Tumgik
stilldaydreaming10 · 1 year
Text
Martabak Telur untuk Arga
Tumblr media
cr. pic from Flickr
“AAAAAH!”
Teriakan cowok itu membahana dan mengisi tiap inchi ruangan tempat para redaktur, reporter, dan beberapa staf Harian Nasional ‘Pelita Indonesia’ bersemayam. Wajah-wajah yang tengah begitu bahagia menyantap makanan di tangan mereka sontak beralih pada sosoknya yang tengah mematung di hadapan piring. Tadinya ada tumpukan martabak telur tapi kini tersisa remah-remah berwarna coklat saja dengan minyak di sana-sini. Padahal sepuluh menit yang lalu, ia ingat betul ada bertumpuk-tumpuk martabak telur daging pakai telur tiga buah favoritnya ada di sana. Beberapa kawannya sesama reporter meringis, antara merasa bersalah tapi juga merasa lucu melihat kawan mereka kehabisan martabak yang ia beli sendiri.
“OY! MAS BRO!” teriak Mas Dewanto, lantang. Pimpinan redaksi Pelita Indonesia itu berjalan menghampiri Arga. Ia masih menatap hampa piring berukuran cukup besar yang ditaruh di sebuah meja yang berada tak jauh dari ruang kerja Mas Dewanto. Arga tidak mengalihkan pandangannya, Mas Dewanto tahu-tahu sudah berdiri sambil menaruh tangannya sok asik di pundak Arga yang menjulang tiga puluh senti di atasnya.
“Sayang banget lu ke kamar mandi segala. Kan udah tau bocah-bocah tuh kalo laper ya suka enggak manusiawi. Mau temen kebagian apa enggak ya diterabas!” tukas Mas Dewanto dengan bahasa Betawi aksen Jowo. Entah maksudnya menghibur atau malah menabur garam pada luka hati Arga.
“Ya, tapi enggak gini juga. Masa saya yang beli saya yang enggak kebagian? Ini kan martabak telor favorit saya, Mas. Susah lo dapetinnya,” sungut Arga dengan suaranya seolah terpendam, terdesak oleh beban hati kehilangan makanan favorit.
“Ralat, Mas Dewa, kita tuh laper atau enggak sama makanan mah SIKAAT!” Sahut Mas Andri, redaktur video yang duduk tak jauh dari meja itu.
“Iya, apalagi elo, Ndri,” timpal Mas Dewanto sambil memandangi Mas Andri yang baru menyelesaikan suapan terakhir dari martabak telurnya yang entah keberapa, hanya Tuhan yang tahu.
“Ye, Mas Andri juga nih. Makannya enggak kira-kira!”sahut Mbak Irna,”Arga, ni gue balikin ke dapur ya buat dicuci. Mas Dewa, itu jadi rapat enggak tuh anak-anak?” Mbak Irna berkata sambil meraih piring itu dari tangan Arga yang lemas.
“Jadi, jadi. MAS BRO yang tadi udah pada ngabisin martabak, rapat sekarang di ruang meeting!” teriak Mas Dewanto penuh semangat. Dan tak lama satu per satu reporter dan redaktur berduyun-duyun meninggalkan ruangan mereka menuju ruang meeting yang berada tak jauh dari markas mereka. Sementara, Arga memilih ngambek sejenak. Bukannya ikut bersiap-siap, dia malah duduk ongkang-ongkang kaki di kursinya.
“Yaaah Mas Bro, ngambek?! Hahaha!” tawa Mas Dewanto saat memergoki Arga malah sibuk mengutak-atik sesuatu di komputernya.
“Ah, enggak, mau upload sebentar ini Mas, enggak lama lagi saya nyusul. Kalo ada makanan, jangan diabisin lagi ya,” pesan Arga tak menoleh dari layar komputer. Mas Dewanto ketawa ngakak.
“Eh, Niken, noh beliin pacarmu itu martabak. Yang banyak, biar dia enggak ngambek lagi! Udah gede masih aja ngambek karena martabak, Argaaa, arga!” tawa Mas Dewanto geli. 
Gadis bernama Niken yang dimaksud pun menoleh cepat. Dia duduk di pojok ruangan dekat jendela dan berjarak tak jauh dari meja Arga.
“Ye, mentang-mentang saya enggak ikutan rapat nih Mas Dewanto semena-mena!” Niken misuh-misuh, kemudian memalingkan wajahnya pada sosok Arga yang hanya terlihat punggunya saja dari tempatnya, lantas menggumam pelan,”lagian, dia bukan pacar saya kali, Mas.”
Diam-diam, Niken menolehkan kepalanya pada sosok Arga yang duduk di belakangnya. Jalan rapat juga tu bocah. Niken mau ngakak keras-keras. Sosok Arga yang biasanya terlihat rasional, logis, cerdas, dan dewasa, tiba-tiba jadi kayak bocah umur lima tahun yang jajanannya diambil anak lain. 
Kadang Niken tidak habis pikir, kenapa Arga bisa segitu cintanya sama martabak telur. Arga bukan cowok yang pelit dengan teman-temannya. Jangankan sama teman, sama orang asing pun Arga suka berbagi. Niken ingat, cowok itu pernah tiba-tiba memberikan biskuit yang baru dibelinyai dari Seven Eleven ke seorang bocah yang berkeliaran di sekitar situ. Dia juga tidak sungkan memberikan snack apapun yang terpajang dengan manis di meja kerja cowok itu untuk Niken yang suka kelaparan tiba-tiba. Atau ketika Mas Andri yang dikenal sebagai orang paling maruk seantero Pelita Indonesia (dan awak Pelita Indonesia bisa dibilang ganas kalau udah berurusan dengan makanan loh), dengan teganya ikutan menghabiskan makan siang Arga.
Niken sendiri tidak pernah berniat minta martabak telur kecintaan Arga. Ia lebih tertarik memperhatikan wajah polos Arga saat melahap martabak telur. Dan Niken hapal betul, martabak telur favorit Arga itu memang yang tadi ia beli dan dihabiskan teman-teman mereka, martabak telur Kang Aris yang mangkalnya di daerah Kampung Kandang. Cukup jauh dari kantor mereka di daerah Buncit. Makanya, Niken paham kenapa Arga sampai agak ngambek begitu tahu martabak yang sudah susah payah ia beli itu tandas dalam waktu singkat, dan lebih parah ia sama sekali belum kebagian. 
Ya, Niken sama sekali belum tahu alasan kenapa Arga begitu cintanya sama martabak telur. Mas Dewa sampai bercanda, Arga mah lebih pilih nungguin martabak telurnya Kang Aris yang jadwal bukanya nyama-nyamain Pemilu, ketimbang nungguin jodoh. Niken terkikik pelan mengingat wajah ngeri Arga saat mendengar perumpaan lebay Mas Dewanto itu. 
Mengingat wajah itu, membuat Niken jadi senyum-senyum. Memandangi tempat duduk Arga yang letaknya memunggungi tempat kerja Niken, membuatnya menghela napas. Arga belum lama beranjak untuk meeting redaktur tapi sepi perlahan menghampiri. Benaknya mengucap doa keras-keras, agar Arga bisa segera kembali muncul di hadapannya.
“Ah, tapi rapat redaktur kali ini agak lama kayaknya,” gumam Niken. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
“Mbak Irna! Anak-anak jadi kan mau ngadain nobar bola di sini ntar malam?” tanya Niken saat melihat Mbak Irna melintas tak jauh dari tempatnya.
“Iya. Jam sebelas malem entar, Ken. Tumben lu, mau ikutan nobar juga? Lu kan enggak suka bola,”komentar Mbak Irna. Ditanya begitu, Niken malah cengar-cengir tidak jelas. Sebuah rencana manis mengisi benaknya. Ah, atau tepatnya sebuah rencana yang gurih.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Biasanya jam segini Niken telah sampai di rumah. Namun malam ini, ia masih berkeliaran di depan kantornya. Dan bukan untuk pulang. Sambil menanti ojek yang akan ia naiki bersiap-siap, sesekali gadis berhijab ungu itu menatap jendela lantai tiga gedung Pelita Indonesia. 
Bangunan berasitektur seperti bangunan Eropa abad 17 itu terlihat masih cukup ramai. Cahaya putih terang masih terlihat berpendaran dari jendela, dan mobil-mobil karyawan masih berjejalan di halaman parkir. Beberapa orang satpam sesekali menegur Niken, menanyai gadis itu yang biasanya sudah beranjak pulang dari satu jam yang lalu. Niken tersenyum dan mengatakan ingin ikut acara nonton bareng Piala Dunia bersama rekan-rekan Pelita Indonesia lainnya. Tapi sekarang ia harus melaksanakan misi khususnya dulu. 
Ojek yang akan mengantarnya berkeliling Ampera, Pejaten, sampai Cilandak telah menantinya. Setelah berhati-hati duduk di kursi penumpang sambil merapikan rok bermotif bunga-bunga yang ia kenakan, motor melaju cukup kencang. Sambil mata Niken awas meneliti jalanan, bergantian di sisi kanan dan kirinya, pikirannya melayang kemana-mana. 
Semua bermuara pada sosok Arga. 
Mereka telah lama satu kantor, kira-kira hampir tiga tahun lebih. Sejak Arga masih berstatus calon reporter, sampai kini sudah jadi reporter tetap. Meski keduanya berbeda bagian (Niken sejak awal sampai sekarang masih menjabat staf AE), tidak menghalangi pertemanan di antara keduanya. Arga lebih tua dua tahun daripada Niken, tapi keduanya lulus bersamaan, bahkan memang satu angkatan kuliah. Meski Arga lebih tua, tapi Niken tidak merasa ia seperti kakak atau semacamnya. Sedari awal sikap ramah dan santai Arga memang mampu membuat nyaman siapa saja, termasuk Niken yang sebenarnya jarang berteman dengan cowok.
Awalnya pun Niken tidak berniat untuk jadi dekat dengan Arga. Tahu-tahu saja, cowok berbadan tegap, tinggi, dan berkulit sawo matang itu sudah menelusup masuk dalam hidupnya, cukup dekat. Tidak, mereka memang belum segitu dekatnya, tapi cukut dekat sampai beberapa orang karyawan menggosipkan terjadi sesuatu antara keduanya. Dan yang paling getol jadi mak comblang buat keduanya tak lain dan tak bukan, Mas Dewanto. 
Sayangnya, semua cuma sebatas wacana. Niken tanpa sadar mendengus. 
Ya, Arga tetap saja masih berjarak dari dirinya. Memang, beberapa kali dalam seminggu, ia dan Arga makan siang bersama di luar tapi kan sama teman-teman yang lain juga. Pernah juga beberapa kali mereka pergi jalan bareng, tapi lagi-lagi bareng yang lainnya. Dan bahkan sebenarnya, ada seorang gadis lain yang juga reporter seperti Arga, yang terlihat lebih dekat dengan Arga tinimbang Niken. Namanya Denna.
Mengingat sosok yang juga berjilbab seperti Niken itu, membuat hatinya seperti diiris-iris oleh pisau tak terlihat. Dan napasnya jadi sesak saat terbayang kembali pemandangan Arga dan Denna yang berdiskusi begitu serunya, seolah dunia milik mereka berdua dan yang lain ngontrak. 
Sama seperti tadi, tak lama setelah mereka semua shalat Maghrib berjamaah, dan reporter-reporter dan redaktur itu hendak melanjutkan meeting mereka lagi. Niken sama sekali tak bisa mendekat kalau Arga dan Denna sudah berdiskusi begitu serunya. Biasanya mereka akan membicarakan isu politik yang sedang hangat, atau masalah cita-cita keduanya yang sama-sama ingin melanjutkan S2 di luar negeri (ya, Niken sering nguping mereka berdua). Atau ekonomi lah, atau agama lah, atau bahkan sekedar membicarakan masalah sehari-hari remeh lainnya. Semua itu membuat Niken merasa jarak antara Arga dan Niken memang begitu jauhnya, meski mereka secara fisik cukup dekat.
“Neng, ini mau kemana deh?”
Lamunan Niken buyar oleh suara abang tukang ojek yang setengah berteriak bertanya padanya. Niken gelagapan dan buru-buru men-scanning sudah sampai mana dirinya sekarang. Dan tak lama kemudian, sebuah gerobak bercatkan putih yang ia cari akhirnya terlihat. 
Dengan segera, Niken meminta supir ojek untuk berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari gerobak putih itu. Niken pun bergegas menghampiri tukang martabak itu. Namun sialnya, rupanya tak ada seorang pun yang berjaga di situ. Seorang pria paruh baya yang Niken kira penjual martabak, ternyata Cuma orang yang iseng duduk-duduk di situ. Setelah menanti hampir lima menit dan tak ada tanda-tanda pemilik gerobak yang datang, dengan hati kecewa, Niken pun memutuskan untuk mencari tukang martabak lainnya. 
Tukang martabak berikutnya yang Niken temui letaknya di pinggir jalan lagi. Namun bedanya, kali ini gerobak penjualnya sudah dilengkapi tenda tempat pembeli bisa duduk dan menikmati martabak pesanan mereka. Wangi martabak telur menguar menggugah selera, dan Niken baru sadar kalau perutnya mulai bergemuruh kelaparan. Tapi misi belum selesai, jadi ia tidak boleh bersantai.
“Bang antriannya masih lama nih?” tanya Niken ketika menyadari ada kerumunan orang di sekitar abang penjual martabak.
“Ya gitu dah neng. Sekarang udah nomor antrian empat puluh,” jelas si abang martabak telor sambil membolak-balik martabak di atas penggorengan. Niken melongo.
Dengan berat hati Niken harus beranjak dari tempat itu dan memutuskan kembali menelusuri Ampera. Perutnya kembali mengeluarkan bunyi-bunyian ketika motor telah melaju di sepanjang jalan TB Simatupang. Niken tidak tahu lagi harus mencari kemana tukang martabak itu. Lantas ia teringat martabak Kang Aris favoritnya Arga.
“Tapi … Kang Aris jarang buka sampe malem sih ya,” gumam Niken bimbang.
“Neng, mau kemana lagi ini?! Bingung banget saya dari tadi ngikutin maunya Eneng. Lebih bingungin daripada istri saya yang lagi ngidam,”celoteh si tukang ojek.
“Hehe, sori Bang, kali ini kita cabut ke Cilandak, oke.”
“Ya elah, nyari tukang martabak susah bener yak,” gerutu tukang ojek. Niken pun hanya meringis.
Setelah berjuang menembus lautan mobil dan motor yang memadati jalanan sepanjang TB Simatupang hingga ke Cilandak, akhirnya motor itu berhenti di sebuah gerobak dengan tulisan “MARTABAK KANG ARIS” pada kaca gerobaknya. Untunglah bagi Niken, saat itu tak ada pembeli selain dirinya. Dan ia mendapati sang penjual, Kang Aris, tengah duduk di kursi yang tersedia di tenda gerobak.
“Kang pas banget, beli—“
“Enggak bisa, Neng,” potong Kang Aris buru-buru.
“Loh, kenapa emangnya, Kang? Udah mau tutup ya?”
“Sebenernya sih belom. Tapi saya enggak bisa ngeladenin pesenan. Encoknya lagi kambuh!” tukas Kang Aris  meringis kesakitan sembari memegangi pinggangnya dengan kedua tangannya.
“Haaaa?!” seru Niken spontan. Mau nangis.
“Maap ya Neng, yak. Kecuali, Neng mau bantuin Akang,” lanjut Kang Aris kemudian,”Tuh, udah tinggal diberesin adonannya, terus masak deh. Bisa masak enggak neng?” imbuhnya sambil menunjuk tumpukan bahan-bahan Martabak siap digoreng.
Niken memandangi bahan-bahan martabak telor, bergantian dengan Kang Aris, lalu ke tukang ojek yang mulai pasang tampang bete. Gadis itu menggigit bibirnya. Apa boleh buat.
***
Niken melangkahkan kaki lebar-lebar, sampai ia nyaris terantuk undakan tangga menuju lantai tiga, tempat kerjanya. Wangi martabak menguar menembus kotak dan plastik yang sedang ia tenteng, dan hinggap ke hidung Niken. Rasa laparnya terlupakan sejenak meski perutnya sudah bikin orkestra dari tadi. 
Ia ingin segera menemui Arga. 
Langkah kakinya pun ia percepat, bersamaan dengan adrenalin yang memacu, dan debaran jantung yang meningkat frekuensinya. Ia ingin melihat senyum lebar Arga saat menerima martabak ini. Memikirkannya saja membuat Niken mengembangkan senyum lebar. Namun senyuman di wajah itu lenyap sempurna saat mendapati Arga tak ada di dalam ruangan.
“Wuih, Niken! Kira gue lo udah pulang. Apaan tuh, Ken!? Makanan ya!?” sambut Faisal, rekan AE-nya yang memang sengaja masih di situ untuk ikutan nonton bola.
“Eh…. Ini, anu,” Niken gelagapan. Tapi pasukan kelaparan tak bisa menanti lebih lama. Beberapa cowok langusng menyerbu dirinya dan tahu-tahu saja plastik berisi martabak telor itu telah berpindah tangan. Niken mau nangis.
“Itu buat Argaa!” teriak Niken berjuang menyerbu pasukan kelaparan itu. Namun cowok-cowok itu seperti tidak peduli, dan asik mencomoti martabak yang masih hangat.
“Aaah, si Arga juga lagi makan keluar sama Denna,” sahut Faisal cuek, sambil mengunyah martabaknya dengan begitu khidmat. Mendengarnya, sontak saja wajah Niken bagai ditampar bertubi-tubi. 
Apa!? Arga makan sama Denna!? 
Mendung secepat kilat seperti bertengger di wajah Niken. Lenyap sudah kebahagiaan yang tadi bersemi di wajah gadis itu, pudar secepat raibnya potongan-potongan martabak itu di tangan cowok-cowok kelaparan itu. Tahu-tahu saja, sebuah suara memecah keributan cowok-cowok yang membantai martabak khusus untuk Arga.
“HOY! Apaan tuh!?”
“Eh, Arga? Nih, si Niken beli martabak. Lo udah makan kan yah?”
“Eh, lo beli martabak, Ken?” tanya Arga.
Niken memandangi wajah Arga dalam diam. 
“Iya. GUE UDAH CAPEK-CAPEK BIKIN MARTABAK YANG GW BELI SENDIRI CUMA BUAT ELO!” semprot Niken sepenuh hati.
“Gi-gimana?” celetuk Faisal takut-takut.
Niken berdecak. “Tadi Kang Aris sebenernya sakit pinggang. Tapi gw bela-belain masak sendiri martabaknya buat ARGA!” sentak Niken lagi. 
Arga tercenung, balas memandangi Niken, seperti terkejut melihat reaksi Niken yang berlebihan. Cowok-cowok yang ribut itu pun jadi terdiam melihat Niken mencak-mencak. Niken langsung ngeloyor menuju meja kerjanya dan merapikan barang-barangnya dengan hati yang masih bergejolak. Tanpa ia sadari, Arga berjalan mendekati Niken, lantas menarik tangan gadis itu.
“Yuk, temenin gue makan martabaknya. Masih ada sisa kok,” ujar Arga lembut.
“Seriusan enggak apa nih? Itu kan martabak favorit lo,” tanya Niken pelan.
“Nggak apa, kalo buat lo enggak apa, Ken. Besok-besok juga kalo gue makan martabak, lo boleh makan bareng. Cuma lo aja, yang lainnya enggak bakal gue bagi,” balas Arga sambil tersenyum. 
Kesal dan resah di hati Niken melumer, bersamaan dengan senyum dan tatapan hangat dari wajah Arga.
7 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 1 year
Text
🚀Sebuah undangan perjalanan melintasi galaksi. 🪐
Tumblr media
cr. photo: stocksnap.io
Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan
Sebuah penjelajahan yang sangat jauh dan panjang 
Bawa tas ranselmu. Pasang helm astronotmu
Kita akan pergi menelusuri Bimasakti
Aku tahu, kamu menyukai gunung-gunung, rumput, dan padang ilalang. Tapi, cobalah sejenak menyaksikan lintasan asteroid.
Atau mungkin kamu akan terpesona pada Venus yang panas.
Oh, di planet Mars juga ada gunung, namanya Olympus. Tingginya 25 kilometer. Kalau kamu berminat mendakinya, siap saja kehabisan napas.
Bungee jumping di Planet Jupiter juga bukan ide yang buruk. Meski kamu tak akan pernah sampai di daratan manapun.
Aku ingin mengajakmu melakukan perjalanan intergalaksi.Siapa tahu Tuhan akan menitipkan wormhole di sekitar Neptunus agar kita tak terlalu lelah.Lalu, kita akan menemukan bumi kedua di galaksi Andromeda. Dan mungkin, kamu akan tertarik memulai kehidupan yang baru, bersamaku.
3 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 1 year
Text
Antara Kamu dan Amoeba
Tumblr media
Photo by Monstera from Pexels
“Aku benci kamu! Dasar cowok red flag. Cowok berinisial R di mana-mana sama aja. Semoga kamu berubah jadi amoeba biar dunia tambah kacau sekalian dengan orang menyebalkan kayak kamu!” seru Tania sambil melempar Tumbler pink kesayangannya dan mendarat tepat di tengah jidat Rendi. Saking kerasnya, dia sampai takut bukannya jadi amoeba, tapi otaknya akan membelah diri jadi banyak karena shock ringan yang diterima jidatnya barusan.
 “Aku nggak bermaksud, Tan. Kan dari awal udah kubilang, kita liat aja dulu arah hubungan kita ke mana. Aku nggak ada state kan kalo aku mau jadian sama kamu,” balas Rendi. Pemuda itu terus mengusap-usap jidatnya. Sepertinya mulai benjol nih, pikirnya.
 Wajah Tania memerah. Tak lama dia sudah sesenggukan tak terkendali hingga bahunya bergetar. Air matanya turun deras seperti air terjun Niagara.
 “Aku benci kamu! Pergi dari idup aku!” teriaknya lantang.
 Rendi menghela napas lagi. Haduh, kejadian lagi deh kayak gini, gumamnya. Sesekali mengedarkan pandangan, takut ada orang-orang yang memperhatikan adegan ala sinetron barusan. Sosok gadis cantik itu pun tahu-tahu saja sudah menghilang dari pandangannya, secepat kepergian gaji di awal bulan.
 Rendi termenung, berpikir apakah nasibnya akan seperti cowok-cowok brengsek di FTV yang terkena azab? Ah, masa sih. Ini kan cuma hal biasa yang terjadi di kehidupan percintaan anak muda. Ya, kamu ketemu dan berkenalan dengan seseorang. Memiliki ketertarikan, namun saat dijalani ternyata tidak cocok. Ya sudah, mau diapakan. Sekadar makan keluar sesekali untuk mengusir sepi kan tidak ada salahnya, toh hanya ingin berbagi cerita. Mungkin, dia saja yang banyak berharap. Kurang lebih monolog itu yang diputar Rendi terus-terusan selama lima menit dalam kepalanya.
 “Eh tapi, dia bukan orang terzalimi kan? Doanya dia waktu nyumpahin gw jadi amoeba nggak mungkin jadi kenyataan kan?” gumam Rendi. Ada sedikit kepanikan mencelos dari pita suaranya. Sampai kemudian, sesuatu yang aneh terjadi. Saat Rendi bersin hebat seperti bapak-bapak.
 “HACHIIUH!”
 Tiba-tiba, dia merasa sekitarnya seolah berputar. Sepertinya mendadak tekanan darahnya turun drastis, Seakan ada sesuatu yang hebat melesak keluar dari tubuhnya. Dia pikir malaikat pencabut nyawa tengah menarik ruhnya hingga dia terlempar ke tanah, berguling. Lalu pingsan. Saat matanya perlahan mengerjap terbuka, dia mendapati, ada sosok pria mengenakan kemeja flannel terbuka dengan kaos dalaman putih yang sama dengan yang dia kenakan saat ini. Mata dan alis yang sama, hidung yang sama, bibir yang sama.
 Itu … Rendi?
---
 “Keren om bisa membelah diri. Namanya apa ya, Amoebaman aja kalo gitu!” seru Bayu kegirangan dengan tatapan berbinar 1.000 watt. Rendi meringis. Sangat cliché nama itu tapi ya sudahlah, dia sendiri sudah tidak punya ide lagi. Tapi tunggu, kenapa dia harus setuju menjadi Amoebaman atau apa namanya itu?
 “Makasih Bayu, om menghargai antusiasme kamu melihat seorang pahlawan, atau yang kamu pikir begitu, tapi,” ucapan Rendi terhenti. Dia memejamkan mata dan memijit pelipisnya pelan-pelan. Pelipis yang terasa begitu berat seperti ada orang yang mengaduk-aduk dan membenturkan sesuatu ke dinding kepalanya.
 “Menjadi amoeba bukan hal yang mudah. Apalagi cara membelah dirinya segampang bersin. Dan … Om Rendi sendirian, tidak seperti Iron Man atau Hulk yang punya pasukan,” imbuhnya kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya. Seringai lebar di wajah Bayu perlahan memudar, berubah jadi tatapan tajam dan wajah masam.
 “Jadi, om mau bilang kalo om bukan Avengers?”
 Rendi sontak tersedak. Andaikan dirinya sekeren Avengers. Dia bahkan belum tahu, kengerian apa yang menyambutnya dengan keanehan yang dia alami saat ini.
 ***
 Halo semuanya, gw sedang ingin mengasah lagi kemampuan nulsi fiksi. Jadi bikin lah langsung satsetsatset dari ide iseng gitu. Nggak tahu ke depannya akan gimana dan apakah akan dilanjut atau nggak. Gw bener-bener lagi desperado banget untuk bisa nulis fiksi lagi hiks hiks. 
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
What’s Bitter, Sometimes Makes You Better
Tumblr media
gambar diambil dari Pexel
Gw pernah ngebikin sebuah peta perjalanan karier gw selama tujuh tahun ke belakang, lengkap dengan poin-poin apa aja yang gw dapat dari tiap kerjaan. Dari lima kerjaan yang udah gw jalanin sejak 2013-2020, ternyata menyimpan keunikan, pelajaran, dan kisahnya sendiri. Dan kalo boleh diambil kesimpulan yang sudah mendapat validasi dari adek gw, kerjaan gw yang sekarang yang paling menguras emosi.
Kerjaan gw yang sekarang sudah gw jalani selama hampir dua tahun. Gw kerja di Ikatan Alumni UI yang mana sebuah organisasi paguyuban. Di awal, ada sih kendala-kendala yang gw rasakan. Apalagi ternyata pekerjaan yang gw kerjakan sekarang  ranah yang asing, di luar media sosial yang sudah gw tekuni selama bertahun-tahun. Dan menginjak tahun kedua ini, banyak hal yang level up dari kerjaan gw, mulai dari sistem, permintaan-permintaan, kualitas, dan banyak lagi.  Salah satu yang sering membuat gw berurai air mata adalah soal menulis rilis. Tepatnya soal media relation secara keseluruhan sih. Kerjaan ini dari hulu ke hilir bisa dibilang paling menguras emosi, keringat, dan air mata buat gw.
Kalo ada manteman yang follow gw di twitter, mungkin udah berkali-kali menangkap tweet sambat gw yang ngerasa terseok-seok dalam ngerjain press release. Nggak hanya soal press release sih, bahkan terkadang soalan caption dan konten medsos in general juga cukup memberi pressure. Dan belum lagi printilan kerjaan lain yang berkaitan dengan detail dan koordinasi yang merupakan kelemahan gw. 
Tapi, di balik semua tangis dan berbagai gejolak lain yang menguras lumpur-lumpur emosi yang ada di dalam hati, bisa dibilang kerjaan ini yang paling memberi transformasi dalam kehidupan gw. Kalau gw bisa ngelist banyak hal yang bikin gw pengen nyerah terus, ada juga list yang membuat gw bersyukur bisa ada di sini. Gw yang tadinya ngga suka bikin to do list, jadi belajar untuk lebih menikmati gimana urusan jadi lebih beres dengan to do list yang rutin. Gw juga belajar untuk bekerja lebih cepat dan tidak menunda-nunda (meski masih berjuang banget sih yang satu ini wkwkw). Kadang gw sampe khawatir, ini gw bukan ya? Wkwkw. Tapi ya kayak yang gw cerita soal identitas dan kebiasaan dari buku Atomic Habits, wajar kalau ada pertanyaan demikian karena lo sedang bersaha membentuk kebiasaan yang mana menjadi identitas baru.
Itu sedikit pengalaman dari gw. 
Mungkin sering ya kita dengar ucapan atau menemukan kata-kata bijak yang bilang bertumbuh itu memang tidak nyaman. Pelaut handal katanya diciptakan dari lautan yang penuh dengan ombak badai. 
Manusiawi mungkin ya, manusia condong kepada apa yang nyaman buat dia. Beberapa orang mungkin memilliki kecenderungan demikian. Sehingga apapun yang terasa ngga nyaman, coba dia hindari. Sayangnya, pertumbuhan jadi lebih baik memang memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman kita. Meski ada juga sih yang bilang bukan keluar ,tapi memperbesar zona nyaman. Apapun itu, growth requires courage to face discomfort and pain. Gw masih berjuang  untuk bisa menghadapi rasa tidak nyaman ketika harus mikirin detail press release yang gw kerjain, atau ketika gw harus menyusun strategi mengadakan konferensi pers. Dan gw masih mencoba menemukan makna dan hikmah kenapa gw harus melalui semua ini. Meski alasan pertama yang gw temukan, yaa karena kita punya tanggung jawab sama kerjaan kita kan. Tapi, mungkin akan ada alasan dan motivasi lain yang bisa membuat gw lebih tahan dalam menghadapi segala tekanan dalam kerjaan ini.
Mengutip perkataan seorang sastrawan bernama Jack Gilbert dalam buku karya Elizabeth Gilbert berjudul Big Magic:
Tanpa keberanian kita nggak akan tau dan menyadari, sejauh mana kemampuan kita sesungguhnya. Tanpa keberanian, kita tidak akan pernah mengenal dunia dan kekayaannya. Dan tanpa keberanian, kehidupan akan selalu terasa sempit -- jauh lebih sempit daripada harapan mereka.
Jadi, seperti kata Elizabeth Gilbert juga, apakah kita berani untuk mewujudkan harta karun yang tersembunyi di dalam diri kita?
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Goals Are Thieves of Joy
Tumblr media
gambar diambil dari pexel
Di postingan sebelumnya, gw pernah bilang dua hal yang gw ingin saat ini adalah a curious mind dan joy of learning things. Karena, sering kali dalam kehidupan gw ada yang hilang saat harus mendorong diri jadi lebih baik, yaitu kebahagiaan dalam mempelajari sesuatu.
Pandemi ini memang berdampak banget pada banyak aspek kehidupan, salah satunya pekerjaan. Meski ada yang bilang, ritme hidup melambat karena harus menjaga jarak, tapi kerjaan kayaknya malah tambah banyak. Karena situasi kerjaan yang makin hectic dan banyak tuntutan ini itu, mendorong gw untuk memperbaiki banyak aspek dalam kehidupan gw. 
Gw yang tadinya lemah banget dan NGGAK SUKA banget sama bikin to do list dan hal-hal yang sifatnya mengorganisir, jadi harus ngedorong diri untuk mulai rutin nulis to do list. Gw pun mulai memberanikan diri konsisten nulis bullet journal yang tadinya cuma ada di pikiran aja. 
Dalam proses untuk menulis rilis lebih baik, bekerja lebih baik, gw masih kehilangan satu hal itu. Rasa senang untuk belajar. Mungkin karena fokus gw masih pada ujung dari proses, sebuah hasil. Ketika misalnya, gw gagal menyelesaikan press release dengan baik, atau gagal dalam menulis caption yang baik, gw frustasi. Ya karena mungkin yang gw pikirkan hanyalah produk akhirnya, sebuah rilis dan sebuah caption. 
Padahal, jika gw mencoba menggali rasa keingintahuan yang akhirnya menimbulkan rasa senang dalam mengerjakan dan mempelajari sesuatu, mungkin gw ngga akan se-terseok-seok seperti saat ini. Ngga akan sering sambat. Karena semua dijalani dengan senang hati.
Contoh lain, postingan ini. Tadinya gw udah nulis panjang lebar dan tinggal dikasih gambar lalu posting. Eh tau-taunya itu postingan menghilang secara gaib entah kemana huhu. Mau nangis ngga sih udah bikin capek-capek. Terlintas di benak gw untuk males nulis ulang. Capek banget karena udah panjang-panjang harus mulai lagi awal (untung ada coret-coret kasarnya). Kalo gw punya rasa senang dalam menulis, harusnya mungkin ngga akan terlalu terbeban. Malah santai aja kali ya, dan ya udah sih toh gw seneng nulis. Tapi tidak demikian sih. Masih painful rasanya wkwkw.
Hasil itu tentunya penting. Dia adalah north star, sebuah tujuan kemana elo harus melangkah dalam kehidupan. Tapi, jangan sampai kita lupa untuk enjoy dalam proses perjalanan tersebut.
Memang sih, sudah fitrahnya kehidupan itu ngga selalu menyenangkan. Pasti ada hal-hal yang ngga kita enjoy. Annoying things bukannya berarti kita tolak keberadaannya atau kita hidup dalam denial. Tapi kita selalu berusaha memaknai sesuatu dan mencari positifnya. Jika sisi positif itu nggak ada dalam hal yang lagi kita jalani, kita bisa melihat sisi positif pada hal lain.
Misal, kita punya satu bagian dalam kerjaan kita yang kita sebel banget dan membuat kita rungsing. Kita bisa mencoba membuka pikiran kita dengan mencari apa ada hal yang sebenarnya baik buat gw, yang bisa gw pelajari untuk masa depan gw? Atau kalaupun ngga ada, kita bisa liat di hal lain. Misal, “iya sih ni kerjaan ngga ada untung-untungnya, well at least gw bisa kerja dari rumah” atau “well atleast atasan gw baik banget dan mau bimbing gw”.
Untuk itu, gw lagi dalam perjalanan untuk kembali menemukan rasa senang dalam belajar dan melakukan sesuatu. Ketika gambar, gw ngga mau terlalu fokus pada “nanti pokoknya harus keliatan cakep gambar gw”, tapi ya just enjoy drawing things aja because it’s fun and stress relieving. 
Kalo kamu bagaimana? Apakah kamu juga merindukan rasa senang ketika mempelajari suatu hal yang baru atau kamu sudah menemukan dan memeluk rasa itu erat-erat? Jangan lepas ya! :D
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Quote Yang Beresonansi dengan Hati
Tumblr media
Sumber gambar: Freepik
Ada satu quote yang gw suka banget dan terdengar indah. Ngga hanya terdengar indah, tapi maknanya pun dalam dan bisa beresonansi dengan hati gw. 
“Shoots for the moon, you’ll land among the stars”. 
Kata-kata ini sering banget diucapin sama youtuber favorite gw, Rowena Tsai.
Kadang kita mungkin ngga pede untuk bermimpi besar. Well at least gw demikian. Ada rasa ngga yakin ketika memimpikan hal-hal seperti “mau punya media sendiri” atau “jadi novelis terkenal dengan buku yang selalu majang di rak best seller Gramedia”. Entah kenapa ya. Mungkin karena kita kurang cukup bukti untuk menguatkan bahwa kita bisa meraih impian itu. 
Menurut James Clear di buku Atomic Habits yang gw baca, keyakinan-keyakinan semacam “ah gw mah anaknya ngga akademis banget ngga bisa kayaknya ambil S2 ke luar” itu muncul karena kita tidak diback up dengan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya. Selama kuliah, kita memang bukan tipe yang hobi belajar dan mencari beasiswa, misalnya. Jadi, ketika tiba-tiba ngga ada angin ngga ada ujan kita kepikiran S2 di luar, ada keraguan-keraguan yang muncul.
Itu sebenernya curhatan diri gw juga sih wkwkw. Hal lain yang resonate buat diri gw dari penjelasan James Clear ya kenapa selama ini gw tidak mengidentifikasi diri gw sebagai seorang penulis. Karena, gw ngga rajin nulis tiap hari. 
Oleh karena itu, kalo gw mau punya impian menerbitkan buku, atau website dengan konten berkualitas yang menginspirasi orang-orang, berarti gw harus mulai menyediakan bukti-bukti bahwa gw bisa melakukan hal itu. Dengan cara apa? Ya dengan atomic habits alias kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa membentuk identitas baru yang gw inginkan. Dan, proses ini nggak bakal secepat kita menyebut kata “identitas diri” atau secepat pemerintah mengesahkan Omnibus Law (ehehe). Proses membentuk identitas baru yang kita inginkan berlangsung bertahap, makanya James Clear menyebutnya sebagai “Evolusi Mikro Diri”.
Terus, apa hubungannya dengan quote “Shoots for the moon, you’ll land in the stars”? Well, kalo pun ternyata Allah punya kehendak lain di luar kemauan dan impian kita, we’ll land among the stars. Apa itu bintang-bintangnya? Ya, kebiasaan-kebiasaan baik baru yang mungkin akan mengarahkan kita pada harta berharga lainnya. Kalo kata temen kantor gw yang lama, “Ngga ada yang sia-sia di dunia”. Jadi, bermimpilah yang besar. Ini mungkin akan jadi sesuatu yang gw tanamkan di diri gw mulai saat ini. Dan kelak, kepada anak-cucu gw aamiin.
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Menyentuh dengan Buku
Tumblr media
Buku punya kekuatan besar untuk mentransformasi kehidupan manusia. Itu yang gw dapet dari pertemuan dengan Bookber Club malam ini.
Setiap Sabtu malam selama beberapa bulan belakangan gw sebenernya punya sebuah rutinitas ngumpul-ngumpul dengan kurang lebih sekitar 10 sampai 11 orang untuk memperbincangkan buku. Tiap pertemuan ada dua sampai tiga anggota yang mengulas buku yang sedang atau pernah dibacanya, dengan seorang moderator yang memandu jalannya diskusi. Per-Agustus, Bookber Club memutuskan untuk lebih terarah dengan memiliki tema bulanan. Sebelumnya, kami pernah mengangkat tema tentang kemerdekaan, lalu buku yang menggugah emosi dalam rangka menyambut World Suicide Prevention Month, dan sekarang temanya adalah buku untuk remaja. 
Tumblr media
source gambar: https://ebooks.gramedia.com/id/buku/visual-thinking
Buku-buku yang diulas malam ini menurut gw menarik banget. Yang pertama, Teman gw bernama Okti membahas buku berjudul Visual Thinking. Buku ini tuh kayaknya masuk ke Self Help Book. Terbitan tahun 2009. Nggak kayak judulnya yang kesannya buku yang bakal bahas tentang gimana cara memvisualisasi ide dan pemikiran, ternyata buku ini kalo bahasa gw “hati banget”. Bahasannya memang tentang gimana mengatasi kecemasan menggunakan teknik visualisasi. Salah satu cara yang diajarin di buku ini dengan mengimajinasikan sesuatu. Misalnya lo lagi cemas banget (atau bahasanya Okti “rungsing” banget) lo duduk, lalu membayangkan berada di sebuah tempat (bisa perpustakaan atau laoratorium). Kemudian lo membayangkan permasalahan lo itu sebagai sebentuk benda. Lalu, dalam bayangan lo itu, coba susun permasalahan-permasalahan lo tersebut.
Btw, buku yang dijelasin Okti itu somehow relate banget sama gw karena gw sering ngalamin kecemasan. Bahkan, ketika dia membahas buku tersebut, sebenernya gw lagi cemas dan panik karena berbagai hal wkwk. Maklum, itu kali pertama gw memandu diskusi sebagai moderator jadi gw ya dalam hati dan pikiran overthinking akan banyak hal. Mungkin yang peka bisa ngerasain ketegangan yang gw alamin wkwkwk.
Balik lagi ke buku tersebut. Kata Okti, buku ini padet banget. Karena ngga hanya ngejelasin tentang fenomena kecemasan itu sendiri, tapi juga ada ilustrasi-ilustrasi dan cerita-cerita contoh yang disebut human example kalo ngga salah. Di situ juga ada assesment apakah elo punya kecemasan atau ngga dan berapa levelnya, serta ada solusi yang ditawarkan. Buku setebal 200-an halaman ini menurut gw membuat gw jadi ngebayangin kayak dateng ke psikolog wkwkw.
Buat Okti, buku tersebut membantu dia untuk lebih menenangkan kecemasan-kecemasan yang dia alami waktu SMA ketika dia ngerasa ada banyak beban dan tekanan sekolah. Pun, hingga saat ini Okti masih sering nyari isi buku itu kalo dia lagi ngerasa butuh. So yes, hidup dia bisa dikatakan mengalami perubahan karena buku tersebut.
Okti bilang lagi, meski ada istilah-istilah ilmiahnya, tapi gaya bahasa yang ngepop membuat buku ini bisa dinikmati remaja. Meski beberapa temen gw langsung bilang “wah kalo gw kayaknya engga deh karena terdengar berat” wkwkw. Mungkin tergantung orang-orang ya. Kalo menurut gw pribadi sih, buku ini bisa aja dinikmati terutama remaja jaman sekarang yang udah lebih melek informasi tentang kesehatan mental. Cuma, komentar gw sih kayaknya tampilannya perlu dikemas ulang biar lebih kekinian hehe.
Tumblr media
source gambar: https://www.gramedia.com/api/amp/product/dunia-anna-sebuah-novel-filsafat-semesta/
Nah, pengulas kedua adalah temen gw bernama Fitri yang membahas tentang Dunia Anna. Pengarangnya adalah Jostein Gaarder yang ngarang novel Dunia Sophie. Buku bergenre filsafat ini mengangkat tema climate change dengan sentuhan unsur fantasi di dalamnya. Ceritanya, tokoh bernama Nova membaca surat-surat yang dituliskan neneknya berpuluh-puluh tahun lalu. Mengambil setting tahun 2080, digambarkan dunia yang Nova tinggali itu berbeda drastis dengan dunia neneknya. Banyak hal yang hilang di dunia Nova akibat pemanasan global dan rusaknya bumi. Fitri sih agak lupa-lupa inget detail kerusakannya seperti apa, tapi katanya di dunia Nova itu ceritanya salju udah ngga ada karena Kutub Utara mencair, hewan-hewan banyak yang punah, dan banyak lagi kerusakan lainnya.
Ketika Fitri nyeritain buku tersebut, gw langsung terhenyak sih. Serem banget ngga sih ngebayangin dunia yang ditinggali Nova? Meski agak ada unsur fantasinya, tapi sebenernya kalo kata temen gw Ayesha yang langsung googling, si pengarang memasukkan unsur eksistensialisme dan etika lingkungan ke dalam cerita tersebut. Teori-teori filsafat yang dibalut story yang kuat sih menurut gw bakal menggerakkan imajinasi, emosi, dan hati para pembaca sih. Gw aja sekarang jadi penasaran banget sama novel ini. Ceritanya tuh bikin gw keinget Interstellar yang mana dunia masa depan digambarkan begitu realistis dan nyata dengan kehidupan sekarang, ngga kayak di komik Doraemon yang kelewat futuristik. So interesting, yet so scary ya.
Yang gw suka lagi, novel ini menurut gw berbobot buat remaja nih. Bisa jadi food for thoughts buat para remaja (uga orang dewasa sebenernya) untuk mulai berpikir lagi soal masa depan dan kehidupan di bumi. Buku ini juga ngebuka mata Fitri tentang lingkungan. Fitri pun ngerekomendasiin langsung buku ini ke keponakan-keponakannya yang masih remaja.
Begitulah gw menutup malam minggu dengan another wish list yaitu beli buku Dunia Anna hahaha.
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Kreativitas (Mungkin) Nggak se-Fancy yang Kita Bayangkan
Tumblr media
pic from skillshare
Ketika mendengar kata “kreativitas” apa sih yang terlintas dalam bayangan kita? Hmmm ... mungkin seseorang yang berpikiran out of the box, pake baju warna-warni dan bergaya nyentrik kayaknya dia kuliah di IKJ, atau seseorang yang Instagram Feednya estetik?
Kadang, mendengar kata kreativitas tuh membuat beban tersendiri di kepala gw. Seolah gw harus selalu berpikir brilian. Kayak wow-keren-banget apa yang dia tulis atau buat oh-so-insightful, witty, amazing, dan macem-macem. 
Lalu kita mulai berpikir, kok bisa orang-orang seperti Dee Lestari, Rowena Tsai, Tsana “Rintik Sendu”, atau siapapun lah influencer yang karya-karyanya keren banget itu, menjadi kreatif? Apakah mereka memang terlahir jenius?
Bisa jadi sih wkwk.
Tapi kalo kata Mari Andrew, seorang ilustrator dan penulis buku Am I There Yet yang sering banget gw sebut namanya di berbagai platform medsos yang gw punya, kreativitas itu sebenernya bisa dilatih. Dia bilang:
“Take ownership of your creativity by working on it proactively and consistently”
Jadi kata kuncinya adalah berlatih dan konsisten. Salah satu metode untuk menggali kreativitas yang juga dia share dalam kelas SkillShare-nya (semacam Skill Academy-nya Ruang Guru atau Coursera FYI), dengan mengapresiasi, mengobservasi, dan melihat apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari kamu. Ngga harus sesuatu yang luar biasa banget sampe mirip cerita superhero Marvel gitu. Tapi sesuatu sesimpel rutinitas ke kantor. Dan berhubung lagi banyak yang WFH karena pandemi, ya apa yang kita lihat sehari-hari di rumah dan dalam keseharian kita bekerja dari rumah. 
Mari Andrew bilang “Creativity is taking something ordinary and transform into something meaningful”. Dia ngasih contoh, misalnya sebuah pohon oak. Jika kamu mau menggali lagi makna dibalik pohon oak itu bisa berubah jadi “a shelter” atau “a meaning”. Kalo gw coba latian dengan mengubah kata “Desk” menjadi sesuatu seperti “a source of hope and the beginning of my transformation” karena emang belakangan ini gw banyak mengasah disiplin dan doing things i normally didn’t do di meja kerja. Meski meja kerja juga jadi “a source of stress for me” karena berbagai hal wkwkw.
Ya kurang lebih seperti itulah.
Why creativity important? Well, creativity is the fuel of our works no? Kreativitas juga yang bikin mundane things terasa lebih menyenangkan. Creativity juga yang bikin orang-orang lebih terhibur saat menikmati karya kita apapun itu. Yah seperti itulah.
So, what’s something ordinary in your life that you can transform into something meaningful and beautiful?
2 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Kamu Tidak Malas, Mungkin Hanya Butuh Dua Hal Ini (Kayak Judul Clickbait Yah)
Tumblr media
Sebenarnya apa sih yang sering kali menghalangi kita dari berbuat sesuatu? 
Mungkin beberapa orang akan menjawab kondisi eksternal seperti ngga ada fasilitas, benturan dengan urusan lain, dan macem-macem alasan lainnya. 
Namun, banyak juga yang merasa “kemalasan” sebagai suatu penyebabnya. seperti yang juga sering gw alami. Hal-hal kayak sering menunda, tidak menyelesaikan yang udah dimulai, dan inconsistency mungkin jadi hal-hal yang sering kita lakukan. 
Meskipun begitu, jangan keburu ngecap diri kita sebagai “orang malas”. Malas itu sebenarnya sebuah situasi yang bisa dialami siapa saja. Meski ada beberapa orang yang lebih rentan terjebak kemalasan ini sih hehe. Tapi, bisa jadi kemalasan itu cuma tip of iceberg. Di bawahnya sebenarnya ada banyak hal yang bisa menerjemahkan rasa malas itu. Misalnya, sisi perfeksionis diri. 
Kadang kita menunda atau malah ngga melakukan sesuatu sama sekali karena otak kita sudah memikirkan 10 langkah ke depan. Memikirkan maunya bikin yang bagus, yang keren, dan lain-main. Atau justru kepikiran hal-hal melelahkan dalam proses mengerjakan atau membuat sesuatu itu. 
Kita terlalu memikirkan hasil mungkin ya? Proses jadi terasa menyakitkan karena kita sangat menitikberatkan pada hasil. 
Misalnya ketika menulis. Kita berpikir wah tulisan gw harus inspiring dan insightful, harus masukin sumber ini itu, harus wah macem-macem keharusan lainnya.
Kita jadi ngga merasakan the joy of process. 
Kalo ada dua hal yang bisa dibeli gitu (hehe) atau dua permintaan yang bakal Allah kabulkan saat ini juga, mungkin gw kepengen minta “joy of learning” dan “a curious mind”. Dua hal itu menurut gw bisa jadi bekal dalam lo mengerjakan banyak hal. Ketika mendapatkan tantangan baru pada bidang yang ditekuni misalnya, elo ngga akan mudah menyerah. Elo ngga akan terlalu menuntut hal-hal tidak realistis dalam prosesnya. Atau ngga akan stres kalo hasilnya ngga sesuai harapan.
Karena elo truly enjoy the pursuit of learning something.
So, my wish for this October is to have the joy of learning and a curious mind. 
Banyak cara sih untuk bisa mewujudkannya. Bisa dengan rajin baca lagi. Nonton video youtuber yang inspiring kayak Rowena Tsai, Jenn Im, Aida Azlin, atau Lavendaire. Dengerin podcast. Diskusi sama teman-teman. Dan ikutan kelas online kayak Boothcamp-nya Yaumi barangkali kayak yang gw lakukan dalam dua hari ini hehe. Next gw akan cerita deh insight-insight menarik apa yang gw dapatkan dalam boothcamp ini. Seru banget soalnya! Menambah wawasan, recharge iman, dan memberi inspirasi buat apa yang akan gw lakukan berikutnya. Selain itu, ngasih challenge buat para peserta karena abis ini kita harus ngerjain tugas Action Plan biar yang kita pelajarin lebih konkret.
Kalo kamu gimana? Apa yang kamu lakukan untuk bisa lebih semangat dalam melakukan dan mempelajari sesuatu?
2 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Segala-galanya (Nyaris) Ambyar
Tumblr media
Hai, udah lama kita nggak saling berbagi cerita. Hari ini, segala-galanya nyaris ambyar buat gw. Di tengah usaha gw untuk menata hidup, ternyata Allah kirimkan sentilan kecil di tengah sore yang berjalan normal. Hujan sore ini turun cukup deras. Sudah beberapa hari ini sih sebenernya Depok hujan terus. Tapi gw ngga nyangka, kalo sore ini, hujan itu membawa air masuk ke dalam rumah gw. Menggenangi lantai mulai dari ruang keluarga, kamar nyokap-bokap, termasuk kamar gw. Sampe ke ruang makan dan bahkan ke kamar adek gw yang letaknya di depan. Air itu masuknya lewat pintu belakang yang ternyata terbuka. Dan itu pertama kalinya ada genangan air cukup luas di dalam rumah.
Reaksi gw tentunya panik. Dan gw bisa dibilang paling panik. Yang gw takutin sebenernya alat-alat elektronik dan listrik di rumah gw yang dalam otak gw bisa jadi berbahaya. Padahal genangannya ngga terlalu tinggi sih, tapi tetep aja PANIK. Sampe keadaan berlalu beberapa lama, barulah gw berani untuk ikut beresin kekacauan di rumah sedikit demi sedikit. Kejadian itu ditutup dengan usaha gw setengah terengah-engah membersihkan kamar yang tergenang cukup parah karena memang lokasinya paling deket dari sumber banjir. 
Hikmah yang gw petik dari kejadian ini adalah gw lemah banget sebagai makhluk Tuhan. Dikirimin genangan air ngga seberapa aja gw paniknya kayak mau kiamat wkwkw. Kedua, harus berhati-hati sama omongan. Karena kemarin gw emang ada nge-tweet “pengen nangis sampe banji” eh dikirim beneran. Ya udah besok-besok gw sering-sering ngetweet, pengen ambis sampe bisa kuliah S2 media and communication di Amerika wkwkw. Tambahin, barengan suami ehehehe biar ngga sendirian.
Dan yaa, gw lagi berusaha memperbaiki mood yang sempat ambyar karena banyak hal --ngga cuma karena banjir aja. Nonton video youtuber favorit gw Rowena Tsai cukup kembali membankitkan moodku untuk kembali “mengambis”. Btw, Rowena Tsai ini salah seorang yang menginspirasi gw untuk lebih organized dalam hidup dan fokus untuk mencari tau apa yang gw mau, sebenernya gw di sini harus ngapain. Next, gw mau mulai nulis di bullet journal. 
P.S. I can’t wait to receive my Segala-galanya Ambyar book
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
#5 One Thing At a Time
Tumblr media
Pernah ngga sih kalian ngerasa pengennya rebahan aja? Apalagi di masa pandemi yang mana emang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kasur tuh kayak punya magnet raksasa yang bikin kita selalu ketarik ke situ hehe. Aku ngerasa begitu. Hari ini aku bener-bener ngerasa super uninspired. Maunya rebahan aja seharian. Isitlah yang aku pelajarin dari videonya Aida Azlin youtuber favoritku “lethargy” yang menurut Google Translate artinya  a lack of energy and enthusiasm.
Biasanya hari Minggu aku tetapkan sebagai hari beres-beres kamar. Beresin meja yang berdebu, lemari yang berdebu, sapu-sapu sedikit hehe. Tapi tuh seharian ini bawannya pengen di kasur aja hiks. Mandi pun males rasanya hehe. 
Maka malam hari pun aku memaksa diriku untuk melakukan satu rutinitas yang lagi aku bangun. Working out alias olahraga. Thanks to pengalaman Ramadan kemarin, aku udah berani nyobain olahraga malam hari. Kalo di Ramadan kemarin, beberapa kali aku olahraga selepas berbuka puasa. Jadinya malam sudah menjadi salah satu pilihan waktu untuk berolahraga.
Di tengah kemageran hari ini, aku memikirkan banyak hal. Salah satunya “The Rule of Three” yang mau kucoba terakpkan. Aku pengen punya seenggaknya tiga hal yang harus aku lakukan. Tiga hal ini ada di berbagai kategori sih ujungnya jadi ngga tiga hal juga wkwkw. Misalnya untuk ibadah. Aku menetapkan sholat di awal waktu, tilawah, dan dhuha sebagai tiga standar yang kalo bisa kuterapkan setiap hari. Tiga kebiasaan sehat yang sedang kubangun itu minum air putih 2 Liter, olahraga tiap hari, dan satu lagi aku masih berjuang mengurangi porsi makan nasi. 
Sebenernya ada banyak sih yang berputar di otak. Ini tuh juga masih tahap coba-coba juga hehe. Tapi yang kupelajari dari youtuber inspiring seperti Cambria Joy, Lavendaire, dan Aida Azlin ya take one thing at a time sebenernya sih. Jangan terlalu pressure diri kita untuk bisa menguasai semua hal dalam waktu bersamaan. Aku ngga tau apakah aku udah melaksanakannya atau belum, tapi ya aku sedang mencoba untuk pelan-pelan yang penting jalan.
Terkait kebiasaan olahraga misalnya. Aku belum yang tiap hari olahraga juga. Tapi ya setidaknya aku sudah one step forward dengan mengerjakannya seminggu beberapa kali. Kebiasaan  sehat lainnya yang coba kubangun adalah minum air putih paling ngga 2 Liter dalam sehari. Ini udah one step further dari kebiasaan dulu yang bahkan cuma minum berapa gelas dalam sehari. Dan berkaitan dengan olahraga,  ‘one thing at a time’ yang kulakukan adalah dnegan ngga langsung pengen semua hal. Ngga langsung pengen join gym membership, pengen punya outfit olahraga lucu buat muslimah, pengen ini itu lain-lainnya. Semua bener-bener one step at a time. Diawali dengan beli dumbell 1 kilo. Lalu setelah cukup yakin lebih sering olahraga, barulah aku beli matras. Dan ngga lama, ketika aku ngerasa butuh beban lebih berat, baru deh ganti beli dumbell yang beratnya 2 kilo. Dan kemenangan-kemenangan kecil itu bikin aku jadi lebih pede sih. Nah, itu salah satu alasan kenapa perlu ‘one thing at a time’. Pertama, supaya nggak overwhelmed lalu jadi ambyar sama sekali kebiasaannya. Kedua, kemenangan kecil itu jadi booster juga untuk meraih kemenangan selanjutnya. 
Masih buanyaaak sebenernya PR yang harus diperbaiki. Kayak misalnya, nulis. Waaaah ini aku PR-nya buanyak betul. Tadinya ngimpi pengen aktif ngeblog, join komunitas, ini itu lainnya. Tapi belajar untuk “one thing at a time”, dimulai dengan ngisi lagi Tumblr-nya meski belum rutin hehe. Mungkin step berikutnya akan coba dengan baca buku lebih rutin. Saat ini aku masih baca buku sih, tapi ya kalo lagi kepengen aja. 
Ketika ngerasa punya impian yang terlalu jauh gitu kayaknya, inget aja “one thing at a time”. Bikin kemenangan-kemenangan kecil. Kalo kita ngerasa, ah nanti lama dong. Ya mungkin agak pelan, tapi dengan bantuan doa, mana tau ada percepatan juga kan sebagai bantuan dari Allah.
Yuk lah one thing at a time. Mari menjadi lebih rajin selangkah demi selangkah. 
2 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
#4 Tak Ada Lagi Seperti Kemarin
Tumblr media
Ada banyak pertanyaan yang terbersit di tengah situasi pandemi ini. Selain “kapan ini akan berakhir?” yang juga sering dipertanyakan, “apa yang akan terjadi setelah ini?”. Pertanyaan yang terakhir ini pun sudah memunculkan wacana “new normal” yang masih jadi perdebatan di berbagai kalangan. Bagaimana dengan kamu?
Aku sering terlibat diskusi dengan teman-temanku perkara “new normal” ini. Mungkin ini adalah pertanyaan yang paling sering kupikirkan saat menilai situasi pandemi saat ini. Hampir empat bulan terkurung di rumah membuatku bertanya-tanya juga, apakah sesudah ini masih bisa menjalani hidup seperti sebelumnya?
Rasanya absurd dan surreal ngga sih, ketika bulan Februari kamu masih bisa nongkrong bareng teman-teman di coffee shop, nonton bioskop, atau naik KRL yang ramai tanpa merasa khawatir berlebihan? Aku ngga kebayang, kalau empat bulan sejak Februari, naik KRL jadi sesuatu yang menakutkan. Sampe saat ini aku belum berani naik KRL sejujurnya. Dalam otakku kadang masih mikir kapan kita bisa kembali seperti sedia kala? Lalu aku mulai menampar diriku sendiri “hei bisa jadi seperti sedia kala itu memang benar-benar tidak akan pernah ada’.
Bisa jadi tidak ada lagi jalan-jalan santai di luar rumah tanpa perlindungan seperti masker-minimal. Bisa jadi naik KRL pagi hari itu tidak akan seperti dulu. Bisa jadi hand sanitizer sudah jadi kebutuhan primer seperti minum air. Rasanya sungguh absurd dan surreal karena perubahan ini tidak terjadi secara bertahap. Tapi seperti satu hentakan keras yang mengejutkan orang-orang yang terlelap dalam aktivitas zona nyaman masing-masing. Membuat otakku merasa ini hampir mirip kiamat ketika alam yang lama digantikan alam yang baru dalam sekejap. Itu perumpamaan yang agak dramatis sih, tapi ya hampir mirip sedikit menurutku.
Jadi teringat, wacana di akhir kepengurusan bang Arief Budhy Hardono, ILUNI UI berencana untuk menjadikan teleconference sebagai program unggulan berikutnya. Dan kita sudah dapat sponsorship dari Telkom. Beberapa bulan lalu pun, di kepengurusan Bang Andre, sering kali ada pengurus ILUNI yang tidak bisa hadir rapat secara fisik, minta bergabung dengan menggunakan Skype. ILUNI UI juga berencana mengajak ILUNI Fakultas dan Wilayah untuk rapat rutin melalui teleconference. Dan kami bahkan sudah kontakan dengan vendor Zoom, sebelum outbreak Corona di Indonesia. Nggak nyangka, sekarang meeting Zoom benar--benar jadi meeting yang rutin dijalani. Dan mengajak ILUNI Fakultas dan Wilayah pula. Mungkin sampai beberapa bulan ke depan.
Aku ngga tau sih, sampai kapan aku WFH. Beberapa waktu lalu sempat tanya sama Office Managerku Mba Anneke, katanya bisa jadi sesudah ini sistem kerja officer ILUNI UI memang akan lebih banyak dari rumah saja. 
Btw, vaksin kabarnya belum tersedia di tahun ini. Bisa jadi baru ada 18 bulan ke depan.  Malah ada yang bilang virus ini ngga akan punah dari bumi. Presiden Joko Widodo sendiri sudah bilang kita harus berdamai dengan virus ini. Meski pastinya segenap umat manusia masih berjuang untuk melawan penyebaran virus. Tapi ya harus realistis, memang dalam beberapa bulan ke depan, kita masih harus berhadapan dengan COVID-19. 
Mungkin memang ‘seperti kemarin’ benar-benar tak akan pernah terjadi. Tak ada lagi yang namanya ‘seperti kemarin’. 
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
#3 Is There Any Barakah in It?
Tumblr media
Sekarang aku paham, kenapa barakah itu yang terpenting. Abundance without barakah will be meaningless. 
Mungkin selama ini mindset banyak orang, termasuk aku, memiliki dan menikmati banyak itu menyenangkan. Entah itu uang, popularitas, atau harta benda lainnya. Aku ambil contoh kelakukan aku yang belakangan lagi jajan terus.
Sebagai penggemar Animo baik kopi maupun donut gemesnya, aku langsung mupeng waktu liat mereka jual produk es kopi kemasan 1 L. Belum lagi mereka jual berbagai varian produk bakery, mulai dari Cinnamon Bun isi empat, donut isi krim dalgona coffee, dan banyak macemnya. Setelah dapat THR dari kantor hehe, langsung ngga pake pikir panjang aku incer es kopi susu favoritku itu dan borong cinnamon bun sama donat dalgona. Tambahan lagi ditakut-takutin kalo bentar lagi mereka ngga akan melayani pembelian kan karna libur lebaran.
Setelah pesanan nyampe, aku pun mencoba semua produk Animo yang kubeli. Padahal ngga nyoba banyak juga. Setengah cinnamon bun sudah merasa cukup. Yang itu lumayan oke lah, alhamdulillah. Tapi begitu nyoba donat Dalgonanya, langsung menyesal sudah keburu nafsu membeli setengah lusin (karena mereka jualnya langsung lusinan ngga satuan ya jadi kepaksa beli enam juga). Rasanya kelewat manissss! Ya Allah i ate too much sugar already! Hiks. Please pray for my health hiks hiks.
Dan di situ mikir, ternyata terpenuhinya ke-BM-an tidak selalu berujung bahagia. Kadang jadi menyesal. Apa karna ngga barakah ya? Karna aku udah membuang-buang uang beli hal-hal yang sebenernya ngga aku butuhin, hanya karena kepengen aja. 
Bisa jadi begitu ya huhu. I got my lesson today. Belilah secukupnya aja. Belum tentu yang bikin kamu mupeng awalnya akan memuaskan kamu akhirnya. Mungkin mulai saat ini, aku akan tambahin doaku agar rezeki yang diturunkan-Nya menjadi berkah, biar ngga sia-sia dan malah bernilai. 
Selamat menyambut Lebaran ya manteman. Meski kita Lebaran di rumah aja, dan ngga keliling ke rumah sodara atau tetangga, semoga kita tetep bisa mengontrol hawa nafsu ngunyah kita ini, biar ngga nambah lebaran habis Lebaran wkwkwk. 
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
#2 Seni Menunggu
Tumblr media
Menunggu ada seninya, katanya. Kayaknya aku pernah dengar frasa ini di sebuah judul buku. Aku nggak ingat pasti sih, tapi pasti kalian pernah dengar juga kata-kata ini.
Dalam hidup, ternyata ada banyak kegiatan tunggu-menuggu yang harus kita lakukan. Belakangan ini, semenjak WFH terutama hehe, kegiatan belanja online meningkat. Pandemi dan PSBB ternyata berpengaruh pada kegiatan belanja onlline. Aku pernah baca di beberapa testimoni pengguna jasa belanja online kalo pengiriman paket sepertinya jadi terhambat karena PSBB. Jadinya waktu menunggu paket mereka jadi lebih lama. Kalo yang aku rasain dari pengalaman beberapa kali belanja online, alhamdulillah tidak pernah selama itu. Mungkin karena aku punya mindset untuk ngga terus-terusan mengecek progress barang belanjaanku. Malah pernah ada satu kasus, di aplikasi katanya belanjaan aku bakal baru dateng pertengahan bulan, yang mana sekitar 2-3 minggu dari semenjak aku beli. Tapi alhamdulillah, nyatanya ngga sampai selama itu. Aku udah mempersiapkan diriku untuk bersabar kalau belanjaan skincare yang sangat kutunggu itu bakal lama datangnya. Hamdalah, ternyata Allah izinkah barangnya datang lebih cepat hehe.
Ada juga sih kasus barang-barang lainnya yang waktu kucek di aplikasi statusnya masih pengemasan. Tapi ya memang tulisannya maksimal Juni bakal sampe sih, jadi aku semacam ya sudah sabar saja, tunggu sampai deadlinenya. Kalau sudah lewat, baru kita cek ke penjual.
Jadi, apa salah satu seni mengunggu? Seni menunggu mungkin salah satunya adalah untuk tetap tenang dalam penantian. Kadang emang susah sih, apalagi kalo barang itu barang yang kita incer banget dan udah ngga sabar untuk menggunakannya. Tapi ya begitulah hidup, kadang kita menunggu sebentar saja, kadang kita harus menunggu sedikit lebih lama. Dan mungkin level stresku meningkat kalau aku terus-terusan ngecek status barang yang aku beli itu wkwkw. Jadi, mari berusaha untuk santai saja dalam menunggu. Santai tapi tetap waspada wkwkw. 
Salah satu hal lain yang bisa dilakukan saat menunggu mungkin dengan menyibukkan diri biar ngga tergoda untuk terus-terusan ngecekin status belanjaan kita hehe. Berlaku juga untuk menunggu hal-hal lainnya :D.
0 notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
#1 Satu Hal yang Ku Sadari
Tumblr media
Ada satu hal yang lagi kusadari belakangan ini. Mungkin ini udah lama terjadi dalam hidup aku, tapi belakangan terjadi lagi dan makin membuat aku yakin. Apa satu hal itu?
Somehow, aku ngerasa Allah ngasih cinta lebih banyak ketika aku lagi berusaha memperbaiki diri aku hehehe. Alhamdulillah.
Di ultahku yang ke-30 tanggal 10 kemarin, aku dapat banyak ucapan dari orang-orang kantor, teman-teman. Sesuatu yang aku ngga sangka banget. Bahkan teman-temanku pun ngasih hadiah. Untuk beberapa orang mungkin itu hal yang biasa, tp utk aku itu hal yang luar biasa wkwkw. Duluuuu sekali pernah ada yg ngasih kado, tapi udah lama banget wkwk. Alhamdulillah di ulang tahun yang tahun ini beberapa orang teman ngirim kado. Ada yang ngasihnya bilang-bilang, ada yang diem-diem, tau-tau ada paket aja nyampe di rumah, sebuah buku hehe.
Dan sempat ada kejadian lucu pula di hari ulang tahun. Waktu itu kan hari Minggu, tapi ya seperti biasa di masa WFH ini ya kita tetep stand by di laptop dan slack. Apalagi abis ada acara juga kan ILUNI UI. Terus ya pas menjelang maghrib, tau-tau ada kiriman Mujigae di rumah. Kata Papa sih memang buat aku, tapi ngga ada seorang temanku pun yang nanyain “eh dev paketnya udah sampe belom”. Aku sempet curgia kan, kayaknya orang kantor deh karena mereka emang punya kebiasaan untuk ngirim hadiah buat yang lagi ultah. Tapi ini mereka ngga ngasih kabar. Mana pas aku nanya temanku dia malah bilang ngga tau pula, hu dasar wkwk.
Ayahku pun sempet jadi heboh karena kiriman Mujigae tanpa nama itu. Malah jadi parno dan panik wkwkw. Dan sempet ngelarang untuk makan, takutnya salah kirim karena beliau jadi ragu juga itu bener buat aku apa bukan. Akhirnya kutanya lah Mbak Anneke Office Managerku, dan ternyata tadaaaaa memang bener dari teman-teman officer ILUNI UI hehee, hamdalah ga jadi dibuang mujiagenya kan sayang huhu.
Lalu besok-besoknya temenku pun ngasih kado, dan masih ada yang ngucapin jg. Alhamdulillah, pengalaman berbeda di banding tahun-tahun sebelumnya. Dan satu lagi yang bikin senang karena ultahku tepat di bulan Ramadan, jadi merasa love banget. 
Kejadian ini agak mirip sama setahun sebelumnya. Tepatnya ketika aku baru aja selesai dari Beautynesia. Biasanya jeda aku nganggur ke pekerjaan berikutnya sekitar 3-4 bulan. Cuma alhamdulillah, dari Beautynesia ke ILUNI UI cuma sebulan aja. Saat itu aku lagi berusaha membuat dirku lebih positif dan melakukan hal-hal yang positif.
Tapi sebenernya, bisa jadi bukan karena perbuatan aku juga sih ehehe. GR amat kau Dev. Allah pasti sering memberi meski diri ini juga bahkan ngga ngapa-ngapain. Apapun itu, alhamdulillah, harus terus mensyukuri pemberian-pemberian kejutan dari Allah. Semoga bisa lebih bersyukur lagi. Padahal sebelumnya aku berada di titik yang cukup rendah dan negatif dalam hidup aku. Aku super negative banget sampe harus pergi ke psikolog buat curhat. Tapi Alhamdulillah, Allah menolong aku....
Btw tulisan ini dibuat setelah merenung dan menonton video vlognya Aida Azlin. She’s my role model btw. Bukan seleb terkenal, pun bukan youtuber populer macam Suhay Salim atau Tasya Farasya atau Gita Sav. Tapi konten-kontennya dia relatable banget, singkat padang, dan jelas. Kapan-kapan aku akan bicarain tentang dia ya :D. Bukan buat gibah, tapi berbagi inspirasi hihi. Suka banget pokoknya, dan satu hal lagi yang patut kusyukuri di Ramadan kali ini, bisa menemukan seorang role model baru yang bikin aku lebih semangat menemukan impian-impian aku.
Tetap semangat buat manteman semua. Semoga sehat selalu dan bisa mengejar ibadah di akhir bulan Ramadan. Semoga kita dipertemukan kembali di Ramadan selanjutnya. Dengan dunia yang berbeda setelah pandemi barangkali? New Normal Ramadan! 
2 notes · View notes
stilldaydreaming10 · 4 years
Text
Tumblrku Kembali!
Setelah sekian lama, akhirnya gw berhasil memperbarui password gw. Padahal dulu kayaknya gagal terus kenapa ya? Apa gw ngga pernah kepikiran kalo gw bisa ngereset password? Apa gw baru inget email dari tumblr gw yang ini? 
Nevermind, yang penting akun tumblr kesukaan gw ini udah balik.
Tumblr yang nyimpan banyak kenangan. Repost yang membanjir. Tulisan-tulisan emo ala young adult wkwkw. Dan di penghujung usia 20-an, akhirnya gw bisa beredar lagi di tumblr gw. Yang cukup banyak merekam perkembangan hidup gw.
Semoga ke depan gw bisa aktif lagi, dengan semangat yang baru. Nggak hanya untuk konten tumblr ini, tapi untuk hidup gw secara keseluruhan. 
Mari tukar cerita dan inspirasi (juga tulisan emo lagi barangkali!).
0 notes
stilldaydreaming10 · 7 years
Text
Racau: Refleksi Sebuah Luka
Tumblr media
(agak seperti judul sinetron mellow yak, btw maaf yak kalo gambarnya bikin nggak nyaman hehe)
Judul baper ini sebenarnya terinspirasi kejadian yang mungkin bagi kebanyakan orang—termasuk mamak gw—sebagai kejadian yang biasa aja. Tapi berhubungan gw anaknya panikan, heboh dan cengeng, maka kejadian ini jadi sedikit tidak biasa. Berawal dari niat gw untuk membantu mamak, sekaligus belajar jadi istri yang baik (kelak, uhuk), gw mencoba mengupas singkong, lalu memotongnya kecil-kecil untuk dikukus. Tepat setelah mamak gw bilang, “Hati-hati ngupasnya, jangan kena tangan”, srettt (ceritanya SFX pisau menyayat kulit)! Tanpa sengaja gw menyayat jempol gw dengan pisau, lalu crot (suara darah). Mengalirlah darah merah segar di jempol gw. Dan dimulailah drama di siang menjelang Dhuhur itu. Sambil panik dan setengah nangis, gw minta diambilkan tisu dan betadine. Dengan tenangnya, sambil sesekali menasihati gw untuk jangan lebay, mamak gw dibantu adik gw, Rizu, mengobati luka di jempol gw. Alhasil gw berangkat menuju Kampus Umar Usman demi menemani teman karib gw, Dian (yang sedang ikut Superpreneur btw, mohon doanya supaya dia menang ya guys), dalam keadaan jempol yang cidera (udah kayak pemain bola aja cidera).
Meski udah di-hansaplast, jempol gw tetap ngilu rasanya. Apalagi ketika kegesek-gesek hansaplast yang terasa membalut erat kulit jempol gw. Kegiatan sesederhana mengaitkan peniti di jilbab pun terganggu. Dan ketika Ashar tiba, tahu-tahu aja darah terlihat merembes dari balik hansaplast, dan bau anyir mulai tercium samar (setdah, serasa nulis cerita thriller aja gw yak). Gw tahan rasa sakit itu, sampai jam lima sore, ketika akhirnya gw terpaksa mengakhiri pertemuan dari hati ke hati dengan miss Kibi di Sevel Karang Pola. Harus segera mengganti hansaplast, dan perasaan gw sedikit nggak enak. Benar aja.
Sesampainya di rumah, kembali, seperti ikan arwana yang megap-megap karena kehabisan air dan oksigen, gw kelabakan nyari mamak untuk minta tolong digantikan hansaplast. Dan sore tadi, Bokap sudah di rumah, yang mana artinya drama season kedua kembali dimulai. Like father like daughter. Bokap gw jelas nggak bisa nyantai melihat anaknya kembali nangis kesakitan ketika hansaplast dibuka perlahan. Semakin ngeri ketika darah mulai mengalir bahkan sampai jatuh ke lantai. Itu adalah genangan darah dari luka yang paling heboh yang pernah gw alami, dan mungkin inilah salah satu alasan kenapa gw jadi lebay banget (dan gw pada dasarnya lebay ahaha). 
Tumblr media
Setelah Bokap mewanti-wanti untuk segera membawa gw ke klinik, Mamak pun melarikan gw ke klinik terdekat dengan membawa mobil. Sampai di sana, luka yang masih menganga dan mengeluarkan darah segar itu ditangani oleh dokter dan perawat pria. Mamak sebelumnya telah mengingatkan gw untuk lebih tenang dan jangan mewek di depan dokter, malu-maluin hahaha. Maka dengan ketegaran layaknya seorang tentara cupu baru ikutan peperangan, gw pun mencoba membuka seorang diri hansaplast yang masih tersangkut di luka. Sambil merem-melek nahan sakit, gw diobati dengan obat merah dan alkohol (sepertinya sih alkohol, pokoknya dikasih cairan bening gitu deh). Berusaha keras untuk nggak nangis, dan mencoba beristighfar sebisa gw, hehe. Akhirnya perban menutup sempurna luka yang telah ditangani secara lebih profesional. Dan rasanya jauh lebih nyaman sih, dan rasa sakit perlahan berkurang.
Ada banyak hal yang melintas di pikiran gw saat menahan sakit sambil nangis-nangis. Pertama, ya ampun gw lemah banget yak gitu doang lebay. Kedua, semoga luka yang gw alami jadi penggugur dosa gw yang segunung Olimpus di Mars yang kabarnya tingginya mencapai 25 km (mungkin dosa gw lebih dari itu sih, wallahu’alam). Ketiga, mungkin ini adalah ujian yang memaksa gw untuk belajar jadi lebih kuat karena gw sepertinya punya kelemahan dalam menghadapi rasa sakit, baik fisik maupun hati (eaa). Sebenarnya sebelum memutuskan menulis di postingan ini, gw sudah merangkai beberapa ibroh dari kejadian ini, tapi gw agak lupa redaksinya gimana (padahal kecehan yang gw pikirkan dalam otak itu deh, heuheu).
Ah, ini subibroh dari kealfaan gw dalam mengingat ibroh luka ini: gw sebaiknya mencatat ide apapun yang terlintas di otak wkwkw. Ada banyak hal sih yang bisa kita ambil hikmahnya dari berbagai kejadian dalam hidup, sekalipun sekecil luka akibat tersayat pisau. Bahwa luka, pada akhirnya akan mengering, meski membutuhkan waktu yang tak sebentar. Yah, jadi baper, jadi galau heuheu.
9 notes · View notes