Tumgik
#samie batal
glyhndzkr · 10 months
Text
Balapan Gores Paha (1)
Halo marathon, Halo paha dan lateral armpit kiri kegores nyeri nyeri mboten sedap.
Tumblr media
Mandiri Jogja Marathon, kata pembawa acara, ini udah berlangsung sejak 2017. Tahun ke-6. Start finish prambanan, jalur no kota kota jogja club, tapi naik naik ke gunung yes, mantapbos. Kalo mau cerita, seperti biasa, kita mulai dari... Halo Marathon, Halo paha... wkwkwk canda, dari daftar.
Pendaftaran - Persiapan
Sebenere, aku ga kepikiran ikut krn agak meragukan dari persiapan acaranya yang kalo dibandingin sama bormar, keliatan banget lebih meriah dan well prepared bormar, jauh, konten ig nya, rangkaian acaranya, desainnya, dsb, plus kedua biar hemat, karena uangnya duluan mau buat daftar bormar.
Tapi saat itu, suhu Aiman al jogjawi, tbtb meng pc wa, dan mengajak. Tanpa panjang kalam, ya gas lah bro. Mendadak alasan di paragraf sebelum ini ditiadakan wkwkwk, tp yg kedua engga, poko e harus dapet early bird satu! biar lebih murmer. 400k, bajunya dua, anduk, jajanan poko e akeh, pijet, foto, banyak poko nya. Insyaa allah untuk standar race kelas internasional, murmer. Oke lanjut.
Oleh harganya yg murmer, pendaftaran early bird, tida semudah itu ferguso. Ya benar kawanku, selain karena habisnya cuepet, proses pembeliannya diiringi dengan erorr wkwkwk. Dan errornya ga dikasi tau sampe kapan. Sebagai masyarakat netizen yang cukup terkenal kurang terlalu bijak wkwkwk hal ini saaaangat cukup untuk memunculkan komen negatif netizen indonesia di insta wkwk. Namun, berkat hasil komen juga, ada satu akun yg mengabarkan bahwa kemungkinan buka lagi sekitar pukul 3 dan bener, alhamdulillah dapet secure 1 tiker FM EB 1. Cuma satu? Iya cuma satu, Mas Aiman karo masku belom. Padahal aku yang diajak. asem :)
Akhirnya cerita pendaftaran pun berlanjut. Akibat punya akun livin mandiri (baru bikin H-1 tet buka pendaftaran EB 1, karena khusus EB cuma bisa pake Livin') saya pun menjadi calo dadakan dua org tersebut. Alhamdulillah pertama beli, izi pizi. Baru yang kedua, atas nama Mas Aiman... asemm entekkkk! agak panik, mulai tremor, tp harap harap cemas, karena statusnya masi fully booked, bukan sold out. Refresh terossss, sambil doa tbtb ada yg batal daftar wkwk. Setelah 40 menit refresh, dor, dapet, asal pilih ukuran baju yang ada, langsung isi data pake tangan tangan bergetar, satset dasdes, 2 tiket HM EB 2 diamankan. Yak, sami sami mas mas, sami sami, tf aja ini rekening ku... wkwkwk ora ora canda, tp nek mas aiman emg ngasi duit terima kasih sih... yakkk... mari lanjut cerita ngehe wkwkwk
Singkat cerita sembari menunggu hari H, ya biasa lari lari, target 200km milleage smp Hari H. kayak e kecapaian, atau hampir yak wkwkwk lupa. Sampai di puncaknya, pun sekalian menunaikan target sejak 2020 lalu (cerita lari ke ibbas ada sendiri), mari coba lari ke Ibbas, buat cek son penderitaan lari 30++ kilometer wkwkwk. Alhamdulillah latian terakhir emang ada gunanya, terutama menyadarkan untuk melakukan strength training dan stretching, yg kemudian langsung praktik di rabu kamisnya, yang pula adalah pertama dan kedua kalinya latian strength yg dilakukan selama masa persiapan, awikwok. Eh ya selain dari munggah gunung slamet dan tektok lawu (ini masing2 juga ada ceritanya). Yang ternyata, gatau emg pengaruh apa ngga wkwk tp pas Hari H, larinya lebih nyaman, walau elevasinya wkwkwk nguengggg. Yak lanjut lagi!
Pre Race
Yak maafkan kami orang Solo yang emang otw jogja nya baru H-1 karena ada KRL dan ga perlu aklimatisasi, yo rak perlu lah wkwkwkwk. Ngentekke duit wae lunga tambah suwe awikwok.
Naik KRL dari Palur sekitar pukul 2.45 sampe Lempuyangan kurleb jam 4. Alhamdulillah setelah beberapa kali naik KRL, kali ini ful senyum karena ful duduk. Sampe sono, nunggu mas Aiman njemput. Mau solat gatau musholla dimana. Akhirnya, jemputan datang, langsung otw masjid solat ashar, lanjut maghrib, sama Isya. Baru habis itu ke Rumah e mas aiman.
Alhamdulillah, setelah perjalanan kita ful berpuasa, no fud, no dring. Tanpa fafifu, "nek kowe melu mangan keluargaku... sans tapi ngko mejane rodok pisah, pie?" wah, *sambilposememepakenanya, wkwkwk. Walau mungkin terkadang dalam pertanyaan macam ini, kami menjawab dengan so soan merasa ga enak atau beberapa mungkin sok menolak dan mempertanyakan keyakinan penawar "yakin?", sebenarnya kami nyaman alhamdulillah, dan tida menolak 😊 hatur nuhun nggih mas jamuannya.
Sebelum berangkat narok barang dulu, rapi rapi, dan tentu, melihat race pack kesayangan kami. Ebuset, ada baju, ebuset ada permen, ebuset ada anduk, ebuset permen lagi, ebuset ada rexona, ebuset permen lagi, ebusettt.. eh permen lagi? ya benar permennya 4 bungkus, trus yang lain, fitbar, isotonik drink, suplemen, salonpas, salonlonggar... lucuuu lucuuu, salongakpas? ngelucuuu meneh... brosur2, dan tentunya BIB A19463, iki pasti kerja sama karo UNS, angka BIB awalku 19 masku karo mas Aiman 17, fix pake NIM. aowkwokwk ya kali. Ga lama, ngobrol, langsung gas madyang.
Kita makan di Resto Sayaaa! ehm, maksudnya Resto Galih, pake i, bukan Y, aih kecewa dikit. dan singkat Cerita, Subhaanallah Maasyaa allah Tabaarakallahh, inilah yang namanya ni'mal hayaaah, ayam bakar, lalapan, nasi, jus melon lemon yang seghar, dan tentunya sambel, yang ga direkomendasikan untuk dimakan saat malam sebelum race *sedihtapitetepdipangansitik.
Lagi makan baru kelar, melayang ikan tepung dan biasa beserta saus dan lalapan kol setengah bunder nder, beuh, mantap boi, pesta ni, tinggal besok paginya aja, sampe ga pamit keluar, apalagi malah mengadakan apel dadakan saat race, beuh, maaf kawan, walau mungkin kalian hanyalah makan malam kami, jangan salahkan kami kalo ada satu dua dendam yang tersimpan dalam hati. Dan... ya benar, itulah yang sempet terjadi menjelang race dimulai, dan toilet? wahh, jangan kira saya sendiri kawann, ini adalah serangan. massal! serangan fajar! ini adalah apel serentak dadakan! dan kami pun sebagai manusia sampai harus memeriahkan apel baris rapi di tiap pos pos toilet terdekat. Luar biasa. Dan sayangnya saat itu, saya belum antri sehingga dihadapkan dalam sebuah dilemma, ngantri dan menuntaskan apel makan malam kemarin, tapi nyusul mulai racenya? apa sebaliknya? berbekal, motto, race hanya sekali, tapi bab bisa berkali kali, dengan penuh ketegaran jiwa dan raga, mengencangkan sfingter ani, kulangkahkan kaki, menjemput mimpi, sembari merapal doa untuk kelancaran race hari ini tanpa ke✨jatuh✨an yang berarti *emotmarahsambilmenahan
Oiya, jadi kelewatan kan karena keasikan cerita apel pagi wkwkwkwk, jadi habis makan, pulang, sebelum tidur, kita foto fomo gear dululah biar eksis, cekrak cekrek, edit dikit, sikatan, tidur sambil doa, semoga... besok... dapet... foto yang bagus 😘 dan finish strong wkwkwk
Tumblr media
*lanjut
Dan tibalah diri ini di start line, melakukan pemanasan kecil, sambil memandangi sepatu indah para pelari lain dengan tatapan, yang kali ini, ahahaa sans, punya gw jg udah upgrade bro, biar w kasi tau, (baca pelan tegas per katanya oke? biar lebih dapet feelnya) NewBalance... FuelCell... Rebel... V3... slebeu. Siap terabas nike vaporfly alphafly, yeah (Walau km 30+ kaki mulai teriak juga akhirnya). Lanjut, dibuka dengan Menyanyikan Indonesia Raya, 3, 2, 1. Dor!
Bendera dikibarkan, Balapan dimulai.
Lanjut part 2 : Race - Post Race
Tumblr media
2 notes · View notes
Tumblr media
Virgil Abloh 
(September 30, 1980 -  November 28, 2021)
“Figures of Speech, “ is the concept that anyone is capable of anything so long as they don’t hinder their own flexibility by subscribing to one point of view, one career path, or one idea.
Museum of Contemporary Art Chicago, Designed by Samir Batal
Rest in Power, Virgil 
65 notes · View notes
tasksweekly · 5 years
Photo
Tumblr media
[TASK 159: SUDAN]
There’s a masterlist below compiled of over 200+ Sudanese faceclaims categorised by gender with their occupation and ethnicity denoted if there was a reliable source. If you want an extra challenge use random.org to pick a random number! Of course everything listed below are just suggestions and you can pick whichever faceclaim or whichever project you desire.
Any questions can be sent here and all tutorials have been linked below the cut for ease of access! REMEMBER to tag your resources with #TASKSWEEKLY and we will reblog them onto the main! This task can be tagged with whatever you want but if you want us to see it please be sure that our tag is the first five tags, @ mention us or send us a messaging linking us to your post!
THE TASK - scroll down for FC’s!
STEP 1: Decide on a FC you wish to create resources for! You can always do more than one but who are you starting with? There are links to masterlists you can use in order to find them and if you want help, just send us a message and we can pick one for you at random!
STEP 2: Pick what you want to create! You can obviously do more than one thing, but what do you want to start off with? Screencaps, RP icons, GIF packs, masterlists, PNG’s, fancasts, alternative FC’s - LITERALLY anything you desire!
STEP 3: Look back on tasks that we have created previously for tutorials on the thing you are creating unless you have whatever it is you are doing mastered - then of course feel free to just get on and do it. :)
STEP 4: Upload and tag with #TASKSWEEKLY! If you didn’t use your own screencaps/images make sure to credit where you got them from as we will not reblog packs which do not credit caps or original gifs from the original maker.
THINGS YOU CAN MAKE FOR THIS TASK -  examples are linked!
Stumped for ideas? Maybe make a masterlist or graphic of your favourite faceclaims. A masterlist of names. Plot ideas or screencaps from a music video preformed by an artist. Masterlist of quotes and lyrics that can be used for starters, thread titles or tags. Guides on culture and customs.
Screencaps
RP icons [of all sizes]
Gif Pack [maybe gif icons if you wish]
PNG packs
Manips
Dash Icons
Character Aesthetics
PSD’s
XCF’s
Graphic Templates - can be chara header, promo, border or background PSD’s!
FC Masterlists - underused, with resources, without resources!
FC Help - could be related, family templates, alternatives.
Written Guides.
and whatever else you can think of / make!
MASTERLIST!
F:
Zeinab Badawi (1959) Sudanese - tv presenter and radio presenter.
Sitona (1962) Sudanese - actress.
Rasha (1971) Nubian Sudanese - actress and singer.
Annett Culp / Annett Mohamed Elmaghrabi (1978) Sudanese / German - actress and model.
Nima Elbagir (1978) Sudanese - tv presenter.
Nancy Agag (1979) Sudanese - singer-songwriter.
Alsarah / Sarah Mohamed Abunama-Elgadi (1982) Sudanese - singer-songwriter and ethnomusicologist.
Marwa Zein (1985) Sudanese / Egyptian - director and producer.
Safia Elhillo (1990) Sudanese - poet.
Yassmin Abdel-Magied (1991) Sudanese - media presenter and writer.
Emtithal Mahmoud (1992 or 1993) Sudanese - poet.
Maha Jaafar (1994) Sudanese / Iraqi - youtuber.
Islam Elbeiti (1994) Sudanese - bassist, guitarist, and radio presenter.
Shahd Batal (1996) Sudanese - youtuber.
Awuor Dit (1997 or 1998) Sundanese - model (Instagram: awuordit).
Rayyan Ali (?) Sudanese / Unknown - actress, activist and writer.
Gawaher (?) Nubian Sudanese - singer.
Kola Boof (?) Sudanese, Egyptian - writer.
Sarah Sewar El Dhab (?) Sudanese - writer.
Ola Badree (?) Sudanese - makeup artist (Instagram: ola_badree).
Roaa Mohammed (?) Sundanese - singer and actress (Instagram: roaa_alnaemofficial).
Siemoon (?) Sundanese, Turkish - model (Instagram: samoobee).
Acheil Tac (?) Sundanese - model (Instagram: at_235).
Alaa Adam (?) Sundanese, Egytpian - model (Instagram: alaa_adam3005).
Omalo (?) Sundanese - model (Instagram: omalo_official).
Warsan (?) Sundanese - model (Instagram: Warsaaaan).
Roda Alfred (?) Sundanese - model (Instagram: rodaalfred).
Dalya Shamin (?) Sundanese - model (Instagram: model_dalyashamin).
Sahar Koje (?) Sundanese - model (Instagram: sahar.koje).
Nyaueth (?) Sundanese - model (Instagram: nikoriam).
Dima Ahmad Al Omairi (?) South Sundanese - model.
Adut Mary Chol (?) Sundanese - model (Instagram: adutofficial).
Sabina Moth (?) South Sundanese, Sundanese - model (Instagram: sabinamoth).
Muna (?) Sundanese - model (Instagram: munaj23).
Bh0ney_ (?) Sundanese - Instagrammer (bh0ney_).
Barbix (?) Sundanese - Instagrammer (blackbarbix).
F - Athletes:
Yamilé Aldama (1972) Cuban [Sundanese] - triple jumper. 
Awmima Mohamed (1985) Sundanese - sprinter. 
Muna Jabir Adam (1987) Sundanese - hurdler. 
Nawal El Jack (1988) Sundanese - sprinter. 
Muna Durka (1988) Sundanese - steeplechase runner. 
Amina Bakhit (1990) Sundanese - middle-distance runner. 
Mhasin Fadlalla (1994) Sundanese - swimmer. 
Haneen Ibrahim (2000) Sundanese - swimmer. 
Athing Mu (2002) Sudanese - sprinter.
M:
Abdel Karim el Kably (1933) Sudanese - singer-songwriter, oud player, composer, and poet.
Abdel Aziz El Mubarak (1951) Sudanese - singer and oud player.
Saeed Hamed (1958) Sudanese - director.
Hassan Ahmed Abbas (1962) Sudanese - actor.
Alexander Siddig / Siddig El Fadil (1965) Sudanese / English - actor.
Mohamed Badawi (1965) Sudanese - singer, composer, linguist, and publisher.
Hajooj Kuka (1976) Mahas Sudanese - reporter and director.
Samy Deluxe / Sam Semillia / Wickeda MC / Samy Sorge (1977) Sudanese / German - rapper.
Elwathig Elsadig (1978) Sudanese - director.
Javid Abdelmoneim (1979) Sudanese / Iranian - tv presenter.
Hani MaFaSiL (1980) Sudanese - actor, rapper-songwriter, and producer.
Sinkane / Ahmed Gallab (1983) Sudanese - guitarist, bassist, drummer, and producer.
Oddisee / Amir Mohamed el Khalifa (1985) Sudanese / African-American - rapper and producer.
Mazin Elsadig (1987) Sudanese - actor.
Bas / Abbas Hamad (1987) Sudanese - rapper.
Amjad Shakir (1988) Sudanese - singer.
Muaz Osman (1989) Sudanese - youtuber.
Sharief Elfehail (1990) Sudanese - singer.
Ramey Dawoud (1991) Nubian Sudanese - actor, rapper-songwriter, and activist.
Amro Mahmoud (1997) Egyptian, Sudanese, British - actor. 
Mohammed Alsoni (?) Sudanese - actor.
Abd El Gadir Salim (?) Sudanese - singer.
Hakim Salman (?) Sudanese - actor.
Amjad Abu Alala (?) Sudanese - filmmaker.
Mozammel Nezamaldin (?) Sudanese - director.
Osman Nizamaldin (?) Sudanese - writer.
Ahmed Amin (?) Sudanese  - singer (Instagram: ahmedaminz).
David Dep (?) Sudanese  - model (Instagram: thedaviddep).
Dawson Saville (?) Sudanese  - model (Instagram: dawsouth).
Habiel A Ismail (?) Sudanese, Egyptian  - model (Instagram: theofficialsudanese).
Samwil Del (?) Sundanese - model (Instagram: reversedvission).
M - Athletes:
Hamdan El-Tayeb (1934) Sundanese - sprinter. 
Sayed Abdel Gadir (1936) Sundanese - boxer. 
Ahmed Mohamed Sharaf El-Din (1938) Sundanese - footballer. 
Mohamed Faragalla (1939) Sundanese - boxer. 
Mohamed Rizgalla (1942) Sundanese - boxer. 
Moreldin Mohamed Hamdi (1943) Sundanese - hurdler. 
Mirza Adil (1943) Sundanese - weightlifter. 
Ahmed Bushara Wahba (1943) Sundanese - footballer. 
Nasr El-Din Abbas / Jaxa (1944) Sundanese - footballer. 
Omar Ali Hasab El-Rasoul (1945) Sundanese - footballer. 
Ahmed Abdo Mustafa (1946) Sundanese - footballer. 
Mirgaani Gomaa Rizgalla (1946) Sundanese - boxer. 
Abdel Wahab Abdullah Salih (1946) Sundanese - boxer. 
Morgan Gesmalla (1947) Sundanese - sprinter. 
Suliman Gafar Mohamed (1947) Sundanese - footballer. 
Mahmoud Said Salim (1947) Sundanese - footballer. 
Angelo Hussein (1947) Sundanese - middle-distance runner. 
Bushara Abdel-Nadief (1947) Sundanese - footballer. 
Timsah Okalo Mulwal (1947) Sundanese - boxer.
Hwad Abdel (1948) Sundanese - boxer. 
Kasamiro Kashri Marchlo (1948) Sundanese - boxer. 
Shag Musa Medani (1948) Sundanese - long-distance runner. 
El-Mannan Mohsin Atta (1948) Sundanese - footballer. 
Ibrahim Saad Abdel Galil (1948) Sundanese - sprinter. 
Ahmed Mohamed El-Bashir (1949) Sundanese - footballer.
Mohamed Abdel Fatah (1949) Sundanese - footballer. 
Adam Mohamed Izz El-Din (1949) Sundanese - footballer. 
Mohamed El-Sir Abdalla / Kaunda (1949) Sundanese - footballer. 
Dafallah Sultan Farah (1949) Sundanese - sprinter. 
Ali Gagarin (1949) Sundanese - sprinter. 
Mohamed Musa Gadou (1949) Sundanese - sprinter. 
Mohamed Abakkar (1953) Sundanese - boxer. 
Hassan El Kashief (1956) Sundanese - sprinter. 
Omer Khalifa (1956) Sundanese - middle-distance runner.
Ahmed Musa Jouda (1957) Sundanese - long-distance runner. 
Abdel Rahman Massad (1957) Sundanese - long-distance runner. 
Tobi Pelly (1958) Sundanese - boxer. 
Hamid Fadul (1961) Sundanese - judoka. 
John Mirona (1962) Sundanese - boxer. 
Mohamed Hammad (1963) Sundanese - boxer. 
Awad Mahmoud (1963) Sundanese - judoka. 
Adam Hassan Sakak (1965) Sundanese - sprinter. 
Ahmed Adam Salah (1966) Sundanese - long-distance runner. 
Abdullah Ramadan (1966) Sundanese - boxer. 
Stephen Lugor (1967) Sundanese - sprinter. 
Khaled Ahmed Musa (1972) Sundanese - long jumper. 
Faisal Zakaria (1973) Sundanese - kickboxer. 
Ammar Ramadan (1977) Sundanese - footballer. 
Mohamed Babiker Yagoub (1977) Sundanese - middle-distance runner. 
Haitham Mustafa (1977) Sundanese - footballer. 
Faisal Agab (1978) Sundanese - footballer. 
Haytham Tambal (1978) Sundanese - footballer. 
Abdelrahman Isaac Karongo (1978) Sundanese - footballer. 
El Muez Mahgoub (1978) Sundanese - footballer. 
Todd Matthews-Jouda (1979) Sundanese - hurdler. 
Saif Eldin Ali Masawi (1979) Sundanese - hurdler. 
Mohammed Kamal (1979) Sundanese - footballer.
Bahaeddine Rihan (1979) Sundanese - footballer.
Richard Justin Lado (1979) Sundanese - footballer.
Amir Damar Koku (1979) Sundanese - footballer.
Mutaz Kabair (1980) Sundanese - footballer.
Mohamed Abdul Hamid (1980) Sundanese - swimmer. 
Bader Eldin Abdalla Galag (1981) Sundanese - footballer.
Khalid Jolit (1981) Sundanese - footballer.
Ala'a Eldin Yousif (1982) Sundanese - footballer. 
Ahmed El-Basha (1982) Sundanese - footballer. 
Khalefa Ahmed Mohamed (1983) Sundanese - footballer. 
Tariq Mukhtar (1983) Sundanese - footballer. 
Ismail Ahmed Ismail (1984) Sundanese - runner. 
Mosaab Omer (1984) Sundanese - footballer. 
Abdelhameed Amarri (1984) Sundanese - footballer. 
Omer Mohamed Bakhit (1984) Sundanese - footballer. 
Tag Eldin Ibrahim (1984) Sundanese - footballer. 
Mousa El Tayeb (1984) Sundanese - footballer. 
Muhannad El Tahir (1984) Sundanese - footballer. 
Mohammed Eldin (1985) Sundanese - footballer. 
Mohammed Ali El Khider (1985) Sundanese - footballer. 
Balla Jabir (1985) Sundanese - footballer. 
Salah Ibrahim (1985) Sundanese - footballer. 
Nasr Eldin El Shigail (1985) Sundanese - footballer. 
Hamouda Ahmed El Bashir (1984) Sundanese - footballer. 
Saeed Mustafa (1985) Sundanese - footballer. 
Nagmeldin Ali Abubakr (1986) Sudanese - sprinter. 
Mowaia Bashir (1986) Sundanese - footballer. 
Rabah Yousif (1986) Sundanese - sprinter. 
Omar Ibrahim Hammad (1986) Sundanese - footballer. 
Ramadan Alagab (1986) Sundanese - footballer. 
Amir Kamal (1987) Sundanese - footballer. 
Mac Koshwal (1987) Sudanese - basketball player.
Amer Kamal (1987) Sundanese - footballer. 
Bakri Al-Madina (1987) Sundanese - footballer. 
Ahmed Adam (1987) Sundanese - swimmer. 
Izzeldin Elhabib (1987) Sundanese - footballer. 
Mohamed Ahmed Bashir (1987) Sundanese - footballer. 
Sami Abdullah (1987) Sundanese - footballer. 
Akram El Hadi Salim (1987) Sundanese - footballer. 
Osman Mohammed (1987) Sundanese - footballer. 
Najm Eldin Abdallah Abdelgabar (1987) Sundanese - footballer. 
Abdalla Abdelgadir (1988) Sundanese - middle-distance runner. 
Juma Genaro (1988) Sundanese - footballer. 
Nizar Hamid (1988) Sundanese - footballer. 
Mudather El Tahir (1988) Sundanese - footballer. 
Mohamed Elkhedr (1988) Sundanese - swimmer. 
Mohammed Muddather (1988) Sundanese - footballer. 
Malik Mohammed (1989) Sundanese - footballer. 
Ali Mohd Younes Idriss (1989) Sundanese - high jumper. 
Abubaker Kaki Khamis (1989) Sundanese - middle-distance runner.
Osama Malik (1990) Sudanese - footballer.
Mohammed Musa (1990) Sudanese - footballer.
Mohamed Marhoum (1990) Sudanese - footballer.
Mohammed Salam (1990) Sudanese - footballer.
Thamer Jamal (1990) Sudanese - footballer.
Iszlam Monier Suliman (1990) Sundanese - judoka. 
Al Naem Mohamed Osman Al Noor (1990) Sudanese - footballer.
Raji Abdel-Aati (1990) Sundanese - footballer. 
Mohamed Abd Al Momen Ankba (1990) Sundanese - footballer. 
Awad El Karim Makki (1992) Sundanese - sprinter. 
Nadir Eltayeb (1992) Sundanese - footballer. 
Ahmed Ali (1993) Sundanese - sprinter. 
Faris Abdalla (1994) Sundanese - footballer. 
Mohamed Eisa (1994) Sundanese - footballer. 
Abdelrahim Mohamed Abdelrahim (1994) Sundanese - swimmer. 
Sharaf Shibun (1994) Sundanese - footballer. 
Abdelaziz Mohamed Ahmed (1994) Sundanese - swimmer. 
Abdalla Targan (1996) Sundanese - middle-distance runner. 
Abo Eisa (1996) Sundanese - footballer. 
Bol Bol (1999) Dinka Sudanese - basketball player.
Walaa Eldin Yaqoub (2000) Sundanese - footballer.
11 notes · View notes
dailymailcoid · 5 years
Text
Juventus Batal Jual Sami Khedira
Juventus Batal Jual Sami Khedira
Dailymail.co.id, Turin- Juventus dikabarkan berubah pikiran dan tidak jadi menjual gelandang senior Sami Khedira. Pemain asal Jerman itu berhasil meyakinkan pelatih baru Maurizio Sarri.
Khedira sebelumnya dikabarkan termasuk salah satu pemain yang akan dibuang Juventus sebelum bursa transfer musim panas 2019 ditutup. Pasalnya lini tengah Juventus saat ini sudah kegemukan.
ICC 2019: Atletico…
View On WordPress
0 notes
Text
Juventus Tolak Tawaran PSG Untuk Khedira
Juventus Tolak Tawaran PSG Untuk Khedira - Rencana PSG untuk mengakuisisi Sami Khedira dari Juventus nampaknya batal terlaksana. Klub asal Turin itu dikabarkan menolak tawaran PSG untuk gelandang asal Jerman tersebut. (prediksi liga champions)
Pada musim panas ini PSG memang tengah berburu gelandang bertahan baru. Mereka tengah mencari pengganti Thiago Motta yang meninggalkan klub di akhir musim lalu.
Satu nama yang kerap dihubungkan dengan PSG adalah Sami Khedira. Pelatih mereka, Thomas Tuchel bahkan mengakui bahwa ia sudah kerap berkomunikasi dengan eks Real Madrid tersebut.
Namun dilansir dari Calciomercato, transfer Khedira ke PSG nampaknya tidak akan terwujud. Pasalnya Juventus memutuskan untuk tidak menjual sang pemain pada musim panas ini.
Menurut laporan tersebut, pada awalnya Juventus sudah berniat untuk melepaskan Khedira. Mereka bahkan sudah mempersilahkan PSG untuk berbicara dengan sang pemain.
Namun Juventus dikabarkan tidak suka dengan sikap PSG yang menggantung Khedira. Sang gelandang hanya dijadikan opsi nomer kesekian, di mana mereka mencoba mengejar beberapa gelandang bertahan yang lain.
Karena itu, pihak Juve menilai PSG tidak serius untuk mendatangkan Khedira. Oleh karenanya mereka memutuskan untuk tidak menjual sang gelandang pada musim panas ini.
Juventus sendiri sejatinya sudah siap melepas Khedira. Mereka bahkan sudah mendatangkan Emre Can sebagai pengganti sang gelandang di musim panas ini.
Namun untuk saat ini, Juve dikabarkan akan tetap mempertahankan Khedira. Sang gelandang diharapkan bisa menjadi mentor yang baik bagi kompariotnya, Emre Can untuk menyesuaikan diri dengan sepakbola Italia.
Jika Can sudah mulai terbiasa, maka Juventus baru akan melepas Khedira di bursa transfer lagi.
Khedira sendiri bergabung dengan Juventus dari Real Madrid dengan cuma-cuma di tahun 2015. Jika PSG ingin mendatangkan sang pemain di musim panas ini, mereka harus membayar sebesar 50 juta Euro.
0 notes
rrowrrow · 7 years
Text
#darigrupsebelah
PESAN INDAH LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA (Copas dari sahabat) Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah. pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa. Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak. Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu. "Bagaimana pendapat ustadz mengenai tawassul?" Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu. "Wahai saudaraku," sapa Hasan Al-Banna jernih kepada si penanya. "Saya yakin engkau tidak hanya bertanya tentang tawasul saja. Engkau juga ingin bertanya tentang membaca salawat setelah azan, membaca Al Kahfi di hari Jumat, mengucap kata sayyidina dalam tasyahud, juga tentang membaca Alquran yang pahalanya ditujukan untuk mayit seseorang." Jama'ah majelis taklim itu kaget. Guru mereka bisa membaca isi pikiran mereka. Dan Hasan Al-Banna memang sengaja mengungkap beberapa masalah khilafiyah yang sedang mereka ributkan. Masalah itulah yang membuat murid-muridnya duduk berkelompok-kelompok. "Ya, benar. Saya memang ingin jawaban tentang itu semua," ujar si penanya tadi. Hasan Al-Banna menatapnya lembut. "Wahai saudaraku, saya ini bukan ulama. Hanya guru biasa yang hafal sebagian ayat-ayat Alquran, hadits, dan hukum-hukum agama yang saya baca dari beberapa kitab, lalu saya mengajarkannya kepada kalian. Jika engkau membawaku keluar dari lingkup itu, berarti kalian telah membuatku mengalami kesulitan," ungkap Hasan Al-Banna jujur. "Oleh karenanya, jika apa yang akan saya katakan dapat memuaskanmu, itulah yang saya inginkan dan silakan mendengarkan. Namun, jika engkau menginginkan jawaban dan pengetahuan yang lebih luas, maka tanyakanlah kepada selainku. Tanyakan kepada para ulama yang ahli. Merekalah yang mampu memberikan fatwa kepadamu mengenai apa yang engkau inginkan itu. Adapun saya, hanya inilah kapasitas keilmuan yang saya miliki. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas kesanggupannya," lanjut Hasan Al-Banna. Rupanya, ungkapan merendah Hasan Al-Banna itu berhasil mencairkan suasana kaku yang tercipta di antara hadirin. Mereka tampak lega dengan apa yang dikatakan guru mereka. Melihatnya, diam-diam Hasan Al-Banna bertahmid kepada Allah swt. Nalurinya sebagai pendidik tergugah. Ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran yang lebih kepada murid-muridnya. "Wahai saudaraku sekalian, saya sebenarnya tahu betul kemana arah pertanyaan tadi. Kalian ingin tahu saya ini termasuk kelompok Syeikh Musa atau Syeikh Sami. Ketahuilah, hal ini sama sekali tak bermanfaat bagi kalian. Kalian sudah tenggelam dalam iklim fitnah selama selama delapan tahun ini. Itu sudah cukup, " ucap Hasan Al-Banna memecah di keheningan masjid. "Masalah-masalah yang kalian perselisihkan sebenarnya sudah diperselisihkan oleh kaum muslimin selama ratusan tahun lamanya. Dan mereka masih saja berselisih. Meski demikian Allah swt. tetap ridha apabila kita saling mencintai dan saling menjalin persatuan. Allah swt. benci apabila kita berselisih dan berpecah belah. Oleh karena itu, saya berharap, kalian bisa berjanji kepada Allah untuk meninggalkan persoalan-persoalan semacam ini sekarang. Lalu kita bersungguh-sungguh untuk bersama-sama mempelajari dasar-dasar agama dan kaidah-kaidahnya, mengamalkan anjuran anjuran agama yang kita sepakati bersama, serta kita amalkan kewajiban-kewajiban dan sunah-sunahnya sekaligus. Kita tinggalkan sikap takalluf (mengada-ada) dan ta'ammuq (terlalu dalam menyelami persoalan) agar jiwa kita jernih. Dengan begitu, kita semua bisa mempelajari berbagai persoalan dalam naungan rasa cinta, saling percaya, persatuan, dan keikhlasan. Saya berharap agar kalian dapat menerima pendapatku ini dan agar hal ini menjadi suatu janji di antara kita," tutur Hasan Al-Banna panjang dan mendalam. Semua terdiam. Tampaknya mereka butuh contoh konkret atas uraian tadi. Hasan Al-Banna kembali menghentak keheningan itu. "Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi?" Seseorang mengacungkan jari. "Kemari!" "Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi'i?" Satu orang lagi maju, mendekat ke guru muda itu. "Saya akan shalat dan mengimami kedua saudara kita ini," kata Al-Banna kepada jama'ah majelis taklimnya. "Apa yang kamu lakukan saat saya sedang membaca Al-Fatihah?" tanya Hasan Al-Banna kepada muridnya yang mengaku bermazhab Hanafi. "Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa." "Saudaraku yang bermazhab Syafi'i, apa yang kamu lakukan?" "Saya tetap harus membaca AlFatihah!" jawabnya tegas. Hadirin mendengar jawaban kedua itu. Hasan Al-Banna kembali melemparkan pertanyaan. "Jika kita telah selesai shalat, bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Syafi'i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi?" "Shalatnya batal karena tidak membaca AlFatihah yang merupakan salah satu rukun shalat." Hasan Al-Banna melontarkan pertanyaan yang sama ke murid yang satunya lagi. "Lalu bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Hanafi tentang shalat saudaramu yang bermazhab Syafi'i?". "Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram." Mendengar kedua jawaban itu, Hasan Al-Banna segera mempertajam pertanyaannya. "Apakah karena alasan itu salah seorang dari kalian mengkafirkan yang lain?" "Tidak!" jawab keduanya cepat. Hasan Al-Banna kemudian berpaling ke seluruh hadirin. "Apakah ada di antara kalian yang mengkafirkan satu dari mereka karena bacaan Al-Fatihahnya?" . Tidak," kata seluruh jamaah majelis taklim tegas. "Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian bisa diam dan memaklumi permasalahan seperti ini padahal ini menyangkut sah atau batalnya shalat. Tapi, mengapa kalian berselisih tak kunjung usai hanya karena ucapan Allahumma shalli `ala Muhammad atau Allahumma shalli `ala sayyidina Muhammad dalam tasyahud?" Jama'ah majelis taklim itu tercengang. Ya, mengapa mereka bisa terjebak dalam perselisihan yang tak perlu. Dan logika sederhana guru mereka telah membongkar tempurung yang menutupi cakrawala berpikir mereka selama ini. Malam itu mereka mendapat pelajaran yang sangat berharga dari guru mereka, Hasan Al-Banna. *Dari berbagai sumber* .... Semoga kita memahami perbedaan.
0 notes
wildanajabbar-blog · 7 years
Text
LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA
Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah. pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa. Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak. Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu. "Bagaimana pendapat ustadz mengenai tawassul?" Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu. "Wahai saudaraku," sapa Hasan Al-Banna jernih kepada si penanya. "Saya yakin engkau tidak hanya bertanya tentang tawasul saja. Engkau juga ingin bertanya tentang membaca salawat setelah azan, membaca Al Kahfi di hari Jumat, mengucap kata sayyidina dalam tasyahud, juga tentang membaca Alquran yang pahalanya ditujukan untuk mayit seseorang." Jama'ah majelis taklim itu kaget. Guru mereka bisa membaca isi pikiran mereka. Dan Hasan Al-Banna memang sengaja mengungkap beberapa masalah khilafiyah yang sedang mereka ributkan. Masalah itulah yang membuat murid-muridnya duduk berkelompok-kelompok. "Ya, benar. Saya memang ingin jawaban tentang itu semua," ujar si penanya tadi. Hasan Al-Banna menatapnya lembut. "Wahai saudaraku, saya ini bukan ulama. Hanya guru biasa yang hafal sebagian ayat-ayat Alquran, hadits, dan hukum-hukum agama yang saya baca dari beberapa kitab, lalu saya mengajarkannya kepada kalian. Jika engkau membawaku keluar dari lingkup itu, berarti kalian telah membuatku mengalami kesulitan," ungkap Hasan Al-Banna jujur. "Oleh karenanya, jika apa yang akan saya katakan dapat memuaskanmu, itulah yang saya inginkan dan silakan mendengarkan. Namun, jika engkau menginginkan jawaban dan pengetahuan yang lebih luas, maka tanyakanlah kepada selainku. Tanyakan kepada para ulama yang ahli. Merekalah yang mampu memberikan fatwa kepadamu mengenai apa yang engkau inginkan itu. Adapun saya, hanya inilah kapasitas keilmuan yang saya miliki. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas kesanggupannya," lanjut Hasan Al-Banna. Rupanya, ungkapan merendah Hasan Al-Banna itu berhasil mencairkan suasana kaku yang tercipta di antara hadirin. Mereka tampak lega dengan apa yang dikatakan guru mereka. Melihatnya, diam-diam Hasan Al-Banna bertahmid kepada Allah swt. Nalurinya sebagai pendidik tergugah. Ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran yang lebih kepada murid-muridnya. "Wahai saudaraku sekalian, saya sebenarnya tahu betul kemana arah pertanyaan tadi. Kalian ingin tahu saya ini termasuk kelompok Syeikh Musa atau Syeikh Sami. Ketahuilah, hal ini sama sekali tak bermanfaat bagi kalian. Kalian sudah tenggelam dalam iklim fitnah selama selama delapan tahun ini. Itu sudah cukup, " ucap Hasan Al-Banna memecah di keheningan masjid. "Masalah-masalah yang kalian perselisihkan sebenarnya sudah diperselisihkan oleh kaum muslimin selama ratusan tahun lamanya. Dan mereka masih saja berselisih. Meski demikian Allah swt. tetap ridha apabila kita saling mencintai dan saling menjalin persatuan. Allah swt. benci apabila kita berselisih dan berpecah belah. Oleh karena itu, saya berharap, kalian bisa berjanji kepada Allah untuk meninggalkan persoalan-persoalan semacam ini sekarang. Lalu kita bersungguh-sungguh untuk bersama-sama mempelajari dasar-dasar agama dan kaidah-kaidahnya, mengamalkan anjuran anjuran agama yang kita sepakati bersama, serta kita amalkan kewajiban-kewajiban dan sunah-sunahnya sekaligus. Kita tinggalkan sikap takalluf (mengada-ada) dan ta'ammuq (terlalu dalam menyelami persoalan) agar jiwa kita jernih. Dengan begitu, kita semua bisa mempelajari berbagai persoalan dalam naungan rasa cinta, saling percaya, persatuan, dan keikhlasan. Saya berharap agar kalian dapat menerima pendapatku ini dan agar hal ini menjadi suatu janji di antara kita," tutur Hasan Al-Banna panjang dan mendalam. Semua terdiam. Tampaknya mereka butuh contoh konkret atas uraian tadi. Hasan Al-Banna kembali menghentak keheningan itu. "Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi?" Seseorang mengacungkan jari. "Kemari!" "Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi'i?" Satu orang lagi maju, mendekat ke guru muda itu. "Saya akan shalat dan mengimami kedua saudara kita ini," kata Al-Banna kepada jama'ah majelis taklimnya. "Apa yang kamu lakukan saat saya sedang membaca Al-Fatihah?" tanya Hasan Al-Banna kepada muridnya yang mengaku bermazhab Hanafi. "Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa." "Saudaraku yang bermazhab Syafi'i, apa yang kamu lakukan?" "Saya tetap harus membaca AlFatihah!" jawabnya tegas. Hadirin mendengar jawaban kedua itu. Hasan Al-Banna kembali melemparkan pertanyaan. "Jika kita telah selesai shalat, bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Syafi'i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi?" "Shalatnya batal karena tidak membaca AlFatihah yang merupakan salah satu rukun shalat." Hasan Al-Banna melontarkan pertanyaan yang sama ke murid yang satunya lagi. "Lalu bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Hanafi tentang shalat saudaramu yang bermazhab Syafi'i?". "Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram." Mendengar kedua jawaban itu, Hasan Al-Banna segera mempertajam pertanyaannya. "Apakah karena alasan itu salah seorang dari kalian mengkafirkan yang lain?" "Tidak!" jawab keduanya cepat. Hasan Al-Banna kemudian berpaling ke seluruh hadirin. "Apakah ada di antara kalian yang mengkafirkan satu dari mereka karena bacaan Al-Fatihahnya?" . Tidak," kata seluruh jamaah majelis taklim tegas. "Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian bisa diam dan memaklumi permasalahan seperti ini padahal ini menyangkut sah atau batalnya shalat. Tapi, mengapa kalian berselisih tak kunjung usai hanya karena ucapan Allahumma shalli `ala Muhammad atau Allahumma shalli `ala sayyidina Muhammad dalam tasyahud?" Jama'ah majelis taklim itu tercengang. Ya, mengapa mereka bisa terjebak dalam perselisihan yang tak perlu. Dan logika sederhana guru mereka telah membongkar tempurung yang menutupi cakrawala berpikir mereka selama ini. Malam itu mereka mendapat pelajaran yang sangat berharga dari guru mereka, Hasan Al-Banna. *Dari berbagai sumber* Andri Abdurrahman
0 notes
Text
LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah. pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa. Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak. Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu. "Bagaimana pendapat ustadz mengenai tawassul?" Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu. "Wahai saudaraku," sapa Hasan Al-Banna jernih kepada si penanya. "Saya yakin engkau tidak hanya bertanya tentang tawasul saja. Engkau juga ingin bertanya tentang membaca salawat setelah azan, membaca Al Kahfi di hari Jumat, mengucap kata sayyidina dalam tasyahud, juga tentang membaca Alquran yang pahalanya ditujukan untuk mayit seseorang." Jama'ah majelis taklim itu kaget. Guru mereka bisa membaca isi pikiran mereka. Dan Hasan Al-Banna memang sengaja mengungkap beberapa masalah khilafiyah yang sedang mereka ributkan. Masalah itulah yang membuat murid-muridnya duduk berkelompok-kelompok. "Ya, benar. Saya memang ingin jawaban tentang itu semua," ujar si penanya tadi. Hasan Al-Banna menatapnya lembut. "Wahai saudaraku, saya ini bukan ulama. Hanya guru biasa yang hafal sebagian ayat-ayat Alquran, hadits, dan hukum-hukum agama yang saya baca dari beberapa kitab, lalu saya mengajarkannya kepada kalian. Jika engkau membawaku keluar dari lingkup itu, berarti kalian telah membuatku mengalami kesulitan," ungkap Hasan Al-Banna jujur. "Oleh karenanya, jika apa yang akan saya katakan dapat memuaskanmu, itulah yang saya inginkan dan silakan mendengarkan. Namun, jika engkau menginginkan jawaban dan pengetahuan yang lebih luas, maka tanyakanlah kepada selainku. Tanyakan kepada para ulama yang ahli. Merekalah yang mampu memberikan fatwa kepadamu mengenai apa yang engkau inginkan itu. Adapun saya, hanya inilah kapasitas keilmuan yang saya miliki. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas kesanggupannya," lanjut Hasan Al-Banna. Rupanya, ungkapan merendah Hasan Al-Banna itu berhasil mencairkan suasana kaku yang tercipta di antara hadirin. Mereka tampak lega dengan apa yang dikatakan guru mereka. Melihatnya, diam-diam Hasan Al-Banna bertahmid kepada Allah swt. Nalurinya sebagai pendidik tergugah. Ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran yang lebih kepada murid-muridnya. "Wahai saudaraku sekalian, saya sebenarnya tahu betul kemana arah pertanyaan tadi. Kalian ingin tahu saya ini termasuk kelompok Syeikh Musa atau Syeikh Sami. Ketahuilah, hal ini sama sekali tak bermanfaat bagi kalian. Kalian sudah tenggelam dalam iklim fitnah selama selama delapan tahun ini. Itu sudah cukup, " ucap Hasan Al-Banna memecah di keheningan masjid. "Masalah-masalah yang kalian perselisihkan sebenarnya sudah diperselisihkan oleh kaum muslimin selama ratusan tahun lamanya. Dan mereka masih saja berselisih. Meski demikian Allah swt. tetap ridha apabila kita saling mencintai dan saling menjalin persatuan. Allah swt. benci apabila kita berselisih dan berpecah belah. Oleh karena itu, saya berharap, kalian bisa berjanji kepada Allah untuk meninggalkan persoalan-persoalan semacam ini sekarang. Lalu kita bersungguh-sungguh untuk bersama-sama mempelajari dasar-dasar agama dan kaidah-kaidahnya, mengamalkan anjuran anjuran agama yang kita sepakati bersama, serta kita amalkan kewajiban-kewajiban dan sunah-sunahnya sekaligus. Kita tinggalkan sikap takalluf (mengada-ada) dan ta'ammuq (terlalu dalam menyelami persoalan) agar jiwa kita jernih. Dengan begitu, kita semua bisa mempelajari berbagai persoalan dalam naungan rasa cinta, saling percaya, persatuan, dan keikhlasan. Saya berharap agar kalian dapat menerima pendapatku ini dan agar hal ini menjadi suatu janji di antara kita," tutur Hasan Al-Banna panjang dan mendalam. Semua terdiam. Tampaknya mereka butuh contoh konkret atas uraian tadi. Hasan Al-Banna kembali menghentak keheningan itu. "Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi?" Seseorang mengacungkan jari. "Kemari!" "Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi'i?" Satu orang lagi maju, mendekat ke guru muda itu. "Saya akan shalat dan mengimami kedua saudara kita ini," kata Al-Banna kepada jama'ah majelis taklimnya. "Apa yang kamu lakukan saat saya sedang membaca Al-Fatihah?" tanya Hasan Al-Banna kepada muridnya yang mengaku bermazhab Hanafi. "Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa." "Saudaraku yang bermazhab Syafi'i, apa yang kamu lakukan?" "Saya tetap harus membaca AlFatihah!" jawabnya tegas. Hadirin mendengar jawaban kedua itu. Hasan Al-Banna kembali melemparkan pertanyaan. "Jika kita telah selesai shalat, bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Syafi'i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi?" "Shalatnya batal karena tidak membaca AlFatihah yang merupakan salah satu rukun shalat." Hasan Al-Banna melontarkan pertanyaan yang sama ke murid yang satunya lagi. "Lalu bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Hanafi tentang shalat saudaramu yang bermazhab Syafi'i?". "Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram." Mendengar kedua jawaban itu, Hasan Al-Banna segera mempertajam pertanyaannya. "Apakah karena alasan itu salah seorang dari kalian mengkafirkan yang lain?" "Tidak!" jawab keduanya cepat. Hasan Al-Banna kemudian berpaling ke seluruh hadirin. "Apakah ada di antara kalian yang mengkafirkan satu dari mereka karena bacaan Al-Fatihahnya?" . Tidak," kata seluruh jamaah majelis taklim tegas. "Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian bisa diam dan memaklumi permasalahan seperti ini padahal ini menyangkut sah atau batalnya shalat. Tapi, mengapa kalian berselisih tak kunjung usai hanya karena ucapan Allahumma shalli `ala Muhammad atau Allahumma shalli `ala sayyidina Muhammad dalam tasyahud?" Jama'ah majelis taklim itu tercengang. Ya, mengapa mereka bisa terjebak dalam perselisihan yang tak perlu. Dan logika sederhana guru mereka telah membongkar tempurung yang menutupi cakrawala berpikir mereka selama ini. Malam itu mereka mendapat pelajaran yang sangat berharga dari guru mereka, Hasan Al-Banna. *Dari berbagai sumber*
0 notes