Tumgik
yeatata · 1 year
Text
Ada masa di kala lagu Say So-nya Doja Cat tapi versi yang dialihbahasakan Raynich ke bahasa Jepang keputer nonstop, on loop, on repeat di playlist-ku. Lagunya cubangeeet, enak dipakai teman ngelap-ngelap, teman ngepel-ngepel, teman nyuci-nyuci. Efek earworm-nya hampir separah, "Oma omaga, oma omaga." Pokoknya, "Yoru asa made, zutto soba ni ite," all the way.
Lalu suatu hari ada mutual di Aiji pasang Question, “lagu jepang apa yang klen suka banget?” Aku tanpa ragu mau ngejawab ini lagu. Yha, walaupun setelah dipikir-pikir, walaupun lagu ini bahasa jepang, tapi sebenernya cover dari lagu bahasa inggris, lalu yang nyanyi orang indonesia. But wtv, aku suka lagu ini and everybody has to know wqwqwqw
Tapi kan, kalau mau re-story, aku perlu gambar background. It just happened that the first proper pic I saw was that pic, hasil foto buku-zoom meeting pas kursus persiapan IELTS. Basically because my gallery is full of my cookings. Masa iya background-nya tumis brokoli? So the instastory went like this.
Tumblr media
Eh.
Ternyata.
It blowed up.
Bukan fokus ke lagunya, ternyata malah pada fokus ke background-nya. Aku sih sadar kalau bukan anak populer ya, jadi mau bikin stories, ngetweet atau apapun kalo gaada yang interact juga gapapa. Purely for my own entertainment. Makanya agak kaget karena ada yang ngeh background picnya apa.
Tapi tuh ya..
Tiba-tiba banyak yang nanyain, ngedoain, nyemangatin. Ada yang tiba-tiba share pengalaman dan perspektifnya waktu nyari beasiswa, ada yang ngasih saran negara tujuan master, ada yang tiba-tiba curhat. Ngg, padahal aku belum mau daftar beasiswa sekarang berhubung masa namaste setelah tubel kemarin belum abis.
Look, aku tu, apa ya, super low maintenance (?). Jadi, didoain sebaris aja ngerasanya kayak dikasih buah sekeranjang. Dikasih tips satu aja rasanya kayak dikasih voucher makan siang seminggu. Makanya, at that time, I couldn't help but think, "RANG ORANG KOK PADA BAIK, SIH?"
Di saat itu juga aku sadar bahwa aku punya rezeki berupa lingkungan dan teman-teman yang baik. Ciyee punya temen. Padahal I’m not the best person to be friend with. Tapi, kayak yang pernah kubilang setahun lalu, aku bakal belajar. Sedikit demi sedikit tentunya, jadi mohon bersabar. Dan pelajaran yang aku dapat waktu itu ya bahwa ngedoain out of nowhere itu gapapa. Walaupun bukan ke bestest friend, being sweet dan nyemangatin itu gapapa. Siapa tau, yang didoain dan disemangatin itu bakal feel loved as much I do.
Lalu tentang rencana master, mari kita pikirkan pelan-pelan, dengan tenang, sadar, dan sabar. Karena, kayak wejangannya mas Yoga, “Albeit it’s not the same as you plan, maybe the place, maybe the time, but it must be the best for you.”
9 notes · View notes
yeatata · 1 year
Text
John Barton
Sengaja tida menggunakan judul bukunya, Looking for Alibrandi-nya Melina Marchetta, karena memang cuma mau menggalaukan nasib John Barton di tulisan ini.
Tumblr media
Buku Looking for Alibrandi terbit tahun 1992 di Australia. Udah lama, memang. Tapi masalah-masalahnya masih relatable banget sama kehidupan masa kini, utamanya tentang pluralisme dan cara menghadapi masalah-masalah dalam hidup. I enjoy how each character had their own charming point, mau suka-suka banget kok ya ngeselin, mau benci-benci banget kok ya kasian. Dan tokoh yang paling bikin nyesek adalah....... John Barton :(
John punya latar belakang keluarga terpandang, seems to have it all, pintar, disukai banyak orang, dan hal-hal baik lainnya. Tapi sebagai avid reader, aku merasa tokoh-tokoh yang “baik-baik saja” kayak John ini justru punya luka yang engga semua orang bisa ngerti, apalagi menyembuhkan. Terbukti, dia sering ketemu Josie (Si Tokoh Utama) dalam kondisi mental yang awful. Tertekan akan ekspektasi sekitarnya.
Dari bagian paling awal waktu Josie ketemu John di acara pidato pun kusudah punya unexplainable uneasiness bahwa karakter ini ending-nya sepertinya tida menyenangkan. Makanya pada adegan-adegan setelahnya simpati ke John makin dalam. Puncaknya pas John nyamperin Josie dalam kondisi yang bahagia, ringan, dan ceria, aku malah makin ngerasa ada yang engga beres sama anak ini. Kayak, ada angin apa nih. Sampai akhirnya, ternyata, keesokan harinya dia ambil keputusan itu. Tapi kenapa mesti ituu, kayak gaada yang lain aja. Tolonglah, matahin hati reader ngga gini caranya.
Bagian paling heartbreaking dari hidup John Barton buatku ya kenyataan bahwa dia, yang lahir dengan sendok emas, malah ga punya cita-cita. Like, duuddeeee..
“John, tenanglah. Kau sangat cerdas. Kau mampu jadi apa saja.”
“Tapi aku tidak tahu mau jadi apa.”
Been reading the entire book, but I can’t find no character as relatable as John Barton. I feel so bad for him, gatau lagi.
Tumblr media
1 note · View note
yeatata · 1 year
Text
Tentang Cuti
Perihal ikhlas adalah pelajaran seumur hidup. Gak mudah pastinya. Tapi rasanya aku 'tuh kayak selalu disadarkan bahwa "memahami" keikhlasan masih jauh lebih mudah daripada "menjadi" ikhlas. Rasanya "menjadi" baik emang easier said than done , gak sih?
Not that deep, sebenarnya tulisan kali ini cuma bakal berisi tantrum karena aku fix gagal cuti lebaran, HAHA.
Sekian lama di kantor vertikal yang lebih dari setengah pegawainya penduduk asli setempat, susah cuti lebaran hampir gak pernah jadi masalahku. Masalahnya, begitu pindah ke pusat, komposisi pegawai pusat ternyata mayoritas pendatang. Karena kuota cuti cuma maksimal 50%, as expected, ada yang harus mengurungkan niat.
For some background, aku staf terakhir yang gabung tahun lalu. Termuda juga. Satu-satunya yang masih single diantara mas dan bapak-bapak. Semua udah terlanjur beli tiket. Waktu tahu kalau semua staf ngajuin cuti, in the back of my mind, I know that I should restrain. Itu pilihan paling logis yang bisa kupikirin. Langsung aja aku lapor ke atasan kalau aku available untuk ditunda cutinya. Second youngest di seksiku juga akhirnya ambil pilihan serupa. Toh ada hari libur selanjutnya, pikirku.
Jadi hari kerja ini berlanjut seperti biasa dan berakhir seperti biasa. Aku pulang dan siap-siap buka puasa seperti biasa.
Tapi, seperti biasa, aku lupa bahwa emosiku suka delayed kerasanya. Begitu pulang, selesai buka puasa, dan punya energi buat mikir ngerasa, barulah sadar ada yang nyes di hati.
Jadi cuma pulang sebentar, dong. Jadi ketinggalan reuni, dong. Jadi gabisa lama-lama di rumah, dong. Jadi kangen kuliah :( Jadi pengen tantrum :( Dan segala macam emosi yang harusnya akan lebih membantu kalau kerasanya sekitar 8 jam lebih awal tiba-tiba muncul ke permukaan.
Agak overwhelmed, tapi.. yha.. akhirnya sadar kembali bahwa gak ada jalan keluar yang lebih baik lagi. Ini udah kembali ke mode logis sepertinya.
Mungkin ini cara Allah biar bisa lebih fokus ibadah kali, ya. Karena kalau udah di rumah, tentu pikirannya udah bukan cuma ibadah, tapi juga nastar dan Khong Guan. Mungkin dengan begini aku jadi lebih khusyuk ngedoain Bapak Ibuk. Lagian aku di sana pun belum tentu lebih bermanfaat daripada di sini, mengingat gak ada yang bisa jaga mereka selain Allah. Lagipula, Idul Fitri 'kan momen buat bagusin hablum minannaas juga. Semoga ketidakcutianku ini bermanfaat buat teman-teman lain yang cuti *fingerheart
Anyway, selamat menempuh 10 hari terakhir Ramadhan tahun ini! Semoga masih istiqamah, atau bahkan meningkat, ibadah kita. Lalu semoga Idul Fitri tahun ini bulat menjadi hari kemenangan yang kita nanti-nanti :)
P.S.: Kalau ada teman-teman Locita yang mampir, aku mau bilang, "Haloo!" We've never met, tapi seneng deh bisa gabung. Enjoy your blogwalking!
3 notes · View notes
yeatata · 2 years
Text
Aku selalu punya semacam fantasi untuk tinggal di kota dekat laut. Apalagi kalau ada tempat di mana aku bisa berjalan pelan sembari mengurai satu per satu simpul yang kusut di kepala. I dunno, I just think that some slow walk with sea breeze caressing my face would make all my problems vanish. Mari salahkan Karen McCombie dan sepaket seri buku "Stella etc."nya yang sudah memperkenalkan Portbay dan segala sisinya.
Tapi, ya, nyatanya Bojonegoro gak punya laut. Makanya, melipir ke Tuban dengan dalih main ke rumah Bulik selalu jadi alasan bagus buat menikmati suasana Portbay ala-ala. Dari semua pantai, Pantai Boom is my ultimate forte.
Pantai Boom punya jalur jalan kaki panjang ala trotoar yang mengarah ke laut. Enak banget buat jalan-jalan pelan tanpa takut sepatu kemasukan pasir. Angin sepoi-sepoi dari laut dan deburan ombak tetap bisa dinikmati walaupun pantainya ada di tengah kota. Karena lokasinya yang ada di tengah kota, akses ke Masjid Agung juga supermudah kalau waktu shalat sudah menjelang. Keadaan di area pantai setelah loket masuk juga terbilang bersih ditambah tempat sampah yang melimpah.
Tumblr media
Aku suka laut dengan pesona tenangnya. Tanpa musik, tanpa artificial noise apapun. Dengan begitu, rasanya aku bisa mencerna debur ombak, desiran angin, dan cerita teman seperjalanan dengan lebih baik. That’s it. I can spend hours with just that.
Depth of the sea scares me. But it’s beauty always mesmerizes me like nothing else.
1 note · View note
yeatata · 2 years
Text
Hal yang gak pernah dibicarain tentang opname.
Selama hidup seperempat abad, sakit paling parah yang pernah kualami cuma gejala tifus. Lalu, menginjak masa kuliah, nambah satu lagi penyakit yang masuk riwayat hidup, maag. Sakit maag emang sakit, sih.
Tapi gak pernah ada yang bilang kalau sesakit ini!
Setelah ngerasain sakit luar biasa di ulu hati semalaman sampai kepikiran yang enggak-enggak, ditambah badan lemas lunglai kaya lengan Harry yang kena mantra asal-asalan Gilderoy Lockheart di tahun kedua sekolah, akhirnya aku nyerah. IGD, tempat yang gak pernah masuk bucket list semua orang, hari itu jadi tujuanku. Akhirnya diopname. (keep the confetti, pls, thanku)
Tumblr media
Diopname didn't sound so bad at first. Walaupun badan udah gajelas lagi rasanya, sejujurnya aku agak excited, kayak, “Habis ini diapain lagi, ya? Habis ini kemana, ya? Rasanya gimana, ya?” Atas ketidakhabispikiran Saudara/i, kami sampaikan permohonan maaf. But, nooooooo, jangan pernah excited kalau sampai masuk RS, karena ini gak exciting babar blas.
Jadi, karena badanku udah enakan dan bisa dirasain lagi setelah minum ramuan Madam Pomfrey dirawat inap seminggu dan rawat jalan 17 hari, I’ll tell you what they don’t talk about when they talk about being hospitalized. Biar apa? Ya biar kalian takut aja, terus termotivasi deh buat jaga kesehatan.
1. Sakit itu, datangnya tanpa tanda-tanda.
Dua hari sebelum opname, aku masih bisa haha-hihi makan curry udon sama @nahdiah. Sehari sebelum opname, aku masih bisa main ke kota sebelah demi jalan sore di pinggir laut dan sundae KFC. Ternyata, besoknya, langsung lunglai, nyeri dada parah, mual, dan keluhan-keluhan aneh muncul semua. Entah kenapa jadi kepikiran kalau kesehatan itu nikmat bangeeet, saking nikmatnya kadang lupa kalau lagi dikasih nikmat. Begitu dicabut sesedikit ini aja rasanya udah gak karuan. Astaghfirullahaladziim.
Tumblr media
2. Teman sekamar perawatan menentukan kedamaian hidup.
Sebagai rakyat kelas menengah berpangkat umbi-umbian, asuransi kesehatan segala umat alias BPJS cuma bisa nge-cover rawat inap di kamar kelas 2. Mau naik kelas pun cuma bisa satu tingkat, jadi kelas 1. Kamar VIP di luar tanggungan, tentu saja~
Kamar bukan VIP artinya bakal ada orang lain yang dirawat di kamar yang sama. Aku dapat 1 teman sekamar. They did tell me that I’d have a roommate, but they didn’t tell me that the roommate could, sometimes, be a little...surprising.
Nenek yang jadi roommate pertamaku entah kenapa gak berhenti teriak-teriak minta tolong malam-malam. Perawat sempat ngecek beberapa kali, tapi status neneknya dinyatain baik-baik aja. Biar neneknya tenang, keluarganya nyetel lagu rohani buat nenek. Sayangnya... volumenya kayak mau hajatan.
Setelah sok kuat nerapin jurus, "Yaudahlahya, namanya juga lagi sakit," aku nyerah. Pasalnya, setelah beberapa kali nyoba tidur, aku selalu kebangun lagi tiap nenek teriak. Mana bangunnya kaget T-T Lalu berakhir pindah kamar.
Jadi, ya, rakyat kelas menengah emang musti sabar kalau lagi sakit.
3. Infus dan tetek bengeknya wont leave you in peace.
Nih, ya. Kalau kalian sempat nonton film, drama, serial, atau apapun you name it yang pemerannya dengan mudah ngelepas infus terus lari, kalian lagi ditipu. Diinfus gak sesederhana itu.
Tumblr media
Pertama, masangnya sakit. Sensasi jarum infus nembus tangan sungguh wadidaw sekali, lebih-lebih kalau tangan kita kecil. Gak selesai perkara masang doang, setelah infus pas merekat, tangan yang lagi diinfus gak boleh gerak terlalu aktif. Ya bayangin aja kalo lepas, terus musti dipasang ulang, sakitnya ikutan berulang, gais.
Selain gak boleh lepas, infus sebisa mungkin harus di posisi yang lebih tinggi dari badan. Kalau gak gitu, alih-alih cairan infusnya yang masuk badan, malah darah kita yang ngalir keluar. Lah kita kan lagi diinfus, ya, bukan lagi donor darah. Ngeliat yang merah-merah ngalir gitu, apa tida panik?
Kesimpulan dari dua paragraf di atas adalah tangan yang diinfus harus dijaga posisinya dan jangan gerak-gerak. Implikasinya, tangannya jadi pegel-pegel kaku. Gak enak banget pokoknya, serius.
Belum lagi telapak tanganku yang jadi "ngembang", wkwkw. Entah ini terjadi sama orang lain atau enggak, tapi telapak tanganku jadi kayak balon yang diisi gitu, ginuk-ginuk kayak tangan Bu Sisca Soewitomo. Mbok ya bakat masaknya aja yang mirip, tangan ginuk-ginuknya ndak usah, wkwkw.
4. Suntik dan penyuntiknya yang selalu bikin deg-degan.
Banyaknya frekuensi aku disuntik, sebelum opname, bisa dihitung pakai jari. Setelah diopname, I lost count. Aku gak takut jarum (tadinya). Karena, ya, meskipun disuntik sakit, sebelumnya aku selalu punya waktu buat memulihkan mental dulu sampai jadwal disuntik lagi, misalnya buat vaksin. Tapi, setelah beberapa kali disuntik buat tes laboratorium dengan frekuensi yang sering, tiba-tiba aku jadi deg-degan tiap perawat bawa alat suntik. (now playing: Adele - Easy on Me)
Setelah beberapa kali disuntik, aku sadar bahwa ada perbedaan ketika disuntik sama perawat senior sama perawat muda atau bahkan adek-adek yang lagi magang. Sakitnya beda :( Lama bekas suntikan hilang juga beda :( Makin senior perawatnya, makin gak kerasa suntikannya. Makin junior perawatnya, ya, bismillah aja. Tapi gapapa, demi mencerdaskan kehidupan bangsa gapapa deh tanganku biru-biru sedikit.
Selain suntikan langsung ke kulit buat ngambil darah, ada juga suntikan yang dikasih lewat infus. Gak sakit, tentu aja. Tapiii, rasanya kayak ada sesuatu yang dingin menjalar di sekujur tangan yang diinfus dan buatku itu gak kalah seram daripada disuntik di kulit. Sensasinya aneh banget :(
In conclusion, disuntik is not my forte.
5. Keluar RS bukan akhir pengobatan.
Aku bersyukur banget, sih, dapat rumah sakit yang bersih dan layak, perawat yang baik-baik, dan makanan visualnya wow-mirip-bento-mahal (walau buatku rasanya hambar karena emang bawaan sakit). Tapi kasian banget sama Bapak-Ibuk-Puchi yang pasti gak nyaman banget tidur di rumah sakit. Makanya, aku bertekad buat cepet pulang.
Mau mual kayak apa juga tetep harus makan, mau selemas apa juga harus kuat gaboleh semaput, mau seaneh apa rasanya badan harus tetep mikir yang baik-baik. Easier said than done, but have to be done.
Semua itu rasanya sedikit lebih mudah karena dr. David, internist, perhatian dan detail banget. Keluhan sekecil dan seaneh apapun juga tetep diperhatiin dan ditindaklanjuti, jadi gak sampai berlarut-larut sakitnya. Tadinya dokter sempat enggan ngebolehin pulang berhubung SGPT-ku lumayan tinggi sampai sempat dikira hepatitis (ternyata bukan), tapi setelah serangkaian tes laboratorium, USG, rontgen, yada yada yada, akhirnya kubisa pulang setelah seminggu!
Apakah sudah selesai dan sembuh total begitu keluar RS? Belum saudara-saudara, masih harus 2 kali kontrol dan sekali tes laboratorium plus dibawain obat segepok. Itu obat terbanyak yang pernah aku minum rutin. Sama kayak disuntik, minum obat is not my forte, either.
Epilog
Be healthy, eat healthy, think healthy, my dear Tumblr friends. Your health matters, you matters. And again, being sick is hella expensive, so don't be!
1 note · View note
yeatata · 3 years
Text
Tadinya dah mantap libur dulu ikut Kemenkeu Mengajar tahun ini. T-tapi, tiba-tiba kangen ngajar ):
1 note · View note
yeatata · 3 years
Text
Yang bikin susah bersyukur sebenernya bukan hasilnya, sih.
Yang bikin susah bersyukur itu kebiasaan banding-bandingin hasil sendiri sama orang lain.
Ya di atas langit kan masih ada langit, Ta. Apa tida capek ngedongak terus?
1 note · View note
yeatata · 3 years
Text
Menuju Sidang Skripsi
Setelah ngelewatin masa menuju skripsi dan masa skripsi, here I come, masa menuju sidang skripsi. I'm half worrying and half anticipating it. Like, finallyyyyy after this whole 8 years after high school kesarjanaanku ada hilalnya ya 'kan? *lol
Masa-masa sakit punggung buat siap-siap SPMB tubel rasanya baru kemarin banget aku rasain. Rambut rontok berceceran di sekitar meja belajar setiap mau ujian juga rasanya baru kemarin kelar aku sapu. Rasanya baru banget juga deg-degan aduhai waktu mau ngehubungin narasumber buat skripsi dan nyerahin hasil revisi ke dosbing. Taunya udah hampir finish aja :)
Doa yang enggak berhenti aku panjatkan waktu ngejar tubel adalah supaya dideketin sama orang tua. Yang ada di bayangan waktu itu adalah supaya aku bisa sewaktu-waktu pulang, tanpa waktu tempuh yang lama. Paling enggak, masih ngehirup udara di pulau yang sama lah sama Bapak-Ibuk.
Little did I know, Allah ngabulin itu dengan cara yang enggak diduga-duga. Bukan pulang sewaktu-waktu lagi, malah dikasih kesempatan setahun penuh di rumah. Hal yang mimpiin pun aku enggak bakal berani 2 tahun lalu. Allah is, indeed, Maha Baik.
Now, in this last kick, aku masih berharap belas kasih-Nya. Semoga kami, angkatan tubel 2019 plus adik-adik reguler, Dia mudahkan dalam prosesnya dan Dia berkahi hasilnya. InsyaAllah.
Nah, sekarang, ayo balik ngerjain PPT sidang, Ta. (TT-TT)
Tumblr media
1 note · View note
yeatata · 3 years
Photo
Tumblr media
Dalam dunia yang bising, menjadi pribadi hening bisa jadi sangat mencurigakan. Orang-orang cenderung menuduh: gerangan apa yang membuat dirinya begitu berbeda? “Alter, kah?” tanya mereka sinis. Padahal, mereka yang meredam interaksi, bukan maksud tak peduli. Mereka hanya ingin menjaga semesta masing-masing tetap berpusing. Bahwa benar, kita makhluk sosial—yang telah bersepakat membangun tamadun. Tapi, semesta berisi galaksi-galaksi—yang saling menjauh. Ada masanya jiwa manusia juga demikian. Sebab, hanya dengan begitulah dunia tetap eling pada jalurnya. (at Mampang Prapatan) https://www.instagram.com/p/CRogtiksGQX/?utm_medium=tumblr
62 notes · View notes
yeatata · 3 years
Text
Al Akbar
Tumblr media
Waktu nganterin Puchi ke Surabaya beberapa minggu lalu, akhirnya dapet kesempatan shalat di sana kagi setelah sekian lama. Gak pernah gak amazed tiap kali melangkah masuk ke sana. Selalu ngerasa kecil, ngerasa fragile, makanya semangat buat berdoa mohon ini mohon itu.
Al-Akbar jadi saksi subuh-subuh penuh kantuk karena harus berangkat dini hari ke tempat tes masuk kuliah. Harapan-harapan di ujung doa juga tumpah di sana. Makanya, setelah tujuh tahun masa itu lewat dan bisa ke sana lagi, rasanya pengen berlama-lama di sana sembari ngasih update terbaru tentang progress doa-doa yang dulu aku panjatkan. Walaupun sebenernya gaperlu, karena Allah Maha Mengetahui :)
Tapi, mengingat sekarang (masih) masa pandemi, keinginan itu urung terlaksana. Jamaah cuma bisa masuk tepat waktu shalat dengan prokes dan gaboleh lama-lama di dalam. Ada bapak-bapak pengawas yang ga segan ngingetin kalo kita keliatan udah selesai tapi ga keluar-keluar. Aku ngefoto mihrab aja disamperin wkwkw
Walaupun singkat, seneng rasanya bisa ke sana lagi. 💚
0 notes
yeatata · 3 years
Text
Indrapura
Tiba-tiba keinget zaman-zaman PKL di Indrapura beberapa tahun yang lalu karena ketemu sepupu jauh yang dulu berkenan bantuin cari kos-kosan. Lucu juga kalau dipikir-pikir, betapa semangatnya berangkat ke kantor jam setengah tujuh pagi jalan kaki rame-rame berempat ciwi-ciwi. Padahal waktu beneran kerja berangkatnya jam tujuh, belum lagi nyiapin bekal (kalau lagi rajin), bisa jam 7.15 baru berangkat *lol
Tiba-tiba inget masa-masa mencet lampu lalu lintas buat nyebrang ke GKN, sepatu hak tinggi yang dipakai sakit tapi dianggurin sayang, sampai bau dupa wangi yang gak pernah absen dinyalain Bu Kos. Plus kantin GKN yang selalu rame tiap istirahat dan menu favorit makan siang; sayur bayam pakai sambel yang banyak. Makanan Surabaya emang selalu menggoda, kayak nasi bebek madura depan gerbang GKN yang aduhai banget gurihnya. Belum lagi fuyunghai sama Chinese Food kaki lima yang buka tiap petang di sepanjang Indrapura yang kalau beli selalu dua buat berempat karena porsinya yang jumbo.
Masjid GKN yang gapernah sepi juga apa kabarnya, ya, hari ini? Masjid yang tiap waktu shalat gapernah sepi, yang selalu jadi jujugan kala tenaga udah tipis banget tiap Ashar. Jadi keinget Ibu-Ibu agak sepuh yang dengan perhatiannya ngingetin bahwa qabliyah ashar tuh ngga muakkad. Agak kaget karena ada yang merhatiin, agak terharu juga kok ibunya perhatian, wkwkw. Semoga Ibunya sehat selalu dan dilancarin urusannya karena udah baik hati merhatiin anak rantau ini :)
Waktu PKL juga akhirnya bisa ke Tunjungan Plaza secara proper, soalnya selama ini ga pernah ada agenda belanja tiap ke Surabaya~ Akhirnya hari itu dapet juga buku Bumi Manusia yang udah kucari-cari di segala Gramed di Bintaro tapi ga ketemu. Ditutup traktirannya Mba Putri sama Mas Rega yang kini gatau masih inget aku atau engga mengingat anak PKL baru juga tiap tahun ada di kantor, yakan.
Mengingat waktu itu belum pande pakai ojek online, naik angkutan umum selalu jadi pilihan tiap pulang ke rumah Jumat sore. Angin yang berhembus kenceng banget dari jendela kecil lyn menuju Terminal Tambak Osowilangun rasanya baru kemarin banget bikin jilbabku mleyot ga keruan. Belum lagi bus antarkota penuh sesak yang ga mungkin banget berani kunaikin lagi di masa pandemi begini. Gak lupa resleting tas paling depan yang biasanya kuisi koin-koin lima ratusan buat ngisi plastik permen relaxa yang dibalik terus digulung sama pengamen-pengamen tua-muda, atau sekadar jajan tahu goreng.
Lalu yang terakhir, senyum leganya Bapak atau Ibuk di atas motor tiap aku turun dari bus sebelum nyebrang jalan tiap Jumat malam :)
What a good old days. Wish the days to come are even better :)
0 notes
yeatata · 3 years
Text
youtube
0 notes
yeatata · 3 years
Text
Menuju Semester Skripsi
Hari-hari di mana lulus seleksi D4 jadi main course doa-doa setelah ibadah rasanya baru kemarin selesai. Waktu itu ada banyak banget ketakutan di kepalaku dan hidup rasanya cuma berjalan di atas keraguan-keraguan yang sampai sekarang belum ada kejelasannya. Ga mau bohong, tujuan kuliahku salah satunya ya buat "lari".
Lalu ga kerasa sekarang udah lewat tiga semester dan tinggal satu semester kesisa sebelum balik ke kenyataan. To refer it as "reality", honestly, kinda scare me. Tapi mari kita lupakan dulu nasibku setelah lulus nanti karena aku malas mikirin itu sekarang wkwawkakwkkwwkwkwkwk
Anyway, kayak judulnya, kusudah memasuki masa skripsi (insert confetti here). Demi apa telat banget, temen-temen seangkatan mah udah pada selesai tesis. Tapi, walaupun perjalanan ini panjang, this journey worth the wait.
Perjalanan kuliah D4 yang cuma 2 tahun dan aku kira isinya bakal hore-hore aja ternyata penuh kejutan dari segala sisi.
Aku sepenuh hati sadar pondasi ilmu akuntansiku ga ada kualitas-kualitasnya sama sekali. Untuk surrender as tribute alias ikut seleksi aja sebenarnya udah gatau diri. Tapi ternyata aku lulus. I wished for it, of course, but still; the surprise were BIG. Makanya pas awal-awal masuk motivasiku setinggi langit walaupun tida sebanding sama kemampuan yang meh. Makanya aku cuma bisa ketawa liat hasil UTS kepala 6. (walaupun kalo ingat konsekuensinya tetep kepikiran *lol)
Kalau dipikir-pikir, ya wajar sih kemampuanku segitu mengingat aku yang kerjaannya ngide melulu sampai susah fokus. Ya ngambil kursus-kursus, ya gabung komunitas, ya jalan-jalan. Ya kapan belajarnya? T-T Dua hari menjelang UTS aja, bukannya belajar Akuntansi Manajemen, aku malah lagi belajar nama buah-buahan pakai bahasa isyarat di BSD. Dasar Tata.
Walaupun agak ga bertanggung jawab kalu dilihat-lihat, sekarang aku agak bersyukur sih atas kelakuanku itu. Karena, semester selanjutnya sampai sekarang kuliahku daringggggg terus. Tida ada lagi city stroll atau naik kereta gabut-gabut atau main-main lagi. Balik ke rumah yang harusnya cuma beberapa minggu ternyata keterusan sampai setahun lebih. Kursus-kursus diganti webinar. Kehidupan di tengah pandemi sama sekali gapernah kebayang sebelumnya, yakan?
Mungkin itu cara Allah menolong IPK-ku biar ga medioker-medioker banget pas lulus kali, ya? Soalnya di rumah ga ada distraksi aneh-aneh. Yang ada malah diingetin belajar. Paling ngga, sekarang ga malu-malu banget kalo ditanyain IP *lol
D4 ini rasanya cepet banget, sih. But it is still an experience I feel so thankful about. Dapat ilmu dari dosen-dosen yang baik, ketemu temen-temen baru yang baik, dan tentunya bisa lebih dekat (dekat banget malah) sama keluarga adalah kesempatan yang dreamy. Nyaris ga nyata.
Di semester terakhir D4 ini, aku harap semua tetek bengek perskripsian ini lancar buatku dan teman-teman seangkatan. Semoga pandeminya juga cepet-cepet kelar dan kita semua sekeluarga sehat-sehat selalu. Plus, pasca kelulusan, semoga semua keadaan yang kita harapkan perihal pekerjaan atau apapun, dikabulkan adanya :)
Bonus foto pantai di Pesisir Barat, out of context.
Tumblr media
2 notes · View notes
yeatata · 3 years
Quote
When you're sad and feeling so much already but feel like you need some extra pain and decide to type "sad playlist to cry" on Youtube...
... it’s okay, just cry a little and come back stronger after that :)
0 notes
yeatata · 3 years
Text
Tempat
وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِى مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ
Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.
(Q.S. Al-Mu’minun ayat 29)
Ayat ini pada Surat Al-Mu’minun ada pada bagian di mana kisah Nabi Nuh diceritakan. Iya, kisah tentang bahtera Nabi Nuh. Aku mungkin bukan orang paling tepat untuk membahas asal muasal maupun tafsir ayat ini, tapi ayat ini pernah melegakan hatiku yang was-was 3 tahun yang lalu--saat penempatan.
Sejak nggak sengaja bertemu ayat ini suatu hari, ayat ini nggak luput kuselipkan pada doa seusai shalat. Karena, makhluk kecil yang waktu itu naik pesawat saja nggak pernah ini benar-benar clueless saat diminta memilih 3 atau 4 dari 71 kota tempat instansi ini berada.Toh semuanya sama saja--harus beradaptasi lagi. Oleh karena itu, sambil memaparkan segenap harapan dan kriteria kota penempatan yang aku inginkan, doa ini kuselipkan sebagai bentuk kepasrahan dan, hmm how should I call this, tanda menurut(?).
Alhamdulillah, perkara penempatan berakhir baik dan patut disyukuri.
Hari ini aku ketemu ayat ini lagi setelah sekian lama alpa kupanjatkan. Rasanya kayak jadi Ron Weasley yang dapat howler. Kayak dapat alarm pengingat bahwa sekarang dan sampai kapan pun harusnya doa ini nggak lupa kubaca.
Berhubung sekarang lagi pandemi dan lingkungan yang kupunya adalah lingkungan virtual yang (menurutku) lebih complicated karena karakter orang lebih sulit dibaca, doa ini jadi penting lagi kubaca dengan harapan lingkungan virtualku bukan lingkungan yang toxic. Dan juga, agar aku sendiri pun nggak jadi toxic yang jadi beban doang. Aku mau jadi seseorang yang, entah sekecil apa, bisa membantu orang lain thrive.
Apalagi sebentar lagi D4 insyaAllah kelar. Kemungkinan besar bakal dimutasi ke kota baru. Bohong kalau aku bilang nggak punya kota yang kuinginkan. Namun semua toh kembali lagi pada ketetapan-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buatku di semua fase, jadi di fase ini pun aku percaya ketetapan-Nya yang terbaik.
Belum lagi Bapak-Ibuk yang dengan khawatirnya mikirin kemungkinan aku pindah permanen ke luar jawa ngikut suami. Kekhawatiran yang belum perlu buat saat ini, sih. Toh suaminya juga belum ada. Pertanyaan perihal “siapa”nya saja belum berhasil kupecahkan, gimana bisa aku beranjak ke pertanyaan perihal “di mana”? *lol
Etapi DKI, Jabar, dan Banten dihitung “jawa” juga atau bukan, nih? *lol lagi
Pada akhirnya, kalau bicara doa, permintaanku manusia nggak akan ada habisnya. Baik yang terucap maupun nggak. Karenanya, pada Allah yang Maha Mengetahui dan sebaik-baik Pemberi Tempat lah tempat meminta yang paling baik.
Tumblr media
Sumber:tafsirq.com
0 notes
yeatata · 3 years
Text
Koneksi
Tumblr media
Pernah enggak, sih, kepikiran apakah hidup ini udah kita jalani dengan benar atau belum. Kayak, kita udah berusaha keras buat ngelakuin apa yang kita anggap benar dan baik, tapi hasilnya nggak sesuai sama apa yang kita harapkan.
Lebih buruk lagi, kadang kita malah nggak tau apa yang benar-benar kita butuhkan sampai kita ada di titik yang jauh melenceng dari apa yang kita butuhkan ketika kita sadar. Kayak mengejar bayang-bayang palsu.
Lebih buruk lagi, kita tau apa yang kita butuhkan, tapi nggak tau gimana cara untuk mendapatkan hal itu. Literally clueless, powerless.
Untuk kita yang hidup dengan konsep usaha adalah kunci keberhasilan dan terbiasa menghubungkan aksi dan reaksi, tindakan dengan konsekuensi, disajikan kenyataan yang serupa teka-teki di mana terdapat kejutan di setiap sisinya bakal membuat kita merasakan this ticklish feeling. Something just doesn’t feel right, it doesn’t add up. Yet, we can’t figure out the reason.
Lalu kita akan berakhir bertanya-tanya lagi.
0 notes
yeatata · 3 years
Quote
Hanya di tempat terbaik orang bisa tumbuh dengan maksimal. Namun, tempat terbaik tak sama dengan kenyamanan terbaik.
Mohammad Besari kepada B.J. Habibie, Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner
0 notes