Tumgik
#byur
i-uranus · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
– enhypen gif matching ⁚ icons, 12 icons gif´¸ ♡
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
236 notes · View notes
bearwry · 14 days
Text
gente, vocês tem dúvidas sobre algo de edição? eu tava vendo meu canal de watch me edit e lembrei desse vídeo embaixo, queria fazer mais desse tipo... dependendo do que for eu consigo fazer um tutorial! então me mandem aqui ou na ask se preferirem :)
18 notes · View notes
zory · 5 months
Text
I've been nearly 30 years on earth
I think this is my favorite dream team so far
Tumblr media
2 notes · View notes
cruelsister-moved2 · 9 months
Text
howls moving castle the film is fine but I think i wouldve been so annoyed if I loved the book first and found out they were making a film and then it was that. sorry to bisexual women but I love cringe unemployed welsh howl
10 notes · View notes
wellenklavier · 1 year
Note
what's your insane robinson crusoe thought 👀
ok you will all have to bear with me here because i read it once 3 or so years ago
the majority of this book is not applicable to the post we're talking abt (about how wonderful it is to have little friends in ur phone lets all have a good day lalalala) but there is a specific thing that happens. which is that crusoe saves a man he cannot communicate with from death, renames him "Friday" and teaches him English. there's A Lot to unpack here about colonialist and noble savage rhetoric BUT BEAR WITH ME ... through the act of Renaming Friday crusoe effectively recreates this man in his own image, imposing his own culture and values upon him, and by teaching him English changes the way Friday interacts with the world because language/discourse frames our conception of events/the world in every conceivable way (kenneth burke and michel foucault everyone thank u).
SO that sounds ominous and negative The Point Of This is that i think it's completely insane how the "little people in our phones" can teach us new things and give us new information that we would have never found before, changing the way we see the world and thus how we interact with it. as an example i can explicitly credit You for the fact im into Pink Turns Blue and went to a live music event alone bc u inspired me to be brave. through an intricate web of shared knowledge that is thrust upon you, you will be, subconsciously or otherwise, reshaped and redefined. and im so glad i have been bc im more in touch with the person i want to be now than ever before.
um if that was insane ..... too bad bc i speak only truths n realities
3 notes · View notes
dare-g · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Byun, Objet Trouve (2012)
0 notes
elverted · 2 years
Text
@byurs​  ;   will.   ⋯   cont.     
    hands  slightly  fidget,  the  nail  of  one  of  her  pointer  fingers  picking  at  the  knuckle  of  the  other.  she  listens  to  will,  brown  eyes  downcast  as  she  absorbs  his  words.  the  meaning  is  understood,  he’s  trying  just  as  much  as  she  is  but  he’s  right.  it  is  weird,  they  aren’t  really  siblings  --  but  when  has  that  ever  mattered  to  her ?  kali  wasn’t  her  real  sister  either  and  hopper  wasn’t  her  real  father  either.  but  to  her  they  feel  like  it,  will  and  jonathan  do  too,  even  if  it  was  born  out  of  tragedy,  a  loss  too  deep  to  come  to  terms  with.  “ i  didn’t  mean  to.  it  was  nice  out  there.  quiet. ”  school  was  more  than  overwhelming  to  her,  especially  considering  there  were  some  classes  that  will  wasn’t  in  now.  had  she  initially  sought  refuge  in  the  school’s  outer  grounds  because  of  some  mean  comments ?  maybe.  “ i  am  okay. ”
Tumblr media
she  told  them  she  could  HANDLE  IT,  that  she’d  be  okay.  she  looks  up  then,  seeing  and  feeling  the  sincerity  behind  his  voice.  that  care ?  it  took  some  getting  used  to,  she  had  to  admit.  a  part  of  her  still  holds  back,  as  she  fears  once  she  gets  comfortable,  something  BAD  would  happen.  maybe  she’d  do  something  wrong,  and  that  FAMILY  falls  apart.  she  appreciates  his  gesture,  a  soft  smile  coming  on  her  face,  “ my  thing ?  no,  not  really.  you  can  crash  it. ”
0 notes
lelecoresworld · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
byur camicami week icons pt.3 ♡
em caso de uso, creditar hanyujin. amanhã é o grande dia 🫣☝️ por enquanto fiquem com esses iquinhos do v e da ha:tfelt!
27 notes · View notes
loeynely · 1 year
Text
Tumblr media
★ selfish ‹𝟹 nayeon e momo 💿 - song 📦 › doada para byur — em caso de inspiração, dê os créditos
86 notes · View notes
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Trip to the Republic of Khakassia
Vladimir Putin made a working trip to the Republic of Khakassia, where he flew by helicopter over the areas hit by the wildfires of April 2015, and saw how rebuilding work is proceeding. In the village of Ust-Byur, the President inspected new homes being built for local residents who lost their homes in the fires, and then held a meeting on disaster relief measures following the fires in Khakassia and Trans-Baikal Territory.
June 26, 2015
3 notes · View notes
i-uranus · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
– bts gif matching ⁚ icons, 12 icons gif´¸ ♡
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
145 notes · View notes
bearwry · 9 days
Note
Oi oi! Desculpa incomodar mas você poderia me falar quais fontes você usou em 'já desejou ser um gato?' e em 'lembranças do outono'
ooi! claro que eu posso 🌼 a de 'já desejou ser um gato?' é "i'm weird" e a de 'lembranças do outono' é "chalk talks", ambas eu baixei no dafont
8 notes · View notes
zory · 3 months
Text
Tumblr media
Kinda would do unspeakable things for all three of them
At once
0 notes
marsalta-alt · 1 year
Note
Mars please sleep :(
If I give u fanart will you sleep? ( ur still gonna get it anyways but still-)
Byur u just woke up :((( ehu alleeep when already slept
9 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Yang Lekat dari Yang Lalu: Bagian Ketiga
Benar saja.
Satu dua kali aku bisa anggap sebagai mimpi. Tapi ketiga kali? Tidak mungkin lagi-lagi aku bereinkarnasi dalam waktu singkat. Jika memang reinkarnasi ada, aku seharusnya menjalani hidup yang penuh, tidak sepotong-sepotong macam ini.
Baiklah, kali ini aku sudah bersiap.
Byur!
Tiba-tiba ada air mengguyur ujung kepalaku. Aku langsung berteriak saking kagetnya. Loncatan jiwa macam apa yang disambut dengan guyuran air? Kulihat sekelilingku setelah cukup sadar. Ternyata aku berada di kamar mandi. Sendirian. Berarti air yang mengguyurku berasal dari tanganku sendiri. Sialan. Bodoh sekali kaget dengan ulah diri sendiri.
Sedikit sabun masih menutupi beberapa bagian tubuhku. Ada rasa perih di kakiku. Awalnya tidak begitu perih, tapi lama kelamaan perih itu semakin menjadi. Sontak kulihat kakiku. Ternyata, ada luka menganga di sana. Sayatan dan lecet yang entah berasal dari mana. Aku meringis kesakitan. Pelan-pelan kubasuh seluruh busa sabun yang masih tersisa. Kubalut tubuhku dengan handuk yang tergantung di kenop pintu.
Kamar mandi ini tidak asing. Aku ingat betul keramik kekuningan yang menghiasi setengah permukaan dinding dan lantai. Bak berwarna merah muda dangdut, hingga cermin yang ketinggian (aku harus berjinjit untuk melihat rupa tubuh di mana jiwaku bersemayam kali ini). Ternyata aku adalah diriku sendiri di usia remaja. Dengan paras ini, mungkin umurku sekitar empat belas atau lima belas tahun.
Darah ternyata masih mengalir dari luka menganga di kakiku. Rasa perihnya berganti dengan denyutan nyeri yang konstan. Mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan rasa sakit ini. Tapi, bagaimana bisa aku mendapatkan luka ini? Kucoba untuk bercermin lagi. Di sana, ada mukaku yang begitu sembab.
Aku ingat. Kini aku ingat. Bapak pernah marah dan melempari kakiku dengan keramik.
Dari sekian banyak fragmen kehidupan, mengapa aku harus mampir di fase yang tidak aku sukai? Mengapa reinkarnasi ini hanya mengingatkanku pada tragedi demi tragedi? Apa memang hidupku begitu berdosa hingga reinkarnasiku selalu berisi duka?
“Udah mandinya? Ibu bawa perban.” Dari luar kamar mandi kudengar suara Ibu.
Dengan darah yang masih mengucur, kubuka pintu dan keluar dari kamar mandi. Tak kupedulikan aliran darah dari kakiku yang tetes demi tetesnya mengikuti langkahku keluar kamar mandi.
“Duduk aja dulu di situ, biar Ibu bisa balut lukanya. Darahnya netes-netes ke lantai. Nanti Ibu harus beres-beres lagi.”
Ya. Ibu memang tukang beres-beres. Ia tak suka yang kotor, berantakan, dan tidak resik. Semua harus tertata. Semua harus teratur. Bahkan dalam kondisi anaknya terluka saja yang ia pikirkan hanyalah darah yang harus ia bersihkan di lantai. Tapi, karena aku anaknya penurut, dan aku juga agak takut kehabisan darah, kuturuti maunya. Toh, aku butuh menghentikan pendarahan dari kakiku.
“Makanya jangan bikin Bapak marah.” Ujarnya sambil mencoba membalut kakiku. Awalnya ia tekan lukanya, lalu ia tetesi dengan obat merah. Perihnya bukan kepalang. Aku ingin sekali menangis, meraung, dan marah-marah.
“Bapak kenapa marah?” Pertanyaanku akan sangat aneh jika begini. Segera kuralat, “Kenapa Bapak bisa marah ngamuk sampe nyiksa gini?”
“Bapak lagi mabok. Bapak hampir dipecat dari kerjaan. Terus kamu malah nyari masalah. Harusnya kalau lihat Bapak kayak gitu, diem aja.”
“Ibu kenapa gak belain aku?”
“Karena nanti ibu yang berdarah kayak gini.”
Ibu macam apa yang mendahulukan dirinya sendiri? Tapi setelah kuingat, dia bukan ibuku yang sebenarnya. Ya. Wajar dia mementingkan dirinya sendiri.
Bapak macam apa yang melempari keramik pada anaknya sampai berdarah begini? Meski, terlepas dari aku bukan anak kandungnya, apakah manusia sepertiku wajar saja menjadi samsak di hidupnya yang sedang kacau? Apakah berarti manusia lain bisa menjadi pelampiasan amarah yang tak terkendali atas dunia yang penuh tragedi ini?
Banyak sekali pertanyaanku. Saking banyaknya, ada pertanyaan lain yang nampaknya aku abaikan. Apakah ini benar serupa reinkarnasi? Kembalinya aku ke dalam diriku di masa muda, jelas bukanlah reinkarnasi. Apa mungkin sebenarnya aku sedang masuk ke dalam mesin waktu? Jika iya, bagaimana caraku kembali?
Lukaku sudah terbalut rapi. Tidak lagi ada tetesan darah di lantai. Aku langsung menuju kamar dan memakai baju. Aku tak mau keluar kamar karena kudengar Bapak masih ada di rumah, berteriak, meracau tentang anak-anaknya yang katanya begitu tak tahu diri. Adik-adik, saudara-saudara tiriku, sudah diungsikan semua oleh Ibu di rumah tetangga. Kukunci diri di dalam kamar sambil kucari barang-barang yang mungkin bisa membuatku kembali.
Disket, kaset-kaset di laci, buku paket, semua tersusun rapi di meja belajar. Tak ada petunjuk apapun di sana. Tidak ada buku panduan untuk kembali ke masa depan meski telah kuubrak-abrik seluruh buku yang ada di kamar. Aku terduduk putus asa. Aku ingin segera pergi dari sesi hidup yang (mungkin) kusinggahi kali ini.
Setelah kuingat-ingat, sebelum dan sesudah jiwaku meloncat, pastilah ada dengingan atau sesuatu yang membuat kepalaku sakit bukan main. Aku ada ide gila. Tidak begitu gila sebenarnya, karena di tempat aku berasal, di masaku yang sebenarnya, aku sering melakukan ini jika sedang sangat stres. Tidak ada salahnya mencoba.
Kuhampiri dinding terdekat. Aku bersiap membenturkan kepalaku ke dinding. Satu. Dua. Bug! Sekali tak membuat kepalaku pening—mungkin karena aku tadi agak ragu ini akan berhasil. Kucoba satu kali lagi. Satu kali lagi. Satu kali lagi, hingga hantaman ke lima, seketika pandanganku gelap.
Aku berhasil. Tolong jangan ditiru. Kau lebih pintar dariku jadi kuharap kau tidak membuat dirimu susah seperti apa yang kuakukan barusan.
***
Jika bukan reinkarnasi yang kualami, lalu apa yang terjadi kepadaku?
Aku pernah baca tentang regresi kehidupan masa lalu. Katanya, dengan hipnosis, kita bisa melihat hal-hal yang terjadi di masa lalu untuk mengatasi masalah di masa kini. Itu berarti, aku sedang dihipnosis oleh seseorang. Jika benar dugaanku, aku harus terbangun. Aku tak lagi mau melihat apapun di masa laluku. Masa lalu adalah masa lalu. Meski ia membentukku menjadi seseorang di masa sekarang, aku tak sudi kembali ke masa itu. Aku hanya ingin fokus pada apa yang ada di depan mata. Aku ingin berhenti dari putaran memori ini.
Aku terbangun di kasur rumah sakit. Kepalaku sakit, tentu saja. Aku ingat sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Aku ingat sudah menjadi anak TK yang dipanggil Raga. Aku ingat membenturkan kepalaku ke dinding agar aku bisa segera pulang ke masaku yang seharusnya.
Tapi hidup selalu memberikan kejutan yang menarik.
Rupanya, aku masuk ke rumah sakit karena lima benturan bodoh yang kulakukan. Konsekuensinya cukup merepotkan. Beberapa kabel menempel di dadaku. Ada benda yang menjepit jari telunjukku. Ada selang di hidungku. Ada kateter yang membuatku tak usah buang air kecil ke kamar mandi. Pantatku lembab karena popok yang mungkin sudah berisi tahi yang entah kapan. Aku tidak bisa banyak bicara. Hal pertama yang kulakukan adalah mencabut selang di hidungku karena rasanya sangat tidak nyaman. Tapi, selang itu ternyata sangat panjang. Rupanya, selang itu dipasang di hidung untuk memberiku makanan. Aku tersedak saat menariknya dari hidung. Suster lalu menghampiriku dan menyuntikkan sesuatu ke dalam belitan selang kecil lainnya yang menancap di lenganku. Sepersekian detik kemudian, aku terlelap dalam tidur yang panjang.
***
Apakah aku masih di masa remajaku?
“Ha…us…” ujarku dengan terbata-bata kepada entah siapa di samping ranjang tempat aku terbaring. Ia lalu menyodorkan ujung sedotan dari gelas yang ia pegang. Kuhisap semua, teguk demi teguk, dan tandas dalam hitungan detik. Tidak lagi ada selang di hidung yang terpasang hingga ke tenggorokan. Aku bisa bernapas dengan lebih nyaman.
“Hai, Gena.” Sapa orang asing yang barusan menyodorkan air minum kepadaku. Aku tak kenal dengan dia. Ia sama sekali tidak ada dalam ingatanku. Usianya kutaksir awal empat puluhan. Pakaiannya sangat rapi seperti akan berangkat kerja. Awalnya dia hanya membantuku untuk bangun, memanggil dokter yang berjaga agar kondisiku dipantau, bertanya apa yang kubutuhkan dan apa yang kurasakan, hingga kemudian ia (akhirnya) memperkenalkan diri.
“Kenalin, saya Daria dari Dinas Sosial.”
Baiklah, ternyata aku salah. Aku tidak pernah siap dengan kejutan apapun di hidupku.
Bersambung...
12 notes · View notes
neotrances · 2 years
Note
Honey nothing is “Gay” about a female and a male going on a date 🤣
iam literally going out with a girl tomorrow and byur logic that is gay
22 notes · View notes