Tumgik
#hytdes
xcherry-popx · 3 years
Text
does any1 want to check that these edits have normal human skin tones (i will gift you my gratitude)
2 notes · View notes
ceritanovieocktavia · 3 years
Text
HYTD #3: Mengapa Luka Membuatku Merasa Tak Kenal Diriku?
Tumblr media
“Bisakah kamu menceritakan kepada saya tentang dirimu? Menurutmu, kamu itu orang yang seperti apa, sih?” Saat menjadi HRD beberapa tahun lalu, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sering saya tanyakan kepada para calon pegawai di sesi wawancara. Dengan menanyakan hal tersebut, saya ingin tahu bagaimana cara pandang dan keyakinan seseorang tentang dirinya. Jawaban yang saya dapat dari setiap orang selalu menarik. Masing-masing punya jawaban yang sangat personal, yang terkadang bahkan tidak bisa saya tebak. Jika saat ini pertanyaan yang sama saya tanyakan kepadamu, jawaban seperti apa kira-kira yang akan kamu sampaikan?
Dalam kondisi diri yang sedang baik-baik saja, kita cenderung lebih mudah untuk mendefinisikan diri kita dengan definisi yang positif, seperti misalnya kita adalah orang yang kuat, tangguh, penyabar, kreatif, semagat, ceria, dll. Berjalan beriringan dengan definisi-definisi tersebut, kita juga cenderung memiliki keyakinan-keyakinan yang positif yang kita miliki tentang diri kita, seperti misalnya kita adalah orang yang layak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang lain, kita berdaya dan berharga, kita cukup berarti bagi kehidupan diri maupun orang lain, atau lainnya. Namun, apakah definisi-definisi tersebut tetap kita yakini ketika kita sedang tidak baik-baik saja?
Disadari atau tidak, ketika kita sedang berada dalam masa-masa sulit atau titik terendah dalam hidup, seringkali kita memandang dan mendefinisikan diri kita dengan cara yang sama sekali berbeda.
Asalnya positif, lalu kemudian berubah menjadi negatif. Begitu pula halnya ketika kita sedang merasa terluka. Kita seolah lupa bahwa sebelumnya kita memiliki cara pandang dan definisi yang positif dan sangat baik tentang diri kita sendiri. Sebelumnya, kita merasa berdaya dan bersemangat menjalani hari-hari, namun ternyata luka yang kita miliki membuat kita seolah kehilangan itu semua hingga merasa tidak berdaya atau bahkan tidak lagi punya alasan untuk menjalani hari-hari. Alhasil, kita pun merasa tidak lagi mengenal diri kita sendiri. Pernahkah merasakannya?
Diantara luka, kita jadi bertanya-tanya,
“Siapa ini? Mengapa saya tidak mengenalinya? Mengapa saya tidak menghadapi dan menyelesaikan masalah sebagaimana cara saya sebelum-sebelumnya? Mengapa saya tidak mendefinisikan dan memandang diri saya dengan definisi dan pandangan yang baik seperti biasanya?”
Berkaitan dengan bagaimana kita memandang dan meyakini sesuatu tentang diri kita sendiri ini, apakah kamu pernah mendengar istilah core belief atau keyakinan dasar? Menurut Judith Beck dalam bukunya yang berjudul Cognitive Behavior Therapy Basics and Beyond, core belief didefinisikan sebagai keyakinan yang sangat mendasar yang kita miliki tentang diri kita sendiri. Beck pun menjelaskan bahwa keyakinan tersebut terbangun dari berbagai hal seperti pengalaman masa kecil, predisposisi genetis, interaksi dengan orang-orang terdekat dan orang lain di sekitar kita, serta tentunya serangkaian pengalaman hidup yang pernah kita alami. Keyakinan-keyakinan tersebut pada dasarnya bersifat positif, namun dapat berubah menjadi negatif ketika kita sedang berada di dalam kondisi atau situasi yang secara psikologis kita persepsikan sebagai kondisi atau situasi yang menekan.
“Saya berharga, saya layak dicintai, saya kompeten dalam menyelesaikan urusan-urusan saya, saya disukai oleh banyak orang, saya berdaya, saya kuat …” adalah contoh core belief yang sifatnya positif. Lalu, bagaimana dengan core belief yang sifatnya negatif? Menurut Beck core belief yang negatif itu biasanya berkaitan dengan tema-tema helpless atau tidak berdaya, unloveable atau tidak dicintai, dan worthless atau tidak berharga, yang mengakibatkan kita berpikir bahwa kita tidak berharga, tidak layak dicintai, tidak diinginkan, gagal, lemah, tidak kompeten, atau lainnya.
Rendon (2016) mengatakan bahwa kejadian traumatis atau luka-luka yang kita terima dapat mengubah cara pandang dan keyakinan yang kita miliki tentang diri kita sendiri, dari yang sifatnya positif ke negatif. Jika dikaitkan dengan konsep core belief dari Beck tadi, maka terjadi perubahan dari core belief yang positif menjadi negatif. Kira-kira, apa yang membuat hal tersebut bisa terjadi? Untuk menjawabnya, yuk kita cermati analogi-analogi berikut ini:
Pernahkah kamu mengunjungi suatu tempat untuk kedua kali lalu mendapati tempat tersebut sudah sangat berubah atau bahkan hancur karena adanya bencana? Saat kali pertama kamu mengunjunginya, semua nampak baik-baik saja dengan seluruh keindahan, keteraturan, kebersihan, atau bahkan kemegahannya. Namun, bencana ternyata meluluh-lantahkan semuanya, hingga tempat itu menjadi berbeda dari apa yang pernah kita kenali sebelumnya. Pernah? Jika belum pernah, bayangkan saja ada sebuah kota dengan tatanan yang indah, lalu suatu ketika kota tersebut ditimpa oleh bencana tsunami. Keindahan tatanan kota tersebut seketika berubah menjadi porak poranda: kotoran, reruntuhan, tanah dan sampah, atau bahkan mayat manusia pun tergeletak dimana saja.
Nah, kurang lebih itulah yang sebenarnya terjadi pada diri kita ketika luka membuat kita merasa tidak mengenal diri kita sendiri. Tatanan diri kita berubah karena ada “bencana” atau “tsunami” yang datang, yang kemudian merobohkan pertahanan yang kita miliki, sehingga kita menjadi lupa atau tidak mampu meyakini dan mendefinisikan diri kita dengan cara yang positif dan membangun seperti biasanya. Tapi, apakah kemudian ini akan menjadi sesuatu yang menetap dan tidak bisa direkonstruksi ulang? Tentu saja tidak demikian.
Dengan menghadirkan luka dan kejadian-kejadian tidak menyenangkan ke hidup kita, Allah tentu tidak pernah bermaksud untuk mendzalimi kita, bukan? Maka, luka dan kejadian tidak menyenangkan tersebut tentu saja bukan hadir untuk membuat kita memiliki keyakinan dan definisi yang buruk secara permanen tentang diri kita. Sebaliknya, meski mungkin tidak mudah untuk kita terima dan bayangkan, hal tersebut justru dihadirkan Allah untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita. Pelan-pelan, kita akan bangkit dan mensyukurinya, sebab nyatanya kita jadi bisa berkenalan dengan sisi lain diri kita.
“Think of it like an earthquake that rips through a city. Everything is pretty much fucked after the tectonic violence wreaks havoc beneath. But after that, buildings can be rebuilt with new knowledge of structural integrity, and people have the opportunity to design more resilient systems to guard against future earthquakes. The city doesn’t just “bounce back” to its previous state, it’s made into a wiser, more resilient city.” — Olivia and Lazzeretti
___
Sumber inspirasi:
Beck, Judith. (2011). Cognitive Behavior Therapy Basics and Beyond, Second Edition. New York: The Guilford Press.
Rendon, J. (2016). Upside, The New Science of Post-Traumatic Growth. Touchstone.
83 notes · View notes
Text
Galera, meu mozi tá fazendo alguns vídeos do free fire, se vcs puderem ajudar dando uma curtida ou seguindo ela vamos ficar muito felizes!! https://www.instagram.com/lolo_do_ff/p/Bws04q-HyTd/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=x77n44ebicnm
@keep-calm-and-siga-a-vibe
2 notes · View notes
northmanworld · 3 years
Photo
Tumblr media
Black Friday Offer - MjollnirBlacksmith- True Viking Spirit Jewelry #vikings #viking #norse #ragnar #pagan #odin #ragnarlothbrok #valhalla #vikingstyle #lagertha #thor #norsemythology #travisfimmel #historyvikings #ivartheboneless #bjornironside #floki #heathen #nordic #asatru #alexh #runes #history #medieval #art #ubbe #warrior #jewellery #artefacts #amulet https://www.instagram.com/p/CIIMqS-HYtD/?igshid=1m9hm5jbky4h6
0 notes
angie80k · 4 years
Video
youtube
[Stage mix] (여자)아이들 ((G)I-DLE) - Senorita (세뇨리따) 교차편집
0 notes
shawnevans27 · 6 years
Text
HAPPY THURSDAY HYTD
0 notes