Berkenalan dengan Lady Si Kuda Putih Peranakan Belanda
Berkenalan dengan Lady Si Kuda Putih Peranakan Belanda
Sabtu pagi di awal Juli 2019 sebuah pesan WA masuk ke ponsel saya. Pengirimnya sahabat saya Ika, atau yang akrab saya sapa ‘Teh Ika’.
“Hmmm Nuy, kita belajar berkuda aja yuk Nuuyyy”
Pesan tersebut masuk sejam yang lalu, namun baru sempat saya baca.
“Dimana?” Balas saya singkat.
Sebuah pesan dari Teh Ika kembali masuk. Empat jam setelah pesan singkat saya sebelumnya.
Ia mengirimkan tangkapan…
View On WordPress
1 note
·
View note
“Lisan kerap mengaku sudah. Namun hati masih menaruh harap diam-diam. Bahkan sikap kerap menunjukkan peduli yang tak lagi perlu. Itu yang kau sebut dengan rela?”
—
bila memang sudah merelakan harusnya tak perlu lagi ada yang mengganggu benak. bila memang sudah mengaku beranjak semestinya tak usah lagi ada khawatir yang memeluk
Hujan Mimpi
1K notes
·
View notes
Human can talk but some time they don't want to.
Human can hear but sometime they don't want to.
Human can feel but some time they don't want to.
Just because they hold back what they want doesn't mean they are not human.
3 notes
·
View notes
Sabtu, 15 Januari 2017
Kuala Lumpur (KL) memiliki daya tarik berupa banyaknya bangunan-bangunan penting dan bersejarah yang memiliki arsitektur indah. Keindahannya akan tampak menarik disaksikan pada siang hari. Meski begitu, di malam hari KL menawarkan pesona lain yang tidak kalah menarik dengan adanya cahaya lampu-lampu yang menghiasinya di beberapa sudut kota. Berikut ini beberapa tempat di KL yang tampak menarik dikunjungi dimalam hari.
Selepas Sholat Maghrib serta menyantap Falafel dan Shawarma sebagai makan malam, kami kembali berkeliling kota. Kali ini, tujuan kami adalah kawasan Bukit Bintang dan KLCC. Kedua kawasan ini merupakan pusat kegiatan ekonomi di KL. Tidak hanya dikenal sebagai kawasan segitiga emas di Kuala Lumpur, kawasan ini juga sangat indah di malam hari.
Dokumentasi Penulis
Dengan menggunakan bus gratis GoKL City bus dari Pasar Seni kami tiba di kawasan Bukit Bintang sekitar pukul delapan. Lampu-lampu dengan cahaya warna-warni yang dipasang melintang di atas Jalan Bukit Bintang membuat kawasan ini tampak gemerlapan. Suasana jalan ramai dipadati kendaraan roda empat, sementara pusat-pusat perbelajaan disekelilingnya ramai oleh pengunjung yang lalu lalang menikmati akhir minggu bersama teman dan keluarga.
Bukit Bintang
Bukit Bintang Entrance, Dokumentasi Penulis
Bukit bintang merupakan kawasan segitiga emas di Kuala Lumpur. Kawasan ini meliputi Jl. Raja Chulan, Jl. Sultan Ismail, Jl. Ampang, Jl. Imbi dan Jl. Pudu. Kawasan ini dipenuhi oleh pusat perbelanjaan elit yang menawarkan produk dari brand-brand ternama dunia. Banyak juga hotel berbintang berlokasi di sini.
Salah satu pusat perbelanjaan besar yang berada tidak jauh dari halte Bukit Bintang adalah Pavilion mall. Pada mall besar ini terdapat sky bridge yang menghubungkan kawasan Bukit Bintang dengan kawasan KLCC yang bisa ditempuh dengan 5 menit berjalan kaki. Adapun Suria KLCC dapat dicapai dengan 3 menit berjalan kaki melalui terowongan yang berada tidak jauh dari Sky Bridge.
Pavilion, Dokumentasi Penulis
Sebelum menuju KLCC kami menyusuri Jalan Bukit Bintang untuk menuju Jl. Alor yang telah dikenal sebagai hawker center atau pusat kuliner kaki lima di Kuala Lumpur. Beragam street food dengan harga murah konon bisa kalian temukan dalam gerai makanan yang berbaris sepanjang jalan tersebut. Hidangan yang ditawarkan kebanyakan berupa chinese food namun ada juga beberapa hidangan khas India dan Melayu.
Dokumentasi Nurul
Menuju Jl. Alor, dari Pavilion Mall kami menyusuri Jl. Bukit Bintang ke arah Jl. Pudu. Jalan ini sangat ramai dipadati wisatawan mancanegara juga para pedagang. Manusia dengan beragam warna kulit, warna rambut dan bahasa semua berbaur dan saling berinteraksi. Dalam interaksi yang terjalin, anehnya semua keragaman tersebut, justru terlihat sama. mereka sama-sama manusia yang saling bertukar informasi, saling tolong, menyapa, tersenyum dan berterima kasih.
Setelah menyeberangi Jl. Sultan Ismail, kami berjalan ke restoran KFC di pertigaan antara Jalan Bukit Bintang dan Changkat Bukit Bintang. Jalan Changkat Bukit Bintang yang menurun menghubungkan Jalan Bukit Bintang dan Jalan Raja Chulan. Jalanan ini ramai berisi deretan restoran, cafe dan bar.
Kami sempat kebablasan berjalan hampir mencapai Jalan Raja Chulan, akhirnya harus kembali menanjak menuju Jalan Bukit Bintang. Lorong ramai dengan plang nama jalan bertuliskan ‘Jalan Alor’ terdapat di sisi kiri Jl. Changkat Bukit Bintang, jika kita berjalan dari arah Jl. Bukit Bintang. Letaknya di lorong kedua tidak jauh dari restoran KFC yang berada di pertigaan jalan.
Semakin malam kawasan ini akan semakin ramai, apalagi pada akhir pekan seperti hari ini. Bukan hanya kios makan bergaya hawker di kawasan ini juga terdapat banyak restoran yang menyajikan berbagai variasi hidangan. Mulai dari menu lokal hingga mancanegara semuanya dapat ditemukan di sini. Restoran yang menyajikan makanan halal seperti Tg’s Kandar dan SK Corner yang berada di Jl. Tengkat Tong Shin atau restoran Nagasari Curry House yang berada di Jl. Nagasari, Bukit Bintang bisa menjadi pilihan wisatawan muslim.
Puas menyaksikan keramaian di Bukit Bintang kami pun menuju Stasiun Monorel Bukit Bintang menuju KLCC. Ketika hendak menuju stasiun, saya melihat seorang pengemis di bawah jembatan stasiun. Pemandangan yang baru saya saksikan selama perjalanan ini. Dibalik rasa iri dengan sistem transportasi KL yang telah lebih dulu mengalahkan Jakarta, pemandangan tersebut akhirnya menjadi suatu catatan tersendiri. Memang tidak mudah menata suatu kota, perlu proses yang tidak instan dan banyak pihak yang perlu diperhatikan. Pembangunan tidak bisa menguntungkan hanya sebagian pihak namun mematikan sebagian yang lainnya.
Monorail di Stasiun Bukit Nanas, Dokumentasi Penulis
Dari stasiun monorail bukit bintang kami turun di stasiun bukit nanas kemudian berjalan ± 3 menit menuju stasiun LRT Dang Wangi menuju stasiun KLCC. Tiba di stasiun KLCC kami diarahkan menuju Ampang Park. Keluar dari tunnel tersebut kepala kami seakan dipaksa mendongak untuk menyaksikan tingginya bangunan Suria KLCC. Tidak jauh di dekatnya terlihat satu sisi bangunan yang tidak kalah menjulang. Menara kembar Petronas.
Hampir tengah malam ketika kami tiba di depan menara berusia 19 tahun yang dirancang oleh Cesar Felli ini. Danau Symphony di depannya yang biasa menyuguhkan atraksi air mancur menari telah padam. Meski begitu banyak pengunjung yang masih mengerubung di sekitarnya. Bahkan banyak juga yang masih bersemangat memburu foto maupun berswafoto seperti kami.
Gedung di depan Suria KLCC
Gedung Petronas (Twin Tower)
Bangunan setinggi 452 m dengan 88 lantai ini dibangun dari beton bertulang dengan bagian muka yang dihiasi baja dan kaca. Pengaruh seni islam diadaptasi dalam penampang lintang atau denah lantai kedua menara yang berbentuk Rub al hizb—simbol geometri dasar islam berupa dua persegi yang bertindih. Motif inilah yang membuat permukaan atau eksterior bangunan tampak memiliki lekak lekuk yang indah.
Menara Kembar Petronas disebut-sebut sebagai bangunan kembar tertinggi di dunia. Pada lantai 41 dan 42 bangunan ini terdapat jembatan udara yang merupakan jembatan layang rangkap 2 tertinggi di dunia. Jembatan ini tidak dirancang melekat pada struktur utama bangunan, melainkan dapat bergeser ke dalam dan ke luar menara mengimbangi efek dari angin.
Bangunan ini merupakan landmark kota yang wajib dikunjungi saat ke KL. Di sekitar menara juga tidak kalah menarik. Terdapat taman beserta kolam air mancur, area bermain anak dan jogging track. Waktu terbaik mengunjungi menara ini adalah pagi atau sore hari saat matahari tidak terlalu terik. Sementara, pertunjukan cahaya di kolam air mancur dapat dinikmati pada malam hari sekitar pukul 8 atau 9 waktu setempat.
Selesai mengabadikan beberapa gambar dan mengagumi menara perunggu itu kami kembali ke halte bus menunggu bus gratis GoKL City Bus. Khawatir LRT sudah tidak beroperasi karena sudah pukul 23.00. Kami sudah harus kembali ke penginapan.
Dari KLCC kami transit di halte bukit bintang untuk mengganti GoKL City Bus Purple Line Pasar Seni-Bukit Bintang. Dari halte pasar seni, kami hanya perlu berjalan beberapa menti ke penginapan. Trayek Bus GoKL dari Bukit Bintang-Pasar Seni ini melewati halte KL Tower. Lewat jendela bus, menara kuala lumpur itu tampak bercahaya cantik di kegelapan malam. Sudah terlalu malam sekarang, kunjungan ke menara ini akan kami simpan untuk esok hari sepulang dari Batu cave.
-Bersambung-
Catatan perjalanan selanjutnya akan bercerita mengenai perjalanan ke Batu Cave dan KL Tower. Untuk lebih serunya silahkan baca juga catatan perjalanan sebelumnya.
Terimakasih buat yang sudah membaca catatan perjalanan ini, silahkan di klik bintangnya kalau kalian suka cerita saya. Follow saya agar tidak ketinggalan cerita berikutnya. Kalau ada kritik dan saran kalian juga bisa sampaikan di kolom komentar. Daagh.
Referensi : http://www.klcitygallery.com
Wisata Malam di Kuala Lumpur Sabtu, 15 Januari 2017 Kuala Lumpur (KL) memiliki daya tarik berupa banyaknya bangunan-bangunan penting dan bersejarah yang memiliki arsitektur indah.
5 notes
·
View notes