Tumgik
seperduaarutala · 18 days
Text
HUJAN ITU TELAH REDA SEPENUHNYA
Tumblr media
Sc: Lovely Runner K-drama
"Time won't make you forget, it'll make you grow and understand things."
-Unknown
Saya pernah terjebak dalam suatu fase kompleks selama masa remaja. Ada hari-hari tertentu ketika saya menyalahkan waktu yang tidak mampu mengobati kesulitan melupakan musim hujan paling panjang dalam hidup. Dunia seolah tak bosan mengirimkan hujan itu selama hampir tujuh tahun meski saya hampir mati tenggelam sendirian. Entah bagaimana, suatu hari hujan itu berhenti sepenuhnya.
Harus diakui awan-awan gelap itu betah menggantung di langit karena saya merangkulnya erat-erat. Terkadang saya terpaku begitu lama tanpa menyadari hari demi hari saya semakin kuyup. Seperti orang bodoh, tubuh ini menolak sadar bahwa hujan itu kapanpun dapat merenggut nyawa saya.
Tahun-tahun berlalu, saya makin "terobsesi" menenggelamkan diri. Adakalanya kepala saya dipenuhi air dan permukiman di dalamnya porak-poranda. Kian hari hujan yang tak mudah dirangkul itu menjelma sebuah wajah dalam film yang saya tonton, orang-orang yang saya temui, benda langit yang saya pandangi, bunga tidur yang saya tangisi hingga fajar, isi kepala yang dipikirkan sepanjang hari, jalan yang saya lalui, buku-buku yang saya baca, dan mungkin ribuan kata yang saya simpan rapi di arsip memo.
Ternyata menghadapi hal yang sama bertahun-tahun membuat saya kehilangan arah. Untuk pertama kalinya saya merasa tak mampu memeluk hujan itu di lengan saya. Kemudian saya memberanikan diri berteriak mengatakan hujan itu hampir membawa sisa-sisa kehidupan saya pergi. Beberapa orang pun datang menarik saya pergi jauh. Tuhan sungguh bermurah hati saat Ia menggerakkan orang-orang ini secepatnya.
Bagaimana cara saya meredakannya? Hal pertama yang dilakukan adalah menyadari bahwa saya dan hujan itu hanya kebetulan melalui perlintasan yang sama. Saya hanya terlalu naif di usia belia untuk memahami berbagai hal. Selanjutnya saya menerima bahwa bila merangkul lebih lama lagi kemungkinan besar saya akan kehilangan akal. Saya memutuskan untuk berbicara dengan orang lain—yang sempat saya yakini tidak lebih baik dari menulis di kertas-kertas kosong. Terakhir, hal paling berani yang pernah saya lakukan seumur hidup, menghadapi hujan itu sekali lagi, melepaskan rangkulan, dan mengucapkan salam perpisahan dengan manis.
Sekarang saya dapat berjalan lebih jauh. Rasanya bahagia kembali hidup normal seperti sediakala. Tentunya saya sesekali masih teringat akan hujan—sangat mustahil bila harus melupakan sepenuhnya—misalnya ketika saya menemukan beberapa hal yang tidak sengaja terasosiasi dengan dirinya. Namun, itu tidak berarti musim hujan akan kembali terjadi. Saya hanya mengingat masa-masa itu sebagai salah satu bab paling indah yang Tuhan tulis. Bab itu sudah selesai ditulis sekarang.
Terima kasih dan selamat tinggal, hujan.
Leonny Eudia La Jemi, 10 April 2024
5 notes · View notes
seperduaarutala · 25 days
Text
KOPI DAN ROKOK
Tumblr media
Sc: Pinterest
Segelas kopi pesanan bapak
Sudah dihidangkan,
Ia minum lekas-lekas
Habis tak berbekas
Rahasianya:
Dua sendok bubuk arang
Satu sloki ludah saya
Diaduk pelan dengan jari.
Sebatang rokok pesanan ibu
Sudah dibakar,
Asap membubung
Kala dada kian membusung
Racikannya:
Satu sendok tembakau kering
Koran bekas bapak
Dilinting pelan dengan jari.
Nikmatilah perlahan-lahan!
Leonny Eudia La Jemi, 3 April 2024
4 notes · View notes
seperduaarutala · 1 month
Text
SEBUAH KEBIASAAN MENYERAP YANG BERLEBIHAN
“It is a blessing and a curse, to feel everything so deeply.”
– Unknown
Belakangan ini saya terjebak dalam satu lingkaran. Seperti biasa, butuh waktu lebih lama untuk menyadari sebab dari hal-hal sejenis ini. Lagi-lagi ini masalah emosi. Saya akui dalam jangka waktu dua bulan emosi saya tergolong stabil, tapi pada waktu-waktu tertentu merosot drastis. Contohnya saya dapat memulai hari dengan sangat positif lalu berakhir dengan kesedihan yang parah di tempat tidur. Memang kita tidak harus bahagia dan positif sepanjang waktu, tapi ini terasa mengganjal bagi saya pribadi.
Berbekal sejumlah pertanyaan pribadi, saya mengetik perlahan di kolom mesin pencarian. Artikel pertama yang muncul berjudul Emotional Sponge: Pengertian dan Karakteristiknya. Emotional sponge sendiri merupakan sebuah kondisi ketika seseorang menyerap sejumlah emosi milik orang lain di sekitarnya. Saya menepuk kepala. Ternyata kepribadian ini sudah terbawa sejak kecil.
Semua berawal dari kebiasaan saat berinteraksi. Orang-orang umumnya nyaman menceritakan berbagai hal pada saya dan saya merasa punya tanggungjawab untuk menyelesaikan kesulitan yang mereka hadapi. Padahal terkadang orang hanya butuh didengarkan—hal yang sering luput disadari. Hal lain juga yang jelas kelihatan ada ketidaknyamanan diri dengan banyaknya stimulan serta kondisi sekitar yang ramai. Indera pendengaran ini terlalu berlebihan menangkap pembicaraan semua orang dan merasakan dengan kuat emosi mereka seolah itu emosi milik saya sendiri. Saya juga merasa ketika menatap orang lain lama-lama maka emosi mereka seolah menguar jelas.
Tak hanya itu, intensitas mendengarkan cerita orang lain juga lebih meningkat selama sebulan ini. Namun, itu bukan kesalahan mereka karena ini hanya keterbatasan diri dalam memilah emosi. Toh saya selalu senang mendengarkan orang lain bicara. Saya hanya tidak suka ketika masalah-masalah seperti ini harus muncul dalam mimpi. Semalam saya bahkan bermimpi tentang membereskan masalah hidup sejumlah orang dan berbicara tentang solusi pada mereka. Sungguh, saya ini aneh. Kadang saya bahkan tidak ingin memahami diri sendiri bila sedang jengkel.
Untungnya saya menemukan penyelesaian atas masalah ini. Saya harus sadar bahwa saat dalam proses mendengarkan orang lain emosi yang mereka bawa tidak boleh ikut masuk dalam diri. Selanjutnya, tidak boleh memaksakan berada di tempat yang ramai dalam waktu yang lama. Jika saya sadar terlalu mudah untuk menjaring berbagai hal dalam satu waktu dan berpotensi kewalahan, seharusnya tahu batasan dan segera mencari tempat yang lebih tenang. Kemudian, belajar mengenali dan meregulasi emosi dengan baik agar tidak mudah stress. Terakhir, yang paling penting, luangkan waktu untuk diri sendiri lebih banyak dan belajar pelan-pelan memprioritaskan diri sendiri.
Seperduaarutala, 20 Maret 2024
4 notes · View notes
seperduaarutala · 2 months
Text
Kepalaku yang banyak omong kembali mengusik ketenangan. Ia bertanya, "Bagaimana jika manusia dilarang menangis? Aku kebingungan menanggapi.
Beberapa ingatan kini beramai-ramai mendatangi seolah siap mengamuk, menuntut agar aku menoleh ke belakang memperhatikan. Aku, seperti biasa, tidak kuasa menolak desakan itu dan berpaling. Hanya saja, kuperintahkan mereka berbaris rapi memanjang ke belakang.
Ingatan pertama maju mendekat dengan tangan yang berayun ke depan dan belakang berulangkali. Belum sempat aku membuka mulut, ia berlari ke segala arah lalu menghantamkan badan mungil itu ke lantai. Darah berceceran membasahi hidungnya. "Astaga! Kau ini kenapa?" tanyaku resah. Ia tersenyum sembari menangis dan nampaklah gigi ompong di depan mataku, "Aku hanya senang berlari. Saat berlari orang banyak peduli padaku. Namun, saat aku diam seolah-olah aku ini tidak terlihat. Barusan aku mengulangi kejadian saat aku tertabrak motor lalu jatuh ke aspal. Sakit sekali."
Ingatan kedua kini bergerak mendekatiku. Ia bahkan terlalu lemah untuk melangkah. "Bisakah kita duduk di lantai saja?" bisiknya. Aku mengiyakan, memegang lengannya agar ia duduk perlahan. Setelah duduk aku mulai memeriksa raut wajahnya. Tidak ada apa-apa di sana. Itu seperti kota yang ditinggalkan penduduk berabad-abad lamanya. Mulutnya mengatup, tapi telingaku menangkap suara tangis dari dalam sana. "Kau butuh istirahat," bujukku. "Kau benar-benar butuh istirahat." Kami hanya saling memandangi. Ruang yang ramai terasa kosong karena sosok di depanku kehilangan sesuatu yang besar dalam hidupnya.
Tiba-tiba ingatan ketiga berseru memanggil namaku. Dibandingkan kedua ingatan tadi yang satu ini kelihatan tangguh. Aku langsung menyadari bahwa ingatan ketiga disegani sosok-sosok lain, terlihat kuat, berwibawa, dan sangat bertanggungjawab. Tak ingin kalah, aku menatapnya tajam. "Silakan duduk di sini!" perintahku sambil menunjuk tepat di samping. Tak seperti yang kelihatan di awal, sosok ini begitu patuh. "Aku datang ke sini hanya untuk memastikan semua baik-baik saja. Itu saja." Ia berbicara tanpa dipersilakan lalu menatap lama sekali. Tanganku menyambut ujarannya dengan mengusap pelan punggung kokoh itu, menepuknya beberapa kali. "Aku berbohong. Badanku memang tak sakit, tapi sesuatu menggerogoti jiwaku. Aku lelah dan enggan bercerita pada siapapun." Air matanya jatuh satu demi satu memenuhi ruangan. Kami seperti dua ikan dalam akuarium.
"Bagaimana jika manusia dilarang menangis?"
Sesaat setelah mereka pergi aku pun menemukan jawabannya. Bila ingatan pertama tak boleh menangis, ia akan menganggap terluka itu pengalaman yang menyenangkan. Selanjutnya, apabila si ingatan kedua juga dilarang, besar kemungkinan kekosongan itu tidak bergema sampai pada orang lain. Dan jika si ingatan ketiga dilarang menangis, ia akan terus meyakini sepanjang hidup bahwa ia tidak butuh bercerita.
Lantas bagaimana jika kau yang dilarang menangis?
Leonny Eudia La Jemi, 27 Februari 2024
4 notes · View notes
seperduaarutala · 5 months
Text
Hamparan mutiara di lautan langit masih terasa belum cukup. Itu sebabnya kusisipkan engkau di atas sana agar sewaktu-waktu aku bisa merangkaimu.
Leonny Eudia La Jemi, 14 Desember 2023
2 notes · View notes
seperduaarutala · 5 months
Text
PROSES PENERJEMAHAN HUJAN
Tumblr media
Sc: Pinterest
aku penerjemah amatir belantara biru, berucap tangis langit bulan ini ialah keusilan jagat.
diturunkannya awan bernama engkau semasa linangan rebas. hingga tungkai berhenti mencari teduh, betah terpaku bersimbah kelabu di matamu.
kini tanpa seizinku, rinai-rinai menyapa pikir dan menjadi seranai kemungkinan di persimpangan takdir.
Leonny Eudia La Jemi, 07 Desember 2023
5 notes · View notes
seperduaarutala · 5 months
Text
BENDERANG
Tumblr media
Sc: Pinterest
Kau betah kekal di antara ribuan bintang. Secercah kirana yang enggan pudar walau selustrum berlalu. Kukatakan demikian sebab namamu abadi di sela-sela kata dalam khusyuk syukur pada Sang Pencipta. Berpinta siapapun meramaikan sepi agar tak sesat jalanmu, sukacita hadir agar tangis terpendam tak membenamkan, kewarasan beriringan di tengah deras duka, dan meminta-Nya merangkul dalam sesak nafasmu. Bibirku masih setia merapalkan meski nyeri menggerogoti jadi hiduplah sebaik mungkin sebab tak selamanya aku menengadah ke langit. Bila tiba masa segala riuh yang menggaungkan engkau akan usai. Dan saat kedua kaki ini pergi tak akan ada lagi inginku mencarimu di ingar-bingar hamparan manusia.
Leonny Eudia La Jemi, 28 November 2023
3 notes · View notes
seperduaarutala · 6 months
Text
KESUDAHAN
Bagian keenam dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Malam ini aku mendesak diri menulis. Sebentar lagi tubuh kekasihku pergi jauh. Kepadanya aku berpetaruh puisi dan atensi. Kepadanya pulalah kutitipkan beberapa rahasia dalam sepotong koran lusuh. Memang kasih dalam tulis hanya segelintir, enam lembar ringkas tepatnya. Namun, percayalah jutaan kali kubisikkan bahagiaku di telinganya. Terima kasih telah membersamai dan meraih hati lewat asih. Selamat berkelana sejauh-jauhnya, Kekasih. Kembalilah setepatnya.
Leonny Eudia La Jemi, 31 Oktober 2023
3 notes · View notes
seperduaarutala · 6 months
Text
RUMIT
Bagian kelima dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Berminggu sibuk hampir membuatku abai dengan ikrar pada Oktober. Semoga ia tak merajuk karena tiba-tiba telinganya harus dipinjam. Kubuka percakapan malam ini dengan bertanya. Ia dengan air muka teduh betah diam memandangi sebab ia tahu kegemaranku melempar tanya pada angin. "Mengapa sebagian kawula muda betah memelihara gengsi dalam hidup?" tanyaku pelan. Oktober menghela napas panjang lalu memberi tanya kembali, "Kenapa kau bertanya? Apa itu mengganggu pikirmu?" Aku membenarkan. Pikiran yang hinggap dan ricuh berlawanan itu terlalu bising untuk disimpan sendiri. Kupikir sesungguhnya hidup bukan hanya tentang gengsi untuk memperlihatkan kepura-puraan yang mewah beserta keindahan-keindahan semu. Namun, pikiranku yang lain berkata kalau aku ini kampungan. Tidak pernah merasakan "keindahan" hingga tak tahu diri mengomentari hidup orang lain. Oktober kembali menenangkanku. Ia berkata, "Ah, wajar saja mempertanyakan. Selagi tidak merendahkan. Bertanya itu jalan memahami, hanya saja tidak semua bisa menerima dan mengerti." Aku terdiam. Ia belum menjawab pertanyaan awalku. Mungkin ini hanya perbedaan tempat berdiri antara aku dan para pemilik gengsi, aku yang berlebihan dalam berpikir, aku yang cemburu dan denial, atau aku yang ingin memaksakan kesederhanaan pada orang yang tidak ingin hidupnya sederhana? Entahlah. Oktober diam memandangi seperti biasa.
Seperduaarutala, 2023
2 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
RENYUT
Bagian keempat dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Aku tak berhasrat untuk mendramatisasi. Semua keelokan karya Pencipta dalam nadi teramat limpah dari perlu. Hanya saja, bila berkenan, aku hendak bermohon agar direstui memandangi paras Oktober dan kepulangan-kepulangan hangatnya di lain waktu. Kurasai sejauh nyawa berbunga, aku lebih banyak menjauhkan diri. Pura-pura sibuk sampai abai dengan bahagiaku sendiri. Jujur, aku cemas meski telah berjanji mengisi hari dengan keriaan. Besar harapan lagu-lagu dari dalam bilik dada terus berbunyi merdu. Menjadi musik yang dirindukan oleh siapapun.
Leonny Eudia La Jemi, 04 Oktober 2023
2 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
DUYUNG
Bagian ketiga dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Hari penuh magi itu akhirnya tiba. Aku menemukan wujud lawasku saat mempersilakan Oktober melantunkan kidung asih di telinga. Ia benar-benar mahir menyihir diri ini. Menjanjikan bahwa sisik-sisik indranila itu lebih indah dari lebam-lebam kaki bulan sebelum. Menjanjikan bahwa suaraku pasti akan menemui pendengar yang tepat. Tanpa perlu menghempaskan diri jadi buih, aku menemukan cara lain untuk menemani langkah semua orang.
Leonny Eudia La Jemi, 03 Oktober 2023
5 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
BINGKISAN
Bagian kedua dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Aku lekas-lekas menulis setelah hari memasuki senja. Sebab kupikir menulis di malam buta melahirkan kesan-kesan bahwa aku sukar memejamkan mata. Terjaga sepanjang temaram bersama pikir yang mengangkasa. Namun, setidaknya kali ini, merangkai kata terasa lebih ringan berkat buah tangan Oktober. Sebuah bungkusan persegi berwarna merah jambu dengan lilitan pita indah. Tak disangka isian kotak itu ternyata lebih beragam dari isi kepalaku selama ini. Pertama, ada surat-surat pendek semerbak tentang hidup. Kedua, irama-irama merdu tawa. Ketiga, lukisan-lukisan pastel berbingkai. Terakhir, sekumpulan patung-patung porselen mitologi Yunani. Mungkin akan terlalu dini menyatakan sukacita, tapi kuharap semua akan permanen. Terima kasih telah mengundang berbagai bentuk sukacita hadir dalamku.
Leonny Eudia La Jemi, 02 Oktober 2023
2 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
Mula-Mula
Bagian pertama dari keriaan bulan sepuluh
Tumblr media
Sc: Pinterest
Malam ini aku memutuskan menulis. Oktober, kekasihku, telah tiba dengan wajah paling teduh. Aku jatuh hati dengan semua yang ada padanya: senyum, tatap, dan senyap. Ia lalu mengizinkan diriku menulis sebanyaknya tentang dirinya selama ia datang bersambang. Semoga semu merah semarai ini menyalut karangan kamelia yang tengah merecup indah. 
Leonny Eudia La Jemi, 01 Oktober 2023
10 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
KEPERGIAN MANUSIA DAN PEMILIK RUMAH
Refleksi diri seorang pemilik rumah
Tumblr media
Kurasa aku perlahan belajar memaknai setiap hal dengan baik. Kali ini, aku tersadar bahwa manusia mampu bertekad untuk mengepak semua perabot dan takkan menengok ke belakang. Ia akan menghilang jauh tak terjangkau, bahkan oleh suara tangis sekalipun. Bertahun-tahun semua pergi meninggalkan rumah ini hingga kosong berdebu. Sedang aku yang menetap tak henti menyalahkan diriku sendiri. Meneriaki diri dengan sumpah serapah lalu mempertanyakan masa kepulangan mereka, yang jelas sia-sia belaka. Namun pada akhirnya, kekosongan ini mengasuhku. Mengajari cara berdamai dengan kepergian dan cara membasuh kesedihan tanpa cemas mengiringi segala keberangkatan. Terima kasih sudah datang menengok. Rumah ini belum sesempurna itu untuk ditinggali. Masih banyak sisi bocor, cat terkelupas, lapuk, dan sebagainya. Aku, pemilik rumah, akan terus menerima kepulangan siapa saja dengan tangan terbuka sembari membangun rumah ini kembali dengan gurat-gurat senyum di wajahku. Melambai kegirangan untuk menyambut orang-orang yang sama atau yang tak pernah kukenal sebelumnya.
Leonny La Jemi, 2023
4 notes · View notes
seperduaarutala · 7 months
Text
WIRASA
Tumblr media
Cr: Pinterest
sekuat kaki menuju aku, sekiranya henti mendahului angan yang lahir dari inginmu. sebab simpang-simpang hidup bagiku diciptakan hanya sekadar lalu, entah dengan kesudahan serupa maupun tidak. sebab kuyakini jua kisah hebat hadir lewat penyingkiran narasi tak masuk akal: insan dan peristiwa.
Leonny Eudia La Jemi, 20 September 2023
3 notes · View notes
seperduaarutala · 8 months
Text
SEUSAI PERAYAAN
Tumblr media
Sc: Pinterest
Kukis-kukis manis beroleskan tangis traumatis lebur habis di bibir tipis perempuan langganan meringis.
Kembang-kembang terkembang satu demi satu perlahan tumbang oleh lengking tembang bimbang.
Tarian-tarian kedengkian pujaan tuan menemui ajal setelah kehilangan jalan dan tumpuan di perhentian.
Tamu-tamu mertamu lenyap setelah begitu muak kembali menemu hidangan jemu berselumu semu.
Gaun-gaun tenun lamun koyak oleh racun sekerumun genggam tanpa santun walaupun ampun mengalun.
Gelas-gelas beralas emas selaras pecah dihempas tungkai yang cemas berlarian mencari waras.
Dekorasi-dekorasi imitasi berisi kepalsuan basi di ruang sudut hancur kehilangan emosi tanpa atensi.
Diam-diam deram dalam raya ditelan kelam hitam pemilik silam yang memendam denyut maram semalam.
Leonny Eudia La Jemi, 2023
3 notes · View notes
seperduaarutala · 1 year
Text
Menjadi Sepasang Asing
Tumblr media
Sc: Pinterest
Buram sang malam melambai pasrah di hadapan pertanda kisah harus berakhir antara celah harap dan sadar Lewat senyap kepergian dua manusia memaknai asing tanpa sempat berbagi kata tentang awal mata bertemu Keduanya terus bungkam sekalipun sesak menikam karna kita bukanlah bayang 'tuk lengkapi kurang masing-masing
Leonny Eudia La Jemi, 2023
40 notes · View notes