Tumgik
#harapan pupus
kelanapermana · 1 year
Text
Tumblr media
DAMARA
Tiga puluh satu sentimeter lebar bahu gadis itu, duduk termenung menatap cawan tetesan hujan, hitungnya satu persatu sebutnya mimpi satu dua tiga juga basah di pipi, tampaknya badai itu kerap datang menghampiri, menggebu-gebu tampak penuh.
Mereka bilang, tegakkan badan, kuatkan diri, lidahmu harus dijauhkan dari keluh dan kesah, matanya nanar, garis merah di matanya tampak jelas. kenapa merasa sendiri padahal doa bapak-ibu selalu menyertai juga mana mungkin tuhan salah dalam memutuskan katanya.
Aduhai sulung, sajak sajak yang ditulis jarimu, kata dan kalimatnya tak cukup menjelaskan hati dan jiwa yang merana, di tanganmu yang penuh tinta, cukuplah untuk membasuh diri, gelap tinta itu tak terbaca bagi mereka yang menganggapmu matahari.
22 notes · View notes
dhadyan · 2 months
Text
Aku menyukai semua hal yang jauh dariku. Seperti langit, senja sore hari, dan kamu.
1 note · View note
tosclon · 4 months
Text
Pantulan Orang Lain
Adakala di mana pada saat-saat tertentu aku melihat kehidupan teman-teman seperjuangan di sekolah dan kuliah, mereka sudah begitu bersinar, sangat terang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dulu tampak santai dalam mengerjakan tugas, hari ini sudah menjadi orang hebat.
Aku sedang tidak membandingkan pencapaian siapapun. Tidak sedang mengasihani diriku yang belum/tidak seperti mereka. Tidak sedang iri dan sebal melihat keberhasilan mereka.
Namun, aku merindukan semangatku. Aku merindukan antusiasku berjalan menuju harapan-harapanku yang kutanam. Aku merindukan menjadi seorang aku yang punya banyak mimpi. Aku merindukan adanya letupan api di dalam dadaku setiap melakukan sesuatu untuk bucket-list dari tahun ke tahun. Aku kehilangan gairah untuk menjadi/menginginkan sesuatu.
Aku menimbang-nimbang, sejak kapan aku tidak menyalakan percikan itu di dalam tubuhku?
Semenjak karya duetku dipatahkan oleh seseorang kah di akhir tahun 2020? Patah yang tidak sederhana sebab harapanku untuk menumbuhkan karya itu pupus karena partnerku (yang tentu saja bukan orang biasa di hatiku saat itu) memilih untuk menikahi temanku sendiri. Patah kali itu aku tidak menangis, tetapi lukanya terasa sangat menyakitkan di dalam dadaku. Aku ditinggalkan meski ia tahu kondisiku sedang tidak baik-baik saja. Ya, ia tahu karena aku memberitahu kondisiku saat itu. Aku menjadi sangat lemah.
Atau semenjak upaya menemukan seseorang di tahun 2021 gagal lagi? Sampai melarikan diri kembali sekolah di tahun 2022. Aku memaksakan kehendak untuk membuat diriku sibuk supaya rasa sakitku lenyap menjadi kabut. Padahal kesibukan pekerjaan sudah membuatku babak belur, malah kutambah dengan sibuk kuliah lagi. Tidak heran banyak kawan-kawan yang menanyakan keputusanku saat itu. Dan perjuangan selama itu terasa sia-sia saat kekacauan di September 2023 datang kepadaku, sebuah titik balik dari Tuhan yang menyadarkanku untuk menjadi manusia lebih logis ke depannya (atau justru membuatku mati rasa, entah sampai kapan)?
Berbulan-bulan sampai hari ini, aku hanya menjalani hari-hari untuk bertahan hidup. Hanya itu. Aku melepaskan hal-hal yang sekiranya kuinginkan, hanya untuk bertahan hidup. Aku melepaskan antusiasku berkarya. Bahkan aku memutuskan untuk cuti kuliah sebab kekacauan di September 2023 kemarin. Aku kembali babak belur tapi tetap berusaha sebaik-baiknya menjalani hari-hari hanya untuk bertahan hidup.
Sudah berkali-kali rasanya aku ingin pulang, ke diriku sendiri. Menjadi aku yang energik dan meletup-letup. Beberapa tahun belakangan, aku menjadi happy person saat bertemu orang-orang dan setiap malam selalu saja menangis. Semua itu kulakukan hanya untuk bertahan hidup.
Ca, bahkan saat ini kamu membiarkan dirimu senyap, hatimu padam, dan terus-menerus mengizinkan kedua matamu bengkak sebab masih saja menangisi hal yang sama.
Ca, aku ingin menyudahinya. Aku ingin mengembalikan diriku lagi. Tapi aku belum siap, entah kapan akan siap. Aku tidak ingin denial dan memaksakan diri untuk kembali menjadi aku di saat seperti ini. Barangkali aku masih butuh rehat, walau entah sampai kapan.
Melihat pencapaian teman-teman seperjuangkanku semasa sekolah dan kuliah membuatku sedih, bukan serta-merta iri, melainkan membuatku berkaca ke diriku sendiri, ke bagian terdalam dari seorang aku. Saat ini aku senyap, aku sadari itu. Aku hanya ingin menghidupkan letupan-letupanku lagi, tapi entah bagaimana caranya.
- ca
19 notes · View notes
Text
293 of 365
Tabah-tabahlah hati, selepas ini barangkali akan lebih berat cobaan yang harus kamu lalui.
Lapang-lapanglah jiwa, selepas ini barangkali akan banyak harapan yang harus pupus oleh realita.
Kuat-kuatlah raga, selepas ini barangkali akan lebih terjal jalan dari yang sudah berhasil kamu lewati sebelumnya.
109 notes · View notes
Text
Mau dunia kamu sehancur apa pun, sesuatu yang kamu sayang pergi tanpa sempat kamu ucapkan selamat tinggal, atau harapan yang kamu doakan pupus begitu saja, hidup akan tetap berjalan, gak ada yang peduli kamu sakit hati. Tapi tetaplah berdiri dan bertahan demi mereka-mereka yang tetap tinggal.
Let it hurt, then let it go.
77 notes · View notes
coklatjingga · 4 months
Text
Tumblr media
Cerita (Sangat) Pendek
Aku mencintaimu," bisik pemuda itu pada selembar rindu yang dikirimkan kekasihnya minggu lalu.
Sudah banyak bulan ia lalui bersama setumpuk harapan yang datang setiap pekan. Dari kekasihnya yang jauh dari genggaman.
Entah sampai kapan. Entah masih ada kesempatan atau justru pupus di tengah jalan. Begitu sulit di antara keduanya menggelar pertemuan.
Pemuda itu melipat kembali lembar rindu beraroma mawar merah di tangannya.
"Aku hanya punya impian, semoga kau sabar menantikan," bisiknya sekali lagi. Satu tetes kecewa jatuh dari sudut netra. Pemuda itu tertangkap basah menangisi rindu bersama aroma tubuh kekasihnya.
11 notes · View notes
zedecksiew · 1 year
Text
Notes on working with Parti Sosialis Malaysia
Tumblr media
For the 15th General Election, Sharon and I spent two days volunteering with Parti Sosialis Malaysia (PSM), the Malaysian Socialist Party.
Rembau is the Parliamentary constituency bordering ours, and PSM was running a candidate: Tinagaran Subramaniam, better known as Cikgu Tina, a teacher and community organiser.
We handed out leaflets; waved flags; talked to folks over their front gates; drove in a convoy behind a SUV blaring Cikgu Tina's theme song---a popular Indian tune reworded into an urgent exhortation:
Negara maju rakyat masih miskin Harga barangan melambung tinggi Jaminan makanan tiada sini Tanah petani yang sudah milik kroni
Alam negara sudah semakin pupus Adanya polisi pro-kapitalis Sudah bangkit alam mula melawan Hujan angin ribut banjir rakyat matang
+++
Over the years, between us, Sharon and I have watched many election campaigns unfold: from PRM to PKR to PAS to DAP, from urban Kuala Lumpur to rural Kelantan, to seats in interior Sabah and Sarawak.
We found PSM's campaign in Rembau refreshing.
We had long conversations in the car ride home. Here are some notes / thoughts we formulated together:
1.
PSM are often seen as hopelessly naive. But the party is pretty clear-eyed?
They know that their focus on local and specific working-class issues hamstrings them. Cikgu Tina wore his "I'm not a politician!" badge proudly.
Virtually every political party pays platitudes to this "vote the candidate, not the party" idea---but PSM is the only one I know who genuinely means it? To their detriment.
And they know it. Under current conditions--first-past-the-post; the absence of local council elections, a whole one-third of our democracy---they have little hope at winning. Voters aren't stupid. Without elections at the local level, everything is about Putrajaya, and voting over Putrajaya means voting big party flags over human candidates.
BUT: I think this grass-roots focus can make them pretty influential during state elections. (And they'd kill in local-council elections, obvs.)
2.
So why did PSM run a campaign? Got the sense that they were capacity building.
The local PSM chapter building muscle. Practicing machinery. Putting issues on national media---speaking up about climate change and land rights; flying the red-fist flag locally. People used the phrase "tak kenal maka tak cinta" often.
On election night, addressing his bilik gerakan, Cikgu Tina said:
"Menang atau kalah, jangan sesiapa di sini sedih. Kali ini first trial. Kalau kita buat banyak kerja, mungkin next election kita boleh."
The campaign's postmortem will be a general meeting open to everybody who volunteered. (A typical party's strategy meeting would be close-door, and party-leadership only.)
3.
PSM has a different relationship to time, compared to other political parties.
Felt like the Rembau campaign was part of their schedule. IE: "October, we have to organise some farmers; November, election campaign; December, got to pursue the hospital cleaners' union case; Jan, we have to ..." Etc.
In that sense, this general election is the continuation of a consistent long-term struggle, for the party? This felt pretty special.
Every other bilik gerakan I've volunteered for, in every other election campaign, you feel a palpable apocalyptic urgency---OMG how many friends can you call to come volunteer??? What are our strategies what are our strategies???
INI KALI LAH LAST CHANCE THINGS ARE ALL OR NOTHING OKAY!!!
PSM's Rembau campaign had a full schedule every day. They followed their schedule, worked steadily---and they rested during rest hours. Workers in for the long haul. Long-distance runners.
4.
Seeing how the General Election has panned out, with a hung Parliament; Perikatan Nasional's surge signalling mass support by young / new voters for religious and racialised conservatism?
I think PSM's core politics offer a lot that the progressive Pakatan Harapan coalition sorely lacks.
You are never gonna out-Islam the Islamic Party. (And you shouldn't want to???) But young people are struggling, and turning to religion and racial rights for a reason, and maybe if you address those reasons you can wrestle away some people PAS is currently hogging.
PSM does real work in economic justice areas: minimum wage, housing rights, workplace rights. Bread and butter stuff, done right.
Their focus on community organising is powerful for its social-cohesion potential, also? Folk need a sense of belonging, camaraderie. Unions offer a sense of community, much like mosques do?
(PH does economic issues in a way designed to appeal to the upwardly mobile / aspiring-towards-comfort brackets, and those people already vote PH.)
5.
More about radical, progressive community:
This was the only bilik gerakan I've been in where women were never pandered to, at any level. Just the vibe of dudes -- working class, older dudes -- listening to women team leaders in ways I've not seen anywhere else?
And I think queer folks would've been comfortable, too? (PSM has been vocal for its support of the LGBTIQ community; many younger members are openly queer.)
A lack of managerial class. There were party veterans present---old hands you've seen for decades in protests and in news reports; the closest PSM has to strongmen. In our days there, they functioned mainly as steady points of reference, reminding eager younger members that the Rembau folks where ultimately in charge:
"bincang dulu dgn lokal machinery pls"
It's a vibe---but it's strong.
A similar vibe thing: every general / working conversation was in BM by default, even if they spoke Tamil / English / Chinese to their own kakis on the side. Sharon felt like it was the only environment she's been in where she was comfortable speaking Bahasa, because the chances of being language-shamed was nil.
People were universally addressed as: "saudari" or "saudara".
And, more rarely, but very deliciously, as: "komrad".
40 notes · View notes
1997potrait · 1 year
Text
what if ; bluessy honeymoon in PARIS
Tumblr media Tumblr media
what if : bluessy honeymoon in paris
Honeymoon yang sudah direncanakan mulanya berjalan dengan lancar, Mereka akhirnya memutuskan untuk ke Paris tepatnya di annecy. Keduanya berencana stay di Italia dengan bermalam di sebuah mansion milik keluarga Jeno lalu akan ke Paris selama 7 hari. Setidaknya itu lah rencana awal keduanya, sebelum akhirnya pupus begitu saja saat Jeno mengatakan bahwa, “Kayaknya kita gabisa lama di Paris, Babe. aku ada syuting dadakan buat project baru. Jadi kita disini 3 hari aja, Gimana?”
Karina yang saat itu sedang membereskan pakaian mereka yang ada di koper dengan gembira langsung berhenti begitu saja. Senyumnya yang lebar sudah tidak terlihat lagi, memang betul seharusnya jangan berharap apapun pada manusia pikirnya. Tidak mendengar jawaban dari Istrinya, Jeno menoleh kearah Karina dan berjalan menghampiri.
” oke.” Jawab Karina pelan, Jaehyun berjongkok disebelah istrinya itu seraya mengelus rambutnya perlahan, “Maaf ya sayang, aku gagalin lagi rencana honeymoon kita. Aku selesain project yang akan datang dulu baru nanti aku ambil cuti yang banyak buat kita bisa liburan panjang sekaligus honeymoon part 2 ya.” ucapnya lembut sambil sesekali mengecup pelipis Karina.
Karina mengangguk, tidak mengeluarkan suara apapun membuat Jeno dirudung rasa bersalah yang teramat besar. Ini benar-benar di luar dari perkiraannya, Jeno sudah mengajukan cuti selama 2 minggu dan pihak agensi juga sudah mengkonfirmasi bahwa tidak ada jadwal apapun untuk Jeno selama itu, tetapi saat baru saja tiba di Paris dia langsung mendapatkan panggilan bahwa akan ada project baru dalam waktu dekat di luar dari schedulenya, dimana project ini teramat penting dan tidak bisa dicancel sehingga membuat Jaehyun mau tidak mau mengiyakan dan memupuskan harapan dirinya terutama istrinya untuk liburan panjang dan honeymoon di Amerika dan Paris seperti rencana awal.
Awalnya Karina baik-baik saja, begitu pikir Jeno. Tapi selama Mereka disini, Karina jadi lebih pendiem dan terkesan menghindarinya. Membuatnya semakin merasa bersalah dan tidak enak secara bersamaan, lagi-lagi Ia memupuskan kebahagiaan istrinya itu setelah beberapa kali gagal pergi honeymoon dikarenakan kesibukannya.
Jeno menghampiri Karina yang sedang duduk di sofa besar ruang tv dengan selimut menutupi kaki dan segelas cokelat panas di cangkir yang dipegangnya.
Sambil dalam hatinya menguatkan diri untuk mencoba membujuk atau sekiranya mengobrol tentang rencana liburan Mereka ini.
“Kamu hari ini ada planning mau kemana? Ayo siap-siap kalo mau pergi,” Jeno duduk disebelah Karina yang sedang fokus dengan tontonan dihadapannya
“Ga kemana-mana, aku mau disini aja.” jawabnya singkat tanpa melihat Jeno, Jeno menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Karina lalu memeluk tubuh wanita itu dari samping. “Kita dari kemarin di rumah terus ga jalan-jalan, sayang. Emang kamu gamau keliling? Sayang banget kalo gitu, kita juga cuma punya 3 hari disini,”
Karina mengedikkan bahunya acuh, “Yaudah mau gimana lagi, aku masih punya waktu nanti di Paris buat jalan-jalan,”
Jeno mendongak, melihat wajah sang istri yang menatap datar kearah tv.
“Kamu beneran mau ke Paris sendiri? Nanti aja sama aku ya, sayang.”
“Sayang Jen tiketnya, Udah gapapa, aku punya temen ko disana nanti janjian aja sama Dia,”
“Bisa dibatalin semuanya kan? Nanti aku beliin lagi ya, pas kita udah ada planning baru,”
“Aku juga tau ko, kamu bisa beliin tiket dan semua-muanya berpuluh kali lipat, tapi bukan masalah bisa atau engga nya, Jen. Tapi aku emang yang mau kesana, kalo kamu gabisa yaudah gapapa aku sendiri.”
Jeno diam, istrinya itu tidak berekspresi apapun membuat Jeno dilema, antara membiarkan istrinya pergi sendiri atau pulang duluan. Tapi sepertinya kemauan istrinya itu sudah bulat, Dia tetap akan ke Paris walau tanpa dirinya.
“Aku di korea Cuma 2 hari, nanti setelah selesai aku langsung nyusul kamu ya,”
“Iya, oke. Kamu atur aja gimana baiknya,”
“Kamu ga lagi marah sama aku, kan? Dari kemarin aku didiemin, sayang…”
“Menurut kamu aja.”
“Iyaa maaf aku salah, meskipun diluar dari prediksi aku tapi aku akuin ini salah aku. Harusnya aku ga angkat telpon dari manajer hyung aja ya kalo gitu. Maaf yaa, Cintaku.”
Jeno mengeratkan pelukannya pada Karina sementara Wanita itu diam saja. Beberapa kali gagal pergi untuk berlibur pasca menikah, membuatKarina memaklumi jadwal kegiatan suaminya itu yang suka di luar ekspektasi. Maka dari itu, untuk sisa liburan Mereka yang harusnya ke Paris, Karina putuskan untuk berangkat sendiri saja, memang ada opsi untuk dibatalkan saja tapi ya sayang juga uangnya, meskipun penghasilannya dan Jeno bisa lebih dari cukup tapi tetap saja mubazir buang-buang uang, lagipula Karina disana juga bisa bertemu teman-temannya selama Jeno di Korea, jadi tidak ada masalah dan juga ini keinginannya dari setelah menikah untuk bisa pergi liburan bersama suaminya ke Paris.
“Kamu tuh… kan tau… aku mau banget spend time yang lama sama kamu.. bisa ga sih… kasih waktu buat aku.. dikit aja…” Tiba-tiba Karina bersuara diiringi isak tangis yang menyayat hati, membuat Jeno segera melepas pelukannya dan menatap istrinya itu terkejut.
“Sayang.. sedih banget ya sampe nangis gini? Maaf yaa, aku bilang manajer hyung buat di undur dulu project annya, ya. Cup cup… kita jadi pergi ko sayang.” Jeno kembali memeluk erat Karina sambil mengelus rambutnya.
“Gausah aja… gapapa… project kamu juga penting… aku sendiri aja,”
“Gapapa, bisa di cancel ko. Udah ya jangan kebanyakan nangisnya, itu udah gabisa nafas gitu nanti sesak, sayang. Kita jadi pergi yaa, yuk kita honeymoon ke Paris yuk. Kamu jangan khawatir nanti baby nya pasti made in Paris.”
Karina tertawa dibalik tangisannya, lalu mengangguk seraya mengeratkan pelukannya, “Makasih, sayang. I love you,”
“Sama-sama. I love you more, baby.”
11 notes · View notes
journails · 5 months
Text
Ada satu pengalaman saat interview kerja. Di tempat yang sudah lama saya impikan untuk bisa berkarir, jadi sangat wajar saya mencoba berkali-kali melamar ke perusahaan tersebut.
Saat itu, adalah kedua kalinya saya melamar dan menjalani interview. Interview saat pertama kali dan kedua ini dilakukan oleh tim penilai yang berbeda, namun ada 1 orang (Ibu*) yang selalu hadir di kedua interview itu, mungkin beliau sebagai penanggung jawab di bidang kerja yang saya lamar. Saya lupa persis apa jabatan beliau . Setelah melakukan rangkaian test yang diminta oleh tim penilai, dilanjutkan dengan wawancara.  Ibu tersebut ternyata mengenali saya yang datang untuk kedua kalinya untuk melamar di perusahaan itu. Sepertinya memang saya tidak memenuhi kriteria mereka dan tidak akan ada kesempatan untuk saya bergabung di sana, beliau seperti menegaskan (mungkin ingin saya memyerah hehe), beliau berkata "ya kadang kita merasa bahwa jawabannya iya, tapi ternyata tidak. Ya kamu harus siap dengan hal itu, saya yakin kamu sangat paham lah tentang bagaimana menyikapinya".
Saya tersenyum, pupus lagi harapan saya kali ini. Saya jadi merenungkan kata-kata beliau, yang saya pahami kita harus siap dan punya cara ketika mengalami kegagalan dan penolakan. Saya menjawab dalam hati "Ibu, saya masih suka sedih dan gagal dalam episode ini". Ya.. saya masih suka bingung ketika berhadapan dengan kegagalan / penolakan. Secara teori saya sangat paham harus menerima dengan lapang dada tapi jujur masih sulit. Ketika gagal, saya masih sering menyalahkan diri saya sebagai orang yang tidak berhasil.
Huft, sepertinya saya harus segera menemukan 'P3K' saya saat gagal, karena tentunya akan banyak hal yang akan saya hadapi kedepannya. Mungkin saya akan bertemu dengan kegagalan / penolakan lainnya. Tapi sebelumnya mungkin saya harus sangat paham tentang arti kegagalan itu.
3 notes · View notes
papermine · 1 year
Text
Sedang jadi manusia
Yang sungguh bercabang
Maksud hati ingin selalu berbuat benar. Tapi rasa tidak sanggup berlaku benar.
Sedang jadi manusia
Yang patah
Yang tau sudah dibohongi berkali kali tapi masih berusaha bangun. Berharap tidak dibohongi lagi. Tapi malah jadi semakin patah karna harapan tidak mungkin tercapai.
Sedang jadi manusia
Yang meskipun retak, tapi masih berusaha meminta maaf. Meskipun tau harapannya pupus tapi masih berusaha memperbaiki keadaan.
Sedang jadi manusia
Yang pernah berhenti percaya pada manusia lain.
Lalu berusaha bangkit untuk kembali percaya pada manusia. Tapi jatuh terpelanting berulang kali.
Sedang jadi manusia
Yang rindu menjadi manusia
Rindu menangis hingga sesak
Rindu tertawa hingga menangis
Rindu jatuh cinta
Rindu pada diri yang tidak percaya apapun kecuali sang Pencipta
Sedang jadi manusia
Yang lelah dibanding bandingkan
Putus asa dibohongi terus menerus
Sedih ditinggal dan dibiarkan melakukan semua sendirian
Sedang jadi manusia
Yang lemah.
Tolong hambaMu ini yaa Allah.
Jika Engkau tidak mengizinkan waktu berputar ke belakang. Setidaknya putarlah lebih cepat hingga waktuku sebagai manusia jadi lebih sempit.
Jika hidup lebih baik untukku, maka hidupkanlah aku yaa Allah. Jika mati lebih baik untukku maka matikanlah aku. Aamiin
9 notes · View notes
zulfazzakiyah · 8 months
Text
Ego Dalam Ikrar
Aku ingin menjadi yang pertama dihidupmu. Sapaan pagimu. Senyuman manismu. Belain lembutmu. Pun juga dekapan hangatmu. Aku ingin menjadi yang utama dalam setiap keseharianmu. Tentang pencapaianmu. Tentang kegundahanmu. Tentang emosimu. Dan juga tentang mimpimu.
Aku ingin selalu menjadi satu-satunya. Mengorbit indah dalam pandangan. Mengisi yang hampa dan kosong sebelumnya. Menghibur dan mendukung kala jatuh menyapa. Tertawa dan bersuka cita kala mimpi terlaksana. Aku ingin selalu ada tanpa perlu kau minta.
Menjalani hari bersama tanpa pernah bosan. Menikmati birunya cakrawala kala berganti temaram. Merasakan hangatnya mentari yang kemudian berganti dengan sinar rembulan. Aku ingin kau pun hadir dalam setiap perputaran. Menemaniku menggapai impian. Mendukung kala semesta tak lagi berkawan. Menghibur kala gundah singgah dengan gurauan. Pun juga bersuka cita kala satu persatu harapan menjadi kenyataan. Aku ingin kau juga menjadi yang pertama dalam keseharian. Sebagai pembuka juga penutup hari yang melelahkan.
Menjalani hari bersama nyatanya mampu merubah perangai. Dua empu kian kuat dalam menjadi diri. Ego yang kian membuncah untuk selalu memiliki. Ikrar yang semakin mengakar seiring egoisme yang tak juga usai. Namun juga kasih yang tak pernah pupus meski ada dua beda perangai. Hidup bersama denganmu sungguh membuatku semakin bersenang hati. Meski ego kita tak juga surut, namun kasih yang kita ikrar tak akan bisa usai.
2 notes · View notes
meryclau · 9 months
Text
Bunga Matahari dan Kumbang Liar
Saat itu, aku melihatnya biasa saja. Tidak ada sesuatu yang membuatnya bisa menarik perhatianku. Dia adalah satu-satunya pria di antara rekan-rekannya yang adalah wanita. Kalau ada yang bertanya apakah dia lemah gemulai, jawabannya tidak. Dia tampak cukup gagah, mungkin juga lumayan digandrungi.
Aku menyebutnya kumbang, kumbang liar. Dia seperti sendirian dan tidak memiliki rumah, tapi aku keliru. Waktu membuatku mengetahui rumah yang sedang dia tinggalkan sementara itu. Sebentar, aku tidak akan ceritakan rasanya kecewa karena harapan yang pupus ditengah jalan, harapan yang kubangun sendirian.
Sebelum aku mulai menceritakan tentang dia, aku akan beri sedikit wejangan untuk kalian. Jangan menaruh hati pada tempat yang belum jelas pijakannya. Jangan mudah tersipu dengan senyuman, kebaikan, dan sikap ramah.
Baiklah, bagian ini biar untuk pendahuluan saja. Dia akan aku ceritakan di bagian berikutnya.
2 notes · View notes
hayizena · 1 year
Text
MEMULAI KEMBALI
Pernah ada suatu pagi ketika aku berdiri dengan bangga, memandangi barisan tunas kecil yang membujur dan melintang di pekarangan. Tunas-tunas yang cantik, pikirku. Mereka ku tanam dengan nyanyian riang. Warna hijaunya begitu menggemaskan hingga tak terpikir hal lain selain harapan mereka tumbuh dengan menawan. Satu-satunya yang kuyakini adalah akar-akarnya yang berkuasa. Meruntuhkan kemungkinan lain yang bisa hadirkan sirna.
Benar saja! Hujan yang turun membabi-buta tanpa peduli berapa lama telah kerahkan massa. Mereka datang bagai peluru, membuai dedaunan mungil itu hingga terlelap sebelum berakhir lenyap. Tanah tak sanggup menyerap terjangan air yang datang bak kawanan lembu. Mereka mengamuk. Apapun yang dilewati membuat dirinya berkecamuk. Lalu, berakhir dengan kematian tunas-tunas manis yang begitu buruk.
Kelembutan air yang ku kenal berganti wajah menjadi tragedi. Pupus sudah angan ini melihat mereka mekar berseri-seri. Tunas-tunas itu menyerah, bersamaan dengan pupusnya harapan jadikan tempat ini seindah taman peri.
Namun aku percaya selepas hujan masih ada hari yang cerah, bukan? Ketika hujan deras itu reda, mendung tak menampakkan dirinya lagi. Mereka kembali ke awal lagi. Bersiap menunaikan tugasnya kembali. Banjir bandang telah usai. Meski kepayahan, air yang menggulung telah dilahap tanah yang bersedia menampung segalanya.
Genangan masih tersisa di mana-mana. Mendung kadang kala masih mengancam asa. Namun itu semua tak surutkan niatku untuk melangkah. Pekarangan yang porak poranda tak segan ku sapa. Pun tak perlu risau jika cipratan lumpur hinggap di sepatu kesayanganku yang baru saja keluar dari tempat persembunyiannya. Mengapa khawatir? Bukankah masih ada cukup air untuk membasuh nodanya? Masih ada banyak hal yang perlu dijawab dengan "Ah, tidak apa-apa" pada akhirnya.
Bersama biji tanaman di genggaman dan niat yang lama tersimpan di angan, aku ingin melanjutkan harapan. Ingin ku mulai kembali sebuah kehidupan. Menggelar impian yang sempat karam oleh terjangan banjir besar.
Di sinilah diriku saat ini, sedang membisikkan harapan pada tunas yang aku sirami. Semoga dedaunan hijau bisa menyejukkan rumah ini. Semoga keindahan bunga dengan semerbak wanginya memenuhi tempat ini.
Untukmu, yang sempat patah dan hampir menyerah, aku mengerti harapanmu berasa di ambang punah. Lihatlah di atas sana, masih ada matahari dengan sinar hangatnya. Maukah kamu kembali memulainya?
___
hayizena, Senin 2 Januari 2023
13 notes · View notes
hanifahira · 2 years
Text
Hujan dibulan agustus,
rindu yang tergerus,
kabar yang terputus,
hati yang terserak atas harapan yang gagal kau dapatkan,
tapi semangat jangan pupus,
doa tidak boleh putus
ini bulan KEMERDEKAAN
bangkitlah,
berjuanglah,
untuk hal hal yang kita rindukan
untuk kabar baik yang kita harapkan
12 notes · View notes
kopitanpagula · 1 year
Text
lama tak bersua
ijinkan aku sedikit menyampaikan rindu yang kurasa
sudah, sudah kucoba menepis rindu yang tiba
tapi, nyatanya aku tak kuasa
menyebalkan memang
rindu datang dalam keadaan status kita yang remang
tak lagi renggang, tapi tak ada yang diharapkan lagi memang
harusnya dengan hubungan kita yang terputus
segala harapan pun ikut pupus
tapi tidak dengan rindu yang selalu saja menghunus
kita memang tak lagi terikat
tapi rindu justru kian mengerat
seolah dalam nadi ia melekat
arrrggghhh
rindu selalu saja membuatku resah
namun seperti biasa ku hanya bisa pasrah
6 notes · View notes
hasyaputra · 1 year
Text
The Lost Dream
Tumblr media
Senang, bangga, terharu sewaktu Oktober 2019, Gianni Infantino secara resmi mengumumkan bahwa Indonesia terpilih menjadi tuan rumah untuk gelaran FIFA World Cup U-20. Saat itu tanpa pikir panjang, langsung kubulatkan tekad bahwa bagaimanapun caranya, aku harus bisa ikut serta dalam event bersejarah itu! Untuk jadi pemain sudah lewat umur, buat jadi pelatih belum cukup ilmu, buat jadi panitia gapunya orang dalem. Maka, satu satunya jalan adalah untuk daftar jadi volunteer.
Pada hari ini, semuanya pupus. Walau harapanku bisa ikut serta hanya sebatas menjadi volunteer, tetapi rasa kecewa cukup membuat aku "uring uringan" saat bangun dari tidur yang tidak terlalu lelap. Tetap semangat meski sulit untuk pa ketua umum, para pemain, coaches, official dan juga seluruh masyarakat Indonesia atas kekecewaan ini. Harapan untuk yang lebih baik selalu kupanjatkan, kudoakan dan kubantu usahakan walau hanya berdampak kecil.
Cukup yang terakhir untuk gagal hari ini. Yang terpenting, kumohon, ayo kita belajar dengah sungguh sungguh dari banyaknya pengalaman buruk di sepak bola negeri kita. Karena, kurasa selama ini kita selalu belajar bahwa kita tidak pernah belajar dari semua hal yang telah terjadi.
Bye volunteer, bye uniform, bye new friends, bye new experience, bye world cup.. something that i lost before i could find it.. 🥀
6 notes · View notes