Tumgik
#ceritaaduhaievoydemoy
evoydemoy · 3 years
Text
836
Selamat pagi dunia. Ada masalah apa pagi ini? Ada yang bisa kau ceritakan padaku? Kalau aku seperti biasanya. Bangun dengan perasaan yang sama. Perasaan rindu yang menggebu.
Suara kokok ayam masih terdengar di lingkungan rumah ku. “Kue kueee..,” nada ibu penjual kue yang setiap pagi rajin membangunkan orang-orang dan menawarkannya gorengan serta sejenisnya.
Aku masih bersandar pada sofa merah. Dari jendela kaca ku lihat langit pun sedang merindu. Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Hujan mungkin akan turun setelah ini.
Ribuan tapak telah ku lewati. Aku mengingatnya dengan pasti. Juga berjuta perih telah ku telan. Aku cuma ingin kau menggandengku. Aku tahu semuanya tak mudah. Apalagi bagiku. Tidak ada yang adil di muka bumi. Seharusnya kau tahu itu dari awal. Hasrat kadang hanya jadi angan. Manakala aturan tak berpihak. Ingkar janji bukan caramu. Aku tahu kau mencintai apa yang kau miliki saat ini.
Ketulusanmu tidak akan membuahkan apa-apa. Kau pikir loyal artinya kau berharga? Gerutumu bukan satu-satunya perlawanan. Bahkan orang baik tak bisa menolongmu. Jangan gantungkan nasibmu pada orang baik. Mereka tak bisa apa-apa. Semua orang akan diam.
Mereka juga perlu bertahan hidup. Bukan kamu saja yang punya cita-cita. Bukan kamu saja yang punya keluarga. Bukan kamu saja yang punya mimpi.
Kamu, dengan sendirinya akan tahu bahwa hidup begitu tragis.
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Mimpi Indah & Mimpi Buruk
Katanya harus posting berkala jika mau menjaga engagement dan nambah followers. “Jika jarang posting ya lama juga terkenalnya.” Kau pikir semua bisa kau dapat dengan menjadi terkenal? Aku tidak ingin terkenal. Bisa-bisanya kau hakimi dia hanya karena kau tahu dari satu pemain. Bukankah cerita ada karena konflik antarpemain dengan segudang peristiwa. Lalu kau framing dia seolah-olah cerita versi pemain mu yang benar? Siapa kamu? Lambe turah? Jadilah baik maka semua yang hidup akan baik padamu. Kecuali setan, setan tak pernah berbuat baik. “Aku ingin mimpi indah dulu ya,” ujarku sambil menguap. Bagi ku, tidak ada mimpi buruk selama aku tidur. Mimpi buruk sebenarnya ialah ketika aku bangun. Sekeras itu hidup menghantam. “Hey, hidup ini hanya buat lucu-lucuan. Gak cuma kamu yang susah, gak cuma kamu yang diterpa gelombang, santai saja.” Ngantuk yang tak tertahankan obatnya sandaran. “Sini, pinjam bahumu. Sebentar saja ku pejamkan mata ku ya, kasih tahu jika sudah sampai.” Kenapa suka sekali minum arak tanpa hidangan? Ah perut ku lapar, aku butuh daging merah yang dibakar dengan membolak-balikkannya di atas grill pan lalu ku celup dengan saus barbekyu. Lep! Enakkk... Januari ini cuaca enak untuk meringkuk di balik selimut. Kemarin aku ngantuk, sekarang aku ngantuk, besok aku ngantuk. Ah, masa ngantuk terus gak gerak-gerak. Hidup melawan diri sendiri lebih susah ya, apalagi ketika melihat bakwan di depan warung Kodir yang mengepul tanda baru digoreng. Jangan-jangan bakwan adalah mimpi buruk.
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Kekacauan Terencana
Kamu sukanya yang bening-bening ya? Sayur bening, cermin bening, sepatu bening, tas bening, cinta yang bening.
Hidupku berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Antara meratapi nasib atau mencari ketenangan jiwa raga dan batin.
“Kamu aneh ya.”
“Sudah tahu kan sekarang, sek mau maju atau mundur itu pilihan kamu.”
Itu gelas yang tak bisa terisi tapi masih kau tenggak. Hey, letakkan saja di meja. Ku ambilkan yang lain.
“Kemarin kamu gak mau sama aku. Padahal aku kan gak brengsek.”
“Gimana ya jelasinnya, kamu gak bisa meyakinkan aku kalau kita bisa bersama.”
Iman tanpa perbuatan sama dengan kosong. Janji dan ucapanmu menyenangkan, tapi tidak menenangkan.
Gpp kalau gak tahu, gak semua hal kamu harus tahu.
Yang baju kuning jangan sampai lolos. Aku mengajaknya bergabung dengan sobat sunset ku. Kasian sendiri. Rame lebih enak. Lagipula dia bening seperti sayur bening.
“Eh, kemben mu terhempas ombak.”
Dia malah nyengir.
“Untung tidak melorot. Ah, kamu! Dijaga dong. Jangan mentang-mentang bening tak kau jaga itu tetek.”
Dia nyengir lagi, sambil memegang kemben yang hampir melorot. Ombak cukup kencang. Ya maklum. Ini pantai untuk berselancar, kalau tidak kencang untuk apa mereka berselancar.
Kekacauan iki lho.
Pertemuan kita singkat. Seperti kilat lalu hilang tanpa meninggalkan jejak. Padahal baru follow-follow-an, dia juga menuliskan no teleponnya di Direct Message.
“Jancuuuuukk! Sebuah kekacauan.”
Satu jam yang lalu baru ku persilakan dia dalam pelukanku. Bau tubuhnya dan air asin yang menempel pun masih bisa ku cium. Nggilani iki. Benar-benar sebuah kekacauan. Dia nge-block tanpa pamit.
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Cahaya Penyusup
Aku ingin beli hape 11 tahun ke atas. Ingin beli rumah, ingin beli tanah, ingin beli helikopter. Ingin beli sepatu Docmart 365 pasang agar tiap hari ku bisa berganti dengan kece. Obrolan dating apps di insta story ternyata banyak sekali engagementnya. Ingin ku buat tulisan series atau diulas di Evoydemoy Podcast. Aku ingin melakukan semua. Jika diam aku pasti pusing. Ah, tapi ku kan mager. Apa-apa mager. Ini itu mager. “Kaya abege lu mager.” “Lah, emang gue masih abege, kenape lu?” Aku ingin melanjutkan series Lupin. Tapi kata teman harus nonton Hereditary. Dia sampai punya kausnya. “Hereditary itu ceritain keturunan yg gak putus di satu keluarga untuk jadi raja ke 8 di neraka,” katanya. Buset, nonton horor aja takut. Aku ingin ke Bali. “Move on oy.” Seperti anak yang terkurung 365 hari di sebuah tempayan. Setelah berhasil kabur kau tahu anak itu akan bereaksi seperti apa? Happy luar biasa! Dia gembira, riang, gak bisa move on karena tak ingin balik lagi ke tempayan itu. Di sana gelap, keceriaan datang sesekali hanya dari cahaya penyusup. “Aku butuh cahaya penyusup!!!” teriak ku sangat keras. Aku ingin ke Abu Dhabi. Ingin ke Nashville. Ingin juga New York. Ah, tapi Amerika sedang kacau ya. Ah, Indonesia juga kacau sih. Semua negara kacau. Kau tak bisa ke mana-mana. Pasti kau butuh cahaya penyusup juga deh. Ngaku! Cahaya penyusup penyelamatku. Aku ingin kamu. Jika kau menyentuh ku, seketika aku bisa tersenyum. 
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Aku Cinta Diriku Sendiri
Borong baju untuk om, tante, sepupu, tetangga, neneknya tetangga, omanya oma teman, serta merta isi koper sesak, sulit diresleting.
“Ada ukuran bayi kakak, ukuran kakak juga ada. Semua ukuran ada. Mampir dan lihat-lihat dulu. Boleh dicoba kakak, boleh kurang, mau ambil berapa, itu saja? Tidak sama yang ini?” riuh rendah suara penjual mengajak pelancong untuk melariskan dagangannya.
Dua ratus lima puluh ribu ditawar setengahnya. Semua bisa ditawar kecuali harga diri dan martabat.
Ada anjing yang menggonggong ke arah anjing lalu menjilati wajah bule cantik dan melompatinya. Aw! Bule cantik teriak sambil mengangkat kakinya ke atas sofa makan karena si anjing terlalu bersemangat.
Awan putih berpendar dengan langit biru berubah jadi Cotton Candy. Pink, lilac, kuning, oranye, aduhai cantiknya semburat senyum sore ku.
Semesta alam ikut merayakan liburan kali ini. Aku bersyukur sekali dan aku cinta diriku sendiri.
Pasir pantai kecil-kecil menyempil seperti upil di sela jari kaki. Kalau di tangan seperti butiran produk spa yang tinggal digosok. Bikin cerah dan halus. Tapi boong!
Aku bersyukur sekali dan aku cinta diriku sendiri.
1 note · View note
evoydemoy · 3 years
Text
Aduhai, Canggu Buatku Candu!
Aku suka kulitku, tan, basah dan berkilau karena pantulan cahaya Ilahi.
Aduhai, aduh Canggunya. Canggu membuat hati ku tergila-gila. Wilayahnya kecil, orang tak peduli siapa kamu, apa pekerjaan mu dan apa agamamu.
Aku suka di sini. Semuanya ceria. Semuanya senang. Semuanya bahagia. Terlihat bahagia, mungkin. Tapi itu saja cukup.
Canggu punya daya tarik memikat. Suasana pedesaan dengan orang-orang modern yang mencari gelombang ombak, berkumpul di sana. Para bule kebanyakan memburu Canggu untuk berselancar dan menikmati matahari terbenam.
“Lihat, aku membawa arak Bali. Manis. Sudah ku campur dengan sprite, kalau tidak dicampur pasti keras banget. Aku juga gak kuat minum arak Bali langsung,” kata Joni, teman lama yang ku hub karena tahu dia di Bali.
Aku senang bisa ada Joni di sini. Dia mengenalkan ku pada beberapa kawan di Bali, yang akhirnya menjadi sobat sunset ku. Yeay!
Kedatangan ku di Canggu adalah sebuah keberanian. Bagi sebagian orang, mereka akan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Berjaga-jaga menjaga hal yang bahkan tidak bisa dijaga kepastiannya.
Bukan soal tidak ada uang. Bukan juga karena informasi dadakan yang dipublikasikan pemerintah soal keperluan PCR Test yang harus dipenuhi untuk menginjakkan kaki di Bali.
“Mahalan PCR-nya daripada harga tiketnya,” gerutu ku selintas. Tapi aku butuh berlibur, sudah lama aku merasakan ada ketidakseimbangan pikiran, jiwa, dan hati. Sinkronisasi dengan alam dan satu tempat yang tenang mungkin akan membantu menyeimbangkannya kembali.
Koper sudah terisi, pesawat sudah check in, kertas hasil PCR test sudah terlipat rapi di dalam tas kecil ku, dan fiuuuww!
“I’m here, Bali.”
Segalanya seperti keajaiban buatku. Lancar jaya tanpa kurang suatu apapun.
Canggu oh Canggu! Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku tak ingin meninggalkannya bahkan saat koper baru saja ku turunkan dari mobil.
“I belong to here,” bisikku pada langit biru dan seekor anjing berbulu coklat yang sudah menyambut ku manis di depan pintu vila.
Tidak semua daerah Bali seperti Canggu. Di sini tidak ada bangunan candi atau kuil yang menjadi objek wisata layaknya daerah Bali lainnya.
Canggu cuma punya kehidupan. Dan kehidupan Bali sedang berpusat pada Canggu, kali ini.
Kehidupan inilah yang aku inginkan. Kehidupan inilah yang aku dambakan. Kehidupan inilah yang membuat ku kecanduan setengah mati.
“Suasana pandemi Covid-19 membuat Canggu lebih tenteram, jam 8 sudah sepi,” kata mba Wayan si penjaga vila.
Sudah pukul 1 siang, saatnya mencari makan. Ngeng! Aku dibonceng Syeila sedangkan Mimi dibonceng Wita. Kami menuju Nasi Pedes Bu Hanif.
“Loe tahu gak perbedaan orang lokal sama orang bule di sini?”, ujar Syeila sambil memboncengku.
“Apa?“
“Kalau lokal pakai jaket, kalau bule, noh kaya gitu,” unjuk Syeila menengok ke arah jalanan.
Ada bule laki-laki bertelanjang dada mengendarai motor NMAX dengan papan seluncur disamping kirinya.
Lalu ada bule wanita memakai dress model backless hitam dengan Vespa matic-nya sedang membonceng golden. Lucu sekali. Anjing itu bahkan menikmati angin yang menghempas bulu rambutnya sambil menengok ke kiri dan ke kanan.
Selebihnya, ya turis lokal atau warga lokal yang memakai jaket. Takut kepanasan dan masuk angin, hihihi...
Aku bangun pagi sekali, pukul 6 waktu Indonesia bagian tengah. Maklum, jam beol ku memang jam segitu, sama seperti di Jakarta. Selesai beol, ku buka tirai dan pintu ku geser pelan-pelan, aduhaiiiii! Sejuk, indah, damai, tenteram, nyaman.
“Gusti Nu Maha Agung, terima kasih untuk segalanya,” lagi-lagi aku berbisik sendiri.
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Hukum Pertama Manusia
Dunia ini terlalu berpikir analitis, itu dan ini dikawinkan dengan kenapa maka jadi bagaimana. Kehidupan seorang penulis harus selalu memegang teguh 5W+1H, namun kok ya aku jadi ikut-ikutan dunia dan pola menulis itu ya.. Tuhan Maha Baik, sampai-sampai kebaikannya luber. Butuh kesadaran untuk ambil gelas kopi baru saat kiri mu masih belum habis. “Asal kamu tahu ya, semua laki-laki itu brengsek, kita ini diciptakan oleh napsu, kita butuh seks.” Pikirku ketika mendengar ucapan seorang sahabat dengan jujur yang sedang ngoceh sana-sini eh gak tahunya ujungnya soal seks, “Oh brengsek dan seks itu satu paket ya?” Apa yang menginginkan seks artinya lelaki brengsek? Lalu nanti jodoh saya siapa kalau semua laki-laki itu brengsek? Aduhai sungguh pilu, menjadi baik saja tidak cukup ternyata. Cita-citaku ingin dilamar CEO. Wajar, perempuan butuh kepastian. “Lho, jadi CEO itu kan artinya dia berbisnis, sedangkan bisnis itu tidak pasti. “ “Ah, kamu lagi-lagi kamu beranalisis. Jika aku bilang, cita-citaku ingin dilamar musisi apa lagi analisis mu?” Menjadi burung-burung di udara enak juga ya. Bebas tanpa perlu dianalisis sesama kaumnya. Tahukah kamu, aku habis mempersilakan laki-laki tidur bersama ku dalam kamar yang sama. Kira-kira apa analisis mu? Cinta itu tidak sempurna, yang sempurna hanya Tuhan. Manusia juga tidak sempurna karena itulah kita ini manusia bukan malaikat. Ada otak-otak tolol yang selalu bikin jengkel. Kamu tahu kenapa orang tolol bikin jengkel? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tolol merupakan adjektiva yang artinya sangat bodoh atau bebal. Itu dan ini dikawinkan dengan kenapa maka jadi bagaimana. Itulah hukum pertama dan yang terutama dari kitab manusia.
0 notes
evoydemoy · 3 years
Text
Orang-orang Terpinggirkan
Bau alkohol bercampur keringat tiga hari belum mandi terasa khas di penciumanku. Tenang, aku sudah terbiasa. Sebelas tahun yang lalu aku hidup dengan bau itu. Jadi orang semok serba salah, mau pakai baju renang yang biasa pun dibilang seksi, tanktop ala kadarnya pun dibilang seksi, berpose pun biasa saja tapi dibilang seksi dan bitchy look. “Ya lo enak tetek macam telor ceplok mau pakai bikini juga kaga dibilang bitchy!”
“Jadi gue harus pakai gamis, gitu?” Insecure itu bukan hanya milik perempuan. “Hai, kalian para pria, tak apa kalau mau bilang kalian insecure dan punya perasaan yang terluka!” Aku pikir itu manusiawi sekali. Jelas manusiawi. Tak semua harus ku jelaskan dengan gamblang kepada dua ratus juta penduduk Indonesia dan wilayah sekitarnya kalau aku sedang tidak baik-baik saja. Tiap malam aku menangis dalam sunyi dan dinginnya kenyataan hidup. Isak tangisku bergemuruh. Sadarkah dia bahwa perbuataannya telah menghancurkan hidupku. Tega sekali. Aku kini hanya puing. Ini pelajaran untuk ku. Mungkin dulu aku memang jahat, atau tanpa sadar aku melakukan hal jahat dan lupa diri. Banyak jalan menuju Roma. “I’m messed up!” Tapi sudah bersimpuh luruh aku di depan mu. Perlu berapa juta kata maaf hingga kau betul-betul memaafkanku? Banyak jalan menuju Roma. Aku harus bangkit. Angin hendak membawa ku terbang tinggi, namun topan keras menghantam dan aku tersungkur. Ini masalah terkacau yang pernah ku hadapi. Aku tahu aku pernah melakukan kekacauan lain. Di masa lampau, itupun sudah beres. Ondel-ondel tak henti bekerja pagi-siang-malam. Tukang jamu setiap hari menggerus jahe dan kunyit untuk dihidangkan dalam gelas kecil kepada para ibu-ibu dan adik-adik pecinta buyung upik. “Itu bukan urusanmu. Ini masalah domestik saya!” Aku teriak juga percuma, terjalnya jalan hidupku tak seterjal Gisel dan Gempi. Ada apa dengan mereka saat ini ya? Aku bersyukur aku tidak gila. Terserah kau mau percaya siapa. Aku bersyukur punya Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia mendengar ku. “Jangan lupakan pekerja lepas macam aku.” “Apa yang kau kerjakan?” “Semua.” Hanya satu yang tak bisa ku lakukan, membohongi diri ku sendiri bahwa aku baik-baik saja.
0 notes