Tumgik
#thiyarah
gsatriaandika · 2 years
Text
Tumblr media
Mengadakan resepsi pernikahan (walimatul urs') hukumnya dianjurkan (sunnah muakkad) menurut mayoritas Ulama, sebagian lainnya menghukumi wajib. Dasarnya adalah dimana ada hadits anjuran/perintah nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atas hal ini, walaupun hanya dengan memotong seekor kambing, dan beliau Shalallahu 'alaihin wa sallam pun mengadakan walimah pada sebagian pernikahan beliau dengan dua mud gandum, dan sekeranjang kurma pada pernikahan beliau dengan Shafiyah radhiyallahu 'anha.
Dianjurkannya walimatul 'urs adalah bertujuan untuk mengumumkan pernikahan, hikmahnya agar terhindar dari sangkaan berzina, serta tuduhan-tuduhan keji, juga agar mendapatkan keberkahan serta doa.
Namun di zaman ini, ada beberapa hal yang diharapkan agar diperhatikan:
1. Walimatul 'Urs itu adalah pemberitahuan penuh rasa syukur
Poin penting pada walimatul 'urs ada dua: pertama, pengumuman bahwa fulan telah menikah. Kedua, bentuk rasa syukur. Agama ini tidak pernah memberatkan ummatnya, itu sebab nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menganjurkannya walaupun hanya dengan memotong seekor kambing, ataupun dengan kata lain sesuai kemampuan. Maka tidaklah elok jika ada yang membebani diri tanpa mengukur kemampuan dengan berhutang, kemudian mengadakan walimah semewah mungkin, hanya bertujuan untuk "mengangkat status sosial" di tengah masyarakat.
2. Walimatul 'Urs adalah bentuk "kepatuhan" atas sunnah Nabi, bukan untuk membuat maksiat.
Membuat maksiat dalam walimatul 'urs itu seperti apa bentuknya? Banyak bentuknya.
Mulai dari menentukan tanggal nikah melalui cara yang bertentangan dengan syariat, bahkan bisa jatuh kepada kesyirikan jika menganggap akan sial jika tidak sesuai dengan perhitungan. Ini termasuk kepada tathayur atau thiyarah. Yang dibolehkan adalah menentukkan tanggal nikah tanpa mengaitkan dengan kesialan dan sebab-sebabnya, dan tidak mengaitkannya dengan ramal meramal.
Bentuk membuat maksiat lainnya adalah dengan memanggil pawang hujan, kemudian diisi dengan acara dangdutan yang biduannya berpakaian tidak pantas. Sangat disayangkan juga, ada yang karena demi riasan tidak luntur, sampai meninggalkan shalat, jikapun menjamak shalat.. maka alasannya harus diperhatikan betul, apa hukum asal bolehnya kita menjamak shalat? Jika karena riasan, itu bukan illat hukum dibolehkannya menjamak shalat. Jika alasannya karena menjamu tamu, kenapa kita tidak menyesuaikan dengan waktu shalat? Bukan sebaliknya.
Apa tujuan dari menikah? Tujuan menikah utamanya adalah dalam rangka ibadah, untuk mendapatkan ridha Allah Ta'ala. Kemudian, jika ingin bernilai ibadah, dan mendapat ridha Allah, sudah seharusnya kita memperhatikan bagaimana prosesnya agar tidak melanggar larangan-larangan Allah Ta'ala, sehingga keberkahan menyertai.
3. Tradisi dan adat istiadat memberi amplop/hadiah
Sudah menjadi tradisi yang membekas sekali di sekitar kita, jika ada walimah, maka lazimnya disediakan kotak untuk memasukkan amplop. Bahkan ada yang sudah memberikan semacam pemberitahuan dalam kertas undangannya bahwa pengundang tidak menerima bingkisan berupa kado ataupun karangan bunga, ada simbol hanya amplop yang akan diterima. Entah siapa pelopor dari tradisi ini, bahkan sekarang sudah saya temukan dengan cara yang lebih "modern", yaitu meminta agar tamu mentransfer ke rekening yang tertera dalam undangannya.
Kenapa saya sampai membahas ini? Karena dampak dari tradisi ini tidaklah sederhana, seakan yang mengundang seperti sedang "meminta-minta" kepada para undangan. Di amplop-amplop ataupun berita acara tanda telah mentransfer itu ditulis nama, siapa yang memberi. Yang katanya, esok lusa seakan menjadi "hutang", jika diundang balik.. maka minimal memberi dengan jumlah yang sama.
Tradisi inipun tidak jarang membuat pengundang hanya mengundang tetangga, kerabat, kolega yang kaya saja, sedangkan yang miskin tidak.
Inilah yang dikatakan sejelek-jelek makanan walimah sebagaimana dalam hadits:
شَرُّ الطَّعَـامِ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ، يُدْعَى لَهَـا اْلأَغْنِيَـاءُ وَيتْرَكُ الْفُقَرَاءُ
“Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, hanya orang-orang kaya yang diundang kepadanya, sedangkan kaum fakir dibiarkan (tidak diundang)." (HR. Bukhari)
Sudah saatnya kita memikirkan, apakah tradisi seperti ini patut dilakukan? Teladanilah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan wasiat-wasiatnya, semoga dapat melihatnya dengan hati yang lebih luas tentang baik buruknya.
Yang diundang adalah tamu, dan kita sudah sepantasnya memuliakan tamu, tanpa berharap tamu membalas apa yang kita hidangkan.
4. Jadikan Walimah membawa kebermanfaatan, dan keberkahan, bukan mubazir dan mengganggu.
Dalam agama ini kita dididik agar tidak berlebihan dalam segala hal, tidak melakukan hal yang mubazir (menghamburkan harta secara boros), dan jangan sampai mengganggu.
Bentuknya seperti apa menganggu itu? Memakai jalan umum untuk tamu undangan, dengan demikian hak orang lain terlanggar, sehingga menimbulkan kesulitan di sekitarnya. Mengadakan acara walimah berhari-hari dengan suara musik sepanjang malam, sehingga menganggu tetangga dan sekitarnya.
Hakikat pernikahan itu bukan ada pada mewah tidaknya walimah, namun perjalanan panjang sesudahnya.
Siapapun yang memaknai walimatul 'urs dengan pemahaman yang baik, Ia juga akan dapat menempatkan pemahaman hidup dengan baik, biidznillah.
Jika semisal sulit dikarenakan perbedaan pandangan dengan orang tua, maka bicarakanlah baik-baik, dengan cara yang baik.. sebelum keluarga itu terbentuk. Jika sedemikian sulit diubah, meski telah berikhtiar memahamkan, pastikan.. generasi berikutnya, anak-anak dan cucu kita, tidak mengalami hal yang sama.
200 notes · View notes
xatskee · 16 days
Text
Tumblr media
#QuoteOfTheDay (20240522):
“Satu-satunya hal yang dapat tumbuh adalah yang Anda berikan energi.” (Ralph Waldo Emerson)
Jangan biarkan pikiran negatif bersemayam di dalam diri. Ia akan menyedot energi dan waktu kita. Semakin banyak energi yang kita habiskan, berarti kita membiarkannya tumbuh dan menggerogoti diri kita. Hilang produktivitas dan kreativitas kita untuk memberikan yang terbaik pada umur dan kesehatan yang Allah berikan dan harus kita pertanggungjawabkan kelak.
Ketahuilah, “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (Adh Dhuha: 3). Dan ingatlah, “…Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,…” (Al-Baqarah: 216). Tumbuhkan selalu semangat dan pikiran positif dengan ucapan yang baik. Nabi ﷺ bersabda, "Tidak ada 'adwa (keyakinan penularan penyakit tanpa izin Allah), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu), dan yang menakjubkanku adalah al fa'lu yang baik, yaitu kalimat yang baik." (al-Bukhari: 5315)
#only #thing #can #grow #give #energy #to #positive #thoughts #spirit #righteous #words.
Telegram Channel: https://t.me/xQoTD
0 notes
ariomind · 1 month
Text
Tumblr media
Simple Example of Tathayyur
One of the bad habits of people nowadays is blaming something when bad things happen. For example, when the national team loses, fans blame an influencer who they think brings bad luck every time he gives support.
What people do is called tathayyur or thiyarah, feeling bad luck because of something. And this is an act of shirk. The national team's wins or losses have nothing to do with someone's support.
0 notes
mutiaraqolbu · 4 years
Photo
Tumblr media
🔖 REBO WEKASAN, KEYAKINAN BATHIL DAN AMALAN YANG DI ADA-ADAKAN 1. Anggapan Sial di Bulan Shafar adalah Aqidah Jahiliyah “Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar ... (HR. Bukhari, 5387 dan Muslim, 2220). 2. Keyakinan Bathil & Larangan Mencela Waktu Diyakini bahwa Allah menurunkan sebanyak 2300 bakal bencana di Rabu terakhir di bulan Shafar adalah keyakinan batil yang sama sekali tidak pernah dikabarkan apalagi diyakini oleh Rasulullah, para sahabat, para tabiin dst. ”Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000) 3. Amalan dan Ritual Bathil Amalan yang tidak pernah disyariatkan seperti: Shalat Tolak Bala 4 rakaat antara Maghrib dan Isya (rakaat 1: membaca Al-Kautsar 17x, 2: Al Ikhlas 15x, 3 & 4: Surat Al Falaq dan An Naas), Mengkhususkan shadaqoh di Rabu terakhir untuk tolak bala, Doa khusus tolak bala9 Ini semua sama sekali tidak pernah di ajarakan dan dicotohkan Rasulullah dan para sahabatnya, bahkan tidak pernah ditemukan dalam kitab² fikih para ulama terdahulu. 4. Beribadah Harus dengan Dalil مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718) Semoga Allah menyelamatkan kita dan saudara² kita dari keyakinan² jahiliah dan amalan² yang tidak disyariatkan. Menghormati tradisi boleh asal tidak melanggar syariat. Hanya Allah Maha Pemberi Taufik Sumber : 📚Ref. @malang.mengaji, editted _________________________________________________ . . . 📝@aries.abdillah_ | #ariesabdillah Semoga manfaat & menginspirasi hijrah lebih baik #rebowekasan #tradisi #muharram #shafar #bulanharam #sial #aqidahbathil #ritual #setan #sesajen #syirik #sedekahbumi #tradisi #takutsetan #tauhid #iman #syirik #takut #waswas #tathayyur #thiyarah #tamimah #berkah #dakwahtauhid #dakwahsunnah https://www.instagram.com/p/CGXg9L4FqnI/?igshid=1on1zdr2dv5qw
0 notes
yunusaziz · 2 years
Text
Harimu Sial? Sial? Apaan tuh?
Dalam islam, istilah sial atau menganggap sesuatu akan berakibat sial itu disebut tathayyur, contohnya menganggap kalau nomor 13 itu angka sial, kalau ada burung gagak yang hinggap diatas rumah seseorang maka akan ada yang meninggal, kalau ketiban cicak tar jadi cicakman (apasihh).
Sedangkan, perbuatan yang dihasilkan dari adanya tathayyur tadi disebut, thiyarah. Misal, karena menganggap setiap nomor 13 itu adalah angka sial, maka dia gamau nempatin rumah itu karena takut bakal ini itu dan sebagainya.
Nah kenapa kemudian perkara ini penting untuk diketahui? Sebab di masyarakat kita bahkan kadang kita meskipun secara nggak sengaja terbesit untuk berlaku demikian. Padahal, kedua perbuatan tadi dapat mengarah pada kesyirikan, apabila diamalkan.
Ngeri kan, hanya soal yang mungkin keliatan sepele bisa nyangkut ke aqidah. Dan yang harus diketahui kalau diharamkan masuk ke surga seseorang yang berlaku syirik (Q.S. Almaidah : 72) sebelum dia bertobat dan meningalkan perkara itu, sampai akhir hayat.
Kenapa kok kita nggak boleh ber-tathayyur? Karena ini menunjukkan seakan-akan seorang hamba tidak bertawakal kepada Allah Swt, dan malah bergantung ke hal selain-Nya. Padahal kayak keselamatan, atau apapun yang akan diberikan kepada kita selama selama kita bertawakal, sudah Allah jamin.
Lantas kalau misal sudah tawakal, tapi tetep dapat "hal yang buruk" tadi gimana? Ya, anggap aja itu sebagai takdir. Ketika kita menyikapi satu peristiwa yang bahkan buruk sekalipun itu sebagai takdir. Maka, kita akan terdorong untuk mencari tahu kenapa kita diberikan takdir ini sama Allah?
Akhirnya kita mengevaluasi diri, oh jangan-jangan karena (misal) secara nggak sengaja berlaku maksiat akhirnya Allah tegur dengan hal sederhana, atau hal lain. Intinya satu, sebagai pengingat, bagi mereka yang sadar.
Intinya nggak ada kata sial dalam Islam, yang ada adalah hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin (kalau ditimpa keburukan). Maka harus berbenah.
Allahua'lam bish showab...
24 notes · View notes
siskady · 4 years
Text
Thiyarah, Pesimisme yang Terlarang
“Nama anak ini terlalu berat, jadi ia sering sakit-sakitan.”
“Aku masih harus menunda pembangunan rumah, karena ibuku baru saja meninggal. Aku harus menunggu tahun ini berganti. Bulan Syuro (Muharram) depan baru aku bisa memulainya lagi.”
“Ah, sialnya aku dapat nomor urut 13.”
“Pamali ih adiknya nikah duluan dari si kakak. Nanti jodoh si kakak jadi terhambat.”
“Aduh, ini malam Jumat Kliwon, jangan keluar. Nanti ....”
***
Prasangka dan anggapan sial yang demikian sering kali masih kita dengar di sekitar kita. Hal ini sepertinya memang sengaja dihidupkan, agar terus menjadi ketakutan yang turun-temurun. Prasangka dan anggapan sial ini adalah bagian dari pesimisme, yang mana merupakan perilaku yang dicela dalam Islam. Dalam Islam, kita mengenalnya dengan sebutan thiyarah.
Thiyarah berasal dari kata burung, gerak-gerik burung. Dulu kala, bangsa Arab Jahiliyah memiliki kebiasaan melihat gerak-gerik burung ketika hendak bersafar. Anggapannya, jika burung bergerak ke kanan, maka itu menjadi pertanda baik. Sedangkan, jika burung bergerak ke kiri, dianggapnya akan terjadi musibah saat bersafar dan harus menunda perjalanannya. Namun, makna thiyarah yang sebenarnya tidak hanya sebatas pada gerak-gerik burung saja. Melainkan juga pada semua anggapan sial yang tak berdasarkan ilmu syar’i dan ilmu pengetahuan (secara indrawi) atas musibah yang dialami.
Thiyarah yang dipercaya dalam masyarakat ini berhubungan erat dengan hal-hal yang gaib. Padahal, dalam Islam hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah yang mengetahui sesuatu yang gaib itu. “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia Mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak Diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah dan yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. al-An’am: 59)
Jika dirunut lagi, thiyarah ini memang sudah ada sejak lama, jauh sebelum Islam hadir. Seperti ketika Fir’aun menganggap Nabi Musa ‘alaihis salam sebagai penyebab datangnya bencana-bencana di negerinya. Padahal yang benar adalah, Nabi Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala datang membawa perbaikan-perbaikan. Tak hanya Fir’aun, tetapi juga orang-orang yang menentang Rasulullah ﷺ juga pernah menganggap bahwa Nabi Muhammad ﷺ sebagai penyebab datangnya musibah. Sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surat an-Nisa’ ayat 78, “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, ‘Ini dari sisi Allah’, dan jika mereka ditimpa keburukan mereka mengatakan, ‘Ini dari engkau (Muhammad).’ Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.’ Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun).”
Thiyarah ini sangat berbahaya karena dapat merusak ke-Islam-an seseorang. Thiyarah melahirkan perasaan takut dan tidak aman, sehingga tak jarang seseorang menjadi bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah yang menyebabkan munculnya kesyirikan. Oleh karena itu, jauhilah thiyarah, sikap pesimis yang mendatangkan ketidakbermanfaatan. Lenyapkanlah khurafat yang dapat merusak tauhid dalam diri.
Sebaliknya, Islam menganjurkan untuk selalu optimis, senantiasa berharap baik bagi dirinya, dan berprasangka baik pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah ﷺ pun juga bersikap demikian. Dari Anas nin malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah) dan tidak dibenarkan beranggapan sial. Sedangkan al fa’lu membuatkan takjub.” Para sahabat bertanya, “Apa itu al fa’lu?” “Kalimat yang baik (thoyyib)”, jawab Nabi ﷺ.” (HR. Bukhari no. 5776 dan Muslim no. 2224)
2 notes · View notes
fnqamarani · 5 years
Photo
Tumblr media
#Repost from @hsi.abdullahroy by @quicksave.app ・・・ ⁣⁣ 📜 KAFARAH DARI THIYARAH (BARANGGAPAN SIAL)⁣ ⁣ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:⁣ ⁣ مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.⁣ ⁣ ‘Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” Para Sahabat bertanya: “Lalu apakah tebusannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hendaklah ia mengucapkan: ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’”⁣ ⁣ HR.Ahmad (II / 220) Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah (No.1065).⁣ ⁣⁣ ________________⁣⁣⁣⁣⁣⁣ .⁣⁣⁣⁣⁣⁣ • Website : abdullahroy.com⁣⁣⁣⁣⁣⁣ • Instagram : hsi.abdullahroy ⁣⁣⁣⁣⁣⁣ • Youtube : hsiabdullahroy ⁣⁣⁣⁣⁣⁣ • Twitter : hsiabdullahroy ⁣⁣⁣⁣⁣⁣ • Facebook : hsiabdullahroy⁣⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣⁣ #hsi #hsiabdullahroy #hsipeduli #ustadzabdullahroy #majalahhsi #tauhid #infohsi #akidah #manhajsalaf #iman #islam #belajarislam #ahlussunnahwaljamaah #dakwahtauhid #muharram #info #infoterkini #muharram1441#awaltahun #syirikbesar #syirikkecil #thiyarah #kafarah #kafarahdosa #InstaSaveApp #QuickSaveApp https://www.instagram.com/p/B2rO5jkh10q/?igshid=nuvkbr8im6mj
1 note · View note
aguscandra · 2 years
Text
Tidak ada Adwa, thiyarah dalam virus omicron
Tidak ada Adwa, thiyarah dalam virus omicron
Virus Omicron diketahui berasal dari Afrika Selatan yang ditemukan pertama kali oleh beberapa pakar kesehatan dunia bulan sebelumnya yang langsung ditetapkan sebagai varian yang berbahaya menurut WHO. “Tujuh puluh tujuh negara sekarang telah melaporkan kasus Omicron, dan kenyataannya Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ariyantibm · 6 years
Text
Tumblr media
HALAQAH SILSILAH BELAJAR TAUHID
TATHAYYUR (merasa sial terhadap sesuatu)
Halaqah Bagian 17
Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang tathayyur (merasa sial tarhadap hal tertentu)
Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, seperti melihat tabrakan, atau orang berkelahi, atau yang semisalnya kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya seperti bepergian, berdagang dll. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
"Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik" (HR. Ahmad, dishahihkan Syeikh Al Albâni rahimahullâh)
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana dinafikan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:
...وَلاَ طِيَرَةَ...
"… tidak ada thiyarah …" (HR.Al Bukhâri dan Muslim)
Maksudnya THIYARAH ini adalah sebuah perasaan saja, yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allah subhanahu wa taalla . Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh mengikuti was-was setan dan hendaknya dia memiliki keyakinan kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah subhanahuwa taalla semata, seorang mukmin hendak yakin bahwa tidak mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak melindungi dari keburukan kecuali Allah subhanahu wa taalla , hanya bertawakkal kepada Allah semata, dan berbaik sangka kepada Allah.
Apabila datang perasaan tersebut maka segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah melaksanakan hajatnya. apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah subhanahu wa taalla semata.
Adapun TÂFA`UL maka diperbolehkan dalam agama kita. TAFÂ`UL artinya berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau mendengar sesuatu.
Dahulu Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam sering bertafâ'ul, seperti ketika perjanjian Hudaibiyyah, utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Suhail adalah bentuk tashgîr (pengecilan) dari sahl yang artinya yang mudah, maka beliaupun berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan bagi ummat Islam.
Maka benarlah persangkaan beliau, Allah subhanahu wa taalla setelah perjanjian hudaibiyah membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat islam.
Oleh Ustadz Abdullah Roy MA
Selasa,25 September 2018
Selasa 15 Muharam 1440H
Catatan hsi Ariyanti khan
1 note · View note
Video
﷽ PERBUATAN SYIRIQ MERUSAK AQIDAH Berikut adalah beberapa larangan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah yang berkaitan dengan perbuatan syirik atau perkara-perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan syirik. Diantara larangannya adalah: 1) Larangan menyembah berhala, patung, kubur, batu, pohon, dan lainnya. 2) Larangan berlebih-lebihan terhadap orang shalih (ghuluw) 3) Mengerjakan praktek sihir 4) Nusyrah (mengobati sihir dengan sihir) 5) Ilmu nujum (meramal dengan bintang) 6) Mendatangi dukun dan tukang ramal 7) Menisbatkan hujan kepada bintang 8) Thiyarah (menganggap sial karena sesuatu) 9) Memakai Jimat 10) Memakai benda-benda penangkal sial 11) Jampi-jampi (ruqyah) syirik 12) Menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah 13) Tawassul kepada orang mati 14) Bertabarruk dengan benda-benda keramat Menentukan bahwa suatu benda, tempat, amalan, atau waktu tertentu terdapat keberkahan padanya butuh kepada dalil-dalil yang shahih dari Al-Quran dan As-Sunnah, adapun selain itu maka hal itu terlarang bahkan dapat mengantarkan kepada perbuatan syirik. 📚 Tauhid Jalan Kebahagiaan, Keselamatan, & Keberkahan Dunia-Akhirat ✍️ Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah Baarokallah fiikum 🌵 https://www.instagram.com/p/CV1dtWLBuq_/?utm_medium=tumblr
0 notes
diatrimikaputra · 3 years
Text
Bab 28 Hukum Tathayyur
Firman Allah Ta’ala,
“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Al-A’raf: 131)
“Utusan-utusan itu berkata, ‘Kemenangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas’.” (Yasin: 19).
Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah dan shafar.” (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam salah satu riwayat Muslim, disebutkan tambahan,
“... dan tidak ada nau’ serta ghul.”[83]
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas Radhiyallahu’anhu, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda,
‘Tidak ada ‘adwa dan thiyarah, tetapi aku kagum (suka) kepada al-fa’l (optimis).’ Para sahabat bertanya, ‘Apa itu fa’l?’ Beliau menjawab, ‘Yaitu: Kalimah thayyibah (kata-kata yang baik)’.”
Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad shahih dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Thiyarah disebut-sebut di hadapan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam, maka beliau pun bersabda, “Yang paling baik adalah fa’l, dan thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang Muslim dari niatnya. Apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaklah berdoa,
“Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau; tidak ada yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau; dan tiada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolonganMu.”
Abu Dawud meriwayatkan pula hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu,
“Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik; dan tiada seorang pun di antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal kepadaNya.”
Hadits ini diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi dengan dinyatakan shahih dan kalimat terakhir tersebut dijadikannya sebagai ucapan dari Ibnu Mas’ud.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Amr, bahwa Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya (kepentingannya) karena thiyarah, maka dia telah berbuat syirik.” Para sahabat bertanya, “Lalu apakah sebagai tebusannya?” Beliau menjawab, “Supaya dia mengucapkan,
“Ya Allah, Tiada kebaikan kecuali kebaikan dariMu; tiada kesialan kecuali kesialan dariMu; dan tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”
Imam Ahmad meriwayatkan pula hadits dari al-Fadhl bin al-Abbas Radhiyallahu’anhu,
“Sesungguhnya thiyarah itu ialah yang menjadikan kamu terus melangkah atau mengurungkan niat (dari keperluanmu).”
Kandungan bab ini:
1.        Tafsir kedua ayat tersebut di atas.[84]
2.        Dinyatakan bahwa tidak ada ‘adwa.
3.        Dinyatakan bahwa tidak ada thiyarah.
4.        Dan dinyatakan bahwa tidak ada hamah.
5.        Serta dinyatakan bahwa tidak ada shafar.
6.        Fa’l tidak termasuk yang ditolak dan dilarang oleh Rasulullah bahkan dianjurkan.
7.        Pengertian Fa’l.
8.        Apabila terjadi thiyarah (tathayyur) dalam hati seseorang, tetapi dia tidak menginginkannya, maka hal itu tidak apa-apa hukumnya, bahkan Allah menghapuskannya dengan tawakal.
9.        Doa yang harus dibaca oleh orang yang menjumpai hal tersebut.
10.     Ditegaskan bahwa thiyarah adalah syirik.
11.     Pengertian thiyarah yang tercela dan terlarang.
Keterangan :
[83] Adwa : Penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini ialah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup di zaman Jahiliyah bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah Ta’ala. Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah, bukan keberadaan penjangkitan atau penularannya; sebab, dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan,
“... dan mejauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu lari dari singa.” (Hadits riwayat al-Bukhari).
Ini menunjukkan bahwa, penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Ilahi, namun sebagai insan Muslim di samping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan preventif sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkeman singa. Inilah hakikat iman kepada takdir Ilahi.
Thiyarah: Merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.
Hamah: Burung hantu. Orang-orang Jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya; apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, dia merasa bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri atau salah satu anggota keluarganya. Dan maksud sabda beliau adalah untuk menolak anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang Muslim, anggapan seperti ini harus tidak ada, semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan olehNya.
Shafar: Bulan kedua dalam tahun Hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang Jahiliyah beranggapan, bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menggantungkan. Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh Rasulullah. Dan termasuk dalam anggapan seperti ini, merasa bahwa hari Rabu mendatangkan sial, dan lain-lain. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.
Nau’: Bintang, arti asalnya adalah: Tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang Jahiliyah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini, atau bintang itu. Maka Islam datang mengikis anggapan seperti ini, bahwa tidak ada hujan turun karena suatu bintang tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah Ta’ala.
Ghul: Hantu (genderuwo), salah satu makhluk jenis jin. Mereka beranggapan bahwa hantu ini dengan perubahan bentuk maupun warnanya dapat menyesatkan seorang dan mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi di sini bukanlah tidak mengakui keberadaan makhluk seperti ini, tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik tersebut yang akibatnya takut kepada selain Allah serta tidak bertawakal kepadaNya. Inilah yang ditolak oleh beliau; untuk itu dalam hadits lain beliau bersabda,
“Apabila hantu beraksi menakut-nakutimu, maka serukanlah adzan”,
artinya: Tolaklah kejahatannya itu dengan berdzikir dan menyebut Allah. Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Musnad (dan didhaifkan al-Albani dalam Dha’if al-Jami’, no. 545, Ed.T.).
[84] Kedua ayat ini menunjukan bahwa tathayyur termasuk perbuatan Jahiliyah dan syirik, karena segala sesuatu termasuk nasib sial merupakan takdir dari Allah; dan menunjukkan bahwa kesialan terjadi karena perbuatan maksiat kepada Allah.
Sumber :
Kitab Tauhid, Karya Syaikh Muhammad at-Tamimi. Hal 103-106 (Penerbit Darul Haq)
Ditulis ulang oleh:
Diatri Mika Putra
Jatinegara Baru, 19 Desember 2020
1 note · View note
pesantrenpandeglang · 4 years
Text
Inilah Amalan Untuk Menghindari Sialnya Bulan Shafar!
Rabu (23/9/2020) Pernah gak sih kalian mendengar larangan untuk menikah di bulan Shafar? Kalau larangan untuk bepergian jauh pada bulan Shafar dengan beralasan bahwa bulan tersebut adalah bulan sial? Semua itu ternyata hanya mitos lho…!!
Kepercayaan ini memang sudah ada dari dulu, lalu turun dari zaman nenek moyang ke zaman now. Padahal kalau kita pikir-pikir, kesialan itu kan terjadi pada masa lalu yang jahiliyah…, lantas apa hubungannya dengan kita yang hidup di zaman modern yang serba digital ini…??
Sebelum islam datang, masyarakat jahiliyah di mekkah juga membenci bulan Shafar. Hal ini kemudian ditepis oleh Rasulullah SAW dengan beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan ini. Antara lain pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah, pernikahan Fatimah binti Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga permulaan hijrah juga terjadi pada bulan ini.
Lantas, apakah itu semua membawa kesialan?. Tentu saja tidak, justru itu semua membawa hal-hal baru yang kemudian menjadikan bulan Shafar sebagai bulan pembawa berkah bagi umat Islam.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
   لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ
 “Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menafikan beberapa kepercayaan jahiliyyah yang bersifat takhayyul. Seperti ‘Adwa (penyakit yang menular tanpa perantara dan tidak bisa dicegah), Thiyarah (menentukan nasib dengan melihat burung), Hammah (nasib sial yang akan menimpa seseorang apabila ada burung hantu yang hinggap diatas rumahnya), dan Shafar (bulan yang dianggap membawa sial).
Islam tidak mengenal adanya hari, bulan, atau tahun sial. Mempercayai itu bahkan dibenci oleh Allah SWT lho…, karena sesungguhnya ialah yang menentukan itu semua. Yang harus kita lakukan untuk menghindari kesialan adalah berikhtiar dengan amal perbuatan dan juga bertawakkal dengan do’a.
Berikut adalah beberapa amalan dan do’a yang bisa kita lakukan untuk selalu mendapat rahmat Allah SWT:
1. Memperbanyak Dzikir.
Salah satu keutamaan berdzikir adalah memperberat timbangan kebaikan kita dan juga memperdekat diri kita dengan allah SWT. Dengan dekatnya kita dengan sang pencipta, niscaya kita akan selalu mendapat perlindungan di dunia bahkan akhirat kelak.
2. Shalat Dhuha.
Allah menganjurkan kita untuk selalu bersedekah pada jalannya. Tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun, shalat dhuha dapat mewakilkan amalan itu lho..!!
Rasulullah SAW bersabda :
“Di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.”
Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?”
Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah sedekah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah sedekah. Maka jika engkau tidak menemukannya (sedekah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud).
3. Memperbanyak Shalawat.
Sudah jelas bahwasannya orang yang tidak pernah libur bershalawat semasa hidupnya di dunia, pasti akan selalu tenang menjalankan segala pekerjaannya dan ia akan mendapatkan syafaat pada hari kebangkitan kelak.
Dari Abdullah bin Umar, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah SWT akan bershalawat untuknya sepuluh kali.
Lalu mintalah kepada Allah SWT wasilah untukku, karena wasilah adalah sebuah tempat disurga yang tidak akan dikarunikan, melainkan kepada salah satu hamba Allah SWT. Dan aku berharap bahwa akulah hamba tersebut.
Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafa’at”. (HR. Muslim)
4. Memperbanyak Istighfar.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Barang siapa memperbanyak Istighfar, niscaya Allah memberi jalan keluar bagai setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka”. (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas)
5. Selalu Bersyukur.
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an yang artinya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, Jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)
Dengan tidak mempercayai adanya hari dan bulan sial, kita akan menjadi pribadi yang lebih waspada dan berserah diri kepada sang pencipta. Mengerjakan segala sesuatu dengan tenang dan mempercayakan hasilnya kepada Qadarullah tanpa ada rasa takut akan mengalami kegagalan.
Sama halnya dengan tahun 2020 ini. Tidak ada istilahnya tahun 2020, tahun corona pembawa sial. Semua usaha menjadi sepi, kegiatan ibadah dipersulit. Ini semua hanyalah cara Allah untuk menguji ketakwaan hambanya, bukan memberi kesialan dan juga bencana.
Kalau kita saja tidak percaya dengan penyakit yang tidak terlihat penularan dan gejalanya, bagaimana kita bisa percaya dengan Allah yang bahkan tidak pernah kita lihat wujudnya?.
Ditulis oleh Abdul Faqih, kontributor Darunnajah.com
from WordPress https://ift.tt/33VEaob via IFTTT
0 notes
am-akhyar · 4 years
Photo
Tumblr media
[KAPAN NIKAH? (1)] @a.m.akhyar . . Pertanyaan yang lazim terdengar pasca hari raya Idul Fitri. Dari mana asal usul keterkaitan hubungan “kapan nikah?’ dengan idul fitri? . . Penulis tak pernah melakukan research ilmiah maupun membaca referensi terkait hal ini. Tapi dugaan kuat penulis bahwa budaya nanya, ‘kapan nikah?’ pasca Idul Fitri, punya relasi positif yang signifikan dengan pernyataan Aisyah, “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula.....(Perawi) berkata, “Aisyah radhiallahu `anha dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim). . . Imam nawawi dalam syarah Muslim (9/209) dan Ibnu katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah (3/253) menyebutkan asbabul nuzulnya. Perkataan Aisyah radhiallahu `anha ketika mengatakan tentang hal tersebut bermaksud untuk membantah keyakinan masyarakat arab jahiliyah yang tidak mau menikah di bulan syawal karena dianggap membawa sial, akan menghasilkan perceraian. Mereka dasarkan dari penamaan syawal yang asal katanya al-Isyalah dan ar-Raf’u (mengangkat/menghilangkan), dimaknai sebagai ketidakberuntungan. . . Padahal, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam menjelaskan bahwa anggapan sial pada sesuatu itu termasuk kesyirikan. Beliau Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 429). . . Imam Nawawi rahimahullah dalam syarah shohih Muslim (9/209) menjelaskan, bahwa para ulama syafiah telah menegaskan anjuran dan berdalil dengan hadits ini tentang anjuran untuk menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. . . Idul fitri dilaksanakan pada bulan syawal, bulan dianjurkannya menikah. Wajarlah jika ‘kapan nikah?’ menjadi populer di bulan syawal. . . #syawalhalal #syawalnikah #kapannikah #sunnahrasul https://www.instagram.com/p/CAt8wyhBZjo/?igshid=1qj8885g0xl7k
0 notes
gsatriaandika · 7 years
Note
Biasanya suka pake kemeja atau T'shirt sehari*hari? Pake celana jeans atau celana katun? Jawab ya, ini biar aku tau kepribadian km seperti apa. Thx!
Saya sebetulnya tidak berniat menjawab pertanyaan yang seperti ini, tetapi ada yang harus saya luruskan disini mengenai “penilaian” kepribadian seseorang dari hal-hal yang secara rasional pun terlalu sempit untuk mengaitkan kesukaan seseorang dalam memilih baju dengan bagaimana kepribadian seseorang.
Apakah dengan seseorang yang menyukai kemeja lalu kepribadian setiap orang yang suka kemeja itu sama? Apakah dengan seseorang yang suka memakai celana jeans ataupun katun, lalu kepribadiannya akan sama? Tidak, bukan?
Hati-hati mengaitkan hal-hal seperti ini, jangan sampai kita terjebak kedalam lingkaran yang dilarang dalam agama ini, walaupun cuma sekedar main-main.
Jika mengaitkan suatu hal, pada sebab yang bukan sebab syar’i maupun sebab qadari, maka ini berarti mengaitkan sesuatu bukan pada sebabnya. Dan ini bisa menjerumuskan orang pada perbuatan khurafat, tahayul, ataupun jatuhnya ramal meramal.
Pakaian itu kan di kondisikan dengan yang namanya keperluan. Kurang pantas seseorang yang suka pakai kemeja, walaupun suka pakai kemeja lalu dipakai buat olahraga ataupun dipakai tidur. Kurang pantas juga seseorang yang suka pakai T’shirt lalu memakai T’shirt kemanapun dan dalam kondisi apapun. Kecuali kalau memang ga punya baju ganti.
Sebaiknya hindari meramal atau memprediksi karakteristik berdasarkan sesuatu yang tidak terbukti baik secara syar’i maupun qadari. Walaupun sekedar iseng, karena dikhawatirkan terjerumus dalam kesyirikan yang merupakan larangan terbesar dalam agama dan pelakunya bisa terancam kekal di neraka.
Kenapa dihubungkan kedalam kesyirikan?
Contoh: Jika meyakini orang yang suka pakai kemeja adalah orang yang nantinya sukses, sedangkan yang suka pakai T’shirt kurang beruntung dalam masalah pekerjaan ataupun hal lainnya. Padahal tidak ada sebab dan indikasinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثً
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, (3 kali)” (HR. Ahmad, dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Sekali lagi, baiknya hindari meyakini hal-hal yang seperti ini. Walaupun hanya sekedar iseng, agar tidak menimbulkan dosa karenanya.
Maafkan kalau ada kata-kata yang tidak berkenan, saya sampaikan ini tiada lain sebagai bentuk rasa peduli dan kehati-hatian agar kita jangan mendekati segala aktivitas ataupun pemahaman yang dapat menjerumuskan diri kita kepada dosa yang tidak kita sadari.
12 notes · View notes
bayuvedha · 7 years
Photo
Tumblr media
Merasa Cemas tanpa Penyebab yang Jelas
Keyakinan yang Merusak
Seringkali kita jumpai seseorang yang sangat takut melanjutkan perjalanannya apabila di tengah-tengah perjalanan dia menjumpai seekor kucing menyeberang jalan. Kecemasannya itu akan semakin bertambah luar biasa apabila dia menabrak kucing tersebut sampai mati. Dia sangat diliputi ketakutan, sehingga mungkin saja dia berhenti melanjutkan perjalanannya. Atau dia baru berani melanjutkan perjalanannya setelah dia mengurus “pemakaman” kucing tersebut.
Contoh yang lain adalah seseorang sangat ketakutan apabila dia melihat seekor burung gagak terbang di atas rumahnya atau bertengger di pohon dekat rumahnya. Dia pun meyakini bahwa sebentar lagi akan ada musibah yang menimpa salah seorang anggota keluarganya. Apabila mendengar suara burung hantu, maka pertanda akan ada pencuri yang masuk rumah. Inilah sedikit contoh keyakinan-keyakinan yang merusak di masyarakat kita. Mereka mengaitkan kesialan yang menimpa dan keberuntungan yang diperoleh dengan suatu peristiwa tertentu.
Pengertian Tathayyur atau Thiyarah
Keyakinan seperti ini dalam  agama kita disebut dengan tathayyur atau thiyarah. Dinamakan demikian karena salah satu yang dijadikan sebagai pertanda kesialan atau keberuntungan tersebut adalah burung (dalam bahasa Arab: thair). Tathayyur adalah menganggap dirinya akan ditimpa kesialan setelah melihat, mendengar, atau mengetahui (meyakini) sesuatu.
Dengan melihat, contohnya adalah seseorang yang merasa akan ditimpa sial setelah melihat burung tertentu. Dengan mendengar, contohnya adalah seseorang yang merasa akan ditimpa sial setelah mendengar ada orang yang mengatakan bahwa dia akan ditimpa kesialan. Dengan mengetahui (meyakini sesuatu), contohnya seseorang merasa sial ketika berada di hari, bulan, atau tahun tertentu. Padahal hari, bulan, atau tahun tersebut tidak dapat didengar atau dilihat [1].
Namun dapat juga dikatakan tathayyur, semua hal yang menyebabkan seseorang membatalkan perbuatannya karena takut malapetaka atau justru meneruskan perbuatannya karena optimis akan beruntung setelah dia melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada bukti ilmiah bahwa sesuatu tersebut bisa mendatangkan malapetaka atau keberuntungan [2].
Tathayyur termasuk Kesyirikan
Keyakinan ini kelihatannya sepele, padahal dapat menafikan tauhid serta termasuk di antara bentuk kesyirikan, dan syirik merupakan dosa terbesar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang mengurungkan kepentingannya karena thiyarah, maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad no. 7045) [3]
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ. ثَلاَثًا
“Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik.” Beliau mengucapkan hal itu sampai tiga kali. (HR. Abu Dawud) [4]
Sedangkan dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ مِنَ الشِّرْكِ
“Thiyarah termasuk kesyirikan.” (HR. Tirmidzi) [5]
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari keyakinan merusak seperti ini.
***
Disempurnakan di pagi hari, Rotterdam NL 12 Dzulqa’dah 1438/5 Agustus 2017
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim Artikel: Muslim.or
Catatan kaki:
[1] Lihat Al-Qoulul Mufiid, 1/559, karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah.
[2] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, hal. 142, karya guru kami, Ustadz Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam hafidzahullah.
[3] Syaikh Syu’aib Al-‘Arnauth menyatakan bahwa status hadits ini hasan.
[4] Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud no. 3910.
[5] Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi no. 1614.
23 notes · View notes
yufidstore-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
BUKU MIFTAH DARIS SA’ADAH 3 JILID Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Pustaka Imam Asy-Syafi’i . . Buku yang kini berada di tangan Anda tidak lain adalah karya yang agung lagi menakjubkan. Susunannya begitu indah dan untaian kata-katanya begitu elok, yang mencengangkan akal dan pikiran semua orang. Buku ini adalah karya yang berharga yang tidak membosankan siapapun bagi yang membacanya. Di dalamnya terdapat faedah-faedah nan indah dan untaian-untaian mutiara yang tidak ditemukan dalam buku-buku lainnya. Buku ini juga memuat bahasan-bahasan yang mendalami setiap disiplin ilmu. Judul buku ini sesuai dengan isinya serta kata-katanya pun sesuai dengan maknanya. Buku ini memuat pengetahuan tanpa batas, yang dari keseluruhannya dapat dipetik pengetahuan perihal ilmu beserta keutamaannya, pengetahuan mengenai penegasan keberadaan Sang Pencipta, pengetahuan seputar kemuliaan syariat, pengetahuan ikhwal nubuwwah. Semua pengetahuan itu amat diperlukan manusia. Di samping itu, ada pengetahuan mengenai bantahan terhadap para ahli nujum, terkait thiyarah (sikap merasa sial terhadap sesuatu), fa’l (merasa optimis), dan zajr (mengira beruntung atau sial dari terbangnya burung), serta pengetahuan dasar bermanfaat dan menyeluruh yang dapat menyempurnakan jiwa manusia. . . . Buku Miftah Daris Sa’adah 3 Jilid, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, format buku hardcover, buku set terdiri dari 3 jilid buku, ukuran buku 15 x 23 cm, berat buku packing +/- 3300 gram, Harga Rp. 390.000,- pemesanan bisa melalui costumer service kami di no WA/SMS/Telp:0813-26-3333-28 ,via email ke [email protected] , bisa mengunjungi website kami di www.yufidstore.com . . . #Bukuislam #Bukuislami #Bukuislamik #Bukuislamanak #Bukuislamichipster #Bukuislamonline #Bukuislammurah #Bukuislamikhipster #Bukuislamkids #Bukumurah #Bukuislamilmee #Buku #Bukuanak #Bukubagus #Bukuonline #Bukudiskon #Bukubayi #Bukuagama #bukumiftahdarissaadah #kiswah #suami #abi #shalih #rindu #akhlak #salaf #ulama #muslim #mukmin https://www.instagram.com/p/B0NdX8rjcKA/?igshid=msiw0q244zgr
0 notes