Tumgik
#qadarullah
gaulislam · 10 months
Text
Fatherless Bikin Ngenes?
gaulislam edisi 820/tahun ke-16 (22 Dzulhijjah 1444 H/ 10 Juli 2023) Mau ikutan bahas soal ini, ah. Eh, bukan latah, tetapi sekadar urunan berbagi pengalaman dan sedikit ilmu. Sebenarnya ini kondisi yang rumit dan perlu pembahasan lebih detil. Sebab, pada setiap keluarga dengan keluarga lainnya berbeda kondisi, begitu pula pengalaman satu individu dengan individu lainnya juga sangat boleh jadi…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
hujanteduhsblog · 2 years
Text
You Are My Destiny
Apapun yang menjadi takdirmu, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk menemukanmu. (Ali bin Abi Thalib) 
Hey, ujian hidupku
Gapapa datang aja
Aku akan tetap disini kok
Ga kuasa hati mengusirmu
Gapapa, mau sampai berdarah2 pun aku terima
Aku sekarang yakin, aku sanggup menghadapimu
Masa sih, di tengah lautan cintaNya, kamu bisa mengalahkanku
Aku, dengan mimpi-mimpi ku
Aku, dengan tekad bulat ku
Aku, dengan pertolongan Rabbku
Yang lebih dekat, dari urat nadiku
-----
Iya gapapa
Bahkan meski dirimu singgah dan pergi di sel-sel metabolisku
Aku yakin, ada jutaan hikmah baik yang sedang semesta ajarkan padaku
Maka esok,
Aku akan lebih berani mensejajari setiap mimpi yang telah kutuliskan
Aku akan lebih berani menghadapi derivat darimu yang jauh lebih merepotkan
Aku akan lebih bertanggung jawab pada setiap amanah raga, rasa, dan lainnya, yang Rabbku titipkan
-----
Makasih ya, sudah mau singgah
Meski bukan hanya padaku dirimu datang
Aku bersyukur, pernah jadi salah satu tempatmu bertamu
Gapapa, gapapa
Besok- kalau kamu mau bertamu lagi
Datang aja
Toh, diriku tak pernah bisa lepas darimu
-----
Maka sungguh,
Di saat itu, aku memilih percaya
Takdir baik ataupun buruk disana
Adalah sebaik-baiknya skenario
Adalah sehebat-hebatnya kurikulum
Dari Rabbku
Demi menjadi muslim yang lebih kuat tiap harinya
Muslim, yang lebih siap menghadapi dunia, dan semakin garang melawan sarkasme kehidupan
-----
Cry me a river, kata mereka
Sebab konon masalahku tak sebesar masalah mereka
Sampai ketika, justru bertambah lelahku setiap kali sesi dibuka
Hanya karena kerapnya gerutuku pada tempat yang tak seharusnya
Padahal kutahu, Allah pemilik seluas-seluasnya telinga
Biarkanlah, tangisku di peluk malam syahdu, berdua dengan Rabbku, romantis bukan?
-----
Makasih ya, telah jadi takdirku
Entah baik atau buruk penafsiranku nanti
Kamu, tetaplah takdirku
Senang, berjumpa denganmu, belajar sesuatu darimu, dan belajar senantiasa mendekatkan diri lagi dan lagi, pada Rabbku
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Surah Al-Taghabun ayat 11
8 notes · View notes
putriutamidewi · 2 years
Text
Qadarullah
Ternyata memaknai satu kata ini tidak cukup dengan terjemahan. Apalagi meresapkan ke hati tidak dengan sempurna. 8/05/2022 adalah hari dimana Allah menunjukkan semuanya. Menunjukkan makna kata ini sebenar benarnya. Dan semoga apa yang terekam disini tidak salah makna.
Mari kita mulai
Berawal dari kegalauan untuk datang atau tidak ke pernikahan teman forda semasa kuliah, H-1 aku sudah membuat keputusan untuk tidak berangkat. Alasannya karena “mager banget” , pengen me time di hari minggu, dan karena undangannya hanya di share di grup bukan personal.
Tapi malamnya berubah.. Ada 3 teman yang chat personal membujuk untuk datang ke pesta pernikahan tersebut. Bahkan ada yang ngotot pengen menjemput. Sampai segitunya. Dan akhirnya sepakat aku berangkat (awalnya) berdua dengan teman ku. Sebut saja Fia.
Aku dan Fia berencana berangkat berdua saja, naik motor. Namun singkat cerita kami memutuskan bareng temen yang lain (masih satu daerah) sebut saja Rayyan dan Doni. Kami berempat berencana berangkat bersama naik mobilnya Rayyan.
Paginya 5 menit sebelum berangkat Doni mendadak tidak bisa berangkat karena ada keperluan di desanya dan mendadak juga. Akhirnya kita bertiga ( Aku, Fia dan Rayyan) berangkat sekitar pukul setengah 10.
Perjalanan Berangkat
Kami berkumpul di rumah Fia dan berangkat pukul 9.30, Diperjalanan menjuju Gedung pernikahan sempat terjebak macet di Rel Kereta. Tidak apa apa, toh yaa banyak yang terjebak dan waktu itu arus balik mudik. Sesampai di depan Gedung yang udah banyak sekali mobil terparkir , kita malah dapat akses tempat parkir yang bagus. Bisa di bilang “VVIP” hahaha karena benar benar dekat di Gedung.
Sewaktu Acara sampai dengan Mampir di Cafe Sejenak untuk qtime
Berjalan dengan lancar dan happy. Sebab lama sekalii tidak bertemu temen temen forda ini. Apa lagi aku WKWKWK yang paling susaaah sekalii diajak keluar rumah. Jalankan temen yang ngajak keluar , Keluargaku juga kesusahan Ketika mengajak keluar untuk hangout! Sewaktu selesai acara dan akhirnya kita mampir ke Café . beberapa bertukar cerita konyolnya yang cukup menghibur, lalu selebihnya krik krik WKWK merasa garing tidak ada topik bahasan. Nampaknya semua sedang menyimpan kisah strugglingnya dan berharap berkumpul untuk melepas penat.
Tragedi dimulai
Usai dari café kami memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang kami mencari putar balik , dan 2x ga bisa. Saking ramenya. Dan akhirnya kedapatan jalur agak jauh memutuskan untuk belok kanan dulu saja. niat hati ingin belok kanan lalu putar balik disana (di jalur gapura PAKIS) tapi pas dilihat sebelah kanan panjang bgt macetnya. Yasudah kami memutuskan untuk lurus saja (jalur BAKI)
 Hujan deras sekali, bahkan angin kencang. Kita membicarakan hal kecil misal ttg cuaca akhir akhir ini. Dan suasana krik krik pun di mulai (lagi)
Kemudian di putarlah lagu supaya tidak krikrik, ditemani dengan guyuran keras hujan deras di kap mobil. Dan tragedi dimulai, Sekitar di depan Sekolah daerah Wonosari mobil didepan berhenti mendadak beruntun. Rayyan segera mengerem dan mengaja jarak aman serta menyalakan lampu hazzard. Selang sekitae 30 detik detuman keras terdengan di belakang mobil.
Mobil Rayyan di tabrak dari bekalang. Kita berhenti sejenak meskipun mobil depan udah jalan. Kita berhenti. Mau turun untuk ngecek masih hujan deras sekali , mencari payung pun ngga ketemu. Dan untungnya aku membawa mantol (jas hujan) di tasku. (Kondangan bawa mantol? Agak ngadi ngadi ya memang, tapi entah kenapa aku membawa tas lebih besar dan memasukkan mantol kesitu. Ternyata buat kejadian ini ya ?) Rayyan memakai mantolku
Rayyan turun memakai mantolku dan mengecek bagian belakang mobil. Masih aman , namun bagian bawah mobil (bempernya) turun.
Anehnya, orang di mobil belakang Rayyan, yang platnya AD 93*6 LJ Toyota Rush tidak keluar sama sekali mengecek. Lalu Rayyan mengetuk jendelanya dan sedikit mengobrol gimana selanjutnya. Kata Bapaknya (pengemudi mobil AD 93*6 LJ) ganti rugi 50 : 50 aja , cerita Rayyan sambil menirukan nada bapaknyayang kalem. Lalu kami sepakat untuk menepi di depan alfamart
Puncak Tragedi
WAOW diluar dugaan. Setelah menepi dan satu sama lain keluar mengecek mobil masing masing , Bapak yang terlihat berumur 30-40an taun itu ngamuk parah. Dia melihat bemper depannya rusak dan masuk kedalam. Mata bapak itu melotot seakan mau keluar, dadanya membusung dan berjalan mepet ke badan Rayyan lalu mencari mata Rayyan yang sejak tadi menunduk sembari mondar mandir ngecek mobil masing masing.
Rayyan sempat di Tarik dan mau dipukul. Rayyan mulai ketakutan dan berusaha masuk mobil namun bapak itu sampai membuka pintu depan mobil kami dan mau merebut kunci mobil kami yang masih terpasang didalam. Rayyan masih berusaha menahan dengan badannya , dan melindungi agar kuncinya tidak direbut. Disamping scene ini, ada istri dari si bapak ini yang memeluk dari belakang dan mencoba melerai dengan sekuat tenaga. Bapaknya berteriak “AKU AKAN MENGHALANG HALANGI KAMU KETIKA DIDEPAN“ persis seperti ini pakai bahasa indonesia. Sang istrinya Benar benar sekuat tenaga menahan suaminya yang naik pitam itu. Lalu pintu mobil depan aman, bapaknya mencoba masuk dari pintu belakang kemudi. ASLI ini aku dan Fia ketakutan.  
Fia masih berani karena ia sempat keluar mobil dan mengecek kejadian. Aku hanya diam dan shock sambil berdoa semoga cepat berlalu.
 In Release
Dan akhirnya dapat momen semua pintu mobil terkuci, Rayyan memutuskan untuk kabur. Membawa mobil dengan amat sangat ngebut, aku buru buru memasang sabuk dan menyuruh via juga memasang sabuknya. Hujan deras, Ngebut banget, sampai aku berfikir kalo ini adalah hidupku yang terakhir aku sudah pasrah. Ayat kursi dan untaian istighfar aku lantunkan lirih. Seperti besiap untuk menghadap ilahi.
Tiba tiba ada bau asap terbakar dari belakang mobil. Dan di detik detik mobil kami mau mogok, via menyarankan untuk belok kekiri agak masuk ke jalan di sawah, dekat toko LPG. Kopling gabisa, dan Remnya Aus. Mobil kami Mogok
Pertolongan Datang Bertubi
Sembari menenangkan diri, Rayyan menelfon adiknya dan bertanya ttg solusi mobil yang mogok. Kata adek nya emang benar kampas remnya udah seharusnya diganti. :)) . yasudah…  Akhirnya Rayyan turun dan meminta pertolongan di toko LPG itu. MashaAllah baik banget bapaknya. Jadi bapaknya adalah pemudik yang tidur di toko LPG itu (milik keluarganya) dan dia membantu menolong Rayyan mengantar dan memanggil kang bengkel. Masih agak hujan, hari minggu yang enak buat mager mager, tiba tiba ada manusia baik hati mengantarkan Rayyan mencarikan kang bengkel. Diantar pake mobil. Padahal kupikir akan motoran aja.
Waktu sudah pukul 4 sore , Fia seperti biasa ingin BAK. Yasudah kita ke toko LPG itu menumpang untuk ke kamar mandi dan sekalian shalat ashar. Kita dikasi minum gais bahkan :”” , ibu ibunya baik hati sekali :”” memberi naungan dan membiarkan kami supaya tenang dahulu.
Agak lama, menunggu . Aku dan Fia mulai Risau. Hape Fia mati dan Hapeku tidak berguna karena tidak ada paket data. Tidak bisa memberi kabar siapapun. Namun Fia Cerdas sekali. Dia meminjam hapeku untuk membeli pulsa SOS rp 1000 untuk telfon teman kita Dania yang jual pulsa. Akhirnya bisa dan paket data aktif, kami lekas memberi kabar keluarga kami karena bakalan pulang terlambat.
Tak lama setelah ini Rayyan, Bapak LPG , dan 2 kang bengkel datang mengecek mobil. Kampas Rem dan kopling perlu diganti. Namun karena mobil benar benar mogok, akhirnya diderek. Kami menunggu lagi untuk mobil derek.
Sekitar Jam 5 sore lebih kami naik kedalam mobil Rayyan di sopirin kang Bengkel dan didereklah menggunakan Pickup.
Jauh sekali bengkelnya. Namun , Di hari minggu sore menjelan maghrib alhamdulillah masih ada kang bengkel yang mau membantu.
Sesampai di bengkel, seperti biasa.. Fia ingin BAK. Kami menungguu sejenak sampai urusan Rayyan dan kang Bengke selesai. Sambil menunggu kami di telfon kawan kami. Marisa. Yang ada sewaktu kami menceritakan tragedi kami, malah disambut tawa. Memang patut di tertawakan juga sih WKWKWK sebab kejadian mogok pas acara kondangan teman forda sebelumnya ada tragedi.
Pulang
Setelah itu kami memesan ojek online. Drivernya baik dan menghibur sekali. Ternyat dia habis dari Solo dan perjalanan pulang. Eh malah nyantok ke apps Rayyan. Dan akhirnya pulang kerumah masing masing.
Qadarullah
Qadarullah dalah ketetapan atau qadar dari Allah SWT, sehingga tidak perlu dipertanyakan atau disesali. Lewat peristiwa ini Allah memberi pelajaran bahwa semuanya adalah rentetan takdir . Coba flash back sejenak.
1.       Aku yang awalnya benar benar ga mau ikut kondangan tiba tiba terbujuk oleh  3 orang. Allah akan mengerahkan segala cara untuk menjalankan rentetan takdir. Secuil aku mambawa mantol di tas misal. Mungkin lewat pertolongan kecil yang bisa kuberikan ini Allah mengalirkan pahala. Pahala membantu orang.
2.       Sang istri si bapak pengemudi yang kuat sekali melerai. Coba kalo ngga ada Istrinya, mungkin Rayyan sudah dipukul.
3.       Memilih kabur dan berakhir memilih jalan belok ke kiri agak masuk sawah sesuai arahan Fia. Mungkin Allah mengikut sertakan Fia juga untuk mengarahkan kejalan situ. Dan rentetan pertolongan terjadi
4.       Doni yang tidak jadi bergabung karena ada kepentingan mendadak di desanya. Allah menghindarkan dia dari kejadian tak terduga ini.
Mungkin.. masih banyak rentetan hikmah yang dipetik, namun baru 4 poin ini yang baru bisa aku petik selama 1 harian. Aku tidak menyesal kenapa jadi pergi kondangan. Lebih merasa bersyukur karena mungkin kalo tidak ada kejadian ini, Tulisan ini tidak akan dibuat. Sekian dan semoga bermanfaat~
0 notes
juliarpratiwi · 4 months
Text
Tumblr media
"Kalau ta'aruf pasti gak akan sedih semisal gak jodoh dan tidak sampai pada pernikahan?"
Apakah iya? Hmm, untuk hal ini ternyata saya kurang setuju. Seterjaga apapun prosesnya, pasti ada sedih ketika memulai proses dan tidak sampai pada apa yang menjadi harapan. Karena itu tadi kita menyimpan harapan berapapun besaran porsinya.
Berani memulai proses pasti karena ada kecenderungan dan biasanya akan menyelipkan sebuah harapan. Harapan bahwa seseorang yang kita nilai baik ini akan menjadi teman perjalanan ibadah seumur hidup.
Jadi, sedih ketika tidak sampai pada apa yang menjadi harapan, adalah hal yang wajar. Hanya, memaknai sedihnya ini mungkin akan berbeda. Ketika menjaga proses, ada langkah pertama yang kita dahulukan; tawakal kepada Allah. Ada niat yang senantiasa diluruskan; bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka ibadah, bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka menjemput takdir pernikahan dari-Nya. Hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah ta'ala. Sehingga kita akan mengembalikannya kepada pemilik segala rasa. Sedih yang ada adalah tanda kita ini manusia yang lemah, jadi harus terus dan selalu bergantung erat kepada-Nya. Karena Allah paling tahu (si)apapun yang terbaik untuk hamba-Nya.
Saya pernah menuliskan ini untuk seorang teman yang kala itu qadarullah 'gagal menuju pernikahan'.
Tidak perlu tergesa-gesa menerka-nerka apa hikmahnya. Nikmati saja dulu rasanya.
Siapa sangka qadarullah tahun 2023 saya diuji dengan tulisan saya sendiri dan dipaksa untuk mengaplikasikannya sendiri. Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Hingga beberapa waktu kemarin saya masih menikmati rasanya. Saat ini, insyaAllah saya akan siap membuka ruas-ruas hikmah dibalik rahasia takdir-Nya.
Ketetapan Allah selalu baik dan pasti yang terbaik.
21.24 WIB
77 notes · View notes
rumelihisari · 4 months
Text
Pilihlah laki-laki yang mendukungmu dalam bertumbuh dan meraih mimpi
"Nanti kuliahnya gantian setelah aku lulus, ya"
"Tahun depan kuliah, ya!" Berkali-kali kata itu keluar semenjak dua tahun lalu saat kami resmi menikah. Bahkan disaat kemarin aku terluka, pun, kalimat ini masih la lontarkan untuk menyemangatiku.
Semasa SMA, aku memang pernah menggebu pengin melanjutkan pendidikan tinggi sampai orang-orang terdekat mengenalku pada saat itu sebagai seseorang yang ambis. Sebagai orang desa yang minim informasi, aku mempersiapkan dan mengulik seluruh informasi bagaimana caranya supaya bisa kuliah terlebih di PTN. mengingat saat itu sekolahku belum ada yang kuliah di PTN. Dan memang hanya sedikit orang yang minat untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Tapi karena satu dan hal lain, qadarullah aku memutuskan untuk gapyear dan memilih bekerja.
Setelah itu aku memutuskan untuk kembali memperjuangkan mimpi, sudah daftar mengisi berkas juga membayar administrasi untuk tes di salah satu universitas islam negeri, tapi karena satu dan lain hal lagi, aku memutuskan untuk mengurungkan niat itu. Akhirnya aku menyudahi mimpi itu. Menguburnya bersama tumpukkan mimpi lain dan tak mengharapkan semua itu harus terwujud. Lalu membuat prinsip bahwa belajar tak harus di tempat formal.
Hingga tibalah laki-laki itu membersamai perjalanan hidup. Memulainya dengan visi yang sama yang menjadi alasan untuk selalu mendukung satu sama lain.
Kini alasan pengin kuliah bukan lagi soal ambisi anak desa yang pengin mengubah nasib wajahnya. Tapi soal kebermanfaatan diri untuk kepentingan dakwah dan umat. Sudah tidak menjadikan PTN dan PTS sebagai patokan keren atau enggaknya saat kuliah. Karena memang ada hal-hal yang enggak bisa kita dapatkan saat enggak kuliah, yang mungkin salah satunya adalah pengalaman. Walau begitu, ilmu tetap bisa kita dapatkan di mana saja.
Ternyata masih ada yang mau menghidupkan mimpi yang kita pun rasanya lupa akan mimpi yang kita miliki sendiri. Tapi yang paling penting adalah la mendukungku bertumbuh sebagai perempuan dan ibu. la memberi fasilitas supaya sebagai ibu aku bisa belajar dengan tenang dalam meluaskan peran. ia menghadirkan keutuhan dirinya sebagai seseorang yang mendukung. Mengarahkan ku untuk mengikuti berbagai kelas. Kelas menulis, kelas jadi istri, kelas jadi ibu, mengkaji islam, mengikuti komunitas, dll.
Begitu seharusnya pasangan. la tak mengecilkan peran sebagai kepala atau pun ibu rumah tangga. Dan memilih untuk mengapresiasi hal-hal kecil hal yang ada pada pasangan. Mendukungnya untuk terus bertumbuh menjadi istri dan ibu, juga suami dan ayah yang baik, dan sama-sama menyebarkan kebaikan itu. Tiada lain yang disemogakan dari saling mendukung untuk bertumbuh dan menyemogakan seluruh hasilnya bermuara pada ridho Allah saja.
Kota Cilegon, 21.47
94 notes · View notes
yunusaziz · 4 months
Text
Weekend dan Trigger Masa Depan
sekali-kali saya nulis ginian yah, bukan sambat kok😋✌🏻
Dulu sering banget ketrigger tiap scrolling sosmed pas wabil khusus saat weekend. Dari story nikahan, liburan bareng pasangan, dsb. Ada perasaan berkecamuk, iri tapi juga kesal karena mau gitu, keadaan masih belum mendukung😂
Atau juga, liatin story orang-orang yang bisa kerja di daerah yang strategis baik dari jenjang karir maupun ekonomi. Ada rasa ingin merantau juga, cuman lagi-lagi keadaan 'belum' mendukung haha.
Sampai akhirnya coba bayakin kontemplasi diri, "Kenapa coba harus kesal atau marah dengan apa yang orang lain dapatkan?" alih-alih mencari jawaban dari pertanyaan itu, saya justru tutup 'convo' itu dengan ajukan pertanyaan lagi ke diri, "Bukannya dulu apa yang kamu jalani ini adalah doa yang pernah kamu panjatkan?"
Dari sana kemudian sadar. Ohiya, dulu mendasarkan pengambilan keputusan untuk karir, dsb. harus melalui satu prinsip yang tidak bertentangan dengan prioritas amanah hari ini. Yang hal tersebut jelas harus diputuskan bukan sekadar asumsi, tetapi kejujuran dan kesadaran betul akan analisis keadaan.
Memang ujiannya berat, karena qadarullah Allah mudahkan dalam urusan-urusan itu. Cuman, 'ala kulli hal, karena satu dan lain hal, masih belum selaras dengan prioritas kewajiban, belum bisa diambil. Yasudah, akhirnya memilih berdamai dengan diri, "Oh yaudah artinya emang belum rezeki ya kan?"
Maka dari proses yang super panjang itu. Tiba di fase ketika notonin story orang-orang sambil banyakin do'a, "Ya Allah semoga dijadikan keluarga yang bisa membawa kebaikan buat mereka dan orang-orang lain." dsb, intinya ikut senang dan sebisa mungkin mendoakan.
Entahlah apakah itu bentuk manipulasi perasaan yang baik atau buruk. Cuman setelah nerapin itu, hidup jadi lebih stabil dan nggak gampang nyalahin keadaan. Karena, yah semua sudah dalam skenario indah dari-Nya. Bismillah aja. Jalanin apa yang sekarang, sembari perdalam value, dan cari peluang sana-sini, tanpa harus menerabas prinsip yang udah kepegang.
Kalau kamu juga mengalami hal yang sama, jangan sedih ya. Pecayalah, apa yang kamu pilih atas kesadaran itu, suatu saat akan berbuah hasil manis kok, percaya! (:
70 notes · View notes
maitsafatharani · 7 months
Text
My INFJ
Untukku yang masih banyak malu kalau mau post yang arah-arahnya merah jambu di kanal sosial media lainnya, tumblr jadi salah satu tempat pelampiasan yang tepat. Hehe, terimakasih telah menjadi ruang amanku, tumblr :)
Malam-malam sembari nyicil berkas akreditasi klinik, tetiba pengen mencurahkan banyak hal dari lubuk hati.
Barusan, suami ngechat.
"Yang, nanti sabtu aku visite ya.."
"Oiya gpp, nanti dania aku bawa rapat."
"Dania nanti aku titipin mba bentar aja ya.."
"Ooh kamu berangkat visitenya mau abis subuh ya soalnya.."
"Soalnya jumat malam kan kamu dines ya"
"Iyaa"
"Plan B nya gpp dibawa rapat. Soalnya kamu abis malem, yang."
"Iyasih XD"
Nggak sekali ini aja, suami lebih holistik dalam merencanakan daripada aku. Aku malah seringkali lupa, kalau mau melaksanakan agenda berat berturut-turut. Atau lupa sama kebutuhan sendiri. Suami yang inget.
Inget banget momen-momen mau lahiran.
"Aku tuh pengennya ya Yang, kalo bisa seminggu pertama abis lahiran tuh udah nggak usah ada tamu." Kata Paksu.
"Yaa gpp sih ada tamu. Yang penting kan kitanya udah sefrekuensi."
"Tapii kadang mulut orang ngga bisa dikontrol. Ada aja komentarnya. Belum tentu lahiran nanti kondisinya ideal kan. Nggak tau lahirannya bisa pervaginam atau engga. ASI nya lancar atau engga."
"Iyasih..."
"Melahirkan udah berat buat ibu, Yang. Apalagi kalo harus dengerin macem-macem."
Pada akhirnya sih kami tetap terima tamu ya, wkwk. Qadarullah segalanya lancar dan hampir nggak ada omongan nyinyir. Cuman yaa banyak saran-saran aja gitu buat ibu dan bayinya wkwk. Tapi kalau inget suami pernah ngomong gitu berasa, makasih ya :")
Dan sekarang adalah momen menjelang Dania MPASI. Kira-kira begini isi percakapan kami.
"MPASI tuh.. berat ya. Aku pernah lihat di tiktok anaknya ngelepeh makanan sejak hari pertama." Paksu said.
"Iya, apalagi sampai umur 2 tahun. Ada aja cobaannya pasti." Aku menimpali.
"Aku lihat tuh ya.. ibu-ibu tuh fokusnya ke, apa masakanku kurang enak ya.. bukan fokus ke apakah cara masaknya udah bener, teksturnya sesuai." Paksu said lagi.
"Iya.. banyak overthinkingnya ibu-ibu tuh. Makanya aku banyak cari referensi, tentang feeding rules juga. Supaya lebih banyak tau jadi lebih..."
"Lebih strict?"
"Engga. Justru aku berharapnya lebih banyak tau tuh jadi lebih fleksibel. Kalo anaknya gamau A, oh solusinya boleh B. Gamau C, oke solusinya D. Selama ga menentang prinsip utama."
"Iya Yang, kita perlu banyak belajar. Pasti sedih kan, kamu yang masak. Kalo Dania sampai gamau pasti kamu juga kepikiran."
Kira-kira dari percakapan-percakapan kami bisa kebaca kan ya, siapa yang lebih overthinking? Wkwkwk.
Sejak kami serius untuk menikah, kami sering membicarakan hal-hal terkait kepribadian kami. Suami memang mengakui, dirinya sangat bisa overthinking dalam banyak hal. Juga selalu ingin perfeksionis dalam hal apa pun. Dulu, kupikir aku harus sangat menyesuaikan diri dengan semua ini. Di saat apa pun kubawa santai :") Tapi rupanya, perfeksionisme yang suami anut, tidak irritable menurutku. Justru sangat mempermudah segalanya.
Aku, si INFP bersuamikan INFJ. Sangaaat helpful dan fit me completely.
Kalau sebelum menikah, mungkin mendengarkan apa yang dibicarakan Paksu akan terdengar so sweeet. Tapi sekarang, mendengarnya tuh serasa ada embun menetes di hati.
Adem.
Sampai kadang aku cireumbay sendiri haha.
Kadang bingung, kebaikan apa yang pernah kuperbuat sampai Allah karuniai suami sebaik ini? Meski aku dan dia teman SMA, aku nggak pernah menyangka dia se-pengertian itu.
Makasih yaa, sudah menjadi sekeping puzzle yang melengkapi cerita hidupku. Aku nggak tau ke depannya akan bagaimana. Tapi, semoga Allah selalu memberkahi keluarga kecil kita.
Dan semoga kebersamaan kita bermuara di surga-Nya.
133 notes · View notes
anisahmahar · 1 month
Text
Membahagiakan Diri
Membahagiakan diri sendiri bisa dimulai dari banyak hal. Wacananya gampang, tapi mewujudkannya perlu ikhtiar luar biasa. Hari ini aku mengapresiasi langkah kecilku untuk meluangkan senam di pagi hari selama 25 menit. Gobyos rasanya. Keringat bercucuran tiada henti. Oh gini ya rasanya membakar lemak setelah lama sekali.
Di usia yang sudah kepala tiga, aku sadar bahwa perlu mencoba mengubah kebiasaan pagi yang lebih baik. Kalau kata coach, olah raga bukan untuk siapa siapa. Lakukanlah karena ingin bahagia, sehat bugar agar bisa ibadah dengan khusyuk, tidak merepotkan di masa tua. Agar bisa lebih banyak beraktivitas yang bermanfaat.
Ya menurutku investasi sehat ini benar sekali adanya. Sambil dibarengi makan buah dan sayur, minum air putih, konsumsi madu dan jamu rimpang-rimpangan teratur, puasa yang benar, dan istirahat tidak terlalu malam. Ikhtiar ini agar kelak bisa kembali kehadapan Allah dengan tubuh yang terawat sebagai bentuk mensyukuri nikmatnya, Kalau bisa sih, sebelum tahajud mandi dulu biar segar. Jika qadarullah sakit, yang penting sudah berusaha untuk menjaga titipan Allah dengan sebaik-baiknya.
Allah, mampukan kami menjaga titipan dariMu. Mensyukuri nikmatMu. Semoga sehat selalu. aamiin
26.03.24
22 notes · View notes
miroplasi · 4 months
Text
Perjalan Bersama Al-Qur’an
Tahun ke-5 masih tertatih-tatih denganmu. Kadang aku merasa tak pantas. Beberapa teman bercerita tentang ujiannya masing-masing bersama quran. Mulai dari keluarga hingga lingkungan. Tapi mereka masih tetap bisa istiqomah hingga saat ini.
Kadang aku malu. Setoran sedikit, tidak lancar. Malahan seringnya blank karna diajak cerita dulu sebelum setoran.
Aku akui berada di jalan ini tanpa kawan karib seperti masa kampus dulu beratnya kuadrat. Sekali setoran langsung di simak ustadz tanpa uji coba dulu bareng temen-temen seperti dulu. Allahu akbar. Belum lain-lain, masih banyak alasan untuk berhenti. Tapi ku ingat-ingat lagi bahwa hatiku tenang bersamanya. Dia benar-benar obat dari segala sakitku. Maka, yok bisa yok. Sembari minta Allah mampukan menjaga yang sudah dititipkan.
Kalau diingat-ingat rencana Allah indah sekali waktu itu. Aku yang awalnya hanya punya backgroud ngaji dari TPA di mushola dekat rumah. Qadarullah diamanahi di bagian quran hingga akhirnya masuk pondok quran (walaupun sebentar) dan ikut belajar lagi (nglaju) di lembaga quran. Barangkali kalau waktu itu aku tak ditempatkan seperti itu mungkin aku tak akan seperti ini. Alhamdulillah ala kulli hal.
Selalu ada hikmah disetiap perjalanan hidup. Jika sekarang kita belum menemukannya mungkin esok, atau esoknya lagi. Semangat yak.
Dan ya, bersamanya memang tak mudah. Tapi bukan berarti tak bisa, kan? Tidak perlu berlomba dengan siapapun untuk cepat khatam yang penting adalah bagaimana kita bisa istiqomah bersamanya sampai kita kembali pada-Nya.
Kalau kata Abah,"Kamu mau cepet-cepet khatam ngejar apa? Terus nek wes khatam arep nyapo? Sithik-sithik diapalne, dimaknai, terus karo diamalne kathi ikhlas istiqomah. Ora usah kesusu."
Tumblr media
Beberapa pesan dari ustadz tadi pagi kira-kira begini,
Belajar duduk lama min awal 15 menit.
Kurangi interaksi yang tidak terlalu penting. Belajar menyepi untuk bisa khalwat sama quran.
Murojaah min. 1 juz diulang min 7x sehari.
Kalau ziyadah hafalin per kata dan diulang min 7x setiap ayatnya.
Ayat quran itu hidup jadi perlakukan selayaknya makhluk hidup. Dia itu sangat halus sekali, tidak bisa dikasari, merawatnya tidak bisa emosi dan grusa-grusu.
Ingat Allah itu suka sama orang yang; sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara karna berlebihan diantara ketiganya menyebabkan lalai.
Coba sholatnya diperlama sekalian murojaah.
Tetaplah setoran murojaah/ziyadah walaupun tidak lancar. Tetep istiqomah walaupun sulit dst.
Semoga bisa istiqomah bersamanya,
21 notes · View notes
lacikata · 8 months
Text
Safar.
Ada salah seorang teman yang tadinya hanya saya ketahui dari akun twitter miliknya yang di-retweet oleh infogunung, qadarullah beberapa bulan kemudian kami tergabung dalam satu komunitas yang sama, salah satu komunitas para pendaki gunung. Pertama kali bertemu ketika acara kopdar komunitas di Margonda 2014 silam dan alhamdulillah Allah Subhanahu Wata’ala masih menjaga hubungan kami meski fase hidup telah berubah dari ia single hingga sekarang sudah menjadi ibu dan memiliki 2 anak. Dari kami masih ‘begitulah’ di awal pertemuan hingga Allah Subhanahu Wata’ala izinkan kami meniti jalan-Nya untuk mengenal sunah di beberapa tahun kemudian.
Banyak hal positif yang saya belajar darinya, salah satunya tentang safar. Ketika beberapa tahun lalu ia akan menikah, ia memberitahu saya, sebagai teman tentu ingin datang, ia pun berharap temannya bisa datang namun ada hal yang dirinya tekankan, “Kamu boleh datang kalau ada mahramnya.” sebagai kaum LDF yang sudah mulai paham tentang fikih safar hanya bisa legawa pada waktu itu sebab qadarullah tidak memungkinkan pergi dengan mahram.
Pertemanan yang hampir memasuki tahun ke-10 namun baru 2 kali bertemu. Terakhir bertemu di bulan April 2015 dan hingga hari ini pertemuan belum juga memihak kepada kami kembali namun beberapa waktu lalu ia sempat membuat saya tersentuh dengan harapannya, “Jika tidak bertemu di dunia semoga surga jadi tempat reuni.”; tempat di mana tidak ada lagi perpisahan. Aamiin Ya Mujibassailin.
Betapa beruntungnya saya dipertemukan olehnya. Jarang bertemu, jarang komunikasi namun tetap terhubung dan Allah Subhanahu Wata’ala izinkan kami meniti jalan yang tidak mudah ini sama-sama; untuk saling mengingatkan ketika futur, saling menasihati untuk tetap on track (istikamah), saling mendoakan untuk kebaikan meski raga tidak selalu bisa bertatap.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Hari Akhir bersafar sehari semalam tanpa disertai mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 1088 dan Muslim, no. 1339)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)
Sehingga begitu jelas, konsekuensi dari beriman adalah taat pada-Nya, Rasul-Nya dan ulil amri. Itulah yang lebih utama dan baik akibatnya.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu) maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jasiyah: 18)
Ikutilah syariat bukan keinginan atau kehendak pribadi; meski berat. Sejatinya, apa yang diperintahkan oleh-Nya pun pasti mengandung maslahat dan apa yang dilarang oleh-Nya mengandung mudarat, keduanya juga sudah sesuai dengan batas kemampuan manusia.
Tidak ada dari keduanya yang tidak mampu diamalkan/ditinggalkan oleh manusia kecuali mereka yang mengingkari Tuhannya dan menaati hawa nafsunya.
Kapan seseorang dikatakan bersafar? Ada khilaf di kalangan ulama namun secara umum terbagi menjadi 2 yaitu:
Jumhur ulama di mana jarak safar sebagai patokan (-/+ 80 km).
Urf atau tradisi masyarakat sebagai patokan (bukan penilaian pribadi).
Siapa saja mahram bagi seorang wanita?
Ayah, suami, ayah suami, saudara laki-laki dari ibu/ayah (paman, om), kakak/adik laki-laki, keponakan laki-laki dari saudara laki-laki/saudara perempuan (kakak/adik), anak laki-laki; bukan sepupu laki-laki, keponakan laki-laki dari sepupu, kakak/adik ipar laki-laki, kawan laki-laki apalagi pacar.
Sesama wanita pun bukan merupakan mahram sehingga meski ada kawan tetap mengandung mudarat apalagi yang sendirian.
 “Kita ngetrip cewek semua juga mandali.”
“Halah, aku ke mana-mana sendiri juga aman kok.”
Jika sudah ditunggangi hawa nafsu akan ada saja pembenaran. Ia akan mengingkari apa yang dilarang Tuhannya. Boleh jadi ketika di dunia kamu merasa aman namun ingat ada pertanggungjawaban setelahnya di akhirat.
Kebenaran tidak akan bergeser. Syariat yang dikandung Alquran dan sunah tidak pernah berubah sejak pertama kali diturunkan melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berlaku hingga akhir zaman. Manusia yang mengikuti syariat bukan syariat yang mengikuti bagaimana kehendak pribadi atau perkembangan zaman.
“Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka amalkan maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” ( QS. Al-Hajj: 67)
Taatlah tanpa membantah sebab itulah jalan yang lurus. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Hari Akhir.
Safar terbagi menjadi 3:
Safar ketaatan (Haji, Umrah).
Safar mubah (Healing ke pantai, gunung, dsb).
Safar maksiat.
Dalam safar ketaatan yaitu kewajiban haji atau melaksanakan umrah pun bisa gugur jika memang mampu secara keuangan namun tidak memenuhi syarat bersama mahram.
Dalam safar mubah pun perlu diperhatikan, tidak hanya dibersamai oleh mahram namun juga apakah ketika berkunjung ke tempat wisata tersebut justru akan menambah rusaknya iman atau tidak? Sebab fitnah di mana-mana, fitnah pandangan (aurat yang terbuka), fitnah pendengaran (musik yang terdengar), dsb.  
“Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali ‘Imran: 198)
Jika demikian, ya tidaklah mengapa apabila seseorang memilih tidak pergi haji atau umrah untuk beribadah kepada-Nya meski ingin sekali dan dananya cukup namun terbentur tidak ada mahram yang bisa menemani (hanya ada kawan sesama wanita saja) atau ada mahram namun tidak cukup untuk membiayai keduanya.
Pilihan inilah yang diyakini olehnya sesuai dengan perintah-Nya dibanding tetap pergi namun ada larangan-Nya yang diingkari. Keduanya, haji dan umrah untuk beribadah kepada-Nya seyogianya perlu dibarengi pula dengan mempelajari ilmu fikih dalam pelaksanaannya di mana sudah memenuhi definisi safar. Inilah yang paling dasar namun sering diabaikan. Semoga kelak Allah Subhanahu Wata’ala tempatkan di surga, tempat bagi mereka yang bertakwa dengan mengamalkan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Pun, ketika seseorang memilih untuk pensiun dini dari naik gunung atau berupaya menahan diri untuk tidak tergoda ketika ada ajakan dari kawan ke tempat-tempat indah, Labuan Bajo misalnya meski jiwa ini meronta-ronta.
Pilihan inilah yang juga diyakini olehnya sebagai salah satu wujud bertakwa kepada-Nya, ia lakukan karena-Nya. Semoga kelak Allah Subhanahu Wata’ala tempatkan pula di surga, sebuah taman yang indah yang penuh kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan terlintas di hati sebab tidak ada bandingannya di dunia.
Jangan pula bersedih hati, mereka yang lebih memilih apa yang ada di sisi-Nya sebab itu adalah sebaik-baiknya bagi orang yang berbakti. Jauh lebih baik dibanding kesenangan yang ditawarkan dunia. Kesabarannya di dunia pun hanya sebentar sedang mereka akan kekal di surga-Nya, semoga. Aamiin Ya Mujibassailin.
“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119)
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala ampuni sebab kebodohan diri atas kesalahan-kesalahan yang telah lalu. Tidak ada daya dan kekuatan bagiku untuk mempelajari dan terlepas dari godaan hawa nafsu selain atas pertolongan dan petunjuk dari-Mu.
Juga tanpa pertolongan dan petunjuk dari-Mu, sekalipun sudah diterangkan jalan kebenaran tetap akan tersesat dan terkunci mati hatiku. Tidak akan ada seorang pelindung dan pemberi syafaat selain-Mu. Engkaulah sebaik-baik pelindung dan pemelihara; untuk dunia dan akhiratku.
Faedah kajian fikih safar oleh Ust. Firanda hafidzahullah dan Nasihat Singkat: Ketika Wanita Harus Umrah Tanpa Mahram oleh Ust. Ammi Nur Baits hafidzahullah.
49 notes · View notes
mnafif · 7 months
Text
Memilih Tenang
Sebab kegelisahan atau 'mental issue' jika dirunut sebabnya adalah dua hal. Penyesalan apa yang sudah terjadi, dan kekhawatiran apa yang akan terjadi.
Ini terjadi karena dimensi kehidupannya berhenti di dunia. Jangan sampai kita lupa bahwa ada kehidupan setelah di dunia.
Dikisahkan ada seorang pemuda yang hidupnya sempurna, kemudian kehilangan arah di tengah jalan.
Apa sebabnya? Disebabkan tujuan si pemuda selama ini adalah membahagiakan ibunya, qadarullah ibunya meninggal dunia dan si pemuda kemudian kebingungan dalam menjalani hidupnya.
Masalahnya adalah si pemuda lupa, lupa bahwa di akhirat nanti dia bisa kembali bertemu dengan ibunya. Jika saja sang pemuda ingat, tentu dia akan tetap dapat membahagiakan hidupnya. Dengan cara yang berbeda, dengan tujuan yang sama.
Semoga aku, dirimu dan lingkup terdekat kita selalu diberi ketenangan dalam menjalani hidup.
50 notes · View notes
futianz · 1 day
Text
Karena tinggal di tepi kota dan kerja juga di pinggir kota yang tak jauh dari rumah pula, jadi jarang sekali ke pusat kota yang penuh keramaian pagi-pagi begini.
Dan first time qadarullah ada sesuatu yang mengharuskan berurusan ke pusatt kota. Pagi hari jam 07.00 sudah jalan, dan fiuhhh masya Allahh kendaraan ramai betul ternyata 😅 Padahal dulu di JKT juga biasa aja liat jalanan pada ugal-ugalan, semenjak pulang ke Bengkulu dan kegiatan masih seputaran rumaha ga jauh-jauh amat, udah biasa slow living, slow morning kalau pagi-pagi, akhirnya tremor ketika berkendaraan di tempat yang ramai dan melaju kencang.
Yang paling gamang itu ngeliat Ibu-Ibu yang motoran mengantarkan anaknya ke sekolah. Anak-anak TK/SD yang masih kecil-kecil.
Beginilah, semua berkejaran dengan waktu ketika di Pagi Hari. Semua sibuk. Teruntuk orang tua yang mengantarkan anak sekolah, para pekerja pencari nafkah, dan apapun tujuannya dalam kebaikan, semoga kita selalu dalam lindungan Allah di manapun berada.
Hati-hati di Jalan. Pelan-pelan.
7 notes · View notes
juliarpratiwi · 7 months
Text
Mengelola Ekspektasi
Rangkaian kejadian yang qadarullah hadir beberapa waktu ini, menitipkan banyak sekali pelajaran yang tak ternilai. Satu waktu ketika diri dihadapkan pada sebuah proses yang kembali gagal, lalu ternyata beberapa teman pun mengalami hal yang serupa, dan sempat muncul sebuah keheranan
"Padahal udah ngaji ya, padahal sudah lebih lama mengenal dakwah sunnah, padahal katanya mengaku bermanhaj salaf tapi....."
Alhamdulillah, sempat kecewa lalu memutuskan menerima dengan penuh pasrah bahwa tidak mungkin terjadi tanpa kehendak-Nya, tidak mungkin datang tanpa sebuah maksud, saya mencoba mengurainya bahwa mungkin selama ini saya punya bayangan yang terlalu tinggi tentang seseorang ataupun sesuatu. Saya terlalu mudah terpesona dengan keindahan seseorang pada sebuah kertas dan halaman, kebagusan seseorang yang hanya terlihat dari tampilan secara permukaan saja, lalu lupa mengembalikannya kepada Yang Maha Tahu tentang setiap diri, setiap hati, dari yang nampak sampai yang tersembunyi.
Beberapa waktu ini saya kembali belajar bahwa setiap orang punya potensi untuk mengecewakan, baik ia seorang penuntut ilmu, sekalipun ia seorang pengajar. Sebab kita dan mereka hanyalah manusia biasa, bisa salah, bisa lupa, bisa keliru, bisa tergelincir. Maka, kini saya belajar untuk mengelola ekspektasi. Saya belajar untuk berfokus pada bagaimana saya, bukan terlalu mengkhawatirkan bagaimana nanti, bagaimana ia, bagaimana mereka. Saya boleh saja kagum dengan CV nya, saya boleh saja memiliki penilaian positif tentang pribadinya. Karena hanya sebatas itu yang bisa saya ikhtiarkan, secara dzahir dan apa yang ia tampilkan di permukaan saja. Sisanya Allah Yang Maha Tahu, sisanya saya kembalikan kepada Yang Maha Baik, Yang Maha Tahu Yang Terbaik.
Ya Rabb, beri kami nikmat untuk senantiasa bergantung dan berharap kepada-Mu saja.
28 notes · View notes
naailahana · 19 days
Text
27: Resume
Seperti halnya manusia tidak ada yang sempurna, begitu juga pada keluarga; tidak ada yang sempurna. Seperti halnya setiap manusia yang pasti diuji, begitu juga dengan keluarga; pasti diuji. Masing-masing dengan dinamika ujiannya sendiri, yang sudah Allah takar dan tidak akan tertukar. Menjadi istimewa, karena kita tidak bisa memilih mau lahir dari keluarga yang mana. Tidak bisa memilih mau dihadirkan dari keluarga yang seperti apa, dengan ujian yang bagaimana. Menjadi bagian dari rezeki yang sudah Allah takdirkan, yang selanjutnya respon kita lah yang menentukan; apakah mau menjadikannya sebagai kesempatan atau malah kesempitan.
Belum lama ini qadarullah berkesempatan untuk belajar kehidupan dari banyak hal. Ingin menulis butir-butir pelajarannya disini agar aku ingat dan mudah dibaca kembali di kala lupa;
Bersyukur Nasihat paling klise dan paling sering ditemui, tapi memang butuh. Bersyukur itu salah satu sumber ketenangan dan kebahagiaan. Merasa cukup sehingga tidak bersikap berlebihan, merasa cukup sehingga tidak perlu sedih karena merasa kurang. Karena Allah Maha Pemberi Rezeki sesungguhnya tau apa yang kita butuh, dan kita telah berada di tempat dan kondisi yang tepat sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Belajar mengapresiasi segala hal sekecil apapun, sehingga mudah bersyukur bahkan pada hal-hal sekecil apapun. Semoga terhindar dari sikap kufur nikmat, terhindar dari mata hati yang buta dari mensyukuri nikmat.
Belajar tahu diri Salah satu hal yang paling sulit dipahami dan dimengerti memang diri sendiri. Tapi sayangnya akan selalu ada saja momen-momen yang menguji kemampuan tahu diri satu ini. Saat dihadapkan dengan kesempatan-kesempatan yang nampaknya besar dan menggoda, akan semakin sulit menjadi objektif pada diri sendiri. Mungkin memang ada saatnya keberanian buta alias nekat itu diperlukan, tapi ada saatnya juga dimana rem dan kontrol diri harus menjadi lebih dominan. Terutama saat ada banyak hak-hak orang lain yang terlibat, alangkah bijak untuk menjadi tahu diri. Belajar mengerti bahwa diri ini terbatas. Belajar menerima bahwa diri ini tidak sempurna. Agar keputusan yang diambil sudah berdasarkan pertimbangan matang, sehingga betul lebih banyak manfaat yang dihasilkan alih-alih mudharatnya.
Investasi ilmu Betapa banyak orang yang menyesal dan ingin mengulang kembali waktu, demi bisa menuntut ilmu yang dahulu tidak dilakukan dengan maksimal. Menuntut ilmu sesungguhnya adalah salah satu investasi terbaik yang pernah ada. Semakin dini, semakin banyak yang dapat dituai. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Bersulit-sulit dalam menuntut ilmu lah terlebih dahulu, karena pasti akan ada manfaatnya di hari kemudian. Jika tidak terhadap banyak orang secara langsung, setidaknya pasti ada manfaat untuk diri sendiri. Jika menjadi pribadi yang tidak merugikan orang lain adalah salah satu seminimal-minimalnya manfaat yang ada, maka bayangkan seberapa besar manfaat yang dapat hadir pada semaksimal-maksimalnya manfaat dari sebuah ilmu.
Amanah Menjadi amanah; dapat dipercaya. Pernah kutemui sebuah cerita dari kekecewaan seseorang yang merasa dirugikan atas tidak kunjung terwujudnya amanah yang ia titipkan. "Wah, kalau begitu caranya, ngga akan berkah itu usahanya." Sebuah kalimat spontan yang di kemudian hari betul-betul kusaksikan; menjadi merugi dan tidak bertahan lama, hingga terlilit berbagai masalah yang tak kunjung usai. Menjadi reminder bagi diri sendiri; jika ada satu ganjalan masalah yang tidak selesai-selesai, jangan-jangan ada amanah dari orang lain yang tertelantarkan. Tidak tertunaikan, yang bersangkutan merasa terzhalimi, lalu Allah kabulkan doanya. Semoga Allah lindungi kita semua.
Alhamdulillah atas kesempatan belajar. Alhamdulillah atas karunia berkumpul bersama orang-orang yang dimampukan dalam menyarikan hikmah dari berbagai peristiwa, sehingga tidak berlalu begitu saja, tapi ada butir-butir pelajaran yang dapat diambil. Wallahu a'lam..
---
Pekalongan, 15.10
7 notes · View notes
yunusaziz · 1 day
Note
assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
gimana kabarnya ustadz aziz, mas yunus? semoga Allah segera angkat sakitnya, dan bisa melanjutkan dakwahnya yaa☺️
oiya btw mau sedikit cerita, ustadz aziz itu salah satu ustadz favorit ibuku. ramahnya beliau, cara penyampaian dakwah beliau, lembutnya beliau dalam bercakap menjadikan beliau masuk dalam list pendakwah terfavorit ibuku hehe
tapi qadarullah 6 tahun lalu Allah panggil ibu duluan, ternyata Allah pingin lebih cepat ketemu ibu dari yang aku kira, memang manusia cuman bisa berandai ya hehe.
oiya dengan aku menulis ini, aku berdo’a semoga salah satu ustadz favorit ibuku bisa terus melanjutkan dakwahnya yaa mas yunus, bisa terus membuat orang lain merasa tertolong dan semangat untuk beribadah dengan dakwahnya. tolong sampaikan salam buat ustadz aziz, semoga Allah senantiasa melapangkang hatinya dalam menerima ketetapan Allah, aku yakin ustadz aziz adalah orang yang sangat penyabar tanpa harus dijelaskan☺️
sekian, wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh. Wah siapa ya ini? Terimakasih banyak atas doanya. Semoga Abi lekas kembali. Sepertinya baik Abi dan kami keluarganya masih diminta Allah buat sabar lebih lama lagi. Mohon doa terbaiknya saja ya teman-teman 🙏🏻
7 notes · View notes
maitsafatharani · 9 months
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
111 notes · View notes