Tumgik
#berbagi
duniapetualangkata · 1 year
Text
Semakin dewasa seorang wanita, yang mereka butuhkan bukan lagi sebuah perhatian.
Semakin dewasa mereka, yang paling mereka butuhkan hanyalah teman ngobrol, ajak mereka ngobrol perihal segala yang pernah membuatnya merasa lelah, ragu dan patah harapan.
Mereka sangat membutuhkan teman dan tempat berbagi.
168 notes · View notes
yustrialubna · 10 months
Text
Tanpa disadari, sikap seolah baik-baik saja dihadapan orang yang kita cinta sebenarnya termasuk egois dalam hubungan.
Tau kenapa? Karena bahagia juga tercipta ketika kita bisa berada di samping seseorang yang kita cinta terlepas apapun keadaannya. Merasa berguna. Berbagi dalam cinta, tak hanya perihal tawa tapi juga derita.
-
69 notes · View notes
abidahsy · 4 months
Text
Merayakan Hitam, Putih, Abu-Abu
Entah siapa yang lebih dulu pergi dari ruang tunggu.
Beralih, pindah, menempuh hidup yang baru.
Aku akan berbahagia atasmu,
menghujani dengan doa-doa terbaik semampuku.
Aku tidak akan menangis tersedu,
seperti diri yang lalu.
Tapi jika yang lebih dulu itu aku,
jangan pernah ragu mengganggu,
teruslah bercerita dan mengadu semaumu.
Tentang tawa, cinta, bahkan hari yang sendu.
Apapun itu, mari kita rayakan temu dan waktu,
berdetik hitam, putih, atau mungkin abu-abu.
Dariku, untukmu, kuusahakan selalu.
-Bid
14 notes · View notes
menjadidewasa · 11 months
Text
Antara doa dan ikhtiar
Doa adalah wujud ikhtiar karna Doa butuh effort. Usaha ga melulu tentang hal selain ibadah. Kita berusaha menantang diri sendiri buat Istiqomah melakukan hal kecil aja effortnya luar biasa.
Jadi, yang masih nunggu jawaban, hasil, belum bisa ngapa ngapain yuk kita usaha di doa. Bukan berarti ga bisa ngapa ngapain. Semangat ya! Setiap kebaikan pasti dibalas kebaikan juga! Gak harus dengan hal yang sama, kalau ga dibalas di dunia, anggap aja tabungan untuk akhirat.
Bagi yang punya kesempatan untuk berbuat banyak, manfaatkan waktu sebaik baiknya jangan ngeluh! bisa jadi, apa yang kita hadapi sekarang adalah jawaban dari doa yang pernah teruntai dulu. Kesibukan yang kita hadapi sekarang mungkin perjuangan yang akan kita syukuri di kemudian hari. "Aku bersyukur pernah melewati itu. Karna jika tidak, aku tak sekuat sekarang".
Roda akan terus berputar, nikmati saja prosesnya:)
7 notes · View notes
harmonisehati · 5 months
Text
Ku hirup udara pagi. Terjaga disaat jam sekitar pukul tiga pagi, aku merelaksasikan tubuhku. Terima kasih Tuhan buat nafas kehidupan dan kesempatan baru yang Kau berikan bagiku. Masih terasa kantuk tapi coba ku tuliskan ini di pagi yang penuh dengan suara adzan subuh berkumandang. Haleluya!
2 notes · View notes
delimacanda · 3 months
Text
Karena Kita Diciptakan dengan Segala Keterbatasan
Fokus dan berusahalah untuk bisa mengendalikan apa yang bisa dikendalikan. Lalu untuk apa-apa yang tidak bisa dikendalikan, itu bukan ranah kita. Lakukan setting Boundaries terhadap apa-apa yang berpotensi melukai diri kita (lahir maupun batin). Tetapkan batas yang positif. Dan ingat, kita tak bisa menyenangkan semua hati. Karena kita tak akan bisa bertanggung jawab atas semua hal. Tapi, kita akan dimintai pertanggung jawaban atas diri kita sendiri di hadapan-Nya.
Berusahalah pahami dirimu sendiri. Pahami batas mampumu sampai sejauh mana. Sekali lagi, Kita tak perlu merasa bertanggung jawab atas semua hal. Tak perlu merasa segala sesuatu adalah tanggungan kita, jika tak sesuai ekspektasi adalah salah kita. Tidak perlu seperti itu, sama sekali.
Setiap kita dianugerahi kelebihan dalam hal-hal tertentu. Tapi tidak dengan segala sesuatu. Karena begitulah hakikatnya manusia, sarat dengan keterbatasan. Kita diciptakan sebagai sebaik-baik ciptaan, tapi bukan berarti tidak memiliki kekurangan bukan? Karena nyatanya kita makhluk yang memiliki banyak keterbatasan. Sepandai atau sejenius apapun, kita tetap manusia. Memiliki batas kemampuan, tak semua hal bisa kita lakukan dan kendalikan.
Jadi, mari lakukan segala sesuatu dengan memaksimalkan segala kemampuan, sampai batas limit kita. Tapi, bukan berarti lantas harus terlalu keras memaksakan atau bahkan hingga menyakiti diri sendiri. Dan bukan berarti hasil yang diperoleh akan selalu seperti yang kita inginkan. Jika sudah merasa melakukan yang terbaik tapi hasilnya masih belum seperti yang kita harapkan, tak mengapa.
Karena hal-hal diluar kemampuan kita adalah ranah Allaah, bukan ranah kita lagi. Ranah kita adalah berusaha dan berproses. Lalu tentang hasil, sama sekali bukan ranah dan kuasa kita.
Dear, segala sesuatu tak lantas harus sempurna, meskipun kita diciptakan sebagai makhluk paling sempurna diantara penciptaan yang lain. Ingat, yang Maha Sempurna adalah Allaah Subhanahu wa ta'ala. Hanya Allah, the one and only. Sama sekali bukan kita. Ditengah segala ambisi dan ekspektasi, kita tetap harus sadar dengan sepenuhnya bersandar kepada Nya. Dan sadar dengan sebenar-benarnya bahwa kita hanyalah manusia yang sarat dengan keterbatasan. Tapi, kita memiliki Allah yang kuasa-Nya tak memiliki batasan.
Tugas kita adalah berdo'a setelah mengerahkan segala kemampuan terbaik. Perbanyak mengetuk pintu langit, lebih banyak menengadah dan merendahkan diri dengan berbisik ke bumi (perbanyak sujud), berdialog kepada Nya. Tugas kita adalah berproses. Lalu urusan hasil, sekali lagi itu bukan ranah kita.
Allah lebih mengerti apa yang kita butuhkan. Allah lebih paham segala apa yang terbaik buat diri kita. Allah yang lebih tahu segala apa yang kita tidak tahu.
Teruntuk kita semua, terlebih untuk diri sendiri, jangan hanya ambisi yang melambung tinggi. Tapi ingat juga untuk senantiasa menyandarkan segala sesuatu kepada yang Maha Tinggi. Beriman kepada Allah, meyakini bukan hanya lewat perkataan maupun tulisan, tapi tindakan. Karena segala sesuatu tak akan bisa terjadi jika Allah tak berkehendak. Dan se-tidak mungkin apapun segala sesuatu itu (menurut kita), mudah bagi Allah untuk menjadikannya "mungkin". Karena Kun Fayakun - nya Allah nyata. Bukan fiktif belaka.
Yogyakarta, 01 Februari 2024
-Delimacanda
-----
*Referensi: rangkuman yang telah dikembangkan dari hasil diskusi bersama Psikolog #Part1
1 note · View note
rachdie · 1 year
Photo
Tumblr media
Musibah itu awalnya kelihatan menghancurkanmu, namun sejatinya musibah itu membangun dirimu agar lebih kuat dan kokoh... Pengabaian itu awalnya terasa menyakitkanmu, namun sejatinya pengabaian itu menjadikanmu sadar, siapa yang benar-benar peduli kepadamu dan siapa yang tidak... #faidah #fawaid #pelajaran #ilmu #belajar #faedah #aqidah #ilmiah #abinyasalma #abusalma #catatan #berbagi #hikmah #wisdom #quote #faidahislam #islam (at Wismamas Pondok Cabe) https://www.instagram.com/p/CmYaiK9vFKO/?igshid=NGJjMDIxMWI=
11 notes · View notes
lalaliliaaaaaa · 2 years
Text
Tumblr media
Kadang yang dibutuhkan diri sendiri menapaki tanah dan menegadah ke langit agar kita masih terlihat baik-baik saja-laa
Kita butuh diri sendiri menyadari ada helaan nafas begitu berat setiap kita memaksa menjalani hari seperti biasa
Kita butuh mengakui kita memang sedang berusaha terlihat waras di tengah keputus asaan hidup
Dan kita memang manusia yang butuh beristirahat:) tidak semua hal harus baik di waktu bersamaan
11 notes · View notes
indonesiancrush · 21 days
Text
YAMAHA WAR TAKJIL DI PANTI ASUHAN
Jakarta – Dalam rangka memeriahkan bulan Ramadan, Yamaha menggelar kegiatan sosial bersama konsumen Yamaha dan teman-teman di Rumah Yatim Duren Sawit pada tanggal 31 Maret 2024. Selain berbagi, konsumen juga diajak Yamaha untuk ngabuburide dan menjalankan beberapa tantangan dari Yamaha. “Bulan Ramadan identik dengan saling berbagi kebahagiaan, nah tahun ini Yamaha kembali mengajak para konsumen…
View On WordPress
0 notes
hargo-news · 25 days
Text
Pembagian Makanan Sahur Rektor UNG Disambut Antusias Warga
Hargo.co.id, GORONTALO – Pembagian makanan sahur yang dilaksanakan oleh Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Eduart Wolok di depan kampus tersebut disambut antusias warga. Tak hanya pengendara yang lewat, sejumlah mahasiswa yang tinggal di sekitaran kampus tersebut nampak bersemangat menanti pembagian makanan sahur. Cuaca malam yang dingin tidak mengurangi antusias para warga dalam…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
farisha07 · 1 month
Text
Satu Hari Satu Cerita #CeritaRamadhan14
BERBAGI. Bulan Ramadhan adalah bulan berbagi. Saling berbagi satu sama lain. Berbuka puasa bersama di masjid-masjid atau musholla-musholla, banyak orang yang berbagi makanan dan minuman. Saat malam tarawih, banyak yang mengulurkan tangannya untuk bersedekah, membagikan sebagian kecil dari hartanya di jalan Allah. Membagikan ilmu yang bermanfaat, misal mengajarkan Al-Qur`an di lingkungan sekitar rumah. Dan sebagainya.
Berbagi merupakan amal hablumminannas, artinya amalan untuk meningkatkan rasa empati kita kepada sesama. Dengan berbagi, kita akan belajar untuk menghadirkan kesetaraan, karena kita sebagai umat muslim adalah sama, sama-sama menjalankan ibadah puasa, sama-sama beramal kebaikan, tanpa memandang siapapun dan apapun. Belajar untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang mampu. Berbagi memberi banyak manfaat. Bagi pemberi, berbagi menjadi saran untuk memperbanyak amal kebaikan dan mendapatkan pahala di bulan suci ini. Bagi penerima, menjadi sumber kebahagiaan dan kenyamanan.
Ada satu kisah di antara seribu kisah tentang berbagi ini. Singkat cerita, ada seorang bapak yang sedang menjajakan makanan untuk berbuka puasa. Sudah berbagai tempat dia kelilingi, namun belum satupun makanannya yang laku terjual. Lalu, dia mampir di salah satu masjid. Di ujung ikhtiarnya, dia niatkan membagikan makanan itu untuk para jamaah. Setelah semua makanannya habis dibagikan, bapak tersebut pulang ke rumah. Tiba di rumah, istrinya menanyakan apakah makanannya habis terjual. Bapak itu menceritakan semua yang dia alami hari itu. Istrinya hanya bisa pasrah dan berharap semoga rezeki mereka dilapangkan. Tiba-tiba, ada telepon berdering. Bapak itu mengangkat telepon, di ujung sana ada seorang pemuda yang mau memesan makanan yang dijual oleh si bapak, jumlahnya sekitar 1000 bungkus. Ternyata si pemuda itu adalah salah satu jamaah masjid yang mendapatkan makanan yang dibagikan oleh si bapak, dan dia merasa makanan itu sangatlah lezat. Betapa terkejutnya si bapak dan istrinya, mereka sujud syukur atas apa yang mereka dapatkan, berkah dari berbagi oleh si bapak.
Dengan berbagi, timbul rasa lapang. Ada rasa lega bahwa kita masih dianugerahi sikap peduli, tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan lebih untuk sesama. Membiasakan diri untuk berbagi, kita belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang Allah karuniakan untuk kita. Berbagi, tidak akan mengurangi apa yang kita punya, melainkan akan Allah tambahkan rezekinya berkali-kali lipat. Bila sedang sempit, dengan berbagi akan melapangkan segala kondisi kita. Berbagi menjadi pintu kebaikan, pintu rahmat, pintu anugerah, pintu rezeki, dan pintu keberkahan.
1 note · View note
manhattancoolid · 1 month
Text
Jumat Berkah
0 notes
annwasilah · 2 months
Text
me.rela.kan
CLP// 13.22
definisi merelakan satu anak demi menyelamatkan anak-anaknya yang lain, adalah kondisi darurat yang tak bisa orangtua elakkan
19/02/24
0 notes
abidahsy · 2 months
Text
Februari: Kisah Lama Bersemi Kembali
Aku berniat menulis ini sejak pertengahan Februari, tapi urung karena masih menunggu kabar terbaru yang ternyata belum juga aku dapatkan sampai hari ini.
Di awal Februari, aku kembali teringat pada memori beberapa tahun lalu, di tanggal yang sama. Setelah beberapa hari memikirkan dengan hati-hati, aku pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya: apakah dia yang jauh di sana masih sendiri?
Yang jawabannya masih misteri.
Hingga detik ini.
Hidup memang berwarna-warni, lengkap dengan apa yang ada dalam hati. Dulu hati bisa dengan tegas dan lugas bilang tidak pada seseorang ini, tapi siapa sangka tiga tahun kemudian rasa itu hadir lagi tapi berbeda versi.
Secara tiba-tiba dan tanpa permisi, menyelinap masuk ke dalam mimpi.
Meskipun aku akui bahwa kini tidak semudah dulu, aku tidak mau terlalu cepat menghakimi. Lebih banyak hal yang bisa disyukuri dibandingkan harus berandai-andai mengapa dulu aku begitu atau begini.
Andai lebih sabar sedikit lagi, mungkin kisahnya tidak akan seperti ini. Andai aku tidak pergi, lantas menyerah dan menyudahi, mungkin aku dan dia sudah saling membersamai. Tapi, ayolah, jangan sampai andai itu menjadi andai lagi di kemudian hari karena terjebak dalam salah langkah yang sama. Dulu dan kini tentu berbeda, aku masih punya kendali atas hari ini. Agar kelak aku bisa mengatakan pada diri: terima kasih telah bersabar tanpa batas dan berdoa tanpa henti terlepas dari apapun yang akan terjadi nanti.
Aku hanya ingin mengamini rasa ini sekaligus mengimani takdir apapun yang Allah beri.
Akhirnya aku kembali pada titik itu, kembali melihat ke arah dan manusia yang sama, meski dengan diri yang berbeda. Setelah melewati ratusan hari yang berliku tanpa ujung, aku memilih memutar balik. Menguji salah satu memori yang baik. Menunggu, menunggu, dan mensyukuri sekuat cita serta doa yang dia punya hingga mampu menggetarkan langit, menurunkan hujan, dan menumbuhkan kisah lama menjadi bersemi kembali.
7 notes · View notes
menjadidewasa · 11 months
Text
Untuk menjadi sukses dunia akhirat harus ada strategi nya, gak asal asalan. Harus cerdas dalam memanage waktu dan mendisiplinkan diri. Semangat berbenah diri!
2 notes · View notes
meng-u-las · 3 months
Text
Serakah dan Nafsu yang tidak pernah terpuaskan (Renungan)
Tumblr media
Photo by Documerica on Unsplash
Dalam percakapan dengan seorang sahabat yang merantau dari daerah ke ibukota seorang diri, dalam kesehariannya beliau melihat fenomena yang berbeda antara daerah asalnya dengan yang ia alami di Ibukota, di ibukota terlihat mereka yang memiliki uang seakan memiliki kuasa, dalam kehidupan masyarakat juga, terkadang sahabat saya melihat, mereka yang memiliki uang atau kekayaan, seperti bisa berbuat semau-mau nya, tanpa memperdulikan aturan yang berlaku secara umum. Beberapa waktu lalu kita juga melihat beberapa peristiwa, anak pejabat yang berulah, merasa punya uang dan kekuasaan (dari orang tua) sampai bisa hampir merenggut nyawa anak lainnya, memang pada akhirnya hukum tetap berlaku, si pelaku diadili, orang tua ikut terseret dalam kasus, karena tindakan penggelapan atau pencucian uang dan lain sebagainya. Entah sejak kapan muncul kebiasaan mereka yang memiliki kekayaan "lebih banyak" berbuat semaunya.
Fenomena berikutnya adalah, di Ibukota masyarakatnya seakan tidak pernah terpuaskan dengan apa yang dimiliki, banyak yang sudah memiliki segala hal tapi tidak pernah merasa puas, baju harus ganti setiap saat, gadget harus yang terbaru, mobil, perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, sehingga uang seberapa banyakpun tidak pernah bisa mencukupi atau memuaskan nafsu dari individu yang ada, berkaca secara ekstrim, di beberapa daerah di Indonesia masih banyak masyarakat yang dihantui dengan kelaparan, kurang gizi. Ketimpangan yang begitu ekstrim,, bagaimana seandainya segala kelimpahan yang ada di ibukota tersalurkan ke mereka yang benar-benar membutuhkan, namun yang sering kali terjadi justru mereka yang berlimpah hartanya, merasa tidak pernah cukup, selalu ingin lebih, sehingga tidak asing di kehidupan kita menyaksikan, mereka yang sebetulnya sudah nyaman hidupnya, masih senantiasa terjerumus dalam pusaran korupsi.
Manusia memiliki sifat tidak pernah puas, memang itu membuat kehidupan kita terus berkembang hingga seperti saat ini, namun tanpa kepekaan terhadap lingkungan ataupun sekeliling kita, manusia memiliki kecenderungan untuk mengeruk lebih banyak, menghancurkan lebih banyak untuk memuaskan nafsu yang tidak pernah cukup, oleh ulah segelintir orang ataupun kelompok, terutama yang berkuasa, kita bisa melihat dan merasakan dampaknya, dari kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, kelaparan, perubahan iklim dan lain sebagainya. Mungkin pembicaraan dan tulisan saya ini tidak bisa mengubah, tetapi di awal tahun ini, saya ingin mengajak pembaca untuk sama-sama merenung, apakah kita termasuk golongan orang yang tidak pernah terpuaskan nafsu akan harta atau materi nya? atau mungkin kita sudah sadar akan efek domino dari apa yang kita perbuat terhadap lingkungan sekitar kita.
Budaya modern ini yang mengedepankan konsumerisme terkadang begitu mengerikan, perusahaan berlomba-lomba mendorong masyarakat untuk terus berbelanja, gadget setiap tahun bermunculan versi terbaru, tercanggih, padahal kalau secara sadar kita amati, tidak ada hal yang benar-benar baru atau revolusioner, semuanya hanya balutan kata-kata penjual yang membuat pembelinya terhipnotis. Mungkin perlu ada hal yang membuat kita bersama sadar, bahwa apa yang kita miliki sebetulnya cukup, selama kebutuhan kita terpenuhi atau kita bisa menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik, sebetulnya cukup, mengapa kita selalu terdorong untuk berusaha mendapatkan yang terbaru? Apakah dengan demikian kita menjadi istimewa dibandingkan dengan orang lain? dengan miliaran orang di dunia dan tren konsumerisme yang diciptakan dunia bisnis, saya rasa menjadi orang istimewa atau berbeda menjadi sangat sulit dicapai, kebanggan yang kita dapatkan pun hanya kebanggaan semu, kalau kita mencari kebanggaan atau kebahagian dari materi, siap-siap saja kita akan langsung kecewa dalam waktu singkat ketika ada orang lain yang memiliki hal yang lebih daripada kita. Perlu kita sama-sama sadari budaya konsumerisme ini mendorong kita senantiasa membandingkan diri kita dengan orang lain dan menimbulkan rasa tertinggal apabila kita tidak mengikuti trend tersebut, padahal tanpa mengikuti trend, kita bisa bahagia dengan apa yang kita miliki, keluarga, sahabat, orang tua, anak, hubungan interpersonal lebih penting daripada kebahagian semu dari materi.
Perlu kita sama-sama ingat kembali, hidup ini bukan perlombaan, kita adalah sesama manusia, memang ada yang lebih beruntung dibandingkan yang lain, namun kalau kita diposisi yang beruntung, kita tidak boleh lupa dengan sodara kita yang kurang beruntung, jangan menjadi orang serakah yang melihat ketimpangan itu justru ingin mengeruk lebih banyak lagi "jatah" untuk sodara kita yang kurang beruntung tersebut. Mudah-mudahan tulisan saya ini dan pembicaraan dengan sahabat saya bisa menjadi bahan renungan kita bersama dalam menjalani awal tahun ini, semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
0 notes