Tumgik
#Pasien Covid
newsnusantara · 1 year
Text
COVID-19 Meningkat, Pemkab Kembali Ketatkan Aturan
COVID-19 Meningkat, Pemkab Kembali Ketatkan Aturan
Bupati Berau Sri Juniarsih pimpin rapat koordinasi bersama OPD, terkait penanggulangan COVID-19 di Kabupaten Berau, di Balai Mufakat, Senin (7/11). NEWSNUSANTARA,TANJUNG REDEB- Buntut dari melonjaknya kasus COVID-19 di Kabupaten Berau, membuat Bupati Berau, harus mengumpulka OPD terkait serta seluruh pemerintah kecamatan di Berau sebagai bentuk langkah antisipasi. Saat ini, data dari Dinkes Berau…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Pasien Positif Covid Di Kabupaten Magelang Bertambah, Didominasi Pelaku Perjalanan
Pasien Positif Covid Di Kabupaten Magelang Bertambah, Didominasi Pelaku Perjalanan
BNews–MAGELANG– Di Kabupaten Magelang terbaru bertambah dua pasien positif atau terkonfirmasi positif covid-19 dilaporkan kemarin sore (4/8/2022). Keduanya didominasi pelaku perjalanan yang berasal dari Kecamatan Mertoyudan dan Srumbung. Namun demikian, Kamis (4/8/2022) kemarin ada satu pasien terkonfirmasi sembuh, berasal dari Mertoyudan. “Rata-rata pasien terkonfirmasi diwilayah ini, adalah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
naailahana · 1 year
Text
catatan (pasca) lebaran
Sudah mulai bingung ketika ditanya; sekarang semester berapa? Mau jawab udah lulus tapi kok belum. Mau jawab masih kuliah tapi kok keliatan nganggur. Mau jawab libur tapi kok dibilang kenapa belajar terus. Mau jawab masih koas tapi kok dapet jatah libur. Ribet juga yah karna akhirnya harus lecture dulu panjang kali lebar ke semua orang. Padahal ngga yakin juga semuanya benar-benar ingin tau, atau ya cuma mau basa-basi saja. Tapi yasudah ngga papa, namanya juga lebaran. Apa lagi yang mau ditanya, baru juga bertemu kembali setelah berapa lama belum berkesempatan. Daripada ditanya yang lain-lain ya kan.
Kalau diingat-ingat, entah kenapa setiap rangkaian Ramadhan-lebaran selalu punya momen-momen menariknya sendiri, yang uniknya selalu beda-beda juga tiap tahun. Tahun lalu puasa sambil jaga IGD, tahun lalunya lagi puasa sambil riweuh isoman karna kena covid sekeluarga, tahun lalunya lagi puasa sambil bikin sanlat dan shalat 'id di rooftop rumah sendiri, tahun lalunya lagi sambil skripsian di nangor, tahun lalunya lagi sambil itikaf di MRU, tahun lalunya lagi apa ya aku kok lupa.
Sangat bersyukur sekali alhamdulillaah tahun ini masih Allah kasih kesempatan menikmati momen Ramadhan dan lebaran bersama keluarga dan orang-orang tersayang. Meskipun belum sempurna dan ada saja tidak lengkapnya, tapi ada banyak momen yang bisa disyukuri dan menjadi pengingat diri.
Beberapa malam saat kondisinya masih kondusif, kami sekeluarga sering pergi di malam hari untuk hunting masjid demi menghadiri shalat tarawih di masjid yang berbeda-beda tiap malamnya. Seru sekalii ternyata hua. Dari musholla dekat rumah, masjid yang memang lumayan sering didatangi, sampai masjid yang aku baru tau loh ternyata masih tidak jauh dari rumah ada masjid sebagus inii. Bukan cuma bagus secara visual, tapi memang keseluruhannya sangat membantu untuk mencoba mengkhusyu'-kan diri. Bacaan imam yang tartil, ceramah yang menarik untuk disimak, dann jamaah-jamaah lain yang juga baik-baik hati. Adem sekali.
Tapi qadarullah beberapa hari setelahnya kami dilanda suatu musibah, yang sayangnya jadi menghambat aktivitas menyenangkan ini. Sepertinya Allah memang lagi ingin memberikan kami pelajaran soal kesabaran, kehati-hatian, dan rasa syukur. Alhamdulillah semuanya selamat dan tidak ada luka yang signifikan.
Meski begitu, di momen Ramadhan yang singkat ini, sudah tidak terhitung juga berapa kali aku harus bolak-balik rumah sakit. Yang kali ini bukan sebagai koas yang seliweran follup pasien, tapi sebagai keluarga pasien langsung. Menemani Mbah Ibu yang sudah ke-sekian kalinya kembali di opname. Ini adalah kali pertamaku semenjak menjalani koas. Asli, sangat terasa signifikansi perbedaannya. Ternyata lumayan sakit hati juga ketika sudah lama-lama menunggu divisit dokter, tapi setelah divisit cuma ngobrol ngga nyampe lima menit. Agak-agak galak dan kurang mengenakkan pula komunikasi dengan dokternya :( Ternyata ikutan ngerasa sakit juga, ketika Mbah mau diinfus tapi gagal, jadi diulang berkali-kali. Ternyata lumayan menguras tenaga juga, padahal cuma nungguin dan bantu makan & bersih-bersih badan, tapi capeknyaa masya Allah berasa. Apalagi menjadi yang diuji dengan sakitnya langsung ya Ya Allah. Aku jadi bisa memahami, terbaring dan menjadi tidak berdaya di kasur rumah sakit, sendirian, sangatlah tidak mengenakkan dan menguji kesabaran. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menemani Mbah di hari-hari terakhirnya, meskipun tidak sampai selesai. Semoga Mbah husnul khatimah, aamiin. Al Fatihah. Betapa nikmat sehat itu rupanya sangat mahal dan berharga sekali... maaf ya Allah aku masih suka males olahraga dan makannya sembarangan :'(
Menjadi pengingat langsung untuk diriku bahwa,
Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kita semua akan kembali...
Sejujurnya aku takut sekali. Ya Allah hindarkan kami dari menjadi hamba-hamba yang lalai atas titipan raga dan nikmat sehat ini, aamiin :"
Ada beberapa hal lagi sebetulnya yang juga menjadi highlight pembelajaran dari masa Ramadhan kemarin. Tentang muamalah dengan sesama manusia. Bahwa menyelesaikan hutang-piutang dengan orang lain itu adalah harus disesegerakan. Segera adalah waktu yang paling baik, karena akan jauuh lebih sulit urusannya ketika salah satu dari yang bersangkutan lebih dulu meninggal dunia. Jangan sampai hutang in the first place sih lebih bagus.
Oiya, bahwa jangan juga sampai ego diri menutupi kita dari menyelesaikan hal-hal wajib yang harus diselesaikan. Bahwa mengalah itu tidak serta merta menjadi kalah. Bahwa ridha orangtua itu nomor satu. Bahwa orangtua kita itu inginnya diperhatikan, ditelpon duluan, bukan mereka yang bertanya kabar lebih dulu. Bahwa memberi zakat dan sedekah itu pada keluarga dan kerabat dahulu, baru kepada yang lain. Bahwa selalu mencatat tiap ziarah kubur itu perlu, agar tidak lupa dan nanya-nanya lagi ini siapa-ini siapa. Bahwa basa-basi itu juga sebuah skill; bagaimana agar basa-basi meskipun basi tetap menyenangkan dan orang tidak menjadi tertekan. Bahwa akhirnya aku mengakui aku senang sekali main dengan adik-adik kecil ternyata. Bahwa memberikan pilihan pada anak-anak itu hendaknya tidak yang kedua-duanya memberatkan mental. Bahwa masih banyak lagi tapi nanti panjang sekali. Terakhir deh. Bahwa masih banyak orang asing yang meskipun asing tetap ramah dan tidak segan membantu, padahal aku sangat merepotkan. Terima kasih spesial untuk chair-mate ku di kereta, semoga lancar kursus Bahasa Jerman-nya.
Selamat datang (lagi) di Kota Kembang 🌸
Tumblr media
30/04/2023 06.00
13 notes · View notes
alfaruqiahmad · 1 year
Text
Fase Berharga
Tumblr media
Menurutku, setiap masa memiliki important moment nya masing-masing. dan bagi mahasiswa kedokteran yang musti mempelajari a sampai z tentang segala hal tuntutan kompetensi yang harus mereka kuasai, masa pre-klinik adalah masa golden period-nya. sangat menguntungkan sekali (bahkan seharusnya) semua ilmu basic tentang anatomi tubuh manusia, fisiologis elemen organ, etiologis sampai treatment akhir dari segala macam penyakit sudah benar-benar dipelajari dan dipahami di fase ini. sehingga nanti, ketika timing nya terjun langsung untuk masa praktisi―fase klinis atau koas―ilmu yang sudah dibaca di buku dulu teoritisnya, sekarang harus sudah bisa langsung diaplikasikan saja lagi dengan menemukan pasien dan penyakitnya secara nyata di rumah sakit.
Time flies so fast dan ga menyangka diriku tiga setengah tahun yang lalu masih ragu memilih untuk melanjutkan studi pasca SMA hendak kemana, keraguan lulus atau tidak di kampus ini, diterima atau tidak di kampus itu, apakah  cocok  mengambil jurusan ini atau itu. tapi alhamdulillah ternyata pilihan-pilihan itu dibingkai dengan usaha dan do’a orang-orang terdekat sehingga bisa sejauh ini mengantarkanku untuk duduk dan sampai di titik ini.
Perjuangan selama kuliah di preklinik tak selamanya jalannya lurus lurus saja. awal semester masih mencoba menyesuaikan dan mencari feeling bagaimana cara belajar yang cocok. sempat panik dan terkejut di awal ujian cbt gimana ya menjawab 70 soal dengan waktu 70 menit? belum lagi ujian osce dan segala serba serbi ujian mentalnya (deg degan pas masuk, lega pas keluar). ternyata penting banget bertanya dan belajar dengan kakak kelas untuk survive dan bisa menanggung beban materi dengan baik, istirahat dengan cukup, kumpul dengan teman-teman juga sempat.
Pasca masa penyesuaian, tahun kedua mulai berani ambil kesibukan lain. bergabung di organisasi LDF, BEM sampai ISMKI semuanya diikuti dengan hastag #dicobasajadulu yang akhirnya lumayan memberikan pengalaman. setidaknya pernahlah merasakan kegiatan menjadi mahasiswa yang katanya aktivis itu;  demo di gubernuran, audiensi ke dinas kesehatan, handle kepanitiaan event ini dan itu. tahun keduaku di kampus adalah fase belajar sambilan kurakura (kata orang; kuliah rapat kuliah rapat). sayangnya, di tengah lagi semangat semangatnya di kepengurusan organisasi, juli 2020 jengjeng tiba-tiba muncul lah wabah korona dan membuat hampir semua rancangan kegiatan dibatalkan. sempat agak down merasa dan mempertanyakan ikut gabung semua ini bakalan gaining manfaatnya atau sama aja engga ya, karena semuanya jadi online, nge zoom, dan rapat bawa laptop kemanapun.
Tahun ketiga niat mulia nya sih mendongkrak nilai, mulai ikutan mengambis kayak orang orang (maaf ya) karena pelajarannya mulai sulit dan penyakitnya makin rumit. eh malah sedikit tersandung di blok hematoimunologi penyakit kulit yang membuat tren ipk yang semula cantik mendaki gunung, malah berubah jadi rollercoster. tahun ketiga juga pernah merasakan dua kali ujian di osce obgyn (pasang intrauterine device) dan pemeriksaan luar jenazah di forensik. but lagi lagi (kata temanku); that’s okay, masih untung setelah keluar ruang ujian itu, kaki masih bisa lanjut jalan, muka masih bisa senyum walau sedikit. rupanya kali ini semboyannya adalah #balasdiblokselanjutnya dan begitu seterusnya.
Masuk tahun akhir sudah mulai merampungkan penelitian dan ambil data. pulang balik ruang rekam medis sampai malam tiap hari nyalin dan meneliti data pasien. setelah pusing dengan problema data penelitian pasien covid yang begitu banyaknya, diskusi sana sini buat cari solusinya. untungnya dokter pembimbing baik hati dan selalu men-push supaya mahasiswanya cepat-cepat seminar ujian hasil dan sarjana. terimakasih ya dok! dan semua orang yang membantu dalam penulisan skripsi.
Kisah kuliah selama pre-klinik ini gabakalan cukup dimuat dalam satu tulisan saja. selain cerita serba serbi diatas, ada satu hal main point yang sejauh ini benar-benar terasa dan kusadari, bahwa tentang betapa dipandang mahal dan berharga nya sebuah attitude. selama disini aku diajari bahwa sikap, kesopanan, tatakrama, kesantunan, rasa hormat, dan respect adalah segalanya. bahwa menghargai dan menghormati pasien itu sebuah kewajiban. bahwa sepintar dan sebanyak apapun ilmu kedokteran yang kita kuasai, tidak akan dilihat dan tidak akan dianggap apa-apa jika tak punya akhlak yang baik, dan kurang pandai dalam social interact. agaknya sesuailah bagaimana individu manusia diciptakan fii ahsani taqwiim dalam bentuk yang sempurna, sebagaimana bertambah ilmunya, seharusnya semakin meningkat jua kaya kepribadian dan akhlak nya.
Satu fase dari bagian hidup telah kulewati saat ini, terimakasih masa pre-klinik dan segala kenangannya, moment and people yang berada didalamnya, pelajaran dan nilai yang banyak dan bisa dipetik hikmah dan jawabannya. karena menurutku setiap fase itu berharga, hanya tentang bagaimana kita memandangnya, dan belajar di dalamnya.
Pekanbaru, Februari 2023
10 notes · View notes
debbyeins · 1 year
Text
[proses]
Hai, assalamu'alaikum..
Sepertinya tumblrku sudah seperti sarang laba-laba semenjak terakhir aku melawatnya. Kali ini aku pengen cerita tentang progresku 1 tahun ini yang menurutku sangat luar biasa sekali.
"The only way make other people to be happy is to be happy yourself."
Jadi ceritanya 1 tahun yang lalu aku diterima bekerja di rumah sakit yang 20 tahun yang lalu menjadi salah satu tempat yang bersejarah buatku. Tempat aku mengenal dunia kesehatan, tempat aku ingin menjadi dokter, dan tempat yang menjadi tujuan utamaku untuk memeriksakan kesehatan.
Bersyukur, sekaligus beban buatku, mengingat ibuku selama 30 tahun bekerja di tempat yang sama, yang sudah barang tentu banyak teman-teman kerja ibuku yang bekerja di tempat ini dan mengenalku.
Tapi, sebetulnya lebih dari itu, ada pertanyaan besar yang menghinggapiku saat pertama kali akan menginjakkan kakiku di tempat ini.
Sebenarnya apa tujuanku dan kontribusi apa yang akan aku berikan?
Karena aku 20 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu, dan aku saat ini tentunya sudah menjadi pribadi yang berbeda. Jujur berat untukku pada awalnya, memulai lagi kehidupan yang sempat tertinggalkan selama pandemi Covid-19, harus menjalani long distance relationship lagi (di saat harapan dan keinginan terbesar kami berdua belum terealisasikan), tanggung jawab yang jauh lebih banyak dan berat dari sebelumnya, dan pertanyaan tentang masa depan yang sebetulnya belum secara jelas terjawab.
Hanya berbekal bismillah, dukungan suami dan keluarga, aku pasrahkan untuk menjalaninya. Bukannya sombong, tetapi seleksi masuk yang aku jalani jauh lebih tidak seberapa dibandingkan dengan pergolakan di dalam hatiku. Bisa dibilang ujian sebenarnya adalah pergolakan di dalam hatiku itu sendiri. Ada pertanyaan-pertanyaan bagaimana aku bisa berbakti sebagai seorang istri, bagaimana merealisasikan harapan dan keinginan kami yang belum terwujud, dan lain sebagainya. Lagi-lagi ya, dengan bismillah dan restu suami aku meyakinkan diri.
Ok, awal perjalananku di sini tidaklah mudah. Aku yang tidak punya pengalaman yang cukup dibanding teman-temanku lainnya membuatku minder, patah arang. Ada rasa bahwa aku tidak cocok dan tidak seharusnya berada di tempat ini. Perlu waktu untuk beradaptasi, menerima realita bahwa aku harus bisa siap dengan apapun yang ada di depan, harus siap dengan kondisi pasien yang datang. Benar-benar bersyukur aku dikelilingi teman-teman yang sangat baik mau mengajariku dan memberikan arahan tentang apa-apa yang harus aku lakukan. Sempat ada saat-saat dimana setiap pulang kerja aku tidak selera makan, tidak bisa tidur, gelisah, menangis, dan sebagainya.
Proses ini benar-benar mengajarkanku bagaimana harus bersikap. Harus mengesampingkan rasa baper, mengontrol emosi, menempatkan diri, berkomunikasi dengan baik, dan sebagainya. Benar-benar jika diflashback ke belakang aku sungguh-sungguh sangat bersyukur aku ditempatkan di tempat ini. Pelajaran yang sangat luar biasa yang aku dapatkan, melatih mental dan pikiranku, bagaimana harus bekerja cerdas, tidak hanya bekerja keras. Ilmu-ilmu yang sempat mengendap kembali harus dibangkitkan. Belajar, belajar, dan terus belajar karena sungguh pengalaman itu sangatlah penting. Sekarang pun meski aku sudah mulai bisa beradaptasi, banyak sekali pelajaran yang masih harus aku catch up agar bisa berkembang dan berkontribusi di sini.
Di samping itu, di tempat ini pula aku seperti ditampar dan dibangunkan tentang 'worklife' yang sesungguhnya. Kalau kata dokter spesialis di sini, "selamat datang di hutan belantara, hati-hati digigit t-rex" wkwk. Ya, ketika kita keluar dari dunia perkuliahan dan masuk ke dunia kerja, welcome to the jungle. Salah pilih tempat untuk berpijak, jatuhlah kita. Dan, tidak semua orang itu benar-benar baik, ada saja orang yang punya intensi yang tidak baik, entah karena iri, tidak suka, atau maksud yang lain, yang jelas alasan sebenarnya adalah mempertahankan keeksisan diri. Sesuatu yang benar-benar menakutkan buatku, melakukan segala cara untuk bertahan.
Tapi yang jelas, aku belajar 1 hal yang sangat penting. Aku 10 tahun yang lalu adalah sosok yang perfeksionis, menganggap aku lebih daripada orang lain, jaga image, dan sebagainya. Tapi di sini aku belajar tentang self-acceptance, menerima kekurangan dan kelebihan diri, memahaminya, realistis, dan berproses untuk menjadi lebih baik. Salah satunya cara untuk bisa berkembang adalah menerima, menghargai, dan bersyukur atas diri sendiri. Menerima kekurangan diri serta mau menerima kritikan dan masukan dari orang lain membuat pandangan kita terhadap sesuatu menjadi lebih terbuka, informasi pun menjadi lebih mudah untuk diterima. Entah karena usia atau pengalaman hidup yang bertambah, aku menjadi lebih bisa memahami berbagai sudut pandang. Ya meskipun masih ada beberapa kali emosi lebih berbicara.
Dan untuk diriku, aku minta maaf kalau selama ini masih suka nangis, marah, kecewa dengan semua kondisi yang terjadi, dan memaksakan diri untuk bisa seperti orang lain, tanpa melihat sebenarnya apa yang bisa aku lakukan. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas semua proses yang sudah dijalani, entah itu suka, duka, bangga, dan kecewa, terima kasih sudah kuat dan hebat dalam menjalaninya. It's okay untuk gagal, karena tidak pernah ada satupun orang di dunia ini yang punya formula yang paling tepat dalam menjalani hidup. Semua tentang proses, proses sepanjang hayat untuk mempersiapkan diri mempertemukan diri kita dengan kesempatan, agar dapat menjalankan tugas kita sesungguhnya di dunia ini.
Maaf dan terima kasih ya. I love you, myself.
13 notes · View notes
ciaokhou · 1 year
Text
Lagi rame.
Salah satu profesor bedah saraf terbaik di Jawa Tengah —dan di Indonesia; Prof. Zainal Muttaqin, Sp.BS(K) diberhentikan dari RS pemerintah tempat beliau selama ini mengabdi. Entah apa masalahnya, yang beredar sih (lagi-lagi) karena pemerintah yang anti kritik —haduu ga bosen gini-gini terus masalahnya ya Pakdhe? Tapi, curiga deh ada hal besar lain di balik itu. Soalnya tulisan terakhir beliau menurutku kok rasanya bukan bentuk perlawanan atau penyerangan ke kemenkes, tapi malah bentuk masukan. Walaupun memang beliau ga sekali ini menulis kritik tentang kementrian, tapi ayolah Pakdhe masa iya kami ini cuman bolehnya kerja-kerja-kerja doang dan tutup mata dengan hal-hal yang menurut kami tidak tepat?
Kalau sampai pemberhentiannya juga sampai level kampus —karena RS nya RS pendidikan, sedih banget sih. Yang rugi bukan cuman pasien, tapi juga anak-anak didik beliau. Negara rugi besar:(
Prof Zainal ini tipikal guru yang bisa ngajar dengan sederhana dan fun walaupun topik yang dibawakan berat banget:" Dan walaupun mahasiswanya kelihatan ga ngerti apa-apa dan seringkali malah menanyakan hal-hal yang sudah dijelaskan, beliau selalu merespon pertanyaan kami paling awal dengan; good question! lalu mulai lagi membahas dan menjawab pertanyaan kami dengan sabar, mau se aneh apapun pertanyaan kami waktu itu.
Jadi ingat pesan beliau waktu early covid dulu via zoom, di sela-sela isolasi beliau kala itu:
Kalau kita lihat masyarakat di sekitar kita masih tidak mau menerapkan prokes itu, jangan dipikir mereka yang bandel dan susah dibilangin. Yang pertama harus dilakukan, evaluasi diri kita. Sudah benar belum kita mengedukasi mereka?
Dimanapun selanjutnya Prof mengabdi, kami tau hal kecil seperti pemberhentian ini tidak akan membuat Prof berhenti menyuarakan kebenaran. Kedzoliman memang akan selalu mencari celah, tapi kebenaran insyaa Allah akan selalu menang. Terima kasih sudah mengajarkan hal-hal besar pada kami Prof. Panjang umur perjuangan!
6 notes · View notes
restuwidiana · 1 year
Text
Foto ini, buat saya adalah sikatriks, bekas luka dari hari-hari yang akan segera kita lupakan. Luka ini bukan yang harus segera dieksisi dari memori kita, justru ini selayaknya dieksplorasi, diperdalam hingga ke dasarnya.
Hari itu, pasien demi pasien dikeluhkan sesak, kantong-kantong non-rebreathing mask gagal mengembang, alarm ventilator dan sensor tekanan oksigen bersahutan.
Apakah saat itu kita krisis oksigen? Jawaban yang terucap jelas tidak. Kita masih punya cukup tabung oksigen*
Apakah ada pasien mengalami perburukan/meninggal karena krisis oksigen? Jawaban yang tertulis jelas tidak. Perburukan terjadi karena perjalanan penyakit pasien**
Foto ini diambil pada Juli 2021, setahun lebih dari kasus konfirmasi COVID-19 pertama di Indonesia.
*Oksigen dalam tabung kecil/transport tidak punya tekanan yang memadai untuk kebutuhan ventilator/HFNC
**Apakah malam menjadi gelap karena lampu kamar anda mati, atau karena matahari telah terbenam? Apakah malam semakin gelap karena lampu anda mati?
Tumblr media
2 notes · View notes
mutiaranblh · 1 year
Text
Catatan Graves disease #001 (bagian sakit-sehat-sakit di tahun 2021)
Menuliskan #CatatanGravesDisease sebagai pengingat perjalanan hidup, bahwa menulis adalah salah satu bentuk menikmati perjuangan. Kali ini saya hanya mampu menulis tulisan ini secara publik di tumblr.
Agustus 2021, saat itu saya merasakan cukup sulit untuk menelan makanan. Tenggorokan rasanya kering dan sakit. Saat itu saya baru saja kehilangan dua keluarga dengan kondisi yang sangat lelah secara batin maupun fisik. Pikirku, pola makan dan pola hidupku memang tidak sehat akhir-akhir ini. Pada akhirnya menjadi sebuah self diagnosed, “apakah amandel saya kambuh”. Sejak usia 5 tahun, saya memiliki riwayat amandel. Saya juga masih mengingat rasanya “amandel kambuh” seperti apa. Rasanya sakitnya mulai berulang. Karena saat itu saya masih baru saja selesai vaksin covid yang pertama, maka ayah saya sempat menduga apakah ini berkaitan dengan vaksin.
Setelah merasakan demam yang naik turun, saya memutuskan untuk konsultasi ke dokter spesialis THT. Karena masih sangat parno dengan kondisi pandemi dengan covid varian delta, saya hanya ingin memeriksakan diri ke tempat praktik dokter bukan ke rumah sakit langsung. Sesampai saya disana, saya ditolak untuk ditangani karena kasus sakitnya adalah tenggorokan. Dokter sangat berhati-hati untuk memeriksa pasien mengingat tingginya kasus positif covid saat itu. Saya juga bisa memahami kondisi ini karena salah satu anggota keluarga saya (tante) juga menghembuskan nafas terakhir saat berjuang melawan covid varian delta. Saat itu saya sedang di  kab.konawe sehingga untuk berobatpun sangat terbatas. Hanya ada 1 dokter spesialis THT yang membuka praktik di kota ini.
JLEBBB... Luar biasa begini ya rasanya ditolak. Mama tidak tinggal diam, saat itu saya dibawa ke praktik dokter umum dan alhamdulillah dilayani. Saat dokter memeriksa tingkat infeksinya melalui pengambilan darah, dokter mengatakan bahwa tingkat infeksinya saat tinggi sehingga membuat demam menjadi naik turun.
3 hari berlalu dengan kondisi istirahat lalu sayapun mulai sehat kembali.
~
September 2021
Tiba-tiba perut bagian kiri terasa panas dan gatal. Terdapat bentolan yang bengkak cukup lebar. Bentuknya seperti gigitan nyamuk yang membengkak tapi berisi air. Saat ku perlihatkan ke mama, jawabnya ini “puru api (cacar api)”. Akhirnya saya putuskan untuk konsultasi via telemedisin. Benar bahwa ini adalah cacar api, dimana cacar ini akan muncul bagi orang-orang yang pernah mengalami cacar air meskin dalam waktu sudah sangat lama. Dokter memberi resep antivirus untuk saya minum selama beberapa hari. Alhamdulillah resep tersebut dapat ditebus di apotek terdekat. Selama kosumsi antivirus tersebut saya sangat mudah mengantuk sehingga aktivitas lain juga cukup mengganggu. Seminggu pengobatan cacar tersebut mulai terkelupas dan rasanya cukup pedih. Harapku, ini terakhir kali terkena cacar api seperti ini.
~
November 2021
Seperti biasanya, keseharian dinikmati di Perpustakan Pusat Universitas Gadjah Mada. Tiba-tiba perut terasa mules lalu saya ke toilet. Mengagetkan!! kok mens lagi. Padahal saat itu baru saja bersih dari mens selama 4-5 hari. As always langsung check up via apss telemedisin. Kata dokter saya dianjurkan untuk diet dan jaga pola hidup. Oke baiklah.
Setelah kejadian di atas, menstruasi saya siklusnya yg biasanya 30 hari berubah menjadi di atas 32-33 hari. Meski siklus ini sebenarnya masih terbilang normal karena masih di bawah 40 hari, namun saya tetap saja worry karena siklusnya menjadi tidak stabil. Anehnya, sayapun tidak pernah memeriksakan diri langsung ke obgyn HAHA.
4 notes · View notes
bidhuan · 1 month
Text
Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Telemedisin Pada Pasien Anak Dengan Asma Meningkat Selama Pandemi COVID-19
Majalah Farmasetika – Lebih banyak pasien anak dengan asma telah menggunakan layanan telemedisin sejak pandemi COVID-19 dan telah mencapai hasil yang serupa, menurut hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology: Global. Peneliti juga menemukan bahwa hal ini terutama berlaku bagi mereka yang memiliki kompleksitas medis dan komorbiditas, tetapi di institusi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
susukotakfullcream · 1 month
Text
apakah ada momen dalam hidupmu yang membuatmu merasa perjalanan menyembuhkan dirimu dengan sadar dimulai? momen apa? apa kegiatan healing favoritmu?
Mau nulis prompt 3 maju mundur euy😁
Perjalanan healing secara sadar ? Ah tepatkan di momen apa saya tidak yakin tapi satu hal saya mengambil kesimpulan bahwa perjalanan healing di mulai secara sadar betul ketika memutuskan untuk bekerja menjadi perawat klinis.
Antara takdir, keterpaksaan atau kebutuhan atau tidak ada pilihan lain. Begitu pikiran saya 3 tahun kebelakang saat menerima WA dari asisten manager keperawatan RSUI yang menawarkan saya untuk menjadi relawan Covid.
Rasanya ingat betul sebelum bekerja saat ini saya hanya membantu asisten kaprodi ners diruangan yang mengurus tata administrasi dan juga kelengkapan berkas ketika ada fee tambahan buat dosen. Sesekali di minta menjadi fasilitator diskusi mahasiswa dimana sebenernya waktu itu menjadi impian saya. Fasilitator DK (diskusi kelompok) ternyata saya merasakan juga perasaan gemees banget saat mahasiswa di berikan 1 kasus pemicu kemudian harus di selesaikan hingga step mencari jawaban atas pemicu yang diberikan.
Selesai urusan di kampus pernah juga saya mengajar privat 2 anak pondok yang mereka adalah anak yatim untuk persiapan UN. Fee saat itu saya hanya 300k/bulan untuk 2 anak. Belajarnya seminggu 3x. Waktu itu sempet tidak percaya karena menurut saya terlalu murah. Tapi mamah mengingatkan bahwa anggap saja menjadi jalan kebaikan buat anak yatim toh Pondok tahfidz nya juga deket rumah jadi anggap membantu. Baik saat itu saya lakukan sampai akhirnya pandemi covid tiba dan kegiatan mengajar privat di selesaikan.
2 pekerjaan lalu sebelum menjadi perawat menjadi waktu waktu saya terus mempertanyakan diri, menyalahkan diri karena selepas lulus profesi tidak bisa langsung bekerja. Ya karena saat itu saya merasa saya sangat ideal. Lulusan profesi ners tapi engga mau kerja di RS. Ya agak sulit atuhh 🙂
Saya terus berusaha mendobrak paradigma bahwa lulusan profesi ners bisa kok kerja selain di RS atau pelayanan. Tiap hari saya mengirimkan CV melamar pekerjaan non RS atau selain tenaga perawat. Pernah saya dapat tawaran hingga wawancara menjadi supervisor di salah satu klinik kecantikan daerah rumah saya. Namun saya gagal ketika wawancara tahap direksi.
Hingga akhirnya berbagai peristiwa mengantarkan saya menjadi tenaga relawan perawat Covid 19. Tentunya tidak segampang itu karena kedua orangtua cukup keberatan. Tapi saya memberikan alasan karena covid bapak jadi tidak bekerja lalu bagaimana agar dapur terus menyala ? Mau gak mau saya mengubur impian saya bekerja di non RS dan memgharuskan saya berdamai dengan diri bahwa saya akan menjadi perawat yang bekerja di RS.
Rupanya Allah maha baik. Ditempatkan saya di ruang NICU perina. Ruangan yang tidak mengharuskan saya bertemu banyak orang dewasa atau pasien dewasa laki laki. Ternyata momen healing saya di mulai saat ini. Bertemu banyak pasien bayi dengan berbagai kondisi dan latar belakang keluarganya. Favorit saya adalah ketika ikut serta dengan DPJP (dokter penanggung jawab pelayanan) untuk memberikan edukasi terkait kondisi dede bayi. Disini banyak mendapat ilmu sekaligus saya ke trigger untuk mencari hal berkaitan penyakit, cara berkomunikasi dengan keluarga hingga mengetahui kisah kisah yang saya temui.
Kemudian lambat laun kisah yang sangat membekas saya share ke medsos IG dan ternyata cukup mendapat respon positif. Doakan semoga saya bisa melanjutkan hal baik ini.
Ternyata perjalanan menyembuhkan diri sendiri dalam hidup saya adalah ketika saya harus dihadapkan pada takdir yang tidak saya inginkan. Takdir yang menurut saya kurang baik ini adalah hanya anggapan dan terbatasnya saya dalam masa depan. Allah merencanakan jauh lebih indah dari dugaaan kita.
Healing terindah dimulai dengan menerima takdir takdir yang terjadi dalam hidup kita dan kita upayakan untuk terus imani agar menuai banyak hikmah kehidupan
#day3
Izin kak @prawitamutia agak telat karena beberapa hari pasien membludak🥹mari doakan semoga dede bayi yang dirawat di nicu perinah semuanya sehat dan lekas pulih
0 notes
okyoctaviani · 3 months
Text
Ailurophobia dan Covid 19.
Sebelum tahun 2020 saya adalah seorang ailurophobia, orang yang takut dengan kucing. Kalau ada kucing yang mendekat, wah degdegan banget padahal gak bakal kenapa-napa. Pikiran buruk kemana-mana dimulai dari bulunya akan terbang-terbang, kutunya loncat-loncat ke kulit, bakal digigit dengan taringnya yang tajam, dicakar-cakar. Padahal itu belum tentu kejadian!
Suatu ketika diawal tahun 2020, saya harus dirawat inap ditempat kerja sendiri dengan diagnosa parathypi (Tifus) karena diduga kelelahan kerja menjadi swabbar. Saat itu lagi banyaknya permintaan pemeriksaan swab covid19 dan tiba-tiba jadi swabbar dadakan. Ceilah! Setiap hari ketemu dengan banyak orang yang diduga terjangkit covid19, entah sudah mencolok berapa hidung pasien untuk dilakukan tes PCR atau antigen.
Sepulangnya dari rawat inap itu, baru diberi tahu kanit ruangan perawatan kalau ternyata Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) saat dirawat terkena Covid juga. Jadi saat dirawat inap saya dan DPJP (yang diduga sudah terkena Covid) melakukan kontak karena divisite secara langsung. Kaget? Tentu aja! Apalagi sepulangnya kerumah udah ngerasa gak bisa nyium bau apa-apa, seperti halnya gejala-gejala Covid pada umumnya.
Akhirnya saya harus menjalani isolasi mandiri dan diungsikanlah sendirian ke 'rumah kecil' yang gak jauh dari rumah utama, jarak dari rumah utama ke rumah kecil ini hanya terhalang satu rumah tetangga. Fungsi rumah kecil ini sebenernya bekas ditinggali sama kakak waktu dulu, setelah dia nikah dia pindah rumah bersama dengan istrinya. Rumahnya tidaklah besar, hanya satu lantai dengan satu kamar mandi dan satu kamar tidur. Tidak ada dapur dan hanya ada ruang televisi. Cukup simple untuk dihuni single atau orang yang baru nikah dan belum punya anak. Rumah kecil ini jadi tempat isolasi mandiri selama kurang lebih satu minggu sambil menunggu hasil PCR dari tempat kerja.
Rumah kecil inilah yang bisa dibilang tempat Oky bermeditasi dan dewasa (dari yang sebelumnya). Harus tinggal sendirian karena sakit penyakit menular, sakitnya covid udah kayak habis ditabrak kereta kalo kalian udah tau gimana rasanya. Jaringan internet terbatas hanya dari tethering ponsel (karena WiFi ada di rumah utama), makanan terbatas karena gak ada dapur (ada kompor portable yang bisa dimasak cuman mie instan) dan dari itu semua cuman dapat hiburan dari flashdisk berisi film-film series yang sudah diunduh sebelumnya. Gabisa Netflix juga aaa~
Rumah kecil ini juga yang ternyata mempertemukan saya dengan keluarga kecil mereka. Mama kucing dan ketiga anaknya ternyata sudah sangat familiar dengan teras 'rumah kecil' ini. Mereka tidak segan untuk menginap diteras dimana mama kucing menyusui anaknya juga, anak-anak kucingnya bermain dengan pot tanaman. Mereka ternyata lebih dulu tinggal diteras rumah ini ketimbang saya, anak pemilik rumah.
Tumblr media
Kadang saat akan menyapu teras pagi-pagi sambil berjemur, mereka loncat-loncat dikaki. Gimana rasanya? GELIIIIII WOOOY~. Bahkan saat mau berjemur saja bisa gak jadi keluar karena suara derit pintu bagi mereka seperti suatu undangan selamat datang untuk para kucing yang biasanya ada di teras. Buka jendela kamar, anak anak kucing masuk dengan bebasnya kekamar. GAK BISAA! GAK BISA DIGITUIN GAK BISAAA!!
Ada hari dimana kepala sakiiit banget, badan panas karena demam, hidung gak bisa mencium apa-apa, nafsu makan gak ada dan yang jadi hiburan adalah... nontonin emak kucing yang sedang menyusui anaknya. Suatu hal yang lumrah dan menyenangkan untuk melihat mereka sampai berjam-jam lamanya, saat menonton mama kucing tidur siang sambil nyusuin anaknya, setelah anak-anaknya selesai menyusui pada induknya merea bermain loncat-loncatan, lari kesana kemari, cabok-cabokan dengan saudaranya sendiri. Sesuatu yang lucu untuk menonton daily life kittens secara langsung, bukan dari NatGeo.
Merasa ditemani. Merasa didengarkan saat curhat. Merasa diperhatikan saat tatapan dari jendela, mama kucing melihat anak yang sedang isolasi menangis karena sakit kepala dan gak bisa melakukan apa-apa. Mata mama kucing itu menatap dengan peeenuh kasih sayang. Gak tau ya kasih sayang beneran atau enggak. Padahal komunikasinya juga lewat kaca jendela yang tertutup karena takut anak-anaknya pada masuk.
Seorang ailurophobia yang sedang menjalani isolasi mandiri karena covid lama kelamaan merasa gak lagi takut untuk interaksi sama kucing. Perlahan-lahan kaca jendela dibuka biar mereka bisa nongolin kepalanya buat dielus-elus. Semakin bisa interaksi dengan kucing, semakin juga badan pulih dan kehidupan mulai lagi dengan normal.
Selesai isolasi, pindah lagi ke rumah utama biar gak susah jangkau makanan dan WiFi. Sedihnya karena sibuk lagi kerja, mama dan anak kucing juga ditinggalkan, seminggu setelah pindah mereka juga gak kelihatan lagi diteras rumah kecil.
Sedih? Ya. Sekaligus menyesal kenapa gak memperlakukan mereka dengan lebih baik lagi saat isolasi mandiri waktu itu. Mereka dengan baik ataupun dengan tidak sengaja menemani manusia yang sedang sakit dengan tulusnya. Apa manusia ada yang pernah memperlakukan mereka dengan baik?
Sebagai gantinya si Mama kucing dan anak-anaknya, kucing yang entah darimana ini datang dan sempat melahirkan dirumah utama. Namanya si Centang karena bulunya yang susah diatur dan mencuat kearah luar tubuh ini hobi makan apapun dari makanan sisaan kami. Semakin menambah kekisruhan kami sebenarnya, karena pada dasarnya orang tua bukan orang yang suka dengan kucing. Tapi karena si Centang ini kucing yang bisa berbaur dengan manusia dan sifatnya clingy, abah (bapak) yang setiap shubuh shalat di mesjid pun dia antarkan sampai gerbang mesjid dan balik ke rumah. Itulah kedekatan si Centang dengan abah.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sampai saat ini kalau ada kucing, sebenernya bukan rasa suka yang lebih dulu yang muncul. Tapi merasa berterimakasih sudah mau ada disamping manusia dengan berbagai kebutuhan mereka yang complicated. Rasa berterimakasih itulah yang akhirnya menggeser dari ailurophobia menjadi ailurophile, seorang yang menyukai kucing.
Sejak saat itu, saya jadi lebih berani untuk dekat dengan kucing-kucing yang ada disekitaran rumah. Beberapa kucing tetangga mampir hanya untuk sekedar dielus, atau malah mengajak bermain sebentar. It's not happiness that brings us gratitude. It's gratitude that brings us happiness.
Seperti biasa, waktunya pendapat dari pribadi. Ketakutan pada kucing yang dirasakan waktu itu mungkin seperti... 'suudzon' mau diperlakukan tidak baik oleh kucing, padahal nyatanya tidak begitu. Kucing tau niat kita baik atau buruk. Mereka adalah hewan yang paling peka dengan lingkungan sekitarnya, memberikan rasa aman dan nyaman tanpa manusia sadari.
Hidup dengan kucing kalau sudah tinggal sendiri sudah terpikirkan sejak awal, semoga bisa terwujud nantinya. Kucing dengan ras apapun, sama saja selama kucing ini bisa memberikan dampak positif pada pemiliknya.
Terimakasih yang sudah membaca sampai akhir, see ya!
0 notes
sheilasanjaya · 4 months
Text
21022022
"Kami menjadikan tidurmu untuk beristirahat."
.
Hampir 2 tahun lalu, coba coba perangkat baru, masih kikuk dan terburu-buru, mulai diarsipkan meski berdebu.
Masih ingat juga, setelah ini langsung isoman krn gejala covid sekeluarga. bapak dan fraya sih nampaknya yg pertama meski tidak kami pastikan lewat lab, langsung isoman saja menurut ibu sheila yg sudah berpengalaman sebelumnya.
Alhamdulillah semua bisa segera sehat, berbeda dengan pengalaman Covid bu Sheila yg pertama, selain menghebohkan warga karena jadi pasien perdana se-pedukuhan, di sela isoman ada episode Lucid Dreams berkali-kali, juga sempat alergi obat yg dahsyat, alhamdulillah masih dikasih selamat.
Niatnya sih bercerita mumpung bebersih arsip yg sudah mulai ruwet tidak dikelola dengan baik kemarin, ya bismillah saja.. kita mulai lagi jurnal visual #ruparenjana , meskinya visualnya ini hasil tangkapan layar bu Sheila dimanapun iya memandang.
#sky #mountains
0 notes
mediaban · 4 months
Link
Dinkes DKI Jakarta menyatakan, ruang inap RS di DKI Jakarta baru terpakai 5 persen oleh pasien Covid 19, berarti masih mencukupi.
0 notes
yudisamara · 5 months
Text
Hoaks Covid-19 Kembali Mewabah di Singapura
Tidak ada angin tak ada hujan tiba-tiba mulai merebak pemberitaan mengenai pasien terjangkit infeksi Covid-19 yang disebutkan kembali meningkat jumlahnya. Tidak tanggung-tanggung diberitakan naik dua kali lipat. Benarkah? Untuk mengetahu fakta sebenarnya dapat disimak informasi dari situs web Kementerian Kesehatan Singapura http://www.moh.gov.sg. Berikut ini siaran pers atau berita terbaru dari…
View On WordPress
0 notes
pratleskitties · 6 months
Text
TW: death
Pernahkah kalian berpikir, kalau kalian berpulang, nasib kucing2 kalian gimana?
Di awal2 pandemi, ada banyak posting2an - baik di grup2 FB maupun medsos2 lain - soal orang2 yang terkena Covid dan either masuk rumah sakit atau tidak bertahan; dan teman2nya sibuk mencarikan foster/adopter untuk kucing2 peliharaan pasien/almarhum(ah) yang ditinggalkan.
Kalau kucing2 tersebut beruntung, mereka bisa cepat dapat foster/adopter - biasanya kucing2 yang sudah steril dan/atau mix/ras.
Kalau sial dan tidak ada yang mau mengadopsi, mereka dilempar ke shelter.
Terbayang, gak, kucing2 yang biasanya sehari2 bebas di dalam rumah 'sendiri', bersama2 kucing2 yang 'sekeluarga' atau sudah dianggap koloni sendiri, disayang2 1-2 orang dengan jadwal makan yang rapi di tempat2 yang tersedia -- lalu tiba2 dilempar ke shelter yang isinya puluhan, bahkan ratusan kucing2 asing yang menakutkan untuk mereka. Dapat makanan yang beda dari yang biasa dimakan, yang pasti akan bikin sakit perut (karena ga akan ada shelter di Indonesia yang sedia pakan hypoallergenic atau super premium yang tidak bikin mencri). Tidur di tempat2 ga jelas, mostly tidak beralas.
Atau yang lebih sial lagi, dibuang ke jalanan.
Atau masih ada yang mimpi bahwa kalau kalian meninggal, anak/adik/teman/sodara kalian akan dengan besar hati mengangkut semua kucing2 kalian dan mengurus mereka EXACTLY seperti cara kalian urus mereka?
Ha.
Saya tidak memiliki keturunan langsung, ataupun saudara kandung; walaupun sepupu/keponakan sy banyak. Ada diantara teman2 dan keponakan2 sy yang mengurus kucing dengan 'pakem' yang tidak jauh beda dengan sy (steril, vaksin, dikit2 ke dokter, pakan super premium, perabotan/mainan, vitamin, dll).
Tapi saya tidak mau MEMBERATKAN mereka untuk mengurus 8 kucing2 indoor saya. Walaupun insyaallah mereka mampu secara ekonomi dan sanggup secara hati dan fisik.
Keberatan sy bukan karena sy 'terlalu baik' atau 'berhati lembut' seperti kata salah satu onty yang sok2an menyindir saya. Ga guna, btw, menyindir saya, apalagi kalau kamu/kalian tidak hidup di rumah sy dan tidak tahu kehidupan dan penghidupan saya seperti apa.
Keberatan sy justru karena SAYA KENAL KUCING2 SY, dengan baik. Sy tahu apa yang mereka suka/tidak suka, dan apa yang menyamankan mereka sampai mereka tenang dan betah di rumah sy.
Kidcat: Jangan coba2 mengkandangkan Kidcat, apapun alasannya, karena dia bisa lolos. Sy pun ga bisa mikir gimana kalau *mitamit* dia sampai sakit dan harus ranap, gimana caranya mengkandangkan dia. Apalagi dia sudah 6 tahun, semakin tua dia akan semakin manja. Pun dia tidak bisa model dikasih makan langsung 1 mangkok sehari - yang ada judulnya semua dihabiskan saat itu juga dan akan dimuntahkan lagi. Also dia anxiety tinggi, kalau anxious terus muntah2.
Smartees: Every stranger is Stranger Danger! Bahkan pembantu yang tiap hari datang, pun. Jangan harap bisa menemukan/melihat Smartees sekalipun kalau dia tidak percaya sama kamu. Tetangga sebelah rumah pun jarang melihat Smartees.
Tokyo: PTSD takut dibuang. Kisah Tokyo sudah banyak sy posting. Tokyo butuh 1 tahun untuk akhirnya percaya sama sy dan mau dipegang2. Sy yakin dia tidak akan bisa langsung akrab dengan orang baru.
Espresso: Ya... berhubung dia sudah 14 tahun dan penyakitan, sy cuma basa-basi menyebutkan dia, karena insyaallah by the time saya berpulang, Espresso sudah duluan.
Tinney & Winnie: Kucing 'milik' nyokap. Dua2nya EGC dan tidak boleh makan ikan sama sekali.
Beedy: Mungkin yang paling bisa di adopsi orang lain adalah Beedy, yang friendly, easygoing, dan oyen. Tapi Beedy banyak tidbits yang harus diperhatikan, mis: suka makan karet gelang, tali2 mainan, bola kain, dll.
Jadi saya memasukkan kucing2 sy di SURAT WASIAT saya.
Dalam surat wasiat, saya meminta agar kucing2 saya yang tersebut di atas - jika mereka masih hidup saat saya meninggalkan dunia ini - untuk ditidurkan saja, alias di euthanasia.
Kenapa?
Karena mereka tidak akan bisa dirawat oleh orang lain tanpa berujung mereka - kucing2nya - yang menderita. Dan sy definitely TIDAK MAU mereka dibuang ke shelter. Sumpe kalau anak2 sy sampai dibuang ke shelter, gw bangun lagi dari kubur & obrak-abrik yang ngirim ke shelter.
Jadi dalam surat wasiat sy, selain sy minta mereka di euthanasia, sy meminta salah satu sahabat dan keponakan untuk bertanggung jawab atas permohonan sy tersebut.
Sy secara pribadi juga mengeraskan hati untuk tidak mengadopsi kucing2 baru (dan muda), karena sy tidak mau jumawa mengharap hidup dan income sy akan panjang. Pengalaman dan kehilangan2 (utamanya) selama pandemi kemarin mengingatkan sy bahwa nyawa sy (dan rejeki) tidak bisa 100% dijamin.
Plis ga usah komen kalau cuma bawa2 filosofi, apalagi bawa2 agama. Agama tidak ada yang menyebut2 soal covid, TAPI semua agama SELALU mengingatkan kita akan kematian. KITA yang harus berpemikiran untuk mengingat APA (dan siapa) YANG KITA TINGGALKAN setelah kita meninggalkan dunia. Kita yang harus MEMIKIRKAN mereka yang akan kita tinggal, utamanya yang tidak bisa menolong diri sendiri di tengah2 manusia yang sibuk dengan egonya masing2.
foto: Taglia, anak gadis buntut irit yang masih mencari pawrent(s) baru. Taglia bulan Desember ini berusia 1 tahun, vaksin F4, sudah steril. Kalau ada onty/ongkel yang kepingin jadi pawrent(s)-nya Taglia dan merasa memenuhi syarat (Pro steril, pro vaksin, pro dokter hewan, berpenghasilan tetap, rumah sendiri, bersedia tanda tangan surat adopsi bermaterai), dan berdomisili seputaran TangSel, silahkan inbox meowmmy, yaks! Taglia akan bahagia di rumah yang kucingnya sedikit, hoomannya banyak, dan mau kasih dia makan ikan kukus/rebus dan wf, df hanya buat cemilan. ;p
Tumblr media
1 note · View note
azzahrastraw · 6 months
Text
Peran Penting Alat-Alat Medis: di Lingkungan Rumah Sakit
Tumblr media
Rumah sakit merupakan lembaga kesehatan yang memainkan peran krusial dalam menyediakan pelayanan medis bagi masyarakat. Kesuksesan pelayanan tersebut tidak terlepas dari peran alat-alat medis yang mendukung proses diagnostik, pengobatan, dan perawatan pasien. Artikel ini akan membahas Peran Penting Alat-Alat Medis.
1. Mesin MRI (Magnetic Resonance Imaging): Mesin MRI merupakan salah satu alat diagnostik paling penting dalam dunia medis. Dengan menggunakan gelombang magnet dan radiofrekuensi, MRI menghasilkan gambar tubuh manusia secara detail. Hal ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan, termasuk cedera otak, tumor, dan masalah jantung.
2. CT Scanner (Computed Tomography): CT scanner menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar potongan-potongan tubuh yang sangat detail. Alat ini umumnya digunakan untuk mendeteksi dan memantau perkembangan penyakit seperti kanker, penyumbatan pembuluh darah, dan cedera internal lainnya.
3. Ventilator: Ventilator adalah alat yang sangat krusial, terutama dalam merawat pasien yang mengalami kesulitan bernapas. Ventilator membantu menyediakan oksigen kepada pasien dan mengatur pernapasan mereka. Khususnya selama pandemi COVID-19, ventilator menjadi perangkat yang sangat dibutuhkan untuk pasien dengan gejala serius.
4. EKG (Elektrokardiogram): EKG digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung. Alat ini membantu dokter untuk menilai kesehatan jantung pasien, mendeteksi aritmia, dan memonitor respons terhadap pengobatan jantung.
5. Alat Monitor Pasien: Alat monitor pasien mencakup monitor detak jantung, monitor tekanan darah, dan sebagainya. Alat ini memungkinkan petugas kesehatan untuk memantau kondisi vital pasien secara terus-menerus. Perkembangan teknologi telah membawa kemajuan dalam hal portabilitas dan kemudahan penggunaan alat monitor ini.
6. Alat Pemeriksaan Darah dan Laboratorium: Alat ini melibatkan mesin analisis darah, spektrofotometer, dan alat laboratorium lainnya. Mereka memainkan peran kunci dalam mendiagnosis penyakit, memantau respons terhadap pengobatan, dan memberikan informasi vital tentang kondisi pasien.
7. Sistem Bedah Da Vinci: Teknologi bedah robotik semakin menjadi bagian integral dari prosedur bedah di rumah sakit. Sistem Bedah Da Vinci, sebagai salah satu contohnya, memungkinkan dokter untuk melakukan operasi dengan presisi tinggi melalui kontrol remote. Hal ini mengurangi risiko komplikasi dan mempercepat proses pemulihan pasien.
Kunjungi: https://primamedikatama.com/
Whatsapp: https://wa.me/6282298675016
1 note · View note