Tumgik
meng-u-las · 5 days
Text
Cukup itu Baik
Tumblr media
Photo by Amanda Vick on Unsplash
Belum lama ini saya dan teman-teman menjadi begitu bersemangat membahas berita dimana suami dari artis ternama ibu kota dan juga seorang selebgram yang terjerat dalam kasus korupsi, alasannya sederhana, karena nilai korupsi yang terjadi begitu luar biasa besar, yang sepertinya tidak mungkin dimiliki oleh orang biasa, apalagi seorang karyawan seperti saya dan teman saya. Menjadi semakin menarik ketika pembahasan mengarah ke sebuah pertanyaan, "Sampai seberapa kaya sih diri kita sampai kita merasa cukup?". Meskipun sebetulnya topik bahasannya tidak sampai seberapa dalam, tapi pertanyaan tersebut kembali menjadi sebuah refleksi untuk diri saya sendiri, sebetulnya kita bekerja keras (baca:ngoyo) ataupun sampai berhemat setengah mati, sebetulnya mau sampai seberapa kaya sih sebenarnya?
Topik tadi merupakan salah satu topik yang kita bahas, topik lainnya yang juga sempat kita bahas adalah masalah jumlah barang dirumah yang terus menerus bertumpuk, tapi ruangan rumah yang terbatas, disini obrolan menjadi menghangat karena ada saja yang beranggapan bahwa perlu mencari rumah yang lebih besar! ataupun harus memiliki lemari yang lebih besar untuk menyimpan baju atau barang yang dimiliki supaya tidak bertumpuk dan berantakan. Para pembaca sekalian, sampai disini apakah sudah terlihat ada benang merah-nya antara dua topik tersebut? kalau boleh saya tarik benang merahnya adalah pada pola pikir, kita terbiasa mendapatkan asupan informasi bahwa lebih banyak itu lebih baik, sehingga banyak dari kita yang terjebak dalam kebiasaan untuk berbelanja tanpa tahu batasan, hingga akhirnya tanpa sadar, barang dirumah semakin banyak dan bertumpuk sampai-sampai tidak cukup lagi tempat atau rumah yang kita miliki, begitu juga dengan para tersangka korupsi, mereka merasa bahwa lebih banyak itu lebih baik, sehingga mereka terus menerus mengeruk keuntungan (yang banyak merugikan orang lain) untuk terus ditumpuk sampai-sampai mungkin rekeningnya tidak lagi mencukupi sehingga uangnya bercecer dimana-mana, mungkin dari sini semakin jelas yaa apa yang mau saya sampaikan melalui tulisan ini, kita perlu mengubah pola pikir kita, dari banyak itu baik menjadi cukup itu baik.
Menjelaskan kata "Cukup itu baik", kita perlu memahami diri kita, misal dalam hal rumah dan barang-barang yang tidak cukup lagi untuk disimpan, kita harus betul-betul menyadari, seberapa sih ruangan yang kita miliki, seberapa sih kebutuhan kita sebenarnya, sehingga dengan menyadari semua itu, saat kita membeli sesuatu (cth.: baju), kita tahu bahwa sebetulnya kebutuhan kita sehari-hari hanya perlu berapa pasang, sehingga baju atau barang lain yang tidak pernah kita gunakan, mungkin bisa kita buang (tanpa mengurangi rasa hormat untuk para pejuang lingkungan), tujuannya adalah untuk memberi ruang agar yang baru bisa masuk, yang lama bisa keluar, dari situ kita mungkin bisa menyadari bahwa sesungguhnya dengan apa yang kita miliki bisa cukup untuk kita menjalani hidup. Pola pikir yang sama mungkin bisa diterapkan untuk hal lain, misal uang atau kekayaan, kita harus menyadari bahwa mayoritas orang didunia ini tidak bisa kaya raya atau menjadi konglomerat sehingga kita tidak perlu merasa sirik ke para artis atau selebgram yang suka pamer kekayaan, definisi kaya yang kita miliki mungkin bisa sebatas memiliki tabungan dan tempat tinggal yang sederhana, dan pastikan hal itu terpasang didalam pikiran kita, sehingga kita tidak tergoda untuk menjadi "kaya" dalam waktu singkat melalui "korupsi", kuncinya adalah di kata "Cukup", untuk hidup sebetulnya kita tidak perlu memiliki dunia ini bukan?
Dengan mengubah pola pikir tadi dari "Banyak itu baik" menjadi "Cukup itu baik", "mungkin" sebagian besar masalah di kehidupan ini bisa terpecahkan, dari masalah eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam, dari masalah pencemaran lingkungan dan dari masalah lainnya yang sebetulnya berakar dari kebiasaan kita untuk memiliki dan mendapatkan segala sesuatunya secara berlebihan. Mudah-mudahan tulisan saya ini bisa menjadi sebuah refleksi untuk kita bersama.
1 note · View note
meng-u-las · 12 days
Text
Tips Keuangan - Pemilihan Tujuan Keuangan
Tumblr media
Photo by Ameer Basheer on Unsplash
Melanjutkan tulisan di minggu sebelumnya mengenai dana darurat, kali ini saya ingin melanjutkan tips keuangan versi saya. Dalam pengaturan keuangan, sangat penting bagi kita untuk memiliki tujuan keuangan, secara sederhana, tujuan keuangan ini merupakan hal yang ingin kita wujudkan atau capai menggunakan uang yang kita tabung, tujuannya bisa bermacam-macam, untuk dana pensiun kita, untuk memiliki rumah atau mobil atau ingin menyekolahkan anak di sekolah yang bagus dan sebagainya. Fungsi tujuan keuangan ini adalah sebagai pemacu kita untuk senantiasa menabung dan memberikan kita pegangan setiap saat kita mendapatkan gaji atau uang, sehingga kita tidak langsung menghabiskan semua uang kita untuk hal-hal yang tidak jelas, karena dari pengalaman saya pribadi, ketika kita mendapatkan uang, ada aja keinginan-keinginan gak penting (gadget baru, dll) yang tahu-tahu menghabiskan uang yang kita punya.
Untuk tulisan ini saya mau mengambil contoh pembelian rumah sebagai tujuan keuangannya, namun saya berpesan tulisan ini merupakan tulisan saya pribadi, belum tentu cocok untuk semua orang dan belum tentu benar, dalam pembelian rumah ini, langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah melakukan survey kecil-kecilan, rumah seperti apa yang kita inginkan (besar, kecil, lokasi, akses, dan lainnya) karena harga rumah akan sangat dipengaruhi oleh banyak hal, misalkan rumah idaman yang kita inginkan memiliki harga 1M, umumnya saat pembelian rumah, kita bisa menggunakan fasilitas dari bank yang memerlukan DP atau uang muka, yang besarannya sekitar 15% dari harga rumah, dari sinilah kita bisa mulai membuat perhitungan untuk tujuan keuangan kita. Perlu diingat, keputusan pembelian rumah itu keputusan yang besar, bukan instan, sehingga sangat bisa dimaklumi hal tersebut akan memakan waktu yang lama, termasuk persiapan mengumpulkan uang muka, jadi tidak perlu berkecil hati melihat angka yang demikian besar, minimal kita sudah selangkah lebih maju untuk memikirkan masa depan kita. Nilai 15% untuk uang muka rumah yang harganya 1M adalah sekitar 150jt, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa lama kita ingin mengumpulkan uang muka pembelian rumah tersebut? semakin pendek waktunya, tentu akan semakin besar uang yang harus kita sisihkan setiap bulannya dan ini bisa sangat berbeda antara individu, mungkin kita saat ini masih nyaman tinggal di rumah orang tua, tapi mungkin ada juga yang harus segera punya rumah karena akan segera hidup mandiri atau yang lainnya, sehingga perhitungan setiap orang pasti berbeda, namun semata-mata untuk contoh, saya mengambil contoh 2 tahun kita harus mengumpulkan uang muka pembelian rumah tersebut, secara kasar, kita bisa membagi 150jt tadi ke 24 bulan, asumsi saya adalah seorang karyawan kantoran yang gajinya gede banget, sehingga setiap bulan saya bisa menyisihkan 6.25jt, dan dalam 2 tahun saya pasti punya uang muka untuk pembelian rumah, nah dari sinilah tujuan keuangan kita tadi akan menjadi semacam pengingat setiap bulan supaya kita menyisihkan 6.25jt tadi setiap menerima uang gaji.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kalau kita menginginkan waktu yang sama-sama pendek, namun kita ingin menyisihkan jumlah yang lebih kecil, kita bisa menggunakan macam-macam instrumen investasi, seperti reksa dana, saham, deposito dan lain sebagainya, namun perlu diingat, semakin besar imbal hasil yang dijanjikan instrumen investasi, semakin besar RESIKOnya, resiko disini yang terburuk adalah uang kita hilang atau jumlahnya berkurang, sehingga diperlukan kebijaksanaan dalam berinvestasi, terutama untuk tujuan jangka pendek, dan jauhkanlah perasaan tidak sabaran dan keserakahan, umumnya dalam jangka waktu pendek dan yang relatif aman, imbal hasilnya tidak terlalu besar, contoh deposito, yang mungkin hanya memberikan bunga 3-4%, tapi nilai bunga tersebut mungkin bisa mengurangi jumlah yang harus kita sisihkan setiap bulannya, atau kalau cukup berani bisa diinvestasikan ke saham, yang bisa memberikan 10-15% dengan resiko yang lebih tinggi.
Dalam membuat rencana keuangan yang paling penting memang kita harus melihat kearah diri kita sendiri terlebih dahulu, seberapa besar kemampuan kita dan tentukan tujuan keuangan yang realistis, selanjutnya adalah menjalankan dengan konsisten tujuan keuangan yang sudah kita tentukan, dan bisa meng-adjust tujuan tersebut setiap saat (fleksibel), karena dalam hidup kita pasti selalu berubah mengikuti kondisi lingkungan di sekitar kita, semoga tujuan keuangan para pembaca bisa terwujud, amin!
0 notes
meng-u-las · 19 days
Text
Tips Keuangan - Dana Darurat
Tumblr media
Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash
Tulisan ini merupakan catatan pribadi dan mungkin bisa juga menjadi tips untuk para pembaca sekalian. Para perencana keuangan sering kali memberikan nasihat untuk memiliki dana darurat, yang besarannya mulai dari sekitar 6x pengeluaran rutin bulanan (bukan total dari gaji yaa), tujuannya adalah kalau sampai terjadi sesuatu, seperti pemutusan hubunga kerja dan lainnya, minimal kita bisa bertahan hidup selama 6 bulan menggunakan dana darurat yang sudah disediakan, dengan asumsi kita belum dapat pekerjaan atau pemasukan apapun selama 6 bulan tersebut.
Lantas bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk mengumpulkan uang sejumlah tersebut? Salah satu yang paling mudah adalah dengan meniatkan untuk dicicil sedikit demi sedikit setiap bulannya, jangan pernah berpikir bahwa semuanya harus dipenuhi secara instan, karena pasti sangat sulit, cicilan yang sedikit ini dikemudian hari juga bisa ditambah saat kita mendapatkan bonus atau THR, yang biasanya bernilai sekurang-kurangnya 1x gaji. Tapi untuk mengambil dari bonus atau THR ini terkadang ada tantangannya sendiri, karena kita pasti punya banyak keinginan, seperti jalan-jalan atau belanja, Cuma sekedar tips lagi, saat mengumpulkan dana darurat ini, tempatkan si dana darurat di skala prioritas yang tertinggi, jadi ketika kita menerima bonus atau THR, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah, segera ambil sejumlah uang untuk menjadi dana darurat, besarannya bisa disesuaikan, kalau memang kita ada kebutuhan lain yang mendesak, porsi dana darurat ini bisa dikecilkan, patokan yang biasa saya terapkan mungkin sekitar 10-15% dari total bonus, tapi kalau ada hal lain, mungkin porsinya bisa dibesarkan sesuai dengan kenyamanan kita masing-masing.
Ketika kita sudah memiliki dana darurat sesuai dengan perencanaan kita diawal, sebetulnya kita bisa sedikit lebih santai, karena bonus atau gaji kita kedepannya bisa lebih utuh dan bisa digunakan untuk tujuan keuangan kita yang lainnya, jikalau kita terpaksa menggunakan dana darurat dan dananya terpakai, barulah pada saat itu bisa kita tambahkan kembali sesuai dengan cara yang sebelumnya sudah dilakukan.
Ini salah satu tips singkat untuk mengumpulkan dana darurat, mungkin sebagian orang merasa tidak terlalu perlu, tetapi dengan memiliki dana darurat, kita menjadi lebih siap menghadapi ketidakpastian ditengah maraknya situasi disekitar kita dimana banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja, dan disatu sisi, memiliki dana darurat meningkatkan kepercayaan diri bahwa kita memegang kendali dari kehidupan ini. Selamat mencoba!
0 notes
meng-u-las · 26 days
Text
Pelajaran dari podcast - The Power of Emotional Branding for Your Brands
Mungkin kita bisa melihat di sekitar kita, terkadang ada beberapa merek yang memiliki penggemar berat nya, kapanpun brand tersebut hadir (membuka cabang, mengeluarkan produk baru, dll), produk atau layanannya selalu diserbu oleh pelanggannya, hal itu jugalah yang mendorong saya untuk mendengarkan podcast di platform Inspigo yang berjudul "The Power of Emotional Branding for Your Brands" ini yang dibawakan oleh Irfan "Fanbul" Prabowo ini. Podcastnya sendiri cukup pendek, tidak sampai satu jam tapi dengan ilmu yang padat, terkait dengan Branding yang memantik "Emosi". Saya tidak akan membahas secara lengkap isi podcast-nya, tapi saya akan mengambil beberapa poin yang penting (menurut saya) dan menambahkan beberapa poin dari pandangan saya pribadi, karena menurut saya, Emotional Branding ini sebetulnya bisa diterapkan tidak hanya untuk bisnis atau perusahaan, tetapi bisa juga diterapkan dalam personal branding.
Dalam emotional branding menurut mas Fanbul, sebuah brand wajib memiliki mission statement atau misi yang ingin dicapai, dan ini tidak bisa digunakan untuk menghajar market yang populis, karena tentunya semakin besar market yang diincar, karakter setiap individunyya pasti beragam dan berbeda-beda, sehingga akan lebih efektif pasar yang niche, salah satu brand yang sukses adalah Nike. Nike memberikan dukungan ke atlit NFL, Colin Kaepernick, yang ketika itu "memprotes" peristiwa pembunuhan George Floyd, dengan mendukung atlit tersebut, Nike mendapatkan efek yang luar biasa, ada yang menjadi sangat benci dengan Nike, tapi di satu sisi, komunitas yang merasa terwakilkan oleh semangat Nike dan Colin tersebut, menjadikan Nike dan produknya sebagai identitas diri dan kelompoknya dan dengan menggunakan produk Nike, mereka menyatakan mendukung sebuah pergerakan, Nike sudah menjelma dari sebuah brand, menjadi identitas dari suatu pergerakan.
Misi tersebut juga tidak bisa hanya sebatas tertulis, itu harus benar-benar bisa dijalankan oleh semua bagian dari organisasi dan cara termudah untuk menyampaikan sebuah misi adalah melalui cerita, suatu brand yang bisa bercerita mengenai dirinya dan apa yang ingin dicapai, biasanya akan jauh lebih mudah melekat kepada setiap orang yang melihat brand tersebut, untuk ini saya ingin mengambil cerita dari perusahaan "The Body Shop", kebetulan di koran Kontan edisi Mingguan (11 - 17 Maret 2024), pada artikel tulisan Ekuslie Gustiandi yang berjudul "Hilangnya Roh Pendiri", secara khusus membahas mengenai naik turun bisnis "The Body Shop" atau TBS. Jika hari ini kita berjalan-jalan di pusat perbelanjaan dan kebetulan melihat toko TBS, kita bisa melihat sebuah toko yang "Hijau", tidak hanya karena brand TBS sendiri menggunakan warna hijau dominan, tetapi di setiap sudut toko kita bisa melihat bagaimana ada pesan-pesan tertulis yang memberitahu bahwa TBS demikian serius menjalankan misinya untuk memberikan produk perawaran yang berkelanjutan, dalam hal ini mereka tidak menyediakan kantong plastik, menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan juga memberikan opsi pengembalian kemasan produknya yang sudah habis untuk didaur ulang menjadi produk baru, misi mereka untuk menyelamatkan planet bumi ataupun untuk memberikan produk yang berkelanjutan bisa dirasakan oleh pembeli secara langsung ataupun karyawannya. Misi TBS untuk "Cruelty Free" yang etis dan tidak menghancurkan linkungan dan mengeksploitasi manusia tersebut juga sudah berhasil diteruskan ke pemilik barunya dari waktu ke waktu, siapa yang disini tahu bahwa TBS sempat dijual ke L'Oreal dan kemudian sudah beberapa kali berganti kepemilikan?
Dilain pihak, brand yang tidak benar-benar menjiwai misi nya, akan menghancurkan brand itu sendiri, karena dalam dunia yang sudah sangat terkoneksi seperti hari ini, kesalahan kecil, ketidaksinambungan antara apa yang diucapkan dan dilakukan, akan sangat mudah viral dan menyebar, sehingga perlu kesungguh-sungguhan dalam menghidupi misi, dengan misi yang jelas dan sinkron dengan tindakan, para penggunanya akan merasakan keterhubungan dan bahkan bisa menjadikan brand sebagai identitas dirinya, tidak sulit kita melihat contohnya, Apple adalah salah satu brand yang sangat sukses menjadikan dirinya Identitas dari para penggunanya, sampai muncul istilah Fanboy, yang siap melawan siapapun yang menjelekkan brand Apple.
Dalam konteks personal branding, kita bisa mengambil beberapa hal, tentu misi adalah bagian terpentingnya, kita ingin dikenal sebagai persona yang seperti apa? adakah misi sosial yang kita perjuangkan? dan lainnya, dan tentunya harus diikuti dengan tindakan real, kalau kita ingin menyampaikan diri kita bertanggung jawab, tetapi dalam pekerjaan sehari-hari kita sering kabur-kaburan dan mungkin sering tidak mengerjakan tugas, tentu orang tidak akan percaya, sehingga kesungguhan diri untuk menghidupi misi dalam tindakan sehari-hari kita, menjadi sangat penting, karena seperti brand besar, saat para penggunanya percaya, mereka bisa menjadi advokat, begitu juga, ketika rekan kerja atau atasan atau klien kita percaya terhadap diri kita, mereka juga bisa menjadi advokat bagi diri kita di tengah dunia yang semakin terhubung ini. Semoga bermanfaat!
0 notes
meng-u-las · 1 month
Text
Review Buku - The Woke Salaryman Crash Course on Capitalism
Tumblr media
Bermula dari postingan di platform Instagram @thewokesalaryman , saya mengikuti beberapa post dan sharing dari account ini, terutama terkait masalah keuangan. Para creator-nya, He Ruiming dan Goh Wei Choon adalah warga Singapura, sehingga ada beberapa konten terasa sangat dekat dengan kondisi kita di Indonesia, itu juga lah yang membuat saya begitu menantikan konten yang dibagikan oleh mereka, selain itu latar belakang dari para kreatornya yang merupakan orang biasa (Kerja kantoran, bukan anak miliarder, dll) membuat rasa "relate" dengan konten yang dibagikan, dimana mereka sama-sama mendorong kita untuk mencapai target yang ingin kita capai bersama, kemandirian finansial.
Topik kemandirian finansial ini sendiri bukan merupakan hal baru, bahkan di sekitar tahun 2000an saat industri MLM merajalela, banyak yang sengaja "menjual" konsep kemandirian finansial ini, dengan embel-embel tidak perlu kerja lagi dan lain sebagainya, padahal konsepnya tidak sesederhana itu dan tetap memerlukan usaha sekaligus campur tangan dari si individunya sendiri. Melalui buku dan konten-konten yang dihasilkan oleh Thewokesalaryman ini lah seakan ingin menyadarkan para penikmat konten dan pembaca bukunya mengenai cara yang benar untuk mencapai kemandirian finansial itu, tentunya dengan cara yang sederhana dan digambarkan dengan menyenangkan melalui visualisasi ala komik dan memiliki karakter "marshmallow man".
Sebagai seseorang yang mengikuti konten dari Thewokesalaryman ini di platform instagram, kehadiran buku ini seperti merangkum beberapa topik yang memang menurut saya penting dan bagus, kita diajak untuk menelaah sisi kehidupan yang mungkin tidak kita sadari atau bahkan kita tolak untuk terima, bahwa kehidupan ini tidak adil. Siapa yang hari ini masih menganggap bahwa semua orang seharusnya memiliki kesempatan yang sama? jikalau masih ada, mungkin harus membaca buku ini terlebih dahulu atau banyak buku lain, bahkan berita, karena dalam kehidupan ini pasti ada saja ketidakadilan yang terjadi, baik yang disengaja ataupun yang tidak sengaja karena masalah budaya, sistem kenegaraan dan lain-lain. Dalam satu komunitas kecil pun pasti terjadi ketimpangan antara satu individu dan yang lain, karena ada banyak hal yang berada diluar kendali kita dan itu seringkali mengarah ke ketimpangan atau ketidakadilan, oleh karenanya dalam mengikuti setiap bagian dari buku ini, kita harus menerima konsep bahwa hidup ini tidak adil, sehingga kita lebih siap untuk "bekerja keras" untuk mencapai kemandirian finansial.
Saat sudah menerima keadaan, kita bisa melakukan telaah, seberapa jauh sebenarnya kita dari target yang ingin kita capai, yaitu kemandirian finansial, untuk hal ini saya mungkin ingin merekomendasikan para pembaca untuk melihat konten dari para content creator yang berbicara mengenai kemandirian keuangan yang ada di platform seperti instagram ataupun youtube sebagai tambahan materi untuk lebih memahami konsep ini, karena banyak yang membagikan tips, seperti 4% rules dan lain sebagainya, tujuannya untuk menentukan target yang sebetulnya kita ingin capai, dalam hal kemandirian finansial, salah satu contohnya adalah bisa pensiun untuk sekian tahun tanpa bekerja hanya dengan menggunakan uang tabungan yang dimiliki dan kita bisa melakukan hal yang kita sukai. Setelah tergambar tujuan yang ingin dicapai, langkah selanjutnya adalah memikirkan langkah yang bisa dilakukan untuk mencapai target tersebut, salah satunya adalah memperbesar penghasilan atau income dan melipatgandakannya melalui instrumen investasi, untuk investasi ini, selain di buku ini, ada banyak sekali sumber informasi yang bisa didapatkan disekeliling kita, karena investasi erat kaitannya dengan pemahaman kita dan resiko yang bisa terjadi, kuncinya adalah jangan ikut-ikutan tanpa memahami dengan baik apa yang kita lakukan.
Selain memberikan hal-hal terkait tujuan, cara mencapai dan memahami sisi kehidupan yang tidak adil, buku ini juga menunjukkan kondisi global yang semakin terhubung, dimana dari sana yang menjadi korban adalah mereka yang tidak siap atau menolak untuk menerima bahwa kondisi kehidupan saat ini sudah berubah dibandingkan beberapa waktu lalu, cara yang paling bijak adalah terus mengasah kemampuan dan pengetahuan kita agar bisa selalu relevan dengan situasi yang terjadi saat ini. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan perubahan pola pikir, kita tidak bisa terus menggunakan pola pikir lama yang merasa bahwa kita bisa bertahan tanpa melakukan perubahan, karena terbukti hal tersebut sudah berjalan puluhan tahun atau berabad-abad, tapi kita semua mengetahui akhir dari beberapa perusahaan, individu ataupun hal lain, saat tidak bisa mengubah pola pikir atau beradaptasi dengan keadaan zaman, oleh karena nya selalu bersiaplah menghadapi berbagai perubahan dengan senantiasa melakukan upgrade terhadap pengetahuan kita. Ilmu penting lainnya yang tidak ingin saya lupakan adalah senantiasa bersyukur terhadap segala yang kita miliki, karena dengan bersyukur, kita akan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang baik serta bisa lebih mengurangi kecenderungan diri kita untuk membandingkan diri dengan orang lain, kuncinya hidup ini tidak pernah adil, kita juga sebetulnya punya yang kita butuhkan, untuk apa kita membandingkan diri dengan orang lain? toh kita bisa bahagia dengan apa yang kita punya, apakah yang lebih berpunya lebih berbahagia? jawabannya adalah belum tentu.
Mengulas buku ini, untuk saya pribadi, seperti sekaligus merefleksikan kehidupan ini, ada banyak hal yang mungkin tidak tertuang dalam buku, tetapi bisa kita telaah dari situasi yang kita alami sehari-hari, dan menurut saya, membaca atau menikmati konten dari Thewokesalaryman, sedikit banyak membantu saya merubah pola pikir untuk bisa hidup bahagia dan mencapai definisi kemandirian finansial versi diri kita sendiri. Buku ini bisa didapatkan dalam bentuk fisik ataupun ebook, selamat membaca!
0 notes
meng-u-las · 1 month
Text
Review Buku - Ikigai
Tumblr media
Saya sempat membaca ulasan yang kurang begitu bagus mengenai buku ini, karena buku ini menceritakan prinsip hidup orang Jepang dimana, banyak dari penduduknya yang berumur panjang dan bahagia, namun yang menulis adalah orang "bule" dimana biasanya terlalu menyederhanakan suatu konsep yang begitu besar dan luas menjadi sebuah buku singkat yang disesuaikan dengan budaya barat yang penuh dengan teori dan logis. Tetapi kesan saya pribadi setelah membaca buku ini, sebetulnya buku ini cukup bagus dan menarik, memang yang dituliskan seakan terlalu sederhana, buku ini pun tidak tebal hanya sekitar 160an halaman, namun bukan berarti tanpa isi sama sekali, ada yang bisa dipetik dan dipelajari dari buku ini, terutama untuk yang ingin memaknai kehidupan ini lebih baik lagi ataupun yang sedang mempelajari mindfulness (sepertinya beberapa ulasan saya terakhir mengambil tema disekitar hal ini), karena ada beberapa "Tips" dalam menjalani kehidupan ini yang didapatkan atau disarikan dari pengalaman hidup mereka yang sudah menjalani hidup lebih dari 100 tahun atau centenarian. Meskipun awalnya saya kira buku ini hanya membahas soal si "Ikigai" itu sendiri, ternyata setelah membaca keseluruhannya, Ikigai nya hanya sebagian kecil saja, sisanya adalah tentang rahasia hidup bahagia dan umur panjang di Jepang, peran Ikigai disini adalah sebagai dasar untuk hidup yang bahagia.
Mengambil latar penduduk kepulauan Okinawa yang memiliki populasi orang berumur 100 tahun lebih yang cukup besar, sekitar 24 orang dari 100rb penduduk, yang setelah ditelisik lebih jauh,selain karena pola makan yang sehat, kehidupan yang sederhana, teh hijau (ocha) dan iklim sub tropis, masyarakat disana memiliki hal yang disebutkan "Ikigai", sebuah konsep yang secara sederhana dapat diartikan sebagai panggilan hidup dan alasan kita bangun pagi dengan semangat setiap harinya. Ikigai inilah yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa bab sepanjang buku ini. Manusia bisa beranjak tua, namun merupakan pilihan hidup untuk selalu berjiwa muda, mungkin itulah salah satu hal yang menjadi kunci dari keseluruhan bab yang disajikan.
Salah satu hal yang sering kita dengar dan mungkin kita lihat, yaitu isitilah "Hara Hachi Bu", atau "Makan sampai 80% kenyang", seharusnya istilah ini sering kita dengar atau lihat di kehidupan kita sehari-hari bukan? mungkin kalau di sosmed, istilah itu berkeliaran di reels atau video pendek, terutama yang membagikan pelajaran soal mindfulness, ini menjadi salah satu ajaran dasar untuk bisa hidup bahagia dan "mindful" karena kita jadi tidak asal-asalan sewaktu makan, dan ternyata ada efek baiknya untuk tubuh kita, karena tidak dipaksa untuk bekerja keras mengolah makanan yang terlalu banyak, selain itu jenis makanan yang dikonsumsi juga tidak bisa asal-asalan, masyarakat Jepang (yang berumur panjang) membagi setiap makanan yang dikonsumsi ke beberapa piring kecil, yang ditentukan juga dengan "warna", jadi makanan yang sehat biasanya memiliki warna warni, ada merah, hijau dan lain-lain, selain untuk variasi, setiap unsur memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda, karena tubuh kita tentu membutuhkan nutrisi yang lengkap setiap harinya. Bahkan kebiasaan mengonsumsi teh hijau atau sering disebut "Ocha" di restoran jepang atau korea, juga turut membantu "memanjangkan umur", karena kandungan antioksidan yang tinggi yang ada didalam teh hijau, saya pribadi juga berulang kali membaca bahwa teh hijau memiliki kasiat mengurangi stress, karena kunci hidup bahagia adalah jangan sampai stress berlebih, ini juga yang mengantarkan ke kunci berikutnya.
Stress itu dibutuhkan dalam hidup ini, karena stress membantu kita untuk terpacu dalam hidup ini, mencapai target-target dan juga agar pikiran kita tidak disibukkan dengan hal-hal tidak penting dan selalu aktif, namun kadar yang terlalu tinggi atau rendah, memiliki dampak buruknya, kita tahu beberapa penyakit degeneratif bermunculan kalau kita selalu stress setiap saat, tapi disisi lain mereka yang baru pensiun juga bukannya bisa menikmati kehidupan seperti yang dibayangkan, justru malah menjadi stress juga karena tidak tahu apa yang mau dilakukan, sehingga salah satu hal yang dianjurkan dari buku ini adalah jangan pernah pensiun, dalam arti, manusia harus senantiasa aktif dan memiliki tujuan yang harus dicapai, ini akan membantu mengendalikan stress yang tadi dialami, kontradiktif ya? Intinya bekerja atau tetap aktif lah, saat badan kita dibiarkan beristirahat terlalu lama, justru badan kita akan "rusak" dengan sendirinya.
Hal lainnya yang mungkin juga sering kita dengar adalah, manusia adalah mahkluk sosial, sehingga hubungan antar individu menjadi kunci kebahagian dalam kehidupan ini, salah satu contohnya, masyarakat jepang memiliki "Moai" atau kelompok di masyarakat, yang biasanya memiliki hobi atau ketertarikan yang sama dan saling menjaga dan memperhatikan satu sama lain, hal ini mungkin masih sering kita jumpai juga di masyarakat, namun di perkotaan yang sibuk, biasanya hal seperti ini mulai pudar, tidak heran belakangan banyak kasus gangguan mental yang dialami masyarakat perkotaan, mungkin kita lupa akan hal paling mendasar yang kita butuhkan, yaitu interaksi dengan orang lain, setidaknya kita perlu teman untuk ngobrol selain diri kita sendiri. Kuncinya adalah interaksi dengan orang lain, bergeraklah ke tempat-tempat lain dan berinteraksilah, apalagi dengan bertambahnya umur, lingkup pertemanan semakin sempit, cara terbaik adalah mencari teman-teman baru, agar kita bisa tetap "waras" ditengah terpaan kesibukan yang kita alami sehari-hari.
Yang terpenting, tidak hanya pelajaran finansial yang mengajarkan kita untuk memiliki dana darurat atau jaring pengaman (Safety Net), tapi kehidupan juga memerlukan "Jaring Pengaman", mungkin saat ini kita bekerja kantoran, tapi mungkin tidak selamanya kita bekerja, ada masa pensiun, karena pelajaran utama di buku ini untuk bahagia dan berumur panjang, salah satu tipsnya adalah membuat "Jaring Pengaman" berupa pekerjaan sampingan, kalau kita suka bercocok tanam, bisa membuat kebun sayuran, yang bisa menyibukkan diri dan mungkin bisa dijual juga kecil-kecilan, atau kalau suka menggambar atau menulis, bisa membuat buku dari kemampuan tersebut dan lain sebagainya, sehingga saat kehidupan ini berjalan tidak sesuai dengan rencana, kita memiliki rencana cadangan dimana badan dan pikiran kita bisa tetap aktif dengan kadar stress yang bisa dikendalikan.
Tulisan saya yang pendek ini, mungkin tidak bisa menyarikan seluruh hal dalam buku "Ikigai" ini, tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk teman-teman yang belum membaca, dan saran saya, kalau tertarik bisa langsung beli dan baca bukunya yang seharusnya sudah tersedia di berbagai toko fisik ataupun toko online serta ebook. Selamat membaca!
0 notes
meng-u-las · 2 months
Text
Review (dan Pelajaran) Film – Marry My Husband
youtube
Sebetulnya saya pribadi bukan penggemar film yang diwarnai dengan adegan atau tema perselingkuhan, apalagi kalau nonton dengan pasangan, takut malah jadi curiga-curigaan. Film yang tayang di platform Prime Video ini menempati peringkat No.1 di Indonesia beberapa waktu belakangan ini, dan menurut saya pribadi, dari segi cerita dan filmnya sendiri cukup bagus, meskipun plot yang diusung juga tidak baru-baru amat, semacam kesempatan atau kehidupan kedua dan perjalanan waktu, walaupun untuk sisi perjalanan waktunya ini agak berbeda dengan film lain, disini digambarkan si tokoh utama bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hidupnya, setelah sebelumnya ia meninggal dengan naas dan tentunya dengan membawa ingatannya dari masa depan, menarik ya..
Terlepas dari hal lainnya yang terdapat di film ini (Sisi drama, romansa, kejahatan, sadis, tipu daya dan lainnya), saya menemukan beberapa hal yang bisa kita pelajari untuk kehidupan kita masing-masing, antara lain:
Sebagai manusia biasa dan normal, kita tentu tidak bisa melihat masa depan (Kecuali anda kebetulan seorang paranormal), tapi mengutip dari beberapa buku yang saya baca, ada beberapa ajaran yang menganjurkan kita membayangkan tujuan akhir di kepala kita atau “Picture the End in Mind”, bisa untuk kehidupan, pekerjaan atau yang lainnya, Kita ini mau jadi apa sih? Yang lebih ekstrim, ada juga yang menyarankan kita membayangkan saat kita meninggal, kita mau dikenang sebagai sosok yang seperti apa? Seperti yang kita ketahui, kematian tidak akan pernah bisa kita hindari (di luar kendali kita), tapi kehidupan kita saat ini masih berada dalam kendali kita, pikirkan skenario terbaik yang bisa kita jalanin dalam hidup ini dengan membayangkan tujuan akhirnya.
Setelah mengetahui apa yang kita inginkan, kita bisa “bertindak” atau melangkah kearah tujuan kita tersebut, lagi-lagi saya ingin mengutip kata-kata orang lain “Fake It Till You Make It”, palsukan sesuatu sampai pada akhirnya kita bisa mendapatkan yang kita inginkan, Jikalau saat ini kita memiliki mimpi atau tujuan yang besar, dan kita melihat diri kita masih jauh dari tujuan tersebut, kita bisa “meniru” dulu, perbaiki diri kita sedikit demi sedikit, misal membuat kebiasaan baru, jikalau ternyata “Sosok” yang kita ingin capai merupakan pengusaha ternama, mungkin bisa “meniru” kebiasaan dari para pengusaha sukses apa saja, bergaul dengan orang-orang yang sama, dan lain sebagainya, sampai kita benar-benar bisa mencapai tujuan yang kita inginkan tersebut.
“Dress for Success”, mungkin kita sering mendengar “Don’t judge a book by its cover”, tapi menurut saya pribadi sih itu omong kosong, kenyataannya selama ini mereka yang memiliki penampilang yang menarik pasti lebih diutamakan dalam berbagai bidang dan mereka juga biasanya mendapatkan kesempatan yang lebih baik dibandingkan orang lain, oleh karena itu penting bagi kita untuk memperhatikan penampilan, tidak perlu tampil mentereng dengan pakaian dan aksesori branded dari atas kepala sampai kaki, tetapi dengan tampilan rapi untuk laki-laki dan make up secukupnya untuk perempuan, membuat kita bisa lebih percaya diri dan lebih enak untuk dilihat oleh orang lain, pada ujungnya kita bisa mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Perlu diingat, hidup ini singkat dan hidup merupakan serangkaian pilihan yang kita pilih sendiri, pilihan kecil yang kita buat hari ini, mungkin akan merubah masa depan kita. Jadi, buatlah pilihan yang bijaksana dan jalani kehidupan kita ini dengan sebaik-baiknya. Selamat mencapai mimpi kita dan selamat menonton !
0 notes
meng-u-las · 2 months
Text
Review Buku - Awareness
Tumblr media
Kalau kalian sedang tertarik dengan "Mindfulness" dan sedang mencari buku referensi, ada buku yang bisa saya rekomendasikan yaitu buku Awareness ini, meskipun merupakan buku terbitan cukup lama, tahun 1990, namun isinya menurut saya tidak lekang oleh waktu dan tetap relevan hingga hari ini. Buku ini ditulis oleh Anthony De Mello, S.J., seorang pastor Jesuit, akan tetapi, meskipun beliau memiliki latar belakang rohaniwan katolik, buku ini bukan merupakan buku keagamaan, mungkin beberapa contoh yang ia berikan menggunakan perumpamaan yang berbau kristiani, tetapi menurut saya pribadi, itu hanya semata untuk penggambaran, secara makna bisa bersifat universal, begitupun dengan beberapa buku-buku tulisannya yang lain, seringkali menggunakan contoh tokoh dari agama lain, seperti biksu, sufi dan lainnya, karena memang apa yang dituliskan semuanya bersifat universal.
Salah satu hal menarik yang saya dapatkan dari buku ini, sejak pertama kali kita membuka bab awal dari buku, penulis, dalam hal ini pastor Anthony, membuat pernyataan yang mungkin agak membingungkan, ia memberikan pernyataan bahwa kita semua (atau banyak dari kita) sedang "tertidur", kita tidak menyadari kehidupan ini sebagaimana mestinya karena kita sedang "tertidur", oleh karenanya ia mengajak kita semua untuk "bangun" dan menyadari kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Ada banyak salah kaprah dari kehidupan atau budaya kita, salah satunya adalah mengenai cinta, tidak asing bagi kita mendengar bahwa dalam mencintai kita tidak boleh egois, contohnya "Untuk keluarga, apapun akan saya lakukan/berikan asal mereka bahagia" lantas kalau kita sendiri yang menginginkan kebahagiaan itu dibandingkan dengan memberikan kebahagiaan untuk keluarga kita, sepertinya terasa sangat egois bukan? Contoh lainnya untuk sepasang kekasih, ketika mendapatkan pertanyaan "Apakah kamu mau meninggalkan hal yang kamu sukai agar bisa bersama dengan dirinya?" hal-hal itu mungkin bisa kita bayangkan seperti pekerjaan, hobi dan lainnya, banyak yang menjawab "Ya" semata karena ingin bersama, maka jadilah dua orang yang sama-sama tidak bahagia menjadi sepasang kekasih, contoh-contoh seperti itulah yang banyak kita dapatkan dari buku ini yang membuat kita "Sadar" dalam kehidupan ini.
Siapa disini yang sering merasa dikecewakan oleh orang lain? mungkin saat menjalani suatu hubungan percintaan atau dalam hubungan profesional, mungkin salah satu penyebabnya adalah kita sering terjebak dalam ilusi kita atau ekspektasi kita terhadap orang lain tersebut, biasanya kita memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan melakukan sesuatu atau orang lain akan bisa mencapai sesuatu, padahal hal tersebut sangat tidak manusiawi, kalau kita melihat ke diri kita sendiri, tentu kita bisa melihat bahwa diri kita ini memiliki banyak keterbatasan, begitupun dengan orang lain, sehingga untuk terhindar dari kekecewaan, jangan memberikan ekspektasi, lihatlah melalui diri kita sendiri, sadarilah bahwa sama seperti diri kita, orang lain pun juga memiliki keterbatasan dan ketidaksempurnaan, sehingga setelahnya kita bisa memaklumi segala hal dan bisa lebih mencintai kehidupan ini.
Hal berikutnya adalah, dalam hidup ini, bahkan kebudayaan kita sering kali mengkotak-kotakkan individu dengan "label", label ini biasanya diberikan atas pekerjaan, jabatan atau harta yang dimiliki, sehingga orang berlomba-lomba mendapatkan label tersebut, padahal kalau dilihat lebih dalam, hidup kita ini jauh lebih besar dari sekedar label tersebut, lantas kalau kita tidak lagi bekerja di suatu perusahaan atau tidak lagi memiliki suatu benda, siapakah diri kita? dengan melabeli diri kita dengan sesuatu yang semu dan sementara, seringkali kita semakin jauh dari kebahagiaan, perasaan tidak puas serta membanding-bandingkan diri akan senantiasa muncul, cara yang terbaik adalah menanggalkan label tersebut dan hidupilah kehidupan ini sebagai diri kita sendiri bukan berdasarkan label yang diberikan oleh orang lain atau diri kita.
Banyak orang mencari kebahagiaan membicarakan kebahagiaan, seakan kebahagiaan itu sesuatu yang misterius tidak pernah ada selama ini, dalam contoh yang diberikan, seperti seekor ikan yang berdiskusi dengan ikan lainnya, menanyakan seperti apa air itu? padahal selama ini mereka hidup didalamnya, begitupun kita, sering kali budaya mengajarkan bahwa kebahagiaan itu mencapai A, memiliki B dan bisa melakukan C, padahal kalau kita membuka mata kita, sesungguhnya kebahagiaan itu ada disekitar kita, hanya saja kita belum "Bangun" untuk menyadari bahwa ia sudah ada dan senantiasa bersama kita.
Buku ini mungkin di bab-bab awal menggunakan bahasa yang sulit dipahami, tapi setelah mengikut beberapa bab dan kita menangkap konteks-nya, kita bisa semakin menikmati sentilan-sentilan yang membuat kita menyadari sekitar kita dan bisa semakin mensyukuri kehidupan yang kita miliki saat ini, buku ini sangat pas untuk memperdalam ilmu mindfulness karena sering juga buku ini dikutip dalam buku-buku yang beredar saat ini, apapun itu, saya yakin buku ini bisa bermanfaat dan bisa membantu kita untuk lebih bahagia. Selamat membaca!
0 notes
meng-u-las · 2 months
Text
Review Film - Agak Laen
youtube
Tulisan kali ini saya tidak mau terlalu serius, karena yang saya ulas kali ini merupakan film komedi, jadi menurut saya memang tidak perlu terlalu serius dalan tulisan pada kesempatan ini. Saya tau Agak Laen dari podcast yang ada di platform spotify, terdiri dari 4 personil, Boris Bokir, Oki Rengga, Indra Jegel, dan Benedion, terkenal karena memiliki background dan darah Sumatera Utara, sehingga gaya bicara dan topik pembicaraannya seputar budaya di sekitar Sumatera Utara. Podcast tersebut kemudian dijadikan sebuah film, yang diperankan oleh personil-personil Agak Laen, saya pribadi jadi teringat dengan film dari grup legendaris seperti Wakop DKI (Dono Kasino Indro) yang tak lekang oleh jaman.
Kesan yang saya dapatkan dari menonton film ini adalah kocak banget, lucu banget, penonton seperti tidak diberi ruang untuk serius, karena setiap scene nya selalu ada saja yang membuat ketawa, disebabkan tingkah laku pemerannya ataupun sekedar kepolosan dalam dialog yang terjadi, meskipun bergenre komedi, tapi segala tema yang dibawakan, menurut saya segar, tidak ketebak, dan berhasil membuat terpingkal, karena tadi itu, bercandaan khas personil Agak Laen ini terkadang meskipun seperti asal lempar, tapi hasilnya malah jadi kocak dan seru.
Di tengah kondisi Indonesia yang diliputi panas dingin akibat politik menjelang pemilu (dan akhirnya selesai) kehadiran film ini, jujur memberi semacam oase, karena lucu banget, tidak perlu mikir cukup nikmatin setiap scene nya aja pasti akan terhibur. Film ini juga cocok untuk ditonton dengan keluarga, namun yang punya anak kecil, perlu pendampingan, mungkin ada bahasa yang kasar, tapi terlepas dari itu, film ini bisa dinikmati banget. Selamat menonton.
0 notes
meng-u-las · 2 months
Text
Merenungkan Oppenheimer
youtube
Film Oppenheimer ini awalnya saya kira hanya sekedar film biografi ataupun film fiksi ilmiah, karena memang berlatar ilmuwan yang mengembangkan bom atom pertama di dunia ini, akan tetapi pandangan saya jadi berubah banyak ketika menyaksikan film ini. Mungkin secara film sudah banyak yang melakukan ulasan, apalagi film ini sudah di rilis sejak tahun 2023, saya ingin melihat film ini dari sudut pandang lain, terutama dengan suasana politik belakangan ini di Indonesia dan dunia, melihat bagaimana film Oppenheimer ini bergerak, membuat saya teringat akan suasana yang tengah terjadi.
Melalui film ini kita bisa melihat bagaimana tokoh politik sebetulnya tidak benar-benar perduli dengan masyarakat ataupun orang lain, banyak yang rela berbuat apapun juga untuk melanggengkan kekuasaannya, tidak jarang sampai menggunakan tangan orang-orang lain untuk menyingkirkan lawan politik atau bahkan "musuh". Kita disini juga bisa menyaksikan bahwa, semata-mata ego para "pemimpin" ada banyak korban, beratus ribu korban sampai meninggal, demi melegitimasi "kekuatan", tanpa penyesalan, membalut kekerasan dalam bentuk nasionalisme, mungkin ada kemiripan dengan kondisi saat ini, mungkin. Ada bagian dalam film ini juga yang membuat saya miris, bom Atom yang awalnya dibuat untuk menghentikan perang, akhirnya sampai dengan hari ini, digunakan sebagai sarana perlombaan, untuk menekan negara atau orang lain melakukan kehendak yang merasa kuat, padahal ujungnya yang menderita dan dirugikan adalah orang lain yang tidak tahu menahu permasalahan para elite.
Sejarah dan hukum itu produk dari penguasa, sehingga kita sebagai masyarakat, meskipun lemah, harus kritis terhadap segala sesuatu nya, jangan hanya gunakan satu kaca mata, dalam arti, harus lihat berbagai sudut pandang, kenyataannya memang tidak selalu hitam dan putih, lagi-lagi politik seperti permainan catur, yang berkuasa lah yang bisa mengatur arahnya, tetapi sebagai masyarakat kita bisa kritis untuk menolak digiring oleh pandangan yang dibuat orang-orang tersebut.
Mungkin masa pemilu akan berakhir segera, tapi selalu ingat untuk senantiasa melihat latar belakang siapapun pemimpin yang akan kita pilih, mungkin beliau tidak sempurna, tapi perhatikan rekam jejak, sikapnya terhadap suatu isu, apakah sesuai dengan yang kita percayai atau tidak, jangan sampai kita memilih katak dalam karung atau kambing dibedakin, terlihat bagus di depan tapi berantakan dibelakang.
0 notes
meng-u-las · 3 months
Text
Naga dan Kehidupan
Tumblr media
Photo by Annie Spratt on Unsplash
Pada tahun 2024 ini ada yang cukup unik dan menarik perhatian, karena sebagian penduduk bumi akan merayakan Tahun baru Imlek, dimana biasanya akan dirayakan dengan simbol dari 12 Shio, kebetulan tahun ini yang menjadi tokoh sentral adalah Naga. Dalam mitologi ataupun cerita, kita sering mendengar penggambaran Naga sebagai mahkluk yang begitu besar, ada yang menggambarkan naga sebagai sosok pelindung ataupun naga sebagai sosok penghancur tetapi dari kedua penggambaran tersebut kita bisa melihat bagaimana tokoh naga ini senantiasa mendapat tempat yang istimewa. Masyarakat Tionghoa ataupun keturunannya pun di tahun ini juga menyambut secara istimewa kehadiran tahun naga ini, karena dianggap tahun naga ini dipenuhi berbagai macam keberuntungan untuk usaha ataupun kehidupan, ada pula sebagian masyarakat yang berusaha serta bercita-cita memiliki anak yang ber shio naga karena lagi-lagi mempercayai anak yang bershio naga akan membawa keberuntungan kepada keluarga tersebut, tapi hal tersebut hanya bagian dari kepercayaan dan kebudayaan, boleh percaya boleh tidak.
Namun berkaca kepada naga yang demikian luar biasa, kita mungkin bisa meneladan sosok naga yang dikenal dari beberapa cerita untuk diterapkan di kehidupan kita masing-masing. Naga sering sekali digambarkan menjadi tokoh pengayom atau pelindung dari suatu bangsa tapi tidak jarang pula naga digambarkan menjadi sosok penjajah bahkan perusak suatu bangsa, ini menjadi pengingat bagi kita yang mungkin mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin, untuk senantiasa bijaksana dalam menggunakan posisi tersebut, salah-salah kelompok yang kita pimpin bisa hancur karena kita tidak menggunakan posisi secara bijak, melakukan ketidak adilan dan lain sebagainya, semata-mata untuk keuntungan diri sendiri, sebaliknya sebagai seorang pemimpin perlu diperhatikan bahwa posisi tersebut adalah amanat dari banyak orang, sudah sewajarnya seorang pemimpin senantiasa menjadi sosok yang mengayomi kelompoknya, memperhatikan mereka yang dibawah naungannya, dan menjadi kepala sekaligus penunjuk arah bagi yang dipimpinnya.
Dalam beberapa budaya, Naga digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, dalam kehidupan kita saat ini, dengan perubahan atau ketidakpastian yang terjadi disekitar kita, mungkin kita bisa meneladan kebijaksanaan dari sang naga untuk berpikir sebelum bertindak, selalu berhati-hati, terutama dalam situasi politik yang tengah di hadapi bangsa Indonesia, perpecahan sangat mudah terjadi dan terkadang karena alasan sepele, kita bisa melihat negara-negara yang sedang terjadi perang, semua karena alasan ego semata tapi menimbulkan kehancuran yang demikian besar, sehingga sebagai bagian dari kehidupan ini, kita bisa menjadi agen kebijaksanaan dimanapun kita berada, menghindari konflik ataupun perpecahan yang tidak perlu dan secara bijaksana mengolah setiap hal yang kita terima, beruntung apabila kita bisa menjadi agen pembawa damai, jikalau tidak, kita bisa secara bijak berpikir sebelum bertindak.
Mungkin Naga senantiasa digambarkan sebagai sosok pembawa keberuntungan, tidak terkecuali dengan tahun Naga Kayu di 2024 ini, tapi menurut saya pribadi, semuanya tergantung kepada usaha dan ketekunan kita masing-masing, saya percaya, tahun apapun, waktu kapanpun, semuanya perlu diri kita sendiri yang secara sadar berusaha dan bekerja keras, karena hasil tidak pernah mengkhianati usaha, jadi kalau ada yang bilang tahun A untung, tahun B untung, saya percaya tahun apapun itu adalah tahun beruntung untuk kita, asalkan kita dengan sungguh-sungguh berusaha dan tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengasah kemampuan kita. Saya ingin mengucapakan selamat merayakan Imlek untuk teman-teman yang merayakan, dan semoga kita semua senantiasa dilimpahi dengan keuntungan. Amin!
0 notes
meng-u-las · 3 months
Text
Review Buku - The Cult of We
Tumblr media
Buku "The Cult of We" ini menceritakan kisah nyata terkait startup WeWork yang beberapa tahun sempat mengalami masa-masa kejayaannya akibat dunia seakan mengagung-agungkan pertumbuhan serta perkembangan dari usaha rintisan atau startup, ditulis oleh Jurnalis, ada yang menulis untuk The Wall Street Journal dan The New Yor Times, sehingga menjadikan penulisan di buku ini berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan, dengan pendekatan yang menarik, karena disertai pandangan orang yang terlibat secara langsung. Mengapa buku ini menarik? beberapa tahun yang lalu saya sempat membaca buku "Bad Blood" yang menceritakan tentang Elizabeth Holmes dan perusahaan yang didirikannya, yaitu Theranos, yang ternyata menyimpan skandal besar serta sudah menipu banyak orang yang terlibat di dalamnya, karena saat itu mimpi atau harapan menemukan perusahaan inovatif yang kelak menjadi besar, begitu luar biasa, sehingga banyak orang berlomba untuk tidak "Ketinggalan kereta", itulah yang dimanfaatkan banyak pendiri perusahaan rintisan untuk mengeruk sebanyak-banyaknya uang dari investor yang haus akan pertumbuhan dan kekayaan instan. Namun pada masa-masa akhir keberadaannya, Theranos seperti menghentak dunia startup akibat skandal yang dilakukannya, akhir yang senantiasa terprediksi oleh mereka yang cukup skeptis terhadap pertumbuhan instan dari perusahan rintisan yang ada, "The Cult of We" menceritakan sisi lain dari badai yang terjadi di dunia startup atau perusahaan rintisan, karena WeWork sempat digaungkan sebagai perusahaan masa depan, produknya jelas ada dan bisa digunakan oleh banyak orang, sehingga menjadi pembeda dengan Theranos yang hanya menjual konsep, tapi WeWork mengalami kegagalan bahkan kebangkrutan yang sama pada akhirnya, apa yang sebetulnya terjadi dalam dunia startup atau perusahaan rintisan ini?
Sebagai orang yang mengikuti perkembangan dunia Startup global maupun di dalam negeri, saya sebetulnya cukup penasaran dengan apa yang terjadi belakangan ini, dimana perusahaan rintisan tersebut, satu per satu mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK masal, bukan munafik bahwa sebelumnya saya pun pernah bercita-cita untuk terjun ke dunia perusahaan rintisan tersebut, karena selain menjanjikan kompensasi yang begitu menggiurkan, dunia juga seakan melihat perusahaan rintisan sebagai sesuatu yang trendi dan kekinian, padahal ada hal krusial yang senantiasa menghantui hampir seluruh startup tersebut, yaitu profitabilitas. Secara tradisional, perusahaan yang bagus adalah perusahaan yang bisa mencetak keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik ataupun pemegang saham perusahaan, tetapi ketika demam startup terjadi, banyak investor atau pendiri perusahaan menomor duakan indikator profitabilitas tersebut, dan menomor satukan pertumbuhan diatas segala-galanya, dengan asumsi, kelak perusahaan akan mencetak keuntungan saat ukurannya sudah raksasa dan menjadi penguasa pasar, asumsi ini selain berbahaya juga menyesatkan, karena rata-rata investor menanamkan pendanaannya juga bukan menggunakan uangnya sendiri, melainkan uang dari banyak pihak yang dikumpulkan, sebut saja Vision Fund, yang dimiliki oleh Softbank untuk mendanai beberapa startup termasuk WeWork, dana yang didapatkan bersumber dari banyak pihak salah satunya adalah dana dari Investasi pemerintah Saudi Arabia. Sehingga ketika suatu perusahaan rintisan gagal, uang yang begitu besar yang ditanamkan, mendadak hilang begitu saja, ini yang menjadi salah. Selain perusahaan yang gagal, banyak perusahaan yang "terlihat berhasil" juga memiliki strategi yang merugikan investor, perusahaan yang sudah sangat besar, sengaja dilepaskan ke pasar saham melalui skenario IPO, tujuannya supaya investor awal perusahaan tersebut bisa melepaskan kepemilikannya, padahal kita sama-sama tahu, kalau perusahaan bersangkutan sangat bagus, kenapa investor-nya berlomba untuk melepaskan sahamnya?
Buku ini menjadi sangat menarik, karena selain membahas WeWork dan pendirinya, Adam Neumann, juga membahas dunia Startup secara keseluruhan, dimana dipenuhi oleh orang-orang yang ingin kaya secara instan dan rela menghalalkan berbagai macam cara untuk terlihat sukses, cerita di buku ini mengingatkan saya akan fenomena yang terjadi di dalam negeri beberapa tahun belakangan, dimana di Indonesia sedang terjadi demam MLM, Robot Trading dan Afiliator, semuanya berlandaskan keinginan untuk kaya secara instan tanpa peduli terhadap resiko dan sekitarnya, sehingga tidak jarang ada banyak pihak yang dirugikan, begitu pula yang terjadi di dunia startup atau perusahaan rintisan, sering kali ada founder yang secara sengaja memanfaatkan uang dari investor untuk membiayai kehidupan mewah si foundernya itu sendiri, apakah investor tidak marah? tentu marah, tetapi ada berbagai cara yang biasanya dilakukan founder, sehingga "Melegalkan" tindakannya, apapun itu saya juga teringat akan kata-kata investor terkenal di Indonesia, yang secara blak-blakan menyatakan ia tidak percaya dengan investasi di perusahaan rintisan, begitu membaca buku ini, saya jadi menyadari kata-kata tersebut, karena di perusahaan rintisan, dimana budaya check and balance sulit terlaksana dengan baik, karena si founder memiliki kontrol yang demikian besar terhadap perusahaannya, tanpa kesadaran dan etika bisnis yang baik, bisa dipastikan penyimpangan tersebut pasti terjadi.
Ulasan saya kali ini lebih banyak saya warnai dengan opini saya, karena tiba-tiba saya bisa menghubungkan fenomena yang terjadi belakangan ini dengan apa yang pernah terjadi di Amerika Serikat sana melalui kehadiran perusahaan WeWork, Theranos dan perusahaan lainnya, yang ketika booming, usianya tidak panjang dan mendadak hilang tanpa jejak, ini yang perlu kita sama-sama perhatikan sebelum kita menanamkan uang kita ke perusahaan rintisan atau apapun, perhatikan kewajarannya, perhatikan background foundernya dan apakah masuk di akal segala yang dijanjikan? karena tidak pernah ada kekayaan instan di dunia ini, tidak pernah ada perusahaan yang senantiasa bertumbuh dan untung setiap saat, kalau itu terjadi, waspadalah.
0 notes
meng-u-las · 3 months
Text
Kesepian
Tumblr media
Photo by Noah Silliman on Unsplash
Belakangan ini ramai diperbincangkan di kota-kota besar yang padat penduduknya, justru banyak ditemukan individu yang kesepian. Disinggung pula dalam artikel kompas pada Sabtu, 6 januari 2024 "Paradoks Warga Kota, Kesepian di Tengah Keramaian", artikel tersebut semakin mempertegas bahwa di kota seperti Jakarta yang setiap hari demikian ramai (termasuk macet dan penuh sesak di jalanan), justru banyak ditemukan mereka yang mengalami kesepian. Apakah budaya Indonesia yang ramah sudah semakin luntur? atau mungkin kita masing-masing sudah terlalu disibukkan dengan rentetan permasalahan kehidupan dan pekerjaan kita masing-masing, sehingga sering kali kita lupa atau tidak mempedulikan orang-orang di sekitar kita?
Kesepian ini menjadi semakin serius, mana kala di berita, kita sering mendengar ada yang sampai secara mengenaskan meninggal akibat kesepian ataupun terkucilkan karena tidak ada yang perduli dengan nasibnya, dari sekeluarga yang meninggal di salah satu perumahan mewah ataupun individu yang ditemukan meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri. Melihat fenomena tersebut, apakah mungkin, kita dengan asas "tidak ingin mencampuri masalah orang lain" justru salah kaprah menjadi manusia yang egois dan justru jadi tidak perduli dengan orang lain sama sekali?
Lebih aneh, di perkotaan besar yang terdapat banyak fasilitas ataupun tempat hiburan yang biasanya bisa dimanfaatkan untuk bersosialisasi, justru ditemukan banyak individu yang kesepian, apakah mungkin selama ini, interaksi yang terjadi sebatas interaksi jual beli atau sebatas ada manfaat yang bisa didapatkan dari sebuah interaksi dan bukan interaksi yang tulus untuk memahami satu dengan yang lain. Atau karena gaya hidup yang begitu tinggi, membuat banyak orang menjadi takut dirugikan apabila menjalankan hubungan pertemanan dengan orang yang salah, sehingga menurunkan derajat diri kita atau waktu yang terbuang tidak bisa menjadi "cuan". Gejala ini menjadikan Kota sebagai sebuah tempat yang keras, bersiap-siaplah kalau kita tidak bisa menyesuaikan diri kita dengan standar kehidupan kita dengan orang orang di sekitar, jangankan mendapatkan kawan bisa jadi kita akan tersingkir dengan sendirinya.
Padahal kalau kita telisik lebih dalam, pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial, sudah menjadi kebutuhan mendasar untuk memiliki sahabat atau berinteraksi dengan orang lain, namun lagi-lagi tekanan sosial, kehadiran media sosial, seringkali justru menjauhkan yang dekat (entah apakah mendekatkan yang jauh?) semakin memperparah, kita jadi jauh (dan menjauhi) orang-orang yang sebetulnya ada di sekitar kita, demi mengejar persahabatan semu dari orang-orang yang hanya berinteraksi dengan kita kalau ada butuhnya, dan mungkin berakhir dengan kita semakin dikecewakan dan semakin terjerumus kedalam jurang kesepian yang lebih dalam.
Mungkin kalau kita merasa kesepian dan membutuhkan teman atau sahabat, sahabat yang kita butuhkan bisa jadi ada didekat kita, tapi tidak terlihat karena kita hanya melihat keatas kearah impian semu, bisa jadi karena media sosial sering kali menjual kemewahan, kita merasa sahabat yang sejati hanya bisa kita dapatkan dengan kemewahan tersebut.
Salah satu post di Instagram akun Proud Project yang dipost pada tanggal 19 Januari 2024 ada yang saya rasa sangat menarik karena membahas "Pertemanan Dewasa tidak seperti di Sitcom", post tersebut membahas sahabat yang low maintenance, ketika kita menyapa, sahabat tersebut bisa langsung membalas sapaan kita, dan low maintenance disini karena kita tidak perlu buang waktu setiap saat nongkrong bareng karena kita sama sama memahami kesibukan masing masing. Dan menurut saya pribadi, sahabat yang baik itu sahabat yang ada bukan ketika kita sedang dalam kondisi diatas, tetapi sahabat yang bahkan tidak memandang siapa kita atau apa yang kita miliki, tetapi yang bisa melihat kita sebagai diri kita.
Menyambung awal tulisan saya, melihat fenomena kesepian yang terjadi, mungkin tugas kita sebagai seorang individu, bisa dengan menyapa orang yang kita jumpai di sekitar kita, mungkin dari sapaan, kita bisa berteman dengan orang yang tidak kita sangka ataupun kita bisa meringankan beban mereka yang sedang kesepian. Terkadang kesepian itu tidak ditampilkan, sehingga kita tidak pernah tahu seseorang sedang mengalaminya atau tidak, dan kalau kita yang mengalaminya, menyapa orang lain mungkin bisa menjadi jalan bagi orang lain untuk membantu kita, jangan pernah merasa lemah karena mengalami kesepian.
0 notes
meng-u-las · 3 months
Text
Serakah dan Nafsu yang tidak pernah terpuaskan (Renungan)
Tumblr media
Photo by Documerica on Unsplash
Dalam percakapan dengan seorang sahabat yang merantau dari daerah ke ibukota seorang diri, dalam kesehariannya beliau melihat fenomena yang berbeda antara daerah asalnya dengan yang ia alami di Ibukota, di ibukota terlihat mereka yang memiliki uang seakan memiliki kuasa, dalam kehidupan masyarakat juga, terkadang sahabat saya melihat, mereka yang memiliki uang atau kekayaan, seperti bisa berbuat semau-mau nya, tanpa memperdulikan aturan yang berlaku secara umum. Beberapa waktu lalu kita juga melihat beberapa peristiwa, anak pejabat yang berulah, merasa punya uang dan kekuasaan (dari orang tua) sampai bisa hampir merenggut nyawa anak lainnya, memang pada akhirnya hukum tetap berlaku, si pelaku diadili, orang tua ikut terseret dalam kasus, karena tindakan penggelapan atau pencucian uang dan lain sebagainya. Entah sejak kapan muncul kebiasaan mereka yang memiliki kekayaan "lebih banyak" berbuat semaunya.
Fenomena berikutnya adalah, di Ibukota masyarakatnya seakan tidak pernah terpuaskan dengan apa yang dimiliki, banyak yang sudah memiliki segala hal tapi tidak pernah merasa puas, baju harus ganti setiap saat, gadget harus yang terbaru, mobil, perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, sehingga uang seberapa banyakpun tidak pernah bisa mencukupi atau memuaskan nafsu dari individu yang ada, berkaca secara ekstrim, di beberapa daerah di Indonesia masih banyak masyarakat yang dihantui dengan kelaparan, kurang gizi. Ketimpangan yang begitu ekstrim,, bagaimana seandainya segala kelimpahan yang ada di ibukota tersalurkan ke mereka yang benar-benar membutuhkan, namun yang sering kali terjadi justru mereka yang berlimpah hartanya, merasa tidak pernah cukup, selalu ingin lebih, sehingga tidak asing di kehidupan kita menyaksikan, mereka yang sebetulnya sudah nyaman hidupnya, masih senantiasa terjerumus dalam pusaran korupsi.
Manusia memiliki sifat tidak pernah puas, memang itu membuat kehidupan kita terus berkembang hingga seperti saat ini, namun tanpa kepekaan terhadap lingkungan ataupun sekeliling kita, manusia memiliki kecenderungan untuk mengeruk lebih banyak, menghancurkan lebih banyak untuk memuaskan nafsu yang tidak pernah cukup, oleh ulah segelintir orang ataupun kelompok, terutama yang berkuasa, kita bisa melihat dan merasakan dampaknya, dari kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, kelaparan, perubahan iklim dan lain sebagainya. Mungkin pembicaraan dan tulisan saya ini tidak bisa mengubah, tetapi di awal tahun ini, saya ingin mengajak pembaca untuk sama-sama merenung, apakah kita termasuk golongan orang yang tidak pernah terpuaskan nafsu akan harta atau materi nya? atau mungkin kita sudah sadar akan efek domino dari apa yang kita perbuat terhadap lingkungan sekitar kita.
Budaya modern ini yang mengedepankan konsumerisme terkadang begitu mengerikan, perusahaan berlomba-lomba mendorong masyarakat untuk terus berbelanja, gadget setiap tahun bermunculan versi terbaru, tercanggih, padahal kalau secara sadar kita amati, tidak ada hal yang benar-benar baru atau revolusioner, semuanya hanya balutan kata-kata penjual yang membuat pembelinya terhipnotis. Mungkin perlu ada hal yang membuat kita bersama sadar, bahwa apa yang kita miliki sebetulnya cukup, selama kebutuhan kita terpenuhi atau kita bisa menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik, sebetulnya cukup, mengapa kita selalu terdorong untuk berusaha mendapatkan yang terbaru? Apakah dengan demikian kita menjadi istimewa dibandingkan dengan orang lain? dengan miliaran orang di dunia dan tren konsumerisme yang diciptakan dunia bisnis, saya rasa menjadi orang istimewa atau berbeda menjadi sangat sulit dicapai, kebanggan yang kita dapatkan pun hanya kebanggaan semu, kalau kita mencari kebanggaan atau kebahagian dari materi, siap-siap saja kita akan langsung kecewa dalam waktu singkat ketika ada orang lain yang memiliki hal yang lebih daripada kita. Perlu kita sama-sama sadari budaya konsumerisme ini mendorong kita senantiasa membandingkan diri kita dengan orang lain dan menimbulkan rasa tertinggal apabila kita tidak mengikuti trend tersebut, padahal tanpa mengikuti trend, kita bisa bahagia dengan apa yang kita miliki, keluarga, sahabat, orang tua, anak, hubungan interpersonal lebih penting daripada kebahagian semu dari materi.
Perlu kita sama-sama ingat kembali, hidup ini bukan perlombaan, kita adalah sesama manusia, memang ada yang lebih beruntung dibandingkan yang lain, namun kalau kita diposisi yang beruntung, kita tidak boleh lupa dengan sodara kita yang kurang beruntung, jangan menjadi orang serakah yang melihat ketimpangan itu justru ingin mengeruk lebih banyak lagi "jatah" untuk sodara kita yang kurang beruntung tersebut. Mudah-mudahan tulisan saya ini dan pembicaraan dengan sahabat saya bisa menjadi bahan renungan kita bersama dalam menjalani awal tahun ini, semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
0 notes
meng-u-las · 3 months
Text
Memanaskan "Mesin" Setelah Liburan
Tumblr media
Photo by sporlab on Unsplash
Kebetulan saya menulis tulisan ini karena terinspirasi artikel Kompas hari minggu 7 Januari yang berjudul "Liburku sayang, Inginnya Lebih Panjang", yang kurang lebih membahas mengenai post-holiday blues, karena kecenderungan kebanyakan orang (terkecuali yang work-a-holic dan mencintai pekerjaannya sekali) agak sulit mengembalikan kondisi fisik dan mentalnya setelah menjalani liburan panjang, antara akhir tahun ataupun kalau di Indonesia bisa jadi libur lebaran, diartikel tersebut memang tidak secara khusus dituliskan tips-nya, karena setiap orang memiliki cara-nya masing-masing, tapi teruntuk tema ini, mungkin saya ingin membagikan tips yang biasanya saya lakukan untuk bisa kembali ke kondisi mental yang pas seperti sebelum liburan.
Hal pertama yang saya lakukan menyambut kembali ke dunia kerja atau kantor adalah berusaha bangun lebih pagi beberapa hari menjelang berakhirnya libur, tujuannya adalah mengembalikan habit yang lama, karena kalau namanya liburan, sering kali rutinitas berubah, biasanya bangun pagi, karena libur jadi maunya bangun siang, nah ini kalau mendadak dilakukan pas hari H masuk kantor, biasanya badan agak kaget dan bisa-bisa pusing sepanjang hari, kalau sudah pusing biasanya merembet ke banyak hal, seperti mental jadi ikut-ikutan terganggu, jadi sebisa mungkin bangun pagi ini dibiasakan beberapa hari menjelang kembali ke pekerjaan, bagus kalau memang setiap liburan masih menjaga pola tidur dan pola bangun.
Olahraga, semenjak pandemi, saya memiliki kebiasaan baru, sebelum bekerja, saya biasanya menyempatkan jalan atau jogging sekitar 30 menit di sekitar komplek, nah mungkin karena mental saya sudah mengasosiasikan kegiatan jogging/jalan santai ini dengan bekerja, secara tidak sadar, setiap saya mau memulai hari-hari kerja saya, biasanya sengaja saya sempatkan berolahraga dulu pagi-pagi nya, supaya mental saya seperti di set bahwa hari ini akan mulai bekerja setelah selesai berolahraga. Diluar kebiasaan saya ini, olah raga memang banyak disarankan oleh orang-orang (termasuk disampaikan dalam artikel di Kompas diatas), tapi memang bentuk olahraga bisa berbeda-beda, karena kebetulan saya pilih yang sederhana dan murah dan bisa dilakukan kapan saja, jadi saya pilih jalan kaki sekitar komplek rumah sambil mendengarkan podcast atau berita, badan saya jadi secara otomatis menyesuaikan dengan yang sudah diasosiasikan oleh mental saya sebelumnya.
Mendengarkan podcast, nah untuk hal ini saya biasanya melakukannya sambil berjalan pagi tadi, podcast nya bisa yang serius, biasanya saya mencari podcast dari Inspigo ataupun spotify untuk pengembangan karir dan lain-lain, bisa juga mendengarkan yang becandaan di spotify, seperti podcast Rapot, Podkesmas atau Agak Laen, tapi pilihan podcast ini bisa disesuaikan dengan masing-masing, tapi dengan mendengarkan pembicaraan orang-orang tersebut (sambil berolahraga), membuat pikiran jadi fresh, mungkin karena sudah terpaksa memproses informasi, jadi ketika harus memproses informasi pekerjaan, pikiran sudah panas, lagi-lagi ini tips yang saya lakukan, mungkin bisa teman-teman pembaca terapkan bisa juga tidak.
Baca atau mendengarkan berita, sekarang mendapatkan berita sudah sangat mudah, banyak platform menyediakan informasi terkini, kalau saya pribadi lebih suka yang sudah dalam bentuk koran, karena mencegah terlalu banyak informasi yang saya proses, memang platform berita online menyajikan informasi yang secepat kilat, tapi terkadang saya lebih suka yang agak terlambat sedikit tapi sudah terkurasi atau sudah dirangkum dan mendapatkan perhatian dari penerbit informasi tersebut dan disajikan dengan terstruktur dalam bentuk koran. Dengan mendapatkan berita ini, saya bisa menyiapkan diri dan mental dalam menghadapi berbagai hal yang saya dapatkan di tempat kerja, mungkin terkadang tidak langsung terkorelasi, tapi dengan kebiasaan membaca berita ini, terkadang kita bisa menyimpulkan suatu kejadian dengan sendirinya, karena koran itu seperti memberikan bahan baku, pikiran kita terkadang bisa menyimpulkan sendiri berdasarkan bahan yang sudah kita dapatkan sebelumnya.
Minum Kopi!, nah ini bisa didebat, karena banyak teman saya (bahkan istri) tidak bisa minum kopi, berhubung saya salah seorang penikmat kopi, memulai hari dengan kopi, biasanya memberikan tenaga dan mood yang pas untuk melakukan pekerjaan saya hari itu.
Mungkin itu beberapa tips yang bisa saya bagikan untuk para pembaca sekalian, yang mudah-mudahan bermanfaat untuk teman-teman yang mau memulai aktifitas kembali setelah berlibur panjang. Selamat beraktifitas!
0 notes
meng-u-las · 4 months
Text
Review Buku - Before We Say Goodbye
Tumblr media
Buku ini merupakan seri keempat dari seri Tales from the cafe yang sudah sempat saya ulas sebelumnya. Mengusung tema perjalanan waktu yang mustahil (Perjalanan waktu sendiri sudah mustahil, namun cerita di serial ini membuatnya semakin tidak masuk di akal untuk dilakukan), dengan berbagai pantangan, seperti tidak bisa merubah kenyataan, tidak bisa beranjak dari tempat duduk, hanya bisa bertemu orang-orang yang pernah berkunjung ke kafe, dan hanya bisa pergi dalam waktu singkat atau sebelum kopi di cangkir dingin, namun penulisnya mengemas perjalanan waktu tersebut dengan sentuhan emosi dan drama yang menarik yang bahkan kalau dipahami lebih dalam mungkin berangkat dari kekecewaan ataupun kesedihan manusia yang tidak kuasa menghadapi takdir dan waktu. Meskipun novel ini tidak menyajikan hal baru dibandingkan dengan ketiga seri sebelumnya, tapi melalui novel ini kita kembali diajak menjelajahi diri kita yang terdalam, termasuk ketakutan dan kekecewaan yang sudah kita alami.
Terbagi kedalam 4 Bab yang masing-masing menceritakan sosok yang berbeda, Bab yang pertama adalah "The Husband", yang menceritakan seorang suami yang terlalu sibuk bekerja bahkan hanya bertemu istri dan anak-anaknya sesekali, namun takdir berkata lain, sang Istri tiba-tiba mengalami kecelakaan yang membuatnya hanya bisa berbaring tanpa bisa berkata-kata atau mendengar lagi, dari sanalah sang suami baru menyadari betapa pentingnya sosok sang istri, yang senantiasa selalu mendengarkan cerita dirinya yang selalu diwarnai dengan obsesi pribadi tanpa pernah benar-benar mempedulikan sosok istrinya ataupun anak-anaknya. Penyesalan seperti ini mungkin sering terjadi disekeliling kita ataupun mungkin kita alami sendiri, kita terlalu sering "Take it for granted" atau tidak mensyukuri sesuatu karena menganggap hal-hal tersebut akan selalu ada selamanya, mungkin pelajaran yang bisa dipetik adalah coba kita tengok ke sekeliling kita, apakah kita sudah "cukup" menghargai orang yang ada disisi kita saat ini?
Bab yang kedua adalah "The Farewell", menceritakan seorang wanita yang kesulitan memiliki anak dan memutuskan untuk memelihara anjing bersama dengan suaminya, saking dekat dan sayangnya, anjing tersebut sudah seperti anaknya sendiri, hingga berjalannya waktu, tidak terasa umur anjing yang begitu pendek membuat perpisahan menjadi begitu cepat datang, ketika wanita tersebut tertidur, sang anjing menghembuskan napas terakhirnya, ini yang membuat sang wanita begitu bersedih tidak bisa menemani anjingnya hingga detik terakhir, melalui perjalanan waktu dan kebersamaan "sekali lagi" dengan anjingnya, ia pun menyadari bahwa selama ini sang anjing baru tidur setelah si wanita tertidur lebih dahulu, sehingga kepergiannya saat itu menjadi semacam tugas terakhir yang coba dilakukan si anjing, menjaga si wanita sampai tertidur. Bagi yang memelihara ataupun pernah memelihara hewan, mungkin anjing, kucing ataupun yang lainnya, tentu pernah mengalami hal-hal yang terkadang tidak disangka, berjalannya waktu sering menumbuhkan komunikasi cinta, meskipun bukan dengan kata-kata, terkadang tindakan dari hewan tersebut dengan kesederhanaanya bisa kita rasakan selayaknya bahasa cinta dari manusia ke manusia, dari kisah sederhana ini, mungkin kita yang manusia ini perlu belajar bahasa cinta dari hewan melalui kesederhanaan tindakan yang bisa melampaui kata-kata.
Bab yang ketida adalah "The Proposal", ada sepasang muda-mudi yang berkunjung ke kafe, saat si laki-laki melamar pacarnya di kafe, saat itu ia mengalami penolakan dari pacarnya tersebut karena merasa belum "sreg" atau masih ada hal yang ingin dikejar dalam kehidupan dan meminta waktu satu tahun untuk berpikir, namun tidak disangka setelah penolakan tersebut, berjalan 6 bulan, si laki-laki mendadak menghilang dan memberi kabar bahwa ia sudah menemukan pacar baru dan hidup bahagian, dan tidak lama setelahnya si wanita mendapatkan kabar bahwa laki-laki tersebut sudah meninggal, dipenuhi tanda tanya akan kejadian yang baru dialaminya, ia mencoba mencari jawaban melalui perjalanan waktu, untuk menemukan bahwa semuanya itu adalah skenario untuk menutupi penyakit kronis yang dialami oleh si laki-laki. Kejadian seperti ini juga mungkin sering dialami oleh kita di kehidupan ini, seringkali ada suatu masalah yang sampai akhir tidak pernah kita ketahui alasan dibaliknya karena orang yang ingin kita tanyai sudah tidak lagi berada di kehidupan ini, mungkin menjadi ikhlas dan melupakan kejadian tersebut juga bukanlah hal yang bisa diterima dengan mudah, maka sekali lagi, saat kita masih punya waktu, mungkin kita bisa melihat orang yang kita kasihi lebih dekat dan "berbicara" lah lebih dalam.
Bab terakhir adalah "The Daughter" mengenai hubungan anak perempuan dan ayahnya yang kurang harmonis, anak perempuan tersebut selalu menjauhi ayahnya semenjak sang ibu meninggal, tapi tidak disangka-sangka pertemuan terakhirnya diwarnai dengan pertengkaran hebat dengan ayahnya, termasuk membuang hadiah yang telah disiapkan ayahnya di depan matanya, setelah peristiwa tersebut, sang ayah meninggal dalam peristiwa tragis, yang diceritakan adalah ayahnya menjadi korban gempa bumi dahsyat yang terjadi di Jepang. Penyesalahnnya terus menghantui hingga beberapa tahun setelahnya ia ingin menikah, sebagai seorang anak, tentu ingin sekali mendapatkan restu dari orang tua, apalagi mengingat hubungannya yang tidak baik dengan sang ayah semasa hidupnya. Kisah ini juga terasa dekat dengan kehidupan, mungkin kendala komunikasi sering dialami orang tua dengan anak, terkadang orang tua memang tidak pernah siap menghadapi perselisihan, namun tidak pernah ada orang tua yang menginginkan pertengkaran dengan sang anak dan pertengkaran tersebut terkadang seperti menyayat hati dari orang tua, tapi mungkin itulah kehidupan, bagi kita yang masih memiliki orang tua, mungkin bisa merekonsiliasi hubungan yang renggang ataupun kalau baik-baik saja, bisa lebih menyayangi orang tua sebelum orang tua kita pergi selama-lamanya, jikalau orang tua kita sudah tidak ada, mungkin hanya doa yang bisa mengobati kerinduan.
Inti dari buku ini adalah penyesalan dan kesedihan pasti dialami setiap manusia, tapi menjadi kendali diri kita untuk menghindari penyesalan di masa yang akan datang dengan lebih menghargai hal-hal ataupun sosok yang ada di sekitar kita saat ini. selamat membaca!
1 note · View note
meng-u-las · 4 months
Text
Inspirasi dari Podcast Daniel Tetangga Kamu - Pandji Pragiwaksono
youtube
Menyambut tahun baru biasanya banyak yang mulai menyusun resolusi di tahun yang baru, yang paling umum ingin menurunkan berat badan, atau mencoba peluang karir baru, terkait dengan peluang karir, belum lama ini saya tidak sengaja menemukan salah satu video podcast dari Daniel Mananta, yang mewawancarai Pandji Pragiwaksono yang sedang mencoba peruntungan di negeri paman Sam, lebih tepatnya di kota New York, yang kurang lebih bisa sejalan dengan resolusi dari kawan-kawan yang ingin mencoba karir baru. Untuk lebih detailnya pembaca sekalian bisa langsung menonton video nya, tetapi saya dalam kesempatan ini ingin menuliskan hal-hal yang saya bisa tangkap dari video tersebut.
Meninggalkan kemapanan di Indonesia, seorang Pandji Pragiwaksono seperti memulai semuanya dari nol, meskipun di Indonesia Ia sukses mengadakan pertunjukan Stand Up Comedy dengan ribuan penonton, tetapi begitu ia menginjakkan kaki nya di New York, tidak ada yang mengenal siapa dia, langkah nya ini seakan mewujudkan perkataan ikan besar di kolam kecil (sewaktu di Indonesia) dan ikan kecil di kolam yang besar (Amerika), dan langkahnya tersebut menjadi salah satu contoh bahwa penting jikalau kita memiliki mimpi yang begitu besar untuk keluar dari zona nyaman, namun perlu dipahami bersama, mimpi setiap orang itu berbeda-beda, mungkin untuk seorang Pandji cita-citanya ada di tanah kelahiran Stand Up Comedy di Amerika, tapi bisa jadi untuk anda dan saya, cita-cita nya cukup di Indonesia, dan dikaitkan dengan pembuatan resolusi, kita harus mengenali diri kita sendiri dan apa cita-cita kita, jangan ikut-ikutan dengan orang lain.
Membuat suatu langkah yang besar seperti yang dilakukan Pandji pun tidak bisa dilakukan asal-asalan, sudah banyak orang bangkrut, stress bahkan gila hanya karena melangkah sembarangan tanpa perhitungan matang, secara khusus seperti memulai usaha sendiri, sering kita dengar "hajar aja", "mulai aja" atau "ga usah banyak pikir", memang penting untuk melangkah karena biasanya langkah pertama yang paling sulit, tetapi melangkah tanpa perhitungan bukanlah tindakan yang bijaksana, apalagi semakin besar umur kita, dengan semakin banyaknya tanggungan, yang artinya kegagalan kita tidak lagi menjadi milik kita sendiri. Hal inipun yang juga menjadi salah satu persiapan Pandji, sebelum benar-benar melangkahkan kaki ke New York, yang sebetulnya sudah direncanakan dari jauh hari sebelumnya, ia baru berangkat sekitar dua tahun lalu (2021), karena memperhitungkan biaya hidup kondisi tabungan, tempat tinggal serta pendidikan anak dan lain-lain, dengan perhitungan yang matang pun dalam ceritanya Ia masih mengalami banyak hal yang diluar rencana awalnya. Namun dengan segala hal yang menakutkan, bukan maksud saya untuk menakuti pembaca sehingga terlalu hati-hati dalam segala sesuatu tanpa pernah melangkah, lagi-lagi, perhitungan dan melangkah itu adalah satu kesatuan, sisanya tinggal beradaptasi.
Memulai segalanya dari Nol tidak pernah mudah, kalau diibaratkan dalam perlombaan, banyak orang yang sudah berada jauh di depan, jikalau tujuannya adalah untuk menjadi yang terbaik dibandingkan orang lain yang sudah terlebih dahulu, tentu usaha yang dilakukan tidak bisa biasa saja, harus ada perbaikan dari etos kerja, ini yang ditunjukkan pula oleh Pandji dengan berusaha 3-4x lipat lebih banyak dibandingkan yang lain, kalau teman-temannya hanya melakukan 1x pertunjukkan dalam sehari, Pandji berusaha melakukan 3-5x pertunjukkan, tujuannya adalah mempersingkat waktu proses, kita semua paham, untuk menjadi ahli kita perlu melewati serangkaian proses, ada yang menyebutkan 10,000 jam, dll, dengan berusaha lebih keras tujuan kita bisa lebih cepat tercapai, tentunya disertai dengan disiplin dan tidak boleh malas, ini tidak hanya berlaku untuk mereka yang sedang merantau di negeri orang, tapi dimanapun kita berada, apapun bidang pekerjaan kita, untuk menjadi yang terbaik kita memang wajib berusaha lebih dibandingkan rata-rata orang, kalau menjadi yang terbaik adalah yang kita inginkan.
Belajar dari pengalaman Pandji Pragiwaksono dalam mengejar cita-citanya, tidak pernah ada istilah jalannya selalu mulus, kita pun dalam mengejar impian jangan pernah berekspektasi segala sesuatunya akan lancar, mulus dan sesuai dengan apa yang kita inginkan atau bayangkan, akan selalu ada hambatan dan tantangan, tetapi hal itulah yang menjadikan kita semakin bertumbuh, ketika kita semakin terlatih menghadapi hambatan yang ada, kita akan tahu cara yang tepat dalam mengatasi atau menghadapi tantangan tersebut, kuncinya adalah jangan menyerah dan selalu ingat tujuan awal kenapa kita memulai hal tersebut.
Semoga Tulisan saya dan Video Podcast dari Daniel Mananta bisa menginspirasi dan membantu pembaca dalam menyusun resolusi ataupun rencana di awal tahun baru ini, Selamat Tahun Baru 2024!
0 notes