Tumgik
#petak umpet
mydailyfoodss · 11 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Duh...Main Petak Umpet, Bocah 4 Tahun Terjebak Di Mesin Cuci
Duh…Main Petak Umpet, Bocah 4 Tahun Terjebak Di Mesin Cuci
BNews–NASIONAL–Bocah berusia 4 tahun bernama Nafisa Fazila di Padang, Sumatera Barat (Sumbar) terjebak dalam mesin cuci, Rabu (12/10/2022). Bocah itu sebelumnya sedang main petak umpet di tabung pengering mesin cuci. Peristiwa itu tepatnya terjadi di Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Awalnya, Nafisa bermain petak umpet di tabung pengering mesin cuci di dalam rumah. Namun, kaki…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
maitsafatharani · 9 months
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
112 notes · View notes
coklatjingga · 3 months
Text
Tumblr media
Kita ini seperti sedang main petak umpet ya. Tidak saling tahu ada di mana. Bedanya, kita juga tak saling kenal satu sama lain saat mencari. Bisa jadi kamu adalah seseorang yang tadi lewat di depan mejaku saat di rumah makan. Atau seseorang yang masuk lebih dulu ke halaman masjid ketika aku mampir dalam perjalanan bersama orang tuaku.
Ya, kita ini sedang main petak umpet dan mencari di dalam doa masing-masing. Semoga ya permainan ini segera usai dan pertemuan lekas kita rangkai.
Page 13/366_Batusangkar, 22012024
21 notes · View notes
celotehimaji · 11 months
Text
Petak Umpet
Kamu sebenarnya tahu Tapi berpura-pura tidak tahu Kamu sesungguhnya melihatku Tapi membiarkanku bersembunyi dalam ragu
20 notes · View notes
wordsformyworld · 11 months
Text
Udah hebat nad sejauh ini.
Hampir 6 bulan LDM. Ya kerja.. pulang sore, bibi langsung pulang, jadi kamu langsung gantian ngurus 2 bocah. Ya siapin makannya juga, siapin bekelmu dan bekel Fahima, ya nemenin main.. Sofi yang langsung nyamper ngajak main petak umpet, padahal baruu juga nyampe belum ganti baju, abis macet 2 jam. Sofi yang suka adaaa aja tantrum heboh ga beres2.
Masih juga terapi seminggu 2x biar kaki semakin kuat... juga ngurus barang ini itu yang mau dijual... juga nemenin teteh kerjain PR dan siapin final test... nyupir bulak balik tiap hari, kalo lagi rejeki ya ngga sampe sejam bisa... kalo lagi hujan ya macet bisa 2-3 jam.
Urusan dari galon, gas, mobil motor, ganti oli, cek angin, servis rutin hingga cuci mobil motor. Sampe terkorban Fahima ngga bisa taekwondo karena ngga kebadanan say.
The only support adalah bibi yang datang pagi pulang sore.
Kata Luthfi, lagi masanya kita harus melewati ini Bun. Nanti insya Allah akan ada juga masanya bisa bareng2 lagi.
Tolong diamiinkan.
7 notes · View notes
narashit · 1 year
Text
Polisi yang Miskin
Itu bapak Budi. Dia seorang polisi yang baik. Namanya Moko. Aku tahu dia baik karena dia miskin. Aku dengar polisi baik adalah polisi yang miskin, dan sebaliknya.
Kemarin aku bertemu dengannya, ketika aku sedang bermain petak umpet. Temanku berjaga dan sembari dia berhitung, aku melesat sekencang mungkin, dan barangkali sejauh mungkin. Aku sampai di sebuah kompleks perkantoran. Aku tak tahu pasti ini kantor apa. Aku bersembunyi di sebuah bangunan di pekarangan. Dari jauh, bangunan ini paling mencolok. Dibanding bangunan lain, bangunan inilah yang paling jelek. Sedangkan kejelekan di antara keindahan-keindahan pastilah sangat mencolok. Atau tidak?
Aku sedang bersembunyi dan kepanasan ketika kudengar tiga kali suara letusan. Barangkali senjata api. Aku kerap menonton film laga dan karakter di dalamnya melancarkan tembakan-tembakan untuk bertahan diri. Suaranya persis seperti yang barusan kudengar.
Seperti kau kecil, aku penasaran. Berlarilah aku menuju sumber suara itu. Melalui jendela, kulihat seorang laki-laki 50-an sedang melotot dan di bawahnya, seorang laki-laki tiga puluhan tergeletak. Batok kepala, dada, dan bahu laki-laki kedua berlubang. Dari lubang itu mengucur darah segar seperti jus jeruk. Maksudku, jus paling segar di dunia adalah jus jeruk.
Di samping dua laki-laki itu, berdiri seorang perempuan, kutebak usianya pertengahan tiga puluh. Di dada kirinya ada sebuah kotak kecil bertuliskan Ani Kusumanini Putri. Dia sedang menangis. Aku tidak melihat lubang di tubuhnya tetapi dia menangis. Kenapa dia menangis?
Isi kepalaku berputar-putar mencari jawaban apa yang membuat Ani menangis. Sebelum kutemukan jawaban yang dapat memuaskan rasa penasaranku, sebuah mobil polisi datang. Aku tahu itu mobil polisi sebab mobil itu mengeluarkan bunyi khas sirine polisi. Sirine polisi mudah dikenal karena bunyi sirine itu jauh berbeda dengan sirine-sirine lain. Ketika mendengarnya, kau bisa merasakan sesuatu yang ganjil. Seperti sedang diintimidasi. Sedang dikejar-kejar sesuatu tanpa alasan. Atau sedang terancam.
Dari mobil itu, empat orang polisi berseragam keluar. Tiga orang lari menghampiri Ani dan dua laki-laki. Seorang lagi menghampiriku, kemudian bertanya:
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Aku sedang bersembunyi," jawabku.
"Apa maksudmu bersembunyi? Apa yang kau maksud dengan bersembunyi di sini?" tanyanya. Kenapa polisi selalu ingin tahu maksud segala hal? Sepertinya polisi senang belajar ilmu filsafat.
"Kau senang belajar ilmu filsafat?" tanyaku.
"Apa maksudmu?" Lagi-lagi dia menanyakan maksudku.
"Tidak penting maksud apa yang mendasariku. Baiklah, aku akan menjawab pertanyaan pertamamu," aku mengusap kepalaku yang berkeringat, "Aku sedang bermain petak umpet. Itulah mengapa aku bersembunyi. Kalau maksud pertanyaanmu adalah mengapa aku bersembunyi di sini, aku tak tahu. Aku cuma berlari sejauh mungkin mencari tempat sembunyi dan di tempat inilah aku memutuskan bersembunyi."
"Kau pulang saja, Bud. Aku akan mengurus sisanya," katanya. Sepertinya ia lupa pertanyaannya sendiri.
"Baiklah. Ayah uruslah sisanya."
Sebelum pulang, aku mengintip bagaimana ayahku mengurus sisanya. Sebetulnya aku tak tahu betul apa yang dia maksud dengan mengurus sisanya. Aku hanya melihat laki-laki 50-an mengajak ayahku bersalaman kemudian memeluknya. Ayahku menerima pelukannya. Kemudian ayahku mengajak Ani bersalaman dan mengajaknya berpelukan, tapi Ani menolaknya.
Besoknya, Budi berangkat sekolah dengan uang saku yang banyak. Maksudku, aku berangkat sekolah dengan uang saku yang banyak. Ini uang saku paling banyak yang pernah kubawa. Sebelumnya, aku mesti berhemat atau kalau tidak, ayahku akan menghukum Ibu, aku, dan tiga adikku karena tak becus menghemat uang, katanya. Nyaris setiap hari, aku mesti memilih antara menabung untuk membayar buku pelajaran atau menghabiskan uang saku untuk mengisi perutku. Sekarang, aku bisa mengisi perutku sebanyak mungkin tanpa perlu berpikir dan berpikir dan terjebak di buku pelajaran keparat. Aku tak tahu pasti, tapi sepertinya ayahku tidak lagi menjadi polisi yang miskin.
#30haribercerita #30hbcmengarang #30hbc2328
8 notes · View notes
hujanreda · 10 months
Text
Ketemu kembali setelah sekian tahun gak jumpa, padahal masih 1 kota. Parah sih lu ce, sibuk bet kerja wkkwk. Ingat gak sih, dulu kita pas bocil main petak umpet bareng, motoran sore² ntah kemana (padahal masih sd wkwk), sempet nabrak org haha, cerita² sepanjang hari diteras mesjid, eh iya dulu kita juga suka dengan org yg sama deng, tpi lu gak tau kan? Karena gue ngalah, pura² gak suka krna lu suka sama dia :')
Rindu? Jangan ditanya. Gue rindu masa² dulu kita cerita seharian gaada habisnya, gak perlu pusing mencari topik buat memulai pembicaraan, seperti sekarang. Secanggung itukah kita sekarang? :')
Pembahasan kita juga udah berbeda ya sekarang. Ingat gak, dulu diteras mesjid kita memikirkan giamana ya masa depan kita besok? Pengen deh bisa beli ini itu, jalan² kemana-mana, tanpa harus bergantung sama orang tua. Dann sekarang lu lebih duluan mendapatkannya Ce! Selamat kawan untuk semua pencapaian² lu di tahun ke 22 ini. Gue ikut bahagia. Yap ternyata walaupun kita sedekat itu dan selalu bersama dulu, kita punya jalan cerita hidup yang sangat berbeda ya, kawan. Kadang gue pengen kayak lu, gak perlu pusing buat kuliah, tinggal kerja dan punya duit sepertinya lebih menarik. Tapi ternyata kerja gak sebahagia itu woi. Cece pengen kaya gue, bahagia sebagai mahasiswa yg bisa hahahihi tanpa harus punya beban kerja. Kadang manusia emang suka gitu sih. Intinya, kata Cece kita bersyukur aja sih sma apa yg tuhan udah berikan buat kita, jgn lihat orang lain, pasti gak akan habisnya.
Yap, meskipun frekuensi kita sekarang sudah sedikit berbeda, dan kalau mau cerita harus nyari² topik dulu, tapi gue seneng ce. Lu masih sama kayak yang dulu. Bocil sd yg rendah hati ketika pertama gue kenal. Makasih ya, masih tetap ingat! :)
Pekanbaru, 04 Juli 2023
2 notes · View notes
millatinaafifah · 11 months
Text
Belitong
Berawal dari liat kalender, long weekend, liat-liat tiket, terus laporan haha hihi sama suami. Sepertinya respon awal dia gak terlalu yakin sama ajakanku jadi ga berani beli tiket. Tapi beberapa hari kemudian dia bilang, ayok! 
Gass!
Tumblr media
Jadilah sekeluarga ke Belitung 1-3 Juni lalu. Pengalaman yang menyenangkan buatku karena memang ini pertama kali ajak anak-anak main agak jauh. Aku nggak bilang ini “making memories” buat mereka, selain karena lebih ke misi lama pribadi aku dan suami, juga kadang anak-anak tu yang bener-bener berkesan buat mereka belum tentu yang diajak liburan ke mana, dibelikan mainan bagus seperti apa. Kayak mereka jawab apa yang paling diinget dan disuka waktu bareng sama bapak ibuk, ‘Main petak umpet di rumah dimatiin lampunya terus ibuk kaget’ (padahal kagetnya pura-pura juga ya) sesimpel itu. Jadi nggak muluk-muluk pengen mereka inget kita main ke mana, tapi kalo inget lebih bagus sih nak! sip! 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Semoga waktu kalian liat fotonya kita bisa inget lagi menyenangkan dan hangatnya hari itu ya.
Selama dan sepulang dari Belitung, aku setuju kalau Belitung tempat yang pas buat pergi sama keluarga mendang-mending kaya aku. Selain pantai dan lautnya bagus banget, biaya ke dan di sana lumayan terjangkau. Orangnya ramah dan daerahnya aman nyaman. Cukup ideal untuk bawa anak-anak main. 
Simpan di sini ya.
3 notes · View notes
arwanp · 1 year
Text
Pas masi muda sembunyi - sembunyi dari ortu, pas tua sembunyi - sembunyi dari anak
Sejatinya hidup adalah petak umpet
2 notes · View notes
l-edelweis · 1 year
Text
Untuk tahun demi tahun yang terlewati dengan berbagai rasa, peristiwa, dan cerita-cerita
Untuk Faiz di tahun 2002 dan seterusnya, hingga tahun ini.
Menjadi dewasa dengan segera. Pernah menjadi cita-cita seorang Faiz kecil di usia lima, atau mungkin sepuluh, ya? Waktu itu, baginya, menjadi dewasa itu menyenangkan. Tidak perlu ada batasan tontonan di televisi. Tidak hanya bisa menonton kartun saja. Tidak ada larangan perihal makanan. Boleh makan ini itu, jajanan apapun yang sekiranya disukai, boleh dikonsumsi.
Waktu-waktu selanjutnya, kadang (atau bahkan hampir selalu) ia tidak sabar dengan masa depan. Saat masih SD, tidak sabar ingin segera SMP. Saat sudah di bangku SMP, tidak sabar ingin merasakan bagaimana bahagianya menjadi siswi putih abu-abu. Saat sudah di jenjang atas, selalu bertanya-tanya, 'bagaimana rasanya menjadi mahasiswa?'.
Waktu SD berpikir, kayaknya SMP nanti seru. Lebih ramai teman-temannya. (dulu sekolah SD di desa cuma 20an muridnya). Sesederhana itu yang ia pikirkan. Waktu SMP pun demikian. Ia pikir menjadi siswi putih abu-abu sangat menyenangkan. Sebab sudah bosan dengan kehidupan SMP yang gitu-gitu aja.
Pun saat SMA, tidak sabar ingin segera menjadi mahasiswa. Yang tidak harus pakai seragam. Yang pelajarannya bisa memilih sesuai yang kita inginkan. Yang jam masuk kuliahnya bebas, tidak selalu harus dari jam tujuh pagi.
Nyatanya, apa yang ia nantikan tidak selalu menyenangkan. Apa yang ia tunggu-tunggu tidak selalu memberi kebahagiaan. Tidak se-menggembirakan yang dibayangkan sebelumnya.
Untuk Faiz di tahun 2002 dan seterusnya, hingga tahun ini.
Kamu harus tau. Ternyata, di posisi kamu yang sekarang itu rumit, (ya?). Menjadi dewasa itu rumit. Tidak semenyenangkan yang kamu bayangkan dulu. Dunia rasanya berisik dan penuh sesak. Mungkin sejak dulu sebenarnya dunia sudah penuh sesak. Kamu hanya baru menyadarinya, seiring berjalannya waktu. Seiring mendewasanya dirimu.
Harus kuberitahu padamu, bahwa kadang tidak mengetahui sesuatu itu lebih menyenangkan daripada mengetahuinya. Contohnya ya ini, tentang kesesakkan dunia. Menjadi kamu yang dulu rasanya menyenangkan sekali. Apalagi waktu masa-masa SD, saat setiap sore kamu masih bisa leluasa naik sepeda, main sama teman-teman, tukar-menukar binder, berpura-pura menjadi Si Bolang. Rasanya tidak perlu memahami akan kekhawatiran, bagaimana masa depan akan berjalan? Karena pemahaman masa depan buat kamu sesederhana, 'mau SMP di sini', 'mau SMA di sini'.
Aku seriinggg banget kangen untuk kembali menjadi kamu. Faiz yang penuh energi, selalu ceria, menangisi hal-hal remeh, aktif bermain sana-sini, berani memanjat pohon, tidak takut ulat (sekarang membayangkan saja sudah geli), suka bersepeda, sangat semangat belajar (setidaknya, saat masa-masa ujian), bisa main ayunan sepuasnya, masih bisa main mandi bola dan wahana-wahana seru lainnya. Menjadi Faiz yang belum memahami hiruk-pikuk dunia.
Menjadi manusia yang boleh makan ciki dan boleh menonton tayangan televisi apapun itu ternyata nggak selalu menyenangkan. Bahkan, hampir sangat membosankan.
Meskipun tentu saja ada hal-hal yang aku tidak suka dari dirimu. Rasa malu berkenalan dengan orang baru, takut mencoba hal baru kalau tidak ditemani orang tua, suka merasa benar sendiri, merasa baik sendiri, pilih-pilih teman, ffhh banyak deh. Dan aku sangat senang karena kamu mau berproses, perlahan-lahan, mengubah hal-hal buruk yang mengganggu dirimu.
Meskipun (lagi), kalau dikasih kesempatan untuk kembali ke masa lalu aku akan sangaattt mau. Menjadi Faiz yang bebas bermain bekel dan lompat tali, yang kebahagiaannya sesederhana sore-sore bisa main petak umpet dan umpet-umpetan sendal, yang rasa sedihnya cuma karena kucing nggak pulang tiga hari atau karena diomongin temen di sekolah tapi terang-terangan (membicarakan di belakang tapi di depan orangnya. Nah gimana tuh wkkw).
Semakin kesini, bahkan untuk merasakan kebahagiaan kadang membutuhkan syarat dan standar tertentu. Pun kekecewaan, sumbernya semakin beragam. Remidi satu mapel bisa bikin overthinking berhari-hari, melihat teman yang sudah lebih rasanya jadi ketinggalan jauh banget, terus kalau nggak dapat sesuatu yang diharapkan bikin merasa bersalah berhari-hari. Hhhff, macem-macem deh pokoknya.
Untuk Faiz kecil,
Aku sangaattt senang kalau aku bisa kembali menjadi kamu. Untuk memperbaiki hal-hal yang menurutku perlu diperbaiki. Untuk melakukan apa-apa yang perlu aku lakukan, tapi belum aku lakukan. Tapi tentu itu hal yang tidak mungkin sekali. Memutar waktu adalah hal paling tidak akan bisa dilakukan di dunia ini, kan,,
Tumblr media Tumblr media
Untuk Faiz di tahun 2002 dan seterusnya, hingga tahun ini.
Terima kasih untuk tahun-tahun yang berasa macam-macam. Terima kasih sudah berkenan untuk merasakan banyak rasa dalam diri. Senang, sedih, kecewa, bahagia, malu, bingung, lelah, marah, cemas, apapun itu. Tentu tidak mudah untuk bisa mencoba dan melewati masa-masa pada beberapa rasa. Tapi kamu berhasil melakukannya.
Terima kasih sudah mencoba terus berjuang dan berusaha. Memperjuangkan apapun yang menurutmu perlu. Mengusahakan hal-hal yang layak untuk diusahakan. Merelakan apapun yang mungkin itu sulit untuk kamu lepaskan. Tapi harus. Melewati masa-masa tidak mudah soal penerimaan dan memaafkan. Waktu adalah obat paling mujarab, dan terima kasih kamu sudah mencoba berdamai dengan waktu.
Terima kasih sudah mau belajar memaafkan. Terutama memaafkan diri sendiri. Capek, kan, terus-terusan merundungi diri dan menyalahkan, 'harusnya begini, begitu.' Jangan sampai lupa bahwa apapun yang menjadi rencana dan keinginanmu, tidak lebih baik dari rencana Allah.
Terima kasih sudah terus mencoba menjadi baik kepada orang-orang yang kamu temui. Pada setiap perjalananmu, pada setiap episode hidupmu. Mungkin kamu tidak begitu merasakan, tapi orang-orang itu tentu punya pengaruh sedikit-banyak pada hidupmu. Mungkin tidak sekarang kamu merasakan 'betapa beruntungnya aku mengenal mereka'. Mungkin kamu tidak langsung merasakan rasa syukur bisa mengenal mereka di pertemuan pertama. Tapi barangkali suatu hari. Nanti mereka akan membawa kamu pada takdir yang berbeda. Maka, pegang selalu nasehat bapak untuk, 'berbuat baiklah pada semua orang.'
Terima kasih atas pilihan-pilihan yang kamu pilih. Takdir-takdir yang kamu usahakan. Maaf-maaf yang kamu berikan.
Terima kasih sudah menjadi dirimu sendiri. Atau setidaknya selalu mencoba untuk menjadi dirimu sendiri. Ia layak untuk kamu hargai. Karena siapa lagi yang bisa menyayangi dan menerima kamu, selain dirimu sendiri?
Terima kasih atas segala hal yang kamu lakukan, yang kamu lalui, yang kamu rasakan selama dua puluh empat tahun hidup di dunia. Wah, sudah lama juga ya. Masyaallah, semoga Allah selalu melindungi dan memberikan kasih-sayangnya untuk kamu. Semoga prinsip laahaula walaa quwaata illa billah selalu ada dalam dirimu. Semoga kemauan untuk terus berusaha rendah hati selalu menyertaimu.
Semoga senantiasa diberi petunjuk sehingga kamu bisa mencintai dan menyayangi sesuatu yang tepat. Yang seharusnya.
Bulan Mei dan tanggal delapan belas selalu menjadi waktu yang istimewa. Dan semoga selalu bisa menjadi istimewa tanpa syarat.
Untuk Faiz di usia 24 tahun ini, apakah kamu sudah bisa menjawab pertanyaanmu di tahun lalu?
Tumblr media Tumblr media
ps: ditulis 2002 karena di tahun itulah memori ingatan terjauhku.
2 notes · View notes
irmamaulanii · 2 years
Text
Nyala
Sewaktu kecil, ketika kau melihat orang dewasa berpasangan, kau selintas berpikir; kelak (mungkin) kau akan demikian. Akan ada seorang laki-laki, entah siapa, yang ia— bisa menjelma apa saja. Laki-laki itu, ia tak akan datang terang-terangan dan menampakkan diri sebagai utusan tuhan. Maka ia akan menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang kau kira-kau harap bisa berubah menjadi seseorang yang utuh saat kau berusia 17 tahun.
Larut sekali, ia akan masuk melewati jendela kamar yang sengaja kau biarkan terbuka. Ia akan terbang mengelilingi kamar kau dengan sayap-sayapnya yang indah— yang cantik sekali.
Membayangkan hal itu, membuat kau senang sekaligus gusar. Sebab kau tiba-tiba teringat kalimat ibu kau yang mengatakan bahwa kupu-kupu tak bisa terbang jika ia kedinginan. Maka dengan cepat-cepat kau membuat suasana kamar menjadi hangat. Kau mulai membiasakan untuk tidak menyalakan pendingin ruangan, yang padahal di tempat kau— hari-hari selalu panas luar biasa. Kau mulai meminjam lampu tidur dari kamar ibu dan menyalakannya selalu— kau hampir tak pernah mematikan lampu. Kau kira dengan begitu, kupu-kupu yang kau tunggu-kau harap itu dapat betah berlama-lama di kamar kau. Kau betul-betul berdoa pada tuhan agar ia cepat tiba-cepat datang. Kau meyakini; bahwa meski ia masih menjelma kupu-kupu, jika kau benar merawatnya, ia akan ada di saat-saat kau membutuhkannya. Ia akan menjaga kau sepenuh hati. Ia akan membuat kau berani tidur tanpa cahaya karena kau tak perlu lagi risau akan ada bayangan tak kasat mata di atas lemari. Ia akan menemani kau berjalan malam-malam saban kau selesai bermain petak umpet bersama teman-teman. Ia akan membuat kau tidak lagi teriak-teriak memanggil ayah dari tengah jalan agar cepat-cepat dibukakan pintu sebelum mayit-mayit dari kuburan di belakang rumah kau bangkit dan menerkam. Ia akan menemani tiap kali kau ingin ke kamar mandi pagi sekali dan siap menghadang hantu-hantu yang mendekam di sudut-sudut ruangan. Ia akan membuat kau— tidak takut apa pun lagi.
Tapi hingga kau tumbuh besar, tak ada seekor pun kupu-kupu yang masuk ke kamar kau. Beberapa kupu-kupu hanya berputar di ruang tamu atau ruang keluarga yang itu pun— tak pernah lama. Esoknya ia pasti pergi dan tak pernah menyisakan apa-apa. Kau menyadari, bahwa kupu-kupu yang kau tunggu-kau harap semasa kecil itu, hanya khayalan konyol semata, dan.. tak akan pernah jadi nyata. Tak akan. (Pernah?).
Hingga kau tumbuh semakin besar— yang kau temui justru orang-orang dengan karakteristik bermacam-macam. Kau dihadapkan dengan berbagai persoalan yang membuat kau menangis semalaman. Kau ternyata bisa merasakan jatuh cinta dengan seseorang yang baru beberapa hari kau kenal. Kau mulai merasakan masa remaja yang penuh dengan suka cita, huru-hara, manis, pahit, getir, dan banyak lagi. Banyak lagi. Banyak.
Pengalaman-pengalaman itu turut mengubah pola pikir kau dalam memandang hidup; membuat kau semakin sering merasa kalah karena pada akhirnya pengalaman itu turut juga membuat kau kesulitan melanjutkan hidup. Seringkali kau jadi merasa tak berharga. Menjadi tak ada apa-apanya. Menjadi tak dibutuhkan, dan semakin hari, kau semakin meragukan; adakah seseorang yang mungkin akan bertahan bersama kau dalam waktu yang lama? Yang lama? Bisakah kau bertahan dengan seseorang dengan waktu yang lama? Kau? Seseorang? Kau.
Hari begitu cepat. Hari begitu panjang. Kini, seseorang itu telah datang. Seseorang itu telah datang. Benarkah seseorang itu telah datang? Kau meyakini sekaligus meragukan dirimu sekali lagi.
Juli, 2022.
4 notes · View notes
Text
Menikmati Liburan di Villa bersama Keluarga di Villa Lembang - Penginapan Villa Istana Bunga Private Pool
Sinar mentari pagi menembus celah tirai kamar, membangunkan Naira dan keluarganya yang tengah berlibur di Villa Istana Bunga, Lembang. Udara sejuk dan panorama alam yang indah dari jendela kamar menyambut mereka dengan hangat. Hari ini menjanjikan petualangan seru yang tak terlupakan.
Setelah sarapan pagi dengan menu khas Sunda yang lezat, Naira bersama ayah, ibu, dan adiknya bergegas menuju kolam renang pribadi di villa mereka. Air kolam yang jernih dan segar menjadi tempat sempurna untuk memulai hari. Tawa dan canda mereka bergema di udara pagi yang menenangkan.
Setelah puas berenang, mereka menjelajahi area villa yang luas. Taman yang terawat rapi dengan berbagai jenis bunga dan pepohonan rindang menjadi tempat yang ideal untuk bersantai dan berfoto keluarga. Naira dan adiknya bermain petak umpet di antara pepohonan, sementara ayah dan ibu mereka duduk di gazebo menikmati teh hangat dan pemandangan indah.
Siang harinya, mereka mengunjungi beberapa tempat wisata di sekitar Lembang. Tangkuban Perahu, Farmhouse Lembang, dan De Ranch menjadi destinasi utama mereka. Di setiap tempat, mereka mencoba berbagai wahana permainan dan atraksi yang ditawarkan. Naira dan adiknya merasa senang dan antusias, mereka tak henti-hentinya mengabadikan momen indah ini dengan kamera.
Sore hari, mereka kembali ke villa untuk menikmati barbeque bersama. Daging, sosis, dan sayuran segar dipanggang di atas bara api, aromanya yang harum membangkitkan selera makan. Sambil menyantap hidangan lezat, mereka bercerita tentang pengalaman seru yang mereka dapatkan selama seharian. Tawa dan canda mereka kembali mewarnai suasana villa yang hangat dan nyaman.
Malam harinya, mereka duduk di ruang keluarga villa, menonton film bersama. Kehangatan keluarga terasa begitu nyata di momen ini. Naira dan adiknya tertidur di pangkuan ayah dan ibu mereka, lelah namun bahagia setelah seharian penuh aktivitas.
Liburan di Villa Istana Bunga Lembang menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Naira dan keluarganya. Keindahan alam, kenyamanan villa, dan momen kebersamaan yang mereka ciptakan akan selalu mereka ingat. Liburan ini telah mempererat tali kasih mereka dan menjadi kenangan indah yang akan selalu mereka ceritakan kepada orang lain.
Keesokan harinya, dengan hati yang berat, mereka meninggalkan Villa Istana Bunga. Mereka membawa pulang kenangan indah dan rasa bahagia yang tak ternilai. Liburan ini telah memberikan mereka kesempatan untuk bersantai, bersenang-senang, dan memperkuat hubungan keluarga mereka.
0 notes
hujantengahari · 14 days
Text
Rindu
Apa itu rindu? Abstrak yang menyeruak tanpa sebab. Rindu, teman akrab waktu. Saling setia menunggu kapan tiba bertemu dan memulai dari awal lagi. Saling menunggu.
Terbuat dari apakah rindu? Rasa yang saling bertaut yang ntah kapan untuk dirajut. Kalau rindu ini bencana, kenapa selalu ada? Adakah penawarnya?
Ah, mungkin waktu sedang bercanda. Bermain petak umpet dengan perasaan. Rindu, akankah selamanya menjadi semu? Atau untaian yang selalu dirapal dalam qalbu.
Rindu, tunggu aku akan kubayar tuntas.
0 notes
sahriannisa · 1 month
Text
MEMORIES
Kali ini, aku sedang ingin menuliskan tentang salah satu orang yang berpengaruh dalam hidupku. Aku ingin mengenang momen-momen kedekatanku dengan beliau saat masih kecil, lebih tepatnya semampunya memoriku mengingatnya.
Selisih umurku dan kakakku adalah 5 tahun. Kalau dihitung, berarti aku memiliki waktu 12 tahun bersamanya setelah beliau memilih SMA di kota. Dan tentu di usia itu, aku belum banyak memahami tentang peran dan hal-hal emosional lainnya. Jadi, aku baru merasa betapa berharganya beliau saat aku akhir SMA.
Seperti kakak-adik pada umumnya, aku ingat betul sering beradu mulut, berebut, dan berbagi. Aku ingat kami pernah bermain petak umpet, monopoli, masak-masak, kemah-kemahan bersama sepupu lainnya.
Aku ingin banyak bercerita tentang sepeda. Benda ini memorable sekali. Saat itu malam hari, kami membeli mie ayam dengan sepeda. Saat pulang dan posisi sudah jalan, beliau memintaku memegang karena kesusahan membawa---maklum saat itu jalan masih berbatu dan mengendarai dengan satu tangan sungguh menyulitkan. Aku menolak, tapi posisinya beliau sudah mengulurkan bungkusan ke belakang dengan pandangan tetap fokus ke jalan. Alhasil, bungkusan itu mengenai kulitku dan terasa panas. Saat itulah aku jatuh dan memberiku luka jahit di kepala.
 Memori lainnya tentang sepeda adalah dulu kami selalu berangkat sekolah bersama. Sekolahku saat itu dekat dengan SMP beliau, karena Ibu-Bapak memilihkanku sekolah di wilayah kecamatan/kota. Kakakku selalu menungguku dan sering ngomel karena aku sering telat. Kami selalu berbagi waktu, kalau yang satu makan, satu lainnya berarti mandi. Ternyata, mulai saat itulah aku belajar kedisiplinan. Aku baru sadar saat menulis ini.
Di jalan pun, aku juga ingat bagaimana beliau ngebut dengan menggenjot kayuh, menyalip satu sepeda atau jejeran sepeda. Ingat juga saat santai dan ada temannya, lalu mengobrol. Tapi aku sama sekali tidak ingat bahasan apa yang pernah kami obrolkan.
Sepeda, terima kasih, ya, sudah menjadi bagian dari masa kecilku.
1 note · View note
cocotangaje · 1 month
Text
16 Maret 2024
Saking banyaknya hal-hal yang terjadi, gue jadi bingung nyeritainnya darimana dulu.
Setelah nanya lebih lanjut, konsultasi singkat mengenai treatment, gue masih mempertimbangkan soal hasil dan kelanjutan treatment sama mbak Suri yang kemarin ngecek itu. Sebenernya juga gonjang-ganjing mental gue kemarin itu salahsatu faktornya adalah hormonal menjelang haid aja (yes today is first day). Tapi yang paling utama dari problem gue selama ini adalah, gue sering tanpa sadar zone out, entah itu di tengah melakukan sesuatu, terlalu fokus, kecapean, burnout, atau tiba-tiba aja.
Kalo lagi mumet banget, guetuh kadang merasa kayak diri gue ini kayak "ditarik keluar" gitu. Bahkan di beberapa situasi gue harus pegang benda sekitar, nyebutin satu-satu, dan napakkin kaki ke tanah buat "menyadarkan" diri gue biar gak kemana-mana.
Dan ternyata hasilnya sangat diluar prediksi bmkg banget kan. Bukan cuma mbak Suri yang pertama "ngecek" gue sebenernya, sering banget gue dicek begini-ginian dari kecil. Entah itu karena sakit tanpa sebab, pingsan mendadak, disuruh mandi air garem, air doa, baca yasin 13 kali 10 malem (and i did it anyways), and so on so on.
Tapi masih kek sejauh ini belum ada yang "klop" bikin gue "cukup kuat" ngadepin gini-ginian.
Move to another topic, gue akhirnya mulai menemukan flawsnya Baskara ini di sudut mana: perbedaan gaya hidup dan status. Dia masih hidup "numpang" di rumah tantenya disini. Gak ngekost, dan kalo main berasa lagi petak umpet. Sering banget pas lagi berdua dia tiba-tiba keliatan panik dan fokus sama hp, terus gak lama buru-buru mendadak pulang. Belum punya otoritas atas dirinya sendiri, karena menganggap dirinya masih "proses menuju sukses". In short: belum selesai sama dirinya sendiri.
Sebenernya ya gak ada kata selesai sih kalo urusannya sama diri sendiri. Tapi di satu sisi, rasanya gue kayak pacaran sama bocah. Padahal dia udah kerja (meskipun sekarang abis resign dan lagi career break karena ngejar sesuatu). Dia bisa aja ngekost sendiri untuk membuat peraturannya sendiri, tapi ya karena latarbelakang keluarganya sangat strict konsefatif dan stereotypical standar masyarakat banget, jadilah dia rela stay di tempat tantenya dengan bayaran kebebasan hidupnya.
Kalo diperhatiin, Bas juga tipikal yang cukup ngirit banget ini itunya. Jiwa sosialnya tinggi sih, memang. Dia cukup rajin sedekah dengan bagi-bagi apapun yang dia punya (mostly emang dalam bentuk makanan) di lingkungan sekitar rumah tantenya itu atau tempat kerjanya dulu. Tapi beda halnya dengan waktu sama gue. Agak susah diajak ke mall meskipun pada akhirnya bisa, dan belum begitu melek style karena selama ini mikirnya "Ngapain capek-capek gaya orang aku aja gak punya pacar" karena fokus sama target cita-citanya itu.
Gue bukan orang yang "meninggi" harus melulu ke mall sih, balance aja. Gue sangat bisa makan di warteg dengan menu yang sama dari senin sampai jumat biar sabtu minggunya bisa main jalan-jalan ke mall, nonton, atau ngafe cantik makan cake. Jalan-jalan entah itu ke mall, cafe estetik, explore perpus, udah jadi bagian dari kebutuhan gue soalnya. Berasa banget self rechargenya setelah ngelakuin hal-hal itu. Meskipun gak harus belanja ya, jalan-jalan aja liat-liat orang, sekitar, ngerasain vibesnya, atau sekedar pengen tampil proper pake makeup terus feel good bawa ke tempat-tempat cantik. Ningkatin banget semangat hidup.
Dulu kan gue sering doa ya pengen punya pasangan yang mirip kayak papap, terus sekarang sama Bas nyampe kesamaannyapun plek-ketiplek. Bikin gue mikir-mikir lagi sekarang. Setiap ketemu aja selama ini lebih sering diem di kossan gue aja, gamau diajak keluar, gue gabisa banget kalo melakukan hal yang sama terus menerus setiap ketemu. Jiwa bosen gue meronta-ronta.
Gatau gimana sih cara mengkomunikasikan hal ini sama gue ke Bas nantinya. Apapun yang terjadi, gue harap itu ya yang terbaik buat kita berdua.
1 note · View note