Tumgik
#Team gaji
makiquas · 3 months
Text
Tumblr media
A Pet's Aesthetic [ official transl. title "Tightrope" ]
contemporary, 18+ erotica
two young women have been best friends their entire lives, so close in fact that it sparks dating rumors amongst everyone else
unrequited pining, slowburn, longtime friends-to-lovers (?) set in Korea
very short, very spicy gl that could be renamed as down bad™: the yuri
lead is a bit of a girlfailure freak. seriously, that girl is HORNY.
love interest is written as closed-off emotionally and at least an aro-spec stone top; the nsfw scenes almost purposefully feel more physical than romantic.
miniseries– less than 10 chapters–by same artist who made What Does The Fox Say
TW: explicit sexual content. also for romance and fluff enjoyers, there is zero emotional or lovey-dovey moments. this is radioactive emotionally unavailable sex. think play date by melanie martinez.
Recommended for fans of: Tryst Six Venom by Penelope Douglas, Don't Leave Me by Eden Emory. Also for Makiqua enjoyers (me and 5 others) who believe that stone Quanxi and girlfailure femme Makima are canon, and that all problems of CSM would be solved if Makiqua just had sex about it.
17 notes · View notes
like-good-girl · 2 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Can we stop a moment to talk about her?
7 notes · View notes
chaenniefirst · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
who has a favorite new girlfriend? seon woo-hui, my beloved.
34 notes · View notes
vixvaporub · 1 year
Text
Tumblr media
What Does the Fox Say? | 왓 더즈 더 폭스 세이? by Team Gaji
25 notes · View notes
ihernglass · 1 year
Text
reading show me your bust and I already know I’m going to be ruined by another team gaji production. rip me.
3 notes · View notes
polkadot29 · 19 days
Text
0 notes
sejubae99 · 1 month
Text
What does the fox say? Chapter 27:
Either for revenge, to fill the emptiness inside of her, or perhaps for pure amusement... Sumin began meeting other people. But there must have been times when she missed it, there must have been memories which came to her mind. Those short moments, Or the long periods of time when we meant everything to each other. Pain may fade away, but the scar remains. The Seong Sumin who is mere trash to all of you, drained from not being able to give or receive love. No matter how many times... You always end up being mine. Sumin, maybe it was supposed to be like this from the beginning. Loving no one else, but just at this distant from each other. Not being in a relationship to break up from. Be by each other's side without getting hurt. Holding each other when we want. Use each other when we need to. Sometimes be cruel when things get tough. Just like that. Until we die. Just the two of us.
1 note · View note
bereaving · 9 months
Text
Tumblr media
0 notes
lancevance · 1 year
Text
finally got to the crux of wdtfs (sumin cheating on sungji with seju) and man this story is SUCH a scorpio story with love and sex being a mind, body and soul experience while betrayal, revenge and stubbornness remain huge themes
and scorpio energy isn’t afraid to dive deep in the emotional depths of our psyche. no fear of the nitty gritty nor depravity. even after many hours of engagement with wdtfs, its emotional intelligence still impresses me
0 notes
pinkpain · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
pinkpain: exploring themes of abandonment issues, being the villain, betrayal and the art of letting go, featuring baek seju from the gl manhwa wdtfs: 『 狐狸在说什么?』by team gaji. indie, private and selective. very crossover and au friendly. minors and personals dni. mature themes will be present. written by cherry (she/her, 1993) ♡
this blog uses beta + xkit rewritten ony !!
affiliated with @goldgaze 
Tumblr media
carrd.    headcanons.    starter calls.    prompts.    playlist.
18 notes · View notes
afrianiriska · 1 year
Text
Menjadi guru itu TIDAK MUDAH?
Oleh: Riska Afriani, S. Pd. Pembangunan nasional negara Indonesia, berlandaskan tujuan nasional yang telah dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, yaitu “…Melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi tujuan utama nasional Pendidikan di Indonesia, yang menggambarkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas. Dalam praktiknya, bagaimana Pendidikan ini membawa generasi muda, anak-anak Indonesia, perjuangan mengupayakan tujuan Pendidikan nasional, ada di tangan guru sebagai agen fasilitator pembelajaran. Lalu, apakah menjadi guru adalah hal mudah? Dalam praktik kependidikan, saya tumbuh dalam latarbelakang ilmu akuntansi. Sejak SMK, perguruan tinggi, hingga Pendidikan profesi guru, pengalaman mengajar di program studi akuntansi. Sempat berhenti selama dua tahun karena focus sebagai ibu baru, menjadikan saya merasa tak berdayaguna. Hingga awal tahun 2023, saya memutuskan untuk Kembali menjadi guru, di sekolah dekat tempat tinggal saya. Keluar dari zona nyaman sebagai guru akuntansi, saya meneguhkan diri untuk mengajar mapel IPS. Karakteristik matapelajaran yang berbeda, antara IPS dan akuntansi, menjadikan saya belajar dari nol. Sulit? Ya. Tapi, saat segalanya diniatkan untuk ibadah dan meningkatkan kapasitas diri, rasanya seperti mengalir tanpa ada kesulitan yang berarti. Bicara tentang mengajar, banyak cara mengajar yang dapat kita terapkan pada peserta didik. Sebuah tantangan tersendiri bagi saya dalam mengajar IPS yang Sebagian besar materinya adalah teori, hafalan. Minggu-minggu awal saya mengajar, terlihat kebosanan dari para peserta didik. Untungnya, anak terbuka mengutarakan kemauan belajarnya seperti apa. Pertama kali saya menerapkan model team games tournament, dimana saya membuat satu teka teki silang tentang Kehidupan Masyarakat Hindu Buddha dan Masa Islam, yang secara berlomba-lomba mereka jawab dalam kelompok. Ada satu respon yang banyak mereka ungkapkan, “Bu, permainan lagi ya!”, “Bu, ada lagi nggak bu yang kayak gini?”, rasanya senang sekali. Tapi memang, setiap hari otak dibuat berfikir akan mengajar dengan media apa lagi untuk memecah kebosanan siswa. Ini, salah satu hal yang tidak mudah bagi saya sebagai orangtua di rumah, dan guru di sekolah. Pada kesempatan lain, saya coba terapkan model pembelajaran serupa di kelas yang lebih tinggi. Ada satu kelompok yang paling lambat progress-nya, dan salah satu anggota memilih untuk menyalin jawaban kelompok lain. Selama berdiskusi pun, anak tersebut tak terlihat berpartisipasi sama sekali. Seringkali, dijumpai anak yang tidur saat jam pelajaran berlangsung. Dan ternyata, inilah kesulitan sesungguhnya menjadi guru. Saat mendapati anak yang benar-benar tidak peduli. Hingga rasanya, jika boleh, jika bisa, diri ini juga ingin bersikap sama, tidak peduli. Gaji tak seberapa, lelah fisik, lelah pikiran, yang rasanya tidak dihargai, dengan ketidakpedulian mereka. Perasaan-perasaan semacam ini, yang kadang muncul mengecilkan semangat mendidik pada diri saya, dan mungkin bagi sebagian orang lain yang berprofesi sebagai guru, terutama yang masih berstatus sebagai guru tidak tetap. Bagi kalian yang saat ini baru menjadi guru, sedang berjuang mendapatkan pekerjaan sebagai guru, atau masih menempuh Pendidikan keguruan, kiranya hal ini bisa menjadi gambaran nyata dalam praktik Pendidikan di sekolah. Masih mau melanjutkan cita-cita sebagai guru atau memilih jalan lain, sepenuhnya hak prerogatif masing-masing. Katanya, menjadi guru itu panggilan jiwa. Menjadi ibu rumah tangga atau menjadi ibu bekerja, juga keduanya sama-sama baik, kita masih sama-sama “Ibu” yang mengupayakan segalanya yang terbaik untuk anak-anak kita. Semangat untuk kita semua!
13 notes · View notes
chaenniefirst · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
10 notes · View notes
thegoddessyuri · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Tittle: What does the fox say?
Author: TEAM GAJI
Genre: Manwha
Status: Completed
As the newest hire of a game dev studio, beautiful Sungji draws all the attention of her coworkers — but it's her bossy and blunt team leader Sumin that intrigues her. Love is a whole new game for Sungji, and with company president Seju breaking (or was it laying?) down the rules, this new girl’s got her work cut out for her if she wants to win. Will she be able to give Sumin what she wants?
36 notes · View notes
miracaliandra · 1 year
Photo
Tumblr media
"What doesn't kill you makes you stronger." Kalimat tersebut benar-benar menjadi soundtrack hidupku tahun 2022 selain lagu Harry Styles, Tulus, dan Conor Albert hahaha. Setelah 2 tahun pandemi, Alhamdulillah bisa kumpul full team sama keluarga inti saat lebaran. Tapi Ramadhan tahun 2022 memberikan kabar mengejutkan karena harus pindah Direktorat, awalnya mikirin sistem, prosedur, dan kebijakan-kebijakan bersama tim yang super di SSPP Kawasan Amerika Pasifik, lalu atas perintah Kepala BP2MI, berpindah direktorat untuk mempercepat penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Korea Selatan dengan skema G to G yang tertunda 2 tahun akibat pandemi. Mengelola G to G Korea seperti naik rollercoaster. Sleepless nights adalah hal biasa, yang mengejutkan adalah dinamikanya, selain harus komunikasi intense dengan orang Korea, tapi harus tahan dengan tuntutan pimpinan dan pelayanan ke Calon PMI yang ga kenal waktu karena nomor pribadi tersebar sampai ada masanya sehari masuk 200 pesan dari Calon PMI ke WA pribadi. Belum lagi dituntut untuk jadi public figure karena jadi narsum di bincang-bincang G to G Korea yang ditayangkan live di FB BP2MI. Tapi kubersyukur, karena tim yang solid di G to G dan tentunya pelindungan Allah SWT, 11.545 PMI sudah terbang ke Korea untuk bekerja dengan gaji di atas 20 juta rupiah per bulan dan ku juga berkesempatan mendampingi keberangakatan mereka. Presiden RI pun sempat melepas PMI di 17 Oktober 2022. Thank you 2022, Alhamdulillah. https://www.instagram.com/p/Cm1wfipvwFHbuPhnUoSPDhPTIYDBpIdC4-VwNo0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
10 notes · View notes
ssyscript · 11 months
Text
Ngobrol sama Engineer
Hi guys, udah lama banget yaa aku ga nge-blog? hehe so ya, here we go!
aku udah lama mau bahas topik ini. kisahnya, berawal dari kak Reza yang memang menjadi mentorku sejak zaman aku magang di revou. keterusan ngebimbing aku dengan memberi insight saat aku apply dan ada tugas teknikal. duluu banget ka reza pernah bilang ke aku, coba tanya insight dari programmer yakni: "Sejauh ini kamu kerja beririsan sama pm ekspektasimu ttg pm harus gimana? (Product management)" akhirnya aku tanya ke temanku zaman kuliah namanya Maslul, kawanku zaman kuliah yang sekarang kerja sebagai backend di suatu startup ternama.
inilah insight yang kuperoleh:
Kudu udah tau jobnya (product manager) ngapain aja ssy. Aku sendiri males kalo sama pm yang belum paham jobnya
Menghasilkan produk yang match dengan market
Kalo bisa gaji gede malah lebih bagus ssy hahaha, terserah itu mah mau mentingin mana dulu (gaji atau ilmu), kalau ilmu berarti kalo dapet company yang ngesupport banget, bisa cepet belajar banyak, dan lebih banyak tau dibanding orang lain
Harus dong berusaha yang lebih giat lagi biar dapet gaji yang lebih besar, mumpung udah masuk ke industrinya kudu dikejar
PM kan yang rancang produk ssy. Gaada pm berati gaada produk. Mau maksa kaya gimana pun produk yang dihasilin ga sebagus kualitas PM.
Maslul pernah kerja di perusahaan tech yang belum ada PM nya. alhasil produknya jelek. "Makanya gaada pm aku sebut gaada produk, karna percuma produk yang dihasilkan ga tepat guna"
Maslul: Maksud jeleknya adalah, Sama kaya engineer ssy, ada yang bisa backend, ada yang bisa frontend, ada yang bisa keduanya (fullstack). Pertanyaannya, apakah kode fullstack lebih bagus? Kebanyakan engga. Dengan lama pengalaman yang sama, fullstack gabisa sebagus backend untuk kode bsckend. Dan gabisa sebagus frontend untuk kode frontend. Kenapa? Karna concern-nya beda. Dengan waktu yang sama, fullstack harus kuasain keduanya. Akibatnya pengetahuan dia kurang dalam di masing2 bidang. Sekarang kita liat PM, apakah backend dan frontend bisa bikin produk? Bisa dan gampang. Tapi apakah produk yang dibikin tepat guna? Belum tentu. Kenapa? Karna butuh orang yang concern disitu, dialah PM. Sekarang apakah PM, backend dan frontend bisa bikin produk? Bisa. Apakah produknya bisa laku? Bisa. Apakah customer suka? Belum tentu, customer suka dan nyaman kalo didukung sama ui/ux yang bagus. Ssy: "Krn pm ga sekedar bikin produk, tapi emang harus produk yg punya value, tapi masuk budget, dan bisa relate sama urgensi + nakar efffort team lain disesuaikan dg target bangun produknya, gt kan? Dan bidang lain ga punya cukup waktu untuk mikirin itu karena fokus ngerjain bidangnya" Maslul: "Nah, ini point-nya. Dan ketika bikin produk kan harus yang dibutuhin pasar. Gimana cara tau produk itu dibutuhin? Biasanya pm akan research, dalam bentuk survey maupun compare dengan perusahaan lain. Apakah engineer bisa? Bisa aja, tapi apakah itu job engineer? Engga." Ssy: "Iyaaa itu makna dari value, untuk dapet value bearti mikirin apa customer butuh, apa masuk ke trend sekarang, apa bisa minimalisasi risiko dan bisa profit dll" Maslul: "Ini di negara lain, ada PM nya ngga? Kadang kaya shopee itu corenya di singapura. Di indo cuma buat role operasional dan role tech yang support doang, bukan orang inti."
PM itu emang bidang spesifik dan punya konsen disitu, makanya dia bisa bikin produk yang sesuai pasar. Kalopun anggepanmya jarang orang yang paham bidang itu, ya tetep harus dicari. Kan tujuannya bikin produk yang bagus.
Ssy: Product owner & project manager banyak yg pindah ke product management. Tapi gaada yg sebaliknya. Krn product management itu ibaratnya lingkaran yg lebih luas dari kerjaan product owner+project manager, dan aku yakin org product management yg background nya udah pernah di product owner/project management bisa lebih matang skill nya daripada product management yg belum punya background tsb Maslul: Bahkan banyak yang dari engineer/ui ux pindah ke PM ssy, alessnnya udah males ngoding. Biasanya pm yang kaya gini yang disukai engineer, karna pernah jadi engineer jadi dia tau mana solusi yang possible/engga. Dan prediksu waktu developmennya lebih mateng, tau cara nego ke usernya.
Menurutku, teknikal knowledge yang perlu dimiliki pm itu: -Pengetahuan umum soal html -Pengetahuan umum soal css -Pengetahuan umum soal repository -Pengetahuan umum soal mysql, tabel, kolom Kalo advance, coba belajar query sql yang basic aja, udah cukup. -Pengetahuan umum soal authentication, flownya kaya apa. -Pengetahuan umum API Pengetahuan umum API dokumentasi
Ssy: Ssy: ada ilmu2 programmer yg kamu bilang secara fundamental hrs aku bisa. dan aku belum ahli disitu, makanya aku coba discuss sama org lain, silabus seperti apa untuk bisa paham lintas divisi saat bangun produk. Maslul: Ini nice to have loh ssy, ga wajib. Yg wajib ya produk knowledge. Menurutku kamu gaperlu terlalu dalem di teknikal, value dari PM itu bisa manage produk. Itu udah cukup banget. Developer gaperlu butuh PM yang paham banget teknikal, walopun itu nilai plus. Tapi value utama PM ya dia paham produknya sendiri. Akan sayang kalo PM lebih condong ke teknikal. Dia harusnya condong ke produk, tau sedikit teknikal itu bagus, tau sedikit bisnis itu bagus, tapi kudu tau banyak ke produknya dulu. Sebenernya, buat level awal itu semua gaperlu ssy (silabus bootcamp terkait laravel, nodejs dan react js untuk seorang product manager). Cukup kuasain product knowledge aja, yang disitu must have. Tapi harapannya setahun kedepan, kamu udh paham sedikit soal teknikal knowledge. Dan semua yg kamu kasih diatas terlalu menjerumus ke framework tertentu. Pm kudu tau fitur apa yang bagus, yang tepat, solusi yang pas. Ini betul Dadi ui ux oke ini ranah ui ux, kita cuma atur flow aja, dan review dikit, ga harus tau dalemannya karna ya profesional, ui ux lebih paham lah daripada pm soal gituan. Dari qa nya dapet, betul tapi ga perlu detail, cuma tau flow testingnya, issue apa aja yg ditemukan. Programmernya dapet, betul tapi gabisa dengan pm yang baru terjun, perlu pm senior buat paham teknikal. Dan itupun hanya dasarnya aja, ngapain hire programmer kalo pm kudu tau semua? Padahal yang dimaksud teknikal knowledge menurutku itu basic teknikal/general teknikalnya. Ga menjerumus ke framework tertentu. karena ilmu yang bagus itu ilmu yg ga deped sama teknologi tertentu. Jadi ketika teknologi berubah, basicnya masih dipegang Sebenernya tugas PM udah banyak ssy, harus manage project, issue, nentuin prioritas, planning timeline, nentuin kebutuhan integrasi dan biayanya untuk beberapa bulan/tahun kedepan, nentuin produk mau dibikin seperti apa yang fit dengan market, daily standup, mastiin semua developer jalan dengan benar, manage developer biar ga terlalu gabut dan ga terlalu burnout, nentuin flow, bikin PRD, manage desain bareng ui ux, nentuin keperluan tim biar project bisa berjalan dengan smooth: termasuk diantaranya jadwalin meeting kalo developer perlu tanya2 ke divisi tertentu/company tertentu, mulutnya developer ketika ngomong dengan orang bisnis, bikin dokumentasi produknya, bikin flow, jadwalin meeting dengan user ketika UAT, orang nomor 1 yang akan ditanya kalo ada issue sama produk tersebut, dll. Menurutku itu yang lebih utama ditimbang PM bisa html, css, dan teknologi lain. Temenku ada yg basicnya programmer. Sekarang perusahaannya bangkrut, ya karna itu ga mau dengerin nasehat orang lain, yg mana pdhal dia hire orang bagus, sepak terjang udah terbukti di luar. Gw sebagai orang tech garis keras pun paham job masing2 dan kita saling respect. Emang ada kalanya PM kudu ditampar karna terlalu lembek ke orang bisnis jadi tim tech yang sengsara.
Ssy: aku pernah 1on1 sama ka deassy (pm apiary glints julo) , aku dapet insight kadang di kondisi kebakaran/ urgent kita (pm) ga harus langsung tahu harus ngapain, yg paling penting kumpulin stakeholder yg terlibat, dan cari tahu "penyebab kebakaran" dari mereka (engineer, designer, dll) terus juga aku kadang tuh (kayaknya udah 5x lebih) ikutan zoom nya kak fadel PM Flip, dia pernah cerita ada kondisi dimana dia tuh gabener2 tahu detail tapi dia tahu pokok persoalan dan solusi intinya hrs gimana, tapi dia bilang ke team engineer intinya "gimana caranya gue pengin fiturnya jadi kayak gini2", dan itu diimplementasikan sm engineer dll Maslul: Ini setuju, cuma biasanya karna PM yang bikin produknya, day to day dia urusin standup dll, jadi paham mana potensi issue. Kalo masih gapaham, dia kan punya tim, developer dll, tinggal tanya mereka aja. Thanks Maslul insight nya! ^^
3 notes · View notes
cocotangaje · 11 months
Text
24 Mei 2023; Jangan kerja pake hati, ngebatin.
Serius. Menurut guetuh kalo kerja ya kerja aja. Kerjain kerjaannya, kelarin. Jangan dipikirin apalagi dirasa-rasain. Soalnya kalo gitu, nanti 1 kerjaan gampang aja akan berasa lama. Padahal yang perlu selesai itu ada banyak.
Terus lagi, pindah topik, gue kan selama ini anaknya mengerjakan semua hal ya. Kayak.. apa aja mau gue kerjain gitu. Gak ngoyo. Kemaren aja dari content creator tiba-tiba ke akuntansi coba apa nyambungnya. Terus sekarang lagi ngumpulin modal buat beli cam sama nyusun proposal bisnis olshop merch lucu kecil-kecilan yang mau gue bikin. Tapi disamping itu, gue tetep apply as socmed specialist atau executive ke berbagai company sama industry.
Kemaren dapetlah panggilan. Udah interview, udah oke. Eh pas penjelasan jam kerja sama baru ngeuh industrynya apa, langsunglah mencuat rasa penolakan di dalam batin gue.
Jam kerjanya dibagi jadi 2 shift. Shift pagi jam 7 nyampe jam 6 sore. Shift siang jam 9 nyampe jam 10 malem. Weekend tetep masuk, tanggal merah masuk, satu minggu cuma libur sehari di hari selasa. Industrinya elektronik sama gadget.
Gue auto membayangkan kehidupan gue hanya akan dipenuhi sama kerjaan itu aja.
Memang sih, sisi enaknya adalah kepastian gaji tiap bulan, disediakan device, fasilitas gym, bonding team, etc. Tapi dengan kondisi gue yang udah punya kehidupan, hobby, rencana beberapa tahun kedepan, keinginan terus belajar upgrade ilmu, rasanya gue gak rela menggantungkan kehidupan yang tadinya gue kontrol sendiri jadi balik disetirin orang, kayak waktu zaman sekolah.
Gue mengambil kesimpulan, ternyata se-nggak-ngoyo apapun gue sama kerjaan dan industrinya, selama gue masih punya waktu luang buat belajar hal baru dan nekunin hobi, gue nggak mau lagi terjebak dalam perangkap tikus yang melilit karena uang. Ternyata bener, hal mahal yang susah didapetin itu fleksibilitas waktu dan pilihan. Selama ini gue udah punya kedua itu, wajar banget kalo gue cenderung enggan keluar dari zona itu.
6 notes · View notes