar Ketika Diuji dengan Penyakit Berat di Dunia ” Pada hari kiamat kelak setelah timbangan timbangan amal dipasang, orang orang yang tekun shalat dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh, orang orang yang tekun puasa dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh, orang orang yang gemar berpuasa dipanggil untk menerima pahala mereka secara penuh, dan orang orang yang pergi haji dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh. Tetapi timbangan orang orang orang yang dicoba dengan peneritaan sakit tidak dipasang, mereka juga tidak diadili, mereka selain diberi pahala juiga tidak dihisab “ 14. Mati Syahid Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda :” Pada hari kiam
at nanti orang yang mati syahid dihadirkan untuk dihisab, dan orang yang suka bersedekah dihadirkan untuk dihisab. Orang orang yang dicoba dengan penyakit juga dihadirkan, namun tidak untuk dihisab maupun diadili. Mereka malah diberi pahala yang amat banyak. Sehingga orang orang sehat yang ada di padang mahsyar berharap tubuh mereka di[potong potong dan digunting ahar bisa mendapat pahala yang baik disisi Allah “ 15. Selalu Bersyukur dan Qana’ah (Menerima Apa Adanya) ” Wahai cucuku selalulah bersikap qana’ah , niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling kaya. Dan tunaikanlah kewajiban kewajiban, niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling berbakti pada Allah. Wahai cucuku sesungguhnya di syurga ada terdapat pohon bernama Balwa yang diperuntukan bagi orang orang yang dicoba dengan derita penyakit. Untukn metreka tidak diadakan penimbangan amal, dan juga tidak diselenggarakanh pengadilan. Tetapi malah dicurahkan pahala kepada mereka” . Beliau lalu membaca surat Az zumar ayat 10 :“Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas” Jika seseorang memiliki kebaikan yang sempurna misalnya dari segi akhlak, amalan kepada orang lain dsb namun ia memiliki sifat kafir dan syirik, maka ia tidak termasuk pada 15 golongan yang disebutkan di atas, melainkan mereka langsung dimasukkan ke dalam neraka tanpa dihisab amalnya terlebih dahulu walaupun mereka memiliki amal baik yang banyak selama hidup di dunia, hal itu terjadi karena setiap orang yang kafir dan syirik akan dipastikan masuk neraka sebab mereka melakukan segala hal di dunia bukan karena Allah dan tidak pernah menyembah kepada Allah, sebagaimana firman berikut, 20.Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman21. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi 22. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam 23. Dan yang menyertai dia berkata : ” Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku.”24. Allah berfirman :” Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala   25. yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,   26. Yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat (Qaf 20-26) Nah sobat, ituah amalan mulia yang mendapat janji dari Allah untuk masuk surga tanpa dihisab, semoga bisa menjadi motivasi untuk kita semua dalam meningkatkan amal mulia agar jauh dari api neraka. Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih. sumber : https://dalamislam.com/info-islami/amalan-masuk-surga-tanpa-dihisab بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Baik Mengampuni Semua Dosa Setiap Umat Rosululloh. Rosululloh Adalah Imam Terbaik Kita Umat Manusia, Alloh Memberikan Catatan Kita Dari Kanan Penuh Cinta & Kasih Sayang. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Quran Surat Al-Isra Ayat 71 يَوْمَ نَدْعُوا۟ كُلَّ أُنَاسٍۭ بِإِمَٰمِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَٰبَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا Arab-Latin: Yauma nad'ụ kulla unāsim bi`imāmihim, fa man ụtiya kitābahụ biyamīnihī fa ulā`ika yaqra`ụna kitābahum wa lā yuẓlamụna fatīlā Terjemah Arti: (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Alhamdulillah Alloh Maha Baik Mengampuni Semua Dosa Setiap Umat Rosululloh. Rosululloh Adalah Imam Terbaik Kita Umat Manusia, Alloh Memberikan Catatan Kita Dari Kanan Penuh Cinta & Kasih Sayang. Tafsir Quran Surat Al-Isra Ayat 71 Sebutkanlah (wahai rasul), hari kebangkitan dengan memberikan kabar gembira dan menyampaikan peringatan, ketika Allah memanggil tiap-tiap golongan dari manusia bersama pemimpinnya yang dahulu mereka ikuti di dunia. Maka siapa saja diantara mereka termasuk orang shalih dari mereka, dan disodori buku catatan amal perbuatannya di tangan kanannya, maka mereka itu akan membaca buku catatan amal mereka dengan senang dan riang gembira. Dan mereka tidak mengalami pengurangan pahala dari amal-amal shalih mereka sedikitpun, walaupun seukuran benang tipis yang berada di tengah biji kurma. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 71. Dan ingatlah -wahai Rasul- pada hari ketika Kami menyeru setiap kelompok umat dengan pemimpin yang mereka ikuti ketika di dunia, barangsiapa yang diberikan catatan amalnya di tangan kanannya, mereka akan membaca catatannya dengan gembira, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala mereka walaupun kecilnya pahala tersebut laksana selaput putih yang membungkus biji kurma. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 71. Hai Nabi, ingatlah pada hari kebangkitan ketika Kami memanggil setiap umat bersama nabi mereka untuk menjadi saksi atas mereka. Dan barangsiapa yang diberi kitab amalannya dengan tangan kanan -dan mereka adalah orang-orang yang mendapat kebahagiaan dan derajat yang tinggi-, maka mereka akan membaca kitab mereka dengan parasaan senang atas kebaikan-kebaikan yang telah mendapat balasan, dan balasan bagi mereka sama sekali tidak dikurangi sedikitpun. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 71. يَوْمَ نَدْعُوا۟ كُلَّ أُنَاسٍۭ بِإِمٰمِهِمْ ۖ ((Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya) Dengan dikatakan pada hari itu “wahai umat yang diturunkan kepadanya Taurat! wahai umat yang diturunkan kepadanya Injil! wahai umat yang diturunkan kepadanya al-Qur’an! فَمَنْ أُوتِىَ كِتٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ(dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya) Dari orang-orang yang dipanggil tersebut. فَأُو۟لٰٓئِكَ يَقْرَءُونَ كِتٰبَهُمْ (maka mereka ini akan membaca kitabnya itu) Yakni kitab yang menyebutkan segala amalan kebaikan dan amalan keburukannya. وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (dan mereka tidak dianiaya sedikitpun) Yakni pahala mereka sama sekali tidak dikurangi meski hanya seukuran ‘fatil’, yakni kulit tipis yang terdapat pada biji kurma. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 71. Dan ingatlah hari dimana Kami menyeru setiap umat dengan diiringi nabi atau kitab yang diturunkan kepada mereka saat kiamat. Dan Kami berikan kepada setiap manusia itu catatan amalnya. Barangsiapa diberi catatan amalnya dengan menggunakan tangan kanan, maka mereka adalah orang-orang yang berbahagia. Mereka membaca catatan yang diberikan kepada mereka itu dengan senang. Dan tidak berkurang sedikitpun pahala amal ibadah mereka. Al-Fatil adalah ikatan benang panjang yang ada di separuh biji buah.
Ini digunakan sebagai contoh karena sangat sedikit dan tidak terlalu berarti Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 71. Allah mengabarkan tentang keadaan para makhluk pada hari Kiamat. Allah juga mengabarkan bahwa Dia akan memanggil setiap umat bersama dengan imam dan pemberi petunjuk mereka, yaitu para rasul dan penerus-penerusnya. Kemudian setiap umat maju, dan rasul yang pernah menyeru mereka pun menghadirinya. Amalan mereka dibandingkan dengan kitab yang pernah diserukan oleh rasul, apakah sesuai atau tidak? Dengan ini, terbagilah manusia menjadi dua kelompok, “maka barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya,” karena sebelumnya mereka mengikuti imamnya yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, mengambil petunjuk dari Kitabullah, maka kebaikannya menjadi banyak dan keburukannya menyusut, “maka mereka ini akan membaca kitabnya itu,” dengan bacaan yang menggembirakan dan menyenangkan atas sesuatu yang mereka lihat di dalamnya dari sesuatu yang membuat mereka bahagia dan senang, “dan mereka tidak dianiaya sedikit pun,” dari setiap kebaikan yang telah mereka lakukan. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Yaitu hari kiamat. Yakni dengan nabi mereka atau dengan kitab yang diturunkan kepada nabi mereka, lalu dikatakan, “Wahai umat fulan!”. Kemudian setiap umat dihadapkan, dengan dihadiri rasulnya yang pernah berdakwah kepada mereka, kemudian amal mereka dihadapkan ke kitab yang diturunkan kepada rasul, apakah amal mereka sesuai dengan perintah yang ada dalam kitab itu atau tidak?. Ada pula yang menafsirkan “Dengan catatan amal mereka,” lalu dikatakan kepada orang yang banyak melakukan keburukan, “Wahai pemilik keburukan!” Mereka adalah orang-orang yang berbahagia. Yakni dengan gembira dan senang. Amal baik mereka tidak akan dirugikan. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Ingatlah, pada hari ketika kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; kepada setiap anggota dari umat itu diberikan catatan amalnya, dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka itulah orang-orang yang berbahagia, mereka akan berulang-ulang membaca catatannya dengan baik disebabkan karena kegembiraannya, dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun dengan dikurangi pahala dari amal yang dilakukannya. Dan barang siapa buta hatinya di dunia ini, menempuh jalan yang sesat dan durhaka kepada tuhan, maka di akhirat dia akan buta pula hatinya dan tersesat jauh dari jalan yang benar. Tidak ada waktu lagi untuk bertobat dan mencari keselamatan dari azab tuhan. Kepada mereka diberikan catatan amalnya di tangan kirinya. Mereka itulah orang-orang yang celaka disebabkan karena kesesatan dan kedurhakaannya kepada tuhan. Referensi: https://tafsirweb.com/4675-quran-surat-al-isra-ayat-71.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Baik Mengampuni Semua Dosa Setiap Umat Rosululloh. Rosululloh Adalah Imam Terbaik Kita Umat Manusia, Alloh Memberikan Catatan Kita Dari Kanan Penuh Cinta & Kasih Sayang.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Menghapus Semua Keburukan Karna Alloh Maha Baik & Mulia. Bahkan Di Hari Mizan, Semua Yang Ditimbang Adalah Kebaikan Dari Alloh Tanpa Dosa. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 39 يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ Arab-Latin: Yam-ḥullāhu mā yasyā`u wa yuṡbit, wa 'indahū ummul-kitāb Terjemah Arti: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). Alhamdulillah Alloh Maha Menghapus Semua Keburukan Karna Alloh Maha Baik & Mulia. Bahkan Di Hari Mizan, Semua Yang Ditimbang Adalah Kebaikan Dari Alloh Tanpa Dosa. Tafsir Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 39 Allah menghapus hukum-hukum dan ketetapan lainnya yang Dia kehendaki, dan mempertahankan dari perkara-perkara itu apa yang dikehendakiNya, sesuai dengan hikmah yang diketahuiNya. Dan di sisiNya terdapat kitab, yaitu lauhil mahfuzh. Yang ditetapkan di sana segala keaadan makhluk sampai hari kiamat. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 39. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki untuk dihapus berupa kebaikan atau keburukan, kebahagiaan atau kesengsaraan atau selainnya. Allah menetapkan apa yang Allah kehendaki untuk Dia tetapkan. Di sisi-Nya Lauḥul Maḥfuẓ yang merupakan induk dari segala urusan, apa yang nampak berupa penghapusan atau penetapan sejalan dengan apa yang tertulis di sana. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 39. Allah menghapus suatu hukum dan menetepkannya sesuai kehendak-Nya dengan dasar hikmah dan kemaslahatan. Dan di sisi-Nya induk dari segala kitab yaitu lauhul mahfudz. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 39. يَمْحُوا۟ اللهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ (Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan) Yang tercantum dalam kitab tersebut. Allah menghapus apa yang Dia kehendaki seperti kemelaratan, kebahagiaan, rezeki, umur, kebaikan, atau keburukan, Allah dapat mengganti yang satu dengan yang lainnya. Dan menempatkan yang satu ditempat lainnya. وَعِندَهُۥٓ أُمُّ الْكِتٰبِ (dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh) Terdapat pendapat mengatakan bahwa penghapusan dan penetapan ini pada kitab yang ada di tangan para malaikat, adapun kitab Lauhul mahfudz tidak dihapus atau dirubah sama sekali, tidak ada pergantian yang satu dengan yang lain. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 39 Terkadang Allah menghapuskan hukum-hukum yang Dia kehendaki dan Dia juga menetapkan hukum yang Dia kehendaki dengan disertai hikmah dan manfaat yang disesuaikan dengan zaman. Di sisi-Nya lah terdapat Ummul-Kitab yaitu Lauh mahfuzh yang tidak ada ganti dan perubahannya Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 39. “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki,” dari takdir-takdirNya “dan menetapkan,” apa yang dikehendakiNya dari yang sudah ditetapkan. Penghapusan dan perubahan ini bukan pada hal-hal yang mana ilmu Allah telah mendahului (bahwa akan terjadi dan Pena Allah telah menuliskan takdirnya). Sesungguhnya, hal itu tidak mengalami perubahan dan pergantian. Karena, menjadi suatu perkara yang mustahil bagi Allah jika terjadi suatu kekurangan dan kekeliruan pada ilmu Allah (tentang segala sesuatu yang akan terjadi). Oleh karena itu, Allah berfirman “dan di sisiNya terdapat Ummul KItab,” yaitu Lauh Mahfuzh yang menjadi buku rujukan bagi segala sesuatu. Itu adalah intinya, ia mempunyai cabang dan sisi. Misalnya, amalan pagi dan siang hari yang dicatat oleh malaikat, dan Allah menciptakan sebab kausalitas yang bisa menetapkannya dan sebab-sebab yang bisa menghapuskannya. Sebab-sebab tersebut tidak akan melampaui batas dengan apa yang telah di gariskan di Lauh Mahfuzh. Sebagaimana Allah menjadikan kebaikan, silaturahim, dan perbuatan baik sebagai sebab kausalitas yang bisa memanjangkan usia dan meluaskan rizki.
Sebagaimana Allah menjadikan maksiat-maksiat sebagai sebab yang menghilangkan berkah rizki dan usia. Sebagaimana Allah menetapkan beberapa sebab kausalitas keselamatan dari berbagai kebinasaan dan kehancuran sebagai jalan menuju keselamatan, dan menjadikan sebab kausalitas penghalang keselamatan sebagai penyebab kehancuran. Dia-lah yang mengatur segala urusan sesuai dengan kekuasaan dan kehendakNya. Hal-hal yang Allah atur tidak bertentangan dengan apa yang sudah diketahui Allah (akan terjadi) dan dituliskan di Lauh Mahfuzh. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna kata : (يَمۡحُواْ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ) yamhullahu maa yasyaa’ : “Allah menghapus apa yang Dia kehendaki.” Yaitu menghapus hukum-hukum dan selainnya sesuai dengan kehendak-Nya, apa yang Dia hapuskan maka itu adalah mansukh (dihapus hukumnya) dan yang Dia tetapkan adalah muhkam. Makna ayat : Firman-Nya : (يَمۡحُواْ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثۡبِتُۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلۡكِتَٰبِ) “Allah menghapus apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan milik-Nya lah Ummul Kitab.” Ayat ini adalah bantahan atas perkataan mereka, “Mengapa Dia menetapkan sesuatu, lalu menghapusnya lagi?” seperti diubahnya kiblat dari Baitul Maqdis menuju Ka’bah dan masa iddah dari satu tahun menjadi empat bulan sepuluh hari? Maka Dia menegaskan bahwa Allah ta’ala memiliki kekuasaan dan kehendak yang akan bisa dikalahkan oleh kekuasaan dan kehendak manusia, Dia menghapus yang apa yang Dia kehendaki berupa syariat dan hukum, tergantung kepada kebutuhan hamba-hamba-Nya, dan begitu juga menetapkan hal yang baik dan bermanfaat bagi mereka, (وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلۡكِتَٰبِ) “dan milik-Nya lah Ummul Kitab.” Yaitu kitab yang mencakup segala takdir, tidak dapat diubah dan diganti, seperti kematian, kehidupan, kebahadiaan, dan kesengsaraan. Dalam hadits “Pena-pena telah diangkat, dan kertas-kertas sudah kering.” Diriwayatkan oleh Muslim. Pelajaran dari ayat : • Penjelasan bahwa naskh (penghapusan) hukum-hukum berdasarkan kitab (Al-Qur’an) dan sunnah (Al-Hadits). Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghapus taqdir-Nya dan menetapkan sesuai yang Dia kehendaki. Perubahan ini bukanlah pada taqdir yang terdahulu yang telah didahului ilmu-Nya dan dicatat oleh pena-Nya, karena taqdir ini sudah tidak dapat dirubah lagi, yang demikian karena jika masih dirubah sama saja terjadi kekurangan dalam ilmu-Nya. Syaikh As Sa’di berkata, “Yakni Lauh Mahfuzh, di mana semua perkara kembali kepadanya, ia merupakan pokoknya, sedangkan perkara-perkara itu cabang dan rantingnya. Perubahan hanyalah terjadi pada cabang dan ranting, seperti halnya amalan yang dilakukan pada siang dan malam hari yang dicatat oleh malaikat. Allah mengadakan sebab-sebab untuk tetapnya dan mengadakan sebab-sebab untuk terhapusnya, dan sebab-sebab itu tidak melewati apa yang tertulis dalam Lauh Mahfuzh, sebagaimana Allah menjadikan birrul walidain, silaturrahim dan ihsan termasuk sebab panjang umur dan luasnya rezeki, dan sebagaimana Dia menjadikan maksiat sebagai sebab tercabutnya keberkahan rezeki dan umur, dan sebagaimana Dia menjadikan sebab-sebab selamat dari kebinasaan sebagai sebab untuk keselamatan, dan menjadikan coba-coba kepadanya sebagai sebab untuk binasa. Dialah yang mengatur urusan sesuai kemampuan dan iradah-Nya, dan apa yang diatur-Nya tidaklah menyalahi apa yang telah diketahui-Nya dan ditulis-Nya dalam Lauh Mahfuzh.” Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Allah yang mahabijaksana menghapus hukum yang layak untuk dihapus, dan menetapkan apa (hukum) yang dia kehendaki untuk ditetapkan. Allah melakukan hal itu sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya. Dan di sisi-Nya terdapat ummul-kitab, yakni lauh mahfudh. Kami'Allah'mahakuasa menetapkan atau menghapus hukum yang kami kehendaki sesuai kebijaksanaan kami. Dan sungguh, jika kami perlihatkan
kepadamu, wahai nabi Muhammad, di dunia ini sebagian dari siksaan dan balasan yang kami ancamkan kepada mereka (orang kafir) sebagaimana permintaan mereka, atau kami wafatkan engkau sebelum menyaksikan siksaan itu datang kepada mereka'namun mereka pasti akan merasakannya'maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja dakwah dan risalah yang kami titipkan kepadamu, dan kamilah yang akan memperhitungkan amal mereka serta balasan yang akan mereka terima atasnya. Referensi: https://tafsirweb.com/3999-quran-surat-ar-rad-ayat-39.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Menghapus Semua Keburukan Karna Alloh Maha Baik & Mulia. Bahkan Di Hari Mizan, Semua Yang Ditimbang Adalah Kebaikan Dari Alloh Tanpa Dosa.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Suci, Dipuji & Agung. Ajak Banyak Zikir “Subhanallohu WaBihamdih Subhanallohil ‘Adzim”, InsyaAlloh Sukses Di Telaga Dan Timbangan Kebaikan Kita. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Quran Surat Al-A’raf Ayat 8 وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ Arab-Latin: Wal-waznu yauma`iżinil-ḥaqq, fa man ṡaqulat mawāzīnuhụ fa ulā`ika humul-mufliḥụn Terjemah Arti: Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Alhamdulillah Alloh Maha Suci, Dipuji & Agung. Ajak Banyak Zikir “Subhanallohu WaBihamdih Subhanallohil ‘Adzim”, InsyaAlloh Sukses Di Telaga Dan Timbangan Kebaikan Kita. Tafsir Quran Surat Al-A’raf Ayat 8 Dan penimbangan amal-amal manusia pada hari kiamat dilakukan dengan timbangan hakiki secara adil dan lurus yang tidak ada unsur kezhaliman sama sekali di dalamnya. Barangsiapa yang berat timbangan amal perbuatannya (karena banyaknya amal kebaikannya), maka mereka adalah orang-orang yang beruntung. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 8. Dan timbangan amal di hari Kiamat akan dilakukan secara adil, tidak ada kecurangan maupun kezaliman. Barangsiapa yang timbangan amal baiknya lebih berat dari amal buruknya mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan dan selamat dari apa yang mereka takutkan. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 8. وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ (Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan)) Yakni amalan para hamba ditimbang di hari kiamat dengan timbangan sesungguhnya yang sesuai dengan keadilan yang tidak ada kezaliman didalamnya. فَمَن ثَقُلَتْ مَوٰزِينُهُۥ(maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya) Yakni barangsiapa yang amal-amal shalihnya yang ditimbang lebih berat. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 8. Dan timbangan amal pada hari kiamat itu pasti benar, detail, dan adil, dimana tidak ada kecurangan di dalamnya. Maka barangsiapa kebaikannya lebih berat daripada keburukannya, maka mereka itu adalah orang yang memenangkan keridhaan dan surga Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 8. yakni timbangan pada hari kiamat adalah timbangan yang adil yang tidak ada unsur kesewenang-wenangan dan kezhaliman padanya, ”maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya” dimana daun timbangan kebaikan lebih berat daripada daun timbangan keburukan “maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” yakni orang-orang yang selamat dari apa yang dibenci, dan meraih apa yang diharapkan. Orang-orang yang mendapatkan keuntungan besar dan kebahagiaan yang terus-menerus. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Timbangan ini sebagaimana dalam hadits memiliki dua daun timbangan. Penimbangan dilakukan dengan adil. Selamat dari yang tidak diinginkan, dan memperoleh apa yang diinginkan, memperoleh keberuntungan yang besar dan kebahagiaan yang kekal. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Timbangan yang tidak kita ketahui secara hakiki bagaimana bentuk dan sifatnya, pada hari itu menjadi ukuran kebenaran. Ihwal timbangan ini merupakan perkara gaib; kita wajib mengimaninya dan hanya Allah yang tahu hakikatnya. Maka barang siapa berat timbangan kebaikan-Nya karena banyak melakukan kebaikan, mereka itulah orang yang beruntung. Mereka akan masuk surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Dan barang siapa ringan timbangan kebaikan-Nya karena banyak melakukan dosa, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat kami. Padahal, ayat-ayat tersebut telah jelas mengemukakan kebenaran yang sulit terbantahkan. Namun kesombongan dan sikap iri pada hati mereka menyebabkan mereka enggan menerima ayat-ayat tersebut, bahkan mendustakannya. Referensi: https://tafsirweb.com/2462-quran-surat-al-araf-ayat-8.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ
هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Suci, Dipuji & Agung. Ajak Banyak Zikir “Subhanallohu WaBihamdih Subhanallohil ‘Adzim”, InsyaAlloh Sukses Di Telaga Dan Timbangan Kebaikan Kita.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Rahmat Telaga Alloh Untuk Semua Umat Rosululloh Tiada Batas. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Jika kita berbicara tentang telaga, mungkin yang akan terbayang di benak kita adalah tentang keindahannya. Airnya yang jernih kebiruan, pepohonan yang hijau dan rindang di sekitarnya, kicauan burung-burung yang membelah langit di atas telaga, dan keindahan lain yang dapat kita temui di sekitar telaga. Itulah keindahan telaga di dunia. Alhamdulillah Rahmat Telaga Alloh Untuk Semua Umat Rosululloh Tiada Batas. Tahukah engkau saudariku, di hari akhir nantipun akan ada telaga? Berita tentang keberadaan telaga di hari akhir ini telah dijelaskan jauh hari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu saja sebagai muslimah yang baik, kita harus mengimani hal ini meskipun akal kita tak mampu menjangkaunya. Ketahuilah wahai saudariku, pembahasan mengenai telaga di hari akhir ini merupakan pembahasan yang berkaitan dengan keimanan terhadap hari akhir. Karena itu, ketundukan terhadap nash-nash syar’i harus lebih didahulukan daripada pemikiran akal semata. Nah, bagaimanakah sebenarnya telaga di hari akhir tersebut? Semoga Allah memudahkan kita dalam membahas hal ini. Setiap Nabi Memiliki Telaga (Haudh) Lafazh al-haudh ( الحوض ) secara bahasa adalah al-jam’u (kumpulan), dikatakan menghimpun (mengumpulkan) air, lalu ditempatkan pada suatu wadah apabila telah terkumpul. Kadang-kadang dimaknai dengan wadah air. Secara syar’i (terminologi), makna al-haudh adalah telaga air yang turun dari sungai surga pada hari kiamat yang diperuntukkan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits-hadits mutawatir dan berdasarkan kesepakatan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. (Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku telah mendahului kalian menuju al-haudh…” (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Sahl bin Sa’d). Saudariku muslimah, perlu kita ketahui bahwa setiap Nabi ‘alaihimus shalaatu wa sallam memiliki telaga. Namun telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling besar, paling mulia, paling indah, dan paling banyak pengikutnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga, mereka membanggakan diri, siapa di antara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” (HR. Tirmidzi) Karakteristik Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Saudariku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan tentang ciri-ciri telaga beliau kepada kita. Ketahuilah saudariku, telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah telaga yang paling indah di antara telaga-telaga Nabi lainnya. Dan telaga tersebut diperuntukkan untuk kita, umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah kita patut bergembira akan hal itu. Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam airnya lebih putih dari susu. Rasanya lebih manis daripada madu. Lebih harum dari minyak kesturi. Panjangnya sama dengan lebarnya, yaitu satu bulan perjalanan. Gayungnya bagaikan bintang di langit dalam jumlah dan indahnya. Telaga Rasulullah memiliki dua saluran yang dihubungkan ke surga, yaitu ke sungai al-Kautsar. Barangsiapa yang minum seteguk air darinya, maka tidak akan kehausan lagi selamanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit, siapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” (HR. Bukhari). Lalu, dimanakah letak haudh? Ulama berbeda pendapat tentang letak haudh, apakah setelah atau sebelum shirath (jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam yang akan dilewati umat manusia menuju Surga sesuai amal perbuatan mereka). Imam Qurthubi mengatakan bahwa haudh terletak s
ebelum manusia meniti shirath, tepatnya di padang makhsyar. Dalilnya adalah ada sebagian orang yang ingin ke haudh, namun ia diusir darinya. Sedang Imam Bukhari berpendapat bahwa letak haudh adalah setelah shirath. Walllahu Ta’ala a’lam, pendapat yang terkuat adalah pendapat Imam Qurthubi. Orang-Orang yang Diusir dari Telaga Sungguh indah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tahukah engkau saudariku, bahwa tidak semua umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa minum dari telaga beliau. Akan ada orang-orang yang diusir dari telaga beliau. Siapakah mereka? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh akan ada yang terusir dari telaga di antara umatku. Celakalah orang yang mengganti-ganti agama setelah aku meninggal dunia.” Salah satu golongan manusia yang akan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang mengganti-ganti syari’at yang telah Rasulullah ajarkan. Maka hendaknya kita berhati-hati akan hal ini. Kerjakanlah ibadah hanya yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan dan ajarkan kepada umatnya. Periksalah setiap amal ibadah kita, sesuaikah dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tanyalah diri kita ketika hendak melakukan sebuah ibadah, apakah ibadah tersebut sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Adakah dalil yang memerintahkannya? Karena setiap amal ibadah hukum asalnya adalah haram dikerjakan, kecuali jika ada dalil yang mensyariatkannya. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang hal ini, kita bisa membaca artikel yang berjudul “Mengenal Kata Bid’ah” di situs ini. Imam Qurthubi mengatakan bahwa ulama berpendapat setiap orang yang murtad dan ahlu bid’ah adalah orang yang terusir dari telaga. Yang paling keras pengusirannya adalah yang paling jauh dan menyimpang dari ajaran para salaf. Termasuk di dalamnya adalah orang yang berbuat zholim dan menutupi kebenaran, memusuhi dan menghina orang-orang yang membela kebenaran, serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan bid’ah. Adapun orang-orang munafik, akan disikapi sebagaimana sikap yang nampak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengajaknya ke telaga, lalu disingkapkan tabir mereka sehingga diketahui bahwa mereka kafir. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Menjauhlah kalian!” Dikenali dari Bekas Wudhu Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Panjang sisi) telagaku lebih jauh jaraknya antara Ailah dan ‘Adn (keduanya adalah nama tempat), lebih putih dari salju, lebih manis daripada madu yang dicampur susu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang, dan aku benar-benar akan menghalangi manusia darinya sebagaimana seorang yang menghalangi unta milik orang lain dari telaganya. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami waktu itu?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Kalian datang kepadaku dengan anggota wudhu yang putih bersinar dari bekas wudhu”. (HR. Muslim) Demikianlah saudariku, sedikit pembahasan tentang telaga Rasulullah. Semoga kita dapat berkunjung ke telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meminum airnya yang lebih putih dari susu, lebih harum dari kesturi, dan lebih manis dari madu. Aamiin ya Mujibas Saailin. Maraji’: Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka Imam Asy-Syafi’i Kajian kitab Ushulus Sunnah karya Imam Ahmad oleh Ustadz Aris Munandar *** Artikel muslimah.or.id Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/246-berkunjung-ke-telaga-rasulullah.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita
‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Rahmat Telaga Alloh Untuk Semua Umat Rosululloh Tiada Batas.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Menyelamatkan Semua Utusan Alloh & Setiap Umatnya Saat Melewati Jembatan Shirot, Bahkan Neraka. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Setelah melwati jalan dan proses yang panjang setelah berada di alam kubur, manusia akhirnya berada di tahapan terakhir yang harus di lewati. Yaitu melewati jembatan atau shirath. Beberapa ulama menafsirkan kata shirath dengan makna yang berbeda-beda. Namun, shirath yang akan kita bahas kali ini adalah shirath al-mustaqim, yaitu jembatan atau titian yang terbentang di atas permukaan neraka yang akan dilewati manusia setelah berada di Padang Mahsyar. Alhamdulillah Alloh Maha Menyelamatkan Semua Utusan Alloh & Setiap Umatnya Saat Melewati Jembatan Shirot, Bahkan Neraka. Jembatan ini terletak persis di atas neraka, adalah jalan akhir menuju surga. Oleh karena itu, hanya ada dua pilihan tujuan akhir manusia, yaitu surga atau neraka. Surga tentunya akan ditempati oleh mereka yang berhasil melewati jembatan shirath, sedangkan neraka akan ditempati oleh mereka yang gagal melewati jembatan karena terjatuh di api neraka yang ada di bawah jembatan tersebut. Keberhasilan manusia untuk melewati jembatan tersebut tergantung pada kemampuan mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada setiap pos yang ada, jika mereka berhasil menjawab pertanyaan maka lolos lah mereka. Mungkin kamu akan bertanya-tanya pertanyaan apa yang akan ditanyakan selama perjalanan tersebut, dalam buku Kekalkah Kita di Alam Akhirat karya Rizem Aizid disebutkan bahwa terdapat tujuh pertanyaan yang akan diajukan kepada manusia selama di jembatan menuju surga, diantaranya adalah tentang iman, shalat, zakat, puasa, haji dan umrah, wudhu dan mandi junub dan pada pos terakhir tentang sikap terhadap kedua orang tua, menyambung tali persaudaraan dan penganiayaan terhadap sesama makhluk hidup. Jika manusia berhasil menjawab pertanyaan tentang semua hal tersebut, maka ia akan selamat hinggan di Qantharah atau tempat di sebrang shirath. Namun, tahukah kamu bahwa terdapat 20 golongan manusia saat melewati jembatan atau shirath, berikut diantaranya: 1. Kelompok pertama, bagaikan kilat yang menyambar 2. Kelompok kedua, bagaikan secepat kedipan mata. 3. Kelompok ketiga, bagaikan angin berhembus kencang. 4. Kelompok keempat, bagaikan burung yang terbang cepat. 5. Kelopok kelima, bagaikan kuda pacuan yang lari dengan cepat. 6. Kelompok keenam, bagaikan larinya unta. 7. Kelompok ketujuh, bagaikan pelari yang berlari dengan kuat dan cepat. 8. Kelompok kedelapan, bagaikan larinya binatang ternak. 9. Kelompok kesembilan, seperti lari sehari semalam atau satu hari. 10. Kelompok kesepuluh, seperti lari selama satu minggu. 11. Kelompok kesebelas, seperti lari selama satu bulan. 12. Kelompok kedua belas, seperti lari selama satu tahun. 13. Kelompok ketiga belas, seperti lari selama 15.000 tahun. 14. Kelompok keempat belas, melewati dengan berjalan kaki. 15. Kelompok kelima belas, melewati dengan berlutut. 16. Kelompok keenam belas, melewati dengan merangkak. 17. Kelompok ketujuh belas, adalah kumpulan yang berdiri dan duduk karena mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka. 18. Kelompok kedelapan belas, adalah kumpulan yang menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa. 19. Kelompok kesembilan belas, adalah mereka yang langsung tercebur ke dalam neraka ketika pertama kali menginjak shirath. 20. Kelompok kedua puluh, adalah mereka yang tertinggal di atas shirath, mereka tidak diizinkan untuk menyebrang dan langsung di lemparkan ke dalam neraka oleh para Malaikat Zabaniyah. Demikianlah 20 golongan manusia yang akan melewati jembatan atau shirath, tentunya terlihat jelas bahwa orang beriman yang paling tinggi keimanannya dan paling sedikit dosanya akan berada di golongan atau kelopok yang paling pertama. Sebaliknya, orang yang banyak dosa dan kafir maka kondisinya akan berada di golongan paling terakhir. Semoga kita semua bisa menjadi golongan manusia yang bisa melewati jembatan atau shirath dengan mudah dan lancer atas ridho Alla
h. Aamiin. Wallahu a’lam. Sumber: Kekalkah kita di Alam Akhirat oleh Rizem Aizid sumber : https://muslimahdaily.com/khazanah/muslim-digest/item/3812-subhanallah,-inilah-20-golongan-manusia-saat-melewati-jembatan-shiratal-mustaqim.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Menyelamatkan Semua Utusan Alloh & Setiap Umatnya Saat Melewati Jembatan Shirot, Bahkan Neraka.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Malaikat Penjaga Neraka Selamanya Dengan Lembut. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Dengan Apa dan Bagaimana Seseorang Melindungi Diri dan Keluarganya dari Api Neraka? Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api neraka”. Sementara Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimuhum)”. Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak berkata, makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah teradap mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”.( Tafsir Ibnu Katsir: 4/391 ). Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Malaikat Penjaga Neraka Selamanya Dengan Lembut. Bekali Keluarga dengan Ilmu Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Dengan ilmu seseorang mengenali kebaikan yang mengantarkan ke surga dan dapat membedakannya dengan keburukan yang menjerumuskan ke neraka. Dengan ilmu pula seorang Muslim dapat mengetahui tugas dan kewajibannya kepada Allah. Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Bahkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” (terj. HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung makna dijauhkan dari neraka. Dalam Islam mencari ilmu hukumnya wajib, sebagaimana diterangkan oleh banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya sebuah hadits yang diriwatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mencari ilmu hukumnya fardhu (wajib) bagi setiap Muslim” (terj. HR. Ibnu Majah). Oleh karena itu dalam ajaran Islam kewajiban seorang kepala keluarga dalam rangka membimbing keluarganya menggapai ridha Allah, selamat dari neraka adalah dengan mengajarkan ilmu kepada mereka. Paling tidak seorang Muslim belajar Ilmu fardhu ‘ain dan mengajarkannya kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya, yakni anak dan istrinya. Didik Mereka Menjadi Pribadi Yang Beradab Menurut Ali bin Abi Thalib raadhiyallahu ‘anhu, makna quu anfusakum wa ahlikum nara dalam ayat tersebut adalah addibhum wa ‘allimhum; didik (tanamkan adab) dan ajarkan ilmu kepada mereka. Seorang Ilmuwan Melayu Syed Naquib al-Attas mengatakan, Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib. Ini penting menjadi perhatian, mengingat pendidikan formal saat ini telah kehilangan ruh adab. Berbagai kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak muda dan pelajar merupakan salah bukti, lembaga pendidikan formal hampir gagal menanamkan adab kepada para peserta didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan berbasis adab yang bermula dari pendidikan keluarga. Karena memang pada asalnya tanggung jawab utama dan pertama pendidikan (ta’lim dan ta’dib) terhadap anak adalah pada orang tua. Tentu saja yang dimaksud dengan adab di sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesama manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak haknya. Memuliakan ya
ng harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan. Ajak Keluarga Melakukan Ketaatan Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi diri dan keluarga dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada Allah dan meninggalkan maksiat serta menyuruh mereka untuk melakukan hal itu. Karena makna, “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maskiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah”, kata Muqatil dan ad-Dhahak. Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang Muslim dan mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seor ang hamba harus tegak di atas tauhid. Tauhid merupakan kunci syurga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia ini. Oleh karena itu seluruh nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah Ta’ala. Sedangkan shalat merupakan tiang agama dan rukun Islam yang kedua. Ia juga merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir atau Musyrik. Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan shalat bila telah berusia, dan bila telah berusia sepuluh tahun maka pukullah jika enggan melakukan shalat”. (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy). Ayat dan hadits di atas menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anaknya mendirikan shalat. Hal ini sekaligus merupakan realisasi dari ayat, “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya”. (terj. Qs. Thaha:132). Larang Keluargamu Melakukan Maksiat Selain ilmu, adab, dan perintah melakukan ketaatan, upaya melindungi dan membentengi diri dari api neraka hendaknya dilakukan pula dengan melarang mereka dari berbuat maksiat. Hal ini juga meruapkan bagian dari makna “qu anfusakum wa ahlikum nara”, sebagaimana dikatakan oleh Muqatil dan Ad-Dhahak. Maksiat pertama yang harus dihindarkan dari keluarga kita adalah syirik. Sebab syirik merupakan dosa yang akan menyebabkan pelakukan kekal dalam neraka. Orang yang melakukan kesyirikan dan meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa syirik, maka dosanya tidak diampuni (Qs.4:48) dan ia kekal dalam neraka, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya orang yang berbuat syirik maka Allah haramkan bagina surga dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada bagi orang-oranag dzalim itu penolong sedikitpun”. (terj. Qs. Al-Maidah:72). Saking besarnya bahaya dosa sirik ini Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam memohon secara khusus kepada Allah agar diri dan anak keturunannya dihindarkan dari kesyirikan. “Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata, wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkan aku serta anak keturunanku dari menyembah berhala”. (terj. Qs. Ibrahim:35). Selanjutnya maksiat yang harus dijauhkan oleh seorang Muslim dari keluarganya adalah dosa-dosa besar seperti riba, zina, khamr, judi, sihir, dan sebagainya. Lalu kemudian dosa-dosa kecil dan perilaku tercela lainnya. Dan hendaknya seorang Muslim tidak meremehkan perbuatan dosa, sekecil apapun dosa tersebut. Karena setiap dosa mengundang kemurkaan Allah Ta’ala. Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus dan disertai sikap meremehkannya akan menjelma akan menjadi besar siksanya di sisi Allah. Bimbing Keluarga Untuk Selalu Ingat Kepada Allah dan Berdzikir Kepada-Nya Diantara makna ayat, “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, sebagaimana diatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan melakukan ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat, dan menyuruh mereka untuk berdzikir kepada Allah. Beliau menyebutkan dzikir, padahal dzikir merupakan bagi
an dari ketaatan terhadap perintah Allah (misal, Qs. Al-Baqarah:152, Qs. Al-Ahzab:41, Qs. Al-A’raf: 205, dsb). Hal ini untuk menekankan pentingnya ibadah dzikir dalam kehidupan seorang hamba. Karena dzikir merupakan sebab memperoleh ampunan (maghfirah) dan pahala yang besar (Qs. 33:35), sumber dan kunci ketenangan hati (Qs. 13:28) Dalam banyak haditsnya Rassulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan fadhilah (keutamaan) dan kedudukan dzikir. Diantaranya sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidziy dan Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa dzikir merupakan sebaik-baik amalan, paling suci di sisi Allah, mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, dan lebih baik dari menginfakkan emas, dan perak, dan lebih baik dari bertemu dan berperang melawan musuh. Dalam hadits lain Nabi mempermisalkan orang berdzikir seperti orang hidup dan orang yang tidak berdzikir seperti orang mati. Selain itu ibadah dzikir juga memiliki banyak manfaat, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan sampai enam puluh manfat dzikir dalam kaitabnya al-wabilus Shayyib. Oleh karena itu sepantasnya seorang Muslim khususnya kepala keluarga menganjurkan keluaganya; anak dan istrinya untuk memperbanyak dzikir kepada Allah. Hal ini termasuk salah satu langkah seorang menghindarkan keluaranya dari neraka. Akhirnya Berpulang Pada Ilmu, Keteladanan, dan Do’a Langkah dan upaya menjaga diri dan keluarga dari neraka seperti dijelaskan di atas tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa taufiq Allah kemudian ilmu dan keteladanan. Oleh karena itu setelah menempuh usaha-usaha di atas yang tegak di atas ilmu seseorang hendaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Ta’ala melalui do’a. Wallahu a’lam bish Shawab. Sumber dari: https://wahdah.or.id/lindunglah-dirimu-dan-keluargamu-dari-neraka/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Malaikat Penjaga Neraka Selamanya Dengan Lembut.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Maha Rahmat Alloh Untuk Malaikat Semua Pintu Surga Selamanya. #Dakwah #Islam
Tumblr media
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (73) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْد��هُ وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (74) Alhamdulillah Maha Rahmat Alloh Untuk Malaikat Semua Pintu Surga Selamanya. Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya.” Dan mereka mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.Ini menceritakan, keadaan orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang yang mukmin, pada saat mereka digiring dengan berkendaraan sebagai perutusan yang terhormat untuk dimasukkan ke dalam surga secara berombong-rombongan, yakni gelombang demi gelombang. Golongan yang pertama masuk adalah kaum Muqarribin, lalu kaum Abrar, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu menyusul golongan sesudah mereka lagi. Masing-masing rombongan digabungkan bersama orang-orang yang setara kedudukannya, yaitu para nabi dengan para nabi, kaum siddiqin bersama orang-orang yang setara dengan mereka, para syuhada bersama orang yang sejenis dengan mereka, dan para ulama bersama teman-temannya; setiap golongan bersama gelpngan yang setingkat satu sama lainnya. حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu. (Az-Zumar: 73)Yakni sampai ke pintu-pintunya sesudah melampaui sirat, lalu mereka diberhentikan di sebuah jembatan yang memisahkan antara surga dan neraka, kemudian dilakukanlah hukum qisas yang terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah diri mereka telah dibersihkan dan diri mereka telah suci dari dosa-dosa, barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga.Di dalam hadis yang menceritakan as-sur (sangkakala) disebutkan bahwa apabila orang-orang mukmin telah sampai di depan pintu-pintu surga, mereka bermusyawarah untuk mencari seseorang yang akan meminta izin masuk ke dalam surga bagi mereka. Kemudian mereka menuju kepada Adam, lalu Nuh, lalu Ibrahim, lalu Musa, lalu Isa, dan akhirnya Nabi Muhammad Saw. Perihalnya sama dengan apa yang telah mereka lakukan saat mereka berada di padang mahsyar ketika meminta syafaat kepada Allah Swt. agar Allah cepat datang guna memutuskan peradilan (di antara mereka). Hal ini untuk menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua manusia pada semua tempat dan kondisi.Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "أَنَا أَوَّلُ شَفِيعٍ فِي الْجَنَّةِ" Aku adalah orang yang mula-mula memberi syafaat di surga.Dan menurut lafaz lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan: "وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ" Aku adalah orang yang mula-mula mengetuk pintu surga. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمٌ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. قَالَ: يَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ أَلَّا أَفْتَحَ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku m
endatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku mengetuknya, maka penjaga surga bertanya, "Siapakah engkau?” Maka kujawab, "Muhammad.” Penjaga surga berkata, "Karena engkaulah aku diperintahkan bahwa aku tidak boleh membuka (pintu surga) buat siapa pun sebelum engkau.”Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Amr ibnu Muhammad An-Naqid dan Zuhair ibnu Harb, keduanya dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Sulaiman alias Ibnul Mugirah Al-Qaisi, dari Sabit, dari Anas r.a. dengan sanad yang sama. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَر عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ صُوَرُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لَا يَبْصُقُونَ فِيهَا، وَلَا يَمْتَخِطُونَ فِيهَا، وَلَا يَتَغَوَّطُونَ فِيهَا. آنِيَتُهُمْ وَأَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ، وَمُجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ ، ورَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يَرَى مُخَّ سَاقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحُسْنِ. لَا اخْتِلَافَ بَيْنِهِمْ وَلَا تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا" .Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka-seperti bulan di malam purnama; mereka tidak pernah meludah di dalam surga dan tidak pernah berdahak serta tidak pernah buang air. Wadah-wadahan mereka dan sisir mereka dari emas dan perak; pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah, dan keringat mereka berbau minyak kesturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua orang istri yang karena cantiknya sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya. Tidak ada perselisihan di antara mereka dan tidak ada saling membenci (di antara mereka), hati mereka sama dengan hati seseorang; mereka selalu bertasbih menyucikan Allah setiap pagi dan petang.Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Muqatil, dari Ibnul Mubarak. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq; keduanya (yakni Ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq) dari Ma'mar berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمة، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أول زُمْرَة يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى ضَوْءِ أشدُّ كَوْكَبٍ دُرِّي فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً، لَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يتْفلون وَلَا يَمْتَخِطُونَ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ، وَأَزْوَاجُهُمُ الْحُورُ الْعِينُ، أخلاقهم على خلق رجل واحد، على صورة أَبِيهِمْ آدَمَ، سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ" Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bulan di malam purnama. Dan orang-orang yang sesudah mereka rupanya seperti bintang yang cahayanya paling terang di langit. Mereka tidak pernah buang air kecil, tidak pernah buang air besar, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak. Sisir mereka dari emas, keringat mereka berbau minyak kesturi, dan pedupaan mereka adalah uluwwah, istri mereka dari bidadari, dan akhlak mereka adalah akhlak satu orang, dan bentuk mereka seperti bentuk bapak moyang mereka - yaitu Adam - tingginya enam puluh hasta menjulang ke langit.Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini melalui Jarir .قَالَ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَ
ةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي زُمْرَة، هُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا، تُضِيءُ وُجُوهُهُمْ إِضَاءَةَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ". فَقَامَ عُكَّاشة بْنُ مِحْصَن فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ، أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ: فَقَالَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشة" .Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa'id, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku suatu rombongan (tanpa hisab) yang berjumlah tujuh puluh ribu orang, wajah mereka bersinar terang bagaikan rembulan di malam purnama. Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan r.a., lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk salah seorang dari mereka." Maka Rasulullah Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk dari golongan mereka. Kemudian berdiri pula seorang lelaki dari kalangan Ansar, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah Swt. semoga Dia menjadikan diriku termasuk golongan mereka." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ukasyah telah lebih dahulu darimu mendapatkannya.Hadis ini diriwayatkan pula dengan teks yang menyebutkan 'tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab', diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, Jabir ibnu Abdullah, Imrah ibnu Husain, Ibnu Mas'ud, Rifa'ah ibnu Arrabah Al-Juhani, dan Uramu Qais binti Mihsan; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.Menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan pula melalui Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا -أَوْ: سَبْعُمِائَةِ أَلْفٍ-آخذٌ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ أَوَّلُهُمْ وَآخِرُهُمُ الْجَنَّةَ، وُجُوهُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ" .Sesungguhnya akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang; sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk surga (bersama-sama); wajah mereka indah bercahaya seperti rembulan di malam purnama. قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: وَعَدَنِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا، مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا، وَلَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلَا عَذَابَ، وَثَلَاثُ حَثَيَات مِنْ حَثَيَاتِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ" Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebagian dari umatku berjumlah tujuh puluh ribu orang, masing-masing dari tiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang, tiada hisab atas mereka dan tiada azab, juga dimasukkan pula sejumlah tiga raupan dari raupan tangan Tuhanku.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Hakim ibnu Amir, dari Abul Yaman alias Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya, dari Abu Umamah.Imam Tabrani meriwayatkannya dari Uyaynah ibnu Abdus Salma dengan teks:" ثُمَّ يُشَفَّعُ كُلُّ أَلْفٍ فِي سَبْعِينَ أَلْفًا" Kemudian setiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang.Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sauban dan Abu Sa'id Al-Anmari, yang mempunyai banyak syahid yang menguatkannya diriwayatkan melalui jalur-jalur yang cukup banyak. ************ Firman Allah Swt.: حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُل
ُوهَا خَالِدِينَ Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagia­lah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73)Jawaban mereka tidak disebutkan dalam ayat ini. Bentuk lengkapnya ialah bahwa sehingga manakala mereka telah sampai ke surga, dan hal-hal yang disajikan terhadap mereka —seperti dibukakannya semua pintu surga bagi mereka— merupakan suatu penghormatan dan pengagungan bagi mereka; dan para malaikat penjaga surga menyambut kedatangan mereka dengan berita gembira, salam, dan pujian. Sebagaimana Malaikat Zabaniyah (malaikat juru siksa) menyambut kedatangan orang-orang kafir dengan caci maki dan kecaman. Maka apabila hal itu terjadi, ahli surga merasa berbahagia, senang, gembira, dan riang; masing-masing merasakannya sesuai dengan kenikmatan yang telah disediakan baginya di dalam surga.Apabila jawab (istilah Nahwu, pent.) tidak disebutkan dalam ayat ini, maka hati pembaca akan dipenuhi dengan rasa harap dan angan-angan (untuk mengetahui kelanjutannya). Dan orang yang menduga bahwa huruf wawu yang terdapat di dalam firman-Nya: وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا sedangkan pintu-pintunya telah terbuka. (Az-Zumar: 73)adalah wawu samaniyah, lalu ia menyimpulkan dari ayat ini bahwa semua pintu surga itu berjumlah delapan. Maka sesungguhnya ia jauh dari kebenaran dalam kesimpulannya, dan berarti telah meruwetkan permasalahan. Karena sesungguhnya pengertian jumlah semua pintu surga ada delapan buah itu hanyalah disimpulkan dari hadis-hadis sahih yang membicarakannya, bukan dari ayat ini. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِنْ مَالِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، دُعِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، وَلِلْجَنَّةِ أَبْوَابٌ ، فَمَنْ كَانَ مَنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِي مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ، وَمَنْ كَانَ مَنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ" فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا عَلَى أَحَدٍ مِنْ ضَرُورَةٍ دُعي، مِنْ أَيِّهَا دُعِيَ، فَهَلْ يُدْعَى مِنْهَا كُلِّهَا أَحَدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ" .Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membelanjakan sejodoh hartanya (ternaknya) di jalan Allah Swt., maka ia akan diseru dari semua pintu surga. Dan surga itu mempunyai banyak pintu masuk. Maka barang siapa yang ahli salat, ia diseru dari pintu salat. Barang siapa ahli sedekah, ia diseru dari pintu sedekah. Barang siapa ahli jihad, ia diseru dari pintu jihad. Dan barang siapa ahli puasa, ia diseru dari pintu Ar-Rayyan. Maka sahabat Abu Bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak menjadi masalah bagi seseorang bila ia diseru dari pintu mana pun, tetapi apakah ada seseorang yang diseru dari semua pintu surga?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya, ada. Dan aku berharap semoga engkau termasuk di antara mereka.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan lafaz yang semisal.Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:" إِنَّ فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابٍ، بَابٌ مِنْهَا يُسَمَّى الرَّيَّانُ، لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ" Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat delapan buah pintu; salah satunya dinamakan Ar-Rayyan, tiada seorang pun yang masuk darinya kecuali hanya orang-orang yang puasa.Di dalam kitab Sa
hih Muslim disebutkan melalui Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:" مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغَ -أَوْ: فَيُسْبِغَ الْوُضُوءَ-ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ"T idak sekali-kali seseorang dari kamu berwudu dengan sangat atau dengan sempurna, kemudian mengucapkan doa, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya,” melainkan dibukakan baginya semua pintu surga yang delapan, dia dapat memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya. قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَين، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ مُعَاذٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isamil ibnu Iyasy, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Mu'az r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci surga ialah (kalimat) "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.”Hadits-Hadits Tentang Pintu SurgaDi dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. tentang hadis syafaat yang cukup panjang, yang antara lain seperti berikut:" فَيَقُولُ اللَّهُ يَا مُحَمَّدُ، أَدْخِلْ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِ . مِنْ أُمَّتِكَ مِنَ الْبَابِ الْأَيْمَنِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِي الْأَبْوَابِ الْأُخَرِ. وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ -مَا بَيْنَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ-لَكُمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ-أَوْ هَجَرٍ وَمَكَّةَ". وَفِي رِوَايَةٍ: "مَكَّةَ وَبُصْرَى" Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, masukkanlah orang yang tidak ada hisab baginya dari kalangan umatmu dari pintu sebelah kanan, dan pintu lainnya dipersekutukan oleh semua orang. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu dari salah satu pintu surga yaitu lebar dari kedua daun pintu (gerbang)nya benar-benar sama dengan jarak antara Mekah ke Hajar atau antara Hajar ke Mekah. Dan menurut riwayat lain disebutkan: antara Mekah dan Basra.Di dalam Sahih Muslim disebutkan dari Atabah ibnu Gazwan, bahwa ia pernah berkhotbah kepada mereka sekali khotbah, antara lain ia mengatakan: "وَلَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ، مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ سَنَةً، وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَيْهِ يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظٌ مِنَ الزِّحَامِ" bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu dari suatu pintu-pintu surga sama dengan perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang padanya suatu hari, sedangkan pintu itu akan penuh sesak karena banyaknya orang yang masuk.Di dalam kitab Al-Musnad disebutkan dari Hakim ibnu Mu'awiyah, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal .قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إِنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ سَنَةً" Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. ************* Adapun firman Allah Swt.: وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah ka
mu!" (Az-Zumar: 73)Yakni alangkah baiknya amal perbuatan dan ucapan kalian, alangkah baiknya usaha kalian, dan alangkah baiknya balasan pahala kalian. Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. agar diserukan di kalangan kaum muslim dalam suatu peperangan:" إِنَّ الْجَنَّةَ لَا يَدْخُلُهَا إِلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ" وَفِي رِوَايَةٍ: "مُؤْمِنَةٌ" .Sesungguhnya surga itu tidak dapat dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim atau mukmin. ************ Adapun firman Allah Swt.: فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73)Yakni tinggallah kalian di dalamnya untuk selama-lamanya, kalian tidak akan mau pindah darinya .وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ Dan mereka mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami.” (Az-Zumar: 74)Maksudnya, orang-orang mukmin itu apabila telah menyaksikan pahala mereka yang berlimpah di dalam surga dan pemberian yang besar, nikmat yang abadi, dan kerajaan yang besar, maka pada saat itu mereka mengatakan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami. (Az-Zumar: 74)Yaitu apa yang telah dijanjikan-Nya melalui lisan rasul-rasul-Nya yang mulia, sebagaimana mereka pun mengatakannya dalam doa mereka semasa di dunia: رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 194)Dan mereka mengatakan pula dalam doanya: وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami ke (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran" (Al-A'raf: 43) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kamibenar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia­-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."(Fatir: 34-35)Dan ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ dan telah memberi kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang telah kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Az-Zumar: 74)Abul Aliyah, Abu Saleh, Qatadah, As-Saddi, serta Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tanah dalam ayat ini ialah surga.Ayat ini semakna dengan firman-Nya: وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwa bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105)Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki. (Az-Zumar: 74)Yakni di bagian mana pun kami ingin menempatinya diperkenankan, maka sebaik-baik pahala adalah yang telah kami terima sebagai balasan dari amal perbuatan kami.Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Anas r.a. tentang kisah Mi'raj, bahwa Nabi Saw. bersabda: "أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ، فَإِذَا فِيهَا جَنَابِذُ اللُ
ّؤْلُؤِ، وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ" Aku dibawa masuk ke dalam surga, tiba-tiba di dalamnya terdapat bukit-bukit dari mutiara dan tanahnya adalah minyak kesturi. قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم سَأَلَ ابْنَ صَائِدٍ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: دَرْمَكة بيضاءُ مِسْك خَالِصٌ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ" Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada Ibnu Sa'id tentang tanah surga, maka Ibnu Sa'id menjawab, "Tanahnya putih, baunya sangat harum seperti minyak kesturi yang murni." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Benar."Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Abu Salamah, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a .وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ [أَيْضًا] عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ أَبِي أُسَامَةَ، عَنِ الجُرَيْرِي، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ؛ أَنَّ ابْنَ صَائِدٍ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ، فَقَالَ: "دَرْمكة بَيْضَاءُ مِسْكٌ خَالِصٌ "Imam Muslim telah meriwayatkan pula dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abu Usamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang menceritakan bahwa sesungguhnya Ibnu Sa'id pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang tanah surga, maka beliau Saw. menjawab: Pasir putih terdiri dari minyak kesturi yang murni.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Asim Ibnu Damrah, dari Ali ibnu AbuTalib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). (Az-Zumar: 73) Mereka digiring hingga sampai di pintu surga, mereka menemukan padanya sebuah pohon yang dari bagian bawah pohon itu memancar dua mata air. Lalu mereka pergi ke salah satu mata air itu dan bersucilah mereka dari airnya. Maka memancarlah dari tubuh mereka sinar kebahagiaan, dan kulit mereka tidak berubah lagi sesudahnya untuk selama-lamanya; dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi selama-lamanya sesudah itu, seakan-akan rambut mereka diminyaki. Kemudian mereka pergi ke mata air yang lainnya seakan-akan mereka mendapat perintah, lalu minumlah mereka dari airnya. Maka lenyaplah semua kotoran dan penyakit yang ada pada perut mereka sebelumnya. Para malaikat menyambut kedatangan mereka di depan pintu surga: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Semua pelayan surga menyambut kedatangan tuannya masing-masing seraya mengelilinginya —sebagaimana menyambut kedatangan tuannya yang lama pergi dari pengembaraannya— seraya berkata, "Bergembiralah, Allah telah menyediakan anu dan anu sebagai penghormatan buatmu." Kemudian salah seorang dari pelayannya pergi menemui istri-istrinya dari kalangan bidadari, lalu mengatakan kepada mereka, "Si anu telah datang," seraya menyebut namanya saat di dunia. Maka mereka bertanya, "Apakah kamu benar-benar melihat kedatangannya?" Pelayan itu menjawab, "Ya." Maka kegembiraan mereka meledak sehingga tidak sabar lagi mereka keluar menuju pintu. Lalu datanglah suami mereka, tiba-tiba menjumpai tempatnya telah dilengkapi dengan bantal-bantal yang bersusun, gelas-gelas yang terletak di dalamnya, dan permadani-permadani yang terhampar. Kemudian ia melihat ke arah fondasi bangunan gedungnya; ternyata ia menjumpainya dibangun di atas fondasi mutiara, ada yang merah, ada yang hijau, ada yang kuning, ada yang putih, dan semua warna lainnya. Kemudian ia arahkan pandangannya ke bagian atas gedung; seandainya Allah Swt. tidak m
emberinya kekuasaan, niscayalah matanya akan buta karena bagian atasnya berkilauan seperti kilat. Kemudian ia memandang ke arah istri-istrinya dari kalangan bidadari, setelah itu ia bersandar pada dipan dipan pelaminannya seraya berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. (Al-A'raf: 43)Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan: حَدَّثَنَا، أَبِي حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ النّهْدِي، حَدَّثَنَا مَسْلَمَةُ بْنُ جَعْفَرٍ الْبَجَلِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا مُعَاذٍ الْبَصْرِيَّ يَقُولُ: إِنَّ عَلِيَّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي، بِيَدِهِ إِنَّهُمْ إِذَا خَرَجُوا مِنْ قُبُورِهِمْ يُسْتَقبلون -أَوْ: يُؤْتون-بِنُوقٍ لَهَا أَجْنِحَةٌ، وَعَلَيْهَا رِحَالُ الذَّهَبِ، شِرَاكُ نِعَالِهِمْ نُورٌ يَتَلَأْلَأُ كُلُّ خَطْوَةٍ مِنْهَا مَدُّ الْبَصَرِ، فَيَنْتَهُونَ إِلَى شَجَرَةٍ يَنْبُعُ مَنْ أَصِلُهَا عَيْنَانِ، فَيَشْرَبُونَ مِنْ إِحْدَاهُمَا فيُغْسَل مَا فِي بُطُونِهِمْ مَنْ دَنَسٍ، وَيَغْتَسِلُونَ مِنَ الْأُخْرَى، فَلَا تَشْعَثُ أَبْشَارُهُمْ وَلَا أَشْعَارُهُمْ بَعْدَهَا أَبَدًا، وَتَجْرِي عَلَيْهِمْ نَضْرَةُ النَّعِيمِ، فَيَنْتَهُونَ -أَوْ: فَيَأْتُونَ-بَابَ الْجَنَّةِ، فَإِذَا حَلْقَةٌ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ عَلَى صَفَائِحِ الذَّهَبِ، فَيَضْرِبُونَ بِالْحَلْقَةِ عَلَى الصَّفِيحَةِ ، فَيُسْمَعُ لَهَا طَنِينٌ يَا عَلِيُّ، فَيَبْلُغُ كُلَّ حَوْرَاءَ أَنَّ زَوْجَهَا قَدْ أَقْبَلَ، فَتَبْعَثُ قَيّمها فَيَفْتَحُ لَهُ، فَإِذَا رَآهُ خَرّ لَهُ -قَالَ مَسْلَمَةُ: أُرَاهُ قَالَ: سَاجِدًا -فَيَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، فَإِنَّمَا أَنَا قَيمك، وُكِّلْتُ بِأَمْرِكَ. فَيَتْبَعُهُ وَيَقْفُو أَثَرَهُ، فَتَسْتَخِفُّ الْحَوْرَاءَ الْعَجَلَةُ، فَتَخْرُجُ مِنْ خِيَامِ الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ حَتَّى تَعْتَنِقَهُ، ثُمَّ تَقُولُ: أَنْتَ حِبِّي، وَأَنَا حِبُّكَ، وَأَنَا الْخَالِدَةُ الَّتِي لَا أَمُوتُ، وَأَنَا النَّاعِمَةُ الَّتِي لَا أَبْأَسُ، وَأَنَا الرَّاضِيَةُ الَّتِي لَا أَسْخَطُ، وَأَنَا الْمُقِيمَةُ الَّتِي لَا أَظْعَنُ". فَيَدْخُلُ بَيْتًا مِنْ أُسِّهِ إِلَى سَقْفِهِ مِائَةُ أَلْفِ ذِرَاعٍ، بِنَاؤُهُ عَلَى جَنْدَلِ اللُّؤْلُؤِ، طَرَائِقُ أصفر وأخضر وأحمر، ليس فيها طريقة تُشَاكِلُ صَاحِبَتَهَا، فِي الْبَيْتِ سَبْعُونَ سَرِيرًا، عَلَى كُلِّ سَرِيرٍ سَبْعُونَ حَشْيَة، عَلَى كُلِّ حَشِيَّةٍ سَبْعُونَ زَوْجَةً، عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَى مُخّ سَاقِهَا مِنْ بَاطِنِ الحُلَل، يَقْضِي جِمَاعَهَا فِي مِقْدَارِ لَيْلَةٍ مِنْ لَيَالِيكُمْ هَذِهِ. الأنهار مِنْ تَحْتِهِمْ تَطّرد، أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ -قَالَ: صَافٍ، لَا كَدَرَ فِيهِ-وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ -قَالَ: لَمْ يَخْرُجْ مِنْ ضُرُوعِ الْمَاشِيَةِ-وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ -قَالَ: لَمْ تَعْصِرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهِمْ -وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفَّى-قَالَ: لَمْ يَخْرُجْ مِنْ بُطُونِ النَّحْلِ. يَسْتَجْنِي الثِّمَارَ، فَإِنْ شَاءَ قَائِمًا، وَإِنْ شَاءَ قَاعِدًا، وَإِنْ شَاءَ مُتَّكِئًا -ثُمَّ تَلَا وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا [الْإِنْسَانِ:14]-فَيَشْتَهِي الطَّعَامَ فَيَأْتِيهِ طَيْرٌ أَبْيَضُ-قَالَ: وَرُبَّمَا قَالَ: أَخْضَرُ. قَالَ: -فَتَرْفَعُ أَجْنِحَتَهَا، فَيَأْكُلُ مِنْ جُنُوبِهَا، أَيَّ الْأَلْوَانِ شَاءَ، ثُمَّ يَطِيرُ فَيَذْهَبُ ، فَيَدْخُلُ الْمَلَكُ فَيَقُولُ: سَلَامٌ عَلَيْكُمْ، تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. وَلَوْ أَنَّ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ الْحَوْرَاءِ وَقَعَتْ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، لَأَضَاءَتِ الشَّمْسُ مَعَهَا سَوَادًا فِي نُورٍ ".telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri mengatakan bahwa sesungguhnya Ali r.a. di suatu hari berada di rumah Nabi Saw., lalu Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya, maka didatangkanlah kepada
mereka (ahli surga) unta kendaraan yang bersayap yang berpelanakan emas, tali terompah mereka dari cahaya yang berkilauan; setiap langkah dari unta kendaraan itu dapat mencapai jarak sejauh mata memandang. Perjalanan mereka sampai di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air. Lalu dari salah satunya mereka minum, maka tercuci bersihlah semua kotoran yang ada di dalam perut mereka. Dan mereka mandi dari mata air yang lainnya, maka kulit mereka tidak lagi keriput dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi untuk selama-lamanya sesudah itu, dan dari penampilan mereka terpancarkan kehidupan yang menyenangkan. Hingga sampailah mereka di depan pintu surga, dan mereka menjumpai lingkaran pegangan pintunya terbuat dari yaqut merah yang dihiasi dengan lempengan emas. Lalu mereka memukulkan lingkaran itu pada lempengan emas, maka terdengarlah suara dentingan yang kedengarannya seperti suara, 'Hai Ali,' sehingga sampailah suara itu ke telinga para bidadari calon istri-istrinya, dan mereka mengerti bahwa suami mereka telah tiba. Lalu istri-istrinya mengutus dayangnya untuk menyambut kedatangan suaminya itu. Manakala si suami melihat kedatangan dayang itu, maka ia menyungkur kepadanya —Maslamah mengatakan bahwa menurut hemat­ku Ali bermaksud mengatakan menyungkur bersujud kepadanya—. Maka si dayang itu berkata kepadanya, 'Angkatlah kepalamu, sesungguhnya aku ini hanyalah dayangmu, aku disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Lalu ia mengikutinya. Para istrinya sudah tidak sabar lagi menyambut kedatangannya, mereka keluar dari kemah berlian dan yaqutnya, lalu langsung memeluk suaminya seraya berkata, "Engkau adalah kekasihku dan aku adalah kekasihmu, akulah istrimu yang kekal yang tidak akan mati, akulah istri yang selalu senang dan tidak pernah sengsara, akulah istri yang selalu rela dan tidak pernah marah, akulah istri yang setia yang selalu berada di tempat dan tidak pernah pergi." Lalu ia memasuki sebuah gedung yang tingginya dari fondasinya adalah seribu hasta, dibangun di atas fondasi mutiara yang beraneka ragam warnanya, kuning, hijau, merah; tiada suatu batu mutiara pun dari fondasi itu yang sewarna dengan lainnya. Di dalam gedung itu terdapat tujuh puluh pelaminan, setiap palaminan mempunyai tujuh puluh buah kasur, dan pada setiap kasur terdapat tujuh puluh orang istri; setiap istri mengenakan tujuh puluh macam perhiasan dan pakaian, sumsum betisnya dapat kelihatan dari balik pakaian yang dikenakannya; dan untuk menyetubuhinya diperlukan waktu semalam suntuk seperti malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah mereka (penduduk surga). Ada sungai air yang tawar, bersih tidak ada kotoran padanya; ada sungai susu yang tidak berubah rasanya, yakni bukan seperti yang dikeluarkan dari tetek hewan perahan; dan ada sungai khamr yang lezat rasanya bagi para peminumnya, bukan seperti khamr yang diperas dengan kaki manusia; ada pula sungai madu yang disaring, bukan seperti madu yang dihasilkan dari perut lebah. Ia dapat memetik buah pepohonan surga sekehendak hatinya, baik dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun bersandar. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Maka bila ia menginginkan makanan, datanglah kepadanya burung putih dan adakalanya burung hijau, lalu burung itu mengangkat sayapnya, maka ia dapat makan dari lambung burung itu segala macam makanan yang disukainya. Setelah itu burung tersebut terbang pergi, dan masuklah kepadanya malaikat yang mengatakan kepadanya, "Kesejahteraan di limpah­kan atas kalian, itulah surga yang diwariskan (diberikan) kepadamu sebagai balasan dari apa yang telah kalian kerjakan (selama di dunia)." Seandainya sebilah rambut bidadari dijatuhkan ke bumi, niscaya cahayanya dapat menerangi bagian gelap yang tidak terjangkau oleh sinar matahari.Hadis ini berpredikat garib, seakan-akan hadis ini mursal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. sumber : http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-az
-zumar-ayat-73-74.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Maha Rahmat Alloh Untuk Malaikat Semua Pintu Surga Selamanya.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Karna Maha Rahmat Alloh, Tiap Umat Rosululloh Masuk Surga Selamanya. #Dakwah #Islam
Tumblr media
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Allah Subhanahu wata’ala berfirman: وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri”. (QS. Al-Qiyamah: 22-23). Alhamdulillah Karna Maha Rahmat Alloh, Tiap Umat Rosululloh Masuk Surga Selamanya. Jadi nanti dihari kiamat ada yang dibangkitkan dari kuburnya dimana wajah mereka berseri – seri, semoga Allah Subhanahu wata’ala menjadikan wajah – wajah kita ini bercahaya dihari kemudian. Biasanya Syaikh jika mendoakan seseorang dia mengatakan:”Semoga Allah memutihkan wajahmu”, maksudnya semoga Allah membuat wajahmu berseri – seri dihari kemudian. Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah, di dunia kita tidak mampu melihat Allah adapun di akhirat inilah kenikmatan surga yang paling tinggi, orang yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan berupa surga dan tambahan (melihat wajah Allah Subhanahu wata’ala). Mengerjakan sholat subuh bagian dari amalan yang dengannya kita dimuliakan dengan nikmat yang besar, Nabi menyebutkan dalam hadist dimana beliau pernah bersama dengan para sahabat dan bertepatan dengan bulan purnama, mereka melihatnya, Nabi berkata kepada mereka:”Kalian dihari kemudian nanti akan melihat wajah tuhan kalian seperti kalian memandang bulan purnama ini, tidak ada yang menghalangi pandangan mata kalian”, kemudian beliau menyebutkan salah satu diantara amalan: إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لاَ تُضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ ��اَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا. “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian, sebagaimana kalian melihat bulan pada malam bulan purnama, kalian tidak terhalang (tidak berdesak-desakan) ketika melihat-Nya. Dan jika kalian sanggup untuk tidak dikalahkan (oleh syaithan) untuk melakukan shalat sebelum Matahari terbit (shalat Subuh) dan sebelum terbenamnya (shalat ‘Ashar), maka lakukanlah”. (HR. Al-Bukhari (no. 554) dan Muslim (no. 633 (211)), dari Sahabat Jarir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu). Terutama sholat subuh, orang yang bangun di waktu subuh atau sebelum subuh dia qiyam wajahnya bercahaya, ini di dunia sebelum akhirat. Salah seorang salaf pernah bertanya kepada bapaknya:”Wahai bapak ku mengapa orang yang menjaga qiyamullail itu wajahnya berseri – seri..?”, bapaknya berkata:”Karena dia berdua – duaan dengan Allah dan Allah membagikan cahaya kepadanya“, adapula yang berkata:”Wahai bapak ku mengapa di waktu subuh udara begitu sejuk”, beliau menjawab:”Karena bersih dari nafasnya orang – orang munafik”, orang – orang munafik mereka masih tidur. Pada hari kiamat ada wajah yang diputihkan dan wajah yang dihitamkan. Semoga Allah memutihkan wajah – wajah kita, dan begitulah Nabi mengenal ummatnya dihari kemudian, Rasulullah memiliki ummat yang banyak, Nabi pernah menguburkan jenazah salah seorang sahabat, beliau kemudian berkata:”Sungguh saya rindu berjumpa dengan saudara – saudara ku”, ada sahabat yang berkata:”Bukankah kami ini saudara – saudara anda ya Rasulullah”, beliau berkata:”Kalian adalah sahabatku, yang saya maksud dengan saudara – saudaraku yang belum ada sekarang, yang datang belakangan yang beriman kepadaku yang belum pernah berjumpa kepadaku“. Termasuk kita saudara Rasulullah yang belum pernah bertemu dengan Nabi dan beriman kepada Nabi, jadi Nabi pernah menyatakan kerinduannya kepada kita semua, semoga kita tidak diharamkan untuk berjumpa dengan beliau, disinilah ada sahabat yang bertanya:”Bagaimana anda bisa mengenali mereka ummat anda yang banyak ya Rasulullah“, beliau bersabda:”Wajah – wajah kalian dihari kiamat itu akan bercahaya disebabkan bekas air wuduh“. Jadi wuduhnya kita karena sholat, inilah yang akan bercahaya dihari kemudian yang dengannya Nabi melihat dan memanggil kita, pada hari kiamat masing – masing manusia berkumpul sesuai dengan pemimpin – pemimpinnya, pada hari itu dipisah – pisahkan oleh Allah sesuai dengan k
ondisi dan keadaan mereka dulu di dunia. Pengikutnya Rasulullah ikut bersama Rasulullah, pengikutnya salib ikut bersama salib, pengikutnya orang kafir ikut bersama pemimpinnya, ada yang berkumpul bersama Fir’aun, Haman, dst. Dalam hadist Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ “Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Mereka adalah pemimpin orang – orang kafir, semoga Allah Subhanahu wata’ala mengumpulkan kita bersama dengan Rasulullah. Allah berfirman: وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ , تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ “Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat”. (QS. Al-Qiyamah: 24 – 25). Oleh karenanya di akhir surah Abasa Allah berfirman: وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ , تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ , أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan, Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka”. (QS. Abasa: 40-42). Mereka orang – orang kafir, orang – orang fajir wajah mereka seperti itu dihari kemudian, wajah mereka kusam, buram dan hitam dan mereka sudah tahu apa yang akan terjadi kepaa mereka pada hari itu. Wallahu a’lam bisshowab Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik) @Senin, 03 Jumadil Awal 1441 H sumber : https://mim.or.id/tadabbur-dan-tafsir-surah-al-qiyamah-ayat-22-25-wajah-yang-berseri-dan-hitam/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Karna Maha Rahmat Alloh, Tiap Umat Rosululloh Masuk Surga Selamanya.
0 notes