Tumgik
#imam ali alayhi salam
ahlulbaytnetworks · 1 year
Text
Tumblr media
▪️◾When the coffin of Abu al-Hasan (Al-Hadi, peace be upon him) came out, Abu Mohamad (Al-Askari, peace be upon him) came out behind the coffin, barefoot, with his head uncovered, his garment unbuttoned and torn, his beard drenched, with tears on his eyes, walking on foot behind the coffin, once to the right of the coffin and once to the left without being infront of it...
So the people got off and took off their slippers and uncovered their turbans, and some of them tore garments and unbuttoned them...
📚 Al-Imam Ali al-Hadi Alayhi al-Salam, p.441.
3 notes · View notes
amberfaber40 · 1 year
Text
Busy Surviving - Quotes
Busy Surviving - Quotes
Ahle Bait (Alayhi Salam) Quotes and Sayings فرمانِ رسولِ خدا: میں تم میں دو چیزیں چھوڑ کر جا رہا ہوں، قرآن اور اپنے اہلِ بیت علیھم السلام۔ ...
Tumblr media Tumblr media
Inspirational Quote
Motivational quotes make you feel the same as if you had actually accomplished the goal. Here are 17 best inspirational quotes I've found that give me all the feels.
Tumblr media
MOTIVATION MONDAY- KEEP GOING - PRIIINCESSS
Motivational Quotes help to make what we do a little easier and truly put things into perspective for us. Because entrepreneurship is HARD, we are ALWAYS on go go go trying to make it and sometimes get discouraged even lost in the sauce.
Tumblr media
10 Strength Quotes + Printables That Will Make You Feel Strong - construction2style
Strength Quotes You Need Life can be crazy, but you are strong and you will make it through this season! If you're needing some encouragement right now, we've got some strength quotes for you to print off and hang up on your fridge, in your home office, or in your home. For more printable quotes
Tumblr media
e l i n e
Tumblr media
17 Empowering Quotes to Help You Make a Fresh Start Count
Whether it's as big as a new job or a small as a new day, there's power in a fresh start. The key, though, is—
Tumblr media
You are not alive to please any of these....
Tumblr media
Author DetailsHey there, QAIMQUOTES provides you World's largest collection of Quotes with Lyrics and Images. We have QUOTES, POETRY, NEWS, BLOGS, etc. QAIMQUOTES hope you'll find this information interesting and may increase your knowledge. You can also visit our ABOUT US page (for more understanding about us).recent postsSlider20-random-1110px-sliderAhle Bait (Alayhi Salam) Quotes and Sayings فرمانِ رسولِ خدا: میں تم میں دو چیزیں چھوڑ کر جا رہا ہوں، قرآن اور اپنے اہلِ بیت علیھم السلام۔ اہلِ بیت وہ عظیم ہستیاں ہیں جو بعد از رسول صلی اللہ علیہ والہ وسلم، دنیائے کائنات میں سب سے افضل ہیں۔ جہاں احادیثِ نبوی ﷺ میں ہمیں اہلِ بیت کی فضیلت … شیخ سعدی (۱۱۸۴تا ۱۲۹۱) فارسی زبان کے مشہور شاعر، نام شرف الدین ، لقب مصلح الدین اور تخلص سعؔدی تھا۔ ان کی کتب "بوستان" اور "گلستانِ سعدی"کا شمار عالمی کلاسیکی میں ہوتا ہے۔ Tags:  Sheikh Saadi Quotes in Urdu Sheikh Saadi Quotes Urdu Sheikh Saadi Quotes in English Sheik… Content : - Hazrat Ali Quotes in Urdu - Imam Ali Sayings - Aqwal-e Zareen by Hazrat Ali - Hazrat Ali Quotes about Life - Inspirational Quotes in Urdu Imam Ali Quotes on Knowledge فرمانِ امیرِکائنات امام علی علیہ السلام سب سے بڑا جاہل وہ ہے جو چاپلوس مدح کرنے والی کی بات میں آ جاتا ہے۔ وہ… Contents:   - Imam Hussain Poetry in Urdu - Bibi Zainab Poety in Urdu - Hazrat Ghazi Abbas Poetry  - Muharram Poetry in Urdu - Urdu Sad Poetry - Karbala Poetry in Urdu Text Pics - Karbala Shayari in Urdu - Khoon ki Taseer (Ahmad Ali Aseer) … 1) یَمۡحَقُ اللہُ الرِّبٰوا وَیُرۡبِی الصَّدَقٰتِ " ترجمہ: " مٹاتا ہے خدا سود کو اور بڑھاتا ہے صدقات کو۔ سورۃ البقرہ (۱۷۶) Older Posts
0 notes
rest-in-being · 3 years
Text
Body is purified by water. Ego by tears. Intellect is purified by knowledge. And soul is purified with love.
~ Hazrat Ali ibn Abi Talib (radiAllahu anhu)
64 notes · View notes
holyhousehold786 · 4 years
Text
Tumblr media
During the Battle of Khaybar - "Imam Ali ibn Abi Talib, Alayhis Salam, rushed towards the main gate of the fortress and then grasped the door of the fortress of Khaybar, which was made from iron as he intended to use it as a shield.
He, then took the door, and tore it right off its hinges and it remained in his hand as a shield and he protected himself with it, then Allah conquered the fortress by his hands."
"After the victory, Imam Ali threw the door a distance of eighty feet behind his back.”
Imam Al-Bayhaqi related: "After Imam Ali tossed the door aside it took seventy men who were all gathered closely together to return the door back to its original place and they found it extremely difficult."
Imam Ali is reported as saying,
“I did not snatch the door of Khaybar from its place by bodily power but by divine power.”
(This story is recorded by Shaykh Ahmad Ibn Hajar al-Haytami al-Makki Al-Ansari in his as-Sawa`iq Al-Muhriqah)
17 notes · View notes
swyhi81 · 3 years
Text
*NOTULENSI KAJIAN FASLIBELS*
🔺🔸➿❁✿❁➿🔸🔺
Tema:
*Mengendalikan Diri Dan Mengontrol Emosi*
Bersama🎙 :
🧕🏻 *Ustadzah Titis*
💨⛈️📖♡◈♡◈📖⛈️💨
📆 *Hari/Tanggal* : Rabu,21 Juli 2021
⏰ *Pukul :* 19.30.- Selesai
🧕🏻 *Moderator : Kak Nunik*
🧕🏻 *Notulensi : Kak Noor*
🌸🗃️🌸🗃️🌸
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Puji syukur kehadirat اللّه yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya..
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih اللّه yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. Insya Allah..
Aamiin..Allahumma Aamiin.
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Baik,
Malam ini kita akan bertholabul ilmi bersama..
Dengan materi bertemakan
📚*Mengendalikan Diri Dan Mengontrol Emosi*
Semoga bisa menjadi pengingat kita bersama, termasuk diri saya sendiri 🙏
💟 Kita awali dengan sebuah kisah dari sahabat Rasulullah Shalallahu 'alayhi wassalam
Di masa perang Khandaq, kala itu...
KETIKA perang Khandaq berlangsung, posisi kaum muslimin kurang menguntungkan.
Pasukan Islam dikepung dari segala arah.
Untuk mensiasatinya, dibuatlah parit disekeliling pasukan kaum muslimin untuk membendung laju datangnya musuh.
Hanya ada beberapa tentara berkuda musuh yang mencoba menyeberangi parit, mereka berkata,
"Sungguh ini adalah taktik yang belum pernah dikenal bangsa Arab."
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Lalu mereka mencari parit yang sempit yang mungkin bisa dilompati kuda mereka.
Akhirnya sebagian dari mereka berhasil melompatinya, diantaranya adalah seorang tentara berkuda yang sangat terkenal di kalangan orang-orang Quraisy, yaitu Amru bin Abdu Wudd,
yang keahliannya dalam berkuda dan berperang sangatlah mahsyur.
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Ketika telah berhasil menyeberangi parit itu, iapun berkata dengan sombongnya,
"Siapa yang bisa menghadapiku?"
Umat Islam pernah ditantang duel Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti.
Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini.
Para sahabat terlihat gentar.
Nyali mereka surut.
Betapa tidak,
Tantangan itu datang dari seorang jagoan yang garang .
Setelah melihat kenyataan tak ada seorang pun yang menanggapi tantangan 'Amr,
maka Ali bin Abi Thalib tidak tahan lagi menahan perasaan geramnya.
Ia segera berdiri dan berkata kepada Rasulullah:
"Ya Rasul Allah, biarlah saya yang menandinginya
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Dalam situasi ini Sayyidina Ali bin Abi Thalib maju...
Menyanggupi ajakan duel Amr bin Abd Wad.
Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat.
Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
Masya Allah...
Beliau Ali adalah masih saudara sepupu Rasulullah
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Amru bin Abdu Wudd atau juga disebut sebagai Amr bin Abd Wad, adalah sosok yang sangat terkenal akan kekuatan dan keberaniannya....
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa mengejek.
Namun faktanya, atas ijin Allah
Ali justru tampil lincah dalam perkelahian tersebut
sehingga selama perkelahian nasib mujur tetap ada di tangan Ali.
Usai paha kekarnya disabet pedang, Amr bin Abd Wad pun tumbang ke tanah.
Kemenagan Ali sudah di depan mata.
Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa Amr bin Abd Wad dipastikan akan melayang...
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Dalam situasi terpojok ini, ternyata Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak.
Dan tiba-tiba ia meludahi wajah Ali, sepupu Rasulullah itu.
➡️Kira-kira, apa yang dilakukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kemudian setelah diludahi oleh musuhnya Sang Amr bin Abd Wad, sobat shalihah?
➡️ Ali tidak jadi menebas dengan pedang ( tidak membalas) karena ia takut kalau ia membalas karena marah maka ia membunuh bukan karena Allah. Seandainya kita di posisi Sayyidina Ali,
Berhadapan dengan musuh yang selama ini senantiasa menyelisihi dan merendahkan syariat islam
Posisikita dalam pertempuran sudah di atas angin
Dan tiba-tiba musuh tersebut meludahi kita
Apa yang terbersit di dalam benak kita?
jikalah mengikuti kata hati,
ingin rasanya melampiaskan rasa untuk membalaskan segala kemarahan tanpa ampun
Ketika hendak menebas musuhnya, dan sang lawan meludahi wajah sepupu Rasulullah SAW ini.
Seketika Ali menahan diri. Ia terdiam.
Sang musuh heran.
“Wahai Ali, kenapa engkau tidak jadi melawanku?”.
➡️
Setelah itu, Ali pun menjawab,
“Ketika aku menjatuhkanmu, aku ingin membunuhmu karena Allah.
Akan tetapi ketika engkau meludahiku, maka niatku membunuhmu karena marahku kepadamu,” kata Ali.
Masya Allah
Menanggapi hinaan ini, Ali justru menjadi pasif.
Ali menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat.
📝”Saat dia meludahi wajahku, aku marah.
Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku.
Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan jika membunuhnya semata karena Allah SWT,”
kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya gugur di tangan Ali kemudian..
namun proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran.
➡️ Perjuangan dan pembelaan Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan kemarahan.
Sahabat Rasulullah yang kelak menjadi khalifah keempat ini juga menjernihkan sejara...
bahwa spirit ketuhanan adalah satu-satunya landasan, mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.
✅ ini yang perlu kita catat baik-baik
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Memang sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung mendorong untuk selalu ingin dituruti dan sulit untuk diselisihi/ditinggalkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah”
[HR Muslim no. 2603]
➡️ Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka,
karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya
🌸 Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA,
seorang sahabat pernah meminta nasihat kepada Rasulullah SAW.
“Berilah saya nasihat wahai Rasulullah,” ujarnya.
“La taghdab (jangan engkau marah),” jawab Rasulullah singkat.
Lelaki itu kembali mengulang pertanyaannya, tapi jawaban Rasulullah tetap saja sama baginya.
(HR Bukhari).
➡️ Imam Nawawi mengatakan, makna dari jangan marah ini dalam hadis Rasulullah SAW tersebut adalah jangan sampai seseorang menumpahkan kemarahan, sehingga membutakan hatinya. Ketika seorang ingin marah, ketika itulah ia harus bisa menguasai dirinya. Sehingga, rasa marah tidak memengaruhinya untuk bisa berpikir, berucap, dan mengambil keputusan dengan baik dan hati yang jernih.
🌸 Karenanya,
dianjurkan kepada seseorang yang diselimuti rasa marah hendaklah menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum bertindak atau berucap.
🌸 Dalam hadis riwayat Ahmad,
Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring.”
🌌 Sebagaimana hadis dari Sulaiman bin Surd yang menceritakan,
“Suatu hari saya duduk bersama Nabi Shalallahu alayhi wassalam.
Ketika itu, ada dua orang yang saling memaki.
Salah satunya, wajahnya telah merah karena diliputi marah.
Rasulullah Shalallahu alayhi wassalam bersabda,
‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini maka marahnya akan hilang.
Jika dia membaca ta’awuz a’udzu billahi minas syaithanir rajiim.
...marahnya akan hilang.”
(HR Bukhari dan Muslim)
🌸🗃️🌸🗃️🌸
Di kehidupan yang serbamodern ini, masyarakat begitu banyak menghadapi dorongan untuk marah.
Dari update status di sosial media misalnya, sangat berpotensi memicu kemarahan.
Atau mungkin ketika berkendara, ada pengendara lain yang seenaknya sendiri dalam berkendara sangat mungkin memicu amarah orang lain.
Menjadi marah sangatlah mudah, meredamnya itu yang sulit.
Namun, ketika kita sudah tahu apa dampak dari marah itu, semisal terputusnya hubungan tali silaturahim atau yang lebih fatal lagi berurusan dengan hukum.
Contoh lain, bagaimana dengan dampak kesehatan?
Sejumlah peneliti mengaitkan marah dan risiko penyakit.
Jadi patut kita renungkan betapa pentingnya menahan marah.
🌸🗃️🌸🗃️🌸
*Keutamaan menahan marah dan mengendalikan diri ketika emosi*
🌷 Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah”
[HR al-Bukhari (no. 5763) dan Muslim (no. 2609).]
➡️ Inilah kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah Ta’ala, yang ini sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia
🌸 Imam al-Munawi berkata,
“Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu).
🌸 Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin.
➡️ Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya).
➡️➡️ Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar, karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.
Inilah arti sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih dekat dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
{وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ على أَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى}
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”
(QS al-Maaidah:8).
🌸 Imam Ibnul Qayyim menukil ucapan seorang ulama salaf yang menafsirkan sikap adil dalam ayat ini, beliau berkata,
“Orang yang adil adalah orang yang ketika dia marah maka kemarahannya tidak menjerumuskannya ke dalam kesalahan, dan ketika dia senang maka kesenangannya tidak membuat diap menyimpang dari kebenaran”
*Menahan marah adalah kunci segala kebaikan.............*
0 notes
shiaat · 6 years
Text
Nuzool e Imam Ali ibne Abu Talib(asws)
🌹🌹🌹 Felicitations to Prophet Muhammad (sawaw) , Mawlati Fathima al Zahra (asws) , A'immah(asws) and to all believers who love the Ahlulbayt(asws) and live to please them (asws) on the appearence of #Hujjatullah #Ainullah #lisanullah #Wajhullah #Nafsullah #Kalimatullah #Ayatullah #Ayatul_alKubra #Naba_alAzeem #Babul_Huda #Mashiyatullah #QadameSiddiq #Hujjatul_Islam #Rehbare_Muazzam #Imam al #Mutaqeen #Ameer_al_Momineen Ali ibn Abu Talib(Alayhi al Salam). 🌹🌹🌹 • الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَلَّى بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مِرْدَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ يَحْيَى وَالْحَسَنُ بْنُ مَحْبُوبٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْكَابُلِيِّ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا جَعْفَرٍ (عَلَيْهِ السَّلام) عَنْ قَوْلِ الله عَزَّ وَجَلَّ فَ‏آمِنُوا بِالله وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنا فَقَالَ يَا أَبَا خَالِدٍ النُّورُ وَالله الائِمَّةُ مِنْ آلِ مُحَمَّدٍ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه) إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ وَالله نُورُ الله الَّذِي أَنْزَلَ وَهُمْ وَالله نُورُ الله فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الارْضِ وَالله يَا أَبَا خَالِدٍ لَنُورُ الامَامِ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ أَنْوَرُ مِنَ الشَّمْسِ الْمُضِيئَةِ بِالنَّهَارِ وَهُمْ وَالله يُنَوِّرُونَ قُلُوبَ الْمُؤْمِنِينَ وَيَحْجُبُ الله عَزَّ وَجَلَّ نُورَهُمْ عَمَّنْ يَشَاءُ فَتُظْلَمُ قُلُوبُهُمْ وَالله يَا أَبَا خَالِدٍ لا يُحِبُّنَا عَبْدٌ وَيَتَوَلانَا حَتَّى يُطَهِّرَ الله قَلْبَهُ وَلا يُطَهِّرُ الله قَلْبَ عَبْدٍ حَتَّى يُسَلِّمَ لَنَا وَيَكُونَ سِلْماً لَنَا فَإِذَا كَانَ سِلْماً لَنَا سَلَّمَهُ الله مِنْ شَدِيدِ الْحِسَابِ وَآمَنَهُ مِنْ فَزَعِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ الاكْبَرِ. - Al-Husayn ibn Muhammad has narrated from Mu‘alla ibn Muhammad from Ali ibn Mirdas who has said that Saffron ibn Yahya and al-Hassan ibn Mahbub have narrated from abu Ayyub from abu Khalid al-Kabuli who has said that he asked Imam abu Ja‘far (a.s.) about the meaning of the words of Allah e following. “Those who believe in him, honor and help him, and follow the light which is sent down to him, will have everlasting happiness.” (7:157) The Imams (a.s.) said, “O abu Khalid, I swear by Allah that it is the Imams from the family of the Holy Prophet (s.a.) up to the Day of judgment who are called light in the above verse. They, I swear by Allah, are the light of Allah whom He sent down. It is they, I swear by Allah, who are the light of Allah in the heavens and in the earth. O abu Khalid, I swear by Allah, that the light of the Imams (a.s.) in the hearts of the true believers is more bright than the light of the sun in the midday. They, I swear by Allah, give light to the hearts of the true believers and Allah, the Most Holy, the Most High, may block such light from reaching the hearts of whoever He may will, thus their hearts remain dark. O abu Khalid, no one would believe in our Divine authority except that Allah will cleanse his heart. Allah will not cleanse the heart of a person until he or she will acknowledge our Divine authority and live in peace with us. When one lives in peace with us Allah will safe guard him against the severity of the day of recockning and grant him security against the great terror on the Day of Judgment” • Al Kafi, volume 1 Hadith 509, chapter 13, hadith 1.
6 notes · View notes
muhibbul-mahbub · 6 years
Text
Sambung Shilaturrohim
Berikut ini adalah taushiyah Al-Habib Jindan bin Naufal (Novel) bin Salim bin Ahmad Bin Jindan di Majlis Ta’lim Al-Habib ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ahad pagi, paruh kedua Syawwal 1437 Hijriyyah..
Tumblr media
As-Salamu ‘alaykum warohmatuLlahi wabarokatuH..
Al-hamdu liLlah, wash-sholatu was-salamu ‘ala Sayyidina RosuliLlah, Sayyidina Muhammad bin ‘AbdiLlah, wa ‘ala alihi wa shohbihi waman walah.. Amma ba‘du..
Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala, pagi hari ini kita berkumpul, yang merupakan Ahad ini adalah pembukaan daripada Majlis Talim al-Imam al-'Arif biLlah al-Quthb al-Habib ‘Ali bin Abdirrohman al-Habsyi.. Mudah2an Allah Ta'ala mengangkat derajat beliau..
Kita doakan guru kita, Al-Habib ‘Abdurrohman, diberikan kesehatan, dan juga para guru kita, segenap keluarga besar Al-Habib ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi dan al-Habib Muhammad bin 'Ali bin 'Abdirrohman diberikan kesehatan.. Wa akhina al-Habib 'Ali juga diberikan kesehatan, dan semua para guru, hadhirin-hadhirot mendapatkan berkah dari Allah subhanahu wata’ala.. Dan dijadikan lebaran yang baru saja kita lalui, Romadhon, diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.. Ij'alna wa iyyakum minal maqbulin, minal ‘a`idin.. Termasuk orang-orang yang kembali, yang merujuk kepada Allah subhanahu wata’ala dan didekatkan kepada Allah Ta’ala.. Amin, ya Robbal 'Alamin..
Ini di dalam moment lebaran, kita masih berada di bulan Syawwal.. Ini moment lebaran adalah moment untuk menyambung shilaturrohim kita.. Menyambung hubungan kita dengan keluarga kita, dengan kerabat kita, dengan famili kita..
Dan sesungguhnya RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam, beliau bersabda di dalam hadits, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia menyambung tali shilaturrohim-nya, jangan dia putus..
Wa Rosul shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam, juga beliau mengatakan, “Barangsiapa yang ingin, yang suka, yang seneng, yang kepengen, yang girang kalo dipanjangkan umurnya, diluaskan rizkinya, terus udah gitu ada lagi bonus yg ketiga: dijauhkan dari su`il-khotimah (dijadikan meninggalnya meninggal secara baik-baik, bukan meninggal yang buruk, wal-‘iyadzu biLlahi min dzalik), maka satu kuncinye, gampang: sambung tali shilaturrohim-nya..
Ente berasa rizki seret, kekurangan di dalam ekonomi? Coba introspeksi, jangan-jangan ada famili kita yang kurang kita sambung shilaturrohim-nye kepada die.. Sambung shilaturrohim kite kepada kerabat, kepada famili..
Sebab, tau gak? Ada sedekah tu, kalo kite mau sedekah, sedekah yang paling afdhol kite berikan kepada siape? RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam bilang, “Sedekah yang paling afdhol adalah yang engkau berikan kepada kerabatmu, familimu yang memendam kebencian, yang memutuskan engkau, dengki, iri, hasud kepada engkau..” Kerabat, akan tetapi memutuskan tali shilaturrohmi, judes sama kita.. Nah, itu yang mesti kita sambung.. Ada sedekah, pahalanye sedekah doang; tapi ada juga sedekah, pahalanye sedekah dan nyambung tali shilaturrohim juga..
Nah, ini kita kalo bulan Romadhon suka nyambung tali shilaturrohmi, nah setelah lebaran, jangan kite putusin lagi..
Sebab itu, al-Imam Ja'far Shodiq dan juga para ulama mengatakan, “Hati-hati, jangan kalian putuskan shilaturrohim, sebab saya dapetin tuh di dalam al-Qur`an Allah melaknat orang-orang yang memutus shilaturrohim-nye..”
Bahkan disebutkan bahwasanya orang yang memutuskan tali shilaturrohim-nya dilaknat oleh Allah walaupun matinye di dalam Ka'bah.. Orang kalo mati dalam Ka’bah, hebat gak? Luar biasa! Tapi kalo die mutusin shilaturrohim-nye, biar kate matinye di dalam Ka’bah, sial, di Neraka, dilaknat oleh Allah swt, walaupun matinye di dalam Ka'bah.. Kite mau hidup di dalam Ka’bah, mau tinggal di situ lima menit, mau sholat, sulitnye bukan maen, begimane kalo meninggalnye di dalam Ka’bah? Wa hakadza.. Karenanya itu, hati-hati, jangan kita putusin shilaturrohim..
Dan orang yg memutus tali shilaturrohim adalah orang yang sial, dirinye sial.. Kenape dirinye sial? Dirinye sial, cepet mati.. Itu satu.. Yang kedua, rizkinye sempit.. Yang ketiga, giliran udah waktunye mati, matinye juga su`il-khotimah.. Die sial, orang yang deket ama die juga ikut sial.. Kalo die sial, sial sendiri aje.. Tapi ada orang sial, bawa sial juga kepada orang..
Itu disebutkan, diriwayatkan dlm atsar, “Rahmat Allah gak turun kepada sekelompok kaum apabila di situ ada satu orang yang memutuskan shilaturrohim-nya..”
Nih kite lagi kumpul, kalo ada di antara kita yang memutuskan tali shilaturrohim, ayo buruan die taubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala.. Dari sekarang die taubat, jangan nunggu keluar majlis, jangan nunggu bangun dari majlis.. Lepasin tuh belenggu laknat dari leher kite, taubat sekarang kepada Allah Ta'ala.. Niat pulang dari majlis, dia mau sambung shilaturrohim-nya..
Sambung shilaturrohim kita. Tu tali shilaturrohmi basahin lagi, jangan dibiarkan kering, walaupun dengan ucapan salam.. Salam pas ketemu, atau kita bisa berkunjung, atau sekedar mampir lima menit, atau telepon,  atau SMS.. Itu hukumnye jangan kita putuskan sama sekali..
Disebutkan bahwasanya ada satu orang, die ngadu kepada RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam.. Dia bilang, “Ya RasuluLlah, saya punya kerabat; ini kerabat saya ni, dia memusuhi saya, memendam kebencian kepada saya, tapi udah jahat sama saya, dia putusin hubungan saya, tapi saya tetep baek, tetep sambung, tetep kirim hadiah, tetep berkunjung, tapi juga die tetep judes, tetep jahat..”
Dalam hadits yang panjang tersebut Nabi bilang, “Senantiasa pertolongan Allah bersama engkau, bantuan Allah, perhatian Allah, dukungan Allah, support dari Allah bersama engkau selama engkau menjalankan hal tersebbut, engkau tetep sambung, engkau tetep berkunjung, engkau tetep berbuat baik walaupun dia memutuskan..”
Kite ini, biarin orang mutusin kite, jangan kite putusin orang.. Biarin orang jahatin kite, jangan kite jahatin orang..
Ada satu orang ngadu kepada Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi, gurunye Habib 'Ali Kwitang, “Ya Habib 'Ali, ini saya dizholimin ama pejabat, ama tetangga, ama lingkungan dizholimin..” Alhasil, al-Habib 'Ali bilang, “Ya mao begimane lagi, syukur dah sama Allah..” Lah, dizholimin kok disuruh syukur? Iye, syukur ama Allah, bersyukurlah kepada Allah, karena engkau orang yang terzholimi, bukan orang yang menzholimi.. Kalo mau dituker, dibalik keadaannye: kite yang zholim, kite yang jahat, begimane? Wal ‘iyadzu biLlah min dzalik.. Kite gak bakalan mau.. AlhamduliLlah.. Mudah-mudahan Allah subahanahu wata’ala selamatkan kite dari kezholiman..
Sesungguhnya RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam, beliau bilang, “Orang yang nyambung shilaturrohmi bukan orang yang kalo bikin baek, die bales kebaikan..” Lu dateng, gue dateng.. Lu sambung, gue sambung.. Lu senyum, gue senyum.. Itu namanye dagang, itu namanye barter, bukan nyambung shilaturrohmi.. Orang yang nyambung shilaturrohmi adalah orang yang kalo dia diputus, kalo dia diboikot, kalo dia dimusuhin, die yang balik, die yang nyamperin, die yang nyambung..
Tau gak kerjaannya orang-orang dulu nih, ‘ulama-’ulama kite? Mereka pelajaran buat kite, mereka teladan bagi kite.. Kerjaannya Habib ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi (Kwitang), kerjaanya Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul, Jember, Jawa Timur).. Kan minggu lalu tuh haulnye beliau, Habib Sholeh Tanggul, sekaligus bareng juga sama di Palu.. Saya hadir di Palu: al-Habib ‘Idrus bin Salim al-Jufri (Al-Khoirot, Palu)..
Itu kerjaanye al-Habib ‘Idrus bin Salim al-Jufri, al-Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid, al-Habib ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi, kerjaannye para ‘ulama dulu nih, tau kerjaannye ape mereka, selain kesibukan dengan ilmu, dengan amal, dengan ibadat, tau? Kerjaan mereka nyambung tali shilaturrohim, dateng ke orang..
Wal-Habib Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi, masya-aLlah, nyambung ke mane-mane, disambung ama beliau.. Beliau dateng.. Dateng ntar ke Haji Fulan, dateng ke Ustadz Fulan, semuanye didatengin.. Die nyambung shilaturrohim.. Laen kerabatnye, laen familinye..
Wal-Marhum al-Habib Ahmad bin ‘AbduLlah bin Hasan al-‘Aththos (Shohib Asma`ul-Husna), beliau pun juga gitu kerjaannye: nyambung shilaturrohim, pergi ke mane-mane, die datengin orang.. Ntar pergi dateng ke Cakung, ntar pergi dateng ke mane, jalan jauh.. Kadang tuh untuk nyambung shilaturrohim naek oplet, naek bus, die jalan, nyamperin sodaranye, nyamperin kerabatnye, berziarah, berkunjung kepada mereka..
Itu kerjaannye Habib Sholeh Tanggul, kerjannye begitu.. Denger ada orang sakit, disamperin.. Denger ada jenazah, die ngelawat, die hadirin..
Yang terakhir.. Ada satu sahabatnye al-Habib Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdirrohman al-Habsyi.. Namanye al-Habib Muhammad bin ‘Alwi bin ‘AbduLlah Bin Syihabuddin.. Hadza al-Habib Muhammad bin ‘Alwi Bin Syihab gurunye Habib ‘Umar Bin Hafizh.. Hadza al-Habib Muhammad bin ‘Alwi Bin Syihab itu beliau di zaman komunis.. Di Hadhromaut dulu juga pernah kemasukan komunis.. Yang jadi korban, Abanye Habib ‘Umar Bin Hafizh, diculik.. Banyak ‘ulama dibunuhin, banyak, termasuk Abanye Habib ‘Umar Bin Hafizh..
Hadza di zamannye komunis tuh ‘ulama-‘ulama dijadikan tahanan kota, gak boleh keluar.. Diboikot, dibungkam mulut mereka.. Rubath ditutup, majlis ditutup.. Mau ada majlis, gak boleh ada ceramah, begitu.. Alhasil, ‘ulama-‘ulama yang ada itu mereka tuh jadi tahanan kota, tiap hari harus ngelapor, dateng ke markas polisi, markas komunis, untuk lapor di situ, buku besarnye, namanye, tiap hari tanda tangan.. Kalo bukunye di rak atas, die tarik, tanda tangan..
Wal-Habib Muhammad hadza udah tua, usianye udah lanjut, tapi tiap hari die dateng ke situ, die jalan, tiap hari pokoknye, gak peduli lagi sakit, gak peduli ada acara, tiap hari musti ngelapor, tanda tangan, die ada di kota itu, begitu..
Nah itu kebetulan ada satu orang komunis di situ; kalo udah Habib Muhammad dateng, kasar, dimaki, dicaci, keluar kata-kata yang gak baik..
Wal Habib kadang lagi sakit.. Di luar gitu, ada beberapa orang yang kerja di situ, kasian sama Habib Muhammad, keluar mau berdagang,  diambilin kitab bukunye untuk tanda tangan, mau dibawain ke luar.. Ini ada penjaganye yg biasa jahat.. Die bilang, “Jangan, biarin tuh orang dateng sendiri, paksa die keluar!” Die keluar sendiri, naek ke atas rak, narik buku, tanda tangan, balik lagi.. Begitu setiap hari..
Sampe nih orang yang biasa kasar meninggal dunia, wafat.. Alhasil, die punya saudara (kakaknye die) bingung die.. Kalo orang meninggal, biasanye yang ngurusin jenazahnye, yang nyolatin, al-Habib Muhammad bin ‘Alwi Bin Syihab.. Tapi ye begimane, ye seumur hidup saya punya sodara, saya punya adek jahat banget ama Habib Muhammad bin ‘Alwi Bin Syihab..
Akhirnye mau gak mau deh die dateng ke rumahnye abis Shubuh, pagi-pagi abis isyroq die dateng ke situ mau ngabarin kalo adeknye meninggal dunia, mau ngasih tau aje, begitu.. Habib mau dateng, boleh; gak dateng, juga gak pape.. Tapi die di bawah, bingung, mau naik ape kagak, mau naik ape kagak.. Mau naik, mau ngomong, malu, adeknye orang jahat..
Gak lama al-Habib Muhammad turun, die bilang, “Fulan, kayf halak? Bikhoir? Ente punya adek ape kabar?” Dibilang, “Ane punya adek meninggal, Habib..” “Oh, die meninggal, kholash, khoir, insya-aLlah..” Habib Muhammad bilang, “Saya mau hadir jenazahnye; bukan itu aje (hadir jenazahnye), saye mau ngelawat, dateng ke rumah; saye mau jalan, nganter jenazah, jalan kaki dari rumahnye die, saye yang nganter jenazah, dan saya yang sholatkan; udah gitu bukan itu aje, sebentar, jangan jalan dulu (dikeluarin, dari kantongnye ada duit), hadza buat bantu-bantu ngurusin jenazah..”
Kayak begini akhlaknye orang dulu: nyambung, hatta ama orang yang musuhin die, yang abis-abisan musuhin die.. Nah, sekarang kite patut mencontoh akhlaknye mereka, sifatnye mereka, perangainya mereka..
Wa di dalam pribadi RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam yang semacam begini, banyak.. Buahnye seperti al-Imam ‘Ali Zainal-‘Abidin, al-Imam Hasan, wa semuanye.. Akhlak, perangai yang luar biasa di dalam menyambung shilaturrohim mereka.. Nah, kite sekarang jangan cuma pandai bicara, tapi waktunya kita mencontoh, kita meneladani daripada akhlak mereka..
Imamul-Haddad, beliau bilang, “Saya lihat, hatta orang yg nonmuslim rizkinye melimpah, umurnye panjang, badannye sehat, tau gara-gara ape? Gara-gara shilaturrohim..”
Artinye shilaturrohim manfaat, walaupun dilakukan oleh orang yang nonmuslim.. Die bakal dapet manfaat yang sama, di dunia.. Kalo di akhirat sih hukumnye laen lagi, udah.. Tapi di dunia, hatta shilaturrohim memberikan manfaat kpd orang yang nonmuslim.. Usianye panjang, badannye sehat, duitnye banyak, gara-gara ape? Berkat shilaturrohim, kate al-Habib ‘AbduLlah bin ‘Alwi al-Haddad..
Itu katenye beliau, kate RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa alihi wa shohbihi wa sallam di dalam hadits, “Tidak ada suatu amalan yang pahalanya kontan di dunia, besar di dunia manfaatnya, dan di akhirat lebih gede lagi.. Apa? Shilaturrohim.. Dan gak ada sesuatu amalan yang bahayanya kontan di dunia, dahsyat bahayanya di dunia, dan di akhirat lebih dahsyat lagi.. Apa? Memutuskan shilaturrohim..
Tumblr media
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang menyambung shilaturrohim.. Amin, ya Robbal-'Alamin..
Allahummaj’al jam’ana hadza jam’an marhuma, wa tafarruqona min ba’dihi tafarruqon ma’shuma, wa la taj’al fina wa la minna wa la ma’ana syaqiyyan wa la mahruma.. Wa shollaLlahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam, wal-hamdu liLlahi Robbil-‘Alamin..
Was-Salamu ‘alaykum warohmatuLlahi wabarokatuH..
2 notes · View notes
islamilecture · 4 years
Text
When Imam Mahdi and Dajjal Will Come TO Earth ? Part 1
Tumblr media
Which Time Imam Mahdi Will come To Earth?
Our prophet sallalahu alaihi wasalam predicted the coming of one man and his name will be Mohammad ibn Abdullah. He will be called by the people the rightly guided. which is the Mahdi the world will be a very very depressing place before the Mahdi. The earth will be full of injustice and the Mahdi will come and fill it with justice and with truth. This man is the final of the minor science of Judgment Day that is the Imam Mahdi. And the Mahdi will be a link or a bridge between the minor signs and the beginning of the major science, between the minor signs at the beginning of the major signs and the beginning of the major science will be the DAjjal. That is the first of the ten major signs the Mahdi will be alive when Dajjal comes.
Who Kills Dajjal ?
So the last of the minor signs the first of the major sign will coincide with one another. And the Mahdi will see the coming of Dajjal he will fight Dajjal will not be successful. Then the second of the major signs will come and that is Isa ibne Maryam and the Mahdi will be alive at that time and the Mahdi will fight in the army of Isa Alaihis Salam. Eventually Isa Alaihis Salam will be the one who kills Dajjal, and then there is no mention of the Mahdi. What exactly is this concept of the Mahdi ? is it true or is it superstition ? Do we really believe in it are there any evidences or is this something that you know people have just invent into misguide humanity now before we begin.
What exactly is the word Mahdi ?
The word Mahdi comes from Hidayah or hooda which means guidance. Mahdi means the one who is rightly guided. So Mahdi is a name maybe one of you is called Mahdi is a name. And some of the Kjulafa were called Mahdi and one of the famous Abbasid Khulafa his father called him Al- Mahdi. Thats mean the rightly guided one and there's nothing wrong with the name. But in this case Mahdi is a title not a name. It means the one from Allah Subhanahu Wa Ta'ala has rightly guided .
Where do we get the information of the Mahdi ?
The Quran has nothing directly or indirectly about the Mahdi. There is no verse that even indirectly references the Mahdi himself .But we have over 20 hadith about the Mahdi there are authentic some of them in Bukhari and Muslim the most famous book of hadith. After Bukhari and Muslim wich is Abu dawood it has an entire chapter called the chapter of the Mahdi. The entitled a chapter the chapter of the Mahdi and in it he has over a dozen a hadith different hadith about the Mahdi. So Abu Dawood the Muhaddid the scholar of hadith is writing in his famous book an entire section called the section pertaining to the Mahdi. Sunan Tirmidhi also has the chapter about the Mahadi and in the chapter title is the word Mahdi. Some of the great scholars of hadith they mentioned belief in the Mahdi as being one of the signs of Judgment Day. Therefore it is correct to say that the vast majority of scholars of our tradition they affirmed the concept of this righteous person coming towards the end of times and they believed in this concept.
Tumblr media
When Imam Mahdi and Dajjal Will Come TO Earth ? Part 1 Now we are going to mention In Sha Allah today difference between what we believe and what some of the other groups believe. But Sunni is generally speaking.
We do believe in the Imam Mahdi, why?
Because it's in the books of Sunna it's in the books of hadith. And we affirm the books of hadith. So let us now mention at least 10 or so of these hadith and from them let us derive some of the characteristics of the Mahdi. Of them authentic hadith in Sunan Abu Dawood that the prophet Sallallahu Alayhi Wa Salam said hadith is an Abu Dawood if there was only one day left in this world, Allah would make it longer so that a person from my family my descendants will come whose name is the same as mine and whose father's name is the same as my father's . And he will fill the world with justice like it had been filled with injustice. This is the most authentic hasan hadith about Imam Mahdi. From it we learn three things well more but at least three.
About Imam Mahdi Family !
Number one the name of the Mahdi will be what ? Muhammad . Number two ibn who ? ibn Abdullah. Number three what will he do ? fill the world with justice. as it had been filled with injustice.Now we can also add one more point here, number four when will this happen towards ? the end of times, because the hadith begins with what if there's only one day left Allah will make it longer. Which means the Mahdi will come towards the end of times. Now who is or were this lineage be from ? In Sunan Abu Dawood as well the Prophet Sallallahu Alayhi Wa Salam said mean the Mahdi is from my family from the children of Fatima.How many children at Fatima have in terms of sons ? Hasan and Husayn. Reference So the man he will be from Hasan and Husayn. Which of these two there's nothing authentic from the Prophet Sallallahu Alayhi Wa Salam, But Abu Dawood said that Ali (ra) look to his son Hasan and he said this son of mine Hasan is a leader because the Phrophet Sallalahu Alaihi Wa Salam called him a leader. From his children shall come a person whose name will be the name of your prophet and he will resemble your prophet in mannerisms but not in manner. he will resemble the Akhlaq but not the the physical face of the Prophet Sallalahu Alaihi Wa Salam. How do you know Ali (ra) is saying what ? Imam Mahdi will be from whose lineage ? Hassan radiyaallahu ta'ala anhu and this is the predominant position Ibn Qaiyyum mentions the majority of our scholars say the Mahdi will be from the children of Al- Hasan. This isn't contrast to the non Sunni group, you know thers two big group in the Muslim world and I try my best to not mention name, so as not to invoke or provoke any animosity. I will never teach hatred of other Muslim groups that is not my philosophy but we should educate and we respectfully disagree with the non Sunni group. The non certainiy group it says that Imam Mahdi is from the children of Hussein and they have their 12th Imam that they're waiting for and they call him The Mahdi. And this is one of the differences between a sentiment of many many differences . Ibn Qauyyum also mentions a interesting point here that it is befitting that the man they be from the progeny of Hassan. Because Hasan Radi Allahu Anhu and he gave up the Khalifa for the unity of the Muslims and Husayen (ra) there's nothing wrong with this. He strove for the Khalifah thinking and he was right in that assumption that he will be good and better than the person in charge. But in that a tragedy happened so Hasan (ra)gave up the Kursi after having had it. So Allah will bless him with his progeny to get the Kursi back and Allah will bless him that of his progeny will be the real and the actual Mahdi.
Who will eventually unite the Muslim Ummah?
Who will eventually unite the Muslim Ummah and fill the world with justice. so all the a hadith about Imam Mahdi as well as the hadith reported also in the sunan abu dawood that the prophet sallallahu alayhi wasallam said The Mahdi is from my children my progeny and his forehead shall be large and wide and his nose will be aquiline so the nose is not going to be a flat nose, it is gonna be an aquiline a sharp nose and the forehead will be larger so in other words like some people they have a large forehead so this mahadi will have a large forehead. Prophet salallahu alayhi wasalam said:- The Mahdi is from us Allah will rectify him and make him righteous in one night. What does this mean ? Our scholars mention that this means Imam Mahdi will grow up and people will not assume. That he is a very religious person. He might be an average Muslim, maybe even below average but something will happen and in one night. The Mahdi will become a righteous person, and this gives hope to all of us. https://www.islamilecture.com/when-imam-mahdi-and-dajjal-will-come-part-1/ Who are sinful, that if even the mahdi will start off at a low level and something will trigger and Towba will take place and the Mahdi will repent and become such a righteous person so even the Mahdi his lifestyle at the beginning of his life will not be at the end of his life. The Prophet SAW said Allah will change him, and correct him, in one night. correcting means he was incorrect. Salih means he was not salih before that night so this is a Bashara for us who are all sinners. That Allah can change anyone from anything some of the Sahaba used to do very evil things. then Allah guided them to Islam and look what happened after that so we should not look at the past rather we should look at the future of the things that we learned about the Mahdi as well and this is something that should give us pause for thought in the timeframe that we live in. Is that the a hadith mentioned. Hadith is an Abu Dawood that the Prophet sallallahu alayhi wa sallam said the earth will be full of injustice, the earth will be full of injustice and tyranny and the Mahdi will come and fill it with justice and with truth, which means the world will be a very very depressing place before the Mahdi. the earth will be full of injustice and if you look at what is going on now Allah Musta'aan, but we are it looks like in that direction now from bad to worse from bad to worse, the world is getting worse and worse and worse a time, will come when the world will be full of injustice the world will be dark and bleak and black and in that darkness Allah will send a light for the Ummah.
Where Will Imam Mahdi From ?
In that darkness one it looks like there is no hope allah will send someone who will unite the muslims. Will then change the situation of the earth from injustice back into justice. So this is one of the beautiful predictions that terrifies us but also gives us comfort that you know it will get bad but after it gets bad inshallah it will be good. Another concept that is mentioned about the Mahdi is that the Mahdi is from Medina and that the Mahdi will flee from Medina to Makkah. Imam Mahdi is raised in Medina and he is a Madani but circumstances will happen he will feel threatened and he will flee from Makkah to Madinah. And this hadith is also mentioned in Abu Dawood where the Prophet sallallahu alayhi wa Salam said a man shall flee from medina rushing towards Makkah and the people will come to him even though he does not want them to come. They shall force him to accept that they are and he will not want to accept the Bayiat the Mahdi will not claim to be the Mahdi. https://www.islamilecture.com/when-imam-mahdi-and-dajjal-will-come-part-1/
Part 2
Read the full article
0 notes
ahlulbaytnetworks · 1 year
Text
Tumblr media
▫️◽The Messenger of Allah, peace be upon him and his family, said:
You won't go astray and you won't perish while you are loyal to Ali. If you oppose him, then the paths and desires will lead you astray, so have taqua of Allah in the Protection of Allah, for the Protection of Allah is Ali bin Abi Talib.
📚Mawsoua't al-Imam Ali bin Abi Talib Alayhi al-Salam, vol.8, p.130.
2 notes · View notes
zihaaaa · 7 years
Text
You know what I look forward to? The stories. 
Firsthand accounts. I cannot wait to hear the stories we’re all so familiar with from the people themselves. InshaAllah. The prophets, the companions, the incredible imams and scholars and teachers in our history. 
And the angels, especially Jibreel ‘alayhi salam.
I cannot wait to hear the stories from their point of view. I want to laugh with them, cry with them, and see the world as they saw it through theirs. 
Prophet Muhammad, sallallahu ‘alayhi wa sallam.  Prophet Ibrahim, Prophet Adam, Prophet Musa, Prophet Esa, ‘alayhi salam. Abu Bakr, Umar, Uthman, Ali, radhiAllahu ‘anhum.  Our mothers, the wives of the prophet, radhiAllahu ‘anhuma. Asiya, Khadija, Mariam, Sumayya, Fatima, Aisha radhiAllahu ‘anhuma. The four Abdullahs, radhiAllahu ‘anhum. The four Imams, rahimahullah. And so so so many more!
My goodness, can you imagine? There are SO many stories to be heard. So many that are known, and so many still yet unknown to us. 
And I want to hear every last one of them, from every possible point of view!
9 notes · View notes
zinattango · 7 years
Text
My father Muhammad ibn Ali has said that he asked Ali ibn al-Husayn, Alayhima al-Salam about how he was transported by Yazid. He (Imam), Alayhi al-Salam replied, "He placed me on camel without saddle and the head of al Husayn, Alayhi al-Salam, was raised on a flag pole and our women were behind us on mule without saddles with many people behind and around us with spears. If the eye of anyone of us showed tears that person's head would be hit with a spear until we entered Damascus; an announcer shouted, "O inhabitants of al-sham these are the captives of Ahl al-Bayt (family) of the condemned one." Source [Bihar al-Anwar Volume 45, hadith 259, ch 39, hadith 2]
34 notes · View notes
rest-in-being · 3 years
Text
Tumblr media
54 notes · View notes
ummmaymoonah · 7 years
Text
Seek refugee from a corrupt Aqeedah
The Prophet sallahu alayhi wa salam used to make supplication seeking refugee from a corrupt Aqeedah and Inshallah we should as well.
On the authority of Ibn ‘Umar radiallahu anhumma:
‘Rarely would the Messenger of Allah (ﷺ) stand from a sitting until he supplicated with these words for his Companions: [in that supplication it mentions]
وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“and do not make this world our greatest concern, nor the limit of our knowledge”,
[Saheeh Tirmidhi no. 3502]
Mulla Ali al-Qaari rahimahullah said in commentary:
“That is: do not afflict us with what will decrease our religion from evil aqeedah, eating haram, taking a break in worship and other than it. [And do not make] this world our greatest concern, purpose, and sadness. That is: do not make seeking wealth and honor the greatest of our concerns or source of our sadness. Or do not make the worldly life our greatest concern or source of our sadness. Rather, make our greatest concern and source of sadness the actions of the hereafter. In this Hadith is [evidence] that a little concern for what is necessary from the affairs for living is allowed, rather it is recommended, rather an obligation…”
[Mir’aah ul-Mafaatih]
Also in the other Hadith:
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ “‏ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“[The Prophet (ﷺ)] used to say: ‘O Allah, I seek refuge in You from evil character, evil actions, and evil desires
[Saheeh Tirmidhi no. 3591]
Imam Mulla Ali Qaari rahimahullah said:
“and evil desires so the intent of desires is general: in Aqeedah, evil, corrupt desires which are not taken from the Book and Sunnah..”
[Mir’aah ul-Mafaatih]
And Allah knows best
Translated by
Faisal Ibn Abdul Qaadir Ibn Hassan Abu Sulaymaan
Toronto Dawah 
19 notes · View notes
Photo
Tumblr media
🌍 BimbinganIslam.com Jum’at, 28 Ramadhān 1438 H / 23 Juni 2017 M 👤 Penulis: Adid Adep Dwiatmoko 👤 Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar 📔 Bimbingan Idul Fitri 🌐 Sumber: https://muslim.or.id/370-bimbingan-idul-fitri.html ----------------------------------- *BIMBINGAN IDUL FITRI* Lebaran adalah hari yang tidak asing bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Hari yang penuh suka cita, di mana kaum muslimin dibolehkan kembali makan dan minum di siang hari setelah satu bulan penuh berpuasa. Namun, jika kita tinjau perayaan lebaran (’Iedul Fitri) yang telah kita laksanakan, sudah sesuaikah apa yang kita lakukan dengan keinginan Allāh dan Rasūl-Nya? Atau malah kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah-Nya, dengan sekedar ikut-ikutan kebanyakan manusia? Untuk mengetahui perihal ini, mari kita simak bersama bahasan berikut. *Definisi ‘Ied* Kata “Ied” menurut bahasa Arab menunjukkan sesuatu yang kembali berulang-ulang, baik dari sisi waktu atau tempatnya. Kata ini berasal dari kata “Al ‘Aud” yang berarti kembali dan berulang. Dinamakan “Al ‘Ied” karena pada hari tersebut Allāh memiliki berbagai macam kebaikan yang diberikan kembali untuk hamba-hamba-Nya, yaitu bolehnya makan dan minum setelah sebulan dilarang darinya, zakat fithri, penyempurnaan haji dengan thawaf, dan penyembelihan daging kurban, dan lain sebagainya. Dan terdapat kebahagiaan, kegembiraan, dan semangat baru dengan berulangnya berbagai kebaikan ini. (Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Perlu diperhatikan, saat ini telah menyebar di kalangan masyarakat, bahwa makna “Iedul Fitri” adalah kembali kepada fitrah (suci) karena dosa-dosa kita telah terhapus. Hal ini kurang tepat, baik secara tinjauan bahasa maupun istilah syar’i. Kesalahan dari sisi bahasa, apabila makna “Iedul Fitri” demikian, seharusnya namanya “Iedul Fithrah” (bukan ‘Iedul Fitri). Adapun dari sisi syar’i, terdapat hadits yang menerangkan bahwa Iedul Fitri adalah hari dimana kaum muslimin kembali berbuka puasa. Dari Abu Hurairah berkata: Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah bersabda: "Puasa itu adalah hari di mana kalian berpuasa, dan (’iedul) fitri adalah hari di mana kamu sekalian berbuka." (HR Tirmidzi dan Abu Daud, shahih) (Majalah As Sunnah 05/I, Ustadz Abdul Hakim). Oleh karena itu, makna yang tepat dari “Iedul Fitri” adalah kembali berbuka (setelah sebelumnya berpuasa). *Pensyariatan ‘Ied (hari raya) adalah Tauqifiyyah* Hari raya (tahunan) yang dimiliki oleh kaum muslimin, hanya ada dua, yaitu ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha. Adakah hari raya yang lain? Jawabnya: tidak ada. Karena pensyariatan hari raya merupakan hak khusus Allāh ‘azza wa jalla. Suatu hari dikatakan hari raya apabila Allāh menetapkan bahwa hari tersebut adalah hari raya (’Ied). Namun, jika tidak, kaum muslimin tidak diperkenankan merayakan atau memperingati hari tersebut. Alasannya adalah hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan dari Anas Radhiyallāhu 'anhu bahwa beliau berkata: “Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang ke Madinah dan (pada saat itu) penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang dipergunakan untuk bermain (dengan permainan) di masa jahiliyyah. Lalu beliau bersabda: 'Aku telah datang kepada kalian, dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa jahiliyyah. Sungguh Allāh telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yakni hari Nahr (’Iedul Adha) dan hari fitri (’Iedul Fitri)'.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih) Dua hari raya yang dimiliki penduduk Madinah saat itu adalah hari Nairuz dan Mihrajan, yang dirayakan dengan berbagai macam permainan. Kedua hari raya ini ditetapkan oleh orang-orang yang bijak pada zaman tersebut karena cuaca dan waktu pada saat itu sangat tepat/bagus. (Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Tatkala Nabi datang, Allāh mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari raya pula yang Allāh pilih untuk hamba-hamba-Nya. Sejak saat itu, dua hari raya yang lama tidak diperingati lagi. Berdasarkan hal ini, pensyariatan hari raya adalah tauqifiyyah (sesuai dengan perintah Allāh). Seseorang tidak diperbolehkan menetapkan hari tertentu untuk perayaan/peringatan kecuali memang ada dalil yang benar dari Allāh (Al Qurān) maupun Rasūl-Nya (Al Hadits). Sehingga tidak benar, apa yang dilakukan sebagian besar kaum muslimin saat ini, dengan melakukan berbagai macam peringatan/perayaan yang sama sekali tidak ada tuntunannya. Di antaranya: peringatan/perayaan maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qurān, hari Kartini, hari ibu, dan hari ulang tahun. *Tuntunan Nabi Saat Hari Raya* Perayaan ‘Iedul Fitri maupun ‘Iedul Adha merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allāh. Dan ibadah tidak terlepas dari dua hal, yang semestinya harus ada, yaitu: (1) Ikhlas ditujukan hanya untuk Allāh semata, dan (2) Sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ada beberapa hal yang dituntunkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terkait dengan pelaksanaan hari raya, di antaranya: (1) Mandi Sebelum ‘Ied. Disunnahkan bersuci dengan mandi untuk hari raya karena hari itu adalah tempat berkumpulnya manusia untuk shalāt. Namun, apabila hanya berwudhu saja, itu pun sah. (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). Dari Nafi’, bahwasanya Ibnu Umar mandi pada saat ‘Iedul fitri sebelum pergi ke tanah lapang untuk shalāt (HR. Malik, sanadnya shahih). Berkata pula Imam Sa’id bin Al Musayyib: “Hal-hal yang disunnahkan saat Iedul Fitri (di antaranya) ada tiga: Berjalan menuju tanah lapang, makan sebelum shalāt ‘Ied, dan mandi.” (Diriwayatkan oleh Al Firyabi dengan sanad shahih, Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). (2) Makan di Hari Raya. Disunnahkan makan saat ‘Iedul Fitri sebelum melaksanakan shalāt dan tidak makan saat ‘Iedul Adha sampai kembali dari shalāt dan makan dari daging sembelihan kurbannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Buraidah, bahwa beliau berkata: "Rasūlullāh dahulu tidak keluar (berangkat) pada saat Iedul Fitri sampai beliau makan dan pada Iedul Adha tidak makan sampai beliau kembali, lalu beliau makan dari sembelihan kurbannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya hasan). Imam Al Muhallab menjelaskan bahwa hikmah makan sebelum shalāt saat ‘Iedul Fitri adalah agar tidak ada sangkaan bahwa masih ada kewajiban puasa sampai dilaksanakannya shalāt ‘Iedul Fitri. Seakan-akan Rasūlullāh mencegah persangkaan ini. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). (3) Memperindah (berhias) Diri pada Hari Raya. Dalam suatu hadits, dijelaskan bahwa Umar pernah menawarkan jubah sutra kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam agar dipakai untuk berhias dengan baju tersebut di hari raya dan untuk menemui utusan. (HR. Bukhori dan Muslim). Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mengingkari apa yang ada dalam persepsi Umar, yaitu bahwa saat hari raya dianjurkan berhias dengan pakaian terbaik, hal ini menunjukkan tentang sunnahnya hal tersebut. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Perlu diingat, anjuran berhias saat hari raya ini tidak menjadikan seseorang melanggar yang diharamkan oleh Allāh, di antaranya larangan memakai pakaian sutra bagi laki-laki, emas bagi laki-laki, dan minyak wangi bagi kaum wanita. (4) Berbeda Jalan antara Pergi ke Tanah Lapang dan Pulang darinya. Disunnahkan mengambil jalan yang berbeda tatkala berangkat dan pulang, berdasarkan hadits dari Jabir, beliau berkata: “Rasūlullāh membedakan jalan (saat berangkat dan pulang) saat iedul fitri.” (HR. Al Bukhāri). Hikmahnya sangat banyak sekali di antaranya, agar dapat memberi salam pada orang yang ditemui di jalan, dapat membantu memenuhi kebutuhan orang yang ditemui di jalan, dan agar syiar-syiar Islam tampak di masyarakat. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Disunnahkan pula bertakbir saat berjalan menuju tanah lapang, karena sesungguhnya Nabi apabila berangkat saat Iedul Fitri, beliau bertakbir hingga ke tanah lapang, dan sampai dilaksanakan shalāt, jika telah selesai shalāt, beliau berhenti bertakbir. (HR. Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih). Diperbolehkan saling mengucapkan selamat tatkala ‘Iedul Fitri dengan: _“Taqabbalallahu minnaa wa minkum."_ (Semoga Allāh menerima amal kita dan amal kalian.) Atau dengan: _"A’aadahulahu ‘alainaa wa ‘alaika bil khairat war rahmah."_ (Semoga Allāh membalasnya bagi kita dan kalian dengan kebaikan dan rahmat.) Sebagaimana diriwayatkan dari beberapa sahabat. (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). *Jika Terkumpul Hari Jum’at dan Hari Raya Dalam Satu Hari* Jika hari raya dan hari Jumat berbarengan dalam satu hari, gugurlah kewajiban shalāt Jum’at bagi orang yang telah melaksanakan shalāt ‘Ied, namun bagi Imam hendaknya tetap mengerjakan shalāt Jum’at agar dapat dihadiri oleh orang yang ingin menghadirinya dan orang yang belum shalāt ‘Ied. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Diperbolehkan bagi mereka (kaum muslimin), jika ‘ied jatuh pada hari Jum’at untuk mencukupkan diri dengan shalāt ‘ied saja dan tidak menghadiri shalāt Jumat.” (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). *Hal-Hal yang Terkait Sholat Ied Secara Ringkas* Karena terbatasnya jumlah halaman, berikut kami ringkaskan hal-hal yang terkait dengan shalāt ‘Ied, di antaranya: (1) Dasar disyari’atkannya: QS. Al Kautsar ayat 2, dan hadits dari Ibnu Abbas, beliau berkata: “Aku ikut melaksanakan shalāt ‘Ied bersama Rasūlullāh, Abu Bakar dan Umar, mereka mengerjakan shalāt ‘Ied sebelum khutbah.” (HR. Bukhari dan Muslim) (2) Hukum shalāt ‘Ied: Fardhu ‘Ain, menurut pendapat terkuat. (3) Waktu shalāt ‘Ied: Antara terbit matahari setinggi tombak sampai tergelincirnya matahari (waktu dhuha), menurut kebanyakan ulama. (4) Tempat dilaksanakannya: Disunnahkan di tanah lapang di luar perkampungan (berdasarkan perbuatan Nabi), jika terdapat udzur dibolehkan di masjid (berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib). (5) Tata cara shalāt ‘Ied: Dua raka’at berjama’ah, dengan tujuh takbir di raka’at pertama (selain takbiratul ihram) dan lima takbir di raka’at kedua (selain takbir intiqal -takbir berpindah dari rukun yang satu ke rukun yang lain). (6) Adzan dan iqamah pada shalāt ‘Ied: Tidak ada adzan dan iqamah, atau seruan apapun sebelum dilaksanakan shalāt karena tidak adanya dalil untuk hal tersebut. (7) Khutbah pada shalāt ‘Ied: Satu kali khutbah tanpa diselingi dengan duduk, menurut pendapat yang terkuat. Klik link selengkapnya
0 notes
octadhee · 7 years
Quote
🌍 BimbinganIslam.com Kamis, 27 Ramadhān 1438 H / 22 Juni 2017 M 👤 Penulis: Adid Adep Dwiatmoko 👤 Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar 📔 Bimbingan Idul Fitri 🌐 Sumber: https://muslim.or.id/370-bimbingan-idul-fitri.html ----------------------------------- *BIMBINGAN IDUL FITRI* Lebaran adalah hari yang tidak asing bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Hari yang penuh suka cita, di mana kaum muslimin dibolehkan kembali makan dan minum di siang hari setelah satu bulan penuh berpuasa. Namun, jika kita tinjau perayaan lebaran (’Iedul Fitri) yang telah kita laksanakan, sudah sesuaikah apa yang kita lakukan dengan keinginan Allāh dan Rasūl-Nya? Atau malah kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah-Nya, dengan sekedar ikut-ikutan kebanyakan manusia? Untuk mengetahui perihal ini, mari kita simak bersama bahasan berikut. *Definisi ‘Ied* Kata “Ied” menurut bahasa Arab menunjukkan sesuatu yang kembali berulang-ulang, baik dari sisi waktu atau tempatnya. Kata ini berasal dari kata “Al ‘Aud” yang berarti kembali dan berulang. Dinamakan “Al ‘Ied” karena pada hari tersebut Allāh memiliki berbagai macam kebaikan yang diberikan kembali untuk hamba-hamba-Nya, yaitu bolehnya makan dan minum setelah sebulan dilarang darinya, zakat fithri, penyempurnaan haji dengan thawaf, dan penyembelihan daging kurban, dan lain sebagainya. Dan terdapat kebahagiaan, kegembiraan, dan semangat baru dengan berulangnya berbagai kebaikan ini. (Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Perlu diperhatikan, saat ini telah menyebar di kalangan masyarakat, bahwa makna “Iedul Fitri” adalah kembali kepada fitrah (suci) karena dosa-dosa kita telah terhapus. Hal ini kurang tepat, baik secara tinjauan bahasa maupun istilah syar’i. Kesalahan dari sisi bahasa, apabila makna “Iedul Fitri” demikian, seharusnya namanya “Iedul Fithrah” (bukan ‘Iedul Fitri). Adapun dari sisi syar’i, terdapat hadits yang menerangkan bahwa Iedul Fitri adalah hari dimana kaum muslimin kembali berbuka puasa. Dari Abu Hurairah berkata: Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah bersabda: "Puasa itu adalah hari di mana kalian berpuasa, dan (’iedul) fitri adalah hari di mana kamu sekalian berbuka." (HR Tirmidzi dan Abu Daud, shahih) (Majalah As Sunnah 05/I, Ustadz Abdul Hakim). Oleh karena itu, makna yang tepat dari “Iedul Fitri” adalah kembali berbuka (setelah sebelumnya berpuasa). *Pensyariatan ‘Ied (hari raya) adalah Tauqifiyyah* Hari raya (tahunan) yang dimiliki oleh kaum muslimin, hanya ada dua, yaitu ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha. Adakah hari raya yang lain? Jawabnya: tidak ada. Karena pensyariatan hari raya merupakan hak khusus Allāh ‘azza wa jalla. Suatu hari dikatakan hari raya apabila Allāh menetapkan bahwa hari tersebut adalah hari raya (’Ied). Namun, jika tidak, kaum muslimin tidak diperkenankan merayakan atau memperingati hari tersebut. Alasannya adalah hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan dari Anas Radhiyallāhu 'anhu bahwa beliau berkata: “Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang ke Madinah dan (pada saat itu) penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang dipergunakan untuk bermain (dengan permainan) di masa jahiliyyah. Lalu beliau bersabda: 'Aku telah datang kepada kalian, dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa jahiliyyah. Sungguh Allāh telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yakni hari Nahr (’Iedul Adha) dan hari fitri (’Iedul Fitri)'.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih) Dua hari raya yang dimiliki penduduk Madinah saat itu adalah hari Nairuz dan Mihrajan, yang dirayakan dengan berbagai macam permainan. Kedua hari raya ini ditetapkan oleh orang-orang yang bijak pada zaman tersebut karena cuaca dan waktu pada saat itu sangat tepat/bagus. (Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Tatkala Nabi datang, Allāh mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari raya pula yang Allāh pilih untuk hamba-hamba-Nya. Sejak saat itu, dua hari raya yang lama tidak diperingati lagi. Berdasarkan hal ini, pensyariatan hari raya adalah tauqifiyyah (sesuai dengan perintah Allāh). Seseorang tidak diperbolehkan menetapkan hari tertentu untuk perayaan/peringatan kecuali memang ada dalil yang benar dari Allāh (Al Qurān) maupun Rasūl-Nya (Al Hadits). Sehingga tidak benar, apa yang dilakukan sebagian besar kaum muslimin saat ini, dengan melakukan berbagai macam peringatan/perayaan yang sama sekali tidak ada tuntunannya. Di antaranya: peringatan/perayaan maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qurān, hari Kartini, hari ibu, dan hari ulang tahun. *Tuntunan Nabi Saat Hari Raya* Perayaan ‘Iedul Fitri maupun ‘Iedul Adha merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allāh. Dan ibadah tidak terlepas dari dua hal, yang semestinya harus ada, yaitu: (1) Ikhlas ditujukan hanya untuk Allāh semata, dan (2) Sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ada beberapa hal yang dituntunkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terkait dengan pelaksanaan hari raya, di antaranya: (1) Mandi Sebelum ‘Ied. Disunnahkan bersuci dengan mandi untuk hari raya karena hari itu adalah tempat berkumpulnya manusia untuk shalāt. Namun, apabila hanya berwudhu saja, itu pun sah. (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). Dari Nafi’, bahwasanya Ibnu Umar mandi pada saat ‘Iedul fitri sebelum pergi ke tanah lapang untuk shalāt (HR. Malik, sanadnya shahih). Berkata pula Imam Sa’id bin Al Musayyib: “Hal-hal yang disunnahkan saat Iedul Fitri (di antaranya) ada tiga: Berjalan menuju tanah lapang, makan sebelum shalāt ‘Ied, dan mandi.” (Diriwayatkan oleh Al Firyabi dengan sanad shahih, Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). (2) Makan di Hari Raya. Disunnahkan makan saat ‘Iedul Fitri sebelum melaksanakan shalāt dan tidak makan saat ‘Iedul Adha sampai kembali dari shalāt dan makan dari daging sembelihan kurbannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Buraidah, bahwa beliau berkata: "Rasūlullāh dahulu tidak keluar (berangkat) pada saat Iedul Fitri sampai beliau makan dan pada Iedul Adha tidak makan sampai beliau kembali, lalu beliau makan dari sembelihan kurbannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, sanadnya hasan). Imam Al Muhallab menjelaskan bahwa hikmah makan sebelum shalāt saat ‘Iedul Fitri adalah agar tidak ada sangkaan bahwa masih ada kewajiban puasa sampai dilaksanakannya shalāt ‘Iedul Fitri. Seakan-akan Rasūlullāh mencegah persangkaan ini. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). (3) Memperindah (berhias) Diri pada Hari Raya. Dalam suatu hadits, dijelaskan bahwa Umar pernah menawarkan jubah sutra kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam agar dipakai untuk berhias dengan baju tersebut di hari raya dan untuk menemui utusan. (HR. Bukhori dan Muslim). Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mengingkari apa yang ada dalam persepsi Umar, yaitu bahwa saat hari raya dianjurkan berhias dengan pakaian terbaik, hal ini menunjukkan tentang sunnahnya hal tersebut. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Perlu diingat, anjuran berhias saat hari raya ini tidak menjadikan seseorang melanggar yang diharamkan oleh Allāh, di antaranya larangan memakai pakaian sutra bagi laki-laki, emas bagi laki-laki, dan minyak wangi bagi kaum wanita. (4) Berbeda Jalan antara Pergi ke Tanah Lapang dan Pulang darinya. Disunnahkan mengambil jalan yang berbeda tatkala berangkat dan pulang, berdasarkan hadits dari Jabir, beliau berkata: “Rasūlullāh membedakan jalan (saat berangkat dan pulang) saat iedul fitri.” (HR. Al Bukhāri). Hikmahnya sangat banyak sekali di antaranya, agar dapat memberi salam pada orang yang ditemui di jalan, dapat membantu memenuhi kebutuhan orang yang ditemui di jalan, dan agar syiar-syiar Islam tampak di masyarakat. (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). Disunnahkan pula bertakbir saat berjalan menuju tanah lapang, karena sesungguhnya Nabi apabila berangkat saat Iedul Fitri, beliau bertakbir hingga ke tanah lapang, dan sampai dilaksanakan shalāt, jika telah selesai shalāt, beliau berhenti bertakbir. (HR. Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih). Diperbolehkan saling mengucapkan selamat tatkala ‘Iedul Fitri dengan: _“Taqabbalallahu minnaa wa minkum."_ (Semoga Allāh menerima amal kita dan amal kalian.) Atau dengan: _"A’aadahulahu ‘alainaa wa ‘alaika bil khairat war rahmah."_ (Semoga Allāh membalasnya bagi kita dan kalian dengan kebaikan dan rahmat.) Sebagaimana diriwayatkan dari beberapa sahabat. (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). *Jika Terkumpul Hari Jum’at dan Hari Raya Dalam Satu Hari* Jika hari raya dan hari Jumat berbarengan dalam satu hari, gugurlah kewajiban shalāt Jum’at bagi orang yang telah melaksanakan shalāt ‘Ied, namun bagi Imam hendaknya tetap mengerjakan shalāt Jum’at agar dapat dihadiri oleh orang yang ingin menghadirinya dan orang yang belum shalāt ‘Ied. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Diperbolehkan bagi mereka (kaum muslimin), jika ‘ied jatuh pada hari Jum’at untuk mencukupkan diri dengan shalāt ‘ied saja dan tidak menghadiri shalāt Jumat.” (Ahkamul Iedain, Dr. Abdullah At Thayyar – edisi Indonesia). *Hal-Hal yang Terkait Sholat Ied Secara Ringkas* Karena terbatasnya jumlah halaman, berikut kami ringkaskan hal-hal yang terkait dengan shalāt ‘Ied, di antaranya: (1) Dasar disyari’atkannya: QS. Al Kautsar ayat 2, dan hadits dari Ibnu Abbas, beliau berkata: “Aku ikut melaksanakan shalāt ‘Ied bersama Rasūlullāh, Abu Bakar dan Umar, mereka mengerjakan shalāt ‘Ied sebelum khutbah.” (HR. Bukhari dan Muslim) (2) Hukum shalāt ‘Ied: Fardhu ‘Ain, menurut pendapat terkuat. (3) Waktu shalāt ‘Ied: Antara terbit matahari setinggi tombak sampai tergelincirnya matahari (waktu dhuha), menurut kebanyakan ulama. (4) Tempat dilaksanakannya: Disunnahkan di tanah lapang di luar perkampungan (berdasarkan perbuatan Nabi), jika terdapat udzur dibolehkan di masjid (berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib). (5) Tata cara shalāt ‘Ied: Dua raka’at berjama’ah, dengan tujuh takbir di raka’at pertama (selain takbiratul ihram) dan lima takbir di raka’at kedua (selain takbir intiqal -takbir berpindah dari rukun yang satu ke rukun yang lain). (6) Adzan dan iqamah pada shalāt ‘Ied: Tidak ada adzan dan iqamah, atau seruan apapun sebelum dilaksanakan shalāt karena tidak adanya dalil untuk hal tersebut. (7) Khutbah pada shalāt ‘Ied: Satu kali khutbah tanpa diselingi dengan duduk, menurut pendapat yang terkuat. (8) Qadha’ shalāt ‘Ied jika terluput: Tidak perlu meng-qadha’, menurut pendapat yang terkuat. *Kemungkaran yang Biasa Dilakukan Tatkala ‘Iedul Fitri* (1) Tasyabbuh (meniru-niru) Tasyabbuh (meniru-niru) orang-orang kafir dalam pakaian dan mendengarkan musik/nyanyian (kecuali rebana yang dimainkan oleh wanita yang masih kecil). Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad, sanadnya hasan) Dan sabda Nabi yang lain: “Akan datang sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan (padahal hukumnya haram) perzinaan, pakaian sutra bagi laki-laki, khamr (sesuatu yang memabukkan) dan alat musik…” (HR. Al Bukhari secara mu’allaq dan Imam Nawawi berkata bahwa hadits ini shahih dan bersambung sesuai syarat shahih). Dan Ibnu Mas’ud radhiyallāhu 'anhu mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Lahwal Hadits’ (perkataan yang tidak bermanfaat) dalam surat Luqman ayat 6 adalah Al Ghinaa‘ (nyanyian). (2) Tabarruj-nya (memamerkan kecantikan) Tabarruj-nya (memamerkan kecantikan) wanita dan keluarnya mereka dari rumahnya tanpa keperluan yang dibenarkan syariat agama. Hal tersebut diharamkan di dalam syari’at ini, di mana Allāh berfirman: “Dan hendaklah kamu (wanita muslimah) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang dahulu, dan dirikanlah shalāt serta tunaikanlah…” (QS. Al Ahzab: 33). Dalam suatu hadits disebutkan bahwa ada dua golongan dari ahli neraka yang tidak pernah dilihat oleh Nabi: “….salah satu di antaranya adalah wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang (tidak menutup seluruh tubuhnya, atau berpakaian namun tipis, atau berpakaian ketat) yang melenggak-lenggokkan kepala. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga.” (HR. Muslim) (3) Berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram Fenomena ini merupakan musibah yang sudah sangat merata. Tidak ada yang selamat dari musibah ini kecuali yang dirahmati Allāh. Padahal perbuatan ini adalah haram berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Sungguh, seandainya kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal dia sentuh.” (Lihat Silsilah Al Ahadits As Shahihah 226) (Ahkamul Iedain, Syaikh Ali bin Hasan). (4) Mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya ‘Ied Tidak terdapat satu dalil pun yang menunjukkan perintah Allāh ataupun tuntunan Nabi untuk ziarah ke kubur pada saat ‘Iedul Fitri. Ziarah kubur memang termasuk ibadah yang disyariatkan, namun, pengkhususan waktu untuk ziarah saat ‘Iedul Fitri membutuhkan dalil. Jika tidak terdapat dalil, perbuatan tersebut bukan tuntunan Nabi dan tidak boleh dilaksanakan. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beramal suatu amalan (untuk tujuan ibadah) di mana tidak termasuk dalam urusan kami, maka amalnya tersebut tertolak (tidak akan diterima).” (HR. Muslim) (5) Begadang saat malam ‘Iedul Fitri. Banyak di antara kaum muslimin yang menghidupkan malam ‘Ied dengan takbir via mikrofon. Hal ini sangat mengganggu kaum muslimin yang hendak beristirahat. Hukum mengganggu orang lain adalah haram. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Muslim (yang baik) adalah yang tidak mengganggu muslim lainnya dengan lisan dan tangannya.” (HR. Muslim). Sehingga jika memang hendak bertakbir, hendaknya tidak dengan suara yang keras. Ada lagi di antara kaum muslimin yang menjadikan malam ‘Ied untuk begadang dengan bermain catur, kartu atau sekedar ngobrol tanpa tujuan. Akibatnya, tatkala pagi datang, kebanyakan dari mereka sulit menjalankan shalāt subuh secara berjamaah. Bahkan ada yang sampai ogah-ogahan menjalankan shalāt ‘Ied. Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat. Semoga Allāh memberikan balasan yang baik bagi yang menulis, membaca dan yang menyebarkannya. *** ______________________ 🌾 Donasi *Program Dakwah Islam* Cinta Sedekah & Bimbingan Islam ; 🌐 http://cintasedekah.org/program-cinta-sedekah/ 💰 *INFAQ* 🏦 Bank Syariah Mandiri (Kode Bank 451) 📟 7814 5000 17 🏢a.n Cinta Sedekah Infaq ➡Konfirmasi transfer : http://cintasedekah.org/konfirmasi -------------------------------------
0 notes
ifinallymovedon · 7 years
Text
🌍 BimbinganIslam.com Kamis, 21 Sya'ban 1438 H / 18 Mei 2017 M 👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc 📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 05) ⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-05 🌐 Sumber: https://youtu.be/Ls1S49iLvjE ----------------------------------- السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan. Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media. Kita masih membahas kaidah yang kedua dari point yang keempat. Telah dijelaskan tentang kaidah yang kedua yaitu kita jangan memposting, jangan berkomentar kecuali benar dari segi konten, atau materi (substansi). Dan yang kedua benar dari sisi penyampaiannya. Kita sudah jelaskan dari sisi materi dan kita tekankan metode kroscek, kroscek dan kroscek. Karena bisa jadi materi keliru itu datang dari orang-orang yang shalih. Lalu pastikan cara penyampaian kita benar. Bagaimana cara penyampaiannya? Allāh sebutkan dalam surat Al Isrā' ayat 53. Allah Subhānahu wa Ta'āla berfirman kepada Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam: وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا Terjemah: _"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."_ Penjelasan: Dan katakan (Sampaikan) kepada hamba-hamba-Ku, jika mereka mau berbicara (kalau dia mau posting, kalau dia mau comment, kalau dia mau menyampaikan sebuah artikel), dia harus gunakan bahasa yang terbaik. Kata _ahsan_ dalam ayat ini kalau pakai istilah bahasa Inggris yaitu superlatif bukan comparatif. Jadi bukan yang lebih baik tapi yang terbaik. Jadi, bilang ke hamba-hamba-Ku (yang merasa hamba Allah saja kata Allāh), kalau mereka mau berbicara gunakanlah bahasa yang terbaik, kenapa? Karena setan akan mengadu domba mereka dan sesungguhnya setan adalah musuh kalian yang nyata. Maka, gunakanlah bahasa yang terbaik. Tapi Pak Ustadz, saya ini begini ini. Ya sudah diam, tidak usah bicara. Anda harus diam. Kalau mau bicara gunakan bahasa yang terbaik. Apalagi di sosmed, karena ketika kita masuk ke grup atau di Facebook atau di Twitter atau kita mention sesuatu, kita tidak memberikan ekspresi, lalu tidak ada intonasi. Jadi secara umum tidak ada ekspresi, tidak ada intonasi sehingga rentan salah pahamnya kuat. Dan Allah katakan setan akan adu domba. Jadi ini kata kunci: إِنَّالشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ. Ingat setan ada dimana-mana. Begitu antum keluarkan kata tersebut maka misi dia adalah membuat orang mis (salah paham) dengan bahasa antum. Makanya gunakan bahasa yang terbaik. Antum balas sambil senyum, tapi dia pikir antum cemberut, itu sering terjadi. Banyak sekali mis (salah paham)di group. Makanya kalau hal-hal sensitif jangan gunakan sosmed, telepon langsung. Sedikit-sedikit sosmed, sedikit-sedikit sosmed, semua sosmed. Bicara masalah-masalah sensitif itu di telepon. Kalau mau pakai sosmed, pastikan ada pembukaan dan ditutup pintu-pintu miskomunikasi. Diawali dengan doa misalnya, biar dia tahu bahwa kita ini pengen yang terbaik untuk dia. Tapi kalau tidak, bicara via telepon lebih nyaman, lebih jelas, karena di situ ada intonasi, disitu lebih bebas. Jadi, kalau kita mau sosmed, gunakan bahasa yang terbaik. Jangan membuat bahasa yang ambigu. Yang membuat orang salah tafsir, yang membuat orang mis, membuat orang tersinggung, padahal kita tidak ada maksud kesana. Gunakan bahasa yang terbaik. Jangan lupa salam. Salam itu penting. Itu salah satu metode yang terbaik. Salam dulu sebelum antum masuk: السلا معليكم ورحمة الله. _"Semoga keselamatan meliputi dirimu."_ Kata Nabi: السلام قبل الكلم _"Salam dulu sebelum bicara."_ Itu menunjukkan kita ingin kebaikan untuk dia. Orang akan paham, "Oh ya, ini orang baik." Kalau tiba-tiba langsung dikritik, langsung diserang dan seterusnya. Ini akan menimbulkan masalah. Wallāhu Ta'āla A'lam bish Shawwab. Jadi gunakan bahasa yang terbaik. Kalau tidak bisa maka belajar. Kita harus belajar seni komunikasi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bisa kok. Kenapa tidak bisa? Belajar dengan orang-orang yang bahasanya bagus, bahasanya santun, bahasanya lembut. Gunakan bahasa-bahasa lembut di sosmed. Apalagi kalau kita misinya untuk berdakwah kepada member-member grup tersebut. Jangan kasar, pakai bahasa yang lembut. Allāh berfirman: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ _"Karena rahmat Allah lah engkau lembut dengan mereka, kalau saja engkau kasar, hatimu keras, mereka akan bubar dari hadapkanmu."_ (QS Ali Imran: 159) Saya ingin tanya, siapa yang dimaksud dengan "engkau" dalam ayat ini? Rasul. Dan "mereka" dalam ayat ini siapa? Sahabat. Jadi Allah mengatakan: "Karena rahmat Allāh lah, engkau, wahai Muhammad, lembut dengan para sahabatmu. Kalau engkau kasar dan hatimu keras, mereka akan bubar." Allāhu Akbar. Abu Bakar tidak bisa dikerasin; 'Umar tidak bisa dikerasin; 'Utsman tidak bisa dikerasin; 'Ali tidak bisa dikerasin;Abdurrahman Bin 'Auf tidak bisa dikerasin. Itu manusia-manusia terbaik, terbening, terbersih hati mereka. Kalau metode Nabi kasar, langsung serang sana, langsung vonis sini, mereka tidak bisa, mereka tidak betah, mereka akan menghindar. Anggota grup antum itu bukan Abu Bakar, bukan 'Umar, bukan 'Utsman, bukan 'Ali dan anda bukan Muhammad Bin 'Abdillah. Kalau seandainya Nabi menggunakan bahasa kasar, bahasa keras, mereka akan bubar, bagaimana dengan kita? Tapi saya orangnya begini ini Pak ustadz. Ya sudah tidak usah jadi admin, kan tidak ada kewajiban menjadi admin. Kalau tidak mampu tidak usah jadi admin. Kaidah fiqh mengatakan tidak ada kewajiban kalau anda tidak mampu. Kalau Anda mau terjun di dunia ini anda harus tahu SOP dan kriteria-kriterianya dan belajar dulu. Jangan sampai dakwah tercemar gara-gara kita. Gara-gara kita keras atau kasar di sosmed, akhirnya dakwah yang rusak. Nabi bersabda dalam hadits Bukhari: إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ _"Di antara kalian ada orang-orang yang kerjaannya membuat orang lari dari sunnah."_ Lari dari Islam, lari dari akidah yang benar, gara-gara sikap dan tutur kata kita. Itu syarat yang kedua, benar dari segi konten dan cara penyampaian. -3- Kaidah yang ketiga, efeknya positif. Kalau kita mau bicara (dan kaidah ini terapkan di setiap bidang) syarat yang ketiga, ada efeknya positifnya. Atau bisa menekan kemudhorotan yang ada pada saat itu. Jadi kita harus memperhatikan: √ Kalau saya masuk ke diskusi yang ada di grup, efeknya bagaimana nih, positif atau negatif. √ Kalau saya kasih tanggapan kira-kira bisa meredakan atau membuat bola menjadi liar. Kalau saat kita bicara justru akan memperburuk suasana, walaupun isinya benar, maka Imam An Nawawi mengatakan, "Tidak boleh bicara, tidak ada manfaatnya." Ini penjelasan Syaikh Sulaiman Ar Ruhaili. Kita harus berpikir, ketika kita masukkan postingan di grup keluarga misalnya, lihat efeknya bagaimana. Efeknya seperti apa. Kalau memperparah akhirnya pecah, jangan kirim pada saat itu. Bukan jangan berdakwah, tapi jangan kirim pada saat itu. Carilah waktu lain. Atau cari media lain. Yang penting jangan asal bicara terus kita cuci tangan. Kalau kita ingin bicara pastikan efek dari pembicaraan kita positif, atau bisa menekan kemudhorotan yang sudah ada. Kalau justru memperparah atau menimbulkan masalah baru yang tidak kalah parahnya dengan masalah sebelumnya, jangan bicara, jangan masuk, jangan bergabung, jangan comment, jangan posting. Kaidah fiqh mengatakan: درء المفاسد مقدم على جلب المصالح _"Menghindar dari keburukan yang besar atau yang selevel itu lebih didahulukan daripada mengambil manfaat."_ Ini penting. Orang yang cerdas, dia harus tahu dan dia harus perhitungkan apa yang terjadi kalau saya kasih komentar. Makanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetap bersikap baik dengan orang munafik, tidak menunjukkan permusuhan, kenapa demikian? Ditanyakan oleh para sahabat: "Ya Rasulullah, kenapa kita tidak perangi saja orang-orang munafik, kenapa Anda tetap melibatkan Abdullah Bin Ubay Bin Salut?" Nabi mengatakan: "Aku khawatir akan terbentuk opini di tengah-tengah manusia bahwa Muhammad hobinya memerangi dan membunuhi sahabat-sahabatnya sendiri." Orang munafik itu penampilannya mu'min. Dan mayoritas manusia tidak mengerti kekufuran yang ada di hati-hati mereka. Kalau Nabi perangi, menggunakan bahasa yang tegas-tegasan dengan mereka, maka manusia tidak mengerti, akan berpikir: "Muhammad itu suka memerangi sahabatnya, kalau begitu jangan masuk Islam, karena kita masuk islam pun, kita bisa diperangi sama nabinya sendiri." Maka Nabi menggunakan bahasa yang lembut. Dan tidak menggunakan komunikasi yang tegas-tegasan dengan orang-orang munafik. Ini fiqh beliau, mempertimbangkan efek dari sikap dan gaya komunikasi yang akan beliau sampaikan. Dan ini yang harus kita pikirkan, jangan asal bicara. Kita harus bermain cantik dalam masalah ini. Wallāhu Ta'āla A'lam bish Shawwab. ____________________________ ◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah... Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah* 1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh 2. Support Radio Dakwah dan Artivisi 3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia 4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial Silakan mendaftar di : http://cintasedekah.org/ayo-donasi/ *Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah* 🌎www.cintasedekah.org 👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/ 📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q ----------------------------------------
0 notes