Tumgik
#semeleh
millatinaafifah · 3 months
Text
How's Life Lately?
Bismillahirrahmanirrahim,
9 tahun usia pernikahan kami, luar biasa bersyukur dengan apa yang telah Allah titipkan saat ini. Alhamdulillah kami diberikan banyak nikmat. Aku bersyukur kami semua diberikan nikmat iman, kesehatan lahir dan batin.
Remy, suamiku, saat ini meskipun sedang sibuk-sibuknya ngerjain Project Petani kayaknya sih nggak stres-stres banget karena dia punya tim yang lumayan supportif. Masih bisa membeli mainan hobinya dan yang terakhir dibeli kayaknya sebuah pencapaian.
Saka, anak pertamaku, saat ini kelas 2 SD dan berusia 8 tahun. Aku bersyukur dia sudah paham waktu dan cukup mandiri. Pembawaannya sudah lebih santai dan usil. Sekarang sedang suka (atau karena disuruh bapaknya) baca buku Harry Potter. Love languagenya sejauh pengamatanku adalah receiving gift, jadi baru saja kami 'menghadiahinya' naik kereta cepat dan kereta panoramic. Kami rasa, sebagai orang tuanya, itu adalah hal yang disukainya sebagai pecinta kereta.
Kamaniya, anak keduaku, saat ini TK A dan berusia 5 tahun. Meski masih sering drama, tetapi anaknya cukup menyenangkan dan enjoy. Berhati lembut dan naluri ngemongnya cukup kuat, jadi sekarang minta dipanggil 'Kakak' no debat. Ibunya masih sering bilang 'adek' dan tanpa celah dia akan segera meralatnya. Banyak rasa bersalahku kepadanya sedari dia lahir, tapi nggak perlu berlarut-larut. Yang perlu aku lakukan adalah memberikan dia kasih sayang dan perhatian yang tulus. Love language-nya adalah quality time jadi dia akan sangat senang jika ditemani bermain, diajak jalan-jalan, dijamin mood tuan putri langsung bagus.
Aku sendiri di usia menjelang 34 tahun, mulai khawatir dengan kesehatan. Olahragaku masih kurang dan pola makanku yang masih belum sehat-sehat banget. Mulai kepikiran buat melanjutkan sekolah tapi masih naik turun semangatnya, lebih banyak ndolosornya sih.
Di usia 9 tahun pernikahan ini, aku tengok lagi usiaku saat menikah dulu. Muda dan naif. Di usia yang sama pula aku hamil dan melahirkan. Saat itu, pun sampai hari ini aku sangat bersyukur telah menjalaninya meskipun terseok-seok. Kalau aku pikir sekarang dengan pola pikir perempuan jaman sekarang, apakah dulu aku sudah cukup siap dengan kehidupan pernikahan dan memiliki anak di usia itu, rasanya aku belum siap-siap banget. Tetapi jika kuingat saat itu, aku cukup percaya diri dalam menentukan pilihanku (menikah dan memiliki anak). Hari ini, aku bersyukur menatap anak-anakku yang sudah tumbuh besar. Aku ingat bagaimana harus mencuci popok-popok mereka, berdamai dengan gumoh-muntah di jam aku pengen istirahat, menggendong mereka kesana kemari, sabar di sakit mereka, marah-marahku saat hamil muda sambil toilet training, dan semuanya. Aku coba maafkan diriku untuk kesal dan marahku di awal pernikahan dulu dan hingga saat membersamai anak-anakku saat ini.
Aku bukan perempuan, istri, ibu yang sempurna tetapi denganmu aku berterimakasih karena telah menerima, menemani, menjaga, mengomeli, memaksa, memberikan aku tempat yang nyaman agar aku tetap bisa berperan dengan baik. Terimakasih telah hadir untuk kami, Remy. Selamat 9 tahun, di tahun ke-sepuluh Insyaallah kita bisa lebih baik ya.
Eling lan waspada, sadar lan sabar, setiti lan ngabekti, semeleh tur sareh.
2 notes · View notes
lailatulqadr · 3 months
Text
Semeleh, Pasrah, Tawakkal
Percaya gak…? Kadang, muncul perasaan campur aduk di otak saya. Apakah anak spesial saya akan dapat bertumbuh seperti halnya anak normal pada umumnya. Bisa berbicara, bisa berjalan, bisa mandiri, dan bahkan bisa berpenghasilan sendiri ketika nanti dia dewasa. Allah menitipkannya kepada saya di usia saya yang tak lagi muda. Dia lahir ke dunia, saat usia saya mencapai 39 tahun. Jika dihitung, 10…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wardhanikusuma · 3 months
Text
Suatu ketika saat melihat orang lain berbeda pandangan dengan kita, kadang terbersit pikiran bahwa mereka itu aneh... Semua harus sama dengan pikiran kita. Mau kita, inginnya kita.. tapi kenyataan nyaa .. semua itu tidak bisa di sama ratakan...
Itulah mengapa Tuhan , menciptakan kita tidak sama dengan tapi , berbeda semua... Hanya satu dua hal yang agaknya seakan sama hanya saja ternyata berbeda.. namun kesimpulan dan cara berawalnya hampir sama , ... Dengan hasil yang berbeda dan proses nya pun tak sama
Disaat pikiran kita menganggap salah dengan keadaan yang dilihat saat itu, ternyata itupun tak salah, karena sejatinya semua hal yang ada di dunia ini, semua baik, bahkan suatu kesalahan pun, ada bernilai baik... Banyak kejadian yang bisa kita ambil hikmahnya ,dan menjadi bekal untuk kehidupan kita, ambil sisi baiknya adalah kata yang umum dan wajar ,serta seringkali di dengar oleh kita , namun apakah sudah memahami maksud di dalam nya?.. akankah semua itu sudah mampu membuat kita menjadi lebih baik untuk saat ini dan nanti??
Namun... Dengan memaksakan keadaan yang tidak seharusnya juga membuat pencapaian menjadi semakin rumit,,, sama seperti hidup ini sangat rumit, terkadang sangat tidak masuk akal, bahkan sangat sulit di pecahkan ,, disisi lain menjadi amat mudah ,di tempat yang bersamaan menjadi sangat sulit..
Hingga akhirnya kata "semeleh" menjadi penawar akan kenyataan yang harus di hadapi, meski menjabarkan artinya pun tak mudah.
1 note · View note
cupofcoffees-world · 9 months
Text
Semeleh, tawakal, tenang dengan pemberian Allah semuanya
1 note · View note
oliviakurnia · 2 years
Text
Thank you, August!
Terima kasih ya udah kuat. Terima kasih udah mau bertahan dan berjuang sampai saat ini. Kamu hebat! Kamu worth it!
Agustus kali ini, tak hanya menguji sabarmu, tapi juga resilience-mu, bagaimana kamu mampu pulih dari keadaan yang tidak mengenakkan dan mampu beradaptasi dan bertahan di kondisi ini. 
Agustus, harapanku akan masa depan dimulai dari saat ini. Satu per satu mengumpulkan dokumen persyaratan menuju harapan baru. Semoga menjadi awal yang baik. Semoga segala lelah dan peluhmu menjadi Lillah. 
Agustus, menjadi bulan berjuangmu, selain bulan Januari seperti yang lalu-lalu. Rumah hanya dijadikan tempat singgah, untuk tidur malam. Pagi-pagi sudah tergesa hendak berangkat, pulang malam hingga orang rumah sudah terlelap. Protes ibu di hari kedua puluh satu, tidak ada obrolan denganku. 
Agustus, bulan yang dinantikan setelah sekian waktu. Lomba peringatan HUT RI menjadi yang ditunggu setelah dua tahun tiada. Persiapan dua bulan bukan lagi menjadi penghalang. Antusiasme semua kalangan sudah tak terbantahkan. Pulang malam, mandi, lalu menonton perlombaan. Tak ada lelahnya kamu. 
Agustus, maafkan karena sudah terlalu keras pada diri sendiri. Jangan lagi memaksakan diri sendiri disaat orang lain tidak mengerjakan dan peduli padamu. Jangan lagi berekspetasi kepada orang lain. Jangan lagi menaruh harapan pada orang lain, Semeleh. 
Agustus, nyatanya hangat. Punya keluarga yang support, saudara yang peduli, sahabat yang care sama kamu. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Banyak sekali syukur yang terucap, sudah di posisi ini, dikelilingi orang-orang baik. Allah Maha Baik. Hamdallah.
Agustus, yuk semangat belajar lagi. Banyak kelas tertinggal, tak sempat lihat rekaman. Atur lagi waktumu. Semangatmu. Kamu gak boleh kalah dari rasa malasmu. 
Agustus, awal memulai langkah baru. Tentukan batasanmu. Tingkatkan self-awareness-mu. Kamu gak akan bisa nyenengin semua orang. Itu gak bikin kamu maju ke depan. Jangan lagi peduliin bagaimana tanggapan orang. You’re doing your best. Fokus pada tujuanmu. Definisikan bahagiamu. Sederhanakan definisi bahagiamu. Olahraga rutin lagi yuk. Set goals lagi. 
Agustus, usia yang baru. Syukur yang berlimpah. Sehat adalah hal utama dan pertama yang harus kamu syukuri. Kesibukan luar biasa, antusias lomba, kamu tetap kuat dan sehat. Terima kasih sudah kuat. 
Agustus, usia baru, satu hal yang ditakutkan ketika umur bertambah adalah umur bapak-ibu juga bertambah. Rambut yang sudah mulai memutih, kulit yang mulai keriput, tenaga yang sudah tak sekuat dulu. 
Agustus, bulan kemerdekaan. Semoga aku lekas merdeka dari ketidakpastian. Semoga lekas bertemu dan saling menemukan.
30 Agustus 2022. 15.39.
1 note · View note
adestraayubs · 2 years
Text
Cukupkan Risaumu, Temui lah Hikmah dengan Meluaskan Hatimu
Risau, ya benar, risau. Ia adalah perasaan gelisah yang membuat diri tidak tenang, ragu, bahkan membuat diri mengedepankan prasangka buruk daripada sebuah prasangka baik.
Sebagai seorang yang beragama, sudah semestinya segala persoalan yang membuat risau disikapi secara bijak dan tenang. Jernihkan akal, objektifkan pikir, timbang lalu putuskan. Risau kadagkala muncul karena mengedepankan rasa yang tidak diimbangi dengan ketenangan berpikir. 
Semestinya jika meluaskan hati, sesungguhnya hal-hal yang membuat risau justru sebuah tabir yang manakala dibuka akan mempersuguhkan kilauan hikmah-hikmah yang cerah dan harum wanginya.
Meluaskan hati akan membuat diri tenang akan segala ketetapan, dan yang paling penting adalah keridhaan sebagai seorang hamba.
Meluaskan hati dalam sebuah ketetapan akan menguatkan dalam tindakan, bukan justru semeleh tanpa bertindak apa pun. Meluaskan hati akan mampu berdamai, memilah mana yang asasi dan mana yang sebatas sensasi, dan yang paling penting adalah mampu mengupas mana yang hakiki.
Hikmah, ys benar, hikmah. Ia akan ditemui manakala hati luas, secara menghujam akan datang. Karena pribadi yang hebat perlu jiwa yang kuat, jiwa yang kuat perlu hati yang luas
Kepada Pemuda, “bebanmu akan berat, jiwamu harus kuat, akan tetapi aku percaya langkahmu akan jaya, kuatkan pribadimu” (Buya HAMKA)
Selamat meluaskan hati, kuat dan menguatkan
11 notes · View notes
ranah-upaya · 3 years
Text
The Real Principal
Tribute to: Seluruh Staf KMI di seluruh zaman dan Kampus di Darussalam
Dinukil dari beberapa tulisan Al - Ustadz Nashrullah Zainul Muttaqin Zarkasyi.
Pagi buta, sebelum seorang pun di pondok menggantikan kain sarungnya dengan celana panjang dan kemeja, mereka sudah mempersiapkan diri segala perlengkapan kantor Kulliyyatu-l-Mu‘allimin al-Islamiyah (KMI): mengecek absensi siswa, mengontrol suasana kelas, atau alat-alat kelengkapan direktur lainnya. Saat matahari telah menampakkan diri, kala teman-teman guru lain telah berdasi dan menyerbu dapur untuk sarapan, sebelum masuk kelas, mereka pun telah berdiri di beberapa tempat, di sudut-sudut pondok sambil mengawasi santri yang tengah menuju kelas masing-masing.
Pukul tujuh tepat, pelajaran pun dimulai. Namun, para pendekar itu masih saja bekerja. Kali ini, selain yang masuk kelas untuk mengajar, ada yang mempersiapkan rapat-rapat bagian di bawah struktur kelembagaan KMI, atau mempersiapkan map-map untuk guru senior yang akan melakukan supervisi pelajaran di kelas-kelas dan untuk beberapa pelajaran yang telah ditentukan. Yang lain lagi mengkoordinasi guru-guru yunior mengecek ruang-ruang kelas yang kosong dan asrama santri. Pada kali lain, pekerjaannya juga mengecek kebersihan kelas-kelas. Rutinitas itu dilakukan dengan sangat cermat dan juga dengan keikhlasan yang tinggi. Mereka menikmati tugasnya.
Yang tak kalah susah, dalam waktu super singkat, di masa liburan—baik pertengahan maupun akhir tahun—, mereka harus menyusun jadwal mengajar guru untuk semester berikutnya. Bayangkan, lebih dari 400 orang guru, 25-an mata pelajaran, dan 90-an kelas harus diatur jadwal pelajaran dan pengajarnya. Sungguh, bukan pekerjaan ringan. Belum lagi, jumlah guru seringkali berubah-ubah secara mendadak, atau alokasi waktu setiap semester pun tidak sama. Kecuali itu, ada guru yang minta supaya diberi jatah mengajar mata pelajaran tertentu untuk tujuan tertentu, untuk hari tertentu pula. Wah, sangat melelahkan. Seiring dengan penyusunan jadwal adalah juga pembagian tugas guru. Maklum, tugas guru di pondok sangat banyak. Secara garis besar, mereka adalah guru, mahasiswa, dan sekaligus pembantu pimpinan pondok. Sebagian di antara guru itu ada yang diamanahi menjadi wali kelas (Penentu wali kelas memang direktur, namun bahan baku tentang rekam jejak calon wali kelas adalah tanggung jawab staf KMI). Sementara, guru-guru yunior ditugasi menjadi piket kantor, piket asrama, piket kelas, serta piket di sejumlah tempat strategis. Itupun yang mengatur juga para staf KMI. Syukur, mereka yang diatur taat, karena melihat yang mengatur pun tanpa pamrih. Tugas-tugas itu, dalam seminggu sekali, akan dievaluasi bersama sejumlah guru senior, sebagai bekal memajukan langkah KMI ke depan.
Pada masa ujian pertengahan tahun dan akhir tahun, pekerjaan para staf KMI itu tidak surut, namun justru ada pada puncak kesibukannya. Meskipun telah ditunjuk panitia ujian oleh Pimpinan Pondok dan Direktur KMI, kesibukan mereka tetap tinggi, yakni pendampingan. Mustahil panitia ujian itu akan bekerja sendiri. Setelah tugasnya berakhir, tak urung, para staf itu pula yang akan menyelesaikan tugas berikutnya. Mereka harus mempersiapkan data-data prestasi siswa untuk disampaikan kepada Direktur KMI sebagai bekal mengambil kebijakan, ke pondok cabang mana saja para siswa akan dipindah setelah pertengahan tahun itu atau setelah kenaikan kelas.
Libur pun tiba. Namun, para “direktur” itu tak beranjak dari pondok. Dalam masa libur panjang bulan Ramadhan itu, justru pekerjaan mereka menggunung. Setelah para panitia ujian merampungkan tugasnya, bersama para wali kelas, mereka, para “direktur” itu akan mengolah data untuk diajukan kepada Direktur KMI dan Pimpinan Pondok, untuk mengambil kebijakan; mana siswa yang naik dan tetap di Gontor dan mana siswa yang tidak naik dan harus pindah ke pondok cabang. Pekerjaan ini membutuhkan kecermatan, ketelitian, dan ketelatenan yang tinggi. Tak ketinggalan, kesungguhan dan keikhlasan juga.
Tumblr media
Itulah Real Principal. Yang senyatanya direktur di KMI. Mereka adalah para staf KMI, orang-orang yang mengetahui dan sangat hapal dan rinci akan tugas rutinnya; bekerja tanpa komando, melainkan kesadaran dan keikhlasan yang tinggi. Mereka adalah nyawa sesungguhnya dari KMI. Kematian atau pergantian direktur bukan masalah bagi KMI, karena sistem telah berjalan dengan baik, dan para staf itu pun mampu mengantisipasi keadaan dengan baik pula. Sebaliknya, KMI akan timpang alang kepalang jika tanpa para staf itu, meskipun ada seorang direktur.
Pertanyaan pun muncul, apa fasilitas yang mereka dapatkan? Kesejahteraan atau imbalan maksud jelasnya? Jelas tidak ada. Untuk ini, K.H. Imam Zarkasyi, setiap kali berpidato setelah selesainya ujian (awal dan akhir tahun), selalu mengajak bersyukur dan berterima kasih. Bersyukur karena ujian telah selesai, dan para siswa KMI telah bersiap diri dengan belajar, sehingga ilmunya bertambah. Berterima kasih —yang ditujukan kepada guru-guru panitia— karena para guru itu telah bekerja keras melayani para santri, membuat soal, mencetak, dan membagikannya, mengawasi ujian, hingga mengoreksi. Sungguh pekerjaan yang sangat melelahkan. “Apa bayarannya? Tidak ada. Hanya sepotong kue kecil dan segelas minuman. Itu saja. Kalau benar-benar dihitung dengan uang, berapa mereka harus digaji?Itulah, kita bersyukur dan berterima kasih. Di sini keikhlasan masih bisa dipegang dengan baik,” demikian K.H. Imam Zarkasyi mengingatkan.
Ya, ini adalah Pondok Modern Darussalam Gontor, yang meletakkan keikhlasan sebagai nyawa penggerak inisiatif dan aktivitas pondok secara keseluruhan. Kalaupun ada imbalan bagi para staf KMI itu, di antaranya adalah kemudahan dalam menggunakan komputer, bebas membuat minuman teh, kopi, susu, dsb., Jika ada rapat guru, mereka pun akan mendapat bagian makanan kecil yang mereka siapkan sendiri. Bayangkan, atau tepatnya tanyakan, berapa gaji orang seperti itu jika di luar? Subhanallah. Yang ada, di pondok luar Gontor, jika guru ikut rapat, meskipun tidak ikut berbicara pun sudah mendapat honor Rp 20000. Jika dia mampu menyusun program pembelajaran yang bermanfaat untuk pondok tersebut, tentu, honornya akan lebih besar. Akhirnya, yang terjadi, guru-guru akan berlomba membuat program agar disetujui, dijalankan, dan (tentu saja) menghasilkan uang. Tujuannya pun bukan untuk menghidupkan pondok, melainkan mencari hidup dari pondok.
Para staf itu boleh dikata sama sekali tidak digaji. Keikhlasannya yang tinggi menimbulkan kecintaannya pada tugas. Dalam benak mereka, suara lonceng, teriakan murid yang tengah menirukan guru, berlalu-lalangnya siswa ketika berangkat ke kelas, waktu istirahat, atau saat pulang usai pelajaran merupakan gambar hidup yang sangat nikmat untuk dilihat setiap hari. Mereka sudah memiliki perasaan guru yang sebenarnya, yakni tak pernah bosan melihat muridnya. Kalau sudah begitu, gaji, sama sekali, bukan tujuan. Kenikmatan menjadi guru itu sudah merupakan imbalan bagi mereka. Belum lagi, ilmu-ilmu yang otomatis didapat karena menjalankan tugas itu: ilmu mendidik, ilmu mengajar, ilmu mengatur sekolah, ilmu menyusun jadwal, dsb., sungguh menjadi imbalan yang sangat berharga. Betapa tidak, para staf yang juga mahasiswa itu, tidak semuanya kuliah di fakultas Tarbiyah, yang memang mempelajari seluk beluk pendidikan dan pengajaran, melainkan mahasiswa fakultas Usuluddin dan Fakultas Syari‘ah. Jadi, setelah menyelesaikan pengabdiannya, para staf KMI yang sarjana fakultas Syari‘ah atau Usuluddin itu, kelak, akan menjadi ahli pendidikan secara otomatis. Pengetahuannya tentang pendidikan melebihi sarjana pendidikan di luar, karena telah mengalami praktik secara langsung, dan bertahun-tahun.
Itulah millieu Gontor, etos kerja yang telah puluhan tahun diterapkan dan diajarkan para pendirinya sejak awal mula pondok berdiri. Orang-orang yang terlibat di dalamnya pun menjadi tergerak dinamis, aktif, berinisiatif, dan bertanggung jawab. Semua itu secara otomatis akan menimbulkan kesadaran yang tinggi, kesadaran mengemban tanggung jawab masing-masing, dengan pengabdian total; hal yang tidak mudah ditiru dari Gontor. Apalagi, jika orang yang akan meniru tidak pernah sekolah di KMI atau belum tamat KMI. Banyak hal yang tidak mungkin dipahami, terutama ruh-ruh dan filosofi yang mampu menggerakkan kesadaran individu-individunya.
Karena itu, lembaga pendidikan yang sebelumnya telah memiliki sistem yang berbeda dengan sistem Gontor, kemudian akan diubah menjadi sistem Gontor, boleh dikata, mustahil. Mengubah kebiasaan bukan sesuatu yang mudah, apalagi jika kebiasaan itu terkait dengan pola pikir, gaya hidup, dan keyakinan. Terlebih lagi, jika pengambil kebijakan utama bukan alumni atau alumni yang tidak tamat, atau alumni yang tidak pernah merasakan menjadi guru di Gontor. Bagaimana mungkin memberi contoh, jika menjadi contoh saja belum mampu?
Maka, sebaiknya jika akan meniru secara kaaffah, alumni yang tamat KMI merintis pondok sendiri dengan sistem yang diyakini, agar menjalankannya enak, mudah, dan semeleh.
Buyut Makkah, Nopember 2009
5 notes · View notes
khusnasani · 4 years
Text
Secukupnya
Perihal ekspektasi manusia seringkali dibuatnya tak berkutik. Meninggikannya di awal kemudian lupa memberi ruang untuk kecewa dan gagal. Sesudahnya kembali terpeluk oleh sesal.
Seiring berjalanya waktu, bagiku menuliskan rencana tak semudah dulu. Karena aku semakin tersadar bahwa menuliskan rencana harus sepaket dengan rasa kecewa, sebab perihal hasil sudah bukan ranah manusia. Sedangkan meyakini bahwa apapun takdir yang ada adalah yang terbaik juga merupakan keimanan. Iman kepada Qada dan Qadar.
Maka aku sedang berusaha secukupnya dalam berencana, berikhtiar semaksimal aku bisa, dan tawakkal tiada hentinya, kemudian meyakini dengan penuh doa-doa yang selalu dipanjatkan.
Berusaha mencari tenang dan tidak terlalu jauh ikutan mikir atas apa yang sudah tertulis dalam takdir.
Karena meminjam kata-kata kak @quraners :
"Kalau rasanya nggak tenang, mungkin tanda tawakkal kita kurang. Terlalu jauh ikutan mikir, dengan apa yang tertulis di dalam takdir."
Sedangkan kata mas @kurniawangunadi :
"Kekhawatiran kita kadang melebihi takdir, kita sudah ketakutan pada hal-hal yang belum terjadi. Padahal, harusnya kita lebih takut pada hal-hal yang sudah terjadi karena kita akan diganjar atas apa-apa yang sudah kita perbuat, bukan apa yang belum kita lakukan."
Semeleh tur sareh.
Mencukupkan apa yang sudah terjadi, menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya, dan tidak berlebihan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Living in a present moment adalah pilihanku saat ini.
Bagiku merdeka adalah ketika tidak sibuk memikirkan "bagaimana jika? "
Whatever will be will be.
Khusnasani
Menjelang 17 Agustus 2020
6 notes · View notes
kisasindahood · 6 years
Photo
Tumblr media
Sinar matahari . . #sunshine #festivalkesenianyogyakarta #semeleh #fky #afternoon (at Festival Kesenian Yogyakarta)
0 notes
Photo
Tumblr media
Jebul jln.Pemuda Klaten ki nek di sawang seko sudut iki, jiaaaann... ncen ademm tenan ..whaaaaa 😝😜 #klaten #jlnpemuda #oldschooldevice #oldschoolvaper #vaper #nyelow #semeleh #nyiler (at Klaten Regency)
0 notes
rianakiprox · 7 years
Photo
Tumblr media
kita sering memohon banyak hal kepada Tuhan, namun satu yang Tuhan pinta yaitu tetap menjaga hati kita untukNya.. saat masalah menghampiri, saat pergumulan terasa berat, saat merasa terbeban dan sendiri, dan saat kita terombang-ambing oleh harapan dan kenyataan yang berbeda.. masa-masa seperti itu ada di dalam hidup kita.. mari belajar berserah dan percaya penuh kepadaNya, karena ada masanya pula Tuhan bangkitkan kita melalui mujizatNya yang nyata.. . pic credit by JonatanSetiawan . #hope #miracle #mujizat #papiJ #pergumulan #penguatan #penghiburan #pertolongan #faith #adamasanya #musimkehidupan #berserah #Tuhan_sudah_sediakan #semeleh #percayakansenja
0 notes
inikatalara · 2 years
Text
Tertatih~
Tumblr media
Aku tau, kehilangan adalah sebuah keadaan dimana siap ga siap emang harus dijalani. Saat ini aku cuma berusaha untuk "semeleh" kalo kata orang jawa, gamau terlalu ngoyo juga. Aku pun percaya Tuhan kasih skenario terbaik untuk aku...
After sama Gundah, ada beberapa cowo yang dekat denganku. awalnya aku interest karna kecerdasannya. tapi lama lama aku merasa bosan karna yang dibahas hanya seputar itu itu aja. Meskipum hubungan kami pun masih baik baik saja sih, dan aku masih siap menjadi support sistem nya ketika dia sedang ga baik baik aja. Dari mengenalnya aku tau ternyata ini yang dirasa Gundah ketika aku mengeluh tentang hal yang sama :D
Yang kedua, aku dekat dengan dia cukup intens komunikasi kita, tapiiiii untuk masalah iman, sorry to said aku rasa berat banget buat ngajak dia atau kasih tau dia jalan yang sesuai ajaran iman kita, terlebih banyak hal keluarga yang dia ceritain tentang itu itu aja. Disini aku juga belajar ternyata ini mungkin ya yang dirasain Gundah ketika aku mengeluh dan susah dikasih tau tentang Lara harusnya kalau keluar rumah pakai pakaian yang bla bla bla tapi tetep aja aku ngeyel dan susah dikasih tau.
Dari 2 orang yang deket ke Lara.... rasanya Lara dapet banget nih belajarnya, berasa aku adalah Gundah dan mereka berdua adalah aku yang selalu menceritakan permasalahan yang sama. OKEY DARI SINI AKU PAJAM KALO AKU BERASA RADIO RUSAK YANG CERITA BERULANG DAN TETAP DIDENGERIN MESKIPUN GUNDAH SUKA GEDEG.
Dan saat ini yang Lara lakukan adalah, berdamai dengan keadaan setelah menyadari bahwa banyak trauma masa kecil yang belum usai dan jangan memaksa orang lain untuk menyembuhkannya...
Saat ini yang Lara pikir bukan tentang bagaimana move on dan mendapatkan orang lain, tapi lebih pada berserah pada kuasa Tuhan dan minta Tuhan kasih yang terbaik (sembari masih selipin nama Gundah dalam doaku). Bukan karena takut udah terlalu hancur ke Gundah, tapi lebih ke mental health aku, aku juga gamau ketika Lara menjadi "milik" orang lain, tapi ternyata hati dan otak Lara masih berkutak tentang Gundah. Lara gamau menyakiti dan disakiti. Lara belum siap berkomitmen karna Lara pikir ini bukan tentang pelarian Lara setelah hancur tapi tentang kesiapan Lara mengambil resiko bahwa ketika Lara sudah berkomitmen dengan orang lain, mungkin kecil kemungkinan buat Lara mau balik ke Gundah. Bukan karna Lara ga sayang (as i know, menumbuhkan rasa sayang ke orang lama jauh lebih mudah daripada memulai sayang dengan orang baru) tapi tentang bahagimana membuktikan kembali kepada keluarga kalau kami jauh lebih baik. Lara cuma mikir simple : mereka yang berumah tangga bisa rujuk kembali meskipun kedua keluarga sudah saling kecewa kok, kuncinya cuma do better aja...
Oh yaa, hubungan Lara ke Papa mulai membaik. Lara gamau egois lagi ke papa. meskipun Lara belum bisa sepenuhnya buat menceritakan apapun ke papa, termasuk tentang perasaan Lara ke Gundah sampai saat ini. Cuma Lara bersyukur, Papa, mba Rintih pun bilang : "siapapun nanti kamu berjodoh kami akan tetap dukung, karna itu adalah jalan kalian. Seandainya memang Gundah kembali ke Lara, kami silahkan aja, cumaaaaaaa pasti ada beberapa part yang mungkin lebih berat karna kami pernah kecewa (bukan tentang materi, tapi lebih ke karakter kami, dan tanggung jawab kami serta kesiapan kami untuk ambil resiko hidup bedua)
Kata Fiersa Besari : Ikhlas tak semudah kata
Karna yang aku tau disurat Al Ikhlas pun tidak menyebutkan ikhlas mesti makna nya ikhlas ~
Belajar dari luka, menerima luka, berdamai dan berdampingan dengan luka itu. Nikmati setiap prosesnya, dan semua akan dipersiapkan Tuhan sebagai hadiah terindah 🍃
1 note · View note
utopiara · 2 years
Text
Akhir-akhir ini aku ngerasa bahwa aku berada dalam fase yang redup. Beberapa targetku meleset. Hal-hal yang kuharap kan nggak kesampaian. Yah, tpi begitulah, kita bisa mengusahakan tapi Tuhan yang menentukan.
Namun, dibalik semua dukaku dalam fase ini aku belajar banyak hal. Aku sadar bahwa aku belum apa-apa dan bukan siapa-siapa di dalam dunia yang luas ini.
Sebelumnya karena kesombonganku menatap dunia, aku merasa menjadi poros dunia itu, tapi nyatanya bukan apa-apa. Di luar sana masih banyak orang yang hebat, dan kadang masih kupandang sebelah mata. Aku menyesal banget melakukannya.
Dari ini aku belajar bahwa aku harus semeleh, tidak boleh berbangga diri. Karena pada dasarnya masih banyak banget orang hebat selain aku. Aku juga nggak boleh memandang sebelah mata lagi, aku harus menghargai dan menghormati orang lain siapapun itu. Di mana pun dan kapanpun.
Akhirnya, aku harus menghadapi badai ini. Karena aku yakin badai pasti berlalu jika aku berani menghadapinya. Hari-hari ke depan aku akan berusaha lebih tenang dan bijak. Nggak perlu ngomong kalau nggak tahu atau beresiko menyakiti hati orang lain.
Yogyakarta, 11 Desember 2021
1 note · View note
bubblebunsss · 3 years
Text
Semeleh
Jadi tuh beberapa bulan ini lagi ada project buat lanjut kuliah. Trus karena salah satu burden ku adalah bahasa, aku berencana untuk ambil di dalam negeri aja. Tapi kemudian pas mau bikin rencana studi, aku kepentok sama penelitian di Indonesia yang serba terbatas. Entah kenapa ga ada dosen yang menurutku mewakili keresahan yang sama denganku. Kalaupun ada aku harus lintas prodi yang bikin aku sendiri ga begitu yakin sama kemampuanku kalo "lompat kejauhan" HAHAHAHA..
Kemudian akhirnya aku memilih untuk ngikut arus aja atau kalo kata orang jawa "semeleh". Sebenernya arti kata semeleh ini lebih tepat kalo kita sebut sebagai tawakkal. Jadi kuartikan bahwa karena aku ga bisa memilih penelitianku alih-alih uni-ku, maka aku semeleh saja dengan kondisi yang ada setelah aku berikhtiar untuk mencari yang paling mendekati dengan peminatanku. Semoga jalan yang Allah kasih ini memang akan memberi keberkahan kepadaku dan semoga ilmuku bermanfaat. Semoga ya.. :)
Jakarta, 29 Juli 2021/18 Dzulhijjah 1442
Sambil edit audio yang malah kuhapus sendiri T..T
0 notes
camullia · 3 years
Text
non-player character
halo :)
akhir-akhir ini suka lupa sama apa yang ada di benakku sewaktu aku merasa tenang. the ribet way to say aku udh jarang tenang, hehe pls bear with me. tiba-tiba suka panik sendiri, ga ada angin atau apa. ga tenang banget hidup. bangun pagi atau sebelum tidur. 
SEMPAT satu waktu tubuhku dan pikiranku bisa semeleh, serileks itu, gara-gara aku liat video tiktok seseorang main piano yang melodinya dia ciptain dengan gagasan “kamu bukan pemeran utama di hidupmu”. jiwaku tenang banget. damai. aku bisa merasakan betapa lupanya aku kalo segalanya bukan tentang aku. hp kutaroh, badan kurebahin, mata kututup, kubiarin tiktok itu keputer berulangkali sembari aku menanamkan gagasan itu juga ke pikiranku. senyaman itu menjadi side character, just existing, lepas dari segala ego yang mengungkung. hidup disamping hiruk-pikuk yang tidak ada urusannya denganku. kehidupan si pemeran utama dan keberadaanku yang dengan segala maksud ada untuk selalu mendukungnya. pemandangan yang amat sangat bisa terjadi dan sungguh tidak ada kesalahan samasekali. kenapa anda bisa lupa, hey aulia??
beberapa komentar di video itu bilang kalo melodinya sedih, aku dengan segenap badan udah mau maju balesin komennya “hah engga sedih malah sebahagia itu?” lalu pikiranku balik ke 30 detik ketenangan duniawi yang menghanyutkan, “sal, emosi itu subjektif, stop meddling with anyone’s life”. rupanya aku terlalu ingin memiliki maksud di kehidupan siapapun. padahal mungkin bagi beberapa orang, bahagiaku menyedihkan dirinya, yang tidak ada yang salah sama pemikiran itu. juga sedihku yang bagi mereka menyenangkan, ga ada yang salah juga. aku seperti tiba-tiba masak sayur asem di rumah orang yang sukanya makan nasi goreng. hah, agaknya aulia udah terlalu nyaman mendamba. hidup terlalu lama di karakter semua orang. membunuh kehidupan di karakternya sendiri.
selalu ada sesuatu yang harus aku korbankan untuk selalu menjadi pembelajar. untuk tumbuh. regrets happens. everything happens. for good thing only. aul bukan orang yang kuat. aul boleh menjadi orang yang sedih dan lemah. dan boleh menjadi orang yang seneng juga. 
for me, to not forget to always dive deeper into my inner self.
0 notes
ridimidini · 3 years
Text
Pagi, Ririd.. Apa kabarmu?
Hehe.."Aku baik" sebagai sebuah harapan. Setelah perjalanan sejauh ini, aku tau bahwa ada hal-hal yang tak bisa kuselesaikan sendiri dengan teori-teori yang kuyakini keberhasilannya. Betapa banyak rentetan kejadian yang lagi-lagi memintamu untuk semeleh dan mbatin, "Tuhan Maha Baik, ya". Berulang kali. Berulang kali. Tuhan Maha Baik. Sangat baik.
0 notes