Tumgik
amipertiwis · 18 days
Text
Alarm Perasaan itu Akurat
Deteksi perasaanmu dan pikiranmu, kamu jadi bisa tahu “apa yg mesti kau lakukan.”
Marah - berarti kamu mesti menegakkan batasan amanmu.
Sedih - kamu mesti memelihara yang masih ada, bukan meratapi yang sudah hilang.
Takut - kamu mesti mencari tahu apa yang sudah terjadi atau merencanakan apa yang akan terjadi.
Kecewa - kamu mesti menyesuaikan harapanmu.
13 notes · View notes
amipertiwis · 20 days
Text
Hanya orang yang telah selesai dengan dirinya. Yang dapat melihat lebih detail, menyimak lebih teliti,merasakan lebih dalam, membantu lebih banyak, berkorban lebih besar kepada permasalahan disekitarnya.Mereka yang berhasil mengalahkan egonya tidak peduli dengan segala bentuk pernak pernik & titel dunia dan LEBIH MEMILIH ARTI HIDUP.
Karena kehidupan ini hayalah peran2 singkat yang di berikaan Sang Maha Pencipta dengan Misi. Sehingga lebih memilih mengesampingkan hati dan lebih suka mengingat mati. Dia ikhlas tak suka membalas, yang mudah mengalah, dan tidak mengungkitnya, ringan memberi dan melupakan dan hidup lebih fokus pada kebermanfaatan dan untuk tujuan apa dia diciptakan .
Kebalikannya Orang - orang yang belum selesai dengan dirinya adalah sulit berhasil dengan (seseorang dan sesuatu), karena sejatinya mereka adalah orang yang kehilangan, bukan sekedar tentang tak ada/tak punya, namun tentang yang ada tapi tak terasa, terdengar tapi tak di fahami, hadir namun terlewati, terjadi namun tak ada arti.
180 notes · View notes
amipertiwis · 3 months
Text
Delapan Tip Menerbitkan Buku di Penerbit Quanta
Assalamu’alaikum.
Selamat pagi semuanya, semoga Anda selalu dalam keadaan sehat ya!
Setelah dua tahun menimba ilmu dunia penerbitan buku di Penerbit Quanta, akhirnya beberapa hari yang lalu saya meniatkan diri untuk berbagi mengenai delapan tip menerbitkan buku di Quanta. Perlu diperhatikan bahwa delapan tip yang akan saya sampaikan adalah tip berdasarkan fakta, diskusi dengan beberapa teman editor di kantor, dan pengalaman pribadi. Sebelum memulai, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman editor yang selama ini sudah berdiskusi dan berbagi saran selama saya bekerja di Quanta.
Apakah Anda siap membaca delapan tip ini? Yuk, kita mulai dengan membaca basmallah sama-sama terlebih dahulu! :)
1. Menulis dengan Sungguh-Sungguh
Yap, hal pertama yang harus Anda perhatikan dengan baik adalah menulis dengan sungguh-sungguh. Terutama mengenai niat Anda untuk menulis. Ada baiknya jika Anda memulainya dengan bertanya kepada diri sendiri, contohnya beberapa pertanyaan berikut ini.
a. Apa motivasi saya untuk menulis?
b. Tema apa yang ingin saya tulis?
c. Apakah tulisan saya ini akan bermanfaat bagi orang banyak (khususnya umat Islam)?
d. Apakah saya mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menulis tema tersebut?
e. Apakah yang akan saya tulis akan menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai agama Islam?
f.  Penerbit mana yang cocok dengan tema dan target pasar yang ingin saya raih?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sebagai contoh saja, Anda juga dapat melakukan survey kecil untuk merencanakan apa yang akan Anda tulis dan berdiskusi dengan beberapa teman Anda. Jika Anda sudah mempunyai kesungguhan dan rencana yang matang, saya sarankan agar Anda juga mencari tahu bagaimana penulis-penulis buku best seller menulis bukunya. Buku Beginilah Cara Saya Nulis Buku Bestseller karya Ahmad Rifa’i Rif’an dapat Anda jadikan salah satu referensi bacaan untuk hal ini.
Hal lain yang perlu Anda perhatikan saat akan menulis dan sedang menulis naskah untuk diterbitkan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk naskah buku islami, khususnya Anda perhatikan kosakata-kosakata agama yang Anda gunakan. Cek lagi di KBBI, apakah kosakata yang Anda gunakan sudah tercantum dalam KBBI atau belum. Jika sudah, sebaiknya Anda gunakan yang sudah ada di KBBI saja.
2. Kenali Dulu Penerbitnya
Setiap penerbit tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari segi tema apa saja yang diterbitkan, sasaran pasar, maupun tren yang sedang ingin mereka buat. Sebaiknya, sebelum Anda menentukan akan mengirim naskah, Anda kenali dulu penerbitnya. Seperti apa Quanta itu? Ketentuan pengiriman naskahnya bagaimana? Apa saja yang akan Anda dapat dengan menerbitkan buku di sana?
Untuk mengenal Quanta lebih lanjut, Anda dapat membuka website www.elexmedia.id, Instagram @quantabooks, Facebook Quanta EMK, Fanpage Quanta Islamic Book, dan Twitter @quantabooks. Selamat menjelajah dan mengenal Quanta lebih dekat! :)
3. Mengirim Naskah Sesuai Ketentuan Penerbit
Tip ketiga ini hampir mirip dengan poin sebelumnya. Saat mencoba mengenal karakter sebuah penerbit, jangan lewatkan untuk mencari tahu bagaimana sih format naskah yang harus Anda kirim dan apa saja kelengkapannya. Berikut ini syarat dan ketentuan mengirim naskah ke Quanta yang saya kutip dari Instagram @quantabooks.
a. Merupakan karya asli penulis
b. Tidak mengandung SARA
c. Ditulis dalam format MS. Word
d. Minimal 120 halaman A4
e. Naskah lengkap dengan ketentuan sebagai berikut: judul dan nama penulis, kata pengantar, daftar isi, isi, daftar pustaka, profil penulis, sinopsis, dan testimoni (jika ada)
Setelah memastikan bahwa naskah Anda sudah sesuai dengan ketentuan di atas, Anda dapat mengirimkannya melalui surel ke salah satu editor Quanta. Ada Mba [email protected], Mba [email protected] (Mba Luky ini perempuan ya, jadi jangan dipanggil Mas :D), dan Mas [email protected]. Jika ada yang masih dirasa kurang jelas, silakan tanya langsung ke editor melalui surel ya.
4. Sampaikan Juga Rencana Pemasaran Kita
Tip keempat ini sengaja saya buat poin tersendiri agar dapat lebih diperhatikan. Kita mulai dengan melihat kembali apa arti kata “pemasaran” menurut KBBI daring. Pe.ma.sar.an, 1proses, cara,perbuatan, memasarakan suatu barang dagangan, 2perihal menyebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat.
Anda pasti ingin karya yang telah Anda tulis dengan sungguh-sungguh dapat diketahui orang banyak dan terjual dengan baik. Hal ini akan sulit tercapai jika Anda sendiri tidak berkontribusi untuk memasarkan buku Anda. Mungkin Anda berpikir bahwa penerbit yang akan menerbitkan buku Anda sudah memiliki rencana pemasaran yang baik untuk buku Anda nantinya. Tapi, alangkah jauh lebih baik jika Anda juga ikut merencanakan pemasaran buku Anda nantinya. 
Sebenarnya, membuat rencana pemasaran tidak sesulit yang mungkin Anda pikirkan. Anda dapat memulainya dengan mencari tahu atau bertanya kepada penulis-penulis yang sudah menerbitkan buku best seller tentang bagaimana cara-cara mereka ikut serta memasarkan bukunya. Selain itu, Anda juga dapat membuat rencana memasarkan buku Anda melalui sosial media, relasi, teman, keluarga, maupun acara-acara tertentu. Bagi Anda yang sering menjadi pembicara dalam berbagai kesempatan, Anda juga dapat membuat rencana untuk memasarkan buku Anda dalam acara yang Anda isi.
Ssst, menambahkan rencana pemasaran dan mengirimkannya ke penerbit juga dapat menjadi nilai tambah untuk meyakinkan penerbit agar menerbitkan buku Anda loh! :)
5. Kirim Surel dengan Baik
“Hmmm, maksudnya apa ya? Apakah ada yang salah dengan cara saya mengirim surel selama ini?”
Sebelumnya saya mohon maaf jika ketika membaca bagian ini ada pembaca yang merasa tersinggung dan mohon maaf juga jika selama menjadi editor kemarin saya juga tidak membalas surel dengan baik. Faktanya, selama menjadi editor dua tahun kemarin, saya dan teman-teman di redaksi Quanta sempat beberapa kali berdiskusi mengenai masalah yang sama. Masalahnya apa? Calon penulis mengirimkan naskahnya tanpa memberi subjek pada surel, tidak menyampaikan salam atau pengantar pada surelnya, dan ada juga yang tiba-tiba menyampaikan permintaannya agar naskahnya disunting. 
Perlu kita ingat bahwa surel pertama yang Anda kirim kepada editor juga merupakan kesan pertama yang Anda berikan. Maka sebaiknya, setelah menulis subjek surel mulailah menulis isi surel dengan memperkenalkan diri Anda. Selain itu, sampaikan juga maksud Anda mengirimkan surel tersebut, apakah ingin sekadar bertanya atau langsung mengirimkan naskah.
Jika Anda ingin bertanya kepada editor, silakan sampaikan poin-poin pertanyaan Anda dengan jelas. Jika Anda ingin mengirimkan naskah, cantumkan juga judul naskah yang Anda kirim. Ketika akan melampirkan naskah, jangan lupa cek kembali apakah naskah Anda sudah sesuai dengan ketentuan penerbit atau belum. Sebelum menekan “kirim”, baca ulang subjek, isi, dan lampiran surel Anda apakah sudah sesuai atau belum. Jangan lupa juga untuk membaca basmallah ya ketika mengirim. :)
Eh ada yang ketinggalan, sebaiknya Anda kirim pertanyaan atau naskah Anda ke salah satu surel editor saja. Hal ini bertujuan agar memudahkan masing-masing editor mengecek pertanyaan atau naskah yang masuk ke surelnya dan tidak bercampur dengan editor lainnya. Pendataan lebih mudah dilakukan dan editor pun lebih mudah membalas surel Anda.
Allah telah memudahkan Anda untuk menulis sebuah naskah yang insyaallah bermanfaat bagi masyarakat. Maka yakinlah bahwa Allah juga akan memudahkan Anda untuk menulis beberapa kalimat yang baik ketika akan mengirim surel.
6. Hubungi Editor Pada Hari dan Jam Kerja
Hal ini juga merupakan salah satu hal yang perlu Anda perhatikan. Seperti yang kita ketahui, jam kerja setiap orang atau setiap profesi berbeda-beda. Setelah jam kerja selesai, biasanya orang-orang ada yang memilih menghabiskan waktu berkualitasnya dengan keluarga, teman, atau mengerjakan hal-hal yang ia sukai. Karena itu saya sarankan Anda untuk mengirimkan surel atau menghubungi editor melalui media lain pada jam kerjanya sebagai salah satu bentuk kita menghargai waktu pribadi orang lain. Jam kerja di Quanta adalah Senin s.d. Jumat pukul 07.30-16.30 WIB.
7. Bersabar
Setelah naskah terkirim melalui surel, hal yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah bersabar. Biasanya setelah surel diterima, editor akan memberikan balasan bahwa naskah Anda sudah diterima dengan baik. Bisa jadi juga ada beberapa catatan atau pertanyaan dari editor. Balasan surel dari editor ini belum tentu dilakukan pada hari yang sama ketika Anda mengirim naskah. Karena selain duduk bekerja di depan komputer, editor juga memiliki beberapa tugas lainnya yang menyebebkan ia tidak dapat setiap waktu membuka surel. Jadi, kalau baru satu dua menit atau sehari belum dibalas, cukup ditunggu saja balasannya ya. :) 
Perlu Anda ketahui bahwa naskah yang masuk ke surel editor tidak hanya satu setiap bulannya. Karena itu, editor perlu waktu yang cukup untuk kemudian memeriksa apakah naskah yang Anda kirim dapat diterbitkan di Quanta atau tidak. Waktu seorang editor memeriksa naskah paling cepat adalah satu hari dan paling lama satu sampai dua bulan. Naskah yang masuk satu per satu diperhatikan oleh editor dan dipertimbangkan untuk diterima atau tidaknya dilihat dari berbagai aspek.
Anda perlu sedikit lebih bersabar dalam proses ini karena Anda harus menunggu hasil pemeriksaan naskah Anda oleh editor. Jika setelah lebih dari dua bulan editor belum juga memberi kabar, Anda dapat bertanya kembali mengenai perkembangan naskah Anda melalui surel. Karena bisa jadi naskah Anda mungkin belum diperiksa, terlewat diperiksa, masih dalam proses, atau surelnya sedang bermasalah. Editor juga manusia yang sama-sama kadang perlu diingatkan, jadi tidak ada salahnya jika Anda juga bertanya kembali jika belum juga mendapat kabar.
8. Mau Terus Belajar
Setelah berusaha menulis dengan sungguh-sungguh dan bersabar menanti balasan surel, Anda akan mendapat balasan yang berbeda-beda mengenai naskah Anda. Jika naskah Anda diterima untuk diterbitkan, bersyukurlah dan segera buat perencanaan yang lebih matang untuk buku Anda nantinya. Selanjutnya Anda perlu bersabar lagi karena pastinya naskah Anda tidak bisa langsung terbit dalam sekejap. Ada banyak proses yang harus dilakukan. Jika Anda tidak paham mengenai proses-proses berikutnya, Anda boleh bertanya kepada editor Anda.
Jika naskah Anda ditolak, editor mungkin akan memberikan beberapa masukan mengenai naskah Anda. Ada juga yang naskahnya diterima dengan ketentuan penulis harus melakukan beberapa revisi. Nah, pada tahap ini Anda akan diuji mengenai kemauan Anda akan terus belajar. Teruslah bepikir positif dan tambah semangat lagi untuk memperbaiki naskah. Jika naskah Anda ditolak sepenuhnya, Anda dapat bertanya kepada editor mengapa naskah Anda ditolak dan meminta saran darinya. Bisa jadi, setelah menulis dan mengirimkan naskah yang kesekian kali, editor baru menerima naskah Anda karena dianggap layak untuk diterbitkan.
Kuncinya adalah jangan pernah menyerah untuk terus belajar, menerima kritik serta saran, dan terus menambah ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jangan pernah lupa juga untuk berdoa kepada Allah. Karena sesungguhnya, hanya Dia-lah yang memberi keyakinan dan menggerakan hati editor untuk menerima naskah Anda setelah memeriksanya dengan baik.
Terima kasih telah membaca delapan tip menerbitkan buku di Quanta. Semoga tip-tip ini bermanfaat untuk Anda.
Selamat mencoba! :)
Salam,
Marlina
23 notes · View notes
amipertiwis · 11 months
Text
GOT MILK?
Tumblr media
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ، لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً إِلا الْهَرَمَ ، فَعَلَيْكُمْ بِأَلْبَانِ الْبَقَرِ ، فَإِنَّهَا تَرُمُّ مِنْ كُلِّ الشَّجَرِ
“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla ketika menurunkan penyakit pasti juga menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua. Lalu hendaklah kalian meminum susu sapi, karena ia terkumpul dari berbagai macam tumbuhan” (HR. Abu Daud Ath Thayalisi dalam Musnad-nya, hadits ini shahih secara musnad dan mursal. dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2/45-47)
4 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Text
Genggam Erat Tangannya
صعب، الصديق إذا كان لك صديق - يعينك على الطاعة- فشد يديك به، فإنّ اتخاذ ومفارقته سهل
"Bila engkau memiliki sahabat yang menolongmu dalam taat, genggam erat tangannya. Karena mengambil teman itu sulit, namun melepasnya amatlah mudah"
Imam Syafi'i rahimahullah, dipost oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi lewat akun beliau
22 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Photo
Tumblr media
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ، عَنْ حَجَّاجٍ، قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، أَنَّ أَبَا الْمِنْهَالِ، أَخْبَرَهُ أَنَّ إِيَاسَ بْنَ عَبْدٍ صَاحِبَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ تَبِيعُوا فَضْلَ الْمَاءِ فَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ بَيْعِ فَضْلِ الْمَاءِ ‏. 
Iya bin 'Abd, sahabat Rasulullah berkata: “jangan menjual kelebihan air, karena Nabi melarang penjualan kelebihan air.”
-Illustration from Agim Sulaj-
2 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Photo
Tumblr media
Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. - (HR. Ahmad)
2 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Quote
Tidaklah ada dari manusia melainkan: diuji dengan keselamatan agar diketahui bagaimana syukurnya, atau diuji dengan sebuah bencana agar diketahui bagaimana sabarnya
Ibnu Qayyim
2 notes · View notes
amipertiwis · 1 year
Photo
Tumblr media
The Masjid’s are free, but empty.
The clubs are paid, and full.
It’s free to enter Heaven,
but costly to enter Hell.
669 notes · View notes
amipertiwis · 2 years
Audio
Part of Surah Al Furqan - Yasir Dossari - صفات عباد الرحمن - رائعة للشيخ د. ياسر الدوسري من الفرقان https://www.youtube.com/watch?v=BG04LdhShrY
32 notes · View notes
amipertiwis · 2 years
Audio
Rare Recitation by Shaikh Abdul Wadud Haneef تلاوة نادرة للشيخ عبد الودود حنيف حفظه الله
Surat Al-‘Isrā’ (The Night Journey) - سورة الإسراء Verses:73 to 84  by Shaikh Abdul-Wadud ibn Haneef تلاوة للقارئ الشيخ عبدالودود حنيف حفظه الله
https://soundcloud.com/mountofknowledge19/shabdulwadud
46 notes · View notes
amipertiwis · 3 years
Text
Saat Kita Berhenti Menasehati
Tumblr media
Rasa jenuh saat menasehati keluarga dan teman tak main-main. Apalagi jika perilaku buruk mereka belum kunjung berubah.
Tapi pernahkah terbayang dalam benakmu apa yang terjadi saat Anda berhenti menasehati mereka?
Benteng harga diri yang tadinya kuat akan runtuh karena mulut kita yang diam saat ada kezaliman
Ledakan-ledakan dosa akan terasa lebih ringan karena tangan-tangan kita yang malas melawan
Kejahatan-kejahatan terhadap sesama manusia akan menjadi marak karena raga kita yang mengabaikan
Itulah yang membuatku menyesal saat mengabaikan berbagai maksiat di masa lalu. Baik itu maksiat terhadap diriku sendiri maupun kepada orang lain
Ketika aku tak menasehatii orang yang berbuat maksiat kepadaku, lama-kelamaan aku akan percaya bahwa itu pantas untukku. Padahal sama sekali tidak pantas.
Ketika aku tak menasehati orang lain yang mezalimi sesama manusia, tindakan-tindakan zalim yang ia luncurkan akan terasa lebih bebas. Karena tak ada lagi yang menentang.
Yuk! Semangat menasehati mereka sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Ingat, tugas manusia itu mengingatkan, bukan memberi hidayah. Hanya Allah SWT yang mempu menurunkan hidayah dalam hati manusia.
6 notes · View notes
amipertiwis · 3 years
Text
[RESENSI BUKU] NYALA SEMESTA
Tumblr media
Penulis: Farah Qoonita (Teh Qoonita)
Penerbit: Kanan Publishing
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 287
Jenis Buku: Action Thriller Novel
Pada kesempatan ini, saya ingin menyajikan sebuah resensi terhadap buku kedua Teh Qoonita yakni “Nyala Semesta”. Buku ini berisi cerita fakta fiksi tentang perjuangan sebuah kelaurga Muslim di Gaza, Palestina.
Cerita dalam dalam novel ini termasuk fakta fiksi, sebab sebagian besar cerita dalam novel ini berlandaskan kejadian-kejadian nyata yang kemudian Teh Qoonita ramu menjadi cerita fiktif. Novel ini tidak lahir untuk dijadikan referensi ilmiah, namun sebagai gambaran mengenai kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina (khususnya Gaza) dalam melawan penjajah Zionis.
Tujuan sang pengarang merilis buku ini sangat mulia, yakni untuk menyebarkan kesadaran kepada masyarakat  mengenai penjajahan Palestina hari ini. Menurut saya, tujuan tersebut sudah tercapai dengan baik. Buktinya saya sangat mudah merasakan atmosfer Gaza sebagai penjara raksasa saat membaca novel ini.
Tak berhenti di situ, Teh Qoonita juga sangat pandai memainkan tokoh-tokoh kisah ini dengan karakternya masing-masing. Tiap kali saya baca buku ini, imajinasi mudah terangsang. Seketika saya merasa berhadapan langsung dengan sepasang suami istri di kota Gaza yang dianugerahi 4 anak. Seketika saya bertemu dengan:
Khalid yang berusaha melindungi keluarganya meskipun beliau adalah buronan tentara Israel
Hanah yang harus merelakan anak-anaknya berjihad dengan caranya masing-masing meski itu menyakitkan
Mushab yang dihadapkan dengan tantangan baru saat kuliah di Turki
Yusuf dan Hasan yang pekerjaan sehari-harinya harus turun langsung ke medan pertempuran
Maryam, anak kecil yang sudah merasakan atmosfer kota yang sudah tak layak dihuni
Akhir kata, saya merekomendasikan buku ini bagi kalian yang ingin memahami perjuangan sehari-hari warga Palenstina menghadapi penjajah licik dari Israel. Gaya bahasa yang digunakan oleh sang penulis cukup mudah dimengerti oleh orang muda, maka dari itu saya rasa buku ini aman diaca oleh anak berumur 10 tahun sampai ke atas.
Selamat membaca, dan siap-siap terangsang oleh medan pertempuran yang berkobar!
5 notes · View notes
amipertiwis · 3 years
Text
Johns Hopkins Psychiatrist: Transgender is ‘Mental Disorder;' Sex Change ‘Biologically Impossible’
(CNSNews.com) – Dr. Paul R. McHugh, the former psychiatrist-in-chief for Johns Hopkins Hospital and its current Distinguished Service Professor of Psychiatry, said that transgenderism is a “mental disorder” that merits treatment, that sex change is “biologically impossible,” and that people who promote sexual reassignment surgery are collaborating with and promoting a mental disorder.
Dr. McHugh, the author of six books and at least 125 peer-reviewed medical articles, made his remarks in a recent commentary in the Wall Street Journal, where he explained that transgender surgery is not the solution for people who suffer a “disorder of ‘assumption’” – the notion that their maleness or femaleness is different than what nature assigned to them biologically.
He also reported on a new study showing that the suicide rate among transgendered people who had reassignment surgery is 20 times higher than the suicide rate among non-transgender people. Dr. McHugh further noted studies from Vanderbilt University and London’s Portman Clinic of children who had expressed transgender feelings but for whom, over time, 70%-80% “spontaneously lost those feelings.”
While the Obama administration, Hollywood, and major media such as Time magazine promote transgenderism as normal, said Dr. McHugh, these “policy makers and the media are doing no favors either to the public or the transgendered by treating their confusions as a right in need of defending rather than as a mental disorder that deserves understanding, treatment and prevention.”
“This intensely felt sense of being transgendered constitutes a mental disorder in two respects. The first is that the idea of sex misalignment is simply mistaken – it does not correspond with physical reality. The second is that it can lead to grim psychological outcomes.”
The transgendered person’s disorder, said Dr. McHugh, is in the person’s “assumption” that they are different than the physical reality of their body, their maleness or femaleness, as assigned by nature. It is a disorder similar to a “dangerously thin” person suffering anorexia who looks in the mirror and thinks they are “overweight,” said McHugh.
This assumption, that one’s gender is only in the mind regardless of anatomical reality, has led some transgendered people to push for social acceptance and affirmation of their own subjective “personal truth,” said Dr. McHugh. As a result, some states – California, New Jersey, and Massachusetts – have passed laws barring psychiatrists, “even with parental permission, from striving to restore natural gender feelings to a transgender minor,” he said.
The pro-transgender advocates do not want to know, said McHugh, that studies show between 70% and 80% of children who express transgender feelings “spontaneously lose those feelings” over time. Also, for those who had sexual reassignment surgery, most said they were “satisfied” with the operation “but their subsequent psycho-social adjustments were no better than those who didn’t have the surgery.”
“And so at Hopkins we stopped doing sex-reassignment surgery, since producing a ‘satisfied’ but still troubled patient seemed an inadequate reason for surgically amputating normal organs,” said Dr. McHugh.
The former Johns Hopkins chief of psychiatry also warned against enabling or encouraging certain subgroups of the transgendered, such as young people “susceptible to suggestion from ‘everything is normal’ sex education,” and the schools’ “diversity counselors” who, like “cult leaders,” may “encourage these young people to distance themselves from their families and offer advice on rebutting arguments against having transgender surgery.”
Dr. McHugh also reported that there are “misguided doctors” who, working with very young children who seem to imitate the opposite sex, will administer “puberty-delaying hormones to render later sex-change surgeries less onerous – even though the drugs stunt the children’s growth and risk causing sterility.”
Such action comes “close to child abuse,” said Dr. McHugh, given that close to 80% of those kids will “abandon their confusion and grow naturally into adult life if untreated ….”
“’Sex change’ is biologically impossible,” said McHugh. “People who undergo sex-reassignment surgery do not change from men to women or vice versa. Rather, they become feminized men or masculinized women. Claiming that this is civil-rights matter and encouraging surgical intervention is in reality to collaborate with and promote a mental disorder.” …. Article by Michael W. Chapman | June 2, 2015 | 1:34 PM EDT
81 notes · View notes
amipertiwis · 3 years
Text
Masih tentang hijrah...
Mungkin kalian marasa bahwa kalian mempunyai track record yang buruk, dan teman-teman terdekatmu sudah mengetahui itu.
Mungkin sebagian dari teman-temanmu masih menyirami jiwamu dengan semangat untuk terus memperbaki diri. Lalu sebagiannya lagi mungkin diam-diam membicarakan aib-aibmu dengan orang lain
Lalu tibalah suatu saat kamu menemukan beberapa teman baru yang baik hati dan memberimu energi positif untuk berubah. Maka jangan malu-malu untuk menjalin hubungan baik dengan mereka. Kamu berhak menjalani masa depan yang baru sambil menutup aib-aibmu.
Saat kamu sudah betah menghabiskan waktu bersama teman-teman baru, mungkin ada komentar dari orang-orang sekitar... seperti
“Alah, mudah saja kamu menjalin pertemanan yang indah. Mereka kan nggak tahu masa lalu kamu.”
“Jiah akrab banget, mereka aja yang belum tahu aib-aib lu .”
Apakah setelah itu, lantas kita mundur dari kehidupan baru ini untuk menghindari komentar-komentar? Ya tidak dong. Ingat, Islam justru memerintahkan kita untuk menutup aib-aib diri sendiri beserta orang lain!
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ "‏ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ ‏"‏‏.‏ 
Dikisahkan oleh Abu Hurairah:
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda. “Semua dosa umatku akan diampuni kecuali dosa mujahirin (mereka yang melakukan dosa secara terbuka atau mengungkapkan dosa mereka kepada orang-orang). Contoh pengungkapan tersebut adalah bahwa seseorang melakukan dosa di malam hari dan meskipun Allah menyembunyikannya dari masyarakat, kemudian dia datang di pagi hari, dan berkata, 'Hai fulan, saya melakukan perbuatan (kejahatan) ini dan itu kemarin,' meskipun dia menghabiskan malamnya dalam penyembunyian Tuhannya (tidak ada yang mengetahui tentangnya. dosa) dan di pagi hari ia menghapus tabir Allah dari dirinya sendiri.”  [Sahih al-Bukhari 6069]
Yuk kawan-kawan, tetap teguh untuk berhijrah
0 notes
amipertiwis · 3 years
Text
Salah satu alasan seseorang ingin menjauh dari sebuah ikatan pertemanan masa lalu adalah....ingin hijrah. Dan itu boleh-boleh saja.
Karena ada jika kita terlalu lengket dengan pertemanan lama kita, bisa saja kiat malah berlarut-larut dalam kebiasaan lama yang buruk dan lupa untuk memperbaiki diri.
Maka jika Anda menemukan lingkungan baru yang berakhlak baik dan easy going, jangan malu untuk bergabung
1 note · View note
amipertiwis · 3 years
Text
Kalian sering berargumen perihal covid dengan keluarga sendiri, tidak?
Tumblr media
Kalian sering berargumen perihal covid dengan keluarga sendiri, tidak?
Kemarin-kemarin ada beberapa teman yang cerita di DM mengenai susahnya edukasi covid ke keluarganya sendiri. Nakes, ada, yang bukan nakes pun ada.
Perihal kontra PPKM, ada. Perihal kontra vaksin, ada. Perihal kontra masker, pun, ada.
Alasan di balik argumen keluarga mereka beda-beda. Ada yang terpengaruh hoax grup WA/FB. Ada yang teori konspiresyen di yusub. Ada yang terpengaruh ucapan tetangganya-yang-biasa-jualan-di-pasar-biasa-terpapar-tetep-sehat-aja-tuh ya ADA.
Apapun itu, saya rasa tiap kita bisa relate. Argumen di keluarga manapun—meski tidak separah itu—pasti terjadi. Tidak ada keluarga yang tidak ada diskusi/debat/whatsoever-namanya di dalamnya. Dinamika keluarga, wajar.
Masalah muncul ketika cara berargumen itu melampaui batas.
"Kuatkan argumenmu, bukan tinggikan nadamu" ucap quotes orang bijak di internet yang saya belum tahu namanya *nanti saya google*
Anda boleh pintar retorika soal logos, ethos, pathos. Boleh tahu mendalam vaksin RNA serta efikasinya. Boleh saja sekolah lama di kedokteran. Boleh, boleh sekali.
Tapi pilih cara yang terbaik dalam menyampaikan.
Misal bicara soal vaksin dari evidence meta analysis, paman yang lulusan non kesehatan belum tentu mudah menerima kita yang ndakik-ndakik bicaranya. Mungkin saja beliau lebih mudah menerima informasi melalui logika sederhana seperti "lha ya wong profku sing usiane 80 sek ngantre njaluk divaksin om, mosok seh sampean engga?".
Pun, ada pula batas adab-adab yang berlaku di keluarga. Beda keluarga, bisa beda kultur. Amati dulu, semisal, dalam berbicara di sebagian adat Jawa, melihat mata langsung = auto tidak sopan. Tapi dalam adat lain, melihat mata dalam berbicara itu sebuah keharusan.
Ada pula soal nada bicara. Ada pula soal kurang kontrol emosi—mendadak merasa paling tahu manfaat dan mudhorot.
Awas jemawa.
Mungkin benar, anda mendalami kesehatan. Tapi ayah ibu yang merawat dari yang bicara ma-mi-mu sampai bisa ndakik-ndakik-to-the-sky tidak akan pernah pantas mendapat argumenmu yang menyakitkan.
Pun, keluargamu, siapapun itu.
Jadi, yuk bangun iklim yang baik dalam berargumen di keluarga!
Bisa kok bisaa 💪
23 notes · View notes