⚜️ (Cuplikan cerita Origami : Kuda Kertas Eps. 3) ⚜️
_______________________________________________
.
.
.
.
.
Bercanda didoain, Solidiernya mana?
“Hei Budak”..!!!Teriak Comendante Mandes.
“Siap Tuan” Kawan-kawan menjawab.
“Siap berdiskusi”?
“Siapa takut”
Aurechaaa.. Salam khas yang kami gunakan
dalam komunitas Slavery, sebagai tanda bahwa
diskusi bebas akan segera dimulai.
“Bun,. Nasi Kuning-Telur dua porsi nggak pake
sambal”. Suara lembut itu terdengar ngeri
digendang telinga ku, seperti pekikan halilintar
yang merobek Lazuarzi.
Saya mengenali betul
siapa pemilik suara yang membahana dari
belakang. Siapa lagi jika bukan si “Kuda Kertas”,
gadis bermata empat itu.
Para Budak..!!” Eros mengalihkan perhatian ku
yang telah tersita oleh kehadiran perempuan itu.
“Siap Tuan”….
“Lanjutkan.!!!”
Tema diskusi kita pada kesempatan ini
adalah “White House”. Saya coba memandu
jalannya diskusi, walau sedikit gagal fokus.
Apakah ada yang dapat menjelaskan
alasan mengapa orang Amerika menamakan
gedung itu demikian? Tanyaku.
“Rasisme”Jawab Toetty.
Silahkan rasionalisasinya?
“Semenjak migrasi besar-besaran bangsa Afrika
menuju benua Eropa.............” Toetty mencoba
beropini.
Dan.. Perang argumentasi meledak disela diskusi
kami, menegasikan mereka yang ada dalam
kedai kopi. Tapi hari ini stamina ku tak cukup
lama untuk bertahan.
Kepala puyeng serasa mau meledak,
badanku dingin disertai rasa ngeri. Minum obat
dan istirahat yang cukup mungkin adalah
solusinya.
Saya berpamitan, sementara rekan-rekan yang lain masih melanjutkan diskusinya.
Berjalan menapaki aspal Bandar Udara Sultan
Babullah. Setibanya dibilik kamar kontrakan
yang berukuran 3x4 itu, langsung ku periksa
kotak P3K, mudah-mudah masih tersedia
beberapa butir kapsul dikotak pandora.
Neo Rheumacyl tablet adalah dewa
penolongku hari ini. Kombinasi dari 350 mg
paracetamol dan 200 mg ibuprofen cukup
membantai nyeri otot dan nyeri sendi yang
menyanderaku ditambah 1 butur trazodone
pemburu insomnia akut.
Apa yang aku cari tak butuh waktu
lama untuk menemukannya. Dua butir dan
segelas air melaju masuk kerongkongan.
Di antara sadar dan terjaga, telephone
selulerku berteriak.
Arkana memanggil.
“Assalamu’alaikum” Terdengar cemas suara
Arkana.
Waalaikumsalam., Perintah?
Gawat” Kata Khana.
Setidaknya ada kata pengantar, biar aku lebih
memahami maksud gawat itu. Letak?
“Ok maaf. Salah satu eksponen feminism.
Sahabat kita V dia terbaring lemas”.
Siapa?
“Perempuan Kuda Kertas.
Dia mengalami kecelakaan saat hendak pulang dari
kampus, dan kami yang melarikannya ke Rumah
Sakit Umum Hasan Boesoeri, tepatnya di Ruang
IGD ia dirawat.
Kamu bisa ke sini kan?”
Astajim. Rasa ibaku mendemo seisi perasaan.
“Ini bersifat Instruksi. Kamu ke IGD dulu. Kami di
sini semua menunggumu” Ujar khana.
Apes segala sial, kesehatanku memang sedang
down total. Sebisanya nanti aku usahakan.
Sebelumnya makasih atas informasinya.
Semoga dia cepat sembuh. Doaku dalam hati.
Rasa kantuk itu kembali menyerangku.
Mungkin reaksi kimia dari obat trazodone yang
ku telan saat kondisi perut belum terisi.
Tak
seberapa lama, aku kembali dibangunkan oleh
pesan singkat dari Marsinah Toety:
”Lagi Stay dimana kau?”
Biasa. Lagi di Blok-Black. Balasku datar. (sebutan
lain untuk kamar kontrakan).
Kamu?
“Aku lagi Di RSU, temani V. Main kesini dong?
Maunya begitu,. Tapi maaf seribu maaf.
Stamina ku juga lagi down nih.
Titip salam buat Sekjen. Moga cepat sembuh.
Sebenarnya ada hal yang begitu ganjal
antara saya dengan perempuan "Kuda Kertas"
kami tidak terlalu saling kenal, apalagi akrab
tetapi oleh kawan-kawan
kami seolah-olah ingin dicomblangi hampir di setiap
kesempatan, termasuk saat ini.
Sore meninggalkan bekas, dengan
gores luka yang bertubi-tubi.
Kebesaran mentari seolah redup di ufuk
langit saat azan magrib mulai dikumandangkan.
Malam itu jenuh ku jengkali, peluh bercampur
gaduh. Ada gelisah yang membuih, bertabur
diantara labil dan harap.
Pena ragaku masih menulis syahadan
tentang dia, tapi mengapa di saat dia terbaring
lemah
aku pun dalam gengaman
ketidakberdayaan raga.
Syahdu bergemuruh bermahkotakan kata. dalam
sabda izin maaf.
Andai, malam ini aku bisa menjagamu
saat sakit. Lamunanku menguat membentuk
pusaran mimpi tidur.
*****
𝗘𝗽𝘀 𝟰 ✍️
"𝗦𝗲𝗰𝗿𝗲𝘁 𝗔𝗱𝗺𝗶𝗿𝗲𝗿"
Ada banyak hal yang kita tidak
ketahui tentang rencana
Tuhan
untuk hambanya.
Terkadang itu
adalah tangisan kebahagiaan,
kadang itu adalah
senyumah buah dari penderitaan.
Kita adalah
kita dan karena itu jangan seperti pejabat yang
tiranik dan hipokrit itu.
Waktu tergama pada jarak yang
terjaga.
Astaga. Kita telah menipu diri dan itu
sudah terjadi di setiap senja dan fajar pagi.
Tuhan misteri apalagi yang ingin kau
bagi untuk jiwa yang hina papa ini.
Dengan segelas kopitam pagi ini ku
saksikan mentari merobek dinding langit. Nada
pesan singkat dari handpohe meniadakan
lamunanku.
▪
“Lama tak ku dengar kabar darimu, aku rindu
membaca puisi-puisimu”.
Yb : Putri Naladhipa.
Demikian isi pesan singkat yang ku
terima dari Nalla pagi ini.
Senang sekali ku baca sajak kata darimu pagi ini.
Puji syukur. Aku masih diberkahi nikmat
kesehatan. Bagaimana dengan mu wahai diri
yang berlemah lembut?
Segera ku balas pesan itu.
▪
“Diantara harap dan canda, Subhannallah
matahari pagi masih bertahta, itulah kabar yang
bisa ku bagi untukmu. Sepagi ini apakah engkau
masih bermanja dengan buku?”
▪
Aku tidak sedang bermanja dengan buku pagi ini.
Karena tidak segalanya harus ditemukan hanya
dalam buku. Pagi ini aku sedang membaca
pikiran Tuhan bersama karya-karya-NYA.
Ada apa gerangan sahabatku Nalla?
▪
“Jika kau tak berkeberatan, aku ingin
mendengar narasi-narasi cinta darimu pagi
ini?”
▪
Bila itu adalah pintamu, dengan senang hati. Ku
nanti call U.
Untuk kesekian kalinya. Rokok kembali
ku nyalakan. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia
sampaikan. Fikirku.
Bukankah ini kesempatan
bagiku untuk mengetahui siapa orang yang telah
menelantarkan nomor kontak ku
Semoga Nalladhipa mau berbagi
tentang itu. Harapku.
Bebas merdekanya Steveen n
Coconutrez yang ku pasang sebagai nada dering
pun berbunyi, telpon segera ku angkat.
“Allllowwww”Terdengar datar pita kontraltonya.
Tapi energi suaranya menampar membran
timpaniku.
Yuoweeeee.. Balasku
“Sowrryy, Jika pagimu terusik.”
Santai saja. Kalo lagi sibuk ngapain juga diamini
pintamu tadi.
“Nggak ke kampus?”
Kan tanggal merah.!! Pake almanak Cina yah?
“Oo iiyaa yaah,.
Hari Sumpah pemuda,. Benar aku lupa”.
Pemuda bersumpah. Hayyoooou,.. Harinya aja
udah lupa, gimana ngingatin naskahnya.!!
“Eidzs,. Jangan salah dulu. Mau nguji?
Bollehhh,.
Simak Baek-baek ya”
SUMPAH PEMUDA :
KAMI PUTRA PUTRI INDON...” (Tanpa disuruh Nalla
dengan lantang mengucapkan Ikrar Sumpah
Pemuda).
“Superrrrr kan Key?”
“Pasti kamu nggak nyangka kan, cewe manja
nan modis ini, yang kerjanya hanya sibuk merias
diri, yang nggak tertarik sama buku-buku
pendidikan ini, punya jiwa Nasionalismenya 100%
Plus-plus. Cap Garuda asli”. Bak kucing memuji
ekornya.
Canggih juga otak nih Banpol.
Fakta dari mereka
yang hafal secara baik dan benar Naskah
Sumpah Pemuda saat ini bisa di kata sudah
sangat langkah.
Ucapku dalam hati.
Horreeeeeeeeeeeee.,
Pemenang lomba baca indah Naskah Sumpah
Pemuda tingkat Anak-anak adalah adik kita
yang manis dan lucu Putri Nalladhipa. Beri tepuk
tangan yang meriah.
Sengaja ku goda emosinya.
“Khaaaahahaha.,
Aduh sumpah nggak kuat”
Dia terbahak-bahak.
Mana ada sumpah nggak kuat, yang ada tuh
hanya sumpah pemuda.
“Sumpah nggak kuat, perut ku sakit”.
Udahhh cepat ntarr kebelet lagi.. hihihi. Just
sciding.
Sssttt,. Udah dulu ketawanya. Awet.
Mari kita masuk stadium serius.
Nalla, sejujurnya biar perkenalan kita baru
seumur jagung, meski di antara kita belum
terbangun sebuah komitmen, tapi itu bukan
berarti menjadi alasan untuk kita berpura-pura
dalam menjalin ikatan persahabatan.
Aku ingin kita saling mengetahui, sekurang-kurangnya identitas kita, maka mari kta
pisahkan dulu kata dari dusta. Bisa kan?
Criuuss yaa?”
Harus? Candanya kembali meledak.
“Ehem. Okey SERIUS”,. Nama lengkap ku Putri
Nalladhipa, Mahasiswi semester V Fakultas
Psikologi, di salah satu Universitas Ternama
Yogyakarta.
Aku asli orang Maluku Utara,
Sedang kamu Pijaro Keyva Akalangka,
Mahasiswa Hukum semester V. Si Kapten Kribo.
Betul?
Dari mana sumbernya?Tanyaku
“Nggak pake sumber, tinggal diklik, tekan enter
dapett dehh data-datanya”.
Jangan samakan aku dengan akun di dunia
maya, tinggal di enter beres.
Nggak nyadar? “
“Memang sudah begitu faktanya”.
Siapa detektif yang sok kenal itu? Awas kamu.
“Seriusssss..!!”.
Memuji itu mengusik. Tegasku.
“Tapi faktanya?”
Itu fiktif. Bagi dong Sumbernya?
“Apanya yang harus dibagi?”
Itu sumber kamu yang sok kenal.
“Ohh,. kalo yang itu magh tidak bisa atuh, Nalla
teh sudah buat perjanjian di atas materai. Ada
paktha integritas di antara kami, kumaha atuh,
hati nggak boleh dipaksa-paksa”. Dia bercanda
dengan sedikit dialek sunda.
Tapi itukan bukan perjanjian linggar jati.!!
Biar, Ini rahasia negara”
Sejak kapan negara punya rahasia, asas
bernegara saja transparansi. Debatku.
“Heheheee.e”
Memang ada yang lucu?
“Kagak.!!”
Lalu ketawa barusan? Nyindir ya?.
“Sowwrry, jangan marah dulu.”
Marah sih tidak tapi tersinggung nih.!!
“Kata orang kamu itu seorang filsuf, bijaksana,
kalem, punya jiwa toleran, de el el”.
Ternyata kamu ini bukan saja pandai basa-basi,
tapi tinggi juga selera humornya. Masalahnya di
sini bukan Stand Up Comedy.
Kalo kamu hanya
ingin menjalin persahabatan untuk memenuhi
selera humor kamu. Ini sekedar saran : jangan
libatkan aku dalam proyek “Canda-tawa, karna
itu aku tak berminat.
“Bukan itu maksudku. Bagaimana cara
menjelaskannya” (Nampak kikuk terdengar
suara Nalla kali ini).
“Kadang kala penjelasan saja tidak cukup untuk
bisa membuatmu memahami dan mengerti apa
yang dirasakan orang lain.”
Jadi maksud kamu, tumpul rasa peka saya?
“Bukan itu maksudnya”.
Nalla. Jangan libatkan rasa. Aku butuh jawaban,
bukan alasan apalagi penjelasan.Tegasku.
“Terkadang lebih baik diam daripada
menjelaskan apa yang kita rasakan, sebab akan
sangat menyakitkan ketika mereka yang bisa
mendengar namun gagal memahami”.
Wahhh,. berfilsafat ceritanya. Sekali lagi AKU
BUTUH JAWABAN. Siapa sumbermu?
“Baiklah kalo kamu memaksa”
“Kronologisnya : Beberapa waktu lalu, aku
berkomunikasi dengan salah satu sahabat
terbaikku waktu SMU.
Dia sahabat terhebat yang
pernah ku miliki, kebetulan kalian itu satu
kampus.
“Berawal dari sebuah masalah yang sedang
melilit privasiku. Seperti cewek pada umumnya,
butuh teman curhat.
Makanya aku tanya ke dia,
ada nggak teman kamu yang bisa diajak sharing.
Katanya ada, dia ahli meracik segala sesuatu
tentang rasa dan perasaan, pokoknya orangnya
nyaman, nanti aku kirim nomor kontaknya.
Dan
ternyata dokter cinta yang dia maksudkan itu
adalah kamu. Hanya itu. tidak lebih. Plisss,..
Jangan negative thinking dulu”.
Nah,. Sekarang jelas, saya bukan tipe orang yang
kamu maksud. Watak dan karakterku juga
berbanding terbalik dengan dokter cinta
sebagaimana yang dia katakan.
Satu hal yang
ingin aku tegaskan, jika kamu masih tetap
menyembunyikan siapa sumbermu yang
sebenarnya, maka aku harap ini adalah akhir
dari komunikasi yang penuh tipuan ini.
Selebihnya kita tak usah saling kenal.
Makasih
atas perkenalan ini sekurang-kurangnya engkau
pernah membuat ku binggung.
“Tapi, Semua dan segalanya tentang kamu telah
ku temukan ada kebenarannya bahkan sampai
detik ini, kamu memang sosok yang setidaknya bisa diajak untuk sekedar berbagi, bertukar fikiran.
Aku akan memberitahu siapa dia, Tapi ada
syaratnya : berjanjilah untuk tidak membuat
perhitungan dengannya.?”
Ok. Lantas apa yang harus saya lakukan agar
memenuhi segala yakinanmu?
“Sebagai orang yang beragama, bagaimana jika
saat kau berjanji tanganmu diletakkan di atas
kitab suci?”
Solusi yang cantik. Deal. Saya berani terima.
“Baiklah, tapi ambil dulu kitab sucinya.”
Udahh. Saya berpura-pura yang ku pegang justru sebuah novel "Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur" Karya Muhidin M Dahlan.
Dari balik telepon
Nalla mulai memandu pengambilan sumpah.
“Saya Bersumpah,.” Seperti pejabat yang
dilantik. Dia membacakan ikrar setelah itu aku
mengikuti.
Aku sudah disumpah. Siapa?
“Sabar dikit napa sih”. Gaya manjanya kambuh
lagi.
Tapi sejujurnya bukan sumbernya yang
aku penasaran, tetapi justru dia sendiri yang jadi
sumber rasa penasaranku. Siapa orang ini sebenarnya. Intelkah? Banpolkah?....
Tapi.
Saya suka cara dia
membela diri, jadi ini hanya akal-akalan saja,
cari masalah biar dia membela diri.
Tepati janjimu..!!
“Mau tau?”
Hufff,. Cepatan sebelum minatku menghilang.
“Sumberku itu bernama V”.
V? Jangan bilang....!!! Tanyaku tak percaya.
“Benar. Diandara V Puan Semesta.
Gadis bermata empat yang kau gantikan
namanya dengan "Kuda Kertas".
Gadis yang saat
ini sedang terbaring lemas di atas kasur rumah
sakit. Dia orang yang telah memberikan nomor
ponselmu. Puas?”
Puas Dari mana. Enak saja. Belum selesai urusan
kita.
“Apaa sihh, bukankah ini sudah jelas?”
Jelas apanya? Elakku ☯
ᴘᴜʟᴀᴜ ʙɪꜱᴀ, 22 ꜱᴇᴘᴛᴇᴍʙᴇʀ 23
#Coretantetelawas
FB : FIKRAM LOLAHI
IG : @fikramlolahi_
Twitter : @fikramlolahi15
Tumblr : @fikramlolahi15
*****Bersa...
0 notes