Yūsuf b. Mūsá al-Baġdādī reported: Aḥmad b. Ḥanbal was asked, “Allah is above the seventh heaven, above His Throne because that is from His creation, and His power and knowledge are in every place?”
وَرَوَى يُوسُفُ بْنُ مُوسَى الْبَغْدَادِيُّ، أَنَّهُ قِيلَ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ: " اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ عَلَى عَرْشِهِ بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ وَقُدْرَتِهِ وَعِلْمِهِ فِي كُلِّ مَكَانٍ؟
And he replied, “Yes, above the Throne and His knowledge is in every place.”
قَالَ: نَعَمْ، عَلَى الْعَرْشِ وَعِلْمُهُ لَا يَخْلُو مِنْهُ مَكَانٌ "
al-Lālikāʾī, Sharḥ ʾUṣūl Iʿtiqād Ahl ʾl-Sunnah wa ʾl-Jamāʿah 3/445 #674
اللالكائي، شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة ٣/٤٤٥ #٦٧٤
https://shamela.ws/book/9200/703
@ilmtest [https://t.me/ilmtest]
The sufīs hate ibn ‘abdulwahāb. They claim ‘he made takfīr of the muslims’ you know why? Because they direct worship to other than Allāh. they make du’ā, isti’āna, istigātha, isti’ādha and whatnot to other than Al-wāhid. they give Allāh’s rights to other than Him and so they find it strange when they hear whoever does those acts is a mushrīk!
It’s so sad how the laymen are upon misguidance because of ignorance. May Allāh guide and make the truth clear to them. May Allāh make us sincere.
Bahwasanya, apa-apa yang sudah terjadi di muka bumi ini, yang menyenangkan, yang menyedihkan, yang merisaukan, yang mendebarkan, tentang rezeki, jodoh, kehidupan, kematian, tentang masa lalu, ataupun masa depan, tentang segalanya yang ada di dunia ini bukan ditulis oleh manusia yang melalui berbagai peradaban, namun semua
sudah tertulis di Lauhul Mahfudz bahkan 50.000 tahun sebelum langit dan bumi ini diciptakan oleh Allah.
Jadi, mestinya jika kita Muslim dan beriman kepada takdir Allah, jika kita percaya bahwa manusia sedang menjalankan takdirnya masing-masing, kita tidak perlu khawatir, tak perlu takut tentang apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Semua sudah Allah atur.
Takdir kita sudah tertulis, tuan dan puan.
Apakah hal ini kurang menenangkan?
Apakah kita masih ragu dengan konsep ini?
Apakah kita meragukan Allah yang Maha Kuasa mengurus hidup kita?
Musibah itu awalnya kelihatan menghancurkanmu, namun sejatinya musibah itu membangun dirimu agar lebih kuat dan kokoh... Pengabaian itu awalnya terasa menyakitkanmu, namun sejatinya pengabaian itu menjadikanmu sadar, siapa yang benar-benar peduli kepadamu dan siapa yang tidak... #faidah #fawaid #pelajaran #ilmu #belajar #faedah #aqidah #ilmiah #abinyasalma #abusalma #catatan #berbagi #hikmah #wisdom #quote #faidahislam #islam (at Wismamas Pondok Cabe) https://www.instagram.com/p/CmYaiK9vFKO/?igshid=NGJjMDIxMWI=
"(6) Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk."
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
[2] Nikmat mendapat hidayah diatas Sunnah.
Orang-orang yang menyimpang dari Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam mengakibatkan mereka tertolak amalnya, tidak merasakan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan.
Dari Ibunda kaum mukminin, Ummu Abdillah Aisyah –semoga Allah meridhainya- beliau berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak (H.R alBukhari dan Muslim). Dalam riwayat Muslim: Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.
Agar beribadah dapat diterima harus memenuhi dua syarat,
1) Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar/kecil.
2) Ittiba', sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
[3] Nikmat mendapat hidayah untuk selalu dan senantiasa menuntut ilmu syar'i.
”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)
( lihat hal.7 )
Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan diajarkan kepada para shababat adalah Islam yang putih bersih tanpa campuran syirij, bid'ah, khurafat dan tanpa tambahan apapun.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda,
قد تركتكم على البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها بعدي إلا هالك ومن يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بما عرفتم من سنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وعليكم بالطاعة وإن عبدا حبشيا، فإنما المؤمن كالجمل الأنف حيثما قيد انقاد
“Sungguh telah aku tinggalkan kalian di atas putih bersih, malamnya seperti siangnya, tidak ada yang melenceng darinya setelahku kecuali pasti binasa, siapa yang hidup di antara kalian nanti akan melihat perpecahan yang banyak. Hendaklah kalian pada waktu itu berpegang kepada apa yang kalian kenal dari sunnahku dan sunnahnya khulafa rasydin yang diberi petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham, dan hendaknya klian tetap taat kepada peminpin kalian, walaupun ia seorang budak Habasyah (Etiopia), dan perumpamaan seorang mukmin itu seperti unta yang lunak (jinak) .” (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Hakim)
( Baca hal.20 tentang umat Islam akan berpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang masuk surga yaitu al-Jama'ah )
( lihat hal.8 )
Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
"Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya." (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
"(82) Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, (83) kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (84) Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". (85) Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya."
( lihat hal.15 )
Salaf adalah sifat yang khusus dimutlakkan kepada para Shahabat. Ketika disebutkan Salaf maka yang dimaksud pertama kali adalah para Shahabat. Adapun selain mereka ikut serta dalam makna Salaf ini, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka. Artinya, bila mereka mengikuti para Shahabat maka disebut Salafiyyin, yautu orang-orang yang mengikuti Salafush Shalih.
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar."
Note:
• Golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah.
• Golongan Anshar, orang-orang yang membantu kaum Muhajirin yang datang ke Madinah.
Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى، قيل ومن يأبى يا رسول الله؟! قال: من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أبى
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga“
( lihat hal.16 ) Yang dimaksud dengan Salaf pertama kali adalah para Shababat.
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (yaitu masa para Shahabat) Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya, masa Tabi'in), lalu orang-orang yang setelah mereka (masa Tabi'ut Tabi'in).” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
"Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
( Baca hal.17 tentang Salaf yang suka kepada kuda jantan )
( Baca hal.17-18 tentang perintah untuk bersabar ketika menjalankan Sunnah )
( lihat hal.19 )
Salaf tidak menunjukkan kepada satu golongan, tapi menunjukkan kepada orang-orang yang berpegang kepada Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman yang benar.
Lihat Al-Quran Surat Al-Fath ayat 18 tentang orang-orang yang berbaiat kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam dibawah pohon,
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)."
Di dalam Al-Quran:
> Surat Al-Hasyr ayat 8 tentang orang-orang Muhajirin,
"(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar."
> Surat Al-Hasyr ayat 9 tentang orang-orang Anshar,
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung."
> Surat Al-Hasyr ayat 10 tentang orang-orang sesudah para Tabi'in,
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
Orang beriman itu mencintai dan mendoakan para Shahabat bukan mencaci maki karena kita mendapatkan ilmu Sunnah itu melalui perantara para Shahabat. Hanya orang-orang sesat, yang rusak hatinya, rusak agamanya dan rusak akalnya (tidak waras) yang mencaci para Shahabat.
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."
"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
"dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa."
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh."
"(31) dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (32) yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka."
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."
> Jangan melakukan perbuatan syirik. Jangan mengikuti mereka yang berbuat syirik. Jangan berpecah belah agama dalam beberapa golongan.
( lihat hal.96-98 )
( 4 ) tentang perintah untuk berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin sepeninggal beliau ketika terjadi perpecahan dan perselisihan.
“Hendaklah kalian mengikuti (Sunnah Nabi) dan janganlah kalian berbuat bid’ah. Sungguh kalian telah dicukupi dengan Islam ini, dan setiap bid’ah adalah sesat”. (Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jaamul Kabiir, no. 8770).
( lihat hal.139 ) tentang keharusan yang dijadikan suri teladan adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan para Shahabat, dikarenakan:
1) Paling baik hatinya,
2) Paling dalam ilmunya,
3) Paling sedikit bebannya (tidak memaksakan diru),
4) Paling lurus petunjuknya (mengacu pada Al-Quran dan Sunnah)
5) Paling baik keadaannya (baik akhlaknya, ibadahnya, hubungannya dengan Allah, keluarga dan manusia lainnya)
( lihat hal.265 )
Prinsip-prinsip dakwah salafiyah.
(1) Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih.
"(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu."
( lihat hal.268-273 )
(2) Berdakwah kepada Tauhid dan mengikhlaskan amal semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Jangan berhenti belajar ilmu tauhid; Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah dan Al-Asma' wash Shifat.
Thogut:
"Kullu man ubida min duuniLlah wa huwa radhin - Setiap orang yang disembah selain Allah & ia pun ridha untuk disembah"
"Kullu ma'ubida min duni Allah - Semua yang disembah selain Allah."
Pokok-pokok Thogut:
(1) Iblis.
(2) Mengajak orang untuk menyembah dirinya.
(3) Barangsiapa yang disembah dan ia ridha untuk disembah.
(4) Tukang ramal.
(5) Orang yang berhukum selain kepada hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran)."
(3) Dakwah Ahlus Sunnah Salafiyyun mengajak umat Islam untuk beribadah kepada Allah dengan benar.
> Kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya.
> Meyakini Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam adalah utusan Allah yang menyampaikan ajaran-Nya. Yang kita wajib membenarkan dan meyakini beritanya dan mentaati perintahnya
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Approach of the Ahlus Sunnah on the Ambiguous Attributes of Allah
Allah does not have a body and the attributes he has mentioned such as ‘hand’, ‘face’, ‘shin’, etc are not taken on human terms, as Allah has said in the Quran, “There is none similar to Him”. (Shura 42:11) The verses mentioning them are also considered to be “mutashabihat” (ambiguous/unclear) verses.
“He is the One who has revealed to you the Book (the Qur’ān). Out of it there are verses that are Muhkamāt (of established meaning), which are the principal verses of the Book, and some others are Mutashābihāt (whose definite meanings are unknown). Now those who have perversity in their hearts go after such part of it as is mutashābih, seeking (to create) discord, and searching for its interpretation (that meets their desires), while no one knows its interpretation except Allah; and those well-grounded in knowledge say: “We believe therein; all is from our Lord.” Only the men of understanding observe the advice.”
(Aali-Imran 3:7)
The First Point:
The correct approach to the ambiguous attributes is to leave the meaning to Allah, affirm it as Allah intended and to pass on through these verses without going into the details. The details of these are known only to Allah.
This is the approach of tafwidh taken by the salaf, and Imam Malik famously regarded a person who seeks the details of these verses to be an innovator. (read further for the narration)
The Second Point:
This is about the translatability of these unclear terms such as ‘yad’. Imam Abu Hanifah (RH) discouraged translating the term ‘yad’ into Persian (non-Arabic language) as ‘dast-e-khuda’ (hand of God). This is expressed in his Al-Fiqh al-Akbar:
وكل شَيْء ذكره الْعلمَاء بِالْفَارِسِيَّةِ من صِفَات الله عز اسْمه فَجَائِز القَوْل بِهِ سوى الْيَد بِالْفَارِسِيَّةِ وَيجوز أن يُقَال "بروىء خد" أَي عز وَجل بِلَا تَشْبِيه وَلَا كَيْفيَّة
It is permissible to express all the attributes of Allah Most High that the scholars have expressed in Persian, with the exception of hand in Persian. It is permissible to say ru’e khuda (the Countenance of God) Most Mighty and Majestic without any comparison or modality.
This was to avoid any anthropomorphic ideas from developing in the minds of the common people. Al-Maghnisawi in his sharh (commentary) explains this deeper:
“It is permissible to express all the attributes of Allah Most High that the scholars have expressed in Persian, that is, in any language other than Arabic. Likewise, it is permissible to express all other terms the scholars have expressed in other languages concerning the names of Allah Most High. Hence, it is permissible to say khuday ta'ala tawanast (God Most High is the All-powerful) with the exception of hand in Persian, that is, in non-Arabic. Hence, it is not permissible to say daste khuda (the Hand of God) [in Persian]. It is permissible to say ru’e khuda (the Countenance of God) Most Mighty and Majestic without any comparison or modality.”
Mulla Ali al-Qari (RH) states in his sharh:
“What is understood from this is that it is permissible for the scholars [of other languages] and others to express the attributes of Allah [in those languages] by mentioning, for instance, the hand (yad) according to the way they have been revealed [in the texts, while specifically avoiding anthropomorphic interpretation or insinuation].”
The Third Point:
Now that we have discussed above that the best course to take is to consign the meanings of these verses to Allah without contemplating about their reality, we must understand that Allah is in no way similar to his creation and he is free from being a substance and a body. That is, we must make tanzih which means that we declare Allah to be transcendent from resembling the creation in any way (denying tashbih).
ليس كمثله شيء
“There is none similar to Him” (Shura 42:11)
ولم يكن له كفوا أحد
“And there is none comparable to Him” (Ikhlas 112:4)
The Fourth Point:
We must know that the question ‘how’ (kayf) describing modality does not apply to Allah, so we must make nafy (denial) of any kayf for Allah. A narration from Imam Malik:
قال البيهقي: أخبرنا أبو عبد الله الحافظ أحمد بن محمد بن إسماعيل بن مهران، ثنا أبي حدّثنا أبو الربيع بن أخي رشدين ابن سعد قال: سمعت عبد الله بن وهب يقول: كنا عند مالك بن أنس فدخل رجل فقال: يا أبا عبدالله الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى كيف استواؤه؟، قال: فأطرق مالك وأخذته الرحضاء ، ثم رفع رأسه فقال: (( الرحمن على العرش استوى كما وصف نفسه، ولا يقال كيف، وكيف عنه مرفوع، وأنت رجل سوء صاحب بدعة أخرجوه، قال: فأُخرج
From Ibn Wahb: “We were with Malik when a man asked him: ‘O Abu `Abd Allah! “al-Rahman ‘ala al-‘arshi stawa” (20:5): how is His istiwa?’ Malik lowered his head and began to sweat profusely. Then he lifted up his head and said: ‘”al-Rahman ‘ala ‘arshi stawa” just as He described Himself. One cannot ask “how.” “How” is raised from him (does not apply to Him). And you are an evil man, a man of innovation. Take him out!’ The man was led out.”
(Narrated by al-Bayhaqi with a sound chain in al-Asma’ wa al-Sifat (2:304-305 #866), al-Dhahabi in the Siyar (7:416), and Ibn Hajar in Fath al-Bari (1959 ed. 13:406-407; 1989 ed. 13:501).)
The Muslims have reached scholarly consensus over the issue of the one who does not pronounce the testimony of faith being a disbeliever.
وقد اتفق المسلمون على أنه من لم يأت بالشهادتين فهو كافر،
As for the four actions (pillars), they differed over whether the one who abandons them is a disbeliever or not.
وأما الأعمال الأربعة فاختلفوا في تكفير تاركها،
And when we say, “Ahl al-Sunnah are united over the fact that no one is to be declared a disbeliever because of a sin”
ونحن إذا قلنا: أهل السنة متفقون على أنه لا يكفر بالذنب،
Then we mean by this: the sins like al-zinā (ie: fornication) and drinking (intoxicants).
فإنما نريد به المعاصي كالزنا والشرب،
But regarding the one who abandons these four pillars, there exists well known differing.
وأما هذه المباني ففي تكفير تاركها نزاع مشهور.
Aḥmad's position on the issue is itself the subject of dispute.
وعن أحمد في ذلك نزاع،
In one narration, he makes takfīr of anyone who abandons any one of them.
وإحدي الروايات عنه: أنه يكفر من ترك واحدة منها،
This is the position of Abū Bakr and a number of Mālikī scholars, like Ibn Ḥabīb.
وهو اختيار أبي بكر وطائفة من أصحاب مالك كابن حبيب.
In a second narration, he would only make takfīr of the one who abandons prayer or zakāh only.
وعنه رواية ثانية: لا يكفر إلا بترك الصلاة والزكاة فقط،
In a third narration, he would only make takfīr of the one who abandons the prayer, or zakāh if he fights the Imām because of it.
ورواية ثالثة: لا يكفر إلا بترك الصلاة، والزكاة إذا قاتل الإمام عليها.
A fourth position (attributed to him) is that only the one who abandons the prayer is to be declared a disbeliever.
ورابعة: لا يكفر إلا بترك الصلاة.
And a fifth position is that whoever abandons all of them (ie: the four) is not to be declared a disbeliever due to that.
وخامسة: لا يكفر بترك شيء منهن،
And all of these positions are well known and held by the Salaf.
وهذه أقوال معروفة للسلف.
Ibn Taymiyyah, al-Īmān 1/237
ابن تيمية، الإيمان ١/٢٣٧
https://shamela.ws/book/7564/230
Telegram: https://t.me/aljadwal
Tumblr: https://al-jadwal.tumblr.com
As the great scholars like Nuʿaym b. Ḥammād al-Khuzāʿī (reported from) his Shaykh (Imām) al-Bukhārī:
كما قال الأئمة - منهم نعيم بن حماد الخزاعي شيخ البخاري:
“Whoever likens Allah to His creation is a disbeliever,
" من شبه الله بخلقه فقد كفر ".
and whoever denies the attributes that Allah has described Himself with has certainly disbelieved.
ومن جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر ".
In the attributes that Allah and His Messenger have described Him with, there is no likening [to His creation].”
وليس فيما وصف الله به نفسه ولا رسوله تشبيه
al-Ḏahabī, Siyar Aʿlām al-Nubalāʾ 20/88
الذهبي، سير أعلام النبلاء ٢٠/٨٨
https://shamela.ws/book/10906/12752
@ilmtest [https://t.me/ilmtest]
𝐇𝐈𝐌𝐏𝐔𝐍𝐀𝐍 𝐑𝐈𝐒𝐀𝐋𝐀𝐇 𝐀𝐐𝐈𝐃𝐀𝐇 Judul: Himpunan RIsalah Aqidah Penulis Asal: Shaykh Muhammad bin ‘Abd al-Wahhāb Penterjemah: Aizat ‘Izzuddin bin Lukmanulhakim Muka Surat: 205 Saiz: 22.8 cm x 15.2 cm x 1.1 cm Harga: RM 30 Cetakan: 2021 Penerbit: Gerakan PENA Malaysia @gerakanpenamy KAEDAH PEMBELIAN WhatsApp: wasap.my/60104562030 Shopee: PUSTAKA ILMU SUNNAH Website: pustakailmusunnah.com KANDUNGAN • Fokus Utama buat Penuntut Ilmu • Rangkuman Skop Tawhid • Dasar Utama Ajaran Islam • Prinsip-prinsip Dalam Beragama • Kaedah dalam Memahami Syirik • Pembatal Keislaman • Budaya dan Kebiasaan Ahli Jahiliyyah • Penjelasan Peristiwa-peristiwa Penting dalam Sirah Nabawiyyah • Huraian Kalimah Tauhid • Pengajaran Asas ‘Aqidah untuk Masyarakat Awam • Apakah Erti TAGHUT yang Sebenarnya? • Pengertian Penyembahan kepada Allah Semata-Mata • Pengajaran Penting daripada Surah al-Fatihah • Risalah Mengenai Tawhid Uluhiyyah • Keistimewaan Islam #akidah #aqidah (at Pustaka Ilmu Sunnah) https://www.instagram.com/p/ChZR7XMrUUQ/?igshid=NGJjMDIxMWI=
“Whoever connects their heart to a single name from the names of Allāh, and the meaning and the benefit of that name; that knowledge will take him by his hand until it enters him safely upon Allāh for the meeting with Allāh while Allāh is pleased with him.”
Definisi Aqidah menurut bahasa diambil dari kata 'ikatan" (Aqd-aqoid, - Ikatan yang kuat, hubungan yang kuiat sekali, yang menempel, yakin dan pasti). Dan kata terikat adalah lawan dari kata terurai.
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja,.." - Al-Maidah.89
Aqidah dalam agama ini berkaitan dengan keyakinan tentang adanya Allah dan diutusnya seorang rasul.
Apa yang diyakini seseorang dengan hati yang mantab, ini lah yang dinamakan dengan aqidah, baik itu keyakinan yang benar ataupun salah.
Segala urusan yang wajib dibenarkan oleh hati, dan jiwa kita menjadi tenang, sehingga jiwa ini menjadi yakin, mendapatkan pendirian yang kokoh tanpa dicampuri oleh perasaan ragu. Tidak menerima segala bentuk keraguan, dikatakan ini aqidah karena seorang meyakini keyakinan tersebut dengan hatinya.
Yang dinamakan aqidah Islam adalah iman yang kuiat dan keyakinan yang mantab terhadaop rububiyah,uluhiyah, dan asma wa shifat, dan iman terhadap malaikat, kitab, rasul, yaumil akhir, takdir yang baik dan yang buruk, serta iman terhadap semua yang ghaib yang shahih, termasuk semua prinsip-prinsip agama yang disepakati oleh salafussalih. Menyerahkan segala urusan kepada Allah dan dia siap mengikuti rasulullah SAW.
Aqidah islam juga memiliki penyebutan nama-namalain dalamaqidahAhlussunah, diantaranya :
📍The first Iranian cultural centre was built back in 1988....
So Irān 🇮🇷 has been eyeing Sudān 🇸🇩 for a long time !!
📍Not much longer after that, Irān 🇮🇷 made an appearance in Khartoum the capital, in the Book Fair.
It distributed books 📚 about Shi'ism which contained insults to the Companions of the Prophet ﷺ.
Popular resistance to the presence of such books 📚 forced the Iranian Stand at the book fair to retract...
Those books were printed in Lebanon 🇱🇧 and were written in Arabic.
📍 in 2009, the Sudānese 🇸🇩 government supported Irān nuclear plans 🇮🇷, and Irān supported in return some Sudanese demands on the political scene.. I scratch your back and you scratch my back, as it always goes in politics.
That same year, Irān 🇮🇷 set up a celebration 🎉 for al-Mahdī 's birthday, some weird bid'ah (innovation in the religion).
This celebration was attended by 1,000+ in Khartoum....
And it opened the gate to more and more Shi'a celebrations on Sudanese 🇸🇩 soil....
📍The Eid al-mawlid (birthday) of Fatima az-Zahrāh, daughter of the Prophet ﷺ, another Shi'ā innovation, started making its appearance every year after the gate was opened....
This was made possible because of the Ikhwānī (Muslim Brotherhood) thinking of "knowing each other", and "cooperation between cultures"....
A huge mistake 😮 due to ignorance of the Deen and its principles - one should never allows Falsehood to spread, under any circumstances.
📍 There were economic reasons for this as well :
Sudān 🇸🇩 was economically isolated due to economic sanctions imposed by the West and it was keen to have allies, and Irān 🇮🇷 was more than happy to show its support.... As it comes at a heavy price ❗️⚠️ the loss of your aqīdah - Creed....
📍 More cooperation followed with Irān 🇮🇷 opening a weapons facility in the south etc ..
📍Despite some duāt (callers to Quran and Sunnah) trying their best to warn the population against the dangers of Shi'ism.... The people were ignorant enough to follow the trend, and many started thinking good things about Shi'ism.
📍 Sudān 🇸🇩 was important for Irān 🇮🇷...
Why ?
Because it's the first stop towards spreading Shi'ism in the rest of Africa 🌍 ❗️
And so Irān 🇮🇷 managed to spread Shi'ism in Nigeria 🇳🇬 as well....
So.... Can you see the writing on the wall 🧱 ?
Shi'ism is spreading, and there are sure signs showing that this trend 📈 is intensifying....
And the major factor is ignorance - the Ummah's ignorance of its own Deen ❗️⚠️
Jika kau dikendalikan oleh emosimu, maka kau adalah budaknya dan sejatinya kau adalah orang yang lemah meski fisikmu kuat. Namun, jika kau yang mengendalikan emosimu, maka kau adalah tuannya dan kau adalah orang yang benar² kuat. Nabî ﷺ bersabda : ليس الشديد بالصُّرَعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب. "Kekuatan itu bukanlah diukur dengan bergulat. Namun kekuatan itu adalah bagi orang yang mampu meregulasi dirinya saat sedang murka."[Muttafaq alayhi] #faidah #fawaid #pelajaran #ilmu #belajar #faedah #aqidah #ilmiah #abinyasalma #abusalma #catatan #berbagi #hikmah #wisdom #quote #faidahislam #islam (at Wismamas Pondok Cabe) https://www.instagram.com/p/CoEq4SvvIl4/?igshid=NGJjMDIxMWI=
"Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidaklah seorangpun di kalangan umat ini, Yahudi atau Nashrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati, dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengan-nya, kecuali dia termasuk para penghuni neraka." [Hadits Shohih Riwayat Muslim, no: 153, dari Abu Huroiroh]
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” [QS. Al-Bayyinah: 6]
Nabi Muhammad ﷺ menyuruh para shahabat berpegang teguh kepada agama yang haq ini.
Ketika Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu memegang dan membaca lembaran Taurat, maka Rasulullah ﷺ bersabda,
“Apakah engkau merasa ragu, wahai Umar bin Khaththab? Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, sungguh aku telah membawa kepada kalian agama ini dalam keadaan putih bersih. Janganlah kalian tanya kepada mereka tentang sesuatu, sebab nanti mereka kabarkan yang benar, namun kalian mendustakan. Atau mereka kabarkan yang bathil, kalian membenarkannya. Demi yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya Nabi Musa itu hidup, maka tidak boleh bagi dia, melainkan harus mengikuti aku”. [HR Ahmad, III/387; ad Darimi, I/115; dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitabus Sunnah, no. 50, dari sahabat Jabir bin Abdillah. Dan lafazh ini milik Ahmad. Derajat hadits ini hasan, karena memiliki banyak jalur yang saling menguatkan. Lihat Hidayatur Ruwah, I/136 no. 175]
Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [QS. Yusuf: 108]
“Yang merusak dakwah pada saat ini adalah berdakwah tanpa ilmu.” — Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حَفِظَهُ الله تَعَالَى.
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. [QS. Saba’: 28]
Hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda :
“Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat”.
“Dan sungguh kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thaghut…’” [QS. An-Nahl: 36]
Ada dua kaidah dari ayat ini, yaitu أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ dan وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
Thaghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah Azza wa Jalla.
Menurut Al Imam Al Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, رحمه الله تعالى di dalam Kitab-nya Al-Ushul Ats-Tsalatsah. Thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada 5, yaitu:
1. Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah.
2. Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela.
3. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
4. Orang yang mengaku tahu perkara yang ghaib.
5. Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telah diturunkan oleh Allah.
“Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. [QS. Ali 'Imran: 51]
« AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA ILMU »
Kita wajib menuntut ilmu karena di dalam agama Islam, menuntut ilmu merupakan bagian dari ibadah.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah selalu membawa pena & tinta (untuk mencatat hadits dan faedah ilmiyah, pent) meskipun Beliau telah lanjut usia. Maka Ada seseorang yg bertanya kepadanya: “sampai kapankah engkau berbuat demikian?” Beliau jawab: “Hingga aku masuk ke liang kubur”. [Lihat Manaaqibu Ahmad karya Ibnul Jauzi hal.31, dan Talbiisu Ibliis, karya Ibnul Jauzi hal.400]
Dalam menuntut ilmu yang paling penting adalah paham. Nabi ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan menjadikannya faham tentang agamanya”. [HR. Al-Bukhari, kitab al-Ilmu bab Man Yuridillaahu bihi Khairan dan Muslim, kitab Zakaah bab an-Nahyu ‘anil Mas-alah]
Yang harus pertama kali dipelajari adalah aqidah, tauhid karena ini merupakan dasar kita berpijak. Agar hati bersih, kokoh dari segala bentuk syirik.
Selain itu penting memiliki niat yang benar dan ikhlas dalam menuntut ilmu agar mendapat ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala.
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. [HR. at-Tirmidzi (no. 2417), ad-Daarimi (no. 537), dan Abu Ya’la (no. 7434), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam “as-Shahiihah” (no. 946) karena banyak jalurnya yang saling menguatkan]
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك