Tumgik
amatullahama · 3 years
Text
Kalau memang sungguh mau, kalau memang sungguh berusaha. Nanti juga akan sampai. :)
5 notes · View notes
amatullahama · 3 years
Text
Hari ini baru selesai nonton "Go Ahead"
As always, aku tim nonton Marathon ketika weekend. Kalau weekdays, sehari satu episode. Aku butuh waktu hampir sebulan buat nyelesain drama ini.
Judul: Go Ahead
Episodes: 40
Genre: Family
Aku nontonnya di WeTv, sempet nonton versi audio bahasa Indonesia seperempat episode ke-6 karena versi audio Mandarin episode 6 sampai 40 VIP only. Tapi karena engga dapet feelnya kalau pakai audio bahasa, akhirnya subscribe WeTv yang VIP. Lol.
Tumblr media
Rate buat drama ini 4.9/5 dari aku. Jujur suka banget sama ceritanya. Buat ukuran Family drama, episodenya menurut aku normal. Karena biasanya family drama Korea/China bisa sampai 60-an episode atau sampai berseason-season. Selain itu, plot twistnya engga yang banget-banget gitu, plot twistnya bener-bener cukup, engga kebanyakan, intinya pas. Mantep.
Terus, cerita di drama ini masih masuk akal, engga yang dramatic banget dan warm heart gitu. Cocok buat yang pengen nonton drama yang warm heart dan engga berat. Apalagi interaksi kakak beradik keluarga Li, bener-bener Family sister brother goals banget menurut aku. Cuma, ada part-part tertentu yang ceritanya agak lompat, tapi masih oke dan nyambung.
Bener-bener suka banget sama karakter-karakter di sini. Jarang banget bisa suka sama banyak karakter kalau lihat drama. Karakternya hidup dan human-able banget. Writernya keren sih ini. Tapi tentu aja sehidup apapun karakter yang diciptakan oleh penulis, hasilnya engga akan bagus kalau aktornya engga proper dalam menguasai karakter yang dibuat writernya.
Nah, bagusnya. Aktor-aktor di Go Ahead menurut aku bener-bener bisa membawa karakter yang dibuat oleh si penulis. Memang ada beberapa part yang Song Weilong (pemeran Ling Xiao) agak kurang alami gitu, tapi kalau engga diperhatiin banget, engga akan notice juga.
Overall, drama ini cukup bagus buat ditonton. Apalagi yang suka genre family, i recommend you guys to watch this drama.
Tumblr media
2 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Mencintai Ala Minimalis
Stephen R Covey dalam bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People nyebutin kalau orang efektif itu berpusat ke prinsip, bukan ke pasangan. Pasangan yang terlalu posesif, khawatiran, cemburuan. Ketika segala sesuatunya seperti berjalan dengan baik dalam hubungan ini, yang ada hanyalah rasa aman khayalan. 
Setiap orang pasti pernah punya rasa suka sama seseorang kan ya, entah temen deket, temen curhat, temen kelas, temen kerja, ataupun temen yang baru kita kenal sekali pun. Banyak yang berakhir bahagia, tapi gak sedikit juga yang berakhir gak bahagia. Ko bisa? Here we go!
katanya setiap kita berinteraksi sama seseorang yang kita suka, kita harus bisa tau posisi suka kita ke dia itu ada di level suka mana. Saya lupa dapet materi ini dari mana, tapi katanya ada tiga level rasa suka. Apa aja emang? Tertarik, Cenderung, sama Cinta.
Level Suka: Tertarik
Contoh dari level pertama ini tuh kaya suka sesaat aja. Sering kali pas kita liat seseorang yang glowing gitu ya di jalan atau di Instagram atau di film (yang suka drakor can relate). Kita kadang suka bilang wah cakep banget ya, tapi ya udah gitu aja. Cuman selewat aja, gak ada perasaan lebih.
Level Suka: Cenderung
Level ini tuh katanya ditandai sama ciri-ciri kita udah mulai kepo tentang doi, latar belakang doi, keluarga doi, sama apapun tentang doi (sampe mantan mantannya aja kita tau HHH). Ada perasaan lebih disini karena kita suka bukan gegara fisiknya lagi (kalau cowok). Tapi suka karakternya, sifatnya, ataupun cara komunikasinya yang buat kita nyaman.
Level Suka: Cinta
Level ini adalah level yang kalau bisa jangan sampai kesini sebelum nikah (berart sih pasti) karena biasa bakal nyesel kalau gak jadi. Emang apa ciri-cirinya? Ciri-cirinya kita bakal bilang kalau gA AdA lAKi-LakI/pERemPuaN yANg sEBaiK dIa Di dUNia iNi. Pokoknya dia satu-satunya orang yang paling ngertiin aku, nerima semua kelemahan aku, dan lain-lain. Hilih.
Sayangnya banyak hubungan yang nyampe level cinta sebelum waktunya. Beberapa bisa ngelewatinnya, tapi beberapa lainnya gagal dan berakhir dengan galau, merasa di PHP, atau merasa terpuruk sendiri karena menyesal telah mencintai terlalu dalam tapi tidak bisa memiliki (Harusnya Aku by Armada Sound on).
Stay mindful sama berpikir rasional dalam mencintai bakal sulit soalnya ini relate sama urusan hati kan ya. Ya jadi mulai setiap kita suka sama seseorang, definisiin dulu rasa suka kita itu ada di level mana. Dah lah segitu aja dulu tulisan kali ini, Merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind
165 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Melepas Ego "Terbaik Dalam Segala Hal"
Gue engga tau sejak kapan gue punya keinginan untuk menjadi terbaik dalam segala hal. Notes, 'dalam segala hal' disini adalah segala hal versi gue.
Best at everything versi gue sebelum-sebelumnya adalah pengen jadi yang terbaik di bidang akademik, nilai di rapor maunya bagus semua, jago ngomong i mean expert in public speaking, punya bisnis yang cuan terus di usia muda, jago bahasa asing especially in english. Ya, pokonya I want to be the best at everything, tanpa gue tau why-nya. Tanpa gue tau tujuan gue setelah gue jadi yang terbaik at everything, apa yang mau gue raih. Its will be different case kalau kamu tau why-nya, what i mean here is "You wanna be the best at everything tanpa tau why-nya, you dont know the real reason is." Dan, menurut gue, anak-anak dengan jiwa kompetitif kayak gue (mungkin) akan merasakan hal yang sama.
Sampai di suatu titik, gue ngrasa capek banget hidup dengan mengejar 'menjadi yang terbaik dalam segala hal,' saat gue engga bisa jadi yang terbaik di salah satu sisi aja, gue kecewa dengan diri gue sendiri, gue merasa malu padahal engga ada yang mempermalukan. Gue marah dengan diri gue sendiri, and ya! Gue merasa tertekan dengan ego yang gue ciptakan sendiri.
Then, i ask my self. What is my dream, what i want, what iam passionate in. And i found that i dont need to be the best at everything. When i know what the real my dream is, what the real i want is, and what iam passionate in, i only need do the best for my dream not to be the best at everything. I realize that i'll lost my dream when i try to be the best at everything without why. So, i decide to destroyed my ego, let the ambitious without why go. I said to my self "Its okey if you're not be the best at everything, as long as you do the best for your dreams, good things will come true."
"Seringkali kita harus melepas ego ‘menjadi yang terbaik dalam segala hal,’ untuk menemukan diri dan mimpi kita."
Lagipula, enjoying your life jauh lebih penting dari sekedar pengakuan orang lain. Again, focus on do the best for your dream not be the best at everything.
0 notes
amatullahama · 4 years
Text
Kalah
Pada akhirnya sebagian orang akan merindukan masa kecil. 
Dunia yang sederhana; perasaan yang sederhana; kebahagiaan yang sederhana.
Permainan itu menjadi kenangan, dan kenangan seperti jiwa-jiwa yang lebih hidup daripada manusia.
Pada akhirnya pula merekalah yang jadi pemenang.
Lihatlah wajah anak-anak.
Itulah kau yang bercermin. 
Kendati tidak kausadari. 
Dan kau ingin bertukar tubuh.
Kemudian semua menjadi kenangan.
Sekali lagi tanpa kausadari.
Dan manusia… Kalah dua kali.
329 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Ya Udah Maaf vs Aku Minta Maaf
“Yaudah maaf” sama “aku minta maaf” itu beda. - Ciloqciliq
Dr. Gary Chapman sama Dr. Jennifer Thomas nulis buku yang judulnya When Sorry Isn’t Enough (Making Things Right With Those You Love). Intinya buku ini ngebahas pas kita nyakitin perasaaan seseorang, yang kita pengen lakuin itu fixing the problem together kan (ceritanya dah dewasa). Atau kita disakitin juga pengennya dibilang maaf. Tapi kadang nih bilang atau denger “maaf” doang itu gak cukup. Hmmm …
Tipe orang beda-beda kan ya. Ada yang dibilang “maaf” aja udah cukup, tapi gak sedikit juga ada yang harus bener-bener minta maaf biar dimaafin. Gak ada yang salah. Semua orang punya cara pengen dimaafinya masing-masing dengan rasionalisasinya masing-masing. Nah Gary Chapman sama Jennifer Thomas ngerangkum jenis jenis permintaan maaf ini ke dalam lima jenis. Apa aja emang?
Expressing regret
Accepting responsibility
Making restitution
Genuinely repenting
Requesting forgiveness
Hari ini saya gak akan ngebahas kelimanya soalnya udah pernah saya bahas deh kalau ga salah ini tuh (entah di IG atau di tumblr). Sekarang saya mau bahas hal yang sederhana yaitu pernyataan maaf-nya. 
Sama kaya judulnya, Ya udah Maaf vs Aku minta maaf. Kalau kata saya, keduanya beda. Saya setuju banget sama apa yang dibilang ciloqciliq kalau “yaudah maaf” sama “aku minta maaf” itu beda. Emang bedanya apaan dah? Saya baca reply-reply statusnya dan nemu beberapa penjelasan yang cukup ngewakilin.
yaudah maaf, ada kesan sebenernya ga salah tapi minta maaf demi agar supaya biar keadaan baik-baik aja. aku minta maaf, keadaan dengan ikhlas dirinya mengakui salah karna memang salah mboh. - Jomex@jomexontrack
This bothering me lately. Dan gue juga udah berusaha nerapin. Instead of ‘yaudah maaf’ or ‘maaf deh’ gue biasanya prefer ‘aku minta maaf’ or at least ‘maaf ya’ - 𝓷𝓪𝓼 !@xxreinbx
Terpaksa mengakui kesalahan dan merasa bersalah, GalantHiuDS
“aku minta maaf” terlihat lebih ikhlas dan menerima klo dia memang salah dibanding “yaudah maaf” yg kesannya seperti terpaksa, - @n0ty0urcrushhh
“Yaudah maaf” sama “Maaf kalau aku punya salah” juga adalah permintaan maaf yg jual mahal, ga tulus, ga nyadar diri, sok mantep - @Faisal_Alfarizi
Dari kelima statement diatas sih udah keliatan kalau keduanya itu beda. Yang satu (ya udah maaf) itu terkesan kepaksa, egonya tinggi. Sama kaya mau minta maaf “kalau punya salah”. Coba perhatiin kalimatnya. Dia mikir “kalau dia punya salah” padahal dah jelas jelas udah punya salah hadeuh bambang!  
Beda lagi dengan pernyataan aku minta maaf atau mau minta maaf. Terkesan lebih ikhlas kalau kita emang salah kan ya, gak kepaksa pake “ya udah” atau “kalau punya salah”. Mungkin buat sebagian orang gak mempermasalahin ini, tapi buat saya, sebisa mungkin setiap saya minta maaf, saya mengecek dulu permintaan maaf yang saya mau kirim sambil nanya ke hati:
“ini saya minta maaf beneran karena saya ngerasa salah” atau “saya minta maaf karena cuman pengen semuanya kembali normal”. Beda loh ya itu.
Seperti itu lah kurang lebih tulisan kali ini. Buat saya permintaan maaf itu penting sih. Dengan minta maaf gak ngebuat harga diri kita jadi turun ko. Malah katanya salah satu tanda dewasa itu kalau kita berani ngaku kesalahan kita tanpa rasa selfish kan. Saya juga orang yang lebih welcome dengan permintaan maaf asal bukan permintaan maaf yang dari dokter yang suka ada di film film kisah nyata atau film film India aja ya haha. Segitu dulu tulisan kali ini, semoga bisa nambah insight baru buat jadi lebih dewasa. Dah ah bye, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind
86 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Ngomong-ngomong soal tumblr, kalian sering menerima kesalahan persepsi ngga dari orang-orang?
Kasus yang paling sering aku temui, dan aju rasain sendiri ketika ngomong soal tumblr.
What I mean : Tempat untuk menulis
What people think : Tempat minum
Bahkan pernah, waktu nanya "punya tumblr" disodorin botol minumnya dong. :'
2 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Belum nikah ssii, tapi ngakak banget bacanya. 😂
Ngomong sama lelaki itu harus spesifik.
Spesifik dalam bentuk 'apa'.
Misal, ingin minta suami cuci peralatan dapur.
"Yah, tolong cuciin piring, dong."
"Oke."
(Piringnya doang yang dicuci, gelas, panci, sendok, wajan, mangkok, talenan, dll. dibiarin)
Harusnya bilang, "tolong itu yang di tempat cucian piring dicuci semua, ya, Mas."
Spesifik dalam bentuk 'waktu'.
Misal, ingin minta suami buangin sampah ke depan rumah.
"Yah, tolong buangin sampah ke depan, dong."
"Oke."
(Dibuangin, sih, tapi entah kapan)
Harusnya bilang, "tolong buangin sampah ke depan rumah sekarang, ya. Udah kedengeran suara gerobak sampahnya mau ngambil."
Spesifik dalam bentuk kuantitas.
Misal, sejak pandemi, dan Mamang Sayur yang biasa lewat qadarullah kena stroke, kami belanja seminggu sekali di pasar. Ayahnya bagian belanja, saya bagian nyatetin belanjaan. Pas pernah kelupaan masukin jeruk nipis.
"Tolong sekalian beliin jeruk nipis, ya. Buat masak yang amis-amis biar gak terlalu bau." Sambil nganter suami ke depan pintu.
"Oke."
Yang dateng jeruk peras, dongg. Sekilo.
Harusnya ... dahlah.
Kumenangiiss.
Tapi bersyukur banget, sih, dia mau dimintain tolong terus sama istrinya, hehe.
307 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Tulisan : Menunjukkan Value
Value yang dipegang, mengendap dalam hati yang terdalam, hidup di alam bawah sadar akan terefleksikan melalui cara berpikir kita, tulisan/konten yang kita buat, proses pengambilan keputusan, sudut pandang yang kita utarakan, bahkan akan terefleksikan dengan karakter pertemanan yang kita miliki. Siapa teman-teman terdekat kita itu bisa jadi cerminan value yang kita miliki. Value yang telah berkembang menjadi kata sifat (karakter) dan kata kerja (tindakan/perilaku).
Dalam bermedia sosial pun demikian, kita bisa melihat value-value yang dipegang oleh seseorang hanya dengan mendalami konten yang dia tulis/bawakan. Kemudian, melihat siapa orang-orang yang berada dalam circlenya. Hal ini akan memudahkan kita untuk melakukan filter, siapa orang-orang yang bisa fit dengan kita dan tidak, siapa yang bisa kita follow dan unfollow.
Karena, kita punya kendali untuk menentukan asupan informasi yang ingin kita ambil. Dan, saya termasuk orang yang sangat mudah meng-unfollow orang di media sosial. Berusaha untuk menjadikan media sosial sebagai ruang tumbuh yang positif, bersinggungan dan bertemu dengan orang banyak itu pasti, tapi kita bisa memilih untuk hanya berbicara dengan siapa. Terutama di media sosial, yang wilayahnya sangat abu-abu.  Orang yang tidak kenal dekat bahkan kita tidak tahu itu siapa saja bisa dengan gampangnya bertanya hal-hal yang privasi. Benar-benar batas itu bias sekali kalau kita yang tidak tegas membangun batasan tersebut.
Dan kita juga akan beresonansi dengan orang-orang yang valuenya sama dengan kita, meski kita mungkin belum mengenggam erat value tersebut. Kita sedang dalam perjalanan menuju ke arah sana, belajar untuk menerapkan value yang ingin kita pegang.
Kembali lagi, untuk menciptakan lingkarang orang-orang yang sevalue, jangan malu untuk menunjukkan value yang kita miliki. Karena, selama ini mungkin kita merasa sendirian. Padahal tidak. Merasa lemah, padahal ada banyak sekali potensi penguatan di luar diri kita. Merasa susah menemukan circle yang bagus, padahal kita yang tak menampakkan diri sehingga circle itu tidak bisa menemukan keberadaan kita.
Kurniawan Gunadi | hari kedua lebaran
787 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
What Can I Do To Improve My English Skill
Disclaimer sebelum lo baca lebih lanjut soal ini, it doesnt mean gue udah expert in english. No. I just wanna share what can i do to improve my english skill, berdasarkan apa yang udah gue lakukan.
Awal gue pengen belajar bahasa inggris lebih serius adalah, saat gue pengen lebih banyak membaca, tapi referensi yang dikasih ke gue mostly berbahasa inggris. Disanalah, timbul keresahan gue karena gue engga bisa bahasa inggris. Yes, maybe 3 years a go, i cant speak english. Although, ketika gue ditanya "What are you doing?" gue ngga bisa jawab. Atas dasar itulah, gue memutuskan untuk pergi belajar bahasa inggris ke Pare, Kediri. If you dont know Pare, Pare is the famous and the good place to improve your english.
Selama di Pare, english gue ke improve banget, karena memang secara behaviour kita dituntut untuk practice english everyday, every place and every time. Tapi, gue di Pare cuma 1 bulan. Setelah gue balik dari Pare, satu bulan engga terlalu berasa, tapi dua bulan, tiga bulan, udah mulai berasa nih kalau english gue mulai luntur, yang paling keliatan skill speaking gue, karena setelah pulang dari Pare engga pernah practice lagi.
Setelah itu, gue mulai berpikir bahwa gue harus tetep improve english gue, harus tetep practice supaya engga luntur dan hilang. Karena pernah ada pepatah yang bilang "If you dont use it, you will lose it!"
So, here Iam. What can I do to improve my english skill.
1. Cari lingkungan yang menuntut kita untuk keep practice our english
Dalam hal ini, gue join salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampus gue yang menuntut gue untuk practice my english lebih banyak. Gue join UKM english debate. Tapi, sebenarnya selama satu periode gue gabung gue engga jadi member yang aktif banget sih.
2. Rutin Baca Artikel atau Berita Berbahasa Inggris
Selama satu tahun ini, gue mencoba membiasakan hal baru. Yaitu, membaca berita. Biasanya gue akan lakukan setiap pagi, sebelum gue aktivitas keluar, sebelum ke kampus ataupun sebelum kerja. Tapi, selama pandemi ini berhubung gue mulai bantuin kerja orangtua gue sejak shubuh, gue baca-baca berita biasanya setelah gue bantu-bantu orangtua gue. Nah, berita yang gue baca engga cuma berbahasa Indonesia aja, tapi setidaknya ada satu atau dua berita yang gue baca dalam bahasa inggris. Gue biasanya baca di CNN, BBC, CNBC atau kalau soal K-Pop gue akan baca di Soompi. Selain bisa meningkatkan skill reading, baca berita atau artikel bisa memperluas wawasan kita juga.
3. Lihat Video berbahasa Inggris, dan Gunakan Subtitle Bahasa Inggris
Video bisa berupa film, speech, reality show or others. Kalau film gue lebih suka film-film disney, fantasi like Harry Potter (highly recommended to watch it if you want to learn British accent), dan untuk variety show gue jarang atau hampir ngga pernah nonton sebenernya, gue lebih suka nonton video-video yang ada di Tedx. Sehari sekli setidaknya gue nonton 1 video dari Tedx, kemudian gue tulis vocab yang gue engga ngerti than i replay the video, again and again.
4. Cari Satu Video, bisa berupa speech ataupun percakapan. Then, imitate how they speak.
Biasanya gue nglakuin ini untuk video-video speech berdurasi pendek, kayak videonya Jack Ma waktu ngasih motivasi. Atau kalau percakapan niruin part-part tertentu dari sebuah film (mostly I imitate from Harry Potter film, atau film-film disney kayak frozen dan tinkerbell)
5. Making Relation With International Friends
Dengan punya temen-temen di berbagai negara/di tingkat internasional memaksa kita untuk keep practice our english. Nah, kalau gue sendiri upaya yang gue lakukan adalah dengan bergabung di organisasi kepemudaan tingkat internasional, tapi sebenernya disini gue hampir ngga pernah berinteraksi dengan member-member dari luar Indonesia. Gue justru jauh lebih sering berinteraksi dengan temen-temen satu fandom gue yang tinggal di luar Indonesia, kita ada group chat for international fans gitu and we speak in english. Selain bisa improving our english, kita juga dapet keuntungan karena punya temen baru.
6. Mencoba Mendapatkan Jiwa Dari Bahasa Inggris
Gue pernah lihat salah satu video yang ada di Tedx, gue lupa speakernya siapa. And she said "Kalau kamu pengen lancar dalam mempelajari suatu bahasa kamu harus memiliki jiwa dari bahasa itu sendiri, dan setiap bahasa memiliki jiwanya sendiri-sendiri." Misalnya gini, ekspresi orang terkejut dari setiap negara pasti berbeda-beda, I mean kata yang mereka ucapkan. Dan itu ngga bisa ditranslate secara leterlek dalam bahasa yang lain, thats why dalam bahasa Inggris sendiri ada yang namanya oxford. Fungsinya supaya kita bisa translate meaning dari sebuah kata sesuai culturenya bahasa inggris itu sendiri. Terus caranya mendapatkan jiwa dari suatu bahasa gimana? Kalau gue pribadi, dengan cara dengerin musiknya, film-filmnya mereka, belajar tentang culturenya mereka atau lihat video Youtube dari orang-orang sana entah vlog, reaction or others.
7. Hafalan Idiom dan Vocab baru
Ini hal yang cukup berat sebenernya buat gue, but i try to keep on it. Karena without vocabulary we cant speak more, and without idiom kita ngga bisa transfer apa yang kita rasakan ke orang lain.
Umunya 6 hal ini yang sering gue lakukan untuk improve skill berbahasa gue khususnya bahasa inggris. If you have ant tips to improve out english, please write down! Thank you. :)
0 notes
amatullahama · 4 years
Text
Banyak hal-hal yang urung dilakukan, ditunda untuk dimulai hanya karena 'merasa' belum sempurna.
Beberapa menyoraki, "Bukankah memulai adalah cara yang tepat untuk menyempurnakan?"
Berulang kali juga mengatakan hal yang sama pada diri sendiri, tapi rasanya seperti sedang berjalan tanpa menyentuh permukaan tanah. Tak tersentuh.
Dorongan tidak selalu jadi jawaban atas kegelisahan. Mungkin mengapa yang akan jadi jawaban paling sempurna jika ditemukan.
1 note · View note
amatullahama · 4 years
Text
Budaya 'Pali-Pali' Positif atau Negatif?
Pernah ngga sih denger kalau kehidupan di Korea Selatan, khususnya Seoul itu cepet banget. Secara kasar bisa dilihat dari orang-orangnya yang cenderung berjalan cepat, pramusaji yang menyiapkan makanannya super cepat, dll. Budaya palli-palli yaitu budaya orang Korea Selatan untuk cepat-cepat dalam bergerak, menyelesaikan pekerjaan dan lainnya.
Beberapa bulan terakhir, selama pandemi. Gue baru menyadari, bahwa budaya bergerak cepat engga cuma ada di Korea Selatan. Gue yang mostly ngabisin waktu gue di Solo selama beberapa tahun terakhir juga merasakan budaya bekerja dan bergerak cepat ini juga ada di Solo yang notabene dikenal dengan kota yang alus dan pelan-pelan.
Selama pandemi ini gue engga tinggal di Solo, pulang ke kampung halaman dan ngabisin waktu di Klaten. Gue yang hampir 10 tahun tinggal jauh dari orang tua, kalau ketemu engga pernah lama, kayanya selama 10 tahun ini baru kali ini gue ngabisin waktu selama ini di rumah. Gue mulai menyadari perbedaan pola kerja antara gue dan orang-orang di rumah. Gue baru menyadari bahwa gue punya pola kerja yang jauh lebih cepat dari pada orang-orang rumah. Efeknya, gue jadi menuntut orang-orang rumah untuk mengikuti budaya kerja gue.
Budaya bergerak cepat di Solo tentu engga ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan budaya palli-palli di Korea Selatan. Gue ngga tau, budaya bergerak cepat ini sebenarnya budaya yang cuma berlaku untuk beberapa orang, seperti orang-orang yang tinggal di lingkungan kompetitif. Atau budaya daerah tertentu, seperti Korea Selatan. Tapi gue akan coba analisa disini.
As we know, Korea Selatan terkenal dengan lingkungannya yang kompetitif. Menjadi hal wajar menurut gue kalau Korea Selatan khususnya Seoul, kental dengan budaya palli-palli.
Karena belum ada data yang gue temukan tentang budaya 'cepat-cepat' di Indonesia, gue akan pakai asumsi gue berdasarkan analisa gue. Mengambil contoh kasus di Korea Selatan sebagai negara dengan tingkat kompetitif yang tinggi, maka di Indonesia dimana ada populasi yang memiliki tingkat kompetitif yang tinggi disana akan muncul budaya 'palli-palli' atau budaya 'cepat-cepat.'
Biasanya populasi yang memiliki jiwa kompetitif yang tinggi terletak di perkotaan. Bukan berarti di desa tidak ada, tapi tingkat kompetitif di Desa jauh lebih rendah dibandingkan di Kota. Jadi, budaya 'palli-palli' umumnya terjadi di perkotaan. Seberapa kental budaya 'palli-palli' di suatu daerah tetap ditentukan oleh populasinya. Itulah kenapa, budaya 'cepat' di Jakarta tentu akan jauh lebih kental dibandingkan di Solo. Kesimpulannya, budaya 'cepat' di suatu daerah ditentukan oleh populasinya.
Dampak positif yang dibawa oleh budaya 'pali-pali' ini adalah individunya terlatih untuk lebih futuristik, pekerjaan yang dilakukan cepat selesai, sehingga proyek-proyek pemerintah baik di bidanv ekonomi atau non-ekonomi terealisasi lebih cepat, efeknya tentu suatu daerah bertumbuh jauh lebih cepat.
Gue pernah denger kalau budaya pali-pali bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental warganya. Tapi sejauh yang gue lihat, budaya pali-pali hanyalah efek dari tingginya tingkat kompetitif suatu populasi. Jadi, yang harus di manage adalah jiwa kompetitif setiap individunya, bukan budaya pali-palinya. Karena budaya pali-pali hanyalah efek dari kompetitif, yang dalam hal ini (kesehatan mental) sebagai sebabnya.
Gue pribadi suka dengan budaya 'pali-pali' karena cenderung lebih ngebuat gue produktif. Saat inipun gue juga baru belajar untuk mengaplikasikan budaya 'pali-pali' ini. Gimana kalau menurut kamu tentang budaya 'pali-pali' atau budaya 'cepat-cepat' ini? Positif atau negatifkah? :)
*If you have tentang budaya pali-pali, please comment ya. :)
0 notes
amatullahama · 4 years
Text
sahabat terbaik
ibu sering menyebutkan bahwa ayah adalah sahabat terbaik ibu. terang saja, ayah memang hampir selalu ada pada setiap urusan ibu, termasuk urusan pekerjaan dan cita-cita ibu. setiap ibu akan mengisi acara, ayah yang membuatkan materi dan presentasinya. setiap sekolah ibu ikut lomba atau kegiatan, ayah yang membuatkan proposalnya.
melihat ini sepanjang hidup, saya lantas berpikir bahwa kelak jika saya menikah, saya harus begitu juga. apa pun yang akan saya geluti nanti, pasangan saya harus terlibat di dalamnya. harus sama-sama suka menulis, harus sama-sama senang mengurusi dunia pendidikan, harus sama-sama memahami pemrograman, desain, bisnis, dan sebagainya.
sejujurnya, ketika saya baru-baru menikah, bayangan akan sahabat terbaik itu masih melekat. harus begini, harus begitu. pada suatu titik, saya lelah sendiri.
tidak harus.
tidak harus sahabat terbaik kita menyukai hal yang sama, menggeluti dunia yang sama. kalau kita punya pasangan yang seperti itu, kita sangat beruntung. kalau tidak, bisa jadi kita tetap sangat beruntung.
pada dasarnya, dukungan, kasih sayang, dan penerimaan bisa diberikan serta didapatkan dalam segala skenario. terkadang, bentuknya adalah mengambil alih pekerjaan rumah yang seharusnya kita lakukan. menyediakan ART, baby sitter, langganan katering, langganan binatu, atau yang lainnya--itu juga adalah bentuk dukungan. membiarkan kita istirahat adalah bentuk kasih sayang. mendengarkan cerita-cerita kita, itu adalah bentuk penerimaan.
pesan saya untuk adik-adik saya, jangan melihat pernikahan dari bungkusnya saja. hakikat saling menyayangi jauh lebih dalam dari punya cita-cita atau pekerjaan yang sama. tentunya, setiap keluarga memiliki bahasa cinta masing-masing. belum tentu bahasa sebuah keluarga bisa dipahami oleh keluarga lain.
jika sudah menikah, jadilah sahabat terbaik untuk pasanganmu. berilah kasih sayang dalam kesabaran.
717 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
“Semakin seseorang hidup dalam kondisi yang dia tidak bisa mengenali masalahnya, tidak bisa memahami keadaan dengan pikiran yang tenang, orang itu akan mudah terjebak dan mengulang kesalahan yang sama. Berulang-ulang.”
— Bukankah hal ini sering terjadi? Mengulang kesalahan serupa, padahal kemarin-kemarin kita pernah mengalaminya? ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
persimpangan passion dan saldo.
Tumblr media
Dua minggu yang lalu, Temali ngadain sesi kelas online di Whatsapp. Temanya soal ketika kita dihadapkan dengan dua ‘jalan ninja’, mau lebih milih hidup berlandaskan passion — atau hidup berlandaskan pemenuhan saldo dulu.
Kami milih Ardhi Rasy Wardhana, yang dulu saya kenal saat jadi Presiden Kabinet Mahasiswa (KM) ITB di 2017 — mewakili kubu passion. Mungkin karena saya kenalnya pas doi jadi presiden dan lagi kelihatan idealis-idealisnya, jadi kupikir Ardhi cocok nih jadi pembicara. Kini, Ardhi lagi mengelola kedai kopi di Samarinda, Cultuur Volk.
Untuk kubu saldo, secara spontan kami milih Shiddiq Azis, si kawan entrepreneur yang jadi langganan kolabnya Temali.
Shiddiq ini emang unit bisnisnya bervariasi, sehingga temen-temen Temali suka bilang Shiddiq ini ‘palu gada (apa lu butuh gue ada)’ banget orangnya. Kemana duit lagi muter, Shiddiq siap buat take a role on it. Bisnisnya mencakup e-commerce pertanian, penyediaan gudang, bakso suki, dan lain sebagainya.
Ternyata, pas denger pemaparan dari Ardhi dan Shiddiq, mereka nggak secara ekstrem membedakan passion dan kebutuhan saldo dalam kehidupan mereka.
Ardhi, gimanapun juga menganggap bahwa ‘tuntutan’ saldo dalam kehidupannya merupakan tantangan tersendiri untuk diseimbangkan dengan passion-nya. Kopi dan pertambangan berkelanjutan adalah passion-nya. Tapi tentunya perlu dipikirin juga dong gimana dua bidang itu bisa menghidupi dirinya.
Ardhi menyampaikan konsep Ikigai. Semacam metode untuk nyari What you are good at, what you like, what you can be paid for, what the world needs. Metode yang sering banget gaungnya saya denger, tapi sezuzurnya belum terlalu saya ulik.
Tumblr media
Shiddiq, yang punya jiwa cair untuk menjadikan ragam bidang ia minati dan gali sebagai ‘ladang duit’ — rupanya punya idealisnya tersendiri. Shiddiq ingin agar ragam unit bisnisnya bisa memberikan kebermanfaatan baik bagi konsumen, timnya, maupun orang-orang yang bekerjasama dengannya.
Hal lucu yang saya dengar dari paparannya, “Gimana mau nolong masyarakat kalau tetep gayanya anak indie.” Nggak begitu tepat sih karena mau gaya indie atau gaya bapak-bapak grup WA itu sih pembawaan orang, hahaa. Tapi di sini yang patut digarisbawahin adalah komitmen Shiddiq buat memberdayakan masyarakat.
My Stands
Dalam memilih jalan hidup, terus terang saya banyak di-drive dengan apa yang menjadi passion. Hingga sekarang pun.
Pertama, rasanya sangat hampa ketika ada di lingkungan atau aktivitas dimana tidak beresonansi dengan saya (memang ada tipe-tipe orang seperti ini). Kedua, mungkin karena dalam hidup saya, tidak pernah ada kondisi darurat, orang tua tidak berharap saya menyisihkan pendapatan saya pada mereka.
Namun sungguh naif jika hanya berpikir soal passion, tapi tidak memiliki skill buat survival. Saya harus siap-siap dong, jika saya suatu saat diandalkan pula dalam proses pencarian cuan :’).
Maka dalam merintis Temali pun, yang saya pikirkan adalah unit bisnis apa yang bisa saya rintis untuk jadi mesin penghasil duit (cash cow)? Jenis bisnis lain apa yang bisa saya rintis agar kelak menjadi passive income saya? Bagaimana memonetisasi passion?
Semua paling tidak untuk menjaga tetap tersedianya pundi-pundi keuangan, dalam masa-masa suram. Apalagi resesi ekonomi kata pakar lagi di depan mata kan, gaes? Ehe.
Akhirul kalam, tapi ada satu slide Ardhi yang menurut saya yang nyambung bener sama apa yang jadi nilai hidup saya:
Tumblr media
Karena apa-apa yang Allah kasih, baik itu potensi-potensi kita, minat-minat kita, wawasan kita, jaringan kita, kejadian-kejadian dalam hidup kita, bahkan manis paitnya kehidupan kita — adalah clue dariNya untuk menjalani hidup sesuai apa yang Allah spesifik inginkan dari masing-masing kita. :)
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” QS. At-Tagabun:11
*Ilustrasi dari sini, sini, dan sini.
190 notes · View notes
amatullahama · 4 years
Text
Tumblr media
1 note · View note
amatullahama · 4 years
Text
Merasa
(Mungkin) adalah hal yang membahayakan untuk kita dan orang-orang sekitar. Yang kita tau itu kenyataan, padahal hanya pantulan dari imajinasi kita sendiri. Berulang-ulang yang demikian terus kita lakukan.
Kita tidak menyadarinya, entah karena terlalu takut melihat dunia yang kita tinggali tidak semenyenangkan imajinasi kita atau kita sungguh tak tahu bahwa kita sedang hidup di dalam imajinasi yang kita ciptakan sendiri.
2 notes · View notes