Tumgik
#Nomor Tiga
wwwintinewscoid · 5 months
Text
Andy Anhar Chalid Caleg DPR RI Dapil Kepri Nomor Tiga Partai Gerindra Jelajah Kepulauan Riau
INTINEWS.CO.ID, KABUPATEN ANAMBAS – Andy Anhar Chalid Caleg DPR RI Dapil Kepri Nomor Tiga Partai Gerindra jelajah Kepulauan Riau (Kepri), yang dalam kesempatan ini ke Kabupaten Kepulauan Anambas. Andy Anhar Chalid Caleg DPR RI Dapil Kepri Nomor 3 (Tiga) Partai Gerindra “Jelajah Kepri” Kabupaten Kepulauan Anambas, (6/1). Foto, dokumen INTINEWS.co.id Pada hari ini Jumat, 5 Januari 2024, di awal…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nonaabuabu · 11 months
Text
Satu Hari Untuk Selamanya
sebuah flash fiction teruntuk lelaki bermata kelabu, kau masih kata-kata yang ingin aku tuliskan.
"Kenapa bukan dulu kita sadar, kalau kita jauh lebih kuat saat kita bersama?"
Sejenak jantungku berdegup untuk sepersekian detik kemudian menghentikan iramanya. Namun selayaknya kenyataan, ia kembali menemui ritmenya saat kubiarkan aku tersadar bahwa percakapan ini bukanlah angan-angan, dan aku tak boleh mengarangnya menjadi kisah yang indah.
"Aku sadar kok dari dulu, kamunya aja yang enggak."
Lelaki bermata kelabu yang kutinggalkan dalam kenangan itu tersenyum tipis, dan miris. Sedang aku tertawa, memaksa.
Sandyakala, kami bertemu di satu sore yang penat di pantai utara. Saat itu aku sedang menghabiskan masa liburan semesterku dan Kala ada di sana. Perkenalan sederhana di antara deru ombak, kendati satu universitas perkenalan itu berlanjut menjadi hubungan tanpa kata yang barangkali akan selalu menjadi pertemanan.
Aku tak tahu bagaimana rasanya mengangumi seseorang begitu menyenangkan sebelum hari itu aku bertemu dia. Bagiku kita semua hanya manusia yang sesempurna apapun akan memiliki cacat. Hanya saja beberapa orang tak mampu menyembunyikannya, dan sisanya mampu menutupinya dengan hal lain. Itu kenapa tak ada alasan untuk mengagumi seseorang hingga aku menemukannya sore itu.
Mungkin Kala akan menjadi tinta merah dalam buku kehidupanku yang berwarna hitam putih. Ia satu-satunya yang memberikan warna lain namun cukup bersinar untuk akhirnya membakarku alih-alih menciptakan warna baru. Itu kenapa, Kala adalah kenangan yang aku tinggalkan.
Delapan tahun berlalu sejak terakhir kali kami berjabat tangan di wisuda universitas, sisanya tak ada lagi. Tak ada media sosial, tak ada nomor yang bisa dihubungi, aku kembali ke mana seharusnya aku berada, perkampungan nunjauh dari kota. Tenggelam menjadi tulang punggung keluarga, jatuh bangun membangun kehidupan baru untuk akhirnya kembali ke titik di mana Kala adalah semesta yang aku punya.
Usia tiga puluh membawaku kepada perjalanan sebagai perayaan bahwa aku telah begitu cukup kuat untuk segala sialnya kehidupan. Namun rupanya aku cukup salah memilih tempat, pantai utara.
Seperti mengulang memori lama, Kala berdiri di sana. Aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya, rasa gelisah yang mendominasi dibanding rasa senang. Hanya saja Kala akan tetap menjadi merah dalam hidupku.
Begitu mata kami bersitatap, ia tersenyum ramah seolah wisuda universitas kami baru terjadi kemarin siang. Menahan segala gejolak yang berserakan aku membalas senyumannya dengan kaku.
Entah bagaimana aku menjadi kosong, hingga kubiarkan waktu bergulir seolah kami tidak melewatkan delapan tahun jeda di mana kehidupan menghantam kami dengan kerasnya.
Aku tertawa banyak dari apa yang aku ingat, aku tersenyum lebih menyenangkan dari yang sudah-sudah. Setiap detik yang kami lalui seolah mengakumulasi banyak perasaan hingga tak ada rasanya detik yang terlewat tanpa aku merasa penuh kebahagiaan.
Padahal, kami hanya menyusuri pantai yang riuh oleh ombak. Duduk menikmati es kelapa muda, bercerita tentang dunia yang tak ada kami. Buku-buku yang menyenangkan, film-film yang bermakna, lagu-lagu penuh kenangan. Hadir Kala mengubah segalanya dari kata sekedar.
Hingga titik akhir, sore dengan burung pelikan yang sedang menyapa bibir pantai. Kala mengatakannya, apa yang seharusnya aku dengar delapan tahun lalu.
"Aku rindu kita yang dulu La. Rasanya membiarkan kamu pergi saat itu kesalahan paling fatal seumur hidup."
"Seingatku kamu bukan seseorang yang suka menyesal."
"Enggak emang sebelum aku sadar, aku tanpa kamu akan selalu terasa sendiri."
Kala menjelaskannya hari ini, bahwa ia dulu tak cukup percaya diri bahwa kata-katanya mampu menahanku untuk tak kembali ke kampung halaman. Ia sadar kami baru menyelesaikan pendidikan, tak ada yang bisa ia janjikan dan beri jaminan kecuali keinginannya untuk tetap ada aku di sisinya. Hanya saja saat itu bagiku tak ada alasan untuk tetap di sisinya saat ia sendiri tak pernah meminta.
"Jangan gegabah menyimpulkan kehidupanmu Kal, seorang istri yang cantik dan anak yang lucu nggak semua orang punya kesempatan memilikinya."
Ya, sebab saat itu ia sudah memiliki seseorang yang lain yang pernah berikan janji. Aku tahu beberapa tahun lalu ia menepati janji itu.
Kala tersenyum pahit, dan aku tak ingin lagi menerjemahkannya.
Seberapa paham pun kita tentang peran seseorang dalam hidup kita, bukankah tak akan ada artinya jika kita tak cukup berani memperjuangkan seseorang. Kala tidak pernah cukup berani untukku, dan aku juga tak pernah cukup berani untuk Kala. Sebab pertemuan kami bukanlah dari sebuah keberanian, maka setidaknya hari ini delapan tahun berlalu, meski cukup terlambat, aku sudah punya jawabannya.
Jawaban yang membawaku pada keberanian, Kala aku tutup dalam setiap buku kehidupanku. Ia hanya kenangan, dan cukup sampai di sana.
Ditulis Maret 2022, Diselesaikan Juli 2023.
54 notes · View notes
o-agassy · 5 months
Text
Kejawen
Akhir bulan ini saya dan keluarga telah selesai melaksanakan pernikahan adik yang nomor dua di Nganjuk Jatim.
Apa yang menjadi catatan?
Ternyata tetap tentang klenik kejawen dan hitungan weton.
Sangat membagongkan ketika mengetahui pihak keluarga mempelai perempuan sangat mempercayai, atau mungkin meyakini nya melebihi keyakinan terhadap kekuatan Bismillah.
Kenapa kok demikian?
Iya, karena serasa mereka terlalu mempersulit diri, akhirnya pihak keluarga kami juga menjadi kesulitan. Bahkan baru ini tau ada foto ka’bah bersanding dengan sesajen di dalam rumah. Sesajennya di tiap pojokan ada. Saya melihatnya dengan mata dan kepala sendiri. Padahal kedua orang tuanya merupakan guru, berarti orang terdidik.
Normally harus cuti seminggu, padahal di februari itu ada tanggal merah bisa satu minggu, ga perlu cuti lima hari. Cuti setengah tahun udah aja gitu digunain karena si mbah dukun nya. (Oh ya benar, mbah dukunnya tanggalannya hitam semua).
Belum lagi soal tanggal yang digeser, malah mereka ga mau, karena mereka mempercayai hari baik itu. Lebih malah mengorbankan semua orang agar cuti dari kerjaannya di hari senin dan selasa untuk pesta.
Apakah aku percaya?
Tidak.
Dulu di Maiyah Cak Nun juga pernah dibahas tentang masalah ini.
Kita tidak bisa menyalahkan hal-hal tersebut, walaupun juga tidak bisa membenarkan nya. Namanya juga pencarian orang-orang terdahulu mengenai “kekuatan” yang lebih superior di bandingkan daya jangkau manusia.
Namun kita tetap harus yakin, ainul yaqin, haqqul yaqin, bahwa Bismillah kita lebih ampuh dari pada itu semua.
Apa bukti kalo tidak percaya?
Saya anak nomer satu (siji) dan istri anak nomer tiga (telu). Di konsep jawa, anak SIJI dan TELU alias (JILU) itu pantang buat menikah.
Mohon maaf, saya bismillah. Dekengane Pusat!
Jadi gimana?
Kita sudah punya syariat islam yang benar-benar memudahkan. Ga pake ribet. Akad nikah walimah selesai, ga pake sesajen, ga pake embel-embel lainnya.
MasyaAllah, syariat yang dibawa Nabi Muhammad bener-bener memudahkan.
Lalu gimana kalo mau pake adat?
Menurut saya ya gapapa, dipersilahkan. Yang penting keyakinan kita tidak rusak karena sesajen atau omongan dukun itu.
Nanti kalo ga nurut dukun nikahnya jadi amburadul, nanti kalo dapurnya ga dikasih sesajen makanannya jadi cepet busuk.
Lah, itu mah namanya tukang masaknya ngga kompeten. Ngapain nyalahin yg ga ada sama masakan?
Anak-anak generasi sekarang juga banyak yang memakai adat, ngga apa-apa jika yang dipakai hanyalah secara konsep acara, tidak sampai merusak keyakinan.
Kasian lo, udah berusaha sholat puasa zakat, namun harus dirusak perkara yang demikian.
Mari saling menjaga dan mengingatkan.
Ngono ya ngono, tapi ojo ngono.
Sekali lagi, kita tidak bisa menyalahkan hal-hal tersebut, walaupun juga tidak bisa membenarkan nya. Namanya juga pencarian orang-orang terdahulu mengenai “kekuatan” yang lebih superior di bandingkan daya jangku manusia.
Namun kita tetap harus yakin, ainul yaqin, haqqul yaqin, bahwa Bismillah kita lebih ampuh dari pada itu semua.
Tumblr media
7 notes · View notes
acupofdisaster · 2 months
Text
Post-Ramadan Blues: Feeling it all without numbing it out
I have so much to sort out in this tiny little head; I have my laundry to take care of, that 9-5 routine you try to put your best version in, oh I need to socialise, don’t forget to reach out to your overseas friends too, I have family that I have been longing to see, I have an exam in 3 days after Eid, 24 hours a day is not enough, I still need to cook for an open house, oh wait…..I do have to eat because no one going to take care of this tiny little girl if she gets sick, what about maintaining all the good habits that she has been built the past month, oh that house course she needs to do, I could not remember when was the last time I wash my shoes, I think I feel homesick and about to throw up, but hey I do have a long list of things I need to do before feeling this emotion otherwise I will be screwed.
And those constant worries keep going on.
And that is, life is about juggling between things, so you can look back and say, “Wow, look at you, you are an emotionally stable grown woman with hips and things to take care of and you smashed them out without being borderline crazy.”
Oh, that is the beauty of playing solitaire; no one sees when you lose. when you get twisted.
=============================
Ia lari dari satu to-do-list ke to-do-list lainnya, berputar tiada henti, mencari keseimbangan, menentukan tempo untuk kestabilitas yang ia jaga. Sampai akhirnya ia menemukan dirinya terduduk merenung, meraba, menganalisa, ia tak baik-baik saja.
Ramadan dan keseharian yang ia ciptakan merupakan ladang amal yang ia syukuri, atau mungkin ladang distraksi? Tentang bagaimana ia lari tertatih-tatih dari emosi yang ia tolak cerna setengah mati. Ia takut hal ini menghambatnya menapaki bulan penuh berkah ini, padahal tidak jelas pula apa yang mengharuskanya tertatih? Sampai akhirnya tiba di hari kelima pasca hari kemenangan, ketika semuanya mendadak melambat dan ia akhirnya punya waktu mencerna segala emosi yang tengah berbaris minta ditelaah satu-satu. Ia kira ini emosi biasa, semakin dibedah, rupanya pilar kestabilitas yang ia bangun tiga tahun kemarin mulai goyang satu persatu.
Kenyataan paling pahit dari menjadi temporary resident adalah menerima kenyataan bahwa hubungan yang ia bangun harus selalu ada kadaluarsanya. Tidak peduli betapa langka koneksi yang ia ciptakan dengan orang-orang di sekitarnya, masa tenggat ini diam-diam menghantui; bahwa cepat atau lambat ia akan meninggalkan atau ditinggalkan. Kali ini, jelas bahwa ialah yang akan ditinggalkan, dan tidak peduli betapa hal ini sudah ia persiapkan, sudah ia catat tanggalnya, ia tetap kesulitan melangkah dan menerima. Setiap hari, rasanya seperti menghitung mundur seraya berharap nanti akhirnya ia akan baik-baik saja, atau mungkin ada gantinya? Tapi koneksi dengan manusia se-personalised itu, mana mungkin digantikan begitu saja?
Atau tentang emosi yang menyelimuti ketika melihat teman perantauan yang ia punya akan menempuh hidup baru yang “permanent” di kota yang tadinya kalian kira hanya “temporer”, yang sering kali kalian kutuk karena membuat kalian susah payah menata hidup. Perasaan abstrak yang hadir ketika sadar bahwa orang nomor satu yang menyahuti perasaan “kangen rumah”mu akan membangun rumah tangganya di sini, di kota yang kalian kutuk berkali-kali jika terpuruk.
Ada pula emosi yang sulit ia cerna karena tadinya ia bisa melihat dirinya menekuni bidang ini dalam periode waktu yang lama, namun rupanya sekarang ia sadar, menginjakkan kaki ke tempat ini jadi salah satu sumber ketakutan yang ia susah payah hindari. Ia kira ia cukup kuat mengarungi ini, namun tiba-tiba ini bukan sesuatu yang ia nikmati lagi, ia menemukan dirinya mencari pertolongan setiap hari. Minta diberi kekuatan tanpa tapi.
Belum lagi emosi lainnya yang menggebu-gebu; tentang betapa tidak amannya ia belakangan ini di sini. Sudah jadi perempuan dengan segala ketidakamanannya berlalu-lalang sendiri, ditambah agamanya pula yang kadang bisa ditunjuk salah tak terduga. Tentang bagaimanapun ia belajar menekuni ragam budaya dan kebiasaan agar ia bisa mengarungi hidupnya dengan nyaman, bolak-balik adaptasi, itu semua tidak akan pernah cukup, ia akan selalu terlihat sebagai outsider. Dengan pakaiannya, dengan wajahnya, dengan nada bicaranya. Bahkan dengan segala hal inti yang sudah ia bangun; sandang, pangan, papan, pekerjaan, atau usaha-usaha yang membuat 24/7 hidupnya berputar di tempat ini, itu semua tidak cukup. Ia akan selalu merasa tidak aman. Ia membolak-balikan lembar berita, membaca seksama, ada penusukan, dan bagaimanapun ia berusaha, persepsi orang akan selalu mengarah kepada orang-orangnya. Ia ketakutan. Ia berulang kali melempar pertanyaan ke langit, “Apa benar ini rumah? Berapa lama lagi ia bisa bertahan seperti ini, di atas kaki sendiri?”
Atau tentang bagaimana ia menangis di pagi hari karena (lagi-lagi) akses informasi yang berkeliaran tentang bagaimana di belahan dunia sana ada sesuatu yang menyiksa batinnya, lalu menemukan orang lain menganggap hal itu biasa? Lumrah? Melihat sekeliling, dan menemukan dirinya berkabung sendiri. Orang-orang di sekitarnya, dengan segala hak istimewanya, tidak mengvalidasi apapun yang ia lihat di belahan dunia sana. Ia berkali-kali kesusahan menampung frustasinya. Menemukan dirinya pulang ke rumah dengan tangan hampa, berlutut, dan berdoa, kali ini tidak hanya meminta perlindungan untuk dirinya, namun juga untuk sesamanya di belahan dunia sana.
Sesak sekali, menjabarkan satu-satu hal yang minta ditranslasi, agar jiwa ini tenang dan bisa bangkit dengan baik, menekuni kesehariannya lagi. Emosi dan hal-hal yang ia terus kesampingkan di bulan suci, semata-mata karena tidak ada waktu, semata-mata karena takut kekhusyuannya diganggu.
Tangannya turun, kali ini ia tersimpuh luluh, tak mampu menopang tangis yang ia bendung sebulan penuh. Ia sudah berusaha, rupanya mau bagimanapun caranya, ia tetap manusia yang terus berdoa minta dimudahkan jalannya karena ia sendiri gelagapan harus pulang ke mana, harus menetap di mana, menjabarkan definisi rumah entah pakai kamus siapa, lalu berbisik, “Tuhan, lagi-lagi aku tak mampu memilih, maka tolong, pilihkanlah…”
Tidak ada yang bilang padanya bahwa Ramadan mampu membuatnya lari dari emosi.
Ramadan dan kemampuannya untuk mengarahkan ia kepadaNya menemukan distraksi
Ramadan dan tentang penyadaran bahwa lagi-lagi ia hanyalah hambaNya, yang butuh afirmasi.
===================================
Setiap ada yang bertanya hal terbaik apa yang bisa ia terima sebagai manusia, ia akan bilang “certainty, stability and security”. Tiga hal yang terbukti membuat hidupnya tenang, yang membuat ia lebih bisa fokus akan hal lain; yang lebih besar dari dirinya.
Mungkin ini alasan kenapa dia berpikir berulang kali sebelum membuka pintu-pintu yang ditakdirkan untuknya, untuk sekadar bilang “iya”. Dalam diam, ada kestabilitas yang susah payah ia ingin jaga.
3 notes · View notes
abidahsy · 8 days
Text
Juni: Tiga per Empat Epilog Proyek
Saat ini pukul tiga lebih lima belas menit, dini hari. Aku memutuskan untuk menulis hal ini karena beginilah caraku melukis momen lewat kata sekaligus mengurai benang kusut yang ada dalam kepala. Semoga kamu berkenan membacanya.
Kali ini, aku akan ceritakan sebuah kisah. Kumpulan dari potongan-potongan puzzle yang saling mengisi, melengkapi, lantas membentuk satu karya utuh yang membuatku tidak henti-hentinya mensyukuri sekaligus memohon kesabaran lebih pada Allah.
Begini kisahnya:
"Saya langsung to the point saja ya, Abidah. Abidah sudah siap menikah?"
Entah untuk kesekian kalinya pertanyaan yang sama itu ditanyakan padaku. Tapi menariknya, pertanyaan ini dilontarkan oleh seseorang yang kurang dari tujuh puluh dua jam mengenalku.
Dengan apa adanya aku jawab bahwa kata siap itu relatif, terlebih bagiku yang merasa sudah siap sejak empat tahun lalu, tapi jawaban dari Allah selalu saja tidak. Eh, bukan tidak, tapi belum.
Kemudian, dia melanjutkan tentang rencana-rencana yang telah disusun, lalu dia meminta pendapatku. Obrolan sepanjang empat puluh empat menit itu bermuara pada satu pertanyaan: sudah seberapa yakin kah aku dengannya?
"Kalau saya sudah yakin 70%, akan jadi 80% saat saya menemuimu dan ayahmu nanti, lalu 90% saat kita menikah, dan 100% saat kita punya anak," begitu jawabnya. "Alasan mengapa sudah 70% karena innamal a'malu binniyaat, saya yakin orang baik akan dipertemukan dengan orang baik. Bukan karena saya merasa sudah baik ya, lebih ke proses membaik bersama," tambahnya lagi.
Mari kita sebut saja namanya Al.
Belum ada sepekan aku mengenalnya, tapi dengan izin Allah semuanya berjalan dengan cepat tapi tetap rapi dan terasa pasti.
Setelah tutup buku dengan Cahaya yang Baik, mencoba berproses dengan si Nomor Ketiga yang berasal dari 'sekolah' yang sama serta menguji kembali satu momen baik yaitu bertanya soal Senior Kampus, aku akhirnya bertemu dengan Al.
Bisa kubilang dia bukan hanya sekadar jawaban, tetapi gabungan dari berbagai jawaban atas doa yang pernah aku panjatkan.
Mulai dari doa paling serius sampai celetukan tanpa dasar, secara ajaib aku menemukan jawabannya ada dalam diri Al.
Meski aku sering beda pendapat sama ayah, bagiku ayah tetaplah laki-laki paling keren yang pernah kutemui. Terlebih lagi kalau ibuk sudah mulai bercerita tentang kelebihan-kelebihan tentang ayah, ujung percakapan kami selalu seperti ini: "iyadeh yang punya suami keren kayak gitu, sekarang masalahnya dimanakah aku bisa menemukan laki-laki seperti ayah?"
Ternyata ada di Al.
Bahkan mungkin lebih baik.
Semoga.
Pernah juga aku menyeletuk pada temanku di perjalanan pulang saat bekerja di Jogja, "Ada dua tempat yang akan aku pilih sebagai tempat menetap setelah menikah nanti, entah itu Bandung atau Bali," lalu saat temanku bertanya mengapa harus dua tempat tersebut, aku hanya bisa mengangkat bahu. Entahlah, tidak tahu. Sekadar mau saja.
Ternyata ada Al di salah satu tempat itu.
Lalu beberapa persamaan yang bagiku tidak bisa disebut sebagai sebuah kebetulan karena jumlahnya yang cukup banyak. Persamaan-persamaan yang ada pada manusia-manusia yang kutemui sebelum Al dan Al itu sendiri. Itulah mengapa bagiku Al adalah potongan puzzle terakhir yang rasanya pernah hilang tapi kembali kutemukan. Sekaligus gambaran utuh yang terbentuk sebagai hasil dari gabungan potongan puzzle yang ada.
Semoga.
Beberapa potongan yang kumaksud dimulai dari perawakannya yang seperti orang di tahun 2022, hobinya yang mirip seperti Lib, rajin ibadahnya seperti Cahaya yang Baik lengkap dengan selisih usia kami, meski kali ini Al yang lebih senior. Profesi yang menurutku identik dengan kesan maskulin seperti pekerjaan Joker dan Scor (juga ayahku), persentase keyakinan Al atas diriku nyaris seperti yang pernah si Beruntung berikan padaku, hingga pola komunikasi kami yang nyambung, rasanya seperti mengobrol dengan Kha maupun Dia yang di Warung Kopi.
Terlepas dari apa yang mungkin terjadi kedepannya, menemukan Al sudah lebih dari cukup bagiku untuk terus-menerus melangitkan syukur. Terlepas dari ujian apa yang mungkin hadir di masa depan, melanjutkan proses ini dengan sungguh-sungguh sudah lebih dari cukup menjadi alasan bagiku untuk terus bersabar.
Saat aku memohon surga agar dapat berjumpa dengan Allah sebagai harapan tertinggiku dalam hidup, ternyata Allah kirimkan jawaban berupa rasa kasih dan sayang yang jauh lebih banyak dari yang bisa aku bayangkan. Rasa kasih dan sayang dalam bentuk harapan untuk memperoleh surga tidak hanya di akhirat nanti, tetapi juga di dunia.
Semoga.
Maka, dengan hati yang penuh dengan rasa syukur dan semakin siap untuk bersabar, dapat kukatakan bahwa keyakinanku saat ini sudah mencapai tiga per empat alias nol koma tujuh lima atau tujuh puluh lima per sen. Lima poin lebih tinggi dari yang Al berikan padaku.
Bismillahirrahmanirrahim.
4 notes · View notes
blognyaayu · 2 months
Text
Apa Itu Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)?
Istilah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization). Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right).
HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Pada intinya HaKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Setiap hak yang digolongkan ke dalam HaKI harus mendapat kekuatan hukum atas karya atau ciptannya. Untuk itu diperlukan tujuan penerapan HaKI. Tujuan dari penerapan HaKI yang Pertama, antisipasi kemungkinan melanggar HaKI milik pihak lain, Kedua meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi kekayaan intelektual, Ketiga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan industri di Indonesia.
Tumblr media
Pentingnya HAKI
Lalu bagaimana apabila karya kita atau milik orang lain tidak dilindungi? Sudah pasti dipastikan akan terkena pembajakan. Sebegai contoh untuk di dunia pendidikan saat ini marak adanya pembajakan buku. Pembajakan buku ini makin marak terjadi di masyarakat, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pembajakan buku, salah satunya adalah kurangnya penegakan hukum, ketidaktahuan masyarakat terhadap perlindungan hak cipta buku, dan kondisi ekonomi masyarakat.
Sudah banyak pelaku terjaring oleh aparat, dan masih banyak pula yang masih berkeliaran dan tumbuh, seiring tingginya permintaan oleh masyarakat. Untuk itu butuh kesadaran dari masyarakat untuk mengetahui HaKI agar karyanya tidak diambil oleh orang lain. Berikut ini terdapat macam-macam HaKI
Macam-macam HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)
Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.
Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu “seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Hak Kekayaan Industri
Paten : Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang berupa : Proses, hasil produksi, penyempurnaan dan pengembangan proses, penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.
Merek : Terdapat beberapa istilah merek yang biasa digunakan, yang pertama merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Desain Industri : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Desain Industri, bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bahwa, Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Rahasia Dagang : Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang bahwa, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Indikasi Geografis : Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Pasal 56 Ayat 1 Tentang Merek bahwa, Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
2 notes · View notes
untung33me · 3 months
Text
Pria ini mendadak jadi orang terkaya ketiga sedunia
Kebanyakan miliuner menandakan kekayaan mereka dengan membeli mobil mewah, kapal pesiar, istana, hingga pulau pribadi. Namun lelaki Amerika Serikat bernama Reggie Theus ini malah menawarkan membayar anggaran negara sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Theus mendapat uang kaget Rp 46.088 triliun masuk mendadak ke rekening tabungannya dan menjadikan dia lelaki terkaya nomor tiga sejagat.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Jumat (4/10/2013), Theus bekerja sebagai manajer restoran. Dia mengatakan kaget pundi-pundi tabungannya terisi penuh, "Aku belum pernah sekaya ini," ujarnya.
Namun bank tidak disebutkan namanya itu menyadari kesalahannya dan segera menganulir jumlah uang di rekening tabungan Theus. Bank itu juga enggan menyebutkan karyawan telah melakukan kesalahan itu.
Theus pun tidak jadi menawarkan uangnya demi membiayai anggaran negara saat ini masih menjadi perdebatan antara Partai Republik dan Demokrat.
Masalah anggaran ini masih belum diketahui ujungnya yang berdampak pada penutupan beberapa instansi pemerintah, bahkan Presiden Barack Hussen Obama membatalkan perjalanannya ke Asia demi mengurus penetapan anggaran Amerika itu.
2 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
Sepenggal 2022
Aku nggak bisa bilang bahwa tahun ini adalah tahun yang lebih baik ataupun lebih buruk. Bahwa tahun ini aku lebih dewasa, bahwa masalah-masalah itu telah kuselesaikan, bahwa aku sudah tidak lagi melakukan kesalahan, bahwa aku tidak lagi menangis, bahwa aku tidak lagi menyesali yang apa yang telah terjadi.
Namun, aku sangat menyadari bahwa setidaknya di tahun ini, aku lebih banyak belajar di banding di tahun-tahun sebelumnya. Bahwa setidaknya di tahun ini, aku lebih menyadari apa saja yang baik untuk ketenangan hatiku, dan apa saja yang berpotensi untuk merusaknya. Bahwa setidaknya di tahun ini aku lebih mawas diri untuk memilih sebuah keputusan, bahwa setidaknya di tahun ini, aku berani mengaku bahwa aku adalah manusia yang bisa salah dan harus bertanggung jawab, bahwa aku adalah manusia yang tidak tahu banyak hal jadi mesti harus terus belajar. Bahwa setidaknya, aku menyadari, bahwa meski perlahan dan tak secepat orang lain. Aku telah berproses dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
Aku juga bertemu banyak sekali orang-orang baru di tahun ini. Orang-orang yang mengenalkanku bahwa dunia ini luas dan juga bisa sangat sempit. Orang-orang yang membuatku menyadari, bahwa yang kesepian dan ingin didengar di bumi ini bukan hanya aku seorang diri. Orang-orang yang membuatku tidak malu untuk menampakkan kelemahan serta kekurangan diri. Orang-orang yang memberitahuku bahwa dunia dan segala yang ada di dalamnya bisa sangat kompleks dan sederhana di waktu yang bersamaan. Orang-orang yang memaksaku untuk menerima, bahwa kita tidak akan pernah sama sehingga akan banyak sekali karekter unik yang tak pernah lepas untuk membuat kita terkesima dan juga kehabisan kata. Orang-orang yang secara tidak sadar membuatku untuk berani membuka diri serta bercerita hal-hal yang selama ini hanya mampu kusimpan sendiri.
Di tahun ini pula, aku menemukan tiga pintu, yang dengannya, beberapa ruang luas lainnya terbuka untukku. Pintu pertama, memberikan aku jalan menuju sesuatu yang sudah lama menjadi hobi yang aku cintai, yaitu menulis. Darinya, aku mengetahui bahwa dengan menulis, ternyata bisa semenyembuhkan itu. Pintu kedua, membukakan aku jalan untuk bertemu dengan mereka-mereka yang punya misi yang sama denganku. Darinya, aku belajar bahwa terkadang untuk mewujudkan mimpi besar, kita membutuhkan bantuan tangan orang lain. Dan pintu ketiga memberiku pemandangan akan dunia luar yang belum pernah ada dalam bayanganku. Memberiku kesempatan mendengar berbagai perspektif berbeda tentang kehidupan. Serta darinya pula, salah satu mimpi sederhanaku akhirnya terwujud. Yaitu bisa punya buku Yeyyyy...
Terus, tahun ini tuh aku nyadar banget bahwa emosiku jauh lebih stabil. Aku masih sering marah ataupun nangis. Tapi tidak seheboh dulu. Sekarang tuh kayak lebih ke arah udah mager atau males ajah untuk teralu heboh mengungkapkan perasaan wkwk. Jadi lebih sering diam. Nggak meledak-meledak seperti dulu.
Aku masih ngerasa aku bodoh banget di beberapa keadaan atau atas pilihan yang aku ambil. Di kesempatan yang lain, aku ngerasa aku udah bisa mengambil keputusan dengan kepala dingin.
Tahun ini berjalan dengan begitu cepat. Perasaan baru kemarin ngelewatin malam-malam panjang dengan penyesalan dan tidur yang tidak pernah tenang. Sekarang atas apa-apa yang udah terjadi di-yaudah-hin aja. Udah di tahap nggak peduli apa 'impres' orang sama diri ini—alias udah lebih bodo amat. Udah di tahap lebih sayang sama diri sendiri (atau masih belajar untuk bisa lebih sayang) dan yang paling penting dari itu semua. Aku belajar bahwa, kebahagiaan dan ketenangan hatiku saat ini adalah prioritas nomor satu.
Aku nggak tahu apa yang akan menantiku di depan. Aku nggak tahu apa tahun depan masalah ini bisa kuselesaikan. Aku nggak tahu apa tahun depan aku bisa kembali melanjutkan sekolahku. Aku nggak tahu apa tahun depan aku bisa punya pekerjaan tambahan dan bisa pulang ke rumah lebih sering.
Yang aku tahu ialah. Aku akan selalu banyak belajar dari apa-apa yang telah kulewati selama ini.
tanpa tahun 2022 atau tahun-tahun sebelumnya. Kalian mungkin tidak akan pernah ketemu dengan sosok Mila yang kalian kenal hari ini.
Jadi, selamat mendewasa duhai diri.
17 November 22
29 notes · View notes
narashit · 1 year
Text
Laki-Laki itu Bajingan
Mataku cuma dua dan mereka nyaris kewalahan buat meladeni daftar tonton di dalam batok kepalaku. Ini salah satu tangkapan layar judul film yang baru sempat kutonton belakangan.¹ Jika mesti kusimpulkan, selain apa-apa yang tak perlu kubahas di sini, film itu ingin bilang kalau laki-laki bisa sangat jahat dan patut dibenamkan kepalanya ke rawa-rawa sebab mereka tahu betul apa yang mereka lakukan.
Aku akan menceritakan sebuah dosa dan lubang gelap yang sebelumnya kututup rapat-rapat. Ini tentang orang yang sangat kusayang. Ia mengenal kekasihnya dengan baik. Ia menganggap dirinya mengenal kekasihnya sebagai laki-laki baik. Pekerja keras, tampak gemar beribadah, kerap membagikan ayat-ayat suci nan indah penuh arti, dan tidak mabuk-mabukan. Dengan kata lain, laki-laki itu 180 derajat berkebalikan denganku.
Laki-laki itu seperti harapan berjalan. Sosok nyaris sempurna buat dijadikan teman menyusuri lorong gelap penuh jebakan dan tahi bernama kehidupan. Singkatnya, mari kita sepakati kalau nyaris perempuan mana pun akan menerima bujuk rayunya dengan dada lapang.
Waktu terus berjalan dan kehidupan dua sejoli itu dilimpahi kesenangan sampai tendangan pertama mendarat tepat di tulang kering perempuan itu. Waktu terus berjalam dan kehidupan asmara perempuan itu kembali baik sebelum cekikan pertama menyesakkan leher mungilnya. Waktu berjalan kembali dan perempuan itu menerima permintaan maaf laki-laki itu sampai kemudian perempuan itu mendapati rahasia menyakitkan dan bertingkat-tingkat tentang laki-laki itu. Lagi-lagi waktu terus berjalan dan perempuan itu dipaksa menggugurkan kandungannya.
Aku melihat sendiri bagaimana ia menangis sambil menahan sakit "isi perutmu seperti di-blender." Bagaimana ia berusaha mengatasi pikirannya sendiri di tengah pikiran tentang orang tua, lingkungan, pertemanan, atau apa pun, yang pada saat tertentu bisa membuatmu gila. Tanpa kita menyenggol kesediaannya melakukan cabang olahraga ngentot pun, memaksakan sesuatu yang risikonya hidup-mati, dan nyaris ia tanggung sendiri, kepada orang lain cukup untuk membuatmu dijadikan bantalan rel kereta.
Menulis ulang sebagian kecil ingatannya saja seperti menaruh sekat di jalur pernapasanku. Jantungku berdebar-debar. Napasku sesak. Dan aku ingin memukul kepala orang dua kali.
Kepada laki-laki, menganggap perempuan semacam benda yang bisa dipilih dan dibuang seenak jidat hanya akan menjadikanmu seorang monster. Berpikir laki-laki lebih baik dalam segala hal dan karena itu perempuan mesti menuruti apa yang dikatakan laki-laki hanya akan membuatmu tampak seperti tong sampah. Keliru menganggap perasaan sayang kepada perempuan sebagai takut adalah kesalahanmu nomor tiga.
Satu hal yang perlu kau ingat, perempuan punya kekuatan yang kapan pun dapat mempecundangimu. Dan meskipun sering kau remehkan dan kau jadikan bahan olok-olok, seorang banci bisa jauh lebih baik dalam memperlakukan perempuan. Itulah kenapa Naruto bilang laki-laki yang memperlakukan perempuan dengan buruk lebih jelek dari sampah.
#30haribercerita #30hbcscreenshot #30hbc2318
1. Judul film: She Said - Maria Schrader (2022).
23 notes · View notes
fadiladeen · 6 months
Text
Mata
Cerita ini aku rahasiakan dulu di Tumblr sebelum aku post dan nulis buku.
Tiga tahun yang lalu, aku adalah seorang aktivis muslimah yang penuh dengan kegiatan. Aku suka menulis dan mengajar. Tak tanggung-tanggung aku aktif di tiga organisasi sekaligus, dan beberapa organisasi lainnya yang aku join ketika senggang. Aku pulang ke asrama tempat singgahku hanya untuk istrahat dan tidur saja. Selain berorganisasi, tentu saja aku memiliki kewajiban untuk berkuliah karena statusku sebagai seorang mahasiswa. Aku disibukkan dengan segala kegiatan yang membuatku lupa dengan satu hal, yaitu urusan cinta.
Sebagai muslimah yang sedang belajar taat, saat itu aku ingin membatasi diri dari memiliki perasaan spesial kepada lawan jenis. Meskipun mungkin ada, dan itupun suka (belum cinta ya) dalam diam dengan seseorang yang pertama kali membuatku kagum di kampus.
Kami bertemu ketika ada acara Musabaqah Quran, aku menjadi panitia di belakang layar dan dia leadernya. Aku kagum dengan caranya bertutur dan berinteraksi dengan akhwat, sangat menjaga dan tidak pernah kontak mata secara langsung. Pun sama ketika beberapa waktu yang lalu, yayasanku mengadakan sebuah event. Aku terkejut dia tiba-tiba hadir lalu menyampiriku untuk mengisi registrasi. Sempurna, dia tak menatapku secara langsung. Tapi lucunya aku yang keterlaluan salah tingkah. Haha.
Diantara kisah cinta yang paling kusyukuri adalah aku pernah menjauh dengan seseorang setelah mengetahui perasaanya kepadaku. Saat itu aku sedang ada kelas yang digabung dengan kelas lain. Aku mendapati sosok laki-laki tinggi, putih dan fasih bahasa Inggris menyorot mataku dalam waktu lama. Aku tahu dia seseorang yang cukup terkenal di jurusanku yang mungkin banyak yang menyukainya.
Aku mencoba menunduk saat ia menatapku tapi tetap saja matanya terus menyorotiku dalam waktu yang cukup lama. Setelah selesai kelas dan masing-masing pulang ke kosnya. Aku mengecek HP dan melihat storynya. "Matanya sangat indah"
Kurang lebih seperti itu ia menulisnya dalam bahasa Inggris. Kukira hanya sekali tapi ternyata ia sering membuat story tentang perasaan kagum baik berbentuk puisi, majas, atau Quotes. Saat itu aku berpikir itu bukan untukku, mungkin saja ia sedang merangkai kata dalam bahasa inggris untuk meningkatkan skillnya. Aku merasa tidak peka dengan apapun yang ia tulis.
Namun suatu ketika rasa penasaranku semakin meningkat. Apa iya kata-kata begini hanya ditujukan padaku? Aku pun menanyakannya kepada teman teman kelasnya tentang storynya apakah di hide atau untuk semua orang. Dan ternyata benar, itu hanya untukku.
Namun lagi-lagi setelah aku tahu itu, aku tetap tidak merasakan apa-apa. Aku merasa bahwa tidak mungkin orang yang luar biasa seperti dia bisa mengagumiku yang perihal skincare saja tidak tahu apalagi memakainya. Aku memilih menjauh darinya, memblokir nomor hingga unfollow sosial medianya. Aku takut saja jika kekagumannya berlarut-larut pada orang yang banyak dosa seperti diriku.
Pun kalau saja aku merespon perasaanya, lalu setelah itu apa? meresmikan dengan pacaran?
Big no... Posisiku dalam lini dakwah saat itu cukup penting sehingga untuk berpacaran saja sudah benar-benar melanggar marwah sebagai aktivis dakwah. Aku tidak mau menggubris perasaanya, itu sama saja aku siap meluncur kedalam jurang yang mungkin membuatku tidak bertemu lingkungan kebaikanku saat ini.
Aku bersyukur karena memilih menjauh darinya meski ada perasaan iba dan tetap ingin dicintai namun prinsipku sangat kuat untuk tidak meresponnya. Hingga sampai saat ini, tak ada lagi komunikasi diantara kami, tidak pernah saling tahu sosial media masing-masing, nomor juga tidak saling save. Semua aman terkendali.
Tapi aku curiga ia datang dengan versinya yang baru, bukan untuk mengajakku pacaran tapi untuk ke jenjang yang serius seperti yang ada di cerita-cerita hehe. Canda, ini hanya kehaluan saja.
Namun yang pasti, di posisiku saat ini sebagai seorang muslimah yang aktif dan diharuskan berinteraksi dengan ikhwan sehari-hari, aku memang perlu berpikir untuk memliki tambatan hati. Karena jujur saja, aku merasa risih dengan beberapa laki-laki yang mendekatiku. Aku bisa merasakan mereka mengagumiku meski belum 100% pasti. Tapi karena mungkin tindak polosku yang membuat mereka salah paham sehingga bebas saja mereka menaruh rasa.
Perasaan ini menyiksaku. Aku rindu seseorang yang namanya tertulis dalam lauhul mahfudz. Aku rindu kehadirannya. Dia adalah satu-satunya orang yang akan menyelamatkanku, menjadi orang yang paling kucinta dan satu-satunya teman hidupku selamanya.
Kapankah kau akan menjemputku?
Semoga Allah menjagamu dalam ketaatan, melindungimu dari segela keburukan dan dosa. Semoga Allah jadikan perasaan rindu kita sebagai jihad cinta menuju SyurgaNya....
10.12.23 ~ Menunggumu disini.
3 notes · View notes
catatandarinol · 1 year
Text
Wanita itu terlahir dengan keadaan yang lemah tapi sungguh mereka lebih kuat dalam menahan rasa sakit dari laki-laki. Dia membersihkan rumah dengan bersih, mencuci pakaian, menjaga anak-anak, membuat makanan, mengasuh anak-anak, mendidik anak-anak dan segala hal yg masih banyak lagi dia lakukan sendiri jadi jangan merendahkan wanita saat kau tak pernah berada diposisinya, untuk pekerjaan semua itu tak semestinya dilakukan oleh seorang saja yg bernama anak wanita, istri, ibu saja. Bukankah keluarga salah satu organisasi kerjasama paling kecil dilingkungan masyarakat? Lalu mengapa wanita paling dominan?
Turut berduka cita atas Indonesia yang telah menjadi negara nomor tiga fatherless. Karena ini, anak laki-laki juga berpengaruh dalam lingkungan yg terbentuk secara umum. Karena ini anak-anak laki-laki tidak menyadari bahwa membersihkan rumah dan pekerjaan pekerjaan diatas itu adalah scill basic bukan pekerjaan gender. Kalopun itu pekerjaan gender bahkan wanita bisa lebih pandai mencari uang dari laki-laki. Lalu, kenapa dunia tidak adil pada wanita?
12 notes · View notes
wwwintinewscoid · 4 months
Text
Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024 Di Persimpangan Hak Angket
INTINEWS.CO.ID, NASIONAL – Pesta demokrasi, penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024 di persimpangan Hak Angket. Tidak menampik ketika timbul ketidakpuasan dari beberapa orang, kelompok dan lain-lainya yang mempertanyakan ini dan itu. Pertanyaan, adakah kecurangan yang terstruktur dan masif pada penyelenggaraan Pemilu? atau, adakah gerombolan yang secara terstruktur dan masif tidak mau menerima hasil…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tira-lapan · 5 months
Text
"Berprasangka baik sebab akan selalu ada hal yang bisa disyukuri."
Siang ini, tiba-tiba teringat kehidupan masa kecil lalu membaca postingan tentang keluarga membuatku semakin merindukan rumah. Ibu, bapak, mbak & setrung.
Bagi setiap anak, ibu bapak selalu spesial dan luar biasa. Perjuangan dan jerih payah membesarkan anak-anak, doa yang tak pernah berhenti dilantunkan, kasih sayang yang tak lekang oleh waktu.
Sebagai anak nomor dua dari tiga bersaudara dengan jarak usia dekat. Aku seperti punya sahabat sekaligus mentor. Pendapat, masukan, nasihat dan value mereka bisa menjadi dasar aku mengambil keputusan.
Lahir dan tumbuh besar bersama mereka adalah kesyukuran.
Saat ini jarak memisahkan, tinggal ibu bapak yang di rumah; berdua. semoga semua selalu sehat dalam lindunganNya.
Arut Utara, Kalimantan Tengah. 2024.
2 notes · View notes
ariekdimas · 1 year
Text
Arga, Garuda Berkaki Satu (Bab 1 - Mimpi)
Tumblr media
Sorak penonton menggema di tribun lapangan Stadion Mahanan, Solo. Semua penonton berteriak ramai menonton laga pertandingan perempat final sepak bola antar sekolah nasional. Terdengar suara hingar-bingar para penonton yang saling menabuhkan drum, membunyikan terompet dan meneriakkan yel-yel. Sebagian lainnya ada yang mengibarkan bendera dan mengenakan atribut khusus untuk mendukung timnya masing-masing.
Hari ini berlangsung pertandingan antara Tim SSB (Sekolah Sepak Bola) Macan, Jakarta melawan Tim SSB Angkasa, Salatiga untuk memperebutkan posisi di babak semifinal. Laga ini menjadi penting bagi kami, karena tim sekolah yang menjadi juara nanti berkesempatan untuk bergabung dalam Timnas U-17 Indonesia. Siapa sih yang tidak ingin masuk dalam tim inti sepak bola Indonesia untuk membela negeri ini di kancah internasional.
Walaupun masih jauh jaraknya, setidaknya aku melangkah maju untuk mewujudkan mimpiku sedari kecil. Yakni mimpi untuk membawa harum nama bangsa dengan menjadi juara nomor satu sepak bola dunia. Selain itu, aku sudah berjanji sama Ibu dan Ayah bahwa aku pasti bisa untuk bermain dalam tim sepak bola profresional dan membuat mereka bangga. Agar nanti ketika ku bisa menjadi pesepak bola yang sukses, aku bisa membahagiakan mereka dengan membelikan tempat tinggal yang lebih layak, serta bisa memberangkatkan mereka untuk pergi haji.
"ARGA JANGAN MELAMUN TERUS! BERSIAP TANGKAP OPERANKU!" teriak seorang rekan tim dari belakang kepadaku.
"Baik, serahkan padaku." Aku yang memakai jersey bernomor punggung 10 segera berlari mengambil operan dari temanku ditengah lapangan.
Zap!!! Bola kini ada dikakiku, aku pun langsung melesat ke arah gawang lawan. Di sisi pertahanan lawan ada tiga orang bek yang menjaga. Dua orang bek menghampiri untuk mengunci lajuku, sedangkan satu orang berjaga-jaga di dekat kiper. Beruntung aku melihat temanku Rio dalam posisi kosong disisi sebrang lapangan.
"Rio! Pakai combo spesial kita." Dengan kaki kananku aku segera mengoper bola melambung membentuk parabola sejauh 50 m ke arah kanan.
Dengan dadanya, Rio berhasil menerima bola operan dari ku tersebut. Aku dan Rio sudah bermain bola bersama sejak kecil. Kemampuan sepak bola kami bisa dikatakan hampir sama, akan tetapi ia memiliki kemampuan trapping bola yang diatas rata-rata. Ia bahkan mampu menerima bola tanpa mengurangi kecepatan larinya. Karena itu kami sering menjadi partner pemain penyerang yang bisa saling mengandalkan. Orang-orang sering menyebut kami sebagai Dynamic Duo, Arga-Rio.
Rio menggiring bola maju dan berhasil melewati satu bek di dekat kiper. Dengan cepat ia segera melakukan shoot bola dari jarak 13 m depan gawang lawan. Bola yang ditendang Rio menargetkan ke sudut kanan atas gawang. Bola melaju kencang itu ternyata berhasil di tepis oleh sang kiper lawan. Namun bola tidak bisa ditangkap dan memantul ke arah tengah tanpa ada bek lawan yang mengambilnya. Aku yang dalam posisi terdekat dari sana segera menyambar dan menendang bola.
Shoot dan "Goooaaal!!!"
Bola berhasil masuk. Skor saat ini menjadi 2: 1 untuk tim SSB Macan dan tim SSB Angkasa. Aku yang senang karena berhasil membobol gawang lawan langsung melakukan selebrasi sui ala Cristiano Ronaldo. Teman-teman pun mengerubungi ku dengan bangga.
"Kerja bagus Arga! Sekarang tinggal beberapa menit lagi sebelum pertandingan selesai. Ayo kita bisa bertahan sampai akhir." Kata Rio.
Priiittt!!! Pertandingan berakhir. Dan benar saja, tim SSB Macan berhasil mempertahankan skor nya sehingga unggul dan lolos untuk maju ke babak semifinal.
"Yosh! Tinggal dua pertandingan lagi untuk bisa masuk menjadi timnas U-17. Dengan kemampuan sepak bola dan kaki super ku ini, aku yakin 100 persent kita bisa lolos."
"Hahaha.. awas jangan terlalu PeDe Arga. Kita harus tetap berhati-hati, mengatur strategi dengan baik dan tidak meremehkan lawan selanjutnya. Ingat! Fokus pada mimpimu bro. Jangan terlalu berbangga diri dulu di awal." Ujar Rio kepada Arga.
Perkataan Rio ada benarnya. Lebih baik saat ini aku beristirahat dan mempersiapkan diri kembali untuk pertandingan semifinal minggu depan
Oh iya, ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diriku dengan lengkap ya. Namaku Arga Zidane Prasetyo biasa dipanggil Arga.
Nama ini diberikan oleh kedua orangtuaku dengan makna yang indah. Apalagi arti nama Arga cocok sekali disematkan untuk calon jagoan, sekaligus menjadi do'a agar kelak aku bisa menjadi anak yang tumbuh kuat dan tangguh seperti halnya gunung tinggi.
Kemudian nama Zidane itu disematkan karena Ayah suka banget dengan tim sepak bola Perancis tiap nonton Piala Dunia, terutama dengan pemain legendarisnya yaitu Zinadine Zidane. Kedua orangtuaku berharap agar nanti aku bisa jadi orang hebat, berpretasi dan menjadi seorang juara layaknya Zidane.
Kesukaan Ayah menonton sepak bola ternyata menular kepadaku. Benar rupanya bahwa nama adalah do'a. Aku sudah mencintai sepak bola sejak masih kecil. Kalau dikasih mainan pasti yang kupilih adalah bola, aku nggak peduliin mainan lain seperti mobil-mobilan atau robot dengan suara "fire-fire" yang khas itu.
Aku ingat ketika usiaku menginjak 5 tahun, Ayah selalu mengajak aku bermain bola di lapangan dekat rumah setiap hari minggu pagi. Ayahku memang bukan seorang pemain, pelatih bola atau guru olahraga profesional, beliau hanya sekedar bisa bermain bola dari hobinya bermain futsal bersama teman-temannya. Namun dari nya lah aku mampu menguasai dasar sepak bola seperti menggiring (dribbling), mengoper (passing), menembak (shooting), menyundul bola (heading), menerima bola (juggling), dan menghentikan bola (trapping)
Selain itu aku juga sering diajak sama Ayah nonton pertandingan bola di televisi terutama saat Piala Dunia dan aku sangat menyukainya. Aku yang masih kecil sangat suka melihat saat tim pemain dari negara pemenang mengangkat tropi emas dan merayakan kemenangannya. Ingin rasanya bisa mengangkatkan piala emas itu juga. Namun ketika usiaku semakin bertambah aku menyadari bahwa Indonesia belum pernah ada dalam daftar negara yang bermain dalam pertandingan sepak bola dunia. Saat itu lah aku mulai tertantang dan mempunyai tekad untuk bisa membawa Indonesia bermain dalam piala dunia. Terdengar mustahil memang tapi siapa yang tahu.
Aku bukan dari keluarga yang berkecukupan lebih, Ayah hanya seorang PNS golongan 2b sedangkan ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Untuk bisa membeli sepatu bola aku harus berjualan donat atau kue-kue jajanan pasar buatan ibu ke sekolah. Tapi beruntungnya aku memiliki orang tua yang supportif. Ketika usiaku menginjak 9 tahun, mereka memasukkan aku ke SSB (Sekolah Sepak Bola) Macan Jakarta agar kemampuan sepak bola ku dapat terpoles dengan baik.
Di SSB Macan inilah pertama kali aku bertemu dengan sahabat dan rekan timku, Rio Faturahman. Kami menjalani latihan bersama di sekolah bola selama 3 jam dalam satu minggu. Rumah Rio pun tidak jauh dari rumahku. Selain bermain bola, aku sering diajak Rio untuk pergi mengaji bareng tiap sore. Jadi tidak heran jika aku memiliki kemistri yang kuat dengan Rio ketika bermain bersama dalam suatu pertandingan sepak bola.
Selama berada di SSB Macan, berbagai gelar juara pertandingan kelas junior telah berhasil aku raih seperti Dondone Cup, Piala Dispora DKI Jakarta serta Indonesia Junior League (IJL) U-11 dan IJL U-13. Bisa dibilang saat ini aku dianggap seperti bintang di sekolah, karena selalu membawa tim sekolah juara. Bahkan aku rasa jika tidak lolos Liga Nasional penentu ini, aku yakin dari PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) juga pasti notis dengan keberadaanku.
Tapi tidak boleh berandai-andai terus Arga. Pertandingan berikutnya akan tiba sebentar lagi. Kini saatnya untuk fokus agar bisa bermain dengan baik.
(Bersambung)
#5CC #5CC22 #bentangpustaka #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarwritingcareerclass
7 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Menu Sarapan dalam Bertahan Hidup: Episode Terakhir
Aku beruntung Bapak tidak melapor polisi karena hilangnya aku dari hidupnya selama tiga bulan penuh. Tak kusentuh semua media sosial yang biasa kugunakan. Nomor telfon yang lama, kuganti dengan nomor terbaru. Tak ada yang tahu kabarku, kecuali Marla.
Pagi ini, aku tak sarapan lagi. Obat yang minggu lalu diberikan oleh dokter berhenti kuminum di hari ketiga. Apa gunanya? Lagipula aku tak lagi punya tujuan. Mimpiku hangus terbakar waktu dan pilihan Bapak. Orang yang kupikir menyayangiku, ternyata hanya memedulikan hidupnya. Tidak lagi mungkin aku bertahan di hidup yang tak berarah ini.
Sebotol obat anti kejang, berisi 100 tablet, berdiri tegak di tengah meja belajar. Kubeli ia secara daring. Aku tak yakin dia asli, tapi, toh, tujuanku yang paling jelas adalah menegak semua butir sekaligus dan berharap terbangun di tempat paling indah.
Kusiapkan segelas penuh air mineral, kubuka botol putih itu. Apakah begini akhirnya? Apakah betul, hidupku yang selama ini kujalani sia-sia? Apakah aku bisa menyusul Ibu dengan cara menyedihkan seperti ini? Apakah Tuhan akan memaafkan dosaku? Apakah ini takdir yang Tuhan telah tentukan? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat di kepalaku.
Saat hendak kuteguk 10 butir pertama dari 100 total butir, ada yang mengetuk pintu kosanku.
Satu ketukan.
Dua ketukan.
Tiga ketukan.
“Mila, kamu di dalam? Ini Bapak.”
Suara berat itu hadir tanpa undangan. Suara berat itu, yang kukenal selama seperempat abad hidupku, terdengar begitu nyata. Apakah benar suara Bapak? Ataukah ini hanya khayalanku belaka?
“Mil?” Terdengar lagi suara Bapak. Suara itu nyata.
Segera kumasukkan kembali tablet-tablet itu ke dalam botolnya dan kulempar botol itu ke laci terdalam meja belajar. Kubuka pintu dengan pandangan buram—dipenuhi air mata, yang tentunya segera kudorong ke sudut mataku. Kulihat Bapak berdiri dengan ransel bututnya sambil menjinjing sebuah keresek hitam.
Aku tak tahu bagaimana Bapak bisa tahu keberadaanku. Mungkinkah ia dapat telfon dari rumah sakit seminggu lalu? Mungkinkah Marla diam-diam memberi tahu Bapak?
Dalam beberapa detik, kami saling memandang dengan mata yang sama-sama berkaca-kaca. Aku tak tahu harus bilang apa.
“Bapak bawa sarapan. Ayo makan.” Katanya dengan suara bergetar.
Kupersilakan Bapak masuk. Yang kutahu selanjutnya, sarapan yang dibawa bapak membuatku bertahan hidup.
Setidaknya untuk hari ini.
Tamat.
11 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year
Text
Menutup Januari
sebuah catatan, pengingat dan refleksi.
Hal pertama yang ingin aku catat adalah, gagalnya bukuku terbit. Aku tidak berencana menelusuri kenapa penerbitnya begitu molor dan tidak memberikan penjelasan yang lebih detail. Aku hanya disuruh menunggu tanpa alasan yang cukup, sudah melampaui harapan yang diberikan doi saja. Tapi tak masalah, sejak awal aku tak berharap banyak soal ini meski cukup excited dengan rencana terbit yang bahkan sudah tahap layout Desember lalu.
Karena itu mungkin sudah waktunya aku merampungkan naskah lain yang terbengkalai, mencoba penerbit lain lagi meski ya pada akhirnya akan kembali gagal untuk kesekian kali. Aku dan kegagalan kan sudah bersahabat sejak lama, jadi tak masalah. Meski suatu hari akan aku khianati kegagalan walau hanya dengan satu pencapaian. Lihat saja! Aku pendendam orangnya, hahaha.
Hal kedua adalah, tahun ini aku berencana mengelola channel youtube dengan rencana upload video sekali seminggu. Ya sejujurnya nyaris tak tercapai, selain aku yang masih tak percaya diri untuk editing video, aku juga bingung cara berkomunikasi satu arah. Kesalahanku mungkin, sebagai orang yang suka menulis aku tak membuat latihan bicara dengan teks, pernah si tapi ujungnya malah melenceng karena aku lebih mengikuti pikiranku.
Meski akhirnya aku mencapai upload video 4 selama sebulan, koreksinya tetap aku tak bisa konsisten soal waktu dan masih terbatas dalam kreativitas. Masih butuh belajar banyak baik itu soal berkomunikasi, editing video, kreatif konten juga barangkali marketing.
Hal ketiga adalah, akun storialku hanya berhasil menambah satu part selama bulan ini. Aku merasa perlu merawatnya lebih baik. Merampungkan novel yang entah kapan ketemu musenya.
Mengikuti project novel komunitas, barangkali storialku akan lebih hidup bulan depan. Meski sepi peminat, untuk alasan nyaman dan menyenangkan, aku selalu merasakan itu setiap kali berhasil menambah satu part baru di storial. Dan seharusnya aku terus melanjutkan itu untuk perasaan yang lebih menyenangkan.
Berikutnya, hal yang paling perlu aku koreksi adalah, memperbaiki ritme pada minatku terhadap sesuatu. Sepertinya aku masih gagal soal mengelola rasa penasaran. Masih suka kalap hingga ujung-ujungnya overload dan jadi mageran. Fokus, sepertinya aku perlu lebih banyak berlatih soal ini.
Kebiasaan membaca masih nomor satu yang aku senangi dari diriku, meski kadang diselingi nonton film atau video, ya setidaknya yang aku tonton bukan gosip artis yang menimbulkan kejulidan tak penting. Bersosial media mulai terkendali meski tanpa puasa sosmed. Ah, olahraga masih gagal jadi habit. Hmmm, dasar pemalas.
Kegagalan lainnya banyak, seperti aku tidak bisa memposting satu tulisan perhari di instagram dan tumblr, padahal pekerjaan lagi ringan selama Januari. Aku gagal pula liburan ke danau toba karena mendadak dibatalin sama kawan (memang benar, yang direncanakan lebih sering gagal daripada yang terjadi apa adanya), mungkin ke depannya solo traveling aja kali ya.
Sisanya, ya apalagi kalau bukan sosialku yang buruk. Tadi malam Ibu telpon, katanya mulai khawatir soal jodoh. Bulan dua sahabatku sejak SMA akan menikah, bulan tiga yang satunya lagi menikah (kami se-genk bertiga) ya wajar kalau Ibu mulai panik aku masih santai saja.
Sejujurnya aku bukan tak minat, hanya saja aku sadar diri semakin buruk dalam membangun hubungan. Jadi ya, daripada membuang waktu dengan usaha yang melibatkan orang lain, perkenalan lalu gagal, mari membiarkan takdir bekerja. Mari melihat seperti apa semesta membuatku percaya bahwa telah bertemu dengan seseorang yang tepat sehingga tak ada lagi perdebatan tentang sikapku yang buruk soal pernikahan, hubungan dengan laki-laki dan sebagainya yang berkaitan.
Oke sepertinya cukup sekian, mari lebih baik kedepannya.
31.01.2023
13 notes · View notes