Tumgik
#regelinda
angie-massei · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I think I’ll make more of them. These were all in my diploma about women in history.
1. Marie Casimire Louise de La Grange d'Arquien
2. Livia Drusilla/Iulia Augusta
3. Empress Theodora
4. Queen Tiye
5. Regelinda
(I’ll probably make a post about every one of them but yeah)
102 notes · View notes
peterpijls1965 · 1 year
Text
Tumblr media
1970, ik was 5. De linkerpagina werd door zuster Regelinda van de kleuterschool beloond met een 10. Het rechter werkstuk kreeg zelfs een 10,5. Gezegd moet dat de non mij stevig assisteerde tijdens het knippen en plakken.
0 notes
medievalart · 4 years
Photo
Tumblr media
Regelinda, Margravine of Meissen (989 - c. 1014)
* Naumburg cathedral, 13th century
* a.k.a. “Smiling Polish Woman”
source: Linsengericht / CC BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)
139 notes · View notes
orchideennacht · 3 years
Text
A few of my favourite german names for women:
Hermine, Isengard, Allerleihrau, Dorothea, Margarethe, Rosamunde, Ottilie, Berchte, Adalgaria, Demut, Ethelinda, Girdrud, Herlinde, Katherineken, Frauke, Jorinde, Ottilburg, Regelinda, Aleferna, Schwanhild, Ebba, Siegeminne, Wachilda, Adelruna, Ursilda, Anneke, Gesa/Gescha, Baduhenna, Eiliswintha
10 notes · View notes
cfrdricaroline-blog · 7 years
Text
Selamat hari Valentine!
Berkaitan dengan hari Valentine di tahun ini, maka hampir sebulan juga sejak sidang akhir skripsi, dan sudah hampir setahun sejak menentukan mau pilih ke jalur Tugas Akhir atau juga skripsi.
Lin, kenapa milih skripsi?
Cape kadang ngejelasinnya, bahkan sebisa mungkin pura-pura ga denger atau menghindari pertanyaan itu.
Gak segampang itu mutusin mau skripsi, gak segampang itu gak milih Tugas Akhir buat meraih gelar sarjana, sebenarnya kira-kira ada tujuh poin besar yang rasanya kurang tepat kalo dijelasin sekarang, masih sangat amat personal.
Dan tentu, setiap orang yang nanyain ini, nggak lantas saya jawab tiap poin, mana ada yang punya waktu sebanyak itu dan mana hapal saya.
Jadi..ya sesuka hati aja, tergantung mood, tergantung orangnya, tergantung perkiraan seberapa cepat saya bisa menjawab, dan tergantung seberapa dekat saya dengan orangnya, bukan jaraknya loh ya tapi.
Meskipun saya sangat yakin bahkan ketika berkarirpun mungkin pertanyaan ini akan tetap ditanyakan.
12 Januari 2017 adalah saat saya sidang akhir, jam 8 pagi, setelah mengarungi prasidang 1 untuk bab 1 dan bab 2, prasidang 2 untuk bab 1-4, sidang kelayakan, dan akhirnya sidang akhir. 
Saat itu kampus masih sepi banget, dan untungnya ada Sheila, yang kebetulan jam sidangnya juga sama, jadi ada partner buat berbagi ketegangan, dan detik-detik pas udah mulai presentasi, proyektornya gabisa, jadi harus lari-lari ke gedung A buat ambil proyektor baru, eh pas balik udah bisa pake yang lama. Cobaan oh cobaan..
Sidang berlangsung ga terasa cukup cepet dan.......................akhirnya dinyatakan lulus.
Gila sih itu tuh rasanya kayak badan bener-bener langsung lemes gitu.
Tumblr media
Sesudah disidang, ga nyangka ada teman-teman yang nungguin di luar, yang ikut bersorak pas udah dinyatain lulus, terus sebelumnya pas lagi nunggu pengumuman kelulusan, Fenny sempet-sempetnya bilang: Lin, direkam aja pengumumannya, buat didenger nanti-nanti, eh terus diturutin :’)
Makasih banyak buat Jessy, Dea, Angel, Sintia, Dhicka yang ngasih asupan gizi setelah sidang :”) ngerti banget nafsu makan sama sekali ga mampir sejak pengumuman sidang keluar, makan mah cuma biar ga sakit aja. 
Tumblr media
Dan bersyukur sekali akhirnya skripsi yang penuh drama ini selesai juga, tapi beneran ga gampang buat yakin 100%, bahkan sanking galaunya pernah temen yang sekedar pas-pasan pun ditanya “eh, gue mending skripsi apa TA corvid sih?”. Iya, itu sempat kejadian. Pas DC 3 pun malah presentasiin dua hal, sanking galaunya.
Berawal dari tanya pendapat dosen sana sini soal topik skripsi, baru nanya-nanya topik udah dikritisi sama Mas Makbul sampe akhirnya sempet dapet pencerahan dari Mas Dodo yang kata-katanya masih dicatet di notes sampe sekarang.
Ke Purwokerto sendirian buat observasi, terus ke Jogja buat ngejar-ngejar narasumber, bener-bener h-30 pengumpulan skripsi, 6 Narasumber aja belum kekumpul sama sekali, tadinya udah mau extend dari prasidang 2, tapi lama-lama bisa dilalui.. Mungkin ada yang nyemangatin buat jangan pilih extend, dihadang aja. Sama mukzizat. Beneran.
Karena skripsi 185 halaman ini, ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya teruntuk kalian. Semoga nggak ada yang keskip, karena ngga semuanya juga dimasukin ke kata pengantar di skripsi, abis harus baku gitu juga kan nulisnya, mendingan di sini.
Mas Agus, dosen pembimbing yang udah jadi “ayah” skripsi ini, senantiasa mau diajak berdiskusi dan mau menjelaskan secara berulang-berulang terhadap mahasiswa bimbingannya yang kurang pemahaman ini, yang udah menyarankan melanglang buana ke temu komunitas di Purwokerto, dosen yang paling betah diajak berdiskusi dari jaman masih nentuin topik di Academic Writing sampai akhirnya hari Sidang Akhir.
Mas Makbul, pembimbing kedua yang sudah mengkritisi dari waktu pemilihan topik sampai akhirnya jadi hardcover. Seringkali memberi pertimbangan lain yang memberikan banyak wawasan.
Angelia Leanartha dan Sintia Lolita, akan selalu saya ingat tanggal 25 Desember di Starbucks SMS Gading Serpong, tiba-tiba disamperin Sintia terus cuma bilang “beresin barang lu, ayuk kita pergi, cepett itu mobil Angel di lobi” alias culikan tanpa paksaan, terimakasih banyak ya, tragedi penculikan itu sangat melepas penat ternyata.
Agung Aksara Putra, yang sudah mencerahkan saya dikala mencari tumpukan buku di perpustakaan kampus. Berawal dari sapaan basa basi:
“Ngapain lu Lin”
“Gung, cariin gue buku Business Model Canvas dong, ampe ketemu, nama lo gue taro di Kata Pengantar, sebelum Tuhan”.
Terus dengan gampangnya ketemu. Padahal udah nyari-nyari hampir 15 menitan di rak yang sama.
Ending-endingnya malah lupa nulis nama Agung sama sekali di kata pengantar HAHAHA. Beneran lupa Gung, maaf loh
Arienta Aulia Karina, teman curhat, teman senasib #akuinginextendaja, teman “Lin, gue laper lagi” dikala nongkrong ngerjain tugas.
Andri Gideon, dengan wejangan-wejangannya yang amat sangat amat menetralisir kepanikan menjelang sidang lewat chat di Line.
Bu Ningsih, Bu Ningsih ini hampir setiap kelas jadi tempat curhat saya, beneran. Bahkan betul-betul jadi penenang di h-2 sidang.
Benedicta Alvinta dan temannya yang lupa namanya siapa, teman SMA yang ga sengaja ketemu di Jogja, kalo kita ga ketemuan waktu JAFF, mungkin ngga akan bisa wawancara Mbak Djenar Maesa Ayu karna ternyata nomor yang saya simpen... salah, terus akhirnya dikasih nomor yang bener sama Yeyek :’)
Cornelius Bintang, orang yang sejak jomblo jadi sangat gabut sedunia tapi mau pinjemin laptop (ganti-gantian pake laptop) sehabis wawancara narsum.
Christian Wijasa, partner begadang, partner nonton walking dead dikala harusnya begadang ngerjain skripsi, alarm profesional pas harus bangun pagi-pagi buat ngejar narsum dan pas harus bangun subuh-subuh buat sidang akhir, partner bem buat pelampiasan pas lagi penat miss umn, padahal dianya mah ga salah apa-apa (?)
Edwin, yang sudah membawa saya ke Kineforum untuk pertama kalinya, dua tahun lalu, yang sudah menjadi tempat keluh kesah waktu bingung mau ambil TA atau skripsi.
Eveline Susanti, yang udah ngajak Olin dan Bem 6 jalan-jalan ke pulau, seneng banget ngelepasin penat di sana.
Fransisca Theodora, yang dengan sangat sabar mau membantu menerjemahkan bahasa Inggris ke Indonesia, yang udah bantuin nerjemahin abstraksi juga.
Finna Amalia dan Muhammad Alif Firza, rekan selama berkelana dari layar alternatif menuju layar alternatif lainnya.
Tumblr media
Dan dua orang ini, Felisitas Ririen dan Fenny, dua orang yang bikin saya tetep “waras” dikala menjalani dunia skripsi dan dunia organisasi, abis kuliah, rapat, tengah-tengah kuliah, keluar kelas. Kadang rapatnya bareng, kadang rapatnya beda-beda, tapi tetep ujung-ujungnya pas malem ya begadang di dunkin/mcd sampe pagi, begitu dateng ngobrol-ngobrol bentar, curhat, abis itu paginya pasti panik, untungnya kepanikan kita berakhir dengan memuaskan ya. Kalo diflashback kayaknya sama kalian malah banyakan dukanya, semoga kapan-kapan bisa menjalankan suka lebih banyak ya.
Hasto, yang sudah mau membuka-buka tumpukan koran yang memuat soal layar alternatif.
Irene Brigitta, partner bimbingan yang terkadang pasti namun terkadang juga tidak pasti. Btw selamat untuk pernikahannya, Git!
Jovanka Yehova, yang sudah mau foto-fotoin tempat waktu di Paviliun 28.
Jonas, yang udah ngebantuin rapihin penulisan format dikala demam sedang melanda.
Jonas Awi, Alim, Anadya Ayesha, Rhein Hadi, Maya, yang sudah menjadi partner avalon dikala menghabiskan tahun baru alias h-3 pengumpulan skripsi, dan café Erdo yang sudah mau dijadikan tempat mabuk penulis oleh vodka pas lagi penat-penatnya skripsi disaat tahun baru.
Kak Jonathan Manullang dari Sinema Rabu, yang udah bersedia jadi narasumber dan paling terbuka untuk diajak berdiskusi.
Livia Agatha, yang sudah sangat membantu kelancaran proof read. :’)
Xena Levina, Dhika, Nevina, Evie Khusnul Khotimah, dan Adithia Dandi, tim #KamisCeria alias mabuknya akademisi dikala selesai kelas seminar alias wisata kuliner region Summarecon.
Jessica Nevina,yang udah mau nemenin berburu narasumber selama di JAFF.
Kak Herson, Kak Tika, sama kak Edelin, senior sinematografi yang udah  bersedia berbagi pengalaman skripsi, dan memberi rekomendasi pustaka.
Martha Gloria Regelinda Janggat (raya), karena lo ada di dunia ini, jijik ga sih Rek?
Segenap kru Abhassara Film, Ni Hao Film, Hibernasi Film , dan ACK Film yang memberi kesempatan dan pengalaman pada saya dengan turut berkontribusi dalam produksi film pendek Tugas Akhir dikala penulisan skripsi ini.
Vincentius William, yang udah ngajak main werewolf di telegram sebagai pelepas penat.
Marsella Vinya, Arin Kusuma, dan Stella Octa, yang sudah jauh-jauh datang (BSD) ke Villa Melati Mas yang tak terjangkau buat surprisein H+1 ulang tahun dikala H-1 pengumpulan skripsi, datang disaat yang disurprisein ini abis begadang di Dunkin sampe pagi dan baru tidur sejam.
Untuk tim begadang Dunkin lainnya: Devina, Adolf, Sam, Renno, Dimas, dan Billy yang juga bikin saya tetep waras dikala begadang sesudah rapat organisasi maupun di hari libur yang seharusnya orang-orang normal berlibur.
Dan Dunkin Donat GS, mungkin kita menjalani love-hate relationship ya, kadang saya benci (banyakan bencinya sih) sama dinginnya kamu itu, tapi tanpa kamu, di mana lagi tempat anak umn bernaung, soalnya MCD Gading Serpong suka dimatiin listriknya, tapi setiap ditanya alesannya beda-beda, mungkin pengusiran secara “halus” kali ya.
Kemudian untuk Efek Rumah Kaca, terima kasih karena telah menciptakan lagu “Pasar Bisa Diciptakan”, yang hampir menjadi lagu mars setiap mau mulai mengerjakan skripsi.
Terakhir, tentunya:
Keluarga saya, Iwan Santosa, Budi Santosa, Liliyani Santosa, Cornelia Cindy, dan Paulus Sugijono, anggota keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, yang telah memberikan saya kesempatan merasakan bangku perkuliahan.
dan....
Tumblr media
selesai.. :’)
0 notes
lamus-dworski · 8 years
Photo
Tumblr media
So-called ‘Laughing Polish Woman’, 13th-century statue depicting princess Regelinda, Naumburg Cathedral, Germany.
Regelinda (also: Reglindis) was a Polish princess born around the year 989 AD. She was one of three daughters of the Polish king Bolesław I the Brave and his third wife Emnilda, daughter of Dobromir (Slavic ruler of Lusatia and Milsko). 
Regelinda married German Margrave Herman I around the year 1002, becoming a Margravine of Meissen and ensuring a short period of alliance between the German Mark of Meissen and the early Polish kingdom. Not much more is known about her life - their marriage was most likely childless, and the date of her death is still a matter of disputes between historians (estimated between 1014-1030).
She and her husband Herman were depicted among famous 12 donor portrait statues in the gothic cathedral in Naumburg, Germany sculpted by 13th-century anonymous artist known as the Naumburg Master. It’s unknown why did the Naumburg Master choose to depict her smiling, and who posed for the statue, or whether any historical depictions of her existed at the time of creation - more than 200 years after her death. The statue is still commonly known as the ‘Lächelnde Polin’ (in German) or ‘Śmiejąca się Polka’ (in Polish) - meaning the ‘Laughing Polish Woman’.
Images via Wikimedia Commons.
You can find more characters from Polish history here under by tag ‘short bio’.
191 notes · View notes
angie-massei · 9 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I love them both so much.
1. Regelinda - c. 989 - 21 March aft. 1014 - a member of the Polish Piast dynasty, was Margravine of Meissen from 1009 until her death by her marriage with Margrave Herman I.
She was the daughter of the Polish King Bolesław the Brave from his third marriage with Emnilda, daughter of Dobromir, a Slavic prince (according to some modern historians in Lusatia).
2. Uta von Ballenstedt c. 1000 — 23 October pre-1046 - a member of the House of Ascania, was Margravine of Meissen from 1038 until 1046, the wife of Margrave Eckard II.
Both of sculptures are in Naumburg Cathedral.
84 notes · View notes