Tumgik
#genre progresif metal
Text
Bunga Bangsa Berkolaborasi Dengan Musisi Besar di Tanah Air
Bunga Bangsa Berkolaborasi Dengan Musisi Besar di Tanah Air
REALITANEWS.OR.ID, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
erwincahyon · 4 years
Text
#MusikBarat-1
Queen
Tahun 2018 menjadi masa keemasan yang dituai kembali oleh Queen. Film biopic berjudul “Bohemian Rhapsody” sempat menjadi trending di jagat perfilman internasional. Judul film tersebut diambil dari salah satu lagu Queen yang populer nan legend. Film ini menceritakan tentang kisah awal Freddie Mercury (diperankan oleh Rami Malek) membentuk Queen sampai puncaknya pada scene konser Live Aid tahun 1985 di Wembley Stadium. Penonton disuguhkan dengan lagu-lagu Queen sembari menikmati dan bernostalgia alur cerita, sekaligus mengerti latar belakang terciptanya karya mereka. Tidak jarang sayup-sayup terdengar penonton ikut mendendangkan lagu-lagu Queen yang hits pada jamannya.
Freddie Mercury memiliki nama asli Farrokh Bulsara lahir di Zanzibar. Kemudian dia pindah ke Inggris pada akhir remajanya. Pada tahun 1970, bersama gitaris Bryan May dan drummer Roger Taylor membentuk Queen. Disusul dengan hadirnya bassis John Deacon yang membuat formasi grup band menjadi lengkap. Queen menjadi salah satu band rock terbaik di era ini, karena dapat mengemas musik yang lebih fresh dan tidak strict pada satu genre.
Tumblr media
Pada awal karir, Queen dipengaruhi oleh genre rock progresif, hard rock, dan heavy metal. Namun, perlahan-lahan berkembang menuju musik yang bersahabat dengan pendengar. Karya-karya mereka mampu mencakup berbagai gaya atau genre musik, seperti ballad, rock opera, country, blues, dan jazz. Perkembangan pesat ini dipengaruhi oleh personilnya yang memiliki skill bermusik diatas rata-rata. Freddie Mercury memiliki suara rocker merdu serta mahir menggunakan piano, Bryan May piawai bergitar, Roger Taylor sangat energetic sebagai penabuh drum, dan John Deacon yang terlihat kalem tetapi skillful bermain bass. Faktor yang tidak kalah penting adalah kemampuan dan pengetahuan musik mereka sehingga tiap personil band ini mampu menciptakan banyak lagu.
Lagu-lagu ciptaan Queen banyak yang populer, hits, dan menjadi legend hingga saat ini. Berikut 11 lagu populer yang identik atau awal mendengar langsung terbesit bahwa ini dari Queen:
1. Bohemian Rhapsody, lagu rock opera yang memiliki komposisi unik dan durasi diatas rata-rata. Lagu paling hits yang pernah merajai tangga lagu Inggris selama 9 minggu.
2. Somebody to Love, lagu favorit Freddie Mercury yang bergenre rock opera menyuguhkan paduan suara mendayu dari personil Queen.
3. Don’t Stop Me Now, lagu genre rock andalan band ini yang menggugah gairah.
4. Crazy Little Thing Called Love, lagu bergenre country jazz yang easy listening.
5. Another One Bites The Dust, lagu ini memiliki beat mirip dengan Billy Jean (Michael Jackson). Permainan bass John Deacon yang statis dipadu vokal Freddie Mercury seperti sedikit mabuk menjadi kombinasi unik.
6. Under Pressure, lagu featuring dengan David Bowie yang didominasi permainan bass oleh John Deacon menjadi lagu favorit bagi fans kedua musisi ini.
7. Killer Queen, lagu rock opera pertama yang membuat Queen populer di awal karir mereka.
8. I Want to Break Free, lagu sederhana dengan video klip yang kocak tentang asisten rumah tangga dimana personil Queen didandani seperti banci.
9. We Will Rock You, lagu dengan format instrumen sederhana yang identik dengan irama tepuk tangan dan hentakan kaki.
10. We Are The Champions, lagu spesialis untuk kejuaraan terutama saat penyerahan medali atau tropi.
11. Love of My Life, lagu ambyar yang didominasi dengan permainan piano Freddie sebagai ungkapan patah hatinya saat memutus hubungan asmara dengan Mary Austin.
Seperti band terkenal lainnya, Queen mampu membawakan penampilan live concert-nya lebih menarik daripada versi rekaman. Konser hasil perpaduan costume khas, tata panggung, sound, lighting sekaligus kemampuan personil yang mumpuni menjadikan fans mereka makin banyak dan everlasting. Selain lagu-lagu populer tadi, ada set list lain yang ditampilkan saat konser, seperti Radio Gaga, Hammer to Fall, Seven Seas of Rhye, Is This The World We Created?, dan masih banyak lagi. Puncak konser Queen pada tahun 1985 saat Live Aid di Wembley Stadium bersama banyak musisi dari Inggris. Setelah itu dua konser terakhir Queen bersama Freddie Mercury diadakan pada tahun 1986 di Wembley Stadium dan Budapest saat concert tour promosi album terbaru mereka.
Tumblr media
Mungkin ada beberapa hidden gems dari lagu Queen yang menurutku tidak banyak orang tahu. “Mustapha” lagu yang menceritakan tentang Nabi Ibrahim dan penyembahan kepada Tuhan. “Melancholy Blues” merupakan lagu bergenre blues yang mampu diciptakan Queen. “Stone Cold Crazy” lagu bergenre trash metal yang dikemas secara ciamik pada awal karir mereka. “Doing Allright” lagu dari Smile band bentukan Bryan May yang kemudian digubah ulang oleh Queen.
Pada tahun diatas 1986, Queen masih aktif mencipta album dan lagu-lagu yang juga populer. Lagu-lagu seperti I Want It All, I was Born to Love You, Innuendo, These Our Days of Our Lives, dan Too Much Love Will Kill You. Di saat sakit melawan HIV/AIDS, Freddie Mercury masih ikut membuat lagu dan juga video clip. Penampilannya terakhir di televisi pada tahun 1990 saat acara Brit Awards. Beberapa lagu Queen pun ada yang released setelah Freddie wafat pada tahun 1991.
Tumblr media
Untuk mengenang Freddie Mercury, pada tahun 1992 Queen bersama musisi-musisi Inggris mengadakan tribute concert. Selanjutnya, dibuat patung Freddie dan juga The Mercury Phoenix Trust sebagai badan amal melawan HIV/AIDS. Freddie Mercury memang pantas mendapat julukan “Legend”, karena sangat berjasa dalam membangun dan mengembangkan Queen menjadi salah satu band rock terbaik yang berpengaruh di era ini.
Tumblr media
Aku mengoleksi 49 lagu Queen dalam playlist smartphone-ku, tetapi hanya beberapa yang diulas dan tidak mungkin disebutkan semuanya dalam tulisan ini. Kegilaan dan kesukaanku pada band Queen tidak lepas dari pengaruh orang tua. Sedari kecil, selain musik klasik sejenis Beethoven atau Mozart, musik soundtrack Disney, dan musik tradisional jawa, aku sudah terbiasa disuguhi lagu-lagu rock barat terutama Queen. Memang tidak dipungkiri orang tua kita yang besar di era 70-80an dan menyukai musik rock pasti tahu band ini. Apalagi setelah sekarang banyak platform seperti YouTube dan Spotify, kita menjadi mudah mengakses dan mendengarkan lagu-lagu Queen sembari bernostalgia kedikdayaan mereka.
Aku berharap karya-karya lagu Queen akan terus didengarkan oleh anak cucu generasi selanjutnya. Jangan sampai penikmat berbagai jenis musik rock atau pun yang anti mainstream menjadi terdegradasi. Terkadang miris jika melihat generasi sekarang hanya terpengaruh lagu genre EDM, dangdut, dan lagu-lagu mainstream yang terpampang trending di medsos ataupun televisi. Aku termasuk penikmat lagu dan musik lawas yang berjaya di eranya, karena bagiku karya mereka adalah masterpiece bukti kualitas musik jaman dulu tidak kalah menarik daripada sekarang.-
1 note · View note
amirkazuma · 4 years
Text
Celoteh Peribadi 17 : Mengapa Saya Suka Mendengar Lagu Metal?
Saya selalu sahaja menerima respons yang agak pelik apabila mendapat tahu saya mendengar lagu genre heavy metal atau apabila saya berkongsi lagu-lagunya. Saya pernah mendapat respons bahawa genre heavy metal atau nama ini kadang dirangkumkan bersama genre ekstrim heavy metal dan inilah yang selalu dirujuk atau yang pendeknya adalah metal bukanlah muzik kerana lagunya yang ganas dan nyanyian yang menjerit-jerit.
Usah risau. Saya tidak tersinggung atau tercabar dengan respons sebegitu. Pada saya, ini sekadar seseorang yang tidak terbiasa dengan genre ini, kemudian tersentak dengan kelainan yang tidak dapat mereka hadam dan tidak memahami keseniannya. Apa yang saya lakukan di sini adalah sekadar perkongsian mengapa saya menyukai genre tersebut.
Untuk pengetahuan. dalam menghasilkan muzik metal, ia bukan proses yang mudah. Bukan calang-calang orang boleh memahirinya. Dalam bab vokal, bukan semuanya hanya menjerit atau mengeram tidak tentu hala. Menjerit atau menggeram pun ada tekniknya.
₍Pig squeal, ₍death growling₎, ₍mid range growl₎, ₍low growl₎, ₍low guttural₎, ₍inhale scream₎, ₍fry scream₎ dan bermacam-macam lagi. Bagi genre metalcore atau deathcore yang ada menggunakan vokal jernih, tentu sahaja perlu kemahiran supaya alunan suaranya enak didengar.
Sukacita dimaklumkan, bukan semua genre metal yang hanya mengisi lagu dengan jeritan atau menggeram. Jika kita dengar lagu-lagu genre metal yang terdahulu, ada yang tidak ada jeritan langsung. Genre seperti glam metal dan power metal tidak ada jeritan. Sebahagian simfonik, folk atau progresif juga sebegitu.
Anda suka mendengar daripada Metallica? Ya. Thrash metal ini sebahagiannya langsung tidak ada jeritan. Anda minat dengan Avenged Sevenfold? Ya. Metalcore walaupun dominannya adalah jeritan, geraman dan dicampur dengan vokal jernih, kumpulan ini banyak menghasilkan lagu yang bervokal jernih sahaja.
Kenal Limp Bizkit dan Linkin Park? Para komuniti metal memasukkan mereka dalam kumpulan NU metal. Saya tahu ada yang tidak percaya kumpulan seperti ini adalah kumpulan metal, tetapi itulah realiti dan itulah pengiktirafan dari komuniti tersebut. Saya tidak tahu kalau ada orang tidak percaya bahawa System Of A Down adalah kumpulan metal. Sebab metal bukan melihat pada suara sahaja, tetapi lebih fokus kepada cara penghasilan muzik.
Kita lihat pada drum. Genre metal memang terkenal dengan ₍blast beat₎. Anda boleh katakan ia adalah seni di mana menghasilkan bunyi seperti tembakan mesingan. Ia bukan main ketuk sahaja. Untuk menghasilkan blast beat, kira-kira ada lebih 50 cara dan teknik padanya.
Ia juga boleh berkembang dari semasa ke semasa. Satu lagu mungkin memerlukan tiga atau empat kemahiran serentak dan digabungkan. Bayangkan kalau satu kumpulan itu ada yang sampai 100 lebih lagu. Tidak mungkin hanya dengan beberapa cara yang sama.
Untuk gitar pula, ia bukan sekadar menggoreng secara membantai sahaja. Kemahiran seperti ₍trimolo picking₎, ₍down-picking₎, ₍drop picking₎, ₍palm-muted₎ dan lain-lain kemahiran. Bagi yang ingin menghasilkan gaya djent, ini juga bukan mudah.
Setakat ini, di negara kita belum ada kumpulan muzik atau penyanyi solo yang mahu dedikasikan secara serius dengan gaya muzik ini. Genre metalcore dan deathcore terkenal dengan ₍breakdown₎. Ini pun ada bermacam-macam gaya. Groove metal pula ada bermacam-macam gaya pada rifnya.
Bayangkan pula jika ada kumpulan mahu menghasilkan subgenre seperti progresif, simfonik dan folk yang memerlukan instrumen tambahan selain daripada dua tersebut. Tentu sahaja ada kemahiran lain yang perlu dikuasai. Maksudnya, pemain-pemain instrumen dalam metal adalah terdiri daripada orang yang berkemahiran tinggi.
Sebenarnya, penghasilan lagu genre metal masih banyak ruang inovasi. Anda pernah menemukan blackened symphonic technical atmospheric death metal bergaya Djent? Saya pun tidak pernah dan saya tidak rasa ia wujud pada waktu sekarang ini.
Namun, boleh jadi pada masa akan datang ia benar-benar ada walaupun saya rasa ia adalah hampir kepada mustahil. Apa yang saya sebutkan ini salah satu contoh daripada di mana muzik metal boleh mengembangkan bakatnya. Justeru, genre metal adalah lagu didasari daripada kreativiti dan inovasi, bukan hanya membuas sahaja.
Kemudian, kita menuju kepada isu yang lain. Tema apa yang disentuh dalam lagu metal? Mungkin tanggapan paling popular adalah lagu syaitan dan antiagama. Ya. Saya tidak menafikannya.
Sebenarnya, jika bercakap tentang antituhan atau mempersenda tuhan, ada juga lagu pop, rap, hip hop dan yang lain-lain juga membawa yang sama. Jika black metal, sememangnya lubuk lagu-lagu syaitan dan antituhan. Jika death metal dan grindcore, memang kegemaran lagu-lagu gore. Deathcore juga ada banyak lagu-lagu sedemikian.
Namun, bukan semua sebegitu. Ada lagu-lagu tentang mitologi Greek, sains fiksyen, sejarah, suara-suara politik, keluhan hidup, malah tentang cinta pun ada. Infecting The Swarm, kumpulan teknikal death metal sebagai contoh. Ia ada menghasilkan lagu-lagu yang bertemakan fiksyen tentang virus. Ring of Saturn, kumpulan deathcore yang mendedikasikan lagu-lagu tentang makhluk asing. Sabaton ada lagu-lagu tentang peperangan. Kalau ingin lirik lagu yang puitis dan bahasa yang bersastera, Cradle of Filth salah satunya.
Mahu atau tidak mahu, kita perlu lihat apa yang kumpulan itu bawa secara satu persatu. Bukan memukal semua adalah sama. Untuk menyemak kandungan lirik secara umum atau tema yang dibawa oleh suatu kumpulan muzik, boleh dirujuk di laman web Metal-Archive.
Jika diteliti tema lagu secara spesifik, ada juga yang agak mesra pendengar umum. Contohnya ∠Set Your Anchor⦣ oleh Eternal Lord. Lagu deathcore yang menceritakan tentang suasana dan perasaan pelayaran ketika dilambung badai. Contoh lain adalah ∠The Sound of Truth⦣ oleh As I Lay Dying. Lagu metalcore tentang sikap seseorang dalam menerima kebenaran. Contoh lain adalah ∠Enemy Within⦣ oleh Arch Enemy. Lagu melodic death metal tentang bisikan dan musuh yang menghasut untuk membunuh diri. Dan banyak lagi.
Mungkin ada yang tertanya, mengapa perlu menghasilkan lagu ganas dan menjerit sebegini? Sebelum itu, bukan semuanya ganas. Doom metal adalah lagu yang dapat dikatakan lagu perlahan dan tenang. Ia seumpama lagu yang boleh mendodoikan orang tidur. Bahkan, saya secara peribadi merasa kebosanan untuk melayaninya kerana ia terlalu perlahan tempo muziknya dan durasinya yang panjang.
Berbalik kepada persoalan. Saya dapat katakan satu sebab. Untuk mengekspresikan rasa yang kuat dalam jiwa. Ya. Bukannya semata-mata untuk mengganas atau membuas pada kesemuanya.
Saya berikan contoh ∠To Catch A Flame⦣ oleh Oceans Ate Alaska. Walaupun genre metalcore, tetapi puitis dan lagu yang berkaitan dengan luahan cinta. Namun, mengapa perlu menjerit dan lagu ganas? Sebab untuk ekspresikan gelojak cinta yang meronta-ronta dalam jiwa melalui suara yang kuat dan melodi yang bertenaga. Mudah, bukan?
Contoh yang lain adalah ∠Green Eyes⦣ oleh Iwrestledabearonce. Lagu melodic deathcore tentang tarikan pemanipulasi yang ingin mengeksploitasi diri kita. Kalau dilihat pada liriknya, nampak biasa-biasa sahaja. Namun, apabila disampaikan dengan suara yang berupa amukan dan muzik yang bertenaga, ekspresi itu menjadi kuat. Malah, jika ingin membuat lagu kutukan terhadap konspirator dan ahli politik yang korup atau orde yang bejat, tentu lagu-lagu yang agresif sebegini lebih menyampaikan rasa dan mesej.
Bukan semuanya hanya tertuju kepada agresif. Ada juga sememangnya untuk sedih. Untuk ini, selalunya metalcore atau doom metal boleh melakukan yang ini.
Maksud saya sedih di sini, bukan iramanya perlahan atau lembut sepertimana lagu pop yang lain. Ia juga bernada agresif dan bertenaga, tetapi menghasilkan sentuhan yang membawa kepada kesedihan. Beberapa contoh yang saya boleh beri ialah ∠Say Goodbye⦣ oleh I Killed The Prom Queen, ∠Hansha⦣ oleh Oceans Ate Alaska, ∠Sayonara⦣ oleh Cian.
Malah, ada subgenre yang bernama ₍depressive suicidal black metal₎ yang sememangnya khas untuk membawa alunan yang sedih, sekalipun ada kerancakan kerana pengaruh black metal. Justeru, lagu metal bukan lagu yang bersifat agresif sahaja. Ia sama sahaja mengikut kesesuaian muzik dan perasaan yang ingin diluahkan.
Ambilan : https://www.wattpad.com/917535054-celoteh-peribadi-amir-kazuma-celoteh-17-mengapa
Tumblr media
0 notes
aradityarian · 4 years
Text
PLEDOI UNTUK FEAST/BASKARA: Lagu Peradaban Memang Lebih Keras!
Tumblr media
Baskara tidak perlu minta maaf, apalagi klarifikasi. Lagu peradaban memang lebih keras dan lebih cadas dari musik metal dan rock manapun.
* * *
Saya seorang penikmat dan pemain musik sejak kecil. Masa SD saya diramaikan dengan lagu-lagu sheila on 7 dan dewa-19. Beranjak SMP dan SMA musik saya pun tumbuh lebih cadas, saya membentuk sebuah-dua buah band dan menyanyikan banyak genre yang dianggap keren dan menggelegar seperti metallica, avenged sevenfold, dan system of a down, baik di jamming session atau sampai ikut beberapa festival. Sampai saat ini saya masih mendengarkan lagu-lagu itu, masih hafal bahkan beberapa.
Namun sebagai penikmat musik yang pengetahuannya toh biasa-biasa saja, saya memiliki opini sendiri tentang kasus feast dan baskara ini. Pada sebuah sesi interview 2 bulan lalu, baskara mewakili feast memberikan opininya tentang musik rock dan peradaban seperti ini:
Nggak selamanya kemarahan itu harus disuarakan dengan distorsi gitar dan teriak-teriak. Buat kami, contohnya lagu Peradaban itu lebih keras dari lagu metal manapun yang pernah kami dengar.
Ditengah berbagai kecaman dan hinaan, saya mungkin termasuk segelintir orang yang setuju dengan opini ini, dan saya kali ini akan memberikan pledoi bagi feast/baskara bahwa apa yang ia katakan tidak salah sama sekali.
Musik adalah cara Menyampaikan Pesan
Sejatinya musik adalah cara penyampaian pesan, sama seperti obrolan biasa - kebetulan diiringi musik. Musik telah dipakai sejak jaman prasejarah untuk memuja tuhan, merayu pasangan, hingga menyampaikan pesan kepada khalayak banyak.
Tujuan itu tidak dan tidak akan pernah berubah sampai nanti. Yang berubah adalah cara penyampaian berbagai genre ke audience nya masing-masing. Ada yang suka disampaikan dengan perlahan, ada yang lebih nyaman diteriaki sepanjang jalan. Selera dan society dimana kita berada menentukan musik apa yang kita dengar.
Namun lucunya, walaupun saya bertahun-tahun memainkan dan menyanyikan lagu rock, saya merasa keterikatan saya dengan musik keras ini tidak terlalu kencang. Ya, keras, keren, headbanging, namun tidak relate. Pesan yang disampaikan tidak mampir ke otak saya dan tidak membekas mengubah persepsi saya terhadap sesuatu. Saya seperti menyanyikan sebuah karya musik yang saya tidak paham maknanya.
Berbeda dengan lagu peradaban dimana saya memahami liriknya dengan mudah, menangkap pesan eksplisit dan implisit yang ditujukan, serta mendapatkan emosi yang ingin di-deliver oleh pemainnya. Tidak dengan dengung dan raungan gitar, tapi dengan suara ngantuk dari baskara lah kami para pendengar feast merasa diaduk emosinya dan dicerdaskan ideologinya.
1:0, Peradaban dari Feast lebih amanah.
Musik Keras Gagal Menjadi Anthem Perjuangan
Dulu saya sempat meramalkan, ada tiga genre lagu yang punya possibility besar menembus pasar dan menjadi legenda. Pertama artis cilik yang membawakan lagu anak (ingat tasya kamila?), kedua lagu momentual seperti ulang tahun, kemerdekaan, dan sebagainya (cokelat dgn merah putih terbukti), yang ketiga adalah lagu perjuangan mengisi posisi yang ditinggalkan oleh iwan fals. Ini yang sekarang sedang mencoba diisi oleh berbagai penyanyi indie, salah satunya feast/hindia.
Saya, secara personal, tidak pernah mendengar satu musik dengan genre rock/metal band manapun yang menjadi anthem perjuangan di Indonesia. Di luar negeri, mungkin, tapi di Indonesia musik rock/metal keras gagal mengiringi perjuangan berbagai gerakan progresif. Saya justru mencatat banyak penyanyi pop-rock dan indie yang lebih sensitif dengan pergerakan dan suara kaum marginal. Iwan fals misalnya lebih senang menggunakan genre pop/folks dalam berkarya, Slank dan Efek rumah kaca menggunakan genre pop-rock untuk menyuarakan kegelisahannya. Tidak dengan distorsi gitar, tidak dengan headbanging dan suara yang tajam, tapi dengan lirik yang tidak kalah gaharnya.
Peradaban ada di kamar yang sama. Liriknya jelas berteriak kencang pada otoritas tentang intoleransi, kriminalitas pada kaum marjinal, yang langka ditemui pada musik keras manapun yang pernah saya dengar. Kalaupun ada, saya secara personal tidak pernah mendengarnya. Kalaupun pernah mendengar, pesan tersebut tidak sampai pada saya, apalagi saya gunakan untuk anthem perjuangan saya.
2:0, Peradaban dari Feast lebih dapat dipakai untuk perjuangan.
Musik Keras Gagal Populer
Efektifitas cara penyampaian diukur dari berapa banyak pendengar dan seberapa mereka mengimani pesan tersebut. Benar, berbagai musik keras punya banyak penggemar, tapi dibandingkan jumlah penggemar feast & baskara, berbagai band cadas (yang katanya besar) tersebut hari ini tidak ada apa-apanya. Fans mereka menua, terjebak dalam bubble bahwa rock dan metal masih besar dan merupakan musik paling keren dan anarki.
Mereka lupa generasi terbesar hari ini adalah Millenials dan Gen-Z; generasi yang jauh berbeda dari apa yang mereka pahami. CD sudah usang, radio dan TV sudah tak dihiraukan. Suara mereka tak lagi menjadi panutan bagi banyak orang. Musik keras tak mampu beradaptasi, termakan jaman dan jauh dari kata relevan. Bagaikan masturbasi intelektual yang tak peduli pendengar, mereka perlahan menghilang menyisakan nama besar dan video youtube tanpa gahar.
Feast tentu saja sebaliknya. Mereka hidup dan besar di jaman ini, mengerti cara bicara dengan pendengar dan evangelist setia. Angka tidak bohong, mereka ratusan kali lebih terkenal dan lebih relevan dari berbagai pelaku musik keras tanah air. Dengan popularitas ini, suara mereka lebih didengar, lebih banyak mengubah orang dan memberikan perspektif baru tentang kegeraman individu pada berbagai hal; pemerintah, perlawanan, petani, kapitalisme, dan kehidupan.
3:0, Peradaban dari Feast lebih populer dan influential.
* * *
Jadi kalau anda pelaku musik keras yang membaca tulisan ini, saya punya pesan sederhana. Pertama, jangan marah. Anda memang sudah menua dan harus menerima kekalahan ini secara legowo. Kedua, beradaptasilah. Bila anda ingin eksis kembali, cari cara untuk fight back, kenali audience yang kini ada dan buktikan dengan karya. Buktikan bahwa musik anda jauh lebih keras daripada suara ngantukan baskara yang didengar DAN DIHAPAL lebih dari jutaan masyarakat Indonesia.
Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati
Jaman sudah berubah, bung!
1 note · View note
filosofilagu · 5 years
Text
Sejarah singkat musik rock tahun 1950an
Sejarah singkat musik rock tahun 1950an - - Musik rock adalah genre musik populer yang berasal dari " rock and roll " di Amerika Serikat pada awal 1950-an, dan berkembang menjadi berbagai gaya yang berbeda di tahun 1960an hingga saat ini
Sejarah singkat musik rock
Tahun 1950an awal Sejarah singkat musik rock
Musik rock adalah genre musik populer yang berasal dari “ rock and roll ” di Amerika Serikat pada awal 1950-an, dan berkembang menjadi berbagai gaya yang berbeda di tahun 1960an hingga saat ini, terutama di Inggris dan Amerika Serikat.  Berakar pada tahun 1940-an dan rock and rolltahun 1950-an, sebuah gaya yang menarik banyak
View On WordPress
0 notes
metalheadturkiye · 6 years
Video
youtube
Crimson Glory
Crimson Glory, 1979 yılında ABD'de "Pierced Arrow" ismiyle kurulan Amerikan progresif metal müziğinin öncülerinden bir heavy metal grubudur. Özellikle 2009 yılında hayatını kaybeden müzisyen Midnight'ın olduğu dönemler etkili olmuştur. Crimson Glory are an American progressive metal band that formed in 1979 under the name Pierced Arrow (later changed to 'Beowulf'). Their current line-up features long-time guitarists Jon Drenning and Ben Jackson, bassist Jeff Lords, and drummer Dana Burnell. The band formed in Sarasota, Florida. As a pioneer of the American progressive metal movement, Crimson Glory rose to international fame in the 1980s and was ranked as one of the early "flagship bands of progressive metal" along with Queensrÿche, Dream Theater, Fates Warning and Watchtower, who were responsible for creating and developing that genre. Crimson Glory has released four studio albums and one EP. They broke up in 1992, but reunited six years later.
0 notes
andreijeijkov · 7 years
Text
Gulag Orkestar
Tumblr media
Temen gue, seorang desainer perempuan bernama Cecil Mariani bilang kalo dia mau ke Praha dalam waktu dekat ini. Honestly, I envy her ... gue ngiri berat non ... hahahaha. I always adore Eastern Europe old town life more than any continent. Mulai dari pengamen jalanan di Charlotte Bridge Praha yang memainkan manual music box (yoih manual, bukan elektronik ... ga pake sumber tenaga listrik atau batere tapi pake engkol tangan ... dan entah gimana struktur dan konstruksi spare part didalamnya, tapi music box yang segede gerobak tukang es doger itu lalu menghasilkan lagu lagu yang keren), hingga kepada museum museum tua di Berlin. Mulai dari melihat lihat kastil kastil tua peninggalan Drakula di Rumania sampai ikutan ngerasain “homeless” ala kaum Gypsi di Bulgaria. Mulai dari makan goulash dan minum anggur bersama kaum Magyar di Budapest hingga berjalan jalan melihat pemandangan Laut Adriatik di semenanjung Balkan lalu menikmati musik jazz dan catatan catatan kepedihan di Museum of Broken Relationship di Zagreb, Kroasia. Gue kedengeran udah kayak turis ngidam yah ... ya maaf yah, hehehe. Tapi kemudian Cecil bilang ke gue kalo dia ke Praha untuk riset kultural tentang creative economy disana. Bicara creative economy, gue terus inget soal “kontrakultura” movement di era 90an sampe awal 2000an, trus gue tau tau inget soal scene scene musik di Berlin, di Helsingborg Swedia, di Bergen dan di Oslo Norwegia, Helsinki Finland, dan Reykavik Iceland. Gue inget gimana scene scene musik sebenarnya awalnya kurang lebih counter terhadap realita disekeliling mereka, trus tau tau sekarang jadi creative industries yang banyak menopang kehidupan warganya. And here’s my thought about it ...
Bicara soal musik, tentu nggak bisa lepas dari fakta bahwa Inggris terutama London adalah ibukota musik dunia. Anarkinya anak punk yang bikin Tuhan harus menyelamatkan ratu Inggris lahir di London era 70an. Musik pop yang menginvasi dunia di era 60an lahir di Liverpool. Kebosanan dan kemarahan kaum buruh di Birmingham di era 70an juga disuarakan secara distorsif dan melahirkan musik rock dan metal. Di pertengahan era 90an ketika metal telah banyak terbunuh dan grunge mulai bunuh diri, berbagai sudut kota Manchester malahan melahirkan gelombang baru bernama Brit Pop yang berawal dari kebosanan anak anak muda di kota tersebut. Inggris yang ada di ranah Eropa Barat itu memang ibukota musik dunia, tetapi musik musik yang dilahirkannya kemudian menginspirasi berbagai gerakan “kontrakultura” di seluruh dunia.
Katakanlah punk yang dibawa Sex Pistols dan musik cadas yang dibawa oleh Black Sabbath sampai ke Amerika. Lalu berpadu dengan gelombang kemarahan anak anak muda di negeri Paman Sam akibat opresi Reagenian tersebut melahirkan musik Hardcore dan Thrash Metal. Sebut saja Black Flag, Minor Threat, Gorilla Biscuit, 7 Seconds, Sick of It All di kancah punk / hardcore, hingga The Big 4 dari kancah Thrash Metal Amerika semacam Metallica, Megadeth, Anthrax, Slayer. Kesemua ini lahir dari invasi musik Inggris. Awalnya adalah sebuah kemarahan terhadap realita namun kemudian menjadi industri. Katakanlah nada nada musik punk ala Sex Pistols sangat catchy sehingga diadopsi oleh Ramones menjadi punkrock yang ngehits di Amerika. Ketika orang orang pembosan semacam Henry Rollins dari Black Flag mendengarkannya, mereka malah mengadopsinya menjadi bentuk yang lebih fit bagi narasi narasi pemberontakan mereka. Mereka tidak mempedulikan tentang nada nada musik mereka yang jadinya caur, namun lebih kepada lirik yang on point untuk bilang sistem negara mereka busuk. Langsung ke inti ... Hardcore, sehingga tidak makan waktu lama untuk kemudian banyak anak muda yang menyukainya. Bertahun tahun Hardcore ini meracuni anak anak muda Amerika sehingga industri musikpun kemudian memutuskan untuk menjadikannya komoditas. Metallica dan Megadeth di pantai barat Amerika dulu kerap disebut sebagai terlalu punk untuk musik rock dan terlalu keras untuk musik punk. Namun anak anak muda di pantai barat Amerika menyukainya. Dan akhirnya genre Thrash Metal pun resmi menjadi sebuah industri baru. Nah musik musik yang berkembang di Amerika ini kemudian masuk ke Eropa Timur dan beradaptasi dengan kultur setempat menjadi yang baru.
Jerman ... gue nggak mau cerita soal Tembok Berlin dan komunisme Jerman Timur ya, silakan googling sendiri. Tapi yang jelas di era 80an dan 90an ini, Jerman mendapat banyak pengaruh dari musik musik “kontrakultura” dari Amerika. Era 80an misalnya Slayer dan Venom menginspirasi lahirnya sebuah band besar dari Jerman bernama Kreator. Kreator ini sedikit banyak kemudian memberikan elemen elemen lain yang membedakan mereka dengan American Thrash Metal sehingga kemudian seringkali musik Kreator (bersama sama dengan Destruction & Sodom, merupakan Trinitas Thrash Metal Jerman) menjadi pondasi bagi kancah musik Jerman. Kreator memang lahir di pedesaan di Essen, Jerman Barat, namun invasi gerakan musik mereka pun melintasi batas Tembok Berlin, dan mendorong kelahiran band band yang progresif semacam Atari Teenage Riot di Berlin Jerman Timur. 
Atari Teenage Riot sendiri adalah band pionir digital hardcore. Terbentuk tahun 1992 dan merupakan sebuah counter terhadap gerakan neo nazi di Berlin. Rilisan rilisan awal mereka banyak menimbulkan kontroversi di Berlin terutama terkait pergerakan mereka yang tanpa kompromi terhadap neo nazi di Berlin. Namun karena banyak anak muda Berlin yang menyukai Atari Teenage Riot, plus musik mereka yang menggabungkan unsur unsur elektronika sehingga menghasilkan beat beat yang lebih catchy, maka tentu saja industri musik menggandeng mereka masuk sebagai komoditasnya. Masuknya Atari Teenage Riot kedalam industri musik major memang menghasilkan kontroversi, tapi gue gak mau ngebahas kontroversi itu. What I’m saying is, dengan mereka masuk ke industri, justru menimbulkan dua hal penting yaitu ... mereka bisa mengamplifikasi lebih kencang lagi suara suara pergerakan mereka, serta mereka bisa memberikan keuntungan secara finansial bagi kancah musik mereka itu sendiri.
Berlin sendiri pasca Tembok Berlin runtuh memang kemudian menjadi metropolitan terbesar bagi musik musik elektronika. Salah satu festival musik terbesar bagi musisi elektronika dan kaum pedansa digelar disana yaitu Berlin Love Parade. Tapi gue gak mau ngebahas soal festival ini, gue mau ngebahas soal lain. Di Berlin, musik musik elektronika semacam udah merasuk dan beradaptasi kedalam berbagai musik yang lain. Jika musik adalah minuman, dimana Inggris terkenal dengan tehnya atau Itali dengan kopinya, maka musik elektronika di Berlin udah jadi semacam kopi atau teh. Atari Teenage Riot memadu-padankan musik elektronika dengan musik metal dan hardcore untuk menyuarakan pemberontakannya. Lalu pasca Tembok Berlin runtuh, terbentuklah sebuah band bernama Rammstein. Rammstein memang sebuah nama kota kecil di Jerman Barat, namun band ini justru lahir dan besar di Berlin Jerman Timur. Sebagai band yang mengusung musik industrial, mereka menggabungkan unsur unsur musik gothic, metal, dan elektronika. Mereka sendiri menyebut diri mereka beraliran Dance Metal. Tapi yang gue suka adalah lagu lagu mereka gak ada yang berbahasa Inggris, semua pake bahasa Jerman (yang pasti ribet dan bikin lidah gampang keseleo), dan disukai banyak orang diluar Jerman. Gokil kan ! Gara gara musiknya, gue aja sampe mikir kalo Rammstein ini musti didatangkan ke Jakarta buat jadi line up acara jedang jedung di Djakarta Warehouse Project, masa di DWP yang bisa ngedance cuma anak anak disko aja sih, coba kasih Rammstein, dijamin anak anak metal pada ikutan ngedance ... hehehehe
Nah scene musik Jerman ini kemudian menembus batas dan menginspirasi anak anak muda di utara Eropa. Di era 90an Thrash Metal Jerman ini kemudian menjadi influence anak anak muda Norwegia dan Swedia untuk melahirkan Death Metal dan Black Metal. Kedua genre metal ini sangat ganas dan memang kelahirannya adalah sebuah teror bagi kultur setempat. Gue sendiri tau kok bahwa musisi Death Metal dan Black Metal kalo konser pasti nyembelih hewan diatas panggung. Bahkan lebih jauh lagi, gue dulu sering denger kalo di Norwegia dan Swedia, banyak anak metal era 90an yang jadi buronan gara gara ngebakar gereja ... ya iyalah, habis konser, ngelempar molotov ngebakar gereja, penjiwaan lagunya sangat serius ... hahaha. Dan beberapa kali gue ketemu anak anak musik dari Eropa Timur dan Eropa Utara, mereka emang serius serius sama pemikirannya. Jaman gue masih tinggal di Malang, pernah ketemu anak Hardcore dari Bulgaria. Dia seorang vegan garis keras, oleh karena itu selalu susah mencari makanan yang pas sama dia sewaktu di Malang. Dan karena selera makan gue simpel, pecel bebek juga ok, maka ketika gua ngebeliin pecel bebek buat dia, bebek gorengnya selalu dikasih ke gue, sementara lalapan dan sambelnya diabisin dia ... hahaha. Enufff said.
Sam Dunn pernah mencoba riset soal musik metal di Norwegia dan Swedia dalam filmnya A Headbanger’s Journey dan Global Metal. Disana ia mewawancarai sejumlah musisi metal semacam Gorgoroth, Mayhem, dll serta para pemuda dan pemudi scene musik setempat. Dan memang haruslah diakui bahwa Black Metal dan Death Metal di Swedia dan Norwegia ini awalnya memang menjadi teroris bagi kultur setempat. Norwegia dan Swedia yang jadi negeri bagi rumah ilmuwan ilmuwan kelas Nobel ini kemudian jadi sebuah negeri yang sangat rigid dengan norma, belum lagi ditambah dengan agama melalui gereja yang menyempurnakan kekakuan norma norma tersebut. Maka tidak heran jika kemudian banyak anak muda yang tidak pernah bisa fit dengan hal tersebut, lalu menerima musik metal dan mengadaptasikannya kedalam hidup mereka. Musik Thrash Metal Jerman yang keras dan kencang, dipadukan dengan nilai nilai pagan kaum Viking yang menjadi nenek moyang orang Swedia dan Norwegia. Hasilnya ... Teror ! Lelaki atau perempuan mengecat muka ala kaum Viking kalo mau perang, simbol simbol satanisme diinternalisasi, kambing sama babi disembelih di panggung, gereja gereja dilempari molotov sampe terbakar, tiap hari mengintimidasi penduduk sipil, dll. Nggak heran kalo kemudian di era 90an banyak musisi metal di Swedia dan Norwegia yang jadi buronan polisi ... hahaha.
Tidak jelas bagaimana caranya jika sekarang musik Black Metal dan Death Metal di Swedia dan Norwegia kini berubah menjadi industri kreatif. Sam Dunn sendiri juga dalam risetnya tidak sampai rinci menjelaskan mengenai bagaimana proses “sophistication mechanism” yang terjadi selama periode tersebut. Bahwa banyak musisi dan pegiat musik yang kini hidupnya banyak disumbang oleh keberlangsungan industri musik dalam scene Blackmetal dan Deathmetal. Namun yang jelas pada periode sekarang, produk produk dari scene Black Metal dan Death Metal ini kemudian menjadi sebuah komoditi yang ok. Lebih jauh lagi ... ada beberapa contoh yang cukup kocak, tapi ok ...
Musisi metal emang udah lama sering dipake jadi talent buat iklan iklan tv ataupun iklan iklan digital. Tapi Blackmetal dan Deathmetal ? Seriously ? Setan sama Iblis jadi bintang iklan ? Hahahahaha ... Gue beberapa kali ngeliat iklan yang talentnya band band Blackmetal dan Deathmetal. Mulai dari iklan obat batuk Zyx, iklan KFC, iklan FedEx, iklan bus Greyhound, dll. Gue semacam ngeliat ada satu pola kesamaan komunikasi dari iklan iklan yang menggunakan talent talent metalhead ini. Tampang, attitude dan lagu anak anak metal yang nyeremin ini kemudian diparodikan untuk ngejual produk produk yang diiklankan. Lucu sih ... dan terus terang gue juga suka iklannya, pada geblek semua ... hahahaha
Lebih jauh lagi, seorang metalhead Norwegia, Fenriz Nagell dari band Darkthrone ngetroll pilkada di kampung halamannya, kota Kolbotn, buat iseng isengan semata. Dengan isengnya ia mencalonkan diri, lalu kampanyenya hanya memajang foto bergambar muka ngeheknya dan kucingnya, ditambah caption “please don’t vote for me”. Sialnya, penduduk lokal yang terlanjur mengenalinya lewat kerja kerja voluntir justru menyukai kampanyenya sehingga ia terpilih sebagai senator. Ini kan lucu ... Gue jadi kayak ngebayangin Kimung dari Ujungberung Rebel dicalonin warga Bandung buat gantiin Ridwan Kamil, atau Novi Screaming Factor dicalonin Aremania buat gantiin Abah Anton jadi walikota Malang, hahahaha. But whatever it is ... gue langsung kayak semacam ngeliat bahwa di era sekarang udah ada semacam trust bonding yang tak terjelaskan antara publik dengan anak anak metal disana. Dan bagaimana proses trust bonding dan creative industries disana bisa terbentuk setelah teror dan culture shock bertahun tahun, buat gue ini misteri yang menarik, karena belum ada bahasan yang komplit dan gamblang untuk menjelaskan mekanisme yang terjadi di Eropa Timur dan Eropa Utara ini.
Itu pada musik metal, gimana dengan musik yang lain ? Kurang lebih sama aja
Di Swedia misalnya, telinga kita terbiasa mendengar suara renyahnya Nina Parsson dari The Cardigans di akhir dekade 90an dan awal 2000an. Mentok mentok kalo ngulik selera musik dikit ketemunya suara lirihnya Karolina Komstedt dari Club 8. Swedish Pop memang telah menjadi sebuah subgenre tersendiri dari kancah musik pop dunia. Tapi siapa yang nyangka kalo di kota kecil kayak Helsingborg, ada sejumlah anak anak muda yang bosan dengan hal hal tersebut dan memutuskan membuat musik yang lain. Digawangi oleh punker perempuan bernama Maja Ivarsson, band ini bernama The Sound, dan menyuarakan hal hal ironis di kehidupan anak anak muda Swedia pada masanya. Sementara karena musik mereka catchy, terpengaruh classic disco ala Blondie, dan berenergi tinggi kayak Yeah Yeah Yeahs yang digawangi Karen O, maka The Sound dengan cepat diterima dan disukai hingga ke Amerika. Dan imbal baliknya, The Sound ini justru menginspirasi pertumbuhan lebih tinggi lagi bagi scene musik Swedia, terutama di kota kota kecil semacam Helsingborg.
Di Islandia misalnya. Era 90an publik terbiasa mendengarkan lagu lagu Bjork yang ajaib. Tapi kalo buat gua, musik yang bener bener mencerminkan Islandia justru diusung oleh Sigur Ros, bertahun tahun sesudah masanya Bjork. Islandia yang muram karena selalu bersalju dan jarang disinari matahari, Islandia yang tingkat bunuh dirinya tinggi, Islandia yang jumlah orang orang tua yang ditinggalkan tinggi, Islandia yang jumlah anak anak cacat juga tinggi. Inilah yang banyak disuarakan oleh Sigur Ros, band shoegaze yang murung dari Reykavik. Bagaimana bisa sebuah band yang orkestrasi musiknya semurung dan sesedih ini bisa sukses, bukan hanya dalam konteks lokal negerinya sendiri, tapi juga menjadi besar di pasar internasional ? Gue sendiri jujur aja nggak tahu proses ajaibnya itu gimana. Ada temen gue, seorang pekerja industri musik yang bilang kalo orang patah hati dikasih musiknya Sigur Ros bisa bisa langsung gantung diri. Tapi gue sendiri ngeliatnya lain. Waktu Sigur Ros dateng ke Indonesia dan konser di Senayan, gue ngeliat mereka sebagai kombinasi spektakuler antara kesedihan, dan magis. Berada di konser mereka kayak diculik alien ke planet yang indah. Nggak heran sih kalo kayak gini pada akhirnya sukses jadi komoditi dan membuat keuntungan bagi industri kreatif di tataran lokal. Album terakhir mereka Valtari Mistery, mengundang sejumlah sutradara film dan aktor / aktris untuk berkolaborasi dan membuat short film / experimental film yang menerjemahkan masing masing lagunya. Dan kalo bicara film, tau kan maksud gue ... it means business, karena ada sejumlah besar uang yang diinvestasikan disana.
Nah gue udah ngasih banyak contoh ya soal musik di Eropa Timur dan Utara, gimana mereka tadinya “kontrakultura” kini jadi creative industries dan ngehidupin banyak orang. Gue nggak tau gimana mekanisme pastinya, tapi gue yakin ini menarik. Dan kemungkinan besar juga bisa diadopsi untuk diaplikasiin ke Indonesia. I mean ... Di Indonesia ini ada sejumlah besar musisi musisi keren dan ok dari berbagai scene di berbagai kota di Indonesia. Scene scene tersebut banyak yang terbentuk pada awalnya karena emang udah bosan dan muak aja sama produk produk industri musik yang mainstream. Tapi kenapa hanya segelintir kecil aja musisi dan pekerja musik dari scene ini yang berhasil hidup dari musik ? Rata rata mereka yang berasal dari scene musik independen di Indonesia, baik dari era dekade 90an hingga awal 2000an, pasti hidupnya bukan dari musik. Mereka banyak yang kerja di bidang lainnya, ada yang jadi dosen, ada yang kerja di advertising agency, ada yang kerja jadi wedding singer, ada yang buka rumah makan, dan masih banyak lagi. Dan justru mereka menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menghidupi musik dan scene musik mereka. Kalo diluar negeri, di negara kayak Amerika atau Jerman gitu, band band metal gitu personilnya pada tajir, punya rumah mansion, punya koleksi lukisan dari seniman seniman legendaris, sementara disini band metal, tapi personilnya ada yang jadi sales panci, ada yang jadi sales motor, kalo mau kaya ya sekolah pengacara trus ikutan gabung fpi (yang anak metal pasti tau sapa yang gue nyinyirin nih). Sementara disisi lain, saat ini banyak digaungkan mengenai pembangunan industri kreatif di Indonesia. Kan jadi rada rada ironis gitu kan ya ... hehehe
I’m always about music (dan juga film) ... sementara Cecil is about art, literature and theater. Dan bicara tentang Praha, kota tua di Eropa Timur yang akan disinggahi Cecil untuk riset ekonomi kreatifnya ini, gue yakin kayaknya Praha nyimpen cerita cerita pergerakan “kontrakultura” tersendiri yang beda dengan kota kota lain. Just like she said, Praha berasal dari kata bohemia, dan buat gue narasi narasi bohemian selalu mengandung sebentuk perlawanan atas nasib. Bahkan Praha sendiri menjadi rumah bagi sastrawan sekelas Kafka. This is what I’m talking about. Di permukaan, yang hanya tercover oleh media, Praha adalah kota tua yang adem ayem, dan menjadi destinasi pariwisata bagi mereka yang menyukai sejarah, kota tua dan arsitektural jaman dahulu kala. Tapi gue kayak meyakini, sebenarnya ada semacam movement movement tertentu, tidak tercover media, entah apa, mungkin bukan di bidang musik, namun progresif dan mungkin juga menjadi counter culture, tapi sekaligus jadi creative industry yang menghidupi para warganya. Entah apapun itu, mungkin sastra, mungkin seni rupa, atau mungkin juga teater. Dan kalo ada riset tentang itu kan menarik ... sapa tau bisa diaplikasiin ke Indonesia. Ya gue nggak bicara seni rupa juga sih yaaaa ... seniman indonesia kan pada kaya rata rata, masih baru baru ngehits aja udah bisa jual karya puluhan juta, apalagi yang udah established dan sliweran di berbagai biennal luar negeri ... hehehe. Tapi gimana soal sastra, teater, atau bahkan bidang bidang seni dan kreatif yang lainnya ? That’s why I’m excited about her research. I’ll wait for her story about it ...
0 notes
Text
Drummer Progressive Perempuan Berhasil Pecahkan Rekor MURI
Drummer Progressive Perempuan Berhasil Pecahkan Rekor MURI
REKONFUNEWS.COM, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Pecahkan Rekor MURI, Remaja Perempuan Penabuh Drum Terlama Selama 22 jam
Pecahkan Rekor MURI, Remaja Perempuan Penabuh Drum Terlama Selama 22 jam
KABARDAERAH.OR.ID, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Bunga Bangsa Ajak Pendengar Untuk Menjaga Bumi dalam Singgel Album Terbaru
Bunga Bangsa Ajak Pendengar Untuk Menjaga Bumi dalam Singgel Album Terbaru
RELASIPUBLIK.OR.ID, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Waoow, Gadis Asal Semarang Ini Pecahkan Rekor Muri Drummer Terlama
Waoow, Gadis Asal Semarang Ini Pecahkan Rekor Muri Drummer Terlama
BELANEGARANEWS.ID, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Bunga Bangsa Ajak Pendengar Untuk Menjaga Bumi dalam Singgel Album Terbaru
Bunga Bangsa Ajak Pendengar Untuk Menjaga Bumi dalam Singgel Album Terbaru
EX-POSE.NET, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan memilih…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Bunga Bangsa Lahirkan Dua Karya Single Lagu Baru Berbahasa Jawa
Bunga Bangsa Lahirkan Dua Karya Single Lagu Baru Berbahasa Jawa
HARIANSOLORAYA.COM, SEMARANG || Kota Semarang memiliki drummer cewek remaja yang tak kalah dengan kota lain. Namanya Monica Kezia Bunga Keinanti. Bahkan, gadis ini juga terus berkreasi musik dengan mengaplikasikan alat tradisional ke genre progresif metal. Tak hanya itu, gadis yang masih duduk di bangku sekolah SMK kelas dua ini juga telah merilis single lagu dengan syair berbahasa Jawa. Alasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes