Tumgik
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Sang Ahli Kimia (The Chemist)
Ditulis oleh Komang Ayu Kumaradewi di https://mandewi.com/2018/02/09/sang-ahli-kimia-terjebak-cinta-pada-pandangan-pertama/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Blurb
Sebagai mantan agen, ia menyimpan rahasia tergelap agensi yang membuatnya menjadi incaran pemerintah Amerika. Mereka ingin ia mati. Ia hidup dalam pelarian selama hampir tiga tahun. Tak pernah menetap di tempat yang sama dan selalu bergonta-ganti nama. Satu-satunya orang yang ia percaya telah mereka bunuh.
Tetapi mereka selalu gagal membunuhnya karena ia agen terbaik di bidangnya—sang ahli kimia. Ketika seseorang menawarkan jalan keluar, ia sadar itulah kesempatannya untuk mengakhiri semua ini. Tetapi itu berarti ia harus menerima satu pekerjaan terakhir dari mantan atasannya. Dan ketika mempersiapkan diri menghadapi pertarungan terhebat dalam hidupnya, ia jatuh cinta pada pria yang membuat semuanya semakin rumit. Kini, ia terpaksa menggunakan bakat uniknya sebagai ahli kimia dengan cara yang tak pernah ia bayangkan.
Review
Menurut pengamatan sederhana terhadap film-film aksi yang saya tonton, formula puntiran yang paling umum digunakan adalah dianggap-kawan-ternyata-lawan. Seringkali yang di awal diceritakan sebagai pendukung ternyata memiliki motif tertentu dan berakhir sebagai pengkhianat.
Saya menyinggung soal film aksi di awal karena pertama, dari blurb kita tahu bahwa sang ahli kimia adalah agen rahasia. Cerita soal agen rahasia biasanya disertai dengan adegan aksi dan manipulasi. Siapa yang bisa dipercaya, siapa yang patut dipandang dengan curiga. Novel ini pun demikian. Kedua, di halaman awal tercantum bahwa buku ini dipersembahkan salah satunya untuk Jason Bourne. Begitu membaca nama Jason Bourne, langsung terbayang adegan perkelahian seru dengan aset yang memang dikirim untuk melenyapkannya, adegan kejar-kejaran di jalan raya, termasuk adegan buntut-membuntuti yang meskipun minim baku hantam namun turut memacu adrenalin.
Sang Ahli Kimia bercerita soal wanita yang saat ini menyebut dirinya Chris Taylor. Ya, saat ini. Karena sebagai agen yang sedang bersembunyi dan melarikan diri, ia kerap berganti nama untuk menghilangkan jejak. Suatu hari, atasan lamanya di departemen menghubungi Chris dan menawarkan suatu pekerjaan. Mencari seseorang—dan mengorek informasi dari—yang ditengarai berencana melakukan pembunuhan massal menggunakan senjata biologis. Sebagai imbalan, Chris akan dihapus namanya dari daftar pencarian orang dan bisa hidup bebas tanpa dikejar-kejar lagi oleh pembunuh bayaran suruhan pemerintah Amerika.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Chris menyetujui tawaran tersebut. Konflik dimulai ketika pekerjaan yang awalnya berjalan mulus ‘dikacaukan’ oleh cinta yang muncul perlahan. Chris yang terbiasa hidup/bekerja sendiri dan tidak mempunyai tanggung jawab untuk melindungi siapa pun, terpaksa memutar otak agar tugasnya memecahkan kasus sekaligus melindungi laki-laki yang disayangi berhasil dengan baik. Latar belakangnya sebagai agen rahasia membantu upaya mengurai teka teki kasus serta membangun taktik, sedangkan latar belakangnya sebagai ahli kimia berguna untuk melumpuhkan pihak-pihak yang menghalangi usahanya.
“Aku mengevaluasi semuanya berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Aku tidak bisa menghadapi hal-hal yang… berkaitan dengan perasaan.” Hal. 360
Sepanjang membaca novel ini, saya menghitung ada tiga adegan perkelahian yang menghiasi 557 halaman. Sedikit memang. Alasan utama yang dapat saya simpulkan adalah karena latar belakang tokoh utamanya. Sang ahli kimia memang seorang agen rahasia. Namun bidang pekerjaannya tidak mewajibkan ia adu jotos. Ia menguasai senjata api tetapi tidak jago berkelahi. Pekerjaannya lebih banyak di laboratorium yang penuh botol kaca dan zat berbahaya. Ia pun lebih banyak mempersenjatai dirinya dengan hal serupa. Sebagai contoh, ikat pinggang yang selalu ia pakai. Di antara rumitnya jalinan ikat pinggang tersebut, terdapat beberapa alat suntik berisi zat hasil campuran berbagai macam cairan yang akan bereaksi mematikan dalam pembuluh darah.
Meskipun minim adegan perkelahian, ketegangan berhasil dimunculkan juga melalui adegan lain seperti penyamaran untuk mengelabui musuh, interogasi menggunakan zat tertentu yang kerap membuat targetnya berteriak kesakitan, atau usaha pelarian diri dari satu kota ke kota lain.
“Apa yang akan terjadi kalau infusnya kucabut?” | “Dia akan membutuhkan minum kalau bangun nanti. Tapi jangan gunakan botol-botol air di sisi kiri kulkas mini di luar tenda. Itu semua beracun.” Hal. 129 
Secara keseluruhan, Sang Ahli Kimia aman bagi pembaca karya Stephenie Meyer yang mengaguminya karena serial Twilight. Di sini ia masih menjadi dirinya sendiri, gaya penulisannya tidak banyak berubah. Masih memanjakan penggemarnya dengan roman, detail yang sangat rapi, dan alur yang lambat. Usahanya untuk menulis cerita detektif tidak bisa dikatakan seratus persen berhasil tetapi juga tidak bisa dikategorikan gagal. Secara personal, saya ditarik oleh karakter Kevin sang ‘pembuat onar’ yang justru membuat novel jadi terasa hidup.
Judul : Sang Ahli Kimia (The Chemist) | Penulis : Stephenie Meyer | ISBN : 978-602-03-7787-2 | Tebal : 560 Halaman | Terbit : 2 Januari 2018
30 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Selasa Bersama Morrie
Ditulis oleh  Fitra Aulianty di http://mydreamlandstories.blogspot.co.id/2018/01/review-selasa-bersama-morrie.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Blurb
Bagi kita mungkin ia sosok orangtua, guru, atau teman sejawat. Seseorang yang lebih berumur, sabar, dan arif, yang memahami kita sebagai orang muda penuh gelora, yang membantu kita memandang dunia sebagai tempat yang lebih indah, dan memberitahu kita cara terbaik untuk mengarunginya. Bagi Mitch Albom, orang itu adalah Morrie Schwartz, seorang mahaguru yang pernah menjadi dosennya hampir dua puluh tahun yang lampau. Barangkali, seperti Mitch, kita kehilangan kontak dengan sang guru sejalan dengan berlalunya waktu, banyaknya kesibukan, dan semakin dinginnya hubungan sesama manusia. Tidakkah kita ingin bertemu dengannya lagi untuk mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan besar yang masih menghantui kita, dan menimba kearifan guna menghadapi hari-hari sibuk kita dengan cara seperti ketika kita masih muda? Bagi Mitch Albom, kesempatan kedua itu ada karena suatu keajaiban telah mempertemukannya kembali dengan Morrie pada bulan-bulan terakhir hidupnya. Keakraban yang segera hidup kembali di antara guru dan murid itu sekaligus menjadi sebuah “kuliah” akhir: kuliah tentang cara menjalani hidup. Selasa Bersama Morrie menghadirkan sebuah laporan terperinci yang luar biasa seputar kebersamaan mereka. "Morrie tahu ia jadi korban nasib yang tak ada alasannya. Yang menarik ialah bahwa ia tak memilih untuk menjadi marah dan membuat orang lain jadi korban. Harapan, baginya, ialah ketika ia memberi. Mungkin dengan sedih dan getir dan rapuh. Tapi akhirnya ia memberitahu kita: tetap saja ada orang yang berbuat baik, juga dalam kekalahannya. Bukankah itu juga harapan?" —Goenawan Mohamad dalam "Harapan", Catatan Pinggir, Tempo Review
Setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tak seorang pun percaya bahwa itu bisa terjadi pada mereka dalam waktu dekat. – hlm 85 
Morrie Schwartz, seorang dosen mata kuliah Psikologi Sosial, didiagnosa menderita ALS. Penyakit itu menyerang otot-ototnya dan melemahkan fisik Morrie. Awalnya ia merasa begitu terkejutnya, terutama ketika ia tidak bisa berdansa lagi dan tidak pula bisa melakukan segala hal secara mandiri. Tapi ketika suatu hari ia menyadari dunia tetap bergerak bahkan ketika ia merasa jatuh, akhirnya Morrie berpikir apa yang harus ia lakukan untuk hidupnya itu? Sementara di sisi lain, Mitch Albom--penulis--berkutat dengan pekerjaannya di surat kabar dan majalah olahraga. Ia terlalu sibuk dan sama sekali tidak tahu kalau dosen kesayangannya sedang diambang batas hidupnya. Hingga ketika ia mendengar nama Morrie disebut di televisi, barulah Mitch mengunjungi dosennya itu lagi. Sejak saat itu, setiap Selasa kedua orang yang sudah lama putus hubungan itu saling bertemu untuk membicarakan banyak hal dan mengerjakan sebuah proyek besar. 
“Mitch, aku tidak membiarkan diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri. Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu.” – hlm 61 
Saya penasaran untuk membaca buku ini karena sudah membaca dua buku dari penulis. Penulis selalu membuat karya-karya yang menyentuh dengan kejadian-kejadian yang sepertinya diambil dari dunia nyata. Setelah membaca buku ini, saya seperti diajak berkenalan langsung dengan latar belakang tulisan-tulisan yang dihasilkan penulis. Bagaimana pengaruh seorang guru begitu membawa perubahan besar untuk kehidupannya. Penulis sepertinya menulis untuk berbagi. Dan ini sangat terlihat di buku ini.
Ya, kataku, tapi kalau penuaan begitu berharga, mengapa orang selalu berkata, “Ah, kalau saja aku muda lagi.” Kita tidak pernah mendengar komentar, “Kalau saja umurku enam puluh lima tahun.” Ia tersenyum. “Tahukah kau yang tercermin dari situ? Banyak orang merasa hidup ini tidak memuaskan, ada keinginan yang tidak terpenuhi. Hidup terasa tidak bermakna. Karena kalau kita telah menemukan makna hidup, kita tidak ingin kembali...” – hlm 126
Buku ini diambil dari kisah nyata dan rekaman-rekaman yang ditinggalkan Morrie untuk penulis. Ditulis dengan gaya bahasa fiksi dan ini nyaman sekali dibaca. Meskipun tetap seperti dua buku yang saya baca sebelumnya-- The Time Keeper dan Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto--saya membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan buku ini.
Ia ingin sekali membuktikan bahwa kata “sekarat” tidak sinonim dengan “tidak berguna”. – hlm 12 
Saya iri sekali dengan Morrie yang memiliki semangat tinggi. Bahkan ketika ia tahu ia sakit, Morrie tetap berpikir apa yang harusnya ia lakukan? Bukannya menangisi sakit yang dideritanya. Morrie malah membuat suatu 'pemakaman' untuk dirinya sendiri, yaitu dengan bertemu kenalan-kenalannya dan menyampaikan uneg-uneg apa pun yang ingin mereka sampaikan padanya. Lalu Morrie juga membagikan isi pikirannya pada tulisan. Itu membuat seorang kenalannya mempertemukan Morrie dengan pihak televisi dan menjadi awal mula pertemuannya kembali dengan Mitch. 
Kadang-kadang kita tak boleh percaya kepada yang kita lihat, kita harus percaya kepada yang kita rasakan. Dan jika kita ingin orang lain percaya kepada kita, kita harus merasa bahwa kita dapat memercayai mereka juga—bahkan meskipun kita sedang dalam kegelapan. Bahkan ketika kita sedang jatuh. – hlm 65 
Bagian favorit saya ada di halaman 110, tentang mematikan perasaan. Menurut Morrie sebaiknya orang-orang menerima apa pun perasaan yang mereka dapatkan dengan sepenuh hati, lalu pada saat yang tepat mematikan perasaan tersebut.
"... Apabila kita menahan emosi-emosi itu--apabila kita tidak membiarkan diri mengalaminya--kita tidak pernah mematikan rasa, kita terlalu sibuk menghadapi rasa takut. Kita takut mengalami rasa nyeri, kita takut mengalami rasa sedih. Kita takut mengalami penderitaan akibat cinta. "Tapi dengan membiarkan diri mengalami emosi-emosi ini. dengan membiarkan diri terjun ke dalamnya, sampai sejauh-jauhnya, kita akan mengalami secara penuh dan utuh. Kita tahu arti sakit. Kita tahu arti cinta. Kita tahu arti sedih. Dan hanya ketika kita mengatakan, 'Baiklah. Aku telah mengalami emosi itu. Aku kenal betul emosi itu. Sekarang aku perlu mematikan perasaan dari emosi itu untuk sementara.'" -- hlm 110 
Secara umum, buku ini cocok untuk pembaca yang sedang mencari jati dirinya. Kutipan:
“Kita harus mencari apa pun yang baik, benar, dan indah dalam masa hidup yang sedang kita jalani. Memandang ke belakang membuat kita seperti sedang berlomba. Padahal usia bukan sesuatu yang dapat diperlombakan.” – hlm 128
“Mitch, kalau kau berusaha memamerkan prestasimu kepada kalangan atas agar kau diterima oleh mereka, upayamu akan gagal. Meskipun sesekali mereka akan menengokmu ke bawah. Dan jika kau berusaha memamerkan keberhasilanmu kepada mereka yang kurang beruntung agar kau diakui oleh mereka, kau juga akan gagal. Mereka hanya akan iri kepadamu....” – hlm 135
“Aku sedang bercakap-cakap denganmu. Maka aku berpikir tentangmu.” – hlm 144
Mereka bahkan tidak mengenal diri sendiri—maka bagaimana mungkin mereka mengenal orang yang mereka nikahi? – hlm 157
“Kematian mengakhiri hidup, tetapi tidak mengakhiri suatu hubungan.” – hlm 186
Judul : Selasa Bersama Morrie  | Penulis : Mitch Albom | ISBN : 978-602-03-3457-8 | Tebal : 210 Halaman | Terbit : 1 Oktober 2016
43 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: The Hate U Give
Ditulis oleh Yoeni Safitri di https://www.facebook.com/notes/yoeni-syafitri-sekar-ayoe/resensi-novel-the-hate-you-give-by-angie-thomas/10208726174152204/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
“Itu sebabnya orang-orang bicara, kan? Karena keadaan tidak akan berubah kalau kita tidak mengatakan apa-apa?”
Sinopsis
Starr Carter, gadis kulit hitam berusia enam belas tahun, hidup di antara dua dunia berbeda. Lingkungan kumuh tempatnya lahir lalu tumbuh besar, dan SMA bergengsi di pinggiran kota tempatnya bersekolah. Keseimbangan dua dunia yang mati-matian ia jaga itu hancur berantakan ketika Starr menjadi satu-satunya saksi dari tragedi penembakan sahabatnya, Khalil, oleh seorang polisi. Padahal saat itu Khalil tidak bersenjata.
Segera saja tewasnya Khalil jadi tajuk berita utama. Mereka menyebut pemuda itu preman, pengedar narkoba, bahkan anggota geng. Demo besar-besaran memenuhi jalanan atas nama Khalil. Semua orang ingin tahu, apa yang sebetulnya terjadi saat Khalil terbunuh.
Satu-satunya yang bisa menjawab adalah Starr. Yang akan ia katakan, bukan hanya bisa menghancurkan lingkungannya. Kemungkinan besar, itu bisa membuatnya terbunuh.
Review
The Hate You Give adalah novel debut Angie Thomas, pemenang Goodreads Choice Awards 2017 for Young Adult Fiction and Debut Author. Novel ini menceritakan Starr Carter, gadis kulit hitam berusia 16 tahun yang hidup di dua dunia berbeda. Ia tinggal di kawasan kumuh milik orang-orang kulit hitam di mana penembakan dan kerusuhan geng sering terjadi bernama Garden Heights, dan bersekolah di Williamson yang keren dan aman, tempat mayoritas orang-orang kulit putih tinggal.
Starr mati-matian menjaga keseimbangan dua dunia itu, yakni menjalani kehidupan normal sebagai cewek normal di Williamson, tidak suka ribut, dan bersikap sangat hati-hati agar tidak memberi alasan bagi siapa pun untuk menjulukinya ghetto. Namun, segalanya hancur berantakan saat ia melihat sahabatnya dibunuh. Starr sedang berkendara dengan Khalil, sahabat masa kecilnya, saat polisi menghentikan mobil mereka. Saat itu Khalil tidak melakukan kesalahan apa-apa dan tidak bersenjata, tapi polisi kulit putih itu menembaknya sesaat setelah memaksa Khalil keluar dari mobilnya. Segera saja tewasnya Khalil menjadi tajuk berita utama di berbagai media, dan orang-orang protes meminta polisi kulit putih itu diadili.
Hanya Starr satu-satunya saksi di malam penembakan itu. Mampukah Ia bicara untuk membersihkan nama Khalil yang seolah nyawanya tidak berharga karena terlanjur dicap preman dan pengedar narkoba? Bisakah Ia melawan rasa takutnya saat Ia tahu bahwa kesaksiannya bisa saja membahayakan keluarganya, lingkungannya, dan hidupnya? Apa yang akan Starr lakukan?
Aku sudah melihatnya terjadi berulang kali: seorang kulit hitam terbunuh hanya karena berkulit hitam, dan kekacauan merajalela. Aku pernah menulis tagar RIP, membagikan ulang foto-foto di Tumblr, dan menandatangi setiap petisi yang beredar. Aku selalu bilang kalau sampai melihat hal itu menimpa seseorang, aku akan bersuara paling lantang, memastikan dunia tahu apa yang telah terjadi. Sekarang aku menjadi orang itu, dan aku terlalu takut untuk bicara. (hlm. 42)
Ini dia satu lagi novel keren yang sarat pesan tapi tidak membosankan. The Hate You Give mengangkat isu sensitif perbedaan ras dan warna kulit yang mengakibatkan perbedaan perlakuan di kalangan kaum minoritas. Meskipun banyak berisi narasi serius tentang perjuangan kaum kulit hitam melawan diskriminasi, Starr dengan karakternya yang lucu, menyenangkan, dan spontan mampu membuat novel ini begitu enak dibaca dan bikin ketagihan.
Yang paling menarik dari novel ini adalah bagaimana Angie Thomas menciptakan dua suara pada diri Starr. Seolah Starr punya tombol tentang kapan dia harus menjadi Starr dari Garden Heights dan kapan harus jadi Starr dari Williamson. Pergulatan batin Starr untuk bertahan dalam dua dunia itu buat saya amat sangat menyentuh dan bikin nangis.
Saat itulah aku menyadari Williamson dan Garden Heights adalah dua dunia berbeda, dan aku harus memastikan keduanya terpisah. (hlm. 43)
Ya Tuhan, Menjadi dua orang yang berbeda sungguh melelahkan. Aku mengajari diriku untuk berbicara dengan dua suara berbeda dan hanya mengatakan hal-hal tertentu saat bersama orang-orang tertentu. (hlm. 320)
Ada banyak pesan menyentuh yang disampaikan Angie dalam buku ini. Salah satunya adalah saat ibunda Starr, Momma, meminta Starr tetap tegar sepeninggalan Khalil. Nasehat ini juga berguna bagi kita yang pernah ditinggal oleh orang yang kita sayang.
“Maksudku jangan terlalu keras terhadap dirimu soal itu. Berdukalah untuk Khalil sepuasmu. Rindukan dia, izinkan dirimu merindukan apa yang seharusnya bisa terjadi, biarkan perasaanmu bebas merdeka. Tapi seperti kubilang, jangan berhenti hidup. Oke?”(Momma, hlm. 279-280)
Well, The Hate You Give jelas merupakan novel masterpiece yang menggugah perasaan dan relevan dengan kenyataan. Ini adalah kisah tentang cinta dan harapan yang membuat kita menyadari pentingnya menghargai perbedaan. Bahwa prasangka yang tak berdasar bisa menimbulkan riak-riak kebencian yang merugikan orang lain. Bahwa setiap orang, tidak peduli apapun warna kulitnya berhak atas kebebasan, keadilan, dan persamaan seutuhnya dengan cara apapun yang dibutuhkan. Read it, because it is really a damn good book. Two thumbs up!
Orang-orang seperti kami dalam situasi seperti ini selalu menjadi tagar, tapi jarang mendapatkan keadilan. Namun kurasa kami semua menantikan momen itu, momen ketika semua berakhir dengan benar. (hlm. 67)
Kadang-kadang kita melakukan semuanya dengan benar tapi tetap saja ada masalah. Kuncinya adalah jangan pernah berhenti berbuat benar. (hlm. 167-168)
Judul : The Hate U Give | Penulis : Angie Thomas | ISBN : 978-602-03-8130-5 | Tebal : 488 Halaman | Terbit : 29 Januari 2018
34 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Metropop - Resign!
Ditulis oleh Abduraafi di http://www.bibliough.com/2018/01/resign24.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Sebuah artikel menjelaskan bagaimana mengundurkan diri dari pekerjaan tanpa menimbulkan permusuhan. Cara pertama yang dijabarkan adalah memastikan bahwa atasan atau bosmu tahu tentang informasi pengunduran diri tersebut. Jangan sampai kamu membeberkan keinginanmu kepada rekan kerja. Hal tersebut membuka peluang siapa pun tahu bahwa kamu akan melakukan resign. Cara berikutnya yang menarik perhatianku adalah berjaga-jaga bila tempat kerja barumu tidak nyaman dan kamu mungkin akan kembali ke tempat kerja sebelumnya. Memang tidak semua perusahaan akan bisa menerima karyawan yang sudah resign. Namun, bila kamu memiliki hubungan yang baik dengan tempat kerja lamamu, apa saja bisa terjadi termasuk kembali lagi ke kantor lama. Jadi, jangan menyumpahi lebih-lebih "meludahi" kantor lamamu. Kamu bisa membaca artikel lengkapnya di sini. Nah, mungkin info di atas berguna karena pada buku berjudul "Resign!" yang akan kuulas berikut tidak memberikan informasi cara mengundurkan diri yang baik dari kantor. Tentulah beberapa orang yang tahu buku ini berharap dapat mendapatkan informasi tersebut dari buku ini karena jelas-jelas judulnya adalah "Resign!". Buku ini adalah fiksi bergenre Metropop yang menceritakan karyawan yang ingin mengunduran diri namun selalu ada rintangan untuk melakukannya. Karya Almira Bastari yang merupakan jebolan Wattpad bisa dibilang amat populer. Buktinya terlihat dari antusiasme buku ini pada saat pre-order. Menurut sumber terpercaya, 800 buku habis saat PO dan dilakukan sesi berikutnya dan 800 buku lagi ludes. Betapa banyak yang menginginkannya. Semoga tiada satu pun dari 1.600 pemesan itu yang beranggapan akan dapatkan tip dan trik mengundurkan diri dari kantor melalui "Resign!". Semoga.
Alranita sudah tidak tahan dengan atasannya, Tigran. Kali ini, ia sudah melakukan revisi kesepuluh kalinya dan masih belum diasese. Wanita itu heran karena walaupun belum senior, dirinya yang paling lama berada dalam satu tim dengan Tigran—hampir dua tahun. Namun, bukannya semakin akur, Alranita merasa semakin tidak seiring-sejalan dengan bosnya. Akhir-akhir ini, ia sudah menyebar CV ke berbagai perusahan. Namun, keberuntungan belum didapatnya. Bagaimana caranya untuk segera hengkang dari kantor itu? Yang bikin Alranita semakin heran, beberapa rekan satu timnya juga merasa tidak sreg dengan sang bos. Mereka yang menyebut diri mereka sebagai cungpret alias kacung kampret terbiasa saling curhat tentang kegilaan dan keajaiban si bos. Teman-teman satu tim Alranita, Mbak Karen dan Mas Andre baru beberapa bulan berada di perusahaan itu namun sudah merasa gerah. Teman satu lagi yang tidak satu tim dengan Alranita, Carlo, juga merasa tidak kerasan walaupun tidak dibawahi langsung oleh Tigran. Mereka berempat malah membuat taruhan. Siapa yang paling cepat mengundurkan diri akan mentraktir para cungpret lain di restoran dengan harga yang biasa saja. Dan siapa yang paling lama resign akan mentraktir di restoran bintang lima. Hal itu dilakukan agar para cungpret termotivasi untuk segera resign. Balapan resign dimulai! *** Pada ulasan novel Metropop pertama yang kubaca—"Black."—aku bilang menghindar dengan novel-novel bergenre ini. Aku bilang: Sejauh pemahamanku, novel berlabel Metropop memiliki ciri-ciri kehidupan perkotaan yang khayali dengan tokoh-tokoh yang sempurna. And … people change, right? Sekarang aku harus menelan air liurku sendiri karena "Resign!" adalah novel Metropop ketiga yang kubaca dan aku menikmati ketiga-tiganya (Metropop kedua yang kubaca adalah "Three Sisters" karya Seplia). Pria superganteng dan superkaya, memang. Wanita cantik nan hobi belanja dan jalan-jalan di pusat perbelanjaan, kurang-lebih. Alur ceritanya paling-paling tentang ganjalan pernikahan atau kawin kontrak dengan bumbu drama ala sinetron, yah … tidak semua. Mungkin ini karma karena aku yang begitu meremehkan berubah menjadi menyanjung. Atau ini perkara semesta yang berkonspirasi memilihkanku novel Metropop yang "memang" bagus. Aku suka dengan interaksi tokoh-tokoh di dalamnya. Terutama antara Alranita dan bosnya, Tigran. Keduanya seperti memiliki love-hate relationship. Tigran yang terlihat terlalu menyiksa dan begitu semena-mena pada Alranita dan Alranita yang bermuka dua; amat baik dan sopan di depan bos namun selalu membicarakannya saat tidak bersama dengan bos. Yah, memang tipikal hubungan karyawan dan bos seperti biasa sih, tapi hubungan Alranita dan Tigran amat menyenangkan untuk diikuti. Selain itu, interaksi antarpara cungpret juga konyol. Sungguh, mereka bukan karyawan teladan. Mereka saling beradu alasan untuk bisa izin tidak masuk kantor—yang sebenarnya adalah mereka melakukan wawancara kerja di kantor lain. Para cungpret juga saling tuduh MT alias Makan Teman karena telah melangkahi satu sama lain. Sungguh konyol dan tidak patut dicontoh.
Gaya penceritaan yang ringan dan mudah diikuti menjadi alasan menariknya buku ini. Ditambah lagi tema karyawan kantoran yang tidak betah ngantor begitu dekat dengan pembaca dewasa yang sudah bekerja—dan sepertinya tema itu jarang diangkat. Pendeskripsian latar dengan menyebutkan tempat-tempat menarik menjadi nilai plus lainnya. Ada tiga daerah yang menjadi latar buku ini: Jakarta, Bali, dan Langkawi. Saat cerita masuk ke latar Langkawi, aku sekonyong-konyong ingin tahu tentang daerah wisata yang jarang disebut itu. Entah penulis memang sudah pernah berkunjung ke Langkawi atau melakukan riset dengan begitu jeli. Penambahan humor garing-tapi-renyah juga menyegarkan. Aku sempat membaca bagian menuju akhir buku ini di kereta. Sialnya, bagian tersebut banyak adegan konyol dan membuatku tertawa sampai dilirik para penumpang lain. Sial. Kembali lagi ke tema resign, kamu akan kecewa bila mencari-cari hal seperti yang ditanyakan pada paragraf pertama di atas. Buku ini tidak benar-benar memberikan jalan keluar bagaimana cara mengundurkan diri dari pekerjaannya. Buku ini tidak berisi referensi tentang teori dan praktik bagaimana resign yang baik dan benar. Melalui para cungpret, buku ini memberikan inspirasi alasan-alasan izin tidak masuk kantor untuk melakukan wawancara pekerjaan. Sungguh, setelah baca buku ini, kamu akan tergerak hatinya untuk mengikuti tingkah laku tidak-patut-dicontoh para cungpret; dari bergosip dan berkonspirasi sampai taruhan. Sisi positifnya? Yah, kamu bisa tertawa bersama buku ini. Oh ya, aku singgung sedikit tentang buku ini yang dari Wattpad. Wahai para penerbit, beginilah seharusnya naskah-naskah bagus yang berasal dari Wattpad dikurasi. Buku ini brilian. Pembaca tidak akan sadar buku ini jebolan Wattpad. Walaupun masih ada saltik yang untungnya bisa dilupakan dengan kisah yang lucu dan segar, buku ini disunting secara baik dan saksama. Aku tidak akan membandingkan dengan novel-novel jebolan Wattpad lain (tentu saja, aku tidak pernah membaca satu pun), tapi aku bisa bilang, bahwa cerita di buku ini berkualitas dan patut diacungi jempol. Bacalah, wahai pembaca. Dan tirulah, wahai para penerbit. Akhirnya, menurutku ada tiga kata yang merepresentasikan buku ini: ringan, konyol, dan segar. Plot yang diusung sebenarnya sederhana dan mungkin sudah pernah ada, tapi gaya ceritanyalah yang bikin pembaca—aku—merasuk ke dalam cerita. Sebagai penekanan lagi: buku ini tidak berisi cara mengundurkan diri dari tempat kerja, tetapi cara bergosip yang berkelas. Sungguh aku ada keinginan untuk baca ulang. Salam Cungpret!
Judul : Metropop - Resign! | Penulis : Almira Bastari | ISBN : 978-602-03-8071-1 | Tebal : 288 Halaman | Terbit : 29 Januari 2018
22 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Young Adult - Seventeen Once Again
Ditulis oleh Dhila di https://perpustakaandhila.wordpress.com/2017/12/14/resensi-buku-seventeen-once-again-tentang-ingatan-yang-ingin-kaulupakan/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
“Ketika para penggila traveling selalu mengatakan bahwa hidup adalah serangkaian perjalanan, bagiku hidup justru sekelumit pelarian.” (Halaman 9)
Blurb
Raka akhirnya membalas perasaan Briana. Ya, Raka, ketua OSIS yang digandrungi banyak siswi di sekolah. Raka yang juga pacar Tara, sahabat baiknya. Eh, bukankah itu artinya Briana merebut pacar sahabatnya sendiri? Ah, entahlah! Saat study tour, Raka berjanji akan membuat hubungan mereka jelas.
Sayangnya, saat semua akan terjawab, Briana mengalami kecelakaan di India. Sejak kecelakaan itu Briana sulit mengingat hal-hal yang terjadi. Lebih menyebalkan lagi, Mama malah memindahkannya ke Bandung—jauh dari Raka, Tara, dan teman-teman dekatnya.
Selain itu, di sekolah barunya Briana dihadapkan pada drama yang menyebalkan. Ben—ketua klub penyiaran—ngotot merekrut Briana jadi anggota! Di sisi lain, Alisha—cewek sok berkuasa—memintanya untuk menjauhi Ben!
Seolah semuanya belum cukup, Briana mulai merasakan keganjilan pada hidupnya. Kenapa keberadaan Raka misterius? Kenapa teman-teman Briana tidak menghubungi lagi? Dan… benarkah Briana berusia tujuh belas tahun?
*
Novel bergenre young adult terbitan Gramedia Pustaka Utama ini berkisah tentang Briana, seorang gadis yang mengalami kecelakaan saat berada di India. Saat terbangun dia lupa alasan ia berada di India. Ingatan terakhirnya adalah saat ia sedang bersiap mengikuti study tour yang diadakan sekolahnya. Nah lho. Setelah perawatan selama beberapa waktu, mama dan abangnya membawa Briana kembali ke Indonesia.
Sayangnya, Briana tidak pulang ke rumahnya di Jakarta melainkan menuju Bandung. Anehnya lagi, ia harus pindah ke sekolah baru di Bandung. Ada apa, ya, kira-kira? Tak sampai di situ, Briana heran, karena tak ada kabar dari Raka dan teman-teman dekat Briana yang lain. Ia pun merasa ada yang disembunyikan oleh orang tua dan kakaknya.
Di sekolah baru, Briana bertemu dengan lingkungan yang benar-benar baru dan kehidupan anak SMA yang beda dengan kehidupan SMA-nya sebelumnya. Siswa-siswa di sekolahnya sebagian besar dari kalangan elit. Ia bertemu dengan cewek kaya tukang tindas, teman sebangku yang berkhianat, dan Ben, ketua klub penyiaran yang ngotot mengajaknya bergabung.
Juga ada Pak Bastian, lelaki yang ia temui di pesawat saat perjalanan dari India menuju Indonesia, yang ternyata adalah guru di sekolah barunya. Mereka bahkan bertukar rahasia kecil di sekolah.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi pada Briana sebelum kecelakaan di India tersebut?
*
“Tidak ada yang memaksaku melarikan diri. Namun, aku tahu sebagian orang itu menginginkanku pergi dari hidup mereka. Menyadari keberadaanku hanya membuat senyum mereka lenyap, memaksaku untuk pergi sejauh mungkin.” (Halaman 9) 
Seventeen Once Again adalah karya Handi Namire yang merupakan Juara 2 Gramedia Writing Project Batch 3. Novel ini ringan, menghibur, juga menyajikan ide yang fresh khususnya untuk pembaca novel remaja yang bosan dengan tema yang itu-itu saja. Meski karakter-karakter yang pembaca temukan hampir sering ditemukan di novel bertema remaja lainnya, tetapi buat saya justru itu ril. Ada orang kaya tukang risak, ada ketua organisasi ganteng, ada guru muda ganteng dan pengertian, ada teman yang berkhianat, ada sahabat yang punya pacar ganteng, dsb. Karakter-karakter tersebut pasti pernah kalian temukan di dunia nyata ‘kan?
Novel setebal 288 halaman ini memiliki alur maju-mundur, tetapi pembaca tidak akan dibuat bingung sebab setiap berpindah penulis memberikan keterangan tanggal dan tahun pada judul bagiannya. Bahasanya pun sesuai dengan latar dan usia karakter-karakternya. Membaca buku ini juga pembaca akan sedikit tahu tentang penyiaran, tentang desain interior, dan apa itu post-traumatic amnesia.
Sayangnya ada beberapa hal yang membuat saya sedikit gemas. Beberapa logika cerita yang bolong. Misalnya, meski penulis member keterangan waktu pada judul bagian cerita, mengapa dalam cerita itu sendiri tidak ada penyebutan tanggal dan tahun. Bukannya itu terkesan aneh? Belum lagi perubahan fisik dan karakter tokoh yang pastinya berbeda, tetapi tidak dijelaskan oleh penulis. Ada beberapa hal lain lagi sebenarnya, tetapi demi agar tidak menjadi spoiler bagi pembaca yang belum membaca bukunya, tidak saya tuliskan di sini.
Terlepas dari kekurangan buku ini, kalian masih bisa menikmatinya kok. Beberapa hal ditulis mungkin memang untuk mendukung ceritanya tanpa perlu dipertanyakan kembali. Hehe. Karakter favorit saya selain Ben tentunya adalah second male dalam cerita ini: Pak Bastian. Hahah. Karakter paling saya benci adalah Raka. Meski Raka ini … ya begitulah—kalau saya ceritakan jadinya spoiler! Sayangnya juga, karakter Andra tidak terlalu dieksplor.
Nah, kalau kalian butuh bacaan dengan tema remaja menuju dewasa muda, buku ini bisa jadi pilihan. Kalau kalian butuh bacaan ringan untuk mengisi liburan akhir tahun, segera masukkan buku ini dalam daftar belanjamu. Jika kalian bermaksud mengikuti kontes GWP selanjutnya, mungkin buku ini bisa jadi referensi tentang karya seperti apa yang disukai juri.
Judul : Young Adult - Seventeen Once Again | Penulis : Handi Namire | ISBN : 978-602-03-7819-0 | Tebal : 288 Halaman | Terbit : 4 Desember 2017
10 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Nokturnal Melankolia
Ditulis oleh VM Widjaja  di https://vmwidjaja.wordpress.com/2017/12/13/resensi-antalogi-cerpen-nokturnal-melankolia/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Siapa yang tak pernah didera rasa kecewa? Setiap dari kita pasti pernah mengalaminya. Entah karena rasa minder akan penampilan diri, kalahnya pasangan gubernur pilihan pada Pilkada DKI, ataupun matinya seekor hewan yang disayangi. Kecewa telah menjadi bagian dari keseharian. Namun, sering kali kita menutupinya dengan seuntai senyum. Membiarkan semua mengendap dalam benak hingga sewaktu-waktu endapan itu meledak tanpa isyarat.
Namun,  Angelina Enny tak segan-segan untuk menyuarakan kegelisahan yang dialami setiap karakter dalam ceritanya. Pergumulan yang bisa jadi tengah kita alami dan seringkali memenuhi benak tatkala malam tiba. Kita pun kerap didera insomnia. Nokturnal Melankolia.
Salah satu cerita dalam kumpulan cerpen ini berjudul La Jolie Chat. Adegan demi adegan dibangun secara cerkas oleh Enny  untuk menggambarkan keminderan Madam Jeanette-Ludy akan penampilannya. Seperti ketika ia meminta Remy, seorang pelukis jalanan yang tengah ia gandrungi, melukis kucing kesayangannya, Coco.
“Dia kesepian karena tidak ada betina yang menginginkannya,” kata Madamme Jeanette-Ludy sedih. Entah ia sedih atas empatinya terhadap Coco atau karena kisah Coco yang dibuat alasan untuk menggambarkan dirinya. Berbeda dengan Catherine yang mudah berkencan dengan lelaki, Madam Jeanette-Ludy tidak berkencan sejak suaminya minggat setahun lalu. Ia tidak begitu percaya diri dengan tubuhnya yang tidak semolek Catherine.. .”  (Hal. 25)
Sedangkan dalam Betina, Enny seperti mengajak kita untuk mengenang mantan Gubernur DKI yang telah banyak berjasa dalam memperbaiki Ibukota ini. Kali Angke dipilih Enny untuk menjadi latar cerita tersebut.
“Baru beberapa tahun terakhir, kali Angke* menjadi bersih kembali berkat kerja sepasukan prajurit berpakaian oranye atas perintah seorang raja kota. Kali yang biasanya meluap di musim hujan sehingga menggenangi rumah-rumah warga, sekarang sudah jinak. Raja kota itu menjinakkanya, padahal, kali itu bertahun-tahun menyimpan dendam leluhurnya. Ya, sang raja adalah seorang Cina. Tetapi tidak, ia tidak membalaskan dendam leluhurnya yang terkubur utuh di dasar kali Angke.” (Hal. 105-106)
*Menurut sejarah, kali Angke adalah bekas pembuangan jenazah orang-orang Tionghoa yang dibantai pada jaman pemerintahan Belanda.
Dan jika kita merasa jenuh dengan suasana kehidupan urban, Enny mengajak kita untuk ‘bertamasya’ ke pedalaman Sumatera, di mana kepercayaan kepada dukun masih disahihkan. Dalam Cemani yang Tak Mau Pergi, kita diperkenalkan kepada Mak Etek, seorang dukun yang cukup dielukan di kampungnya dan kerap dimintai ‘nasihat’ oleh warga. Salah seorangnya adalah Datuk yang tengah limbung lantaran ladangnya telah beberapa kali gagal panen.
Saya cukup menikmati buku ini. Karakter tokoh dan latar yang beragam, serta kepiawaian Enny dalam mencampuradukkan ide cerita dengan berbagai elemen menarik (seperti sejarah dan misteri), membuat kisah depresif yang ditorehkan justru tidak terkesan terlalu muram.
Saya merekomendasikan buku ini bagi mereka yang telah bosan dengan cerita picisan yang selalu berujung pada ‘happy ending,’ seolah-olah kesedihan dan kesuraman hidup adalah tabu yang harus disangkal keberadaannya. Selain itu, buku ini juga baik bagi mereka yang tengah gundah dan hampir mencapai titik kelam, jangan terburu-buruh membeli pil anti depresi. Beli buku ini. Membaca buku ini melahirkan pemahaman bahwa it is okay not to be okay and you are not alone in this. Keenam belas kisah dalam kumpulan cerpen ini akan menemanimu.
Semoga masa-masa kelabu tak membuat kita semua gegabah untuk mengakhiri hidup. Seperti yang pernah diucapkan Mendiang Carrie Fisher:
“Take your broken heart, make it into art.”
Sepenggal kalimat yang pernah diucapkan pemeran Princess Leia itu seakan menjadi jiwa dalam setiap cerita pendek yang disuguhkan oleh Enny. Harapan saya, semoga kisah-kisah tersebut bisa menjadi sumbu yang menerangkan kita semua saat kita sedang mencapai titik gelap.
Judul : Nokturnal Melankolia  | Penulis : Angelina Enny | ISBN : 978-602-03-7597-7 | Tebal : 176 Halaman | Terbit : 29 Agustus 2017
13 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Teenlit - Twinwar
Ditulis oleh Adin bin Saheh di https://bukuhapudin.blogspot.co.id/2017/12/buku-twinwar-dwipatra.html?m=0 untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Dinobatkan sebagai juara 1 dalam kompetisi Gramedia Writing Project (GWP) Batch 3, novel teenlit ini bukan sekadar punya cerita ringan, tetapi berisi pesan moral yang secara khusus ditujukan untuk remaja. Mungkin salah satu pertimbangan itu yang membuat tim Gramedia meloloskan novel debut dari Dwipatra sebagai pemenang.
Bermula dari ingkar janji, Gara dan Hisa yang kembar identik tidak pernah akur sejak mereka masuk SMA sampai menjelang Ujian Nasional (UN). Keduanya tidak berhenti saling balas mengerjai. Puncak perseteruan mereka meledak ketika Hisa memeras Gara untuk bertukar peran saat ada ulangan matematika, dengan foto Gara yang sedang pacaran. Gara terpaksa menyetujui mengingat aturan ketat mamanya yang melarang mereka pacaran sebelum masuk perguruan tinggi. Namun, kesepakatan itu tidak berjalan semestinya hingga menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Apakah Gara dan Hisa akan akur kembali?
Sebagai novel teenlit, Twinwar dipenuhi aneka peristiwa yang umum dialami remaja SMA seperti persoalan pacaran, perbedaan pendapat remaja dengan orang tua, kegiatan pendidikan di sekolah, persaingan eksistensi di sekolah antara senior-junior, dan percampuran egois-gengsi di kalangan remaja. Semua itu membuat kisah Gara dan Hisa lebih berwarna dan lebih seru sehingga pemicu untuk menyelesaikan sampai akhir cerita.
Si kembar sebagai tokoh utama digambarkan memiliki karakter yang bertentangan. Mahisa Aryaji (Hisa) bersifat cuek, urakan, usil, dan tidak begitu cerdas. Kebalikan dari Hisa, Hanggara Setiaji (Gara) lebih penurut, pendiam, rajin, dan pintar. Selain si kembar, beberapa karakter lain juga menghidupkan cerita. Ada Dinar (pacar Gara), Ollie (calon pacar Hisa), Johan dan Danu (teman Hisa), Miss Galuh (guru privat Ollie), Ali Akbari (?), Fasial (rival Hisa), Pak Syam (guru olah raga Hisa), dan orang tua Gara-Hisa.
Untuk mengimbangi cerita yang berlatar SMA, Dwipatra berhasil meracik diksi yang sederhana, mudah dan lancar dinikmati, dan penulis tepat sekali menabur candaan atau umpatan di beberapa bagian.
Melalui perseteruan Gara dan Hisa, kita akan diingatkan pentingnya rukun sesama saudara. Perselisihan tidak akan pernah memuaskan, justru membuat jiwa dan raga lelah dan tidak tenang. Perselisihan itu akan berangsur-angsur hilang jika kita mau jujur. Nilai kejujuran ini dibahas secara vokal beberapa kali oleh Dwipatra.
Sedikit catatan, ada pernyataan kontroversial di buku ini tepatnya halaman 188 yang akan memicu kesalahpahaman mengartikan. “Zaman Mama dulu, hamil di luar nikah adalah aib yang sangat besar.” Bukan zaman dulu saja, hari ini pun kasus hamil di luar nikah tetap jadi aib sangat besar. Kesimpulannya, si mama menyatakan jika hari ini (saat ia berbicara), kasus tersebut sudah jadi aib biasa. Kalimat membandingkan itu yang bisa menjadi akar perbedaan pendapat.
Berkat keseruan cerita yang membawa ingatan SMA dulu seperti mengajak bernostalgia, Twinwar pantas diganjar
nilai 4/5
Catatan:
Cowok yang nggak berani ngakuin rasa sukanya ke orang lain, itu namanya pengecut. (Hal. 175)
Kalau kita selalu melihat sisi baik dari sesuatu, kita akan merasakan bahagianya. (Hal. 247)
Judul : Teenlit - Twinwar | Penulis : Dwipatra | ISBN : 978-602-03-7679-0 | Tebal : 296 Halaman | Terbit : 4 Desember 2017
6 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Kitab Tentang Yang Telah Hilang (The Book of Lost Things)
Ditulis oleh Luckty Giyan Sukarno di https://luckty.wordpress.com/2013/04/26/review-the-book-of-lost-things/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Cerita-cerita itu menjadi hidup saat dituturkan. Tanpa suara manusia yang membaca keras-keras, atau sepasang mata lebar terbelalak yang menyusuri huruf demi huruf dengan bantuan lampu senter di balik selimut, cerita-cerita itu tidak benar-benar eksis di dunia kita. Mereka seperti biji-bijian yang menempel di paruh burung, menunggu jatuh ke bumi, atau seperti nada-nada lagu yang dituliskan di selembar kertas, merindukan alat musik untuk menghidupkannya. Mereka tertidur semu, menanti-nanti kesempatan untuk terjaga. Begitu seseorang mulai membaca kisah-kisah itu, mereka pun mulai berubah. Mereka bisa menancapkan akar di dalam imajinasi, dan mengubah pembacanya. (hlm. 12)
Sebelum jatuh sakit, ibu David sering berkata padanya bahwa kisah-kisah itu hidup. Bukan hidup seperti orang hidup, atau seperti anjingatau kucing hidup. Orang hidup akan tetap hidup, entah kita memerhatikannya atau tidak, sementara anjing biasanya mencari perhatian kalau mereka menganggap kita tidak cukup memerhatikan mereka.
Dengan berlalunya tahun demi tahun, membaca buku menjadi pengalaman yang lebih dinikmati sendirian oleh David, sampai saat penyakit ibunya mengembalikan mereka berdua ke awal masa-masa kanak-kanak David, hanya saja kali ini perannya terbalik.
Namun, sebelum ibunya sakit, sering kali David masuk diam-diam ke ruangan ibunya sedang membaca, tersenyum padanya, kemudian dudukdi dekatnya dan asyik sendiri dengan bukunya, sehingga meski keduanya sama-sama hanyut dalam dunia masing-masing, mereka berbagi ruang dan waktu yang sama. Dan David tahu, cukup dengan melihat wajah ibunya ketika membaca, apakah kisah didalam buku itu hidup di dalam jiwanya, dan dia di dalam kisah itu dan David punter ingat kembali ucapan ibunya tentang cerita dongeng, dan pengaruh kekuatan mereka atas diri kita, dan kita atas mereka.
Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat saat ibunya meninggal dunia. David mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca, sebab kenangan akan ibunya senantiasa berkaitan erat dengan buku-buku dan kegiatan membaca. Buku-buku ibunya, yang dianggap ‘sesuai’ untuknya, diwariskan padanya, dan David mendapati dirinya mencoba membaca novel-novel yang tidak dipahaminya,  serta puisi-puisi yang sama sekali tidakberima. Adaorang baru yang memasuki kehidupan David. Dan dia belum sanggup menerima kehadiran seseorang yang menggantikan kedudukan ibu tercintanya,
“Aku sayang padamu dan itu tidak akan berubah sampai kapan pun, dengan siapa pun kita berbagi hidup kita. Aku juga mencintai ibumu, dan akan selalu mencintainya,  tapi kebersamaan dengan Rose telah sangat banyak membantuku beberapa bulan belakangan ini. Dia orang baik, David. Dia menyukaimu. Cobalah memberinya kesempatan, ya?” (hlm. 45)
David punya banyak waktu untuk membaca. Ayahnya telah mencoba mendorongnya untuk berteman dengan anak-anak tetangga, beberapa diantara mereka pengungsi dari kota, tetapi David tidak mau bergaul dengan mereka, dan mereka sebaliknya mendapatkan kesan sedih dan menjaga jarak dalam dirinya, yang membuat mereka tak mau dekat-dekat. Maka hanya buku-buku itulah yang menjadi teman David. Terutama buku-buku dongeng lama, yang begitu aneh dan seram dengan tambahan-tambahan cerita yang ditulis tangan dan lukisan-lukisan baru, semakin membuat David terpesona pada cerita-cerita itu. Mereka masihmengingatkannya pada ibunya, tapi dalam cara yang positif, dan apa pun yang mengingatkannya pada ibunya berarti bisa membantu menjauhkannya dari Rose dan anak lelakinya, Georgie. Kalau David tidak sedang membaca, tempat duduk dijendela memberinya pemandangan sempurna akan salah satu keanehan lain di rumah dan pekarangan itu; kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan.
Hingga dimulailah kehidupan David yang tak pernah dia duga sebelumnya ketika memasuki kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan. Dia bakal bertemu tokoh-tokoh dongeng yang biasanya hanya dia temui di buku-buku yang dia baca; Snow White, Putri Tidur, dan si Tudung Merah. Ternyata mereka tidak seperti yang dia baca. Segala kemisteriusan yang dialami David ditentukan oleh sebuah buku; KitabTentang Yang Hilang.
Aaaakkk…suka banget ama buku-buku yang beraroma buku macam buku ini. Nyidam banget buku ini udah lama. Ternyata alam berkonspirasi mewujudkan impian untuk memeluk buku ini. #MulaiLebay. Buku ini nemu gak sengaja di Pameran Buku Gramedia. Langsung comot dan gak sabar baca meskitebelnya hampir nembus 500 halaman!
Main-main ke website penulisnya, dan woowww…ternyata sangat produktif!
http://www.johnconnollybooks.com/
Selain beraoma buku, hal yang disukai dari buku ini adalah mengisahkan ikatan batin antara anak dan ibu, serta hubungan keluarga tentang bagaimana menyikapi keadaaan ketika ada seseorang yang memasuki kehidupan kita selamanya. Saya pernah mengalaminya. Buku yang seharusnya tampak seram ini, malah hampir bikin nangis pas baca endingnya… :’)
“Kau harus kembali kepada mereka. Mereka menyayangimu, dan tanpa dirimu hidup mereka tidak akan lengkap. Kau punya ayah dan adik lelaki, dan wanita yang ingin menjadi ibumu, kalau kau mau memberinya kesempatan. Kau harus pulang, kalau tidak hidup mereka tidak akan sempurna tanpa kehadiranmu. (hlm.458)
David melihat ayahnya tampak lebih tua dan lebih lelah daripada sebelumnya. Dia mengkhawatirkan kehadiran ayahnya. (hlm. 84)
Beberapa kalimat favorit:
Cerita-cerita di surat kabar ibarat ikan yang baru ditangkap, hanya layak diberi perhatian selama masih segar, dan ini tidak berlangsung lama. Cerita-cerita di surat kabar bagaikan asap tipis yang hanya seumuran capung. Mereka tidak berakar, melainkan seperti alang-alang yang tumbuh merambat di tanah, mencuri cahaya matahari dan cerita-cerita yang lebih layak. (hlm. 21)
Kadang-kadang sebuah cerita sepertinya memaparkan satu hal, tapi sebenarnya intinya tentang hal yang sama sekali lain? Ada makna tersembunyi di dalamnya, dan makna inilah yang mesti dipancing keluar?” (hlm. 47)
Buku-buku yang menyimpan pengetahuan kuno ini tidak pernah bisa menerima kedudukan mereka disingkirkan. (hlm. 51)
Cari orang-orang yang lebih lemah daripada dirimu, dan cobalah memberi mereka penghiburan sebisamu. (hlm. 135)
Hidup ini penuh dengan ancaman dan bahaya. Kita menghadapi apa yang harus dihadapi, dan ada saat-saat kita harus memilih untuk bertindak demi kepentingan orang banyak, meski untuk itu kita harus mengorbankan diri sendiri… (hlm. 345)
Judul : The Book of Lost Things | Penulis : John Connolly | ISBN : 978-979-22-3879-2 | Tebal : 472 Halaman | Terbit : 13 November 2017
29 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Tarian Bumi
Ditulis oleh Fuada Khoirinnisa di http://ulasannisaa.blogspot.co.id/2017/11/review-tarian-bumi-karya-oka-rusmini.html?spref=tw untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
"Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh.... Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki. Menyusui hidup itu sendiri." (hal. 25)
Novel ini bercerita tentang Telaga, seorang putri Brahmana−kasta tertinggi dalam struktur masyarakat Bali, yang hidup di antara dua perempuan beda generasi dan kasta. Neneknya, Ida Ayu Sagra Pidada, adalah perempuan yang berkedudukan tinggi di griya−tempat tinggal untuk keluarga bangsawan. Sagra selalu menjaga wibawanya sebagai putri Brahmana. Namun, ia harus menelan kekecewaan ketika anak laki-laki semata wayangnya meminang Luh Sekar. Ni Luh Sekar adalah perempuan Sudra kasta terendah di Bali yang di masa mudanya berambisi untuk menikah dengan seorang lelaki Brahmana agar bisa mengangkat derajatnya. Ia lelah menjadi orang miskin, tidak pernah dihargai. Namun, setelah disunting oleh Ida Bagus Ngurah Pidada, hidupnya tak berubah menjadi lebih baik.
Ibu dan neneknya itu membuat Telaga jadi serba salah. Sagra sering mengingatkan Telaga agar tidak mudah menerima nasihat dari Sekar, begitu pun sebaliknya. Neneknya selalu memberikan petuah-petuah kebangsawanan kepada Telaga. Sementara itu, ibunya menuntut Telaga untuk meneruskan mimpi-mimpinya menjadi perempuan tercantik, penari terbaik, dan menikah dengan laki-laki Brahmana. Masalah yang sesungguhnya pun hadir ketika Telaga diam-diam menaruh hati pada laki-laki yang tak sesuai dengan kriteria ibunya. Memilih ibunya ataupun laki-laki tersebut, sama saja dengan mengorbankan separuh hidup Telaga.
*********
Selama ini, Bali lebih dikenal dengan eksotika pantai dan tariannya yang kerap ditonjolkan oleh media. Namun, pernahkah kita mencari tahu tentang kehidupan masyarakat di sana? Melalui novel ini, Oka Rusmini, perempuan yang mengaku telah lama berlumur adat-istiadat Bali itu, menceritakan gambaran kehidupan di sana secara gamblang dan apa adanya. Kita akan melihat Pulau Dewata itu dipadati oleh keresahan, luka, dan beban, sekaligus pemberontakan kaum perempuan. Novel ini diceritakan melalui sudut pandang orang ketiga, dengan alur maju-mundur. Cerita memang didominasi oleh Sagra, Sekar, dan Telaga. Namun, melalui tiga perempuan beda generasi tersebut, kita juga diperkenalkan pada kisah hidup beberapa perempuan lainnya yang membersamai perjalanan hidup mereka. Mereka adalah perempuan yang menomorduakan dirinya demi kepentingan agama dan budaya. Tapi, di lain sisi, mereka juga berusaha melawan aturan-aturan yang berlaku.
"Manusia hidup memiliki keinginan, memiliki mimpi. itulah yang menandakan manusia hidup. Batu juga memiliki keinginan. Dalam kediamannya dia mengandung seluruh rahasia kehidupan ini.". (hal. 85)
Sebagian besar konflik para perempuan Bali terpicu karena masyarakat di sana selalu menilai dan menentukan segala sesuatunya berdasarkan kasta. Yang paling menonjol di sini adalah pernikahan. Mereka diwajibkan memilih pasangan hidup yang sederajat. Ketika itu dilanggar, maka pihak perempuanlah yang paling dirugikan. Mereka harus merasakan jauh dari keluarga kandungnya, tapi tak pernah dihargai oleh keluarga baru mereka. Begitu pun dalam hal kesenian. Rupanya, butuh usaha keras bagi perempuan Sudra untuk bisa mewujudkan impiannya menjadi penari. Sementara itu, para putri Brahmana harus menahan lelahnya menari di griya, dan menghabiskan waktu untuk membuat sesajen setiap harinya. Selain kasta, perilaku kaum laki-laki pun tak kalah meresahkannya bagi perempuan. Penulis memang terkesan tidak adil. Hampir seluruh laki-laki dalam novel ini digambarkan sebagai sosok yang tak bertanggung jawab. Mereka hanya pandai menakar tubuh perempuan demi memuaskan nafsunya. Bahkan, mereka sengaja menikahi perempuan yang mandiri dan dapat menghasilkan uang agar bisa bersantai. Tak sedikit perempuan yang bernasib buruk karena ulah lelaki. Menilik pada fakta tersebut, maka wajar jika beberapa tokoh perempuan di sini sangat membenci laki-laki, lalu memutuskan untuk tidak menikah, dan lebih menyukai sesama perempuan.
"... Apa untungnya laki-laki itu untukmu? Kau harus harus berani menjawabnya.... Menikahlah kau dengan laki-laki yang mampu memberimu ketenangan, cinta, dan kasih. Yakinkan dirimu bahwa kau memang memerlukan laki-laki itu dalam hidupmu. Kalau kau tak yakin, jangan coba-coba mengambil resiko." (hal. 18)
Di sini, penulis juga tak segan-segan menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah. Diceritakan melalui seorang penari terbaik yang telah mengabdikan dirinya demi melestarikan kesenian Bali. Ia juga telah mendapatkan beragam penghargaan. Tapi, tidak pernah mendapat kesejahteraan hingga akhir hayatnya. Pengetahuan dan pengalamannya dalam kesenian Bali pun hanya dimanfaatkan oleh para penulis untuk bahan tulisan mereka tanpa mendapat imbalan sepeser pun. Anggapan bahwa orang-orang asinglah yang lebih menghargai kebudayaan kita pun tidak 100% benar.
Secara keseluruhan, novel ini sangat kaya. Selain tiga hal yang saya paparkan di atas, masih banyak lagi gambaran tentang praktik budaya yang tidak manusiawi dan lebih banyak meberatkan kaum perempuan. Tidak heran jika "Tarian Bumi" menjadi fenomenal sekaligus kontroversial, karena Oka Rusmini berani mengkritik kebudayaannya sendiri. Namun, meski itu diungkapkan secara terang-terangan, saya perlu membacanya sebanyak dua kali untuk bisa memahami makna tersirat yang terkandung dalam setiap cerita. Selama membaca, saya banyak menemukan pergolakan batin. Saya bisa ikut merasakan luka dan amarah yang dipendam oleh masing-masing tokoh.
Saya melihat bahwa perempuan Bali ingin melepaskan diri dari adat-istiadat yang telah diberlakukan secara turun-temurun. Tapi, mereka juga tetap menjaga kemurnian seni budaya di tanah kelahiran mereka. Tak ingin dirusak oleh generasi yang konon berpendidikan tinggi. Mereka berusaha memberontak karena merasa berhak memilih jalan hidupnya sendiri, bukan hanya diatur oleh sistem. Tapi, pada akhirnya mereka pun tetap tunduk pada adat, menjalani tradisi yang ada. Mereka tetap tak bisa menampik kenyataan bahwa tak ada pilihan yang tak beresiko. Mematuhi ataupun melanggar adat, semuanya sama-sama harus dibayar mahal.
"Kau pernah bahagia? Kalau kau mendapatkan hadiah itu dari hidup, kau harus bersiap-siap, karena beberapa detik lagi penderitaan akan berdiri dengan akngkuhnya di hadapanmu.... Hidup memang harus disiasati, sebelum manusia hanya sekadar jadi pecundang." (hal. 84)
Selain tema dan konfliknya yang menarik, cara Oka Rusmini bercerita pun sangat asyik untuk dinikmati, jelas dan padat. Perpindahan tokoh pun berlangsung cepat dan melompat-lompat. Gaya bahasa yang digunakan sangat lugas dan tajam, tapi kadang pun terasa halus dan cenderung puitis. Meskipun 176 halaman masih terlalu tipis untuk menceritakan semua tentang Bali karena saya merasa terdapat beberapa bagian yang diselesaikan dengan tergesa-gesa, novel ini benar-benar menambah wawasan. Saya rekomendasikan novel ini untuk kalian yang ingin mengenal kehidupan masyarakat Bali secara lebih dekat. Tapi, karena terdapat muatan dewasa, maka saya sarankan hanya untuk usia 18+.
“Kebahagiaan itu sulit digambarkan. Juga tidak bisa diucapkan. Kadang-kadang sesuatu yang tidak bernilai bisa membuat kita tentram, lalu beberapa detik kemudian terenggut lagi. Tiang tidak tahu bagaimana merasakan arti kebahagiaan itu sendiri. Terlalu mahal.” (hal. 170)
Judul : Tarian Bumi | Penulis : Oka Rusmini | ISBN : 978-602-03-3915-3 | Tebal : 188 Halaman | Terbit : 3 April 2017
17 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Jangan Lepaskan Aku (Never Let Me Go)
Ditulis oleh Nay Sharaya di http://naysharaya.blogspot.co.id/2017/12/review-novel-never-let-me-go-kazuo.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Blurb
Dari luar, Hailsham tampak seperti sekolah asrama Inggris yang menyenangkan, jauh dari sentuhan kota besar. Murid-muridnya terpelihara dengan baik, diajari seni, olahraga, dan ilmu pengetahuan. Namun anehnya mereka sama sekali tidak dibiarkan berhubungan dengan dunia di luar asrama mereka.
Kathy, yang kini sudah dewasa, mengenang kembali masa-masanya di Hailsham. Ingatannya tentang persahabatannya dengan Ruth dan Tommy, teman masa kanak-kanaknya di asrama tersebut, membuka berbagai rahasia di balik dinding Hailsham. Di sanalah manusia dikloning agar bisa menyediakan organ-organ yang dibutuhkan oleh penduduk dunia luar yang sakit.
Kisah yang sangat menyentuh ini bercerita tentang kehidupan dan kematian serta  mempertanyakan moral dan arogansi manusia dalam dunia yang semakin canggih.
Review
Aku tidak mengenal karya Kazuo Ishiguro sebelum namanya mencuat sebagai Pemenang Nobel Sastra 2017. Awalnya memang cukup tertarik membaca karya penulis. Tapi mengingat pengalaman terakhirku membaca karya seorang Pemenang Nobel Sastra tidak begitu bagus, aku jadi cukup selektif sebelum memutuskan membeli buku ini ketika diterbitkan kembali oleh GPU. Yang kemudian membuatku mantap untuk membelinya adalah blurb di bagian belakang buku yang memikat dan membuatku tidak perlu berpikir panjang untuk memesan buku ini secara online.
Menurutku genre buku ini adalah dystopia-romance-scifi meskipun tampaknya cukup berbeda dengan buku-buku bergenre sejenis. Isu “Kloning-Manusia” yang diangkat meskipun tidak dijelaskan secara mendetail namun berhasil tergambarkan  dengan baik. Membaca buku ini memberikan semacam pengalaman baru bagiku –buku dengan ide yang kontroversial namun penulis membuat seakan-akan apa yang ia tuliskan sama sekali normal seperti halnya cerita romace lainnya. Awalnya aku agak khawatir akan menemukan jalinan kalimat yang ruwet dan membuat pembaca memutar otak setengah mati ketika menyadari bahwa ini adalah karya dari seorang pemenang nobel yang berasal dari Jepang. Novel-novel karya penulis Jepang biasanya beralur lambat dengan narasi yang padat dan agak rumit. Mungkin karena penulis sudah lama bermigrasi sehingga gaya penulisannya pun berubah mengikuti lingkungannya, entahlah. Tapi aku sama sekali tidak mengalami kesulitan ketika membaca, rasanya sama saja seperti membaca karya penulis dengan genre yang sejenis. Novel ini diceritakan dari sudut pandang Kathy, dengan alur mundur dan sama sekali tidak lambat mengingat bahwa kisah yang diceritakan  mulai dari masa kanak-kanak mereka hingga berusia tiga puluhan. Kathy membawa pembaca menyelami masa kecilnya dengan berbagai potongan cerita dan petunjuk yang nantinya akan bermuara pada satu titik. Kenangan-kenangan Kathy ini tidak diceritakan secara runut sesuai urutan waktu tapi tergantung pada adegan mana yang akan mendukung petunjuk-petunjuk yang disebar penulis sepanjang novel dan akan mendukung klimaks cerita menjelang ending
Buku ini terbagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama menceritakan masa kecil para siswa di Hailsham, kemudian bagian kedua adalah masa-masa setelah mereka berusia enam belas tahun dan berpindah ke cottage dan yang terakhir adalah masa ketika mereka dewasa (ada yang masih menjadi perawat dan ada yang telah menjadi donor). Ketika Kathy menceritakan kisah ini, ia masih bekerja sebagai perawat dan belum memperoleh panggilan untuk menjadi donor sehingga ia menjadi saksi bagaimana teman-temannya menghadapi kehidupan mereka setelah menjalani donor pertama hingga terakhir.
Tokoh sentral dari novel ini adalah Kathy, Tommy dan Ruth. Tiga orang yang bersahabat sejak kanak-kanak dan secara umum terlihat sebagai sahabat yang normal, namun sebetulnya menyembunyikan masalah yang lumayan pelik. Aku cukup menyukai hubungan Tommy dan Kathy kecil yang meskipun agak aneh namun terasa manis. Tetapi aku tidak bisa bersimpati pada persahabatan Ruth dan Kathy yang rasanya sangat rapuh dan tidak tulus.
Ruth tipe orang yang egois, selalu merasa spesial dan semua hal seakan-akan hanya berpusat tentang dirinya. Aku heran bagaimana Kathy dan Tommy bisa bertahan dengan orang seperti ini dalam waktu yang lama. Ia bahkan beberapa kali melakukan dan mengatakan sesuatu yang tidak pantas dilakukan seorang sahabat.
“Jadi itu rupanya, itu yang mengganggu Kathy kecil yang malang. Ruth tidak memberi cukup perhatian kepadanya. Ruth sudah mendapat banyak teman baru yang dewasa dan adik bayi kurang sering diajak bermain….”
“Kau kesal karena aku berhasil maju, mendapat teman baru. Beberapa di antara para veteran malah nyaris tidak mengingat namamu, dan siapa bisa menyalahkan mereka? Kau tak pernah bicara dengan siapapun kecuali mereka dari Hailsham. Tapi  kau tidak bisa berharap aku akan memegang tanganmu sepanjang waktu….” – Ruth (Hlm. 158 – 159)
Kathy sendiri adalah tipikal tokoh yang meskipun kadang-kadang terlihat pasif, namun mampu melakukan sesuatu di luar dugaan pada saat-saat tertentu. Ia juga sangat gemar menganalisis sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Ada sesuatu dalam diri Kathy, meskipun terihat tulus namun menyimpan sesuatu yang bisa meledak sewaktu-waktu. Aku sangat menyukai tokoh-tokoh seperti mereka. Tidak digambarkan hitam-putih, namun penuh kekurangan dan sangat manusiawi. Sebelumnya telah kutuliskan di atas bahwa penulis mampu membuat ide kontroversial ini seakan-akan terlihat normal. Sangat berbeda dengan Unwind karya Neal Shusterman yang menceritakan tema yang hampir sejenis namun disertai pemberontakan, pertentangan batin dan kebencian. Keduanya memiliki keunikan tersendiri.  Never Let Me Go menceritakan kisah mengerikan ini dengan tenang, nyaris tanpa pergolakan.
Jika ada yang menanyakan, mengapa tokoh-tokoh dalam novel ini tidak mencoba untuk memberontak dari ketidakadilan atau bahkan melarikan diri dari takdir mereka? Jawabannya adalah, karena mereka tidak mengenal kehidupan lain selain kehidupan yang telah dipersiapkan untuk mereka, yaitu hidup untuk menyediakan organ bagi manusia normal di luar sana. Mereka memang kadang-kadang merindukan kehidupan normal bahkan pernah mengharapkan masa penangguhan. Tapi mereka tidak pernah berpikir lebih dari itu. Hal ini menunjukkan betapa ajaibnya doktrin yang dijalankan sejak masa kanak-kanak mampu menyetir kehidupan sekelompok manusia dengan sangat baik.
Mereka, para siswa di Hailsham ini tidak tahu bagaimana cara dunia luar bekerja. Ada satu kejadian yang cukup miris ketika mereka masih berada di cottage dan tinggal bersama siswa lama dari sekolah lain yang mereka sebut “veteran”. Lagi-lagi Kathy menganalisis dan berspekulasi tentang apa yang terjadi dengan mereka.
“Tanpa sengaja ada sesuatu yang kuperhatikan dari pasangan-pasangan veteran di cottage ini –sesuatu yang tak tertangkap bahkan oleh Ruth, padahal ia mengamati mereka dengan saksama– yaitu bahwa banyak perilaku mereka ditiru dari televisi.”
“Sekali melihat itu, aku mulai melihat banyak hal lain yang dicontoh para pasangan veteran dari program TV: cara mereka saling memberi isyarat, duduk bersama di sofa, bahkan cara mereka berdebat dan keluar dengan marah dari ruangan” –Kathy (Hlm. 155)
Pesan-pesan moral yang ingin disampaikan penulis diselipkan dengan cukup apik. Tentang arogansi manusia dan segala sikap mereka yang selalu cenderung ingin mengabaikan sesuatu yang membuat mereka merasa bersalah 
“Dan untuk waktu lama, orang-orang lebih suka percaya bahwa organ-organ ini muncul dari tempat yang tidak jelas, atau paling-paling tumbuh dalam semacam vakum. Ya… ada banyak perdebatan. Tapi ketika orang-orang mulai peduli tentang… tentang siswa-siswa, saat mereka mulai memikirkan bagaimana kalian dibesarkan, apakah kalian memang perlu diciptakan, nah waktu itu sudah terlambat. Tak ada cara untuk membalik proses itu. Bagaimana bisa kau meminta dunia yang sudah menganggap kanker bisa disembuhkan, untuk kembali ke masa kegelapan?” -Miss Emily (Hlm. 327)
Meskipun diceritakan dengan baik, aku mengalami sedikit gangguan ketika membaca klimaks dari cerita ini. Ini agak subjektif karena aku memang tipe pembaca yang tidak terlalu senang dilimpahi segudang informasi dalam satu adegan sehingga kepalaku terasa penuh dengan usaha untuk mengaitkan segalanya dari awal. Tapi novel ini diselesaikan dengan baik, meskipun beberapa pertanyaan dibiarkan menggantung dan diserahkan kepada pembaca untuk mengakhirinya sendiri. Endingnya tidak menggebu-gebu ataupun emosional tapi terasa benar dan memang seharusnya seperti itulah cerita ini diakhiri. 
Pada tahun 2010 novel ini telah diangkat ke layar lebar jadi  bisa menikmati filmnya tepat setelah membaca bukunya. Kalian bisa menjumpai Kathy (Carey Mulligan), Tommy (Andrew Garfield) dan Ruth (Keira Knightley) di trailer ini https://www.youtube.com/watch?v=sXiRZhDEo8A&feature=youtu.be
Judul : Jangan Lepaskan Aku (Never Let Me Go) | Penulis : Kazuo Ishiguro | ISBN : 978-979-22-7493-6 | Tebal : 360 Halaman | Terbit : 13 November 2017
18 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Teenlit - Teror Diari Tua
Ditulis oleh Fahri Rasihan di https://www.facebook.com/notes/fahri-fauzi-rasihan/teror-diari-tua-by-arumi-e/1688847597806213/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
“Iya, aku ngerti. Kamu pasti lagi berbunga-bunga sekarang. Orang yang lagi melayang mana bisa mikir, apalagi ngomong.” (hal. 28) 
Blurb
Hidup Kara tidak sama lagi sejak dia menemukan diari tua bersampul ungu di halaman belakang sekolah. Kesialan beruntun menimpanya, dan ternyata semua yang dia alami mirip dengan yang tertulis dalam diari itu.
Susah payah Kara berusaha memusnahkan diari tersebut. Namun, diari itu selalu kembali padanya. Kara semakin terkejut saat mengetahui diari itu tidak hanya satu. Erika, sahabatnya, juga menemukan diari tua bersampul merah muda. Tetapi, berbeda dengan Kara, sejak menemukan diari itu, Erika mengalami banyak keberuntungan.
Bersama Erika, Kara menyelidiki rahasia di balik diari tua itu. Dan mereka tiba di sebuah tempat penuh ilusi, tempat mereka tidak lagi bisa membedakan apakah sosok di hadapan mereka masih hidup atau sudah tiada. Mereka harus segera pergi dari tempat itu sebelum terlambat, sebelum kekuatan tak terlihat melenyapkan mereka.
“Kita pacaran kayak sahabatan. Artinya, nggak ada pelukan, apalagi ciuman. Setuju nggak?” (hal. 71) 
Review
Kara memiliki kehidupan remaja seperti pada umumnya. Dia memiliki sahabat, pacar, dan hari-hari yang menyenangkan. Hingga pada akhirnya hidup Kara berubah ketika dia menemukan sebuah diari tua. Pagi itu Kara datang ke sekolah lebih awal untuk menanam bibit pohon yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Kara pun langsung menuju ke halaman belakang sekolah. Ketika Kara sedang menggali tanah untuk menanam bibit pohonnya, dia menemukan sebuah diari bersampul ungu yang dibungkus plastik. Tanpa pikir panjang, Kara pun memasukkan diari tersebut ke dalam tasnya. Tak lama setelah Kara menemukan diari, dia mulai merasa selalu tertimpa kesialan. Maka tak heran, Kara pun mulai mencurigai kesialan-kesialan yang dia alami akibat dari diari tua tersebut.
Erika berlari dengan tergesa-gesa menuju halaman belakang sekolah. Selain telat, dia juga harus menanam bibit pohon yang dibawanya. Erika pun memilih untuk menanam bibit pohonnya di samping bibit pohon milik Kara, sahabatnya. Ketika sedang menggali tanah, Erika menemukan sebuah diari bersampul merah muda yang terbungkus plastik. Setelah selesai menanam bibit pohon tersebut, tanpa ragu Erika memasukkan diari bersampul merah muda ke dalam tasnya. Tak lama setelah menemukan diari tua di halaman belakang sekolah, Erika mengalami berbagai kejadian yang selalu menguntungkannya. Karena penasaran, Erika pun mulai membaca isi dari diari tua tersebut, dan benar saja semua isi tulisan di dalam diari hampir sama dengan keberuntungan-keberuntungan yang dialami oleh Erika, Maka Erika pun semakin yakin bahwa keberuntungan yang dia alami akibat diari tua tersebut.
Ternyata bukan hanya kejadian-kejadian buruk yang menimpa Kara, tapi dia juga mulai diganggu oleh sesosok wanita berwajah menyeramkan. Tak tahan dengan semua itu, Kara pun mulai menceritakannya kepada sahabatnya, Erika. Tidak disangka, ternyata Erika pun sering diganggu oleh sosok wanita menyeramkan tersebut. Kara dan Erika mulai mencurigai kedua buah diari tua yang mereka temukan sebagai penyebab teror wanita menyeramkan tersebut. Akhirnya Kara dan Erika meminta bantuan kepada Kresta dan Raka untuk mencari solusi akan masalah mereka. Kara, Erika, Kresta, dan Raka pun mulai menyelidiki pemilik sebenarnya dari kedua buah diari tua tersebut. Siapakah sosok yang sering mengganggu Kara dan Erika? Bisakah mereka menghentikan teror diari tua tersebut?
“Nggak begitu maksudku. Pepatah itu cuma menggambarkan bahwa hidup naik-turun. Kita yang harus siap. Saat susah kita harus tetap sabar, sebaliknya kalau sedang senang kita jangan sombong.” (hal. 87-88)
Memasuki bulan Oktober yang tak lama lagi hari Halloween akan dirayakan, akan sangat cocok untuk membaca novel bertema horor. Mungkin bagi yang ingin membaca novel horor, tapi masih ragu karena takut akan ceritanya, Teror Diari Tua adalah novel yang pas untuk dibaca. Ini karena Teror Diari Tua mengemas ceritanya dengan sederhana, tapi meninggalkan aura mistis yang kental di dalamnya. Selain membahas cerita horor, novel ini juga membahas kehidupan remaja, yang tak jauh dari cinta dan persahabatan. Salah satu hal yang membuat novel ini menarik adalah cover bukunya yang sukses bikin bulu kuduk merinding. Terlihat gambar seorang gadis yang sedang memandang ke arah buku diari dan tepat di depannya nampak seorang gadis dengan wajah yang menyeramkan dari pantulan cermin. Cover buku ini sukses membuat saya bergidik ngeri karena unsur horornya yang kuat.
Meskipun tema yang diangkat adalah horor, tapi Mbak Arumi juga mengajak pembaca untuk menyelami kehidupan kedua tokoh utamanya sebagai remaja biasa. Dimana masa remaja yang penuh dengan romansa dan persahabatan. Kehidupan masa remaja yang dibalut kisah horor ini membuat Teror Diari Tua menjadi sebuah novel yang unik dan menarik untuk dibaca. Saya suka ketika Mbak Arumi tidak lupa untuk membahas kehidupan kedua tokoh utamanya sebagai remaja, serta bumbu horor yang dimasukkan pun terasa pas dan tidak berlebihan. Di satu sisi kita diajak untuk melihat kehidupan kedua tokoh utamanya, tapi di sisi lain kita juga melihat unsur horor ketika teror mulai muncul.
Ada dua tokoh utama dalam novel ini, yaitu Kara dan Erika. Kara merupakan seorang gadis SMA kebanyakan, dia memiliki sahabat, pacar, dan kehidupan yang bahagia. Kara juga memiliki hobi menari dan mengikuti kegiatan ini di sekolahnya. Pacarnya yang bernama Kresta pun sangat menyayanginya, hingga selalu memberikan les privat kepada Kara, terutama pelajaran matematika dan fisika. Lalu ada Erika yang merupakan sahabat Kara. Berbeda dengan Kara yang memiliki hobi menari, Erika lebih menyukai dunia fotografi. Akibat hobinya itu pula dia bisa memenangkan lomba serta berpacaran dengan Raka. Dua tokoh utama dalam novel ini, menurut saya masih kurang berkembang. Saya tidak dapat menemukan perbedaan karakter antara Kara dan Erika, selain hanya perbedaan hobi mereka. Tapi jika disuruh memilih, saya lebih menyukai tokoh Erika karena sama seperti saya yang menyukai dunia fotografi.
Alur cerita dari Teror Diari Tua berjalan dengan cukup cepat. Dimana Mbak Arumi ingin segera memberikan konflik terhadap kedua tokoh utamanya. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga melalui tokoh Kara dan Erika secara bergantian. Saya sendiri tidak merasa kebingungan ketika sudut pandang berganti karena Mbak Arumi memberikan penjelasan dengan cukup jelas. Saya juga sangat menikmati alur ceritanya yang berjalan cukup cepat dan mengalir. Dimana Mbak Arumi tidak ingin bertele-tele dan langsung mengungkap konflik yang ada.
Gaya bahasa yang digunakan oleh Mbak Arumi sangat sederhana dan mudah untuk dimengerti. Ini memang karena target pasar dari novel ini adalah remaja. Meskipun menurut saya penggunaan kata seperti 'aku' dan 'kamu' terdengar kurang cocok dengan latar tempatnya, yaitu sekolah di kota Jakarta. Dimana biasanya kata seperti 'gue' dan 'loe' akan terasa lebih pas untuk remaja yang hidup di kota metropolitan. Tapi itu tidak terlalu penting, ini hanya opini saya saja. Saya juga hanya menemukan sedikit typo dan tidak mengganggu sama sekali pada saat membaca.
Konflik yang terdapat dalam novel Teror Diari Tua bisa dibilang sangat sederhana. Dimana pada awalnya kehidupan Kara dan Erika yang berjalan normal, tiba-tiba menjadi penuh teror setelah mereka menemukan dua buah diari tua di halaman belakang sekolah. Saya sangat menikmati konflik yang sederhana ini, karena jujur saja untuk cerita teenlit, konflik seperti ini terasa sangat pas dan tepat.
Secara keseluruhan novel Teror Diari Tua berhasil mengemas cerita cinta dan persahabatan remaja yang dibalut dengan unsur horor secara baik. Saya sendiri jadi mengingat kembali masa-masa SMA, seperti pergi ke kantin dan perasaan tegang pada saat ujian mendadak. Namun sayang, menurut saya tokoh Kara dab Erika ini padahal masih bisa berkembang. Ini karena saya tidak menemukan perbedaan karakter di antara mereka berdua. Tapi overall, novel ini berhasil membuat cerita horor yang pas dan sederhana untuk sebuah teenlit. Sebuah novel yang memberikan pesan tentang indahnya sebuah persahabatan.
“Hidupku makin kacau, Ta. kalau kamu memang benar masih sayang aku, kamu harus menolongku. Bukan kamu yang bikin aku bernasib sial, tapi ada kekuatan lain yang menggangguku.” (hal. 153) 
Judul : Teror Diari Tua | Penulis : Arumi E. | ISBN : 978-602-03-3341-0 | Tebal : 200 Halaman | Terbit : 21 Agustus 2017
2 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Young Adult - Fixing a Broken Heart
Ditulis oleh Farida di https://vaaridapunya.blogspot.co.id/2017/10/book-review-fixing-broken-heart-indah.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
BLURB
Depresi
Pacar pertama Brisha posesif dan suka memukul, pacar keduanya ternyata sudah menikah dan sering memakai jasa cewek nakal. Brisha pun melarikan depresinya dengan makan berlebihan. Perlahan tubuhnya membengkak. Dengan menelan pil pelangsing dan memulai diet ekstrem, Brisha berharap tubuhnya kembali seperti semula. Sayangnya itu hanya membuat ia berakhir di rumah sakit.
Di situlah Brisha kembali bertemu Austin, mantan pacar Sophie. Pertemanan Brisha dan cowok yang meninggalkan bangku kuliah demi mengejar karier di dunia hiburan itu pun dimulai. Melibatkan premiere film, kunjungan ke toko furniture, dan berakhir dengan perasaan nyaman satu sama lain. Brisha dan Austin pasangan yang klop, saling melengkapi dan menyempurnakan. Namun, cinta mustahil bebas dari ujian, kan? Ketika kasus pembunuhan, gadis berorientasi seksual tak biasa, hingga mantan napi yang ingin membalas dendam menganggy hubungan mereka, apa yang harus dilakukan Brisha dan Austin?
*****
Brisha melampiaskan rasa kecewa atas kesedihan yang dia alami dengan banyak makan, dua kali gagal dalam membina sebuah hubungan ternyata sangat ampuh bagi Brisha untuk menaikan berat badannya, pelampiasan akan rasa patah hati sukses membawa Brisha yang semula semua ukuran pakaiannya adalah S menjadi ukuran L. Sophie, Amara yang merupakan sahabat terbaik Brisha dan Yenny sang Mama sudah menyarankan kepada Brisha untuk rajin berolahraga, bahkan mereka siap menemani kapan pun jika Brisha mau berolahraga, tapi karena memang dasarnya Brisha yang malas selalu saja banyak alasan untuk menolak ajakan mereka.
Puncaknya, tawaran untuk menjadi pager ayu dari sepupunya membuat jalan pikiran Brisha menjadi pendek, ia nekad minum obat pelangsing yang sudah ia beli sebelumnya. Efek obat pelangsing sungguh dasyat dalam seminggu Brisha sudah turun 1,5 kg, Brisha rela bahkan suka cita meskipun harus rela bolak balik ke kamar mandi. Tapi sayangnya tidak lama dari itu Brisha harus dilarikan ke rumah sakit karena pingsan.
Sementara itu, Austin seorang aktris muda berbakat yang namanya sedang di atas angin selalu disibukkan dengan kegiatan shooting. Efek dari namanya yang kian melambung Austin harus rela jadi bahan gosip wartawan bahwa dirinya mudah sekali jatuh cinta di lokasi, hal itu ia tanggapi dengan santai karena faktanya memang ia tidak punya pacaran sama sekali. Kegiatan yang sangat sibuk berdampak pada kesehatan Austin yang menurun, merasa ada yang aneh dengan tenggorakannya Austin pergi ke rumah sakit, ternyata ia terkena gejala penyakit Typhus. Dan diharuskan untuk rawat inap beberapa hari.
Di rumah sakit inilah Austin bertemu dengan Brisha. Mereka sudah saling kenal sebelumnya karena Austin adalah mantan pacar dari Sophie. Di pertemuan ini Austin mengundang Brisha dan kedua temannya untuk datang dalam acara gala  premier film yang dibintangi Austin. Awalnya Amara dan Sophie berniat untuk hadir tapi sayang pas hari H Amara mendadak sakit dan Sophie ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, atas dasar rasa sungkan Brisha nekad datang sendiri ke acara premier tersebut. Acara gala premier itu diadakan di salah satu bioskop yang ada di Mall, sambil menunggu pemutaran film, Brisha selalu merasa bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya, Brisha yang memang dasarnya tidak suka dengan film sepanjang pemutaran film ia malah tidur.
Ajakan Austin untuk makan malam setelah usai melihat pemutaran film ia tolak, dalam perjalanan pulang Brisha sempatkan mampir ke toko buku yang ada di salah satu mall tersebut, betapa kagetnya Brisha ia bertemu dengan Dicky, mantan pacar Brisha yang ia kenal dari facebook, ternyata Dicky sudah punya istri dan bahkan pacarnya saja tidak hanya Brisha, berhasil lepas dari Dicky Brisha bertemu dengan Arlo sepupunya Brisha, mereka berencana akan makan bersama. Hari ini bagi Brisha penuh dengan kejutan, setelah bertemu dengan Dicky, siapa sangka di restoran yang ia tuju selain bertemu dengan Austin Brisha juga bertemu dengan Andaru mantan Brisha yang baru bebas dari penjara, bagaimana bisa Andaru bisa satu meja makan dengan Austin?
Kedekatan Austin dan Brisha berlanjut setalah Austin bersedia menjadi narasumber wawancara untuk tugas kuliah Brisha, setelah itu Austin meminta bantuan Brisha untuk menemaninya mencari perabot rumah. Tidak hanya sekali tapi dua kali Brisha menemani Austin mencari perabotan. Tapi di pertemuan kedua itu terkuak apa yang selama ini menjadi pertanyaan Brisha, ternyata selain Austin sendiri yang ingin membeli perabotan, Austin juga mengajak temannya yaitu tak lain adalah Andaru. Brisha shock saat bertemu dengan Andaru, fakta mengejutkan lagi ternyata Austin mendengar cerita Andaru berdasarkan versi Andaru yang jauh dari kenyataan sebenarnya. Dengan perasaan kecewa Brisha pulang dari rumah Austin dan meninggalkan banyak pertanyaan dalam diri Austin.
Setelah mendengar penjelasan versi Andaru membuat Austin ragu dengan kebenaran cerita yang Andaru sampaikan, Austin semakin yakin bahwa Brisha adalah pihak yang benar. Tanpa ragu lagi Austin langsung memacu kendaraanya menuju rumah Brisha. Setelah menunggu beberapa saat karena Brisha masih dalam perjalanan pulang dari toko sang Mama, Brisha datang dan mereka bicara di dalam mobil Austin. Di dalam mobil dengan terisak Brisha menceritakan semua yang dialami dengan Andaru. Mendengar cerita Brisha Austin tidak bisa menahan diri lagi dipeluk tubuh Brisha ke dalam dekapannya. Degup jantung keduanya berdetak lebih cepat dan mereka merasakan satu hal yang sama yaitu nyaman.
Apakah benih-benih cinta itu sudah mulai tumbuh dalam diri mereka berdua? Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Mengingat Brisha dan Austin dari dua latar belakang yang berbeda, dengan masalah pribadi dan masalah orang – orang di sekitarnya yang berbeda pula. Belum lagi tentang masa lalu Brisha yang masih sedikit menghantui Brisha.
Baca kisah selengkapnya Brisha-Austin dalam novel berjudul “Fixing a Broken Heart “ karya Indah Hanaco. *****
Dengan menggunakan dua sudut pandang tokoh yaitu Brisha dan Austin, jadi konflik yang diangkat pun juga lebih kompleks. Berdasarkan dari blurb-nya cerita dalam novel ini sangat beragama. Untuk setting tempat pun menggunakan banyak tempat mulai dari mall, toko buku, kampus, rumah, toko furniture dan bahkan lokasi shooting. Plot dan alurnya mulai awal, konflik hingga penyelesian cerita pelan bertahap dan runut secara baik, sedangkan alurnya.
Dalam cerita ini karena masalah yang diangkat sangat kompleks, sehingga untuk penokohan lumayan banyak selain ada Brisha dan Austin sebagai tokoh utama juga banyak tokoh yang menjadi tokoh pendukung dala cerita ini, sebut saja dua sahabat Brisha Sophie dan Amara, belum lagi orang tua Brisha dan orangtua Austin, Manager Austin dan masih banyak lagi.
Karakter Brisha sendiri di sini dia sangat sayang sama keluarga, buka type pembangkang meskipun kedua orangtuanya mengekang Brisha apalagi setelah insiden dirinya dengan Andaru. Orangnya terbuka dan peduli dengan teman dan keluarga. Kuat dengan berusaha melawan ketakutanya sendiri, satu-satunya yang membuat geli adalah putus asanya Brisha karena berat badan tidak turun. (Kita sama Sha, ingin kurus tapi tidak mau olahraga, paling malas kalau buat olahraga. Wk wk wk wk)
Karakter Austin, setia kawan, sayang sama ibu, bekerja keras. Dan katanya kalau seorang laki-laki bisa memperlakukan ibunya dengan baik berarti dia bisa memperlakukan istrinya dengan baik pula. Type suami-able banget Austin ini yaa. Apalagi cara pandang dia tentang cewek yang mempunyai berat badan diatas ideal. Sungguh Austin kau idaman wanita seluruh dunia. Karakter Austin ini karakter seseorang yang mudah membuat nyaman orang lain.
Aku suka dengan karakter Brisha, dia tegar dengan caranya sendiri, dan dia bukan seorang yang gampang trauma, mengingat dua kali putus cinta dengan mantan yang brengsek tapi lebih ke arah hati-hati. Tidak mau kecewa untuk ketiga kalinya.
Kelebihan cerita ini adalah aku suka dengan gaya menulisnya Mbak Indah Hanaco yaitu tentang kekeluargaan dan persahabatan yang sangat kental dan solid. Disini mbak Indah seperti menjelaskan kepada para pembaca bahwa seberat apapun masalah yang kita alami selalu ada keluarga sebagai tempat kita pulang dan sebagai penguat serta pelindung utama bagi kita. Dengan banyak konflik yang diceritakan tapi komposisinya pas dan tidak tumpang tindih. Dengan label Young Adult cerita cinta tidak menjadi hal utama saja tetapi permasalahan yang dialami oleh tokoh utama itu bisa dikatakan luar biasa.
Suka dengan pemilihan covernya dan pemberian judul, yang setelah dibaca memang keduanya ada keselarasan dengan ceritanya. Tidak ada sedikit pun kesan pemaksaan untuk kedua hal tersebut. Pemilihan narasinya juga apik dan tidak lebay.
Kekurangan cerita ini, alur penyelesaian konflik yang kurang, apalagi menilik konflik yang mereka alami terbilang tidak biasa. Selain itu karakter ayah Brisha bisa dikatakan tidak ada sama sekali, mengingat dengan apa yang dialami Brisha dan sang mama seharusnya porsi sang ayah setidaknya sama dengan porsi sang mama.
Quote yang menjadi favorit aku dalam cerita ini antara lain :
“Brisha sayang, bahkan mie instan pun harus dimasak dulu sebelum dimakan. Artinya, tetap perlu proses untuk segalanya. “ (Sophie, halaman 31)
“Betapa tak nyaman jika kamu melakukan sesuatu karena ingin menyenangkan seseorang” (halaman 43)
Pesan moral yang tersirat dalam cerita ini adalah bahwa segala sesuatu seberat apapun sebuah masalah bisa diselesaikan dengan saling bicara dan dengan kondisi kepala dingin. Semua masalah pasti akan menemukan satu titik penyelesaian. Masalah ada bukan untuk menjauhkan hubungan yang sudah ada tapi malah membuat hubungan itu menjadi erat dan kokoh. Kisah Brisha – Austin ini merupak kisah terakhir dari Amara-Sophie-Brisha akhirnya kisah Brisha membawa diriku ke rasa penasaran tentang kisah Sophie dan Amara.
Ada bintang 4 dari 5 bintang yang aku punya untuk nilai novel ini. Brisha dan Austin wajib kalian baca, terutama buat mereka yang mencari bacaan dengan konflik romance bukan menjadi yang utama, yang suka dengan bermacam-macam konflik dalam satu cerita monggo silahkan dibaca kisah ini.
Judul : Fixing a Broken Heart | Penulis : Indah Hanaco | ISBN : 978-602-03-4002-9 | Tebal : 296 Halaman | Terbit : 8 Mei 2017
8 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Young Adult - Welcome Home, Rain
Ditulis oleh Wardah di https://melukisbianglala.wordpress.com/2017/11/11/welcome-home-rain-mimpi-kisah-cinta-dan-keluarga/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Welcome Home, Rain bercerita tentang Ghi dan Kei. Keduanya berkenalan lewat kakak adik Danan-Donna. Danan adalah sabahat Ghi, sedang Donna sahabat Kei sejak kecil. Keduanya sempat merasakan kebahagiaan bersama hingga segalanya runtuh. Meninggalkan Ghi dengan sakit hati tak berkesudahan dan Kei dengan kehidupan melarat penuh celaan.
Bagaimana jika keduanya harus kembali bertemu lagi?
Kei, Ghi, dan Sakit Hati
Perkenalan pertama Ghi dan Kei sangat romantis. Dan magis.
Di kafe temaram yang terkesan hangat. Kei tengah bermain piano sambil bernyanya saat Ghi melihat gadis itu. Tepatnya, Ghi mendengar permainan piano dan suara indah Kei. Kei diperkenalkan sebagai Gadis Piano.
“Si Gadis Piano. Mainnya keren, suaranya bagus banget.” (h. 34)
Selepas itu, keduanya dekat. Kei dan Ghi sama-sama memiliki mimpi di dunia musik. Ghi adalah seorang penyanyi yang tengah naik daun. Ketika mendengar permainan piano Kei dan suara gadis itu, Ghi mengajak Kei untuk berduet. Sejak saat itulah, hubungan keduanya berkembang. Sayangnya, belum apa-apa hubungan mereka kandas. Ghi menemukan Kei keluar dari kamar hotel bersama seorang produsen label rekaman.
Selepas itu, kehidupan Ghi dan Kei tak lagi bersinggungan. Kei memilih menghindari dunia entertaiment dan hidup jauh dari hiruk-pikuk. Sementara Ghi, dia memilih membenci Kei dan terus mengejar cita-citanya.
Ketika membaca Welcome Home, Rain, pembaca akan sangat merasakan bagaimana sakit hati Ghi. Pemuda itu mengungkapkan perasaannya dengan begitu menggebu-gebu. Welcome Home, Rain sendiri ditulis dari sudut pandang orang ketiga yang berganti-ganti antara Kei dan Ghi. Keduanya terasa berbeda sekaligus mengalir. Saya sangat salut pada penulis yang berhasil menciptakan kisah Kei dan Ghi dengan padu.
Nah, kembali ke sakit hati Ghi. Nah, Ghi ini sejak awal muncul sudah sangat menyebalkan. Ghi ini … sangat tega, jahat, kejam—yah rada brengsek gitu kalo nama Kei muncul—sama Kei. Mulutnya suka nggak terkontrol dan emosinya jadi nggak stabil. Padahal Ghi nggak pernah mencoba melihat dari sudut pandang Kei.
Ghi ini sosok cowok yang kalau putus sama mantannya maka dia bersikap jahat pada si mantan. Padahal nyatanya, dia yang lebih sakit dengan perbuatan itu.
“Setiap luka itu butuh obat, Ghi. Termasuk sakit hati.” (h. 42)
Nah, keduanya harus kembali bersinggungan dan perlahan keruwetan di masa lalu mulai mengurai.
Masalah Keluarga
Kei adalah gambaran gadis tertutup, dan penurut yang tidak suka konfrontasi serta menghindari konflik. Sejujurnya, saya nggak terlalu bisa simpati pada sifatnya (apalagi berkenaan dengan mamanya), tapi semakin dalam cerita, saya semakin memahaminya.
Bagi Kei, keluarga adalah sesuatu yang sangat penting. Bagaimana pun keluarganya.
Jadi, keluarga adalah hal yang banyak menggerakkan karakter Kei. Selama membaca Welcome Home, Rain, saya bakal yakin kalau pembaca bakal sebal pada Kei. Kei terlalu pasif, terlalu sering menghindar, terlalu membuat pembaca frustrasi.
“Dari dulu kamu selalu begitu. Mrnghindar, menghindar, dan menghindar. Memangnya masalah bisa selesai kalau dihindari terus?” (h. 151)
Namun, seiring berjalannya cerita, pembaca akan mulai memahami Kei. Memahani alasan gadis itu menghindari dari dunia entertaiment, yang tidak sesederhana karena skandal yang menimpanya.
Di sisi Ghi, pemuda ini juga punya masalah keluarga. Seperti yang saya bilang di awal, Ghi ini menyebalkan dan keras kepala. Nah, untuk meraih mimpinya sebagai penyanyi, Ghi semacam kabur dari rumahnya dan menjauhi ayahnya.
Pertemuan Ghi kembali dengan Kei, juga membuat Ghi berubah. Bukan hanya pemuda itu mendapatkan jawaban atas hal-hal yang terjadi di antara dirinya dan Kei di masa lalu, Ghi juga perlahan menyadari bahwa keluarga adalah sesuatu yang sangat penting.
Penulis berhasil menjalin pertemuan kembali Kei dan Ghi dengan adegan yang sering mengelus dada (karena sakit hati Ghi), menyedihkan tapi membuat penasaran (karena sifat Kei yang tertutup), dan menjungkir-balikkan pembaca dengan konfilk-konflik minor di sekitar kedua tokoh utama.
Terakhir
“Apa kamu tahu beda mimpi dan ambisi, Ghi?” “Mimpi, kamu yang mengejar. Sementara ambisi, kamu yang dikejar.” (h. 234)
Welcome Home, Rain ini memiliki konfliknya padat. Nggak sebatas hubungan Kei-Ghi doang dan pertemuan mereka selepas skandal itu. Ada konflik keluarga dan persahabatan juga di buku ini.
Selain itu, isu yang diangkat mencangkup beragam hal, dunia artis yang gemerlap, cita-cita, hubungan beda usia, mental illness hingga hal-hal gelap lainnya. Hal ini membuat Welcome Home, Rain sangat kaya dan berhasil menjungkir-balikkan pembaca.
Sebuah bacaan yang sangat direkomendasikan untuk pecinta genre young adult dan kamu yang menyukai kisah kompleks.
Selamat membaca!
Judul: Young Adult - Welcome Home, Rain | Penulis: Suarcani | ISBN: 978-602-03-7536-6 | Tebal: 304 halaman | Ukuran:  13.5x20cm | Terbit: 17 Oktober 2016
5 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Belajar Lucu dengan Serius
Ditulis oleh Iliana L. di http://iliana-illie.blogspot.co.id/2017/11/resensipilihan-belajar-lucu-dengan.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Kita ini memang mudah baper menghadapi perkembangan zaman. Kita suka menghibur dan mengagumi diri sendiri dengan selfie, suka kepo dan lebay dalam menanggapi berbagai fenomena, suka cemen menghadapi persoalan, dan gampang dirundung php. Itulah colekan sajak-sajak gokil Hasta Indriyana, parodi mengenai situasi kekinian. (Joko Pinurbo) -------- Berisi 62 buah puisi yang bercerita tentang hidup dan kehidupan. Bertutur dengan gaya bahasa "zaman now" membuat buku ini terasa asyik, kocak, dan tidak kaku. Menariknya, buku ini mengangkat beragam isu dan dapat dijumpai di sekeliling kita. Tak hanya itu, judul-judul puisi di dalamnya juga menggunakan bahasa kekinian yang membuat puisi ini kian berwarna dan tidak membosankan.
Secara keseluruhan, puisi-puisi yang ditulis dari tahun 2013 hingga tahun 2017 ini, mengajak kita untuk berpikir lebih kritis melalui sudut pandang yang berbeda. Selain kontemplasi, penulis juga melayangkan kritik dan sindiran kepada pihak maupun suatu hal tententu. Sentilannya yang satire dalam beberapa puisinya, mengingatkan kita untuk menikmati hidup ini dengan ringan dan tidak terpaku pada fenomena atau persoalan yang dihadapi. Sebab, hidup ini terus bergerak dan diperlukan adanya keseimbangan dalam mengelola hidup agar menjadi lebih berarti.
Meski baru pertama kali membaca puisi-puisi karya Hasta Indriyana, saya sangat terpukau. Diksi-diksinya mencerminkan kepekaan penulis terhadap keindahan. Buku ini makin menarik perhatian saya karena dilengkapi dengan ilustrasi apik. Judul bukunya juga mewakili isi tulisan di dalamnya. Buku ini bisa menjadi pilihan yang pas bagi orang-orang yang kurang suka dengan puisi yang kelewat serius. Sementara untuk penikmat puisi, buku ini akan menjadi pengalaman sekaligus hiburan yang menyenangkan. Kendati bersifat jenaka, tak lantas menghilangkan amanat yang ingin disampaikan oleh penulis. Penulis sangat cerdas memasukkan jiwa hingga membuat buku kumpulan puisi ini begitu hidup bahkan menjungkir balikkan emosi pembaca.
Tak hanya itu, buku ini juga diperkaya dengan sajak-sajak pendek yang menggelitik seperti "LDR".
LDR Kalau sepi begini Yang kubutuhkan bukan wifi Tapi wife Satu puisi yang menurut saya sangat menarik adalah puisi yang berjudul "Penjual Jam". Penjual Jam Di toko besar penjual jam "Apakah toko ini menjual waktu?" Pemilik toko diam"Apakah toko ini menjual baterai abadi?" Pemilik toko diam"Apakah tik tok semua jam seperti detak nadi?" Pemilik toko diam"Apakah semua jarum disini seruncing maut?" Pemilik toko diam"Apakah toko ini sudah tua, setua waktu?" Pemilik toko diam"Apakah Anda bisa memperbaiki waktu saya Jika kelak rusak?"Toko seluas segala ruang itu senyap Tak mau menjawab
Tak hanya impresif, tiap baitnya membuat saya tercenung. Tentu saja waktu bukanlah sesuatu yang bisa diperjualbelikan. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama, yang berbeda hanya bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang kita punya.
Empat bintang saya berikan untuk buku ini.
Judul: Belajar Lucu Dengan Serius (Puisi) | Penulis: Hasta Indriyana | Terbit: 11 September 2017 | ISBN:  978-602-03-7596-0 | Tebal:  96 halaman
38 notes · View notes
gramedia · 6 years
Text
Resensi Pilihan: Cinder Ana on Duty
Ditulis oleh Desty di http://www.destybacabuku.com/2017/10/517-cinder-ana-on-duty.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Siapa tak kenal dengan kisah cinta legendaris Cinderella? Gadis sederhana yang bertemu dengan pangeran tampan. Dengan mudah kita bisa menjumpai berbagai adapatasi kisah Cinderella. Kali ini Sofi Meloni meramu cerita remaja atau teenlit dengan merujuk ke kisah legendaris Disney tersebut.
Kisahnya diawali dengan pertemuan Ana dengan seorang pemua berpakaian serba hitam di lift sebuah mall. Keduanya terjebak di dalam lift yang macet karena listrik yang padam. Awalnya Ana tidak menyadari bahwa pemuda itu adalah Kent Adrian, seorang artis muda yang sedang naik daun. Tapi tingkah Kent yang sangat menyebalkan di mata Ana membuatnya merasa sial terjebak bersama Kent. Kent memarahi Ana yang berteriak-teriak minta keluar dari dalam lift, sementara Ana menyebut Kent sebagai artis kacangan.
Sayangnya kesialan Ana harus berlanjut. Kent ternyata sedang menjalani syuting reality show Back To School di SMA Garuda tempat Ana bersekolah. Namanya juga artis, Kent menjadi pusat perhatian siswa-siswa di sekolah itu. Ketika Kent bertemu dengan Ana di parkiran, keduanya kembali terlibat pertengkaran yang tidak berlangsung lama karena para fans Kent segera datang menyerbu. Kent langsung menarik Ana naik ke mobilnya dan segera tancap gas. Ketika sadar bahwa Ana ikut naik di mobilnya, Kent lantas menyuruh Ana segera turun. Setelah berjalan cukup jauh hingga mendapatkan halte bus, lagi-lagi Kent datang menemui Ana untuk mengembalikan telepon genggam Ana yang tertinggal di mobil. Belum sempat berpindah tangan, telepon genggam milik Ana itu dijambret oleh seorang preman. Kent mencoba melawan namun justru mendapatkan luka sayatan di tangan. Belum cukup sampai di situ, Kent malah menyeret Ana ke kantor manajemennya untuk meminta ganti rugi karena tangannya yang luka. Kejadian itu berakhir dengan ditunjuknya Ana sebagai asisten Kent selama melakukan syuting di SMA Garuda.
Tugas Ana sebagai asisten antara lain menyiapkan makan siang Kent dan mengantarkannya ke mobil pada jam istirahat, menemani Kent dalam semua aktifitas Kent, mengerjakan tugas-tugas sekolah Kent dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan Ana sebagai misi khusus, karena Ana terikat dalam kontrak yang menyatakan bahwa Ana harus merahasiakan identitasnya sebagai asisten Kent. Tidak mudah bermain kucing-kucingan apalagi dengan kedua sahabatnya Lika dan Juli yang nge-fans berat pada Kent. Apalagi Kent adalah artis yang arogan, tidak pernah mau meminta maaf, selalu memarahi Ana, dan menganggap Ana sebagai anak kecil. Ana sendiri tidak jarang beradu mulut dengan Kent, meski dia tetap tahu diri harus melaksanakan tugasnya sebagai asisten.
Saya cukup terkejut ketika melihat informasi di akun Instagram milik Gramedia tentang novel terbaru karya Sofi Meloni yang bergenre teenlit. Tentunya saya penasaran, karena empat buku karya Sofi sebelumnya adalah novel romance dewasa. Dan saya ternyata sangat suka dengan tulisan terbaru Sofi ini. Sosok Ana yang terasa real berhadapan dengan figur Kent yang too good to be true. Ditambah dengan karakter-karakter tambahan seperti Lika, Juli dan Asep (asisten Kent) yang lucu dan menggemaskan. Saya juga suka dengan pelajaran sosial yang disampaikan Ana lewat pidatonya, tentang bagaimana Kent sebagai sosok idola adalah juga remaja yang merindukan kehidupan orang biasa.
Kisah Cinderella tidak lengkap tanpa pesta dansa dan batasan waktu yang diberikan oleh ibu peri. Sofi Meloni menyelipkannya dalam bentuk prom night yang awalnya ingin dihindari oleh Ana karena dia tidak punya pasangan ke acara itu. Bagian prom night ini juga yang menjadi klimaks kisah Cinder Ana. Lantas apakah Ana menemui kebahagian selama-lamanya seperti Cinderella? Hehe.... baca sendiri ya bukunya. Kisah yang manis menghangatkan hati ini dijamin membuatmu akan mengenang kembali masa-masa indah di SMA.
Judul Buku : Cinder Ana On Duty | Penulis : Sofi Meloni | ISBN:  978-602-03-7593-9 | Harga: Rp65.000,- | Size: 13.5x20cm | Halaman : 280 | Terbit: 23 Oktober 2017
2 notes · View notes
gramedia · 7 years
Text
Resensi Pilihan: Alice di Negeri Cermin
Ditulis oleh Sharon Christanto di http://peekinsidebooks.blogspot.co.id/2017/10/review-alice-through-looking-glass.html untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
Blurb: Melanjutkan petualangannya di Negeri Ajaib, sekarang Alice masuk ke dunia di balik cermin, dan pengalamannya jadi semakin aneh. Alice bertemu Humpty Dumpty, Tweedle-Dum dan Tweedle-Dee, monster Jabberwocky, dan si Ratu Merah yang menjanjikan Alice bisa menjadi ratu seperti dirinya setelah sampai di seberang padang yang mirip papan catur. Dan dalam perjalanan ke sana, lagi-lagi Alice mengalami berbagai petualangan seru bersama makhluk-makhluk di Negeri Cermin. ~~~ Sekuel dari Alice in Wonderland, satu hal yang saya senangi dari buku ini adalah ceritanya yang cukup independen -- tidak terlalu mengacu pada buku pertamanya, sehingga saya ga kesulitan memahami ceritanya. Jika di buku pertama Alice masuk ke Wonderland lewat lubang kelinci, kali ini jalan masuknya berbeda. Ia masuk dari cermin besar yang tergantung di atas perapian. Tokoh Dunia Cermin yang pertama kita temui adalah sekelompok bidak catur merah dan putih beserta Raja dan Ratu mereka masing-masing. Semakin jauh Alice menjelajah, ia bertemu dengan bunga-bunga yang bisa bicara, hingga akhirnya Ratu Merah mengatakan pada Alice jika ia bisa sampai ke sisi lain padang yang berbentuk seperti catur, Alice juga akan menjadi ratu. Kini posisi Alice adalah sebagai 'bidak' catur, dan ia memulai perjalanannya melintasi padang. Selain makhluk-makhluk yang disebutkan di blurb, ada juga tokoh-tokoh lainnya, contohnya saja Pengawal berkuda, Singa dan Unicorn yang selalu berkelahi. Buku ini merupakan buku terunik yang pernah saya baca. Tidak hanya berisi paragraf seperti buku sastra pada umumnya, di buku ini terselip puisi serta tipografi tulisan. Ada yang tulisan terbalik sehingga bisa dibaca dengan cermin (sesuai dengan latar tempatnya yang berada di balik cermin), ukuran huruf yang kecil untuk menegaskan suara pelan, sehingga suasana yang digambarkan penulis lebih terasa. Dari segi tokoh-tokohnya, memang masing-masing memiliki sifat yang unik. Contohnya Alice yang cerdas (namun saya agak jengkel dengan kebiasaannya berdialog dengan dirinya sendiri), Humpty Dumpty yang lumayan bikin kesal, Ratu Putih dan Ratu Merah yang sering sekali berdebat. Saya ga bisa bercerita banyak tentang buku ini karena takutnya jadi spoiler. Pokoknya banyak banget hal-hal yang dialami Alice di Dunia Cermin, dan hambatan yang dia temui selama melintasi padang. Selama waktu itu, apakah Alice berhasil sampai ke seberang padang dan mendapatkan gelar Ratu? Bacalah dan ikut berpetualang bersama Alice di Dunia Cermin! Aku merekomendasikan buku ini untuk semua teman-teman pecinta novel fantasi dan sastra klasik. Kalau kalian sudah pernah membaca Alice in Wonderland dan menyukainya, buku ini cocok untuk kalian! Rating 4/5
Judul: Alicedi Negeri Cermin (Alice Through the Looking Glass) | Penulis: Lewis Carroll | Tahun terbit: 2016 | 176 halaman | ISBN 978-602-03-2505-7
7 notes · View notes
gramedia · 7 years
Text
Resensi Pilihan: Kisah Hidup A. J. Fikry
Ditulis oleh Yoeni Syafitri di https://www.facebook.com/notes/yoeni-syafitri-sekar-ayoe/resensi-novel-the-storied-life-of-aj-fikry-by-gabrielle-zevin/10208109151767030/ untuk program #ResensiPilihan di Twitter @bukugpu
Tumblr media
“Manusia tidak bisa hidup sendiri; setiap buku membuka jendela dunia.”
Hidup A.J. Fikry jauh dari yang diharapkannya. Istrinya meninggal, penjualan di toko bukunya merosot tajam, dan hartanya yang paling berharga, koleksi puisi Poe yang langka, baru saja hilang dicuri. Pelan tapi pasti, A.J. menjauhkan diri dari semua orang di Pulau Alice. Bahkan ia tak lagi menemukan kegembiraan dari buku-buku di tokonya. Ia malah menganggap buku-buku itu sekadar penanda bahwa dunia telah berubah begitu cepat.
Tetapi kemudian paket misterius muncul di tokonya. Paket itu kecil, meski bobotnya lumayan. Kemunculannya memberi A.J. kesempatan untuk membuat hidupnya lebih baik dan melihat semua hal dengan perspektif berbeda. Tak butuh waktu lama bagi orang-orang di sekitar A.J. untuk menyadari perubahan dalam dirinya. Ia tak lagi pahit, buku kembali menjadi dunianya, dan semua hal berubah menjadi sesuatu yang tak ia duga akan terjadi dalam hidupnya.
“Terkadang buku-buku tidak menemukan kita hingga saat yang tepat.” (hlm. 101)
A.J. Fikry, 39 tahun, adalah pemilik Island Books, satu-satunya toko buku kecil di Pulau Alice. Tokonya hanya laris di bulan-bulan musim panas karena dibeli oleh turis-turis yang sedang berlibur. Walaupun memiliki toko buku, anehnya, A.J. tidak menyukai penulis dan seleranya terhadap buku sangat spesifik--lebih banyak yang ia tidak suka daripada yang ia suka. Ia hanya menyukai karya-karya sastra unggulan dan tidak suka buku bergambar, buku anak, buku remaja, chicklit, terjemahan, fantasi dan masih banyak lagi. Penjualannya merosot tajam dan makin parah sejak istrinya meninggal.
Istri A.J., Nic, meninggal karena kecelakaan. Semenjak itu Ia tidak lagi membaca dan sinis terhadap pelanggan. Satu-satunya penyemangat A.J. adalah Tamerlane, kumpulan puisi karya Edgar Allan Poe miliknya yang sangat langka dan bernilai lebih dari 400 ribu dolar. A.J. awalnya berencana menutup toko dan pensiun dari uang hasil lelang buku itu nantinya. Tetapi, sialnya buku itu hilang. Di malam Ia mabuk-mabukan sembari merindukan keberadaan istrinya, bukunya dirampok orang. A.J. makin tenggelam dalam keputusasaan dan kesendirian.
Sampai paket itu datang. Paket kecil dan berbobot lumayan itu datang beberapa minggu setelah perampokan. Paket itu juga anehnya diikuti oleh peningkatan bisnis yang lumayan. A.J. lebih bisa menghadapi orang-orang, kembali membaca untuk bersenang-senang, dan tidak lagi merasa kesepian. Paket itu mengubah perspektifnya atas segala hal dan termasuk membuatnya merasakan cinta lagi.
Apakah isi paketnya? Akankah A.J. menemukan kembali koleksi puisinya yang berharga itu?
Sepertinya aku jadi lembek di usia paruh baya. Tapi aku juga berpikir reaksiku belakangan menunjukkan pentingnya menemukan kisah di waktu yang tepat dalam hidup kita.---A.J.F.
Well, novel ini cukup membuat saya terkejut. Pertama, saya tidak pernah menyangka kalau membacanya bisa terasa seasyik ini. Dilihat dari blurb-nya, saya sudah bersiap-siap akan bertemu penjual buku tua yang pemurung dan depresif karena baru saja kehilangan istri, tapi ternyata bukan itu yang terjadi. Proses kesedihannya tidak dibuat berlarut-larut sepanjang cerita. Justru karakter A.J. yang sinis dan tidak ramah itu dibumbui dengan dialog yang lincah hingga membuat saya makin terhibur.
Yang kedua, surprisingly ternyata novel ini juga romantis. Kehilangan istri tercinta ternyata tidak membuat A.J. mati rasa. Saya sempat menduga akan menemukan banyak ungkapan-ungkapan sentimental tentang rasa kehilangan, tapi Gabrielle Zevin kembali mengejutkan saya. Buku ini ternyata tidak hanya menyiratkan tentang kenangan, tapi juga harapan.
“Ketakutan tersembunyi bahwa kita tidak patut dicintailah yang menyebabkan kita terisolasi,” tutur kutipan tersebut. “tapi sebenarnya, penyebab kita terisolasi adalah karena kita berpikir kita tidak patut dicintai. Suatu hari nanti, entah kapan, kau akan berkendara di jalan. Dan suatu hari nanti, entah kapan, pria, atau wanita itu, akan ada di sana. Kau akan dicintai karena untuk pertama kali dalam hidupmu, kau benar-benar tidak akan sendirian. Kau akan memilih untuk tidak sendirian.” (hlm. 167-168)
Overall, buku The Storied Life of A.J. Fikry ini spektakuler dengan cara yang sederhana. Untuk sebuah buku yang tidak terlalu tebal, pahit manisnya kehidupan benar-benar digambarkan secara total. Bagaimana buku bisa mengatasi kesendirian, bagaimana selalu ada harapan dari rasa kehilangan, dan bagaimana hidup selalu memberi kita kesempatan lewat hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan---semua dikupas tuntas di buku ini. Bagi Anda pencinta buku yang ingin membaca buku tentang buku saya rekomendasikan buku ini. Ini adalah sebuah kisah yang bisa membuat hati kita hangat seperti saat mengingat orang-orang terdekat. Recommended :)
Kita membaca untuk mengetahui kita tidak sendirian. Kita membaca karena kita sendirian. Kita membaca dan kita tidak sendirian. Kita tidak sendirian. (hlm. 263)
Judul: The Storied Life of A.J. Fikry | Penulis: Gabrielle Zevin | Tebal: 280 Halaman | Terbit: Oktober 2017 | ISBN: 978-602-03-7581-6
32 notes · View notes