Tumgik
#marsinah
spaceandtimepiece · 1 year
Photo
Tumblr media
Scientist's say that in the far future, there will be Mineable planets with vast of valuable resources that we will be able to take advantage. Do you think this might be possible? Comment down below. 😊 #galaxyaroundyou #galaxyxbts #cosmosnow #cosmosboii_ #spaceandtime #spaceandtime_timepiece @spacex #timespace #luxurywatchindonesia #luxurywatchesmunich #sexlife #genderidentity #mars #marsinah #moon #moongoddess #moonlamp #aliensighting #fortnitechallenges #asmongold #evildousharm #spaceexplorationday #spacephotographynight #spacesex #spacegirl #deepspacesparkle #spacecoke #translivesmatter #africanbeauty #cosmosgirl #spacewatch ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Want to see more of this ⁉️ Follow @spaceandtime_timepiece ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ⭕Follow us on: 💠Facebook: https://www.facebook.com/spaceandtime.timepiece 💠Twitter: https://twitter.com/spaceandtime_x (at United States) https://www.instagram.com/p/CpverPLMhV2/?igshid=NGJjMDIxMWI=
4 notes · View notes
phinisiboat · 8 days
Text
Tumblr media
Adakah barang sehari-hari kita yang tak dibuat buruh?
1 note · View note
kbanews · 1 year
Text
Anies Baswedan Membela Kaum Buruh, Dan Kisah Marsinah, Sekali Dia Bergerak, Sudah Itu Patah
JAKARTA | KBA — Ketua Serikat Buruh KSPSI, Mohammad Jumhur Hidayat, telah menjelaskan kepada hakim pengadilan PTUN Jakarta kenapa upah buruh yang dinaikkan Anies Baswedan pada 2022 sebesar 5,1persen mempunyai legitimasi historis. Dalam Bela Anies soal UMP DKI, Jumhur Sebut Upah Buruh di 3 Provinsi Ini lebih Buruk Dari Era Kolonial, dikutip KBA News,  menurut dia upah buruh di era kolonial adalah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Perjuangan Marsinah Harus Jadi Api Penyemangat Kaum Buruh
TANGERANG – Pj Walikota Tangerang, Nurdin menghadiri aksi mengenang perjuangan Marsinah, aktivis buruh wanita yang tepat 31 tahun lalu tewas dan menjadi inspirasi berkat keberaniannya dalam menyuarakan aspirasi kaum buruh di era orde baru. Aksi mengenang Marsinah tersebut dituangkan dalam kegiatan renungan malam disertai aksi teaterikal serta puisi perjuangan oleh para aktivis buruh yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Photo
Tumblr media
On this day, 10 April 1969, Indonesian worker activist and martyr Marsinah was born in rural Nglundo, East Java. In school, she was a bright student, at the top of her class, but she was unable to afford to attend university. So she moved to the city, and eventually found work in a watch factory in Porong (content note: sexual violence). Then one day, in April 1993, the governor of East Java increased the minimum wage by 20%. However the company Marsinah worked for, PT Catur Putra Surya, refused to implement the increase. Despite living under the harsh US-backed dictatorship of president Suharto, Marsinah and 500 co-workers walked out on strike on 3 May. The following day they began a sit-in in the factory, and the company began negotiations, which included Marsinah as a spokesperson for the workers, and agreed their demands. On 5 May, 13 workers were called to the District Military Command, where they were forced to sign resignation letters. Marsinah headed to the military office to try to find out what happened to her colleagues, then disappeared. Her body was found 3 days later. She had been brutally tortured, beaten, raped with a blunt instrument and killed. The Indonesian Legal Aid Foundation determined that Marsinah was most likely killed by the army. To date, no one has been convicted for her murder. More information, sources and map: https://stories.workingclasshistory.com/article/8170/marsinah-born https://www.facebook.com/photo.php?fbid=606558414850711&set=a.602588028581083&type=3
118 notes · View notes
radenvann · 2 years
Text
Apa Arti Merdeka ?
apa arti MERDEKA jika propaganda sejahtra hanya janji di kala pemilu raya apa makna merdeka jika keadilan sosial hanya dimaknai kaum berada
Kaum kaya tertawa di tirai kaum dhuafa korupsi, kolusi, nepotismie masih tetap menjadi budaya 77 tahun kau bicara merdeka? mari kita bicara berapa banyak laut & pohon kau papas untuk kata pembangunan!
Kuasa jangan kau bagi-bagi hingga tirani kau beri kau bungkam mulut yang bicara Munir, marsinah, Wiji Thukul kami masih menolak lupa kau bicara merdeka kala pribumi jadi babu di negara sendiri investasi kau agungkan Tenaga Kerja Asing kau undang bagai raja apa arti merdeka? Jangan pernah lupa Indonesia dibangun dari darah dan air mata Jangan bicara tentang merdeka kala kaum muda hanya sibuk berjoget ria dalam gawai sosial media Bhineka Tunggal Ika falsafah indah dalam cerita bagaimana mau berbhineka jika ormas lebih garang dari pada aparat Negara persikusi dimana-mana membuly menjadi biasa ini bukan budaya kita masih mau bicara persatuan kala saudara kau anggap orang yang berbeda hitam kulit keriting rambut apa menjadi masalah? satu darah tidak saling mengusir ingatkan kita dari perut bumi mereka menghidupi negara kita Baru bicara nasionalisme kala mereka meminta merdeka bumi, air, kekayaan alam milik bersama itu amanah undang-undang kita bukan dibagi hanya untuk kaum yang punya kuasa Kata orang kita bangsa yang kaya-raya Tapi kenapa Kita jadi negara pengutang? Untuk anak cucu Kami wariskan hutang negara masih kah kita menjadi negara merdeka ? "perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri" itu kata pendiri bangsa kita masihkah kita merdeka? ajari kami arti merdeka
9 notes · View notes
wahyuwsdhwn · 1 year
Text
Tumblr media
Cukup menarik perhatianku ketika awal melihat sebuah gabungan gambar berbeda seperti yang tertera di atas, sebuah potongan gambar kejadian nyata dan salah satu serial anime yang cukup banyak penggemar (one piece). Begitu banyak teori-teori muncul yang dibuat oleh penggemar sekedar iseng atau bahkan ada yang sampai riset dengan berbagai sudut pandang -cukup menarik untuk dibahas di sela-sela obrolan ringan di warung-warung hingga di tongkrongan. Seperti halnya beberapa karakter dan tempat dalam serial one piece diambil dari dunia nyata. Mengacu pada gambar di atas pertemuan Reverie x G20 memunculkan potongan-potongan imajinasi, dengan adanya kemiripan di dunia nyata. Lalu, Bagaimana jika dalam one piece adanya Pasukan Revolusioner apakah dalam dunia nyata ada? Lantas Siapa saja sosok yang pantas jika dalam dunia nyata?
Saya meyakini di tiap-tiap Negara dalam kelompok-kelompok kecil ada semacam gerakan seeprti Pasukan Revolusioner, secara sembunyi-sembunyi maupun terbuka. Gerakan yang menolak atas tindakan ketidakadilan. Tujuan mereka jelas -menentang tindakan pemerintahan atau para penguasa yang melakukan penindasan dan korupsi. Kita bisa menemukan hal itu pada para Tokoh seperti Che Guevara, Wiji Tukul, Marsinah, Munir, dll. Perjuangan semangat mereka akan terus tumbuh dan bersemai. Salah satu kutipan yang cukup terkenal dan paling aku sukai, "Kebenaran akan terus Hidup".
Tumbuh, Mekar, dan Mewangi. Panjang umur hal-hal baik 🌻
6 notes · View notes
yuck-fousociety · 2 months
Text
Nama(nya); Hidup-
Soe Hok Gie, isi kepala mu adalah peta Tubuhmu penuh kelokan dan persimpangan Tidak ada yang lebih indah dari mati muda Alangkah sesaknya,jika tiap senin kita lahir di jalanan Jakarta Dan matahari tak lagi mengenang kita Apakah sekarang birokrasi juga sudah sederhana?
Laut, media di kota ini kian buruk Untuk kita yang menjadikan gawai sebagai Tuhan Kita hanya butuh angka Lapar bukan perkara sederhana Oh, mesin stensil dan mesin ketik Kanan atau kiri, mana yang lebih ber etik?
Marsinah, kita adalah perlawanan Tangan kiri mu mengepal, kemaluanmu disumpal Jalan mulai sesak pagi ini Dan sudah tidak ada bunyi jam klasik Kau sudah tak perlu menyingkir Tubuhmu terus menggigil Akibat gerakanmu dicungkil
Setidaknya di kuartal ke-empat Taman eden sudah selesai direnovasi Sampai di sini, kita akan tetap bersama Kita tidak perlu repot, Sayang Filsafat sudah bisa dipelajari di Twitter Tapi moral pembatas sudah amblas, Sayang Tak apa, kecemasan tak akan melahapmu perlahan.
Barukan, Sembilan Pagi
1 note · View note
arbitrarygreay · 7 months
Text
youtube
I can't say that I particularly like this version? But it's kind of obligatory not to do a spam and post the original performance, and it is the only case other than the film clip that features Marsinah's parts.
Best I can say is that maybe Kiley was going harder on an acting interpretation than strictly optimizing the music. (Note, however, that I do vastly prefer OBC's And This Is My Beloved, with those delightful overlapping parts, so it's not so much a general issue with the OBC as just their version of Stranger in Paradise.)
0 notes
fikramlolahi15 · 8 months
Text
⚜️ (Cuplikan cerita Origami : Kuda Kertas Eps. 3) ⚜️
_______________________________________________
.
.
.
.
.
Bercanda didoain, Solidiernya mana?
“Hei Budak”..!!!Teriak Comendante Mandes.
“Siap Tuan” Kawan-kawan menjawab.
“Siap berdiskusi”?
“Siapa takut”
Aurechaaa.. Salam khas yang kami gunakan
dalam komunitas Slavery, sebagai tanda bahwa
diskusi bebas akan segera dimulai.
“Bun,. Nasi Kuning-Telur dua porsi nggak pake
sambal”. Suara lembut itu terdengar ngeri
digendang telinga ku, seperti pekikan halilintar
yang merobek Lazuarzi.
Saya mengenali betul
siapa pemilik suara yang membahana dari
belakang. Siapa lagi jika bukan si “Kuda Kertas”,
gadis bermata empat itu.
Para Budak..!!” Eros mengalihkan perhatian ku
yang telah tersita oleh kehadiran perempuan itu.
“Siap Tuan”….
“Lanjutkan.!!!”
Tema diskusi kita pada kesempatan ini
adalah “White House”. Saya coba memandu
jalannya diskusi, walau sedikit gagal fokus.
Apakah ada yang dapat menjelaskan
alasan mengapa orang Amerika menamakan
gedung itu demikian? Tanyaku.
“Rasisme”Jawab Toetty.
Silahkan rasionalisasinya?
“Semenjak migrasi besar-besaran bangsa Afrika
menuju benua Eropa.............” Toetty mencoba
beropini.
Dan.. Perang argumentasi meledak disela diskusi
kami, menegasikan mereka yang ada dalam
kedai kopi. Tapi hari ini stamina ku tak cukup
lama untuk bertahan.
Kepala puyeng serasa mau meledak,
badanku dingin disertai rasa ngeri. Minum obat
dan istirahat yang cukup mungkin adalah
solusinya.
Saya berpamitan, sementara rekan-rekan yang lain masih melanjutkan diskusinya.
Berjalan menapaki aspal Bandar Udara Sultan
Babullah. Setibanya dibilik kamar kontrakan
yang berukuran 3x4 itu, langsung ku periksa
kotak P3K, mudah-mudah masih tersedia
beberapa butir kapsul dikotak pandora.
Neo Rheumacyl tablet adalah dewa
penolongku hari ini. Kombinasi dari 350 mg
paracetamol dan 200 mg ibuprofen cukup
membantai nyeri otot dan nyeri sendi yang
menyanderaku ditambah 1 butur trazodone
pemburu insomnia akut.
Apa yang aku cari tak butuh waktu
lama untuk menemukannya. Dua butir dan
segelas air melaju masuk kerongkongan.
Di antara sadar dan terjaga, telephone
selulerku berteriak.
Arkana memanggil.
“Assalamu’alaikum” Terdengar cemas suara
Arkana.
Waalaikumsalam., Perintah?
Gawat” Kata Khana.
Setidaknya ada kata pengantar, biar aku lebih
memahami maksud gawat itu. Letak?
“Ok maaf. Salah satu eksponen feminism.
Sahabat kita V dia terbaring lemas”.
Siapa?
“Perempuan Kuda Kertas.
Dia mengalami kecelakaan saat hendak pulang dari
kampus, dan kami yang melarikannya ke Rumah
Sakit Umum Hasan Boesoeri, tepatnya di Ruang
IGD ia dirawat.
Kamu bisa ke sini kan?”
Astajim. Rasa ibaku mendemo seisi perasaan.
“Ini bersifat Instruksi. Kamu ke IGD dulu. Kami di
sini semua menunggumu” Ujar khana.
Apes segala sial, kesehatanku memang sedang
down total. Sebisanya nanti aku usahakan.
Sebelumnya makasih atas informasinya.
Semoga dia cepat sembuh. Doaku dalam hati.
Rasa kantuk itu kembali menyerangku.
Mungkin reaksi kimia dari obat trazodone yang
ku telan saat kondisi perut belum terisi.
Tak
seberapa lama, aku kembali dibangunkan oleh
pesan singkat dari Marsinah Toety:
”Lagi Stay dimana kau?”
Biasa. Lagi di Blok-Black. Balasku datar. (sebutan
lain untuk kamar kontrakan).
Kamu?
“Aku lagi Di RSU, temani V. Main kesini dong?
Maunya begitu,. Tapi maaf seribu maaf.
Stamina ku juga lagi down nih.
Titip salam buat Sekjen. Moga cepat sembuh.
Sebenarnya ada hal yang begitu ganjal
antara saya dengan perempuan "Kuda Kertas"
kami tidak terlalu saling kenal, apalagi akrab
tetapi oleh kawan-kawan
kami seolah-olah ingin dicomblangi hampir di setiap
kesempatan, termasuk saat ini.
Sore meninggalkan bekas, dengan
gores luka yang bertubi-tubi.
Kebesaran mentari seolah redup di ufuk
langit saat azan magrib mulai dikumandangkan.
Malam itu jenuh ku jengkali, peluh bercampur
gaduh. Ada gelisah yang membuih, bertabur
diantara labil dan harap.
Pena ragaku masih menulis syahadan
tentang dia, tapi mengapa di saat dia terbaring
lemah
aku pun dalam gengaman
ketidakberdayaan raga.
Syahdu bergemuruh bermahkotakan kata. dalam
sabda izin maaf.
Andai, malam ini aku bisa menjagamu
saat sakit. Lamunanku menguat membentuk
pusaran mimpi tidur.
*****
𝗘𝗽𝘀 𝟰 ✍️
"𝗦𝗲𝗰𝗿𝗲𝘁 𝗔𝗱𝗺𝗶𝗿𝗲𝗿"
Ada banyak hal yang kita tidak
ketahui tentang rencana
Tuhan
untuk hambanya.
Terkadang itu
adalah tangisan kebahagiaan,
kadang itu adalah
senyumah buah dari penderitaan.
Kita adalah
kita dan karena itu jangan seperti pejabat yang
tiranik dan hipokrit itu.
Waktu tergama pada jarak yang
terjaga.
Astaga. Kita telah menipu diri dan itu
sudah terjadi di setiap senja dan fajar pagi.
Tuhan misteri apalagi yang ingin kau
bagi untuk jiwa yang hina papa ini.
Dengan segelas kopitam pagi ini ku
saksikan mentari merobek dinding langit. Nada
pesan singkat dari handpohe meniadakan
lamunanku.
“Lama tak ku dengar kabar darimu, aku rindu
membaca puisi-puisimu”.
Yb : Putri Naladhipa.
Demikian isi pesan singkat yang ku
terima dari Nalla pagi ini.
Senang sekali ku baca sajak kata darimu pagi ini.
Puji syukur. Aku masih diberkahi nikmat
kesehatan. Bagaimana dengan mu wahai diri
yang berlemah lembut?
Segera ku balas pesan itu.
“Diantara harap dan canda, Subhannallah
matahari pagi masih bertahta, itulah kabar yang
bisa ku bagi untukmu. Sepagi ini apakah engkau
masih bermanja dengan buku?”
Aku tidak sedang bermanja dengan buku pagi ini.
Karena tidak segalanya harus ditemukan hanya
dalam buku. Pagi ini aku sedang membaca
pikiran Tuhan bersama karya-karya-NYA.
Ada apa gerangan sahabatku Nalla?
“Jika kau tak berkeberatan, aku ingin
mendengar narasi-narasi cinta darimu pagi
ini?”
Bila itu adalah pintamu, dengan senang hati. Ku
nanti call U.
Untuk kesekian kalinya. Rokok kembali
ku nyalakan. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia
sampaikan. Fikirku.
Bukankah ini kesempatan
bagiku untuk mengetahui siapa orang yang telah
menelantarkan nomor kontak ku
Semoga Nalladhipa mau berbagi
tentang itu. Harapku.
Bebas merdekanya Steveen n
Coconutrez yang ku pasang sebagai nada dering
pun berbunyi, telpon segera ku angkat.
“Allllowwww”Terdengar datar pita kontraltonya.
Tapi energi suaranya menampar membran
timpaniku.
Yuoweeeee.. Balasku
“Sowrryy, Jika pagimu terusik.”
Santai saja. Kalo lagi sibuk ngapain juga diamini
pintamu tadi.
“Nggak ke kampus?”
Kan tanggal merah.!! Pake almanak Cina yah?
“Oo iiyaa yaah,.
Hari Sumpah pemuda,. Benar aku lupa”.
Pemuda bersumpah. Hayyoooou,.. Harinya aja
udah lupa, gimana ngingatin naskahnya.!!
“Eidzs,. Jangan salah dulu. Mau nguji?
Bollehhh,.
Simak Baek-baek ya”
SUMPAH PEMUDA :
KAMI PUTRA PUTRI INDON...” (Tanpa disuruh Nalla
dengan lantang mengucapkan Ikrar Sumpah
Pemuda).
“Superrrrr kan Key?”
“Pasti kamu nggak nyangka kan, cewe manja
nan modis ini, yang kerjanya hanya sibuk merias
diri, yang nggak tertarik sama buku-buku
pendidikan ini, punya jiwa Nasionalismenya 100%
Plus-plus. Cap Garuda asli”. Bak kucing memuji
ekornya.
Canggih juga otak nih Banpol.
Fakta dari mereka
yang hafal secara baik dan benar Naskah
Sumpah Pemuda saat ini bisa di kata sudah
sangat langkah.
Ucapku dalam hati.
Horreeeeeeeeeeeee.,
Pemenang lomba baca indah Naskah Sumpah
Pemuda tingkat Anak-anak adalah adik kita
yang manis dan lucu Putri Nalladhipa. Beri tepuk
tangan yang meriah.
Sengaja ku goda emosinya.
“Khaaaahahaha.,
Aduh sumpah nggak kuat”
Dia terbahak-bahak.
Mana ada sumpah nggak kuat, yang ada tuh
hanya sumpah pemuda.
“Sumpah nggak kuat, perut ku sakit”.
Udahhh cepat ntarr kebelet lagi.. hihihi. Just
sciding.
Sssttt,. Udah dulu ketawanya. Awet.
Mari kita masuk stadium serius.
Nalla, sejujurnya biar perkenalan kita baru
seumur jagung, meski di antara kita belum
terbangun sebuah komitmen, tapi itu bukan
berarti menjadi alasan untuk kita berpura-pura
dalam menjalin ikatan persahabatan.
Aku ingin kita saling mengetahui, sekurang-kurangnya identitas kita, maka mari kta
pisahkan dulu kata dari dusta. Bisa kan?
Criuuss yaa?”
Harus? Candanya kembali meledak.
“Ehem. Okey SERIUS”,. Nama lengkap ku Putri
Nalladhipa, Mahasiswi semester V Fakultas
Psikologi, di salah satu Universitas Ternama
Yogyakarta.
Aku asli orang Maluku Utara,
Sedang kamu Pijaro Keyva Akalangka,
Mahasiswa Hukum semester V. Si Kapten Kribo.
Betul?
Dari mana sumbernya?Tanyaku
“Nggak pake sumber, tinggal diklik, tekan enter
dapett dehh data-datanya”.
Jangan samakan aku dengan akun di dunia
maya, tinggal di enter beres.
Nggak nyadar? “
“Memang sudah begitu faktanya”.
Siapa detektif yang sok kenal itu? Awas kamu.
“Seriusssss..!!”.
Memuji itu mengusik. Tegasku.
“Tapi faktanya?”
Itu fiktif. Bagi dong Sumbernya?
“Apanya yang harus dibagi?”
Itu sumber kamu yang sok kenal.
“Ohh,. kalo yang itu magh tidak bisa atuh, Nalla
teh sudah buat perjanjian di atas materai. Ada
paktha integritas di antara kami, kumaha atuh,
hati nggak boleh dipaksa-paksa”. Dia bercanda
dengan sedikit dialek sunda.
Tapi itukan bukan perjanjian linggar jati.!!
Biar, Ini rahasia negara”
Sejak kapan negara punya rahasia, asas
bernegara saja transparansi. Debatku.
“Heheheee.e”
Memang ada yang lucu?
“Kagak.!!”
Lalu ketawa barusan? Nyindir ya?.
“Sowwrry, jangan marah dulu.”
Marah sih tidak tapi tersinggung nih.!!
“Kata orang kamu itu seorang filsuf, bijaksana,
kalem, punya jiwa toleran, de el el”.
Ternyata kamu ini bukan saja pandai basa-basi,
tapi tinggi juga selera humornya. Masalahnya di
sini bukan Stand Up Comedy.
Kalo kamu hanya
ingin menjalin persahabatan untuk memenuhi
selera humor kamu. Ini sekedar saran : jangan
libatkan aku dalam proyek “Canda-tawa, karna
itu aku tak berminat.
“Bukan itu maksudku. Bagaimana cara
menjelaskannya” (Nampak kikuk terdengar
suara Nalla kali ini).
“Kadang kala penjelasan saja tidak cukup untuk
bisa membuatmu memahami dan mengerti apa
yang dirasakan orang lain.”
Jadi maksud kamu, tumpul rasa peka saya?
“Bukan itu maksudnya”.
Nalla. Jangan libatkan rasa. Aku butuh jawaban,
bukan alasan apalagi penjelasan.Tegasku.
“Terkadang lebih baik diam daripada
menjelaskan apa yang kita rasakan, sebab akan
sangat menyakitkan ketika mereka yang bisa
mendengar namun gagal memahami”.
Wahhh,. berfilsafat ceritanya. Sekali lagi AKU
BUTUH JAWABAN. Siapa sumbermu?
“Baiklah kalo kamu memaksa”
“Kronologisnya : Beberapa waktu lalu, aku
berkomunikasi dengan salah satu sahabat
terbaikku waktu SMU.
Dia sahabat terhebat yang
pernah ku miliki, kebetulan kalian itu satu
kampus.
“Berawal dari sebuah masalah yang sedang
melilit privasiku. Seperti cewek pada umumnya,
butuh teman curhat.
Makanya aku tanya ke dia,
ada nggak teman kamu yang bisa diajak sharing.
Katanya ada, dia ahli meracik segala sesuatu
tentang rasa dan perasaan, pokoknya orangnya
nyaman, nanti aku kirim nomor kontaknya.
Dan
ternyata dokter cinta yang dia maksudkan itu
adalah kamu. Hanya itu. tidak lebih. Plisss,..
Jangan negative thinking dulu”.
Nah,. Sekarang jelas, saya bukan tipe orang yang
kamu maksud. Watak dan karakterku juga
berbanding terbalik dengan dokter cinta
sebagaimana yang dia katakan.
Satu hal yang
ingin aku tegaskan, jika kamu masih tetap
menyembunyikan siapa sumbermu yang
sebenarnya, maka aku harap ini adalah akhir
dari komunikasi yang penuh tipuan ini.
Selebihnya kita tak usah saling kenal.
Makasih
atas perkenalan ini sekurang-kurangnya engkau
pernah membuat ku binggung.
“Tapi, Semua dan segalanya tentang kamu telah
ku temukan ada kebenarannya bahkan sampai
detik ini, kamu memang sosok yang setidaknya bisa diajak untuk sekedar berbagi, bertukar fikiran.
Aku akan memberitahu siapa dia, Tapi ada
syaratnya : berjanjilah untuk tidak membuat
perhitungan dengannya.?”
Ok. Lantas apa yang harus saya lakukan agar
memenuhi segala yakinanmu?
“Sebagai orang yang beragama, bagaimana jika
saat kau berjanji tanganmu diletakkan di atas
kitab suci?”
Solusi yang cantik. Deal. Saya berani terima.
“Baiklah, tapi ambil dulu kitab sucinya.”
Udahh. Saya berpura-pura yang ku pegang justru sebuah novel "Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur" Karya Muhidin M Dahlan.
Dari balik telepon
Nalla mulai memandu pengambilan sumpah.
“Saya Bersumpah,.” Seperti pejabat yang
dilantik. Dia membacakan ikrar setelah itu aku
mengikuti.
Aku sudah disumpah. Siapa?
“Sabar dikit napa sih”. Gaya manjanya kambuh
lagi.
Tapi sejujurnya bukan sumbernya yang
aku penasaran, tetapi justru dia sendiri yang jadi
sumber rasa penasaranku. Siapa orang ini sebenarnya. Intelkah? Banpolkah?....
Tapi.
Saya suka cara dia
membela diri, jadi ini hanya akal-akalan saja,
cari masalah biar dia membela diri.
Tepati janjimu..!!
“Mau tau?”
Hufff,. Cepatan sebelum minatku menghilang.
“Sumberku itu bernama V”.
V? Jangan bilang....!!! Tanyaku tak percaya.
“Benar. Diandara V Puan Semesta.
Gadis bermata empat yang kau gantikan
namanya dengan "Kuda Kertas".
Gadis yang saat
ini sedang terbaring lemas di atas kasur rumah
sakit. Dia orang yang telah memberikan nomor
ponselmu. Puas?”
Puas Dari mana. Enak saja. Belum selesai urusan
kita.
“Apaa sihh, bukankah ini sudah jelas?”
Jelas apanya? Elakku ☯
ᴘᴜʟᴀᴜ ʙɪꜱᴀ, 22 ꜱᴇᴘᴛᴇᴍʙᴇʀ 23
#Coretantetelawas
FB : FIKRAM LOLAHI
IG : @fikramlolahi_
Twitter : @fikramlolahi15
Tumblr : @fikramlolahi15
*****Bersa...
Tumblr media
0 notes
sekwardoy-blog · 10 months
Text
Tumblr media
Pada Saat Baksos, Kapolres Banjar Menyekolahkan Anak yang Hidup dengan Neneknya
Pada saat melaksanakan baksos rutin, Kapolres Banjar AKBP Bayu Catur Prabowo,S.H.,S.I.K.,M.M. Bertemu dengan anak yang tidak sekolah yang tinggal di Dusun Citangkolo Desa Kujangsari Kec. Langensari Kota Banjar. (31/07/2023)
Anak tersebut seharusnya sudah sekolah, namun karena keterbatasan biaya anak tersebut tidak sekolah yang seharusnya sudah bisa masuk SD.
"Pada saat baksos kepada Ibu Marsinah, ada salah satu cucunya yang tidak bersekolah, padahal usianya sudah memenuhi syarat masuk Sekolah Dasar." Ucap Kapolres Banjar.
Setelah ditanya oleh Kapolres Banjar anak tersebut sebenarnya ingin bersekolah. Tidak lama menggunakan vespa Kapolres mengantar anak tersebut belanja pakaian sekolah, tas, sepatu, alat tulis, dan perlengkapan sekolah lainnya.
Terlihat raut wajah ceria dan antusias dari anak tersebut pada saat berbelanja perlengkapannya, kemudian Kapolres Banjar mengajak anak tersebut untuk potong rambut.
"Awalnya Kami melaksanakan baksos rutin kepada kaum jompo. Di tengah kegiatan Kami bertemu anak tersebut, saat ditanya anak tersebut tidak bersekolah. Padahal ingin sekali sekolah, lalu Kami ajak anak ini untuk membeli perlengkapan sekolah untuknya." Lanjut Kapolres Banjar.
Lebih lanjut Kapolres Banjar mengatakan ini sebagai bentuk kepedulian kepada anak, sebagai generasi penerus bangsa yang seharusnya mengenyam pendidikan dari sekolah.
"Semoga apa yang Kami lakukan dapat bermanfaat bagi anak tersebut, karena anak merupakan generasi penerus bangsa dan negara." Pungkap Kapolres Banjar.
Ucapan terima kasih dari Ibu Marsinah kepada Kapolres Banjar yang telah memberikan biaya dan membelikan perlengkapan sekolah cucunya, serta memberikan bantuan berupa sembako kepada dirinya.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kasat Lantas
Kasat Binmas, Kasat Tahti, Kanit Reg Ident, Kades Desa Kujangsari, dan Bhabinkamtibmas Desa Kujangsari
0 notes
Text
A Guest and Visit to Batu
Last summer, I went to a Korean Adoptee Conference in Denver, where I met a woman, adopted from Indonesia to Sweden, named Anna (she's lived in New York for 25 years). I spent probably about 3 hours in her presence, and found out that she was planning to come to Indonesia for the first time in her life (she's mid-40's) to learn about the culture she was taken from, and to do some family searching. She knew I would be here, so we planned to meet on Java. Well, that meeting happened this week. She's been in Indonesia about as long as I have, but Anna has been through what very few humans go through. Have you ever searched for your mother? Have you known who your father is all your life? Were you trans-racially adopted into a culture which brainwashed you to forget where you came from? Have you ever taken it upon yourself to answer the hundreds of questions such a dislocation imposes? Have you ever realized that all your presumptions were wrong and had to start over to try to understand WHO THE HELL YOU ARE for a second, or third, time? These questions are just the tip of the iceberg, because Anna has some ANSWERS to those questions. And if you can imagine how psychologically devastating such answers might be, then you might half understand what Anna has been through in the weeks and months that I've been bitching about my housing and work situation. Yet, when Anna came to my gate, she hugged me as if I were a long lost friend, and opened her story up to me. I am humbled at her composure and strength. It's been fun to get to know her better and to share my house with her. (Before her arrival, it's just been me and the lizards.) And, as is often the case, because I have a guest I've done some things I hadn't previously done. Today, Anna and I went to Batu, the city closest to Malang, and another 450 meters high into the mountains. Firstly we went to the Museum HAM Omah Munir. I've mentioned Munir Talib before in these posts. He's one of my newest heroes and he should be considered among the great Indonesian citizens. However, when I mention his name in polite society, eyes are cast down and doubt is expressed such that it is clear that the population is cowed by the government and military. Munir was a human rights lawyer, a teacher to the powerless, and a supremely brave speaker of truth to power. Thus, the military (which doesn't care to have the truth known about what it does) and the government (which cannot rule without the consent of the military - even today) conspired to murder him. And the 19 intervening years have seen the military and the government conspire to cover-up the crime and ensure that those most responsible for the crime face no justice. We were given a tour of the museum by a young woman (whose English was quite good), and who must realize that (just by being involved in this memorial to a citizen murdered by his own government) she has brought the attention of those conspirators onto herself. Munir started as a labor lawyer, working for the rights of union members. He was successful in advancing their cause in his early years. Then a young woman, Marsinah, a member of one of the unions, was found brutally murdered, and his work on that case made him famous around the country. When unrest developed in the last years of Suharto's rule, in the mid-90's, Munir found himself gathering information on the many hundreds of citizens arrested, tortured, disappeared, and killed by the security forces of the military. He advocated for reform of the military, as well as the government, and he set up lawsuits to hold the government accountable for their treatment of people whose only crime was protest against a corrupt regime. By becoming a burr in the side of the government, Munir knew that he was making enemies whose power was unlimited. Our guide quoted him as saying, "The only thing that will stop me is death." At the age of 39 (although he was married, and had two children), in order to internationalize his struggle, he took a scholarship for the study of human rights law in Utrecht, Holland, in 2004, and left Indonesia for what should have been one year. On the same flight out of Indonesia was a government agent named Pollycarpus, with whom Munir was familiar. At the instigation of higher-ups than he (the Head of the Indonesian State Intelligence Agency among them), Pollycarpus (and, it is suspected, two or three more) both before Munir entered the plane (in a cup of tea), and once he was on the flight (in a glass of orange juice), and once he began to be ill (in a cup of water), fed Munir a massive amount of arsenic, which killed him on the plane before half the flight was over. To learn this story, as a liberal citizen of the United States of America, is to provoke a wide range of emotion, anger, fear, sadness, shame, frustration, and the desire to speak truth to power too. Anna felt the same way. If ever an idea will outlive a man, here is the case. They killed Munir, but they paved the way for dozens, scores, hundreds to take his place, and to force the military to face its crimes, to be held accountable in a free society. And I intend to do my part for the months that I'm here. At the least, I'll ask to bring my students up to the museum. And I'll write about him as well. The air in Batu is free of the overpowering humidity which swelters the low-lands, and even Malang, in the daytime. We carried sweaters with us!!! We walked a ways through the northern part of town, through a steep green ravine, through various cultivated fields (roses, citrus), various hothouses, and found a coffee house called Tedai Batak. With the mountains ringing us, and clouds skirting about them, we sat talking about religion, spirituality, the difference between them, and how each plays out in the lives of the people we know, and Indonesians in general. Anna's 10 weeks here have been monumental in her life (if I may say) and her observations carry great weight with me. She's also in touch with the depths of her artistic and spiritual self, elements of character which I'm concerned with as well. Once the meal was done, a crew of elementary school children came to the coffee house. It seems like it's their after-school hang-out spot. With a plot of roses in front, and the mountain in the background, and the sweet elderly couple running the shop, I wished I could have been one of those kids, curious about the foreigners among them, drinking watered down tea with my friends, independent in my small town in the hills of Java. They seemed quite beautiful to me. I left Anna up there at an Airbnb. She's been exploring all aspects of the place of her birth, and she needs to take the time to write and draw, to process the widths and depths of her incredible experiences. I came home. I have 4 classes to teach tomorrow. I have a wake-up call around 5 a.m. But it was a lovely day, the kind of day one has when they leave home and journey into the unknown.
0 notes
halforcxmicrochip · 2 years
Text
Ciptakan Aku, Kau Ku Tembak.
"If i have a gun with two bullets. In a room. With Hitler, Soeharto, and you. I shoot you twice, sweetheart." -Sleepyheadrif, autumn dusk.
Saat mendengar kata senjata, umumnya orang-orang akan merujuk pada kisah-kisah yang melibatkan peperangan, darah, nyali atau erangan atau sakratul maut atau campuran antara keduanya. Tapi apakah senjata hanya terdapat pada perihal-perihal semacam itu? Tentu tidak. Orang bisa juga merujuk pada Munir atau Marsinah yang bersetia terhadap kebenaran dan tanggung jawab atas rasa kemanusiaan mereka.
Namun, yang luput dari pembicaraan orang-orang, senjata ada bukan hanya untuk pertarungan manusia vs manusia atau manusia vs alam vs Tuhan. Ia juga ada dan dibutuhkan dalam pertarungan manusia melawan dirinya sendiri, untuk bertahan dari hari kehari, menuntaskan kasih sayang, menuntaskan kerjaan, menuntaskan segala yang saling silang menyilang.
1 note · View note
galerika0-0 · 2 years
Text
Laut, semoga purna bersama ombak tajam pintu surga didasar sana. Kita ini arloji, sejati mencari marsinah sudah pasti bukan dibumi.
1 note · View note
kaltimtaraid · 2 years
Text
Sejumlah Bahan Pokok Mengalami Lonjakan Harga Dipasar PSAD
Sejumlah Bahan Pokok Mengalami Lonjakan Harga Dipasar PSAD
KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Sejumlah bahan pokok, terutama bumbu dapur mengalami kenaikan harga di Pasar Sanggam Adji Dilayas (PSAD). Pedagang beralasan, kenaikan dipengaruhi petani gagal panen karena tanamannya rusak diserang hama dan juga akibat musim pancaroba. Salah satu pedagang PSAD, Marsinah (45) mengakui, sepekan terakhir ini, hampir seluruh kebutuhan mengalami kenaikan. Terutama tiga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
whitejeweler · 2 years
Video
youtube
Welcome to Music Monday when we bring you wonderful tunes with jewelry, gemstones or precious metals in the title or lyrics. Today’s magic carpet ride down Memory Lane finds Peggy Lee singing “Baubles, Bangles & Beads” — a widely covered tune from 1954’s Tony Award-winning production of Kismet.
The Broadway success of “Baubles, Bangles & Beads” inspired a number of top singers of the day to prospect for Kismet gold — as in gold records. Four artists, including chart-toppers Peggy Lee and Frank Sinatra, recorded the song in 1954 alone.
In Lee’s version, she sings about how jingly gifts can sometimes lead to an engagement ring: “Someday he may buy me a ring, ringa-linga / I’ve heard that’s where it leads / Wearin’ baubles, bangles, and beads.”
The Sinatra version is slightly different to accommodate the gender difference. He sings, “Someday I may buy her a ring, ringa-linga.”
Lee is credited with the best-selling version of the song, and over the years it has been covered by no fewer than 40 artists. The Who’s Who list includes Liza Minnelli, Julie Andrews, Benny Goodman, Johnny Mathis, Mel Torme, Sara Vaughan and Dionne Warwick.
Set in the year 1071, Kizmet tells the story of how a poor, but clever, street poet named Hajj follows his “kismet” (fate) and rises to become the Emir of Bagdad, while his beautiful daughter Marsinah falls in love with the handsome, young Caliph. In the final scene, Hajj wins the heart of one of the Baghdad’s greatest beauties.
Kismet opened on Broadway in 1953 and won the Tony Award for Best Musical in 1954. MGM released a film version in 1955.
Lee had a successful career that spanned six decades. She was a singer, songwriter, composer and actress. She won three Grammy Awards and was inducted into the Songwriters Hall of Fame in 1999. She died three years later at the age of 81.
Check out the video of Lee’s live performance of “Baubles, Bangles & Beads.” The clip was shot in Sweden in 1964 (the video quality is poor, but the audio is excellent). We’ve also got the lyrics, below, if you’d like to sing along. Enjoy!
“Baubles, Bangles & Beads” Written by Robert Wright and George Forrest. Performed by Peggy Lee.
Baubles, bangles, hear how they jing, jinga-linga Baubles, bangles, bright shiny beads Sparkles, spangles, my heart will sing, singa-linga Wearin’ baubles, bangles and beads
I’ll glitter and gleam so Make somebody dream, so that…
Someday he may buy me a ring, ringa-linga I’ve heard that’s where it leads Wearin’ baubles, bangles and beads
Baubles, bangles, hear how they jing, jinga-linga Baubles, bangles, bright, shiny beads Sparkles, spangles, my heart will sing, singa-linga Wearin’ baubles, bangles and beads
I’ll glitter and gleam so Make somebody dream, so that…
Someday he may, buy me a ring, ringa-linga I’ve heard that’s where it leads Wearin’ baubles and bangles and beads Baubles, bangles, baubles and beads
Credit: Peggy Lee photo by General Artists Corporation (management), Public domain, via Wikimedia Commons.
Visit our website at whitejewelers.net
Find us on Facebook
0 notes