Konsep Hitungan Allah
Aku baru aja nemu hadits yang indah
أَنفق يا ابن آدم أُنفق عليك
"Berinfaqlah wahai bani adam, niscaya Aku akan berinfaq kepadamu"
Kata "anfiq" yang diikuti "unfiq", Allah... indah nian ketika kita mengerti konsep hitungan nikmat Allah. Berilah, tolonglah, kasihanilah, nanti kamu akan Aku, Allah sendiri yang balas memberi, menolong, dan menyayangimu.
Aku selalu ingat sama satu kebiasaan orang tuaku yang tidak pernah mereka tinggali kecuali karena lupa yang tidak disengaja. Mereka setiap habis shalat subuh selalu menyisihkan sedikit uang untuk ditaruh toples. Toples itu bertulis "infaq". Dan jika ada yang datang meminta bantuan, maka uang di dalam situ yang akan dikeluarkan tanpa meminta untuk orang itu mengembalikan.
Bahkan permah, nominal uang infaq yang terkumpul itu jauh lebih besar dari nominal uang yang mereka miliki. Dengan keikhlasannya mereka tidak berani untuk sekalipun memakai uang tersebut, kecuali benar-benar untuk dikeluarkan kepada yang lebih berhak.
Salah satu cara indah, yang tanpa sengaja ditiru oleh anaknya. Kami anaknya, mengerti sekali betapa sebetulnya mereka juga butuh, tapi mereka meyakini bahwa harta yang mereka miliki bukan sepenuhnya milik mereka.
Satu hal yang pengen aku sampaikan, bahwa sekalipun harta itu sementara di tangan mereka, tapi Allah dengan murah hati memberi lebih. Memberi rasa tenang, damai, sehat, dan yang paling penting adalah rasa merasa cukup.
Semoga Allah meridhoi orang tua kami
6 notes
·
View notes
BENARKAH BLT MAMPU ATASI KEMISKINAN ?
Nana ft. Wono
Pemerintah memutuskan untuk mempercepat pemberian beberapa jenis bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat menjadi sebelum lebaran Idul Fitri. Hal ini dilakukan agar golongan masyarakat penerima bisa membeli dan mempersiapkan kebutuhan hari raya. Beberapa target golongan penerima bansos yaitu karyawan atau pekerja, pelaku usaha atau usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), pelajar (SD-SMA), pedagang kaki lima (PKL) hingga nelayan.
Program bansos ini merupakan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2022 di tengah pandemi COVID-19 dan kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat. Ada beberapa bentuk bantuan yang ditambahkan pemerintah sejak April 2022 seperti BLT minyak goreng hingga BLT untuk pelaku UMKM. Berikut ini merupakan enam jenis bantuan yang akan diberikan pemerintah menjelang Lebaran Idul Fitri 1443 H:
1. Kartu Prakerja
Program Kartu Prakerja sudah memasuki gelombang 26. Penerima Kartu Prakerja nantinya akan mendapatkan mendapatkan total bantuan senilai Rp3,55 juta yang terdiri atas bantuan pelatihan Rp1 juta, insentif setelah pelatihan Rp2,4 juta, dan insentif survei Rp150 ribu.
2. Program Keluarga Karapan (PKH)
PKH merupakan program bantuan reguler yang diberikan Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) untuk masyarakat rentan dan kurang mampu. Besarannya berbeda- beda tergantung golongan.
3. Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT)
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) , diberikan setiap bulan dengan nominal Rp200 ribu. Menjelang Lebaran, pemerintah akan memberikan sekaligus BPNT untuk April, Mei, dan Juni dengan total Rp600 ribu untuk tiap penerima.
4. BLT Minyak Goreng
Bantuan ini baru diumumkan pemerintah mulai April 2022 dengan besaran Rp100 ribu tiap bulan. Namun, BLT minyak goreng yang akan cair sebelum Lebaran bernilai Rp300 ribu untuk tiga bulan berturut-turut, yaitu April, Mei, dan Juni. Ada tiga syarat penerima BLT minyak goreng yang ditentukan Presiden Jokowi, yaitu para penerima BPNT, penerima PKH, dan Pedagang Kaki Lima (PKL).
5. Bantuan Tunai Pedagang Kaki Lima, Warung, dan Nelayan (BPTKLWN)
Bantuan ini menyasar PKL, UMKM berbentuk warung kecil, dan nelayan sebagai targetnya. Besaran nominal yang akan diberikan yaitu Rp600 ribu. Nantinya bantuan ini akan diberikan dalam bentuk tunai oleh TNI dan Polri.
6. BLT Dana Desa
Bantuan Dana Desa merupakan bantuan dibawah naungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. BLT Dana Desa yang akan cair sebesar RP300 ribu per bulan. Sekitar 40 persen dari BLT ini akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan dan sisa 60 persennya dianggarkan untuk pemberdayaan desa tersebut . (IDN TIMES)
FAKTA KEMISKINAN
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka kemiskinan yang ada di Indonesia pada Maret 2021. Hasilnya, terdapat 27,54 juta penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan hingga kuartal I 2021. Adapun tolak ukur penduduk miskin ini mengacu pada masyarakat yang hidup di bawah angka garis kemiskinan per Maret 2021, dengan batas pendapatan Rp472.525 per kapita per bulan. (Merdeka.com)
Persentase penduduk miskin pada September 2021 sebesar 9,71 persen, menurun 0,43 persen poin terhadap Maret 2021 dan menurun 0,48 persen poin terhadap September 2020.
Jumlah penduduk miskin pada September 2021 sebesar 26,50 juta orang, menurun 1,04 juta orang terhadap Maret 2021 dan menurun 1,05 juta orang terhadap September 2020.
Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2021 sebesar 7,89 persen, turun menjadi 7,60 persen pada September 2021. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2021 sebesar 13,10 persen, turun menjadi 12,53 persen pada September 2021.
Dibanding Maret 2021, jumlah penduduk miskin September 2021 perkotaan turun sebanyak 0,32 juta orang (dari 12,18 juta orang pada Maret 2021 menjadi 11,86 juta orang pada September 2021). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan turun sebanyak 0,73 juta orang (dari 15,37 juta orang pada Maret 2021 menjadi 14,64 juta orang pada September 2021).
Garis Kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar Rp486.168,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp360.007,- (74,05 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp126.161,- (25,95 persen).
Pada September 2021, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,50 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.187.756,-/rumah tangga miskin/bulan. (bps.go.id)
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin menilai kenaikan harga pangan dan energi seperti BBM dan LPG telah menjadi pukulan bagi daya beli mayoritas masyarakat negara ini. Hal ini diduga telah menaikkan angka kemiskinan. “Saya meyakini kenaikan harga komoditas strategis seperti pangan dan energi ini telah berdampak luas pada rakyat Indonesia terutama terhadap masyarakat kelas menengah ke bawah,” kata Akmal di Jakarta, Senin (4/4).
Menurut Akmal, ada sekitar 115 juta kelas menengah dan masih ada ratusan juta rakyat menengah ke bawah yang terguncang dengan persoalan kenaikan harga ini. Legislator asal Sulawesi Selatan II ini mengatakan kini masyarakat telah terpukul dengan sejumlah harga pangan masih bertahan di harga tinggi, mulai dari minyak goreng hingga cabai rawit merah. Di sisi lain, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 Persen dan kenaikan harga Pertamax serta Solar nonsubsidi pun terjadi. Bahkan solar subsidi terjadi kelangkaan padahal BBM ini menjadi andalan transportasi logistik untuk mendistribusi pangan dari sentra produksi ke konsumen.
Akmal mengatakan persoalan minyak goreng yang merupakan janji pemerintah untuk menyediakan subsidi dengan harga 14 ribu rupiah hanya isapan jempol belaka.(jppn.com)
Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhammad Faisal memprediksi inflasi RI bakal melonjak di level 5 persen, jauh lebih tinggi dari prediksi pemerintah. Lonjakan tersebut ia proyeksi terjadi jika pemerintah jadi menaikkan harga bensin Pertalite dan gas LPG 3 kg. Bila kedua komponen tersebut yang notabene merupakan barang konsumsi mayoritas masyarakat menengah ke bawah naik, maka tak ditutup kemungkinan inflasi melesat ke level 5 persen.
"Kalau Pertalite dan gas LPG 3 kg naik, bisa jadi (inflasi) setinggi 5 persen dan yang kita tidak bisa prediksi adalah expected inflation. Ekspetasi inflasi yang bisa melebihi riil inflasinya sendiri," jelas dia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/4).
Namun, ia menilai inflasi RI dalam waktu dekat belum akan setinggi AS di level 8,5 persen atau Uni Eropa di kisaran 6 persen. Di sisi lain, Faisal mewanti-wanti soal dampak domino yang bisa menimpa Indonesia jika inflasi tak terkendali di saat daya beli belum pulih. Peringatan dampak itu terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Ia menuturkan isu kesenjangan akan kian mengemuka. Dan itu katanya, tak hanya menimpa sektor ekonomi saja. Kalau dibiarkan, itu bisa memicu ketidakstabilan politik dan social.
SIMPULAN
Setelah melihat fakta berdasarkan data-data diatas terkait banyaknya jumlah orang miskin dan potensi golongan kelas menengah yang akan menjadi miskin juga, akibat dari ketidakstabilan harga harga kebutuhan masyarakat. Maka perlu kiranya kita melihat, adakah solusi yang diberikan pemerintah –berupa pemberian BLT yang dipercepat sebelum lebaran ini– dapat menurunkan atau bahkan menghilangkan angka kemiskinan di negeri ini?
Faktanya, bahwa penerima BLT ini tidak semuanya tepat sasaran adalah sudah menjadi rahasia umum, banyak keluarga perangkat maupun pejabat yang tergolong mampu justru mendapat BLT sedangkan yang asli miskin justru terlewat. Lebih parah lagi, sumber dana BLT sudah mafhum bahwa itu merupakan dana hutang luar negri, bukan hasil dari kekayaan alam yang dimiliki oleh negri ini. Jadi alih-alih menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat , malah pemerintah menambah masalah menjadi semakin rumit.
Mungkin bagi sebagian penerima BLT, apa yang mereka terima mampu meringankan beban ekonomi mereka, tapi bagaimana dengan orang miskin yang tidak menerima? Ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial dan dampaknya tidaklah bagus.
Inilah gambaran kehidupan rumit dalam sistem kapitalisme, senantiasa menambah masalah dengan masalah baru, tanpa mau menengok kepada agama yang mereka jauhkan dari kehidupan .
Padahal jikalau mereka mau menengok kepada Islam, sebagai agama yang tidak pernah punya masalah dengan kehidupan sosial, politik, ekonomi, dll, yang artinya Islam senantiasa sesuai dengan segala aspek kehidupan dan relevan untuk semua zaman. Maka dapat ditemukan adanya solusi jitu yang Islam tawarkan dalam mengatasi masalah kehidupan termasuk di antaranya kemiskinan.
Dengan sistem ekonomi Islam, kemiskinan akan dapat diatasi dengan tepat dan cepat. Proses pengadaan APBN hingga distribusi yang sesuai syariah akan menjadikan negara mampu dan sigap ketika terjadi krisis ekonomi. Sehingga masyarakat akan terlayani dengan baik karena negara adalah pelayan masyarakat. Akan tetapi, sistem ekonomi Islam yang baik tersebut tidak bisa berdiri sendiri tanpa penopang dari negara yang akan menerapkannya yakni, Negara Khilafah Islamiyah, negara yang mengikuti metode kenabian yang senantiasa kita nanti-nantikan kelahirannya melebihi kelahiran anak kita sendiri.
Wallahu a’lam bishawab
2 notes
·
View notes