Tumgik
#anti bhineka tunggal ika
abucalico · 10 months
Text
" Ketuhanan Yang Maha Esa " bukanlah Makna Tauhid dalam Islam • Ustadz Abu Mas'ud Su'udi
0 notes
tuanpoetry · 4 years
Text
Dongeng Rintik.
Oleh Tuan Poetry
Tumblr media
Alkisah pada suatu waktu yang tidak bisa diketahui kapan atau nyatanya, terdapat sebuah kehidupan yang damai, teduh dan cemara di hutan belantara tepatnya pada sebuah pulau yang tak berpenghuni. Di dekatnya terhampar bibir-bibir samudera berlukis biru muda terang. Bebatuan berbaris tak beraturan dengan rupa yang bhineka tunggal ika.
Deburan ombak yang selalu menjadi tamu pada rumah yang tidak berpintu cukup membuatnya tidak kesepian. Setiap petang angin selalu berlalu lalang menghantarkan ombak pulang dan pergi. Rintik sangat gemar duduk termenung di bebatuan itu. Bertemankan mercusuar yang menjulang tinggi, mereka bercengkrama sendu.
Ya, aku namai ia Rintik. Ia bertumbuh menjulang ke bawah. Jatuh menjuntai indah, tidak benderang namun memiliki warna tersendiri.
Namanya Rintik. Hidup pada kesendirian yang meramaikan sepi. Tinggal di dalam gubuk batu marmer yang indah. Dibangun tinggi ke angkasa, kokoh, beratap kerucut berwarna merah maroon. Dindingnya berwarna bebatuan alami, anti lumut dan menyerap dingin. Ya, semua itu disiapkan oleh orang yang memeliharanya agar dapat bertahan hidup dalam kesendirian. Ia tidak diperbolehkan kemana-mana.
Singkat cerita ia bertumbuh kian hari dan semakin mengerti kenapa ia harus berdiam diri pada rumah menara ini. Untuk pertama kalinya ia ingin menyentuh angin. Bersalaman pada ombak. Menyapa matahari. Selama ini raganya hanya mampu menatapi laut dari balik jendela kayu.
Ia mencari tangga, menurunkannya dari jendela itu. Ah sayang tubuhnya yang mungil nan ringkih tidak dapat mengangkat bebannya. Tangga pun tidak dapat sampai pada permukaan tanah.
Entah darimana datangnya Rintik melihat seorang anak laki-laki di bawah sana. Sedang berdiri memandangi laut tempat dimana bebatuan, angin dan ombak bertamu. Sejenak ia memikirkan dari mana ia dapat menemukan tempat ini? Mengapa ia hanya mematung seperti itu? Namun tak lama ia tersadar dari pikirannya dan kembali memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari tempat itu tanpa sepengetahuan ibu. Ya, kurasa masih bisa dipanggil seperti itu.
Sesaat Rintik berbalik dari jendela ketika mendengar seseorang menyapanya. Dengan ubun-ubun yang sedikit muncul membuat Rintik terkaget seraya memegangi dadanya, jatungnya seperti akan jatuh. Rintik tidak pernah bertemu manusia. Rintik sungguh bingung entah harus apa dan sungguh takut.
“Namaku, Bara.” Ubun-ubun tadi yang setengah terlihat kini menjadi sebuah kepala seorang anak laki-laki. Ia tersenyum lebar sembari mengucapkan namanya.
Rintik masih diam mematung dengan mata yang terbelalak. Seribu pertanyaan dan ketakutan berhamburan di kepala.
“Aku bisa membantumu keluar dari sini.” Masih dengan senyum Bara yang merekah ia menawarkan bantuan kepada Rintik seolah ia tahu apa yang sedang Rintik rencanakan.
“Bagaimana kau bisa tahu? Dan dari mana kau bisa menemukan tempat ini? Kau siapa?” tanya Rintik dengan penuh kewaspadaan.
“Banyak sekali pertanyaanmu. Kau mau atau tidak keluar dari sini?” tanya Bara seraya meloncat ke dalam rumah dari jendela.
“I...iya. Aku mau.” Rintik menjawab dengan ketakutan yang masih membubuhi namun keinginannya untuk keluar dari menara itu sungguh lebih dari itu.
Dan begitulah awal mula Rintik dan Bara bertemu. Mengawali kisah yang sendu, menjadi teman pertama Rintik mengenal dunia. Pada akhir tahun yang gersang, Bara menemukan Rintik.
Bersambung...
68 notes · View notes
kafabillahisyahida · 5 years
Text
Membangun Karakter Anti Hoax Untuk Suksesnya Pemilu 2019 dan Pembangunan Berkelanjutan
Selama ini dalam benak kita pembangunan indentik dengan jalan, jembatan dan gedung-gedung. Tapi tahukah kita bahwa suksesnya pembangunan infrastruktur harus diawali dengan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan akhlak adalah yang paling utama. Kita banyak mendengarnya dalam pembelajaran di sekolah bahwa ada beberapa dari karakter masyarakat Indonesia yang seharusnya mampu mensukseskan pembangunan yang berkelanjutan termasuk salah satunya pada proses pemilu 2019 yang sebentar lagi akan segera dilaksanakan. Diantara karakter tersebut adalah sikap jujur, toleransi, disiplin, cinta tanah air, demokratis, semangat kebangsaan, cinta damai dan peduli sosial.
Namun kita sadari iklim menjelang pemilu 2019 ini sedikit berbeda dengan hadirnya HOAX, dalam persaingan memperoleh kekuasaan. Hoax atau kebohongan, adalah perilaku yang akan menggeser karakter positif bangsa asli, ke arah terbentuknya karakter negatif dan sangat mengancam kesatuan NKRI.
Setiap rakyat Indonesia bagian dari Agen of change, tentunya yang diharapkan adalah menjadi agen perdamaian. Sedangkan pelaku hoax sebaliknya. Bagaikan wabah, hoax tak hanya menjadikan pelakunya terbiasa, tapi juga punya kemampuan menularkan. Semakin hoax dibiarkan, semakin ia membudaya bahkan ditakutkan akan menjadi paradigma yang dianggap sah untuk mencapai suatu tujuan, bahkan untuk keperluan memperebutkan kekuasaan.
Para pemimpin dan calon pemimpin kita hanyalah manusia, tentunya tiada yang sempurna dan luput dari kesalahan. Namun perlu kita Ingat bahwa seluruh Bangsa Indonesia bersaudara. Sebagai saudara alangkah baik jika kita saling melengkapi dan menutupi kekurangan saudara kita, melalui keanekaragaman potensi yang kita miliki. Jika tujuan kita sama terhadap bangsa ini, kenapa kita harus bertengkar dan berusaha saling menjatuhkan. Alangkah buruknya seseorang yang selalu mendengki saudaranya hingga tega berbuat fitnah. Barangkali mereka lupa sejarah perjuangan, bahwa pihak yang berusaha mengalahkan lawan dengan membungkam kebenaran. Sebenarnya hanya sedang merencanakan kekalahannya sendiri. Jika setiap yang berbeda, kita anggap musuh. Lalu apa makna semboyan Bhineka Tunggal Ika kita selama ini?
Fanatisme berlebihan dalam pemilu, apapun bentuknya harus dihindari seperti terlalu mencintai dan terlalu membenci pilihan; hanya akan membuat kita menjadi manusia egois dan ingin menang sendiri. Sikap fanatik ini yang akan memicu hoax. Hoax yang berasal dari pikiran dan imajinasi - buruk yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataannya. Prasangka - prasangka yang timbul akhirnya dinyatakan dalam bentuk fitnah dan kebohongan. Parahnya orang-orang yang percaya hoax seperti dicuci otak. Membenar benarkan yang salah, menyalahkan yang benar.
Bagi mereka yang menang pemilu dengan hoax, apakah bangga meraih puncak dengan mendzhalimi? Dalam keyakinan apapun, kebohongan adalah bentuk kedzhaliman. Yang akan menjadi hutang dan bumerang, menuntut balas bagi pelakunya sendiri.
Pemilu adalah tonggak demokrasi Indonesia. Sejatinya bukan sekedar ajang pertahanan tahta atau serah terima kekuasaan. Maka mewujudkan pemilu yang bersih dari hoax adalah langkah awal mensukseskan pembangunan berkelanjutan. Jika ternoda sejak semula, sangat sulit bagi pembangunan itu, akan mampu berjalan baik di masa yang akan datang.
Berilah kontribusi sekecil-kecilnya untuk pemilu 2019 ini dengan menolak hoax. Hoax adalah kecurangan pemilu tingkat akut yang harus diberantas hingga ke akarnya. Langkah pidana belum benar-benar solutif, jika kita tak berhasil membenahi mental. Solusinya harus dimulai dari diri sendiri, dari setiap manusia yang mengaku bangsa Indonesia. Mari safari kelubuk hati. Bersikap adil pada diri sendiri. Tak selamanya kebenaran akan datang dari pihak yang kita sebut kawan. Seperti tak selamanya setiap yang kita anggap musuh selalu salah. Jangan mudah terprovokasi dan begitu saja mencerna berita dari sembarang sumber. Luaskan sudut pandang, validasi semua isu. Sesekali kita juga perlu melibatkan diri langsung ke lapangan, agar kita tahu apa realitas yang terjadi tanpa sekat apapun.
Sekeras apapun usaha kita, untuk mencapai puncak dan memperoleh kekuasaan dalam Pemilu 2019 ini. Orang yang menang hanyalah orang yang memang telah ditaqdirkan Tuhan menjadi pemenangnya. Ikhtiar kita hanya bentuk ujian Tuhan, yang akan menentukan beda berkah dalam menjemputnya, juga beda rasa dalam memetik hasilnya kelak. Sehingga tak perlu bagi kita menghalalkan segala cara. Tugas kita hanya memilih, ikutilah jalur yang baik, karena kebaikan hanya akan mengantar pelakunya pada taqdir terbaik pula.
Rasa cinta kita kepada Bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan karakter anti hoax. Hoax adalah tanggung jawab kita. Ingat pembuat hoax, penyebar hoax, menyukai hoax, dan orang yang membiarkan hoax sama-sama bersalah. Mari sukseskan pemilu 2019 dengan memberantasnya.
©gianapahila
1 note · View note
fsubhekti · 3 years
Text
Tumblr media
Hampir kelupaan, bisa langsung di deportase gue nanti pas balik ke Indonesia.
Happy Independence Day, Indonesia.
Country with a million of diversity, tapi Bhineka Tunggal Ika. So proud to be Indonesian.
Lomba tahun ini, bukan lomba panjang pinang or makan kerupuk, melainkan lomba bertahan hidup. Serem, nyawa taruhannya. Yuk bisa yuk, sehat semua. Yang ada kesempatan buat divaksin go get your vaccines ASAP, its not only protect yourself but also people around you. Karena setiap orang punya anti bodi yang bedabeda. Cepet pulih IndonesiaKu. Flying higher GarudaKu.
0 notes
Text
UNDIP Lakukan Rangkaian Webinar Demi Cegah Radikalisme
Radikalisme yang merupakan bahaya laten yang terjadi akibat paham radikal yang bertujuan membuat perubahan politik yang dilakukan secara ekstrem tidak seharusnya tumbuh dalam bangsa yang nasionalisme. Bahaya ini dapat muncul kapan saja sehingga perlu diberikan pemahaman dan pembelajaran bagi warga negara Indonesia untuk berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak mengikuti aksi radikalisme. Sebagai PTNBH Universitas Diponegoro (UNDIP) memiliki kewajiban untuk terus melakukan penguatan Ideologi Kebangsaan bagi seluruh civitas academika. 
Oleh karena itulah, dalam bulan ini, terhitung sudah dua kali UNDIP melakukan webinar demi mencegah paham - paham radikalisme yang berkembang. Diantaranya adalah Kuliah Umum bertema “Penguatan Ideologi Kebangsaan Bagi Pimpinan Universitas Diponegoro” serta  Kuliah Umum “Mencegah Radikalisme Berbasis Agama di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro”
Dua acara tersebut dilakukan guna menangkal bibit - bibit radikalisme yang dapat masuk kapan saja itu. “Kuliah umum ini sangat penting untuk kembali memberikan pencerahan untuk kita memilih melawan radikalisme. Pencerahan ini harus diterapkan secara benar dan soft untuk satu tujuan kita setia terhadap NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika”, ucap Rektor UNDIP,  Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum
Selain, seminar atau webinar yang selalu rutin dilakukan, UNDIP juga telah memiliki tim yang terus melakukan kegiatan pencegahan paham - paham radikalisme yang disebut TIMARU (Tim Anti Radikalisme Undip), serta terus  menanamkan kecintaan serta kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika juga telah dilakukan sejak tahun 2011.
Sumber :
https://www.undip.ac.id/post/16925/undip-lakukan-penguatan-ideologi-kebangsaan-untuk-tangkal-radikalisme.html
https://www.undip.ac.id/post/16965/kuliah-umum-mencegah-radikalisme-berbasis-agama-di-kalangan-mahasiswa-universitas-diponegoro.html
0 notes
infokombanser · 4 years
Text
MENGUAK DALANG DARI AKUN MUSTOFA MAKSUM PENGHINA KASATKORNAS BANSER
Tumblr media
SORBAN Infokom | Ada apa dengan akun FB Mustofa Maksum yang baru ini mengatai orang yang sudah meninggal. Tak hanya keji menurut kami. Lebih dari itu layak disebut pecundang. Tak berperikemanusiaan. Disaat keluarga besar NU, khususnya Ansor-Banser tengah berkabung, ia seenaknya menghina sosok yang sangat dihormati oleh kalangan kami. Bagi kami jelas; Almarhum H Alfa Isnaeni bukan sosok biasa. Ia seorang Komandan Banser. Kader terpilih. Tepatnya panglima sebab Komando tertinggi milik Ketum Ansor. Okelah, soal yang sudah meninggal itu komandan atau panglima, cukup kami yang tau. Cuman ayok kita berfikir jernih, menilik rasa kemanusian kita. Layakkah orang sudah meninggal diolok olok?. Setau kami Bangsa Indonesia tak setega itu. Mau seberapa jauh perbedaannya, kepentingan politiknya, seberbeda ajarannya, pasti tak akan tega mencela sosok yang sudah meninggal. Terlebih ia seorang sosok publik, setidaknya merepresentasikan suatu organisasi atau komunitas.
Tumblr media
Ini fenomena pelik dan njelehi. Cuman ya silakan nilai sendiri. Siapa dibalik akun Mustofa Maksum. Khusnuzan kami dia bukan warga Indonesia. Sebab warga Indonesia tak setega itu. Kalau ia warga Indonesia, berarti ia adalah oknum warga yang teracuni paham anti Pancasila. Yang bakal merongrong NKRI. Dan jelas benci NU dan Banomnya. Dalam statusnya di facebook, tulisnya begini "Orang ini sudah mati, Panglima Banser, mau berbela sungkawa dengan tulisan arab takut dibilang kadrun dan kearab araban. Eh biar aman dan nyaman saya ucapkan salam Pancasila. >> Eg ngomong2 mau disolatin digereja atau bijimane, " Yok coba dianalisis. Mungkinkah Mustofa Maksum warga biasa yang tidak terdidik oleh komunitas yang benci NU? Benci NKRI?. Asumsi kami tidak demikian. Dari dulu yang menyerukan islam rohmatal lilngalamin, islam ala Indonesia itu NU. Kami mengamini kebenaran Islam, tapi tak sepatutnya budaya Indonesia harus diganti dengan budaya Arab. Mungkin alasan inilah yang menjadikan alasan masuknya salah satu frasa di atas soal ke Arab-araban. Jelas ia orang yang dikader komunitas benci NU. Di kata selanjutnya, istilah "Salam Pancasila" jelas mengerdilkan pancasila itu sendiri. Sejauh ini NU berikut banomnya paling kenceng mengatakan Pancasila adalah falsafah bangsa yang sudah final tak perlu dirubah lagi. Dengan begitu tampak sekali ia kader terdidik yang benci NU dan tidak suka dengan ideologi Pancasila. Tau kan siapa?. Itu lho kelompok yang kenceng banget mau ganti Pancasila. Nah soal jenazahnya mau disolatkan dimana, di gereja?, nah frasa itu makin jelas menunjukkan ia dari kelompok yang tak suka toleransi. Emang ya, sejauh ini Banser-lah yang gemar membantu kelompok agama lain. Termasuk pengamanan gereja saat ada acara keagamaan umat Kristiani. Salahkah demikian?. Padahal jelas Bhineka Tunggal Ika artinya apa. toleransi dan persatuan bentuknya seperti apa. Kami menilai ia kelompok terdidik, entah ia akun pribadi atau akun kloningan kami kurang tau. Akan tetapi karena statusnya di fb sudah menyakiti hati warga Ansor Banser, Menyudutkan Pancasila, Mengerdilkan semangat toleransi, sudah sepatutnya penegak hukum mengusut tuntas dan bertindak. Yuk jangan jadi pengecut. Tebarkan islam ramah tidak meronta-ronta. Tulisan ini ditulis oleh Ketua Bidang Media dan IT, atas sepengetahuan Ketua PC GP Ansor Wonsobo. (satkoryon X23N) Read the full article
0 notes
hilmy-fauzi · 7 years
Text
Rara
Tumblr media
sumber foto: instagram
Saya mengenal Rara Sekar Larasati atau lebih dikenal dengan Rara Sekar saat tampil di Komunitas Salihara Jakarta beberapa tahun ke belakang, saat itu dia masih tergabung dalam group musik Banda Neira bersama Ananda Badudu. Dimasa-masa awal saya mulai mengurangi lagu yang disajikan media konvensional dan mulai mendengarkan berbagai lagu indie, group musik Banda Neira inilah salah satunya. Namun sayang sekitar awal tahun 2016 mereka akhirnya menyatakan bubar di laman tumblr Banda Neira sendiri, dan di akun instagram masing-masing untuk menjelaskan alasannya. Banyak pihak terutama penikmat musik mereka termasuk saya pribadi tentunya, menyayangkan keputusan tersebut. Tapi apa mau dikata, sebagai penikmat karya mereka mau tak mau kita menghargai dan menerima keputusan tersebut. Meniru puisinya Sapardi, Banda Neira adalah fana (bubar) tapi lagunya abadi. Hehehe....
Yang menarik dari group musik Banda Neira ini selain karena suara Rara Sekar yang ciamik nan merdu di tambah permainan gitar Ananda Badudu yang seperti saling melengkapi, juga karena lirik lagu mereka yang puitis namun tidak sulit untuk dipahami pendengar, malah di beberapa lagu mereka juga mem-musikalisasi puisi karya Chairil Anwar dengan judul Derai-derai Cemara dan Rindu karya Subagio Sastrowardaryo. Tak mengherankan kalau lagu mereka memang pas didengarkan disaat-saat romantis, menjelang pagi atau menikmati senja. (Cieeee elah....). Selain tergabung dalam group Banda Neira yang telah bubar tadi, Rara Sekar juga tergabung dalam Daramuda Project bersama Danilla Riyadi dan Sandrayati Fay, yang ketiganya memiliki genre musik yang hampir serupa (indie, folk, jazz).
Dulu, awal tahu Rara Sekar ngerasa wajahnya familiar, ternyata Rara Sekar ini adalah kakak kandung dari penyanyi pop sekaligus bintang iklan berbagai merk, yaitu Isyana Sarasvati. Bisa dilihat bahwa memang keduanya memiliki jalur musik dan genre yang berbeda. Namun masing-masing mempunyai “warna”nya tersendiri.
Rara Sekar tidak seperti musisi kebanyakan yang hanya fokus pada musik, ia juga bergerak di bidang lain seperti bisnis, pendidikan dan sosial. Dalam bisnis ia mendirikan 9 am Photography, juga sebagai freelance photografer. Dalam pendidikan, saat ini sedang melanjutkan studi master di Victoria University of Wellington jurusan Antropologi Budaya. Dalam bidang sosial, ia merupakan kepala divisi kurikulum Sekolah Kita Rumpin, sebuah sekolah informal di Kota Bogor, selain itu juga pernah magang di Kontras, LSM yang didirikan aktivis Munir dulu. Ia banyak memposting foto hasil jepretannya di instagram serta tulisannya di tumblr.
Seperti kasus pada umumnya, saat sosok Rara Sekar muncul dan banyak menginspirasi anak muda kebanyakan (tentunya saya juga) sering kali disinggung soal agama apa yang dianutnya. Maklumlah masyarakat kita kebanyakan masih senang membahas soal SARA (agama, ras, suku, golongan). Melihat kualitas, kebaikan atau keburukan seseorang sering diukur dari agama apa yang dianut atau latar belakang lain. Padahal hal tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur. Misalnya dalam hal kebaikan memang kita harus melakukan demikian agar bisa disebut manusia, sedangkan kalau kita melakukan keburukan berarti memang kita belum benar-benar menjadi manusia seutuhnya. Juga semua agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan, dan masing-masing menekankan anti-kekerasan, cinta kasih, perdamian, keadilan yang saling melengkapi.
Soal agama, Rara Sekar acapkali ditanya soal agama apa yang dianut, entah itu di akun instagram atau twitter-nya. Akan pertanyaan tersebut, Rara tidak pernah merespon pertanyaan di akun-nya itu, karena seperti kita tahu instagram maupun twitter mempunyai space yang sempit kalau sampai Rara Sekar meresponnya, bisa-bisa malah timbul masalah karena kesalahpahaman.
Selain bergelut dalam dunia musik, pendidikan, bisnis, dan sosial seperti yang telah saya sembutkan juga diatas, dia juga disebut-sebut sebagai ahli dalam bidang public relations. Selain itu ketertarikannya pada dunia seni khususnya fotografi dan tulis-menulis, ini bisa dibuktikan di blog pribadinya, http://rarasekar.tumblr.com/. Disana ia banyak membagikan foto, dan juga tulisan yang bercerita tentang kehidupan dan pemikirannya. Di blog ini juga Rara Sekar membahas bagaimana keadaan keluarganya yang amat majemuk. Dari mulai Eyang-nya yang saat ini menjadi Bikkhu (Budhist Monk), Ayahnya yang beragama Islam, Ibunya yang beragama Kristen, dan Rara Sekar beserta adiknya yaitu Isyana Sarasvati memeluk agama Islam serupa dengan Ayah mereka.
Dalam blog ibunya yaitu http://marpanda.blogspot.co.id/. Di laman tersebut tertulis bagaimana ibunya yang Kristen tetap mengingatkan dan membantu anak dan suaminya dalam menjalankan kewajiban ibadah Islam misalnya puasa atau lebaran, teapi juga tidak lupa menjalankan ibadah dan perayaan yang dianutnya sendiri, Kristen.
Dari sanalah, kita bisa menyaksikan bagaimana kehidupan bertoleransi, ber-bhineka tunggal ika yang sering kita gaungkan, ada dalam keluarga Rara Sekar. Sungguh luar biasa.
4 notes · View notes
yasirmukhtar · 7 years
Text
Gerah
1. Yang mengklaim dirinya toleran sesungguhnya tidak setoleran yang mereka sendiri pikirkan. Yang distigmakan intoleran, dalam kehidupan sehari-harinya sesungguhnya tidak seintoleran yang digaungkan.
2. Slogan Bhineka Tunggal Ika ternyata bisa dimiliki secara eksklusif oleh sebuah kelompok--alih-alih menjadi milik semua rakyat Indonesia.
3. Bhineka Tunggal Ika dibenturkan dengan agama, padahal kebhinekaan itu menaungi keberagaman agama--termasuk bagaimana cara setiap orang mengamalkan agamanya masing-masing.
4. Seseorang yang menjalankan agamanya dengan cara yang tidak disukai/tidak menguntungkan “Si Pemilik Toleransi dan Bhineka Tunggal Ika”, bisa disebut sebagai intoleran dan anti-kebhinekaan.
Semoga generasi setelah kita lebih kuat dan lebih mampu mengatasi fitnah-fitnah akhir zaman lainnya, yang pasti akan lebih menggila.
58 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Ferdinand Mau Buat Organisasi Anti Arabisasi?
Tumblr media
  FERDINAND MAU BUAT ORGANISASI ANTI ARABISASI?
Oleh: M Rizal Fadillah*
Entah info valid atau celetukan tak serius, Ferdinand Hutahaean bersemangat ingin membentuk organisasi anti Arabisasi, maksudnya ingin melindungi budaya leluhur katanya. Entah apa yang dimaksud budaya leluhur itu, kaum animisme dan dinamisme, atau pithecanthropos erectus dan teman se- kulturnya?
Bila arah anti arabisasi adalah anti Islam, karena Ferdinand pasti bukan muslim, maka ini sama saja menyinggung berat umat Islam Indonesia yang memiliki akar kesejarahan bersama bangsa Indonesia. Kini aneh semakin kuat rasanya sentimen anti keislaman ini lewat anti Arab lah, anti radikal lah, bahkan isu terorisme semakin digencarkan saja. Target psikopolitis tak lain selalu umat Islam.
Tantangan bangsa ini adalah kultur barat yang kapitalistik, liberal, sex bebas, minum-minuman keras, kultur yang permisif dan hedonis. Mengapa justru Ferdinand rasis menyerang Arab? Atau mungkin Ferdinand sedang  mengecilkan arti agama yang sama saja dengan mengacaukan pemahaman ideologi Pancasila. Benci Habib Rizieq dan para habaib lain? Benci Anies Baswedan, Fadel Muhammad, Fuad Bawazier? Hate speech.
Apa yang ia maksud dengan Arabisasi? Qashidahan, tahdfidz, atau pengajian dengan ayat ayat berbahasa Arab? Atau Hutahaean pro zionis yahudi musuh Arab dan dunia Islam? Arabisasi kok anti sementara Vatikanisasi, Cinaisasi bebas? Fikiran rasis harus dibuang jauh. Undang Undang anti diskriminasi ras dan etnis dibuat dengan maksud agar jangan ada fikiran dan pandangan politik model Hutahaean ini. Ferdinand tak pantas hidup di Indonesia meskipun berlindung di balik baju Nusantara. Baju manipulasi.
Fikiran Ferdinand berbahaya dan akan menciptakan sentimen perlawanan dari banyak fihak, khususnya dari umat Islam. Jika dibenarkan dan dibiarkan maka akan muncul gerakan gerakan anti Cina, anti Menado, bahkan anti Jawa atau anti etnik dan ras lain. Dipastikan Indonesia akan terpecah-belah. Kebodohan luar biasa jika rezim membiarkan kejahatan rasis model Ferdinand Hutahaean. 
Stop habis ide Hutahaean, bila memaksakan juga maka proses hukum atas dasar UU Anti Diskriminasi Ras, jangan buka peluang gerombolan Hutahaean lain yang gemar mengadu domba dan mengacak-acak bangsa atas dasar sentimen. Bhineka Tunggal Ika jangan dibuat kenangan. Tinggal pilih saja, tetap menjaga persatuan atau stop Hutahaean!
Bandung, 18 April 2021
*Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan
source https://www.ayojalanterus.com/2021/04/ferdinand-mau-buat-organisasi-anti.html
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
NASIB UMAT ISLAM DI NEGERI INI
NASIB UMAT ISLAM DI NEGERI INI
Tumblr media Tumblr media
Mau menuntut keadilan di bilang MAKAR
Memberantas kemaksiatan dibilang ANARKIS DAN RADIKAL
Pakai kaos bertuliskan lafadz Tauhid dicurigai anggota ISIS
Ngadain pengajian malah dibubarin dituduh ANTI PANCASILA DAN BHINEKA TUNGGAL IKA
Mengajak memilih pemimpin MUSLIM dibilang SARA, JANGAN BAWA BAWA AGAMA dan RASIS
Mengingatkan untuk tidak mengikuti ritual agama lain dibilang INTOLERAN
Kita ini seperti digiring untuk takut meyakini perintah agama, lalu mentertawakan agama sendiri, membenci ulama, hingga akhirnya benci terhadap ajaran agama Islam..
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ
“Mereka hendak memadamkan cahaya [agama] Allah dengan mulut [ucapan-ucapan] mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (QS Ash-Shof: 8)
(Gunawan Al-farizi)
Sumber : Source link
0 notes
mariberbagi · 4 years
Text
*Mantan Ketua HTI Sebut Landasan Berpikir HTI bukan Al-Qur'an dan Hadits*
Senin 25 November 2019
Halaqah kebangsaan Lakpesdam NU Subang
(Foto: NU Online/Ais Luthfi) Subang, NU Online Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia yang selama ini terkesan punya ambisi ingin mendirikan khilafah di Indonesia selalu mengklaim perjuangannya itu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, padahal sebenarnya landasan berpikir mereka adalah akalnya sendiri, adapun Al-Qur'an dan hadits hanya dijadikan sebagai alat untuk memenuhi keinginan akalnya. Pernyataan ini disampaikan oleh mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah saat mengisi kegiatan 'Halaqah dan Bedah Buku Daulah Islamiyah' yang diprakarsai oleh Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Subang Sabtu (23/11). "Misalnya saja Hizbut Tahrir itu menolak hadits ahad, padahal dalam hadits ahad banyak mengandung ajaran akidah, contohnya tentang hadits syafaat nabi, siksa kubur, munculnya Dajjal, dan lain sebagainya," ujarnya di depan ratusan peserta yang memadati aula Pesantren Pagelaran 3.
Dalam kegiatan yang mengusung tema 'Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah' itu, Kang Ayik menegaskan bahwa khilafah tidak perlu diterapkan di Indonesia karena Indonesia sudah masuk kategori Darul Islam yang di dalamnya dipimpin oleh orang Islam dan ada kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadahnya. "Bahkan di Indonesia, negara memfasilitasi dan melindungi umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah sesuai syariah," tandasnya. Ketua Pengurus Cabang Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandung ini memberikan klarifikasi untuk sebagian pihak yang menuduh bahwa NU anti syariat Islam karena menolak sistem khilafah, menurutnya NU tidak mungkin menolak syariat Islam karena ruh NU sendiri adalah Islam.
Ditambahkan, persoalan NU yang menerima PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) adalah bagian dari strategi NU untuk memberikan kebebasan bagi umat Islam Indonesia dalam menjalankan ajaran Islam secara merdeka tanpa perang, kekerasan, dan disintegrasi bangsa. "Sebagaimana ketika Rasulullah menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam, namun kenyataannya dari sanalah titik balik menyebarnya Islam tanpa perang dan senjata," ungkapnya. Kang Ayik pun mengajak kepada para mantan anggota HTI untuk merapat kepada para kiai NU setempat agar bisa mengkaji ajaran Islam secara rutin sehingga bisa mendapat pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam, karena jika tidak rutin mengikuti kajian kiai NU tidak akan mendapat pemahaman tentang siyasah islamiyah. "Sebab bab siyasah itu ada di akhir kitab, kalau di awal itu babnya taharah, shalat, zakat, haji, dan sebagainya, adapun bab siyasah ada di akhir kitab sehingga kalau ngajinya sekali dua kali tidak akan ketemu," bebernya. Ketua Lakpesdam NU Subang Asep Alamsyah HD berharap kepada para peserta agar tetap istiqamah mengikuti ajaran Aswaja Annahdliyah sehingga tidak tergiur dengan ajakan dan propaganda berkedok agama yang disebarkan oleh HTI. "Mudah-mudahan para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," pungkasnya Dalam kegiatan diskusi panel ini, turut hadir pula penulis buku Daulah Islamiyah, Gus Muhammad Najih Arromadloni yang membeberkan konsep khilafah dalam tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah.
Kontributor: Aiz Luthfi Editor: Abdul Muiz Tags:
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/113913/mantan-ketua-hti-sebut-landasan-berpikir-hti-bukan-al-qur-an-dan-hadits-
Konten adalah milik dan hak cipta www.nu.or.id
0 notes
harakatuna-blog · 4 years
Text
Mantan Ketua HTI Sebut Landasan Berpikir HTI bukan Al-Qur'an dan Hadits
Harakatuna.com. Subang - Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia yang selama ini terkesan punya ambisi ingin mendirikan khilafah di Indonesia. Pihaknya selalu mengklaim bahwa landasan berpikir HTI beserta segala perjuangannya itu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits. Padahal sebenarnya landasan berpikir HTI adalah akalnya sendiri. Sedangkan adapun Al-Qur'an dan hadits hanya dijadikan sebagai alat untuk memenuhi keinginan akalnya. Pernyataan ini disampaikan oleh mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah saat mengisi kegiatan 'Halaqah dan Bedah Buku Daulah Islamiyah' yang diprakarsai oleh Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Subang Sabtu (23/11). "Misalnya saja Hizbut Tahrir itu menolak hadits ahad, padahal dalam hadits ahad banyak mengandung ajaran akidah. Contohnya tentang hadits syafaat nabi, siksa kubur, munculnya Dajjal, dan lain sebagainya," ujarnya di depan ratusan peserta yang memadati aula Pesantren Pagelaran 3. Dalam kegiatan yang mengusung tema 'Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah' itu, Kang Ayik menegaskan bahwa khilafah tidak perlu diterapkan di Indonesia. Karena Indonesia sudah masuk kategori Darul Islam yang di dalamnya dipimpin oleh orang Islam. Bersamaan dengan itu Indonesia memberi kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadahnya. "Bahkan di Indonesia, negara memfasilitasi dan melindungi umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah sesuai syariah," tandasnya. Ketua Pengurus Cabng Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandung ini memberikan klarifikasi untuk sebagian pihak yang menuduh bahwa NU anti syariat Islam karena menolak sistem khilafah. Menurutnya NU tidak mungkin menolak syariat Islam karena ruh NU sendiri adalah Islam. Ditambahkan, persoalan NU yang menerima PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) adalah bagian dari strategi NU untuk memberikan kebebasan bagi umat Islam Indonesia dalam menjalankan ajaran Islam secara merdeka tanpa perang, kekerasan, dan disintegrasi bangsa. "Sebagaimana ketika Rasulullah menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam, namun kenyataannya dari sanalah titik balik menyebarnya Islam tanpa perang dan senjata," ungkapnya.
Mantan Ketua HTI Ajak Anggotanya Bergabung ke NU
Kang Ayik pun mengajak kepada para mantan anggota HTI untuk merapat kepada para kiai NU setempat agar bisa mengkaji ajaran Islam secara rutin sehingga bisa mendapat pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam, karena jika tidak rutin mengikuti kajian kiai NU tidak akan mendapat pemahaman tentang siyasah islamiyah. "Sebab bab siyasah itu ada di akhir kitab, kalau di awal itu babnya taharah, shalat, zakat, haji, dan sebagainya, adapun bab siyasah ada di akhir kitab sehingga kalau ngajinya sekali dua kali tidak akan ketemu," bebernya. Ketua Lakpesdam NU Subang Asep Alamsyah HD berharap kepada para peserta agar tetap istiqamah mengikuti ajaran Aswaja Annahdliyah sehingga tidak tergiur dengan ajakan dan propaganda berkedok agama yang disebarkan oleh HTI. "Mudah-mudahan para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," pungkasnya Dalam kegiatan diskusi panel ini, turut hadir pula penulis buku Daulah Islamiyah, Gus Muhammad Najih Arromadloni yang membeberkan konsep khilafah dalam tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah. Read the full article
0 notes