Tumgik
#sajak singkat
antasmira · 11 months
Text
Mereka memberikan aku apa yang mereka harap mereka miliki ketika berada diusiaku—yang semestinya mereka berikan pada diri mereka sendiri—seolah itu akan melengkapiku—padahal mereka tengah melengkapi dirinya melalui aku.
—aku harap mereka pernah bertanya, apa aku bahagia?
©antasmira
16 notes · View notes
Text
Selesaikan "masalahmu", lalu menikahlah.
Menikah itu bukanlah jalan keluar dari masalah. Masalah yang di maksud adalah, ketika kamu masih merasa belum bisa membahagiakan orang tua, belum bisa berdamai dengan dirimu sendiri, belum selesai dengan masa lalu, atau hal-hal lain yang sekiranya masih mengganjal dalam hidupmu.
Singkatnya begini, menikahlah ketika sudah siap dari segala sudut pandang.
▪︎☆《axcy》☆▪︎
5 notes · View notes
kata-renjana · 2 years
Text
Begitu singkat temuku denganmu, Tuan.
Seperti mimpi.
Salahku, ini hukumanku.
Hukuman atas hal yang dulu aku berikan padamu, aku sakiti perasaanmu, dengan dalih aku ingin sendiri.
Sekarang, saat aku sembuh dan mencoba menyapamu. Kamu sambut aku dengan sangat baik; aku terlena dalam sekejap mata. Aku jatuh cinta.
Dalam sekejap mimpiku sirna, hilang begitu saja. Yang tersisa hanya tangis dan sesak didadaku.
Kamu seperti mimpi, yang belum sempat aku peluk di dalam tidurku, mimpi itu jauh terbang tak terlihat lagi.
Benar; mungkin ini hukumankuㅡ
33 notes · View notes
absurdmarjinal · 10 months
Text
Hartzeer dagboek
Oke deh , apakah aku harus menggabungkan metode Buddha dan kristen kembali 😓? Hemmh suatu cara lama yang pernah aku lakukan sih, singkat cerita aku mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan yang sebenarnya membuatku dendam dan jengkel , hingga akhirnya aku teringat kembali bahwa ya aku pernah membaca ajaran buddha , istrinya pakddha , hahahahahha
Ajaran yang pernah membuatku kagum ketika aku berada di persimpangan iman , bagaimana tidak jika aku boleh jujur aku menderita ,menderita karena mengingat suatu masa lalu dan menderita karena kemelekatan kepada sesuatu tentang teman ,
Mungkin bisa kugambarkan dengan sajak berbahasa belanda ini
Hartzeer is een onzichtbare pijn
ik ben egoïstisch ,Ze moeten me vinden
Ik ben dicht bij ze geweest
Ze zouden het moeten onthouden
Maar alleen ik herinner het me
En ze vergaten het
Begitulah , apa yang menyebabkan penderitaan ini ? , Iyaa , yaitu Upadana
Upadana
Upadana adalah kemelekatan , aku terpaksa harus berkata bahwa ajaran buddha memiliki penjelasan yang rinci tentang hal ini
Paṭiccasamuppāda atau Kemunculan Ketergantungan ,Paṭiccasamuppāda secara sederhana tertuang dalam kalimat:
imasmiṃ sati idaṃ hoti
Dengan adanya ini, maka ada itu.
imassuppādā idaṃ uppajjati
Dengan timbulnya ini maka timbullah itu.
imasmiṃ asati idaṃ na hoti
Dengan tidak adanya ini maka tidak ada itu.
imassa nirodhā idaṃ nirujjhati.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Begitulah , kemelekatan adalah awal dari penderitaan tapi hal tersebut ya masih asumsiku tentang sebuah sakit hati aaahh , sudahlah , aku campur aja catatanku
Vandaag kwam ik naar de tentoonstelling en ontmoette haar- 10 Juli 2023
4 notes · View notes
syaankara · 1 year
Text
Berkenalan Untuk Lebih Dekat
Jika pertemuan tanpa adanya perkenalan di antara kita
Bagaikan berdialog dengan angin
Lewat begitu saja, tanpa meninggalkan kesan
Hanya ada rasa yang ambigu
•••••
Kenalilah aku dari diriku, bukan dari orang lain. Akan tetapi, mereka juga berhak berspekulasi apapun tentang diriku. Aku tak membatasi hal itu. Asalkan kau mengenalku dari diriku sendiri terlebih dahulu.
Sya Ankara... Itulah namaku, nama yang indah dengan makna yang tak kalah indahnya, seperti langit yang menginspirasiku menulis ini. Bercerita tentang diriku sepertinya bukan hal yang sulit, namun aku harus membatasinya agar kau dapat menelusuri setiap inci diriku dengan pandanganmu sendiri.
Di awal pertemuan kita ini, aku ingin mengajakmu berkelana menelusuri duniaku. Dunia seorang anak manusia yang sangat menyukai langit, senja, dan hujan.
Hey kamu yang sedang memandangku. Maksudku, memandang ponsel sambil berbaring atau mendengarkan musik atau saat ini kau sedang merasa sendiri?
Tenanglah, aku di sini untukmu, hehe.
Panggil saja aku Sya, singkat bukan? Mungkin aku bukanlah temanmu atau sahabatmu. Tapi, aku harap pertemuan kita tak hanya sampai di sini saja ya...
Akan ada kisah-kisah penuh makna yang nantinya akan aku bagikan denganmu di sini. Di tempat ini.
Jadi, selamat datang di duniaku...
Berbicara tentang langit.
Ada sedikit sajak yang ingin aku utarakan untukmu.
Langkah kakiku yang dulu terseok-seok
Antara harus terus berjalan atau berhenti untuk menelusuri cakrawala ini
Nyanyian yang begitu bising menari di kepalaku
Gertakan demi gertakan yang kuciptakan sendiri
Ilusi yang kian membelengguku
Tidak sepatutnya aku mencela, bahwa saat ini aku telah menjadi sesosok manusia yang lebih baik.
Selasa, 15 November 2022
13 notes · View notes
lailatulhaq-blog · 1 year
Text
In My Way - Menuju Kesempurnaan (1)
Sebuah sequel dari cerpen On My Way yang bisa dibaca pada https://www.instagram.com/lailatulhaq_/
------------------------------------------------------------------------------
“Akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Dua tahun sudah Kirana bekerja sebagai penulis di suatu lembaga penerbitan. Meskipun baru satu buku yang berhasil diterbitkan, tak pernah terbayangkan jika sebuah kebiasaan yang terbangun sejak kecil bisa membawanya masuk ke dalam dunia profesional kepenulisan. Semua bermula saat dia menginjak usia yang ke sembilan. Kirana mendapatkan kado ulang tahun dari sang Ibu berupa buku harian.
“Kamu bisa menceritakan kegiatan sehari-hari, segala hal yang terjadi, dan apa yang kamu rasakan di buku ini Rana. Apapun yang kamu pikirkan dan kamu rasakan, biasakan untuk menjadikannya sebuah tulisan ya.” Pesan sang Ibu yang secara tidak sadar tersimpan dengan baik di rekaman alam bawah sadarnya.
Selama 16 tahun terakhir dalam hidupnya, menulis adalah kebiasaan yang senantiasa menemani hari-harinya. Hampir tidak pernah Kirana melewatkannya. Terkadang yang ditulisnya adalah sebuah sajak, puisi, atau sekedar curahan hati singkat sebagai bentuk keluh kesahnya. Namun seiring bertambahnya usia, Kirana mulai berani untuk mengubah kisahnya menjadi sebuah cerita yang kemudian dia unggah ke media sosialnya. Tepatnya pada sebuah akun yang tidak pernah dia buka identitas asli penulisnya.
Keinginan untuk menulis cerita pendek pada awalnya muncul setelah Kirana mendapatkan pujian dari Bu Kika, gurunya saat SMA. Padahal dia menulis cerita pertamanya saat kelas 12 hanya untuk menyelesaikan ujian prakteknya. Itu pun ceritanya dia ambil dari curhatan di buku hariannya, yang tentu dia elaborasi lebih dulu agar tidak terlihat sebagai sebuah kisah nyata. Tapi apreasiasi dari Bu Kika berupa nilai tertinggi pada ujian praktek Bahasa Indonesia, membuatnya ingin kembali mencoba. Hingga tanpa sadar Kirana sudah menghasilkan begitu banyak cerita, meski hal ini hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya saja.
Hari ini Kirana diminta untuk mengisi sebuah acara seminar kepenulisan yang diselenggarakan oleh kantor penerbitannya yang berada di Yogyakarta. Dia memutuskan untuk pergi menggunakan kereta. Perjalanan Surakarta (Solo) – Yogyakarta sudah sering ditempuhnya minimal dua bulan sekali apabila ada kebutuhan untuk datang ke kantornya. Seorang penulis memang bisa bekerja di mana saja, tapi tentu dia tetap punya kewajiban untuk hadir pada saat ada pembahasan terkait pencetakan dan penerbitan bukunya.
“Hai Kirana, ternyata kamu sudah tiba. Bagaimana perjalananmu di kereta?”
“Aman Mba Rara, seperti biasa.”
“Baiklah, silahkan bersiap dulu ya, setelah itu kita pengarahan di aula.”
“Siap Mba, aku duluan masuk ya.” 
Rara Samitha, editor buku pertama Kirana yang sudah bekerja 5 tahun di Bentang Pustaka. Lebih tepatnya bekerja di bawah Mba Farida Nur Latifa, Pemimpin Redaksi yang merupakan kakak Hisyam satu-satunya. Mba Farida yang tanpa Kirana tahu sudah membaca semua ceritanya yang ada di media sosial dengan mode invisible selama 4 tahun lamanya. Ini semua terjadi karena Hisyam dengan ringannya membeberkan semua cerita Kirana kepada kakaknya. Hanya karena agenda pertama Kirana di Solo dua tahun lalu membuatnya tidak sengaja bertemu dengan Hisyam, teman SMA nya yang mengetahui bahwa Kirana jago menulis dari Bu Kika. Tentu saja teman-temannya tahu dan langsung menyematkan identitas penulis kepada Kirana karena pujian dan pengumuman nilai tertinggi saat itu disebutkan Bu Kika di depan kelas mereka. Hisyam juga begitu antusias dan memaksa Kirana untuk menunjukkan karya-karyanya saat dua tahun lalu mereka bertemu di taman kota.
“Apa yang menjadi motivasi Anda untuk berprofesi sebagai penulis dan masuk ke dalam industri kepenulisan? Selain karena faktor utamanya adalah kebiasaan Anda sejak kecil yang suka menulis di buku harian.” Moderator dari tim Bentang mulai mengajukan pertanyaan. Seminar kali ini memang dirancang untuk bisa menginspirasi para peserta dan meningkatkan minat mereka terhadap dunia kepenulisan.
“Pada dasarnya setiap manusia itu dianugerahi kemampuan untuk berpikir oleh Tuhan. Setiap pikiran manusia itu unik sehingga bisa memunculkan berbagai macam pandangan. Ketika membuat sebuah karya tulisan, tentu saya tidak hanya menghadirkan perspektif saya sendirian. Kita semua tahu dalam menulis dibutuhkan riset yang mendalam. Proses riset itu terasa sangat menyenangkan. Saya bisa berdiskusi banyak hal dengan banyak orang dan memahami bagaimana mereka menyikapi suatu persoalan. Bisa belajar dari pengalaman, keberhasilan, bahkan kesalahan mereka dalam kehidupan. Tentu ini semua dilakukan setelah saya tahu tahapan apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah tulisan.”
“Setelah itu, saya sangat senang ketika bisa membagikan pandangan-pandangan yang saya dapatkan tersebut kepada lebih banyak orang. Merangkainya dalam suatu cerita fiksi dengan menyamarkan tokoh asli dalam cerita dan juga dengan mengaburkan latar belakang. Tetapi meskipun begitu, para pembaca tetap bisa mengambil pelajaran yang saya siratkan dalam sebuah alur cerita panjang.” Kirana menyampaikan alasan yang pada akhirnya membuat dia bertahan dengan profesinya sekarang.
“Mba Kirana, Anda itu kan sarjana administrasi bisnis bukan sastra. Apakah tidak merasa sia-sia dengan semua ilmu yang sudah Anda punya? Apa pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjadi penulis yang maaf secara stigma adalah pekerjaan yang kurang sejahtera,” seru seorang mahasiswi yang menggunakan almamater kampusnya setelah dipersilahkan untuk bertanya.
“Aku percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dengan apa yang sebelumnya sudah ditakdirkan untuk kita. Kalaupun kita merasa sudah salah memilih jalan pada kehidupan sebelumnya, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil untuk menjadi bekal di perjalanan selanjutnya. Menjadi penulis tidak pernah ada dalam rencana perjalanan saya. Tapi secara tidak sadar saya sudah mempersiapkan bekal untuk berjalan kearahnya. Kebiasaan menulis sejak kecil yang memang ditanamkan oleh Ibu saya. Setelah menjalaninya, tidak ada yang salah karena tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Perjalanan sebelumnya malah menjadi ide awal untuk saya membuat buku pertama. Objek riset saya diawali dengan diri saya sendiri dan hal ini mempermudah saya dalam merancang premis cerita. Tapi tentu saya tidak berhenti untuk terus menggali maksud Tuhan membukakan pintu ini bagi saya. Selama kita tidak berhenti untuk terus mencari tahu dan merefleksikan perjalanan hidup kita, pasti akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Tidak ada yang tahu bahwa Kirana mengalami pergolakan batin yang cukup kuat saat diterima sebagai salah satu penulis di Bentang Pustaka. Cerita yang dibuatnya selama ini merupakan modal awal untuk bisa menerbitkan buku melalui Bentang menurut Mba Farida. Di satu sisi Kirana merasa bahagia karena pada akhirnya dia bisa bekerja. Namun di sisi lain dia merasa belum punya alasan kuat untuk terjun di dunia yang jauh berbeda dengan latar belakang pendidikannya. Seperti pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang mahasiswi di acara seminar kepenulisan Bentang Pustaka, Kirana juga sempat ragu terhadap pendapatan seorang penulis apakah bisa menghidupi kebutuhannya atau tidak. Tapi karena pekerjaan yang ditawarkan Mba Farida melalui Hisyam saat itu adalah satu-satunya jalan yang terbuka, dia terus meyakinkan dirinya untuk mencoba dan berusaha. Sampai akhirnya Kirana mulai menikmati prosesnya. Sembari melakukan refleksi terus menerus untuk mengetahui apa yang dia inginkan sebenarnya. Bentuk kesuksesan seperti apa yang ingin dia raih di kehidupannya. Lebih jauhnya lagi Kirana selalu memikirkan hakikat penciptaan Tuhan akan dirinya.
Bersambung..
5 notes · View notes
lanangsblog · 2 years
Text
Tumblr media
INGAR BINGAR
Pukul 07.30 am Pada jam yang sering ku dapati setiap hari aku terbangun dari tidur, entah mimpi apa tadi aku tidak sebegitu menghiraukan, aku cek gawai ku tidak ada notif dari siapapun yang tiba di beranda media sosial, aku menghela nafas, berdoa untuk hari ini mencoba lebih baik dari segala ketidak mungkinan yang siap menyerangku baik itu hal buruk atau hal baik, aku berharap akan ada hal baik hari ini. Aku bergegas dari kamar tidur ke dapur menyiapkan air hangat dan sarapan, kemudian membasuh tubuh beserta jiwa - jiwa yang lelah. Aku beberes rapi di depan kaca berkata kepada diri. “Halo Rain, wow it’s so good, can you smile, Have a good day” ku seruput kopi yang sudah ku seduh, sembari memutar playst di spotify dari album Jhon lennon, sajak itu selalu terngiang di kepalaku “ let it be..- let it be..”
Apakah semua hal di dunia ini harus di ikhlaskan dan di terima seperti seharusnya, mengalir begitu saja. Tersadar dari lamunan, aku sudah terlambat untuk melangkah keluar dari kost menuju dunia yang hingar - bingar. Dimana semua penghuninya sibuk memakai topengnya masing - masing entah itu agar terlihat baik atau buruk di depan manusia lainnya, aku tidak peduli dengan itu, toh semua manusia memiliki topengnya masing - masing untuk terlihat baik - baik saja bahkan sama dirinya sendiri manusia mempunyai itu. Kita kerap memperhatikan di luar nalar seperti hal yang belum pernah terjadi, takut akan hal - hal buruk, padahal kita lupa akan hal baik yang bahkan sering terlewatkan. kita dapati di internet, di sekitar, atau bahkan di dalam diri kita sendiri.
Singkat cerita aku sampai di halte dari beberapa kilo meter jalan kaki dari tempat ku beranjak, semakin siang, dunia dan isinya semakin hiruk - pikuk, bejubel, suara - suara kelakson transportasi, semua memainkan perannnya masing - masing, semua sibuk mengejar waktunya masing - masing, entah mengejar apa aku tidak tahu, bisa jadi demi mimpi atau bisa jadi demi isi perut sendiri, entahlah semoga bukan untuk hal yang gak membuat nyaman hingga kehilangan diri sendiri, bus tiba, aku menaikinya ku dapat i kursi kosong paling pojok, aku terduduk menghela napas dalam - dalam, begitupun bus memainkan perannya melaju untuk para penumpang yang jiwa - jiwanya butuh apa. Seketika hujan turun deras, ku pandangi langit yang tadinya cerah menawan tiba - tiba berubah menjadi awan lautan yang gelap di temani gemuruh guntur di cakrawala yang kabut. Aku terdiam, aku bersandar pada kursi bus, ku dapati jalanan yang basah dari jendela bus yang semakin melaju, tersadar riuh isi kepala, aku tak karuan ingin menyampaikan.
Hujan
Langit pun menangis
Melihat bumi yang semakin lama semakin terkikis,
Oleh tangan - tangan yang anarkis
Adakah rasa solidaritalis,
Dari jiwa - jiwa yang manusiawis
Dimana rasa normalis
Yang katanya kita nasionalis,
Atau kita sengaja menjadi pisikimis
Membiarkan bumi terhempas habis .
3 notes · View notes
semestaaksa-ra · 2 years
Text
Surut cakrawala୭ 🕊.⋆。⋆༶⋆
Sang keindahan..
Terbenam jika tlah waktunya
Menghilang jauh dari pandangan
Menyelipkan pertemuan singkat
Tersirat rindu dan bayang
Senja kini tenggelam oleh hujan
Gelap tergantikan oleh bulan
Kisah di penghujung cakrawala
label/ragn
3 notes · View notes
diaryhimasze · 24 days
Text
Hai abang..
Suka banget deh liat kamu makin sukses
Meskipun aku hanya melihatmu dari jauh
Kini kita ada di jalan masing² heheee
Aku di jalanku, Kamu berada di jalanmu
Abang liat kan?
Aku tetap bertahan meskipun sendiri
Aku tetap ada meskipun hatiku tiada
Maafin aku bang
Aku sudah tak mampu menjangkaumu
Aku sudah mencintai diriku bang
Seberapa banyak orang pergi
Aku tetap berdiri meskipun tertatih
Aku selalu melihat progress²mu
Abang..
Abang tau nggak aku sedang terpuruk
Aku tak sebahagia di layar kaca
Aku hanya menyibukkan diri
Dari luka batinku yg masih basah
Makasih yah pernah ada di masa²ku
Cerita kita memang singkat
Tapi jejak² ambis karirku masih ada
Dan hanya itu yg buatku trus gigih
Abang...
Kalau nanti kita sukses
Semoga aku terkenang selamanya
Di karyamu & relungmu
Abang..
Namamu terkenang di sajakku
Iya, Sajak kita berdua
Hasil kolaborasi kita berdua
Baik² disana yah abang
Siapapun nanti wanitamu
Semoga berkah menyertaimu
Aku masih disini..
Dengan segala ambisku
Meraih asa tak kenal payah
Meraih apa yang dikira langka
Semoga nantinya..
Ada pundak yang selalu sedia
Dikala tawa & duka
Seorang yang temaniku
Hingga ujung nafasaku tiada
Cerita kita singkat
Tapi siapa sih yg gak terpikat?
Assek😋
Sidoarjo, 3 April 2024
0:05 WIB
#Abang #Gigih #AboutYou #Karier
0 notes
ginaputritiwi · 8 months
Text
Membeli Sesuatu Untuk Diri Sendiri
Tumblr media
Sudah lama rasanya aku tidak menggunakan duit ku sendiri untuk "hedon" , tapi mungkin kata hedon terlalu berlebihan, lebih tepatnya mengeluarkan uang untuk kesenangan diri sendiri. Benar-benar sudah lama sekali rasanya.
Karena gaji memang lebih banyak habis untuk diberikan ke keluarga dan kebutuhan rumah tangga setiap bulannya. Dan ternyata "membeli" sesuatu untuk diri sendiri itu butuh.
Tanggal 3 kemarin menyenangkan diri kecil-kecilan dengan datang ke Pesta Literasi Hari ke-3 include masuk ke Konser Literasi nya.
Tumblr media
Walaupun hari itu emang bukan jodohnya kebagian tempat duduk pas workshop narasumbernya 'si cowok di kost2an putri' alias nicholas saputra (entah sejak kapan ya nyebut dia tuh cowok di kost2an putri soalnya suka becandaan sama temen setiap nicholas saputra ngeposting sesuatu di IG pasti komentarnya rame cewek2 ngaku istri/pacarnya kaya kost2an putri wkwkwkw)
Tapi aku tetep terhibur dengan pembacaan puisi dari tiga penulis puisi hebat yg karya2nya sudah pernah aku baca, ada om Jokpin si legend penyair, mas Aam yg puisinya selalu bikin baper dan Mba Tere yang puisinya ga gagal bikin yg denger ternganga. Sebuah pengalaman hebat mendengarkan secara langsung mereka membaca sajak demi sajak di ruangan gelap kedap suara. Kami semua terdiam.
Tumblr media
Selanjutnya ada penampilan yang hampir dari kami semua tunggu-tunggu yaitu penampilannya Sal Priadi. 1 Jam yang singkat bener-bener terasa kurang, ditambah Mas Sal ini pintar sekali berinteraksinya dengan penonton seolah-olah beliau bukan lagi manggung tapi lagi ngobrol sama temen.
Dan akhirnya Mas Sal berhasil ngebawain lagu favoritku, lagu yang akhir-akhir ini lagi sering aku dendangkan di spotify, seperti belum percaya bisa lihat langsung sosok aslinya membawakan lagu favorit.
Yah segitu saja cerita singkat dan telat dari aku yang akhirnya merasa puas menggunakan gaji untuk diriku sendiri 💙 Kapan-kapan lagi ya~
1 note · View note
tintabara · 9 months
Text
Gelas ketiga americano mulai tandas. Lagu yang sama masih bersenandung lirih di daftar putar.
"Berhenti, ulangi, psikolog dan terapi. Aku isi bensin, kita coba lagi"
Sepekan sudah dilema bersarang di kepala. Ia meringkuk nyaman, membuat mataku betah terjaga hingga pukul dua. Banyak kalimat, bait-bait sajak hingga penggalan lirik kukutip singkat melalui catatan gawai, namun tak kunjung kuteruskan melalui pesan singkat. Setengah tahun berlalu sejak terakhir kali cuitan resahmu lalu-lalang di linimasa. Sebelum akhirnya berakhir di daftar blokir sosial media.
Benakku dilingkupi tanya �� selama berbulan-bulan telingaku membangun jarak, kemana keluh kesahmu berpulang? Apakah pada halaman kosong catatan saku? atau pada dinding kamar yang dipenuhi corak pensil warna?
Ntah..
Semesta memang dilingkupi hal-hal tak terduga. Tanpa aba-aba, kini ruang sunyiku kembali bising oleh ulasan memori tentangmu. Jika kau izinkan, akan kukutip sepenggal kalimat untuk kau simpan;
Mari bereinkarnasi dan bertemu kembali sebagai dua sosok asing. Jika kelak langit runtuh dan kita terlahir sebagai dua entitas baru, maka bulat kuputuskan untuk mencintaimu sekali lagi.
1 note · View note
antasmira · 2 years
Text
Zona nyaman.
Ketika aku remaja, banyak orang berkata bahwa kita harus keluar dari zona nyaman. Statement itu cukup membuatku takut dan khawatir. Karena untuk menghadapi dunia yang baru, asing dan tak kupahami adalah hal yang mengerikan. Aku tak dapat membayangkan, akan seberapa frustasi aku untuk menghadapinya.
Saat ini, bisa kukatakan aku tak pernah benar-benar keluar dari zona nyamanku. Sesekali, aku melakukannya untuk tahu apa yang tengah terjadi dengan dunia ini. Hanya ketika aku sudah lelah bahkan nyaris gila, aku kembali pada zona nyamanku.
Atau pada hari lain, aku mengundang apa yang ada di luar sana, untuk masuk ke zona nyamanku. Jika aku ditakdirkan untuk hal itu, ia akan cukup dan tinggal disana. Tapi jika tidak, tak apa. Aku tak akan memaksakan diriku atau hal itu untuk tinggal.
Pada titik ini—aku dua puluh empat tahun, memiliki kekhawatiran, ketakutan, tetap berusaha tenang dan menghargai apa yang takdir berikan padaku. Ini menyebalkan dan melelahkan, tapi ini yang telah kupilih.
Dapat kukatakan aku tengah mencoba keluar dari zona nyamanku, selagi mempertanyakan apa ini hal yang benar. Sesekali aku berlari masuk ke zona nyamanku yang justru tak lagi terasa nyaman. Jika aku tetap tinggal disana, apa makna perjalanan panjang yang telah kutempuh?
Jadi, dimana aku? Akupun tak tahu. Hanya berjalan, dan terus berjalan.
©antasmira
Instagram | Twitter | Storial | Spotify | Pinterest
2 notes · View notes
sajak-bumi · 11 months
Text
Bara Semangat
Pergantian fase hari menuju senja kali ini, menyisakan obrolan singkat hingga berhasil mematrikan nasihat serta menidurkan ego yang tengah terbangun.
Api yang tengah membakar bara yang salah, untungnya berhasil dipadamkan
Beruntungnya lagi, korek api itu masih tersisa satu batang. Tandanya, masih ada satu semangat yang menyimpan harapan.
Sajak Bumi - Dinni Mawaddah
1 note · View note
ubr30 · 1 year
Text
Perspektif Feminis Puisi Toeti Heraty
Oleh S PRASETYO UTOMO || 19 Juni 2021 
!! Tulisan ini diambil dari https://www.kompas.id/baca/opini/2021/06/19/perspektif-feminis-puisi-toeti-heraty !!
Saya tulis esai singkat ini setelah mendengar kabar Toeti Heraty meninggal. Lahir dari keluarga bertradisi serba eksakta, Toeti Heraty belajar kedokteran, pikologi, dan filsafat. Ia menemukan ekspresi pribadi dalam bentuk puisi dan esai di majalah Sastra, Horison, dan Budaya Jaya.
Ia mulai menulis puisi pada usia 33 tahun, pada saat ia sangat matang dalam mempertimbangkan kehidupan yang menjadi obsesi ide-ide kepenyairannya. Puisi-puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Jepang. Puisi-puisi doktor filsafat ini terdapat dalam Antropologie Biligue de la Poesie Indonesienne Contemporaine (1972) dan Contemporary Indonesian Poetry (1976).
Sebagai penyair kontemporer, betapa penting puisi-puisi Toeti Heraty dalam sejarah sastra Indonesia. Saya dapat melacak karya-karyanya dalam Laut Biru Langit Biru (1977) susunan Ajib Rosidi, Tonggak (1987) editor Linus Suryadi AG, dan Horison Sastra Indonesia 2: Kitab Puisi (2002) editor Taufiq Ismail.
Dalam Leksikon Susastra Indonesia (2000), Korrie Layun Rampan mencatat bahwa karya-karyanya meliputi Sajak-Sajak 33 (1973), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979), Mimpi dan Pretensi (1982), Aku dan Budaya (1984), Manifestasi Puisi Indonesia-Belanda (1986), Wanita Multidimensional (1980), Nostalgi=Transendensi (1990), Antologi Puisi Indonesia (1997), dan Sembilan Kerlip Cermin (2000).
Buku-buku yang lahir lebih kemudian di antaranya Pencarian Belum Selesai (2002), A Time, A Season (2003), Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki (2006), Rainha Boki Raja: Ratu Ternate Abad 16 (2010), Encounters: The Poetry (2018), Poems (2018), dan Transendensi Feminin: Kesetaraan Gender Menurut Simone de Beauvoir (2019).
Dalam pandangan Subagio Sastrowardoyo, Toeti Heraty dikelompokkan pada penyair yang berani berdiri di luar mainstream persajakan modern Indonesia. Puisi-puisinya tidak memunculkan kelembutan suasana. Hal yang menjadi inspirasi sajak-sajak Toeti Heraty adalah kesadaran-kesadaran dan pengertian-pengertian, bukan peristiwa-peristiwa sesaat. Puisi-puisinya penuh dengan pengendapan pemikiran mengenai kearifan hidup, termasuk ideologi feminisme.
Penyair feminis
Membaca puisi Toeti Heraty yang berjudul Musim Gugur, saya dapat merasakan betapa kaum laki-laki menyubordinasikan perempuan. Saya merasakan penindasan seksual terhadap kaum perempuan, yang menuntut kesadaran akan kemuliaan tubuh, dan melakukan pembebasan terhadap dominasi laki-laki: ”tapi kehausan buas mencabik, mengerat/payudara, rambut dan selaput/peganglah erat/...”.
Sebagai penyair feminis, Toeti Heraty menampakkan perjuangan kaum perempuan dengan kata-kata lugas saat menyampaikan ideologi pembebasan terhadap kebuasan nafsu seksualitas lelaki, yang menuntut kaum perempuan untuk mempertahankan moralitas reproduksi: ”mestinya aku cukup tabah/untuk memotong kemabukan nafas, mencekik/kesintingan malam yang mengerang/rintihan karena badik yang mencabik-cabik/merah-jingga keseimbangan darah dan serat/ syaraf dan syahwat/...”.
Kesadaran akan dominasi kekuasaan patriarki dalam ruang sosial dan kekuasaan, serta kepemimpinan, telah memberinya sugesti untuk mencipta puisi Manifesto: ”aku tuntut kalian/ke pengadilan, tanpa fihak yang menghakimi/siapa tahu, suap-menyuap telah meluas/menjulang sampai ke Hakim Tertinggi/siapa jamin, ia tak berfihak sejak semula/karena dunia, pula semesta, pria yang punya//...”.
Masih dengan kata-kata lugas, bahasa sederhana, ia melancarkan pembebasannya pada dominasi kekuasaan patriarki yang membelenggu hukum, kehidupan dunia, bahkan semesta. Ideologi perlawanan terhadap kekuatan hukum dan kekuasaan patriarki itulah yang menyebabkan ia lebih memilih kata-kata lugas, bernas, tajam serupa anak panah yang menghunjam pada sasaran. Ia tak bersembunyi di balik stilistika dan imaji kepenyairannya.
Ia menggugat pandangan kaum patriarki terhadap dunia wanita atas stigma sosial, religiusitas, pelecehan dan pemujaan dalam seks, seni tradisi, dan norma: kemudian kau dekritkan: ”wanita itu pangkal dosa/sebungkah daging, segumpal emosi/ sekaligus imbesil dan bidadari/dilipat jari kaki, dikunci pangkal paha/dicadari, gerak-gerik dibebani menjadi/tari lemah-gemulai/ia tertunduk karena salah, gentar, patuh/mengecam diri//...”.
Dalam penciptaan Toeti Heraty, bahasa lebih tajam dari sekadar menyuarakan sugesti, tetapi kadang menjelma provokasi. Ia mengemas tuntutan-tuntutan pembebasannya terhadap dominasi patriarki hampir-hampir tanpa simbol. Bahkan mitos-mitos mengenai keluhuran dan kecantikan kaum perempuan pun dibongkar, didekonstruksi dalam puisi ”Wanita”.
Ia telah menggugat mitos-mitos yang melingkupi keluhuran kaum wanita dengan bahasa tanpa majas: ”wanita/berapalah kemesraan sepanjang umur/tiada berlimpah tiada mencukupi/ karena kau dengan tak acuh, tidak peduli/membawa pilu yang tak tersembuhkan dan/tak kausadari, tak kausadari//...”.
Lugas dan tajam 
Puisi-puisi Toeti Heraty yang menyuarakan ideologi feminisme memang terasa lebih dominan memanfaatkan kata-kata lugas yang tajam. Ia memandang persoalan reproduksi sebagai sumber penindasan kaum perempuan. Ia juga bisa memandang bahwa reproduksi menunjukkan kekuasaan perempuan.
Dalam puisi ”Manifesto” ia menulis: ”dalam bencana akhirnya panggil ibu juga/tapi/demi anakku laki-laki/tuntutan aku tarik kembali/dan jadi penghianat– atau/memang karena sudah terlambat//...”.
Dalam larik-larik puisi itu, sebagai seorang feminis, Toeti Heraty dipengaruhi pandangan Simone de Beauvor, yang melihat penindasan perempuan dimulai dari reproduksi. Beban reproduksi yang ditanggung perempuan dan tanggung jawab membesarkan anak membuat perempuan mempunyai posisi tawar yang lemah terhadap laki-laki.
Ia melihat kaum wanita belum menanggalkan topeng, kedok, sandiwara yang diperankan dalam hidupnya. Dalam puisi ”Dua Wanita”, ia menyingkap kedok itu dengan satire: ”ah, sandiwara ini pun/sudah terlalu lama, bila/dua wanita bicara//...”
Sebagai penyair feminis, Toeti Heraty tidak selalu melakukan pembebasan ideologi secara keras. Dalam catatan Ewith Bahar dikatakan, ia memiliki kelembutannya sendiri saat bersama keluarga. Ia sering memainkan piano di waktu senggang dan bercengkerama bersama cucu.
Keromantisan tetap terpancar dalam diri dan juga dalam puisinya, seperti ”Genewa Bulan Juli”. Dalam puisi ini, ia menciptakan empati, menyusupkan imaji, dan menghidupkan suasana batin pembaca. Ia juga bisa menyingkap hal-hal yang transenden, yang berkaitan dengan kematian dalam puisi ”Selesai”: ”suatu saat toh harus ditinggalkan/dunia yang itu-itu juga/api petualangan cinta telah pudar/bayang-bayang dalam mimpi, senyum tanpa/penyesalan kini/...”.
S Prasetyo Utomo, Sastrawan, Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa Unnes, Semarang
1 note · View note
asherei · 2 years
Text
Rumah Kopi's Menu.
Vanilla Milkshake (SFW, brother/bestfriend) ㅡ 5K per hour. Saya akan menjadi tong sampah keluh kesahmu, dan tentu saja akan menjadi teman bicaramu selama batas waktu yang ditentukan, kita bisa membahas apa saja.
Vanilla Latte (SFW, boyfriend) ㅡ 5K per hour / 10K per day. VIP 15K/day. Saya memiliki love language Words of Affirmation dan Act of Service. Light Imagine is included. Kamu bisa bercerita sembari bersandar atau berpelukan dengan saya. Faceclaim as requested.
Americano (NSFW, boyfriend/one night stand) ㅡ 15K per session. Saya akan menemani kamu melakukan apapun yang kamu mau karena , dirty talk, light imagine, plotting is included. Tolong pilih surat cinta atau sajak singkat di akhir sesi. Faceclaim as requested.
Tumblr media
Additional
Spotify Session (5K/Session)
Movie Date/Rave (5K/Session)
Game Date (5K/hour)
Food/Beverage Date (Bills On You)
Stay Up Late (5K/session) until 00:00am only.
Book/AU Date (5k/Session)
Tumblr media
0 notes
trexparuhwaktu · 2 years
Text
Repost: Awal Dari Sebuah Akhir
*Disclaimer: Tulisan berikut ini adalah tulisan yang gua post ulang dari blog gua dulu. Alasan repostnya kenapa? Gatau, pengen aja. Itung-itung belajar nulis lagi yang dimulai dari intro/pendahuluan ini, yang sedang kalian baca sekarang, hehehehe. 
Senang rasanya bisa kembali menulis. Setelah melalui "jeda" menulis yang cukup panjang, akhirnya gua memutuskan untuk kembali menuangkan segala bentuk ekspresi  yang tertahan ke dalam tulisan. Yaa, semoga aja selain bisa berbagi cerita, sekaligus bisa setidaknya mengurangi beban pikiran yang biasanya ketahan dan ga mampu gua keluarin, alias sebagai platform pereda stress, hehe.
  Sesuai dengan nama dari blog ini, yaitu "Platform Buat Ngoceh", tulisan yang yang nantinya akan dimuat di blog ini kebanyakan adalah cerita tentang apa yang gua rasakan, yaa semacam Diary Elektronik mungkin lebih tepatnya. Isinya bisa tulisan random, keluhan-keluhan, puisi dan sajak juga mungkin. Pokoknya apapun yang gua rasa pengen gua unggah, ya akan gua muat disini. Jadi, readers discretion is advised, haha.
Paling untuk perkenalan singkat kepada blog ini cukup segitu, selamat membaca dan selamat berkomentar kepada teman-teman dunia maya ku! (yang memang nantinya dengan sukarela ingin membuka dan membaca konten dari blog ini)
0 notes