Tumgik
#ahlus sunnah wal jama'ah
ummabdillaahh · 10 months
Text
One of the most beautiful narrations I’ve ever read, regarding tawakkul🍃🍃✨✨✨✨🍃🍃
May Allāh increase us in Tawhīd!
Tumblr media Tumblr media
60 notes · View notes
auliasalsabilamp · 11 months
Text
Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah
Aqidah adalah landasan fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Aqidah yang benar akan membawa seorang muslim kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak heran jika masalah aqidah selalu menjadi prioritas dalam berbagai penjelasan ajaran Islam, karena wujudnya bagaikan nadi bagi setiap manusia.
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan rasul-rasul.
(An-Nahl ayat 36)
Ayat ini menunjukkan bahwa fokus dakwah para rasul yang paling utama adalah untuk memperbaiki aqidah, agar umat menyembah Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah.
Kemajuan zaman, disadari atau tidak turut menghadirkan berbagai kesesatan, bid'ah dan nilai-nilai yang bertolak belakang dengan ajaran seorang muslim. Jika seorang muslim tidak memiliki aqidah yang benar, maka ia pun mudah terperosok kedalam kesesatan penuh dosa.
Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah merupakan aqidah Islam sendiri yang diwarisi dari ulama, para sahabat, dan Rasulullah SAW. Ummat Islam yang mengikuti aqidah ini adalah golongan ummat Islam yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka istiqomah dalam berittiba dan menjauhi perbuatan yang tidak dilandasi dalil yang shahih.
Dalam aplikasinya, menjalankan aqidah ahlus sunnah wal jamaah tidak sesulit yang dibayangkan, sepanjang amalan tersebut dilaksanakan sesuai al quran dan as sunnah, maka Allah sudah catat sebagai amal ibadah.
Sumber:
8 notes · View notes
masjid-world · 1 year
Text
Tumblr media
Shaikh Al-Islām Ibn Taymiyyahرحمه الله :said
"Being patient with the tyranny of the rulers is a fundamental principle (asl) from the fundamentals of Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah."
Majmoo' Al-Fatāwa 28/179, Trans. Abu Khadeeja
10 notes · View notes
bintturaab · 2 years
Note
My father said there’s no point me praying because Allah doesn’t listen to the duaas of a disbeliever, or someone who doesn’t agree with their parents’ choices, is disrespectful to them.
I’ve always obeyed my parents, my whole life. I still try and treat them with respect because this is what we’ve been taught, right? But recently, I feel like I’m losing my deen. I feel lazy to pray, I have no more motivation left.
Please keep me in your duaas, I truly don’t know what’s happening anymore. I am willing to lose everything in my life but not Allah. I need Allah more than I need anything else. But I’m worried He’s angry at me now, that’s why I’m maybe losing my connection with Him? I don’t know, but I feel very unproductive.
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Say, "O My servants who have transgressed against themselves [by sinning], do not despair of the mercy of Allah. Indeed, Allah forgives all sins. Indeed, it is He who is the Forgiving, the Merciful." [Az-Zumar 39:53]
It is the belief of Ahlus Sunnah wal Jama'ah that the imaan of a person increases and decreases. Sometimes we'll be very productive and a very good Muslim who always feels connected to Allah. Sometimes we'll fall into a dark pit and become lazy and disconnected to the deen, and not be productive. It happens, and I'm sure every Muslim experiences highs and lows in their journey towards Allah عز وجل. The fact that you're feeling bad about it and want to do something to get better and fear losing Allah, is a sign that your heart is still alive and hasn't completely drowned in darkness.
Don't let the words of your father mess with your head and in turn negatively affect your relationship with Allah. Parents can often be insensitive to our state and needs and say things that may be hurtful and harmful to us. Know that Allah's door is always open for you to go back to Him, even if you go crawling. Allah never asked us to be perfect, all we have to do is just try, and He is the Most Appreciative of all our efforts whether big or small. So please don't lose hope in Allah, or in yourself.
No matter how unproductive you feel, strive to pray your obligatory prayers 5 times a day, and read the Qur'an (focus on trying to understand the meaning). Read a little even if it's a verse or 2, with tafseer. Listen to a lecture that'll help boost your iman, or read a book. Whatever you're capable of. Take small steps, little progress is still progress. But hold tightly to your salah and Qur'an, and dua. Ask Allah to renew the imaan in your heart:
(اللهم جدِّد الإيمان في قلبي)
Laziness in prayer is a real problem, and we need to constantly remind ourselves that there is nothing more important in our lives or more therapeutic or more worthy of performing than our salah. We need to incorporate mindfulness of the heart and humility in our prayer, and not rush it, so that it becomes something we look forward to and not a chore. We need to start thinking of salah as something that brings us peace, and not just a duty we need to get over with. Salah is where we can talk to Allah, where we can calm ourselves in His Presence, where we can be free from the worries of this world for a while, or choose to vent about our worries in sujood. Salah needs to be our place of refuge, and we need to cultivate our minds like that. Learn the meaning of the duas during salah, and it will help increase your focus and awe, in sha Allah.
May Allah make salah the coolness of our hearts, ameen. Really sorry for the late reply.
#q
3 notes · View notes
lagtrovert · 8 months
Note
What scholars do you take from?
Only scholars of Ahlu-Sunnah wal-Jama'ah. (= scholars who only adhere to Quran and Sunnah with the understanding of the Salaf As-Salih)
Some good examples: Shaykh ul-Islam ibn-Taymiyyah, Ibn Qayyim al-Jawziyya, Ibn-Katheer, Shaykh Muhammad ibn Abd al-Wahhab, Skaykh Abd Al-Aziz Ibn Baz, Skaykh Muhammad al-Uthaymeen, Shaykh Salih ibn-Fawzan al-Fawzan, etc.
0 notes
sisterinblack · 8 months
Text
Tumblr media
Ringkasan dari kajian:
📚 Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
👤 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حَفِظَهُ الله تَعَالَى.
🎬 https://youtu.be/vtel5NdXegw
بسم الله الرحمن الرحيم
Prinsip aqidah; semua risalah para Nabi dan Rasul tegak diatas dua kaidah yang besar,
1) Hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2) Jauhilah Thogut.
Di dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 36,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Setiap dakwah yang tidak fokus pada dua kaidah diatas, maka dakwahnya menyimpang dari syariat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
"(56) Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (57) Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (58) Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh."
Thogut pokoknya ada 5;
1) Iblis.
2) Mengajak orang untuk menyembah dirinya.
3) Barangsiapa yang disembah dan ia ridha untuk disembah.
4) Tukang ramal.
5) Orang yang berhukum selain kepada hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ahlul Sunnah Wal 'Jamaah artinya mereka menempuh seperti apa yang telah mereka tempuh (yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan para Shahabat).
Disebut Ahlul Sunnah karena kuatnya mereka berpegang dan Ittiba' mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan para Shahabat.
>> Pengertian Ash-Sunnah,
• Ash-Sunnah (menurut bahasa); jalan atau cara apakah itu baik atau buruk.
• Ash-Sunnah (menurut para ulama); petunjuk menurut Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam tentang keyakinan, pemikiran, perbuatan. Orang yang mengikutinya akan dipuji dan yang tidak akan dicela.
• Ash-Sunnah mencakup tiga hal; Aqidah, Ilmu & Amal.
>> Ahlus Sunnah; Orang yang melaksanakan Ash-Sunnah dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang berkaitan dengan aqidah, ilmu dan amal.
>> Wal 'Jamaah; Bersatu diatas kebenaran, mereka tidak mau berpecah belah dalam urusan agama, berkumpul dibawah pimpinan para Imam diatas kebenaran. Tidak mau keluar dari jamaah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi keselamatan ummah.
>> Ahlul Sunnah Wal 'Jamaah; Orang yang memiliki sifat dan karakter mengikuti Sunnah Rasulullah dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid'ah dalam agama.
Hal yang paling dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya adalah Syirik dan Bid'ah.
Di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 158-161,
۞ إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (158) إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (160) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (161)
"(158) Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (159) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, (160) kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (161) Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya."
>> Al-Quran,
Huda linnas: petunjuk bagi manusia.
Hudan-lil-muttaqin: Kitab petunjuk untuk dibaca/dipahami.
Dalam beribadah kita harus mengacu pada Al-Quran, Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan Ijma 'qaul shahabi (para shahabat)
Di dalam Al-Quran surat An-Nisa 115,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."
Surat Al-An'am ayat 153,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa."
Surat Al-Isra' Ayat 36,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."
Surat Al-An'am Ayat 82,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Surat Al-Ma'idah Ayat 3,
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Surat An-Nisa' Ayat 65,
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
Surat Al-Ahzab Ayat 36,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
Surat An-Nur Ayat 51,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Surat An-Nisa' Ayat 59,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Surat Al-An'am Ayat 116,
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Surat Al-Baqarah Ayat 170,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آب��اءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Surat Luqman Ayat 21,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?"
Ciri-ciri aqidah; utuh, jelas dan gamblang.
SYARAH AQIDAH AHLUL SUNNAH WAL 'JAMAAH.
Agama Islam adalah agama yang haq yang dibawa oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:
َاْلإِسْلاَمُ: َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”
Note:
Islam menganjurkan untuk jujur, melarang bohong.
Islam menganjurkan berbuat adil, melarang dzalim.
Islam menganjurkan untuk amanah, melarang khianat.
Islam menganjurkan untuk menepati janji, melarang ingkar janji.
Islam menganjurkan untuk berbuat baik kepada orangtua.
Islam menganjurkan untuk menjaga jiwa, melarang untuk menumpahkan darah.
Islam menganjurkan untuk menjaga akal.
Islam menganjurkan untuk menjaga harta.
Islam menganjurkan untuk menjaga nasab/keturunan.
Islam menganjurkan untuk menjaga kehormatan.
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
📝 Ima Bintu Ali
1 note · View note
consistenzy · 8 months
Text
Also, it has come from 'Amr bin Qays al-Mula'i [that he said]:
إذَا رَأَيْتَ الشاب أول مَا يَنْشَأُ مَعَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فَارْجُهُ، وَإِذَا رَأَيْتَهُ مَعَ أَهْلِ الْبِدَع فايئس مِنْهُ، فَإِنَّ الشَّاب عَلَى أَوَّلِ نُشُويْهِ .
"When you see a youth first raised with Ahlus- Sunnah wal-Jama'ah, then hope for him, and if you see him accompanying the people of innovation, then despair, for certainly, the youth is upon his initial upbringing,"
[collected by Ibn Battah in Al-Ibanah al-Kubra (1/204, #43)]
1 note · View note
dimaswidyatama · 10 months
Text
Kutipan dari Ceramah:
Dr. Firanda Andirja
(bimbinganislam.com)
Imām Ahmad berkata, tatkala beliau ditanya tentang orang-orang yang berkata, Allāh berbicara dengan nabi Mūsā tanpa suara, Imām Ahmad membantah.
بلى إن ربك عزّ وجل تكلم بصوت
Kata Imām Ahmad: "Justru Allāh (Rabb kalian) berbicara dengan suara."
Terlalu banyak hadīts yang mengatakan Allāh berbicara dengan suara.
√ Berbicara dengan malāikat dengan suara.
√ Berbicara dengan nabi dengan suara.
√ Terjadi dialog antara Allāh dengan nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
√ Terjadi dialog antara Allāh dengan nabi Mūsā 'alayhissalām.
√ Terjadi dialog antara Allāh dengan nabi Ibrāhīm.
Dengan suara yang didengar, Allāh berkata kepada nabi Mūsā 'alayhissalām:
فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ
"Wahai Mūsā, dengarkanlah wahyu yang akan disampaikan kepada engkau." (QS Thahā: 13)
⇒Allāh berbicara, tetapi suara Allāh tidak sama dengan suara makhluk.
Lihat perkataan Imām Bukhāri:
Disebutkan tentang hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,
وأن الله ـ عز وجـل ـ ينادي بصوت يسمعه من بَعُدَ كما يسمعه من قَرُبَ
"Bahwasanya pada hari kiamat kelak Allāh berseru dengan suara, orang yang dekat maupun yang jauh mendengarnya sama saja."
Kata Imām Bukhāri dalam kitābnya خلق أفعال العباد (Khalqu Af'ālil 'Ibād):
وفي هذا دليل على أن صوت الله لا يشبه أصوات الخلق ؛ لان صوته جل ذكره يسمع من بعد كما يسمع من قرب وأن الملائكة يصعقون من صوته
“Dan ini merupakan dalīl, bahwasanya suara Allāh tidak sama dengan suara makhluk,
karena suara Allāh itu mendengar dekat atau jauh sama saja, dan malāikat bisa pingsan gara-gara mendengar suara Allāh Subhānahu wa Ta'āla.”
Kemudian kata beliau:
فإذا تتاند الملائكة لم يصعقوا
"Adapun tatkala malāikat saling berbicara diantara mereka, mereka tidak saling pingsan."
Malāikat dengan suara malāikat tidak jadi masalah. Tatkala malāikat mendengar suara Allāh Subhānahu wa Ta'āla mereka bisa pingsan.
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Oleh karenanya, janganlah kalian menyamakan Allāh dengan yang lainnya." (QS Al Baqarah: 22)
==> Tidak ada satupun yang sama dengan sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Disini Imām Bukhāri menetapkan Allāh mempunyai suara, tetapi suara Allāh tidak sama dengan suara makhluk.
Orang-orang liberal mengikuti orang-orang Asysyāirah, mengatakan, "Allāh tidak mempunyai suara", berarti Allāh berbicara tanpa huruf tanpa suara.
Lalu bagaimana?
Al Qurān bagaimana?
Al Qurān kan ada hurufnya.
Alif Lam min dan seterusnya ?
Kata mereka, itu bukan firman Allāh, melainkan terjemahan Muhammad terhadap firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ini bahaya!
(In syā Allāh akan kita jelaskan tatkala pembahasan tentang pluralisme).
Kalau kita katakan, "Allāh berbicara dengan suara, dengan huruf, dengan bahasa yang Allāh kehendaki,
mau berbicara dengan bahasa Arab terserah Allāh, mau berbicara dengan bahasa Ibrāni terserah Allāh.
Lalu kenapa anda mengatakan Allāh tidak boleh mempunyai suara ? Mana dalīlnya ?
Oleh karenanya yang benar pendapat Imām Bukhāri, Imām Ahmad, pendapat Ahlu sunnah wal jama'ah, bahwasanya Allāh berbicara dengan suaranya.
Dikutip di Pucang Gading
0 notes
dafid-fuadi · 1 year
Photo
Tumblr media
Orang yang keluar rumah untuk shalat fardhu seperti orang yang keluar berhaji dalam keadaan berihram. Dari Abu Umâmah, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji yang sedang berihram. Barangsiapa keluar untuk menunaikan shalat Dhuha, ia tidak merasakan lelah kecuali karena melaksanakan shalat tersebut, maka pahalanya seperti pahala orang berumrah (HR. Abu Dawud, no. 558. Hadits ini dinilai sebagai hadits yang hasan) Hikmah Isra' Mi'raj *** Kiswah [Kajian Aslam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah] dalam rangka Memperingati Isra & Mi'raj Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Selasa malam Rabu, 14 Februari 2023 Di Majlis Ta'lim & Shalawat NIDHAMUL FATA RT. 14 RW. 02 Kwadungan Ngasem Kediri https://www.instagram.com/p/CozCAKZvFBt/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
بِسْـــــمِ اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
*_السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ_*
Faedah Hadits Hari ini:
عن عبد الله بن عمرو بن العاص، قال: "سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: 'ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ'.
Dari Abdullooh bin Amru bin al-Aash, Ia Berkata: "Aku Mendengar Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Sesungguhnya Alloohu تعالى Tidak Mengangkat Ilmu Dengan Sekali Cabutan Dari Para Hamba-Nya, Akan Tetapi Alloohu تعالى Mengangkat Ilmu Dengan Mewafatkan Para Ulama. Ketika Tidak Tersisa Lagi Seorang Ulamapun, Manusia Merujuk Kepada Orang-Orang Bodoh. Mereka Bertanya, Maka Mereka (Orang-Orang Bodoh) Itu Berfatwa Tanpa Ilmu. Mereka Sesat Dan Menyesatkan'.“
ILMU DICABUT DENGAN WAFATNYA ULAMA
Sungguh Membuat Hati Ini Menjadi Sedih Jika Mendengar Berita Wafatnya Ulama Robbaniyyah. Terlebih Lagi Ulama Tersebut adalah Ulama AHLUS SUNNAH Wal Jama'ah as-Salafiyah Yang Sangat Giat, Belajar, Berdakwah dan Memberikan Pencerahan Yang Banyak Kepada Manusia. Ayyub -rohimahullooh- Pernah Berkata,
"إني أُخبر بموت الرجل من أهل السنة وكأني أفقد بعض أعضائي".
“Sesungguhnya Aku Diberitakan Mengenai Wafatnya Seorang AHLUS SUNNAH, Seakan-akan Aku Kehilangan Sebagian Anggota Tubuhku”.[1]
Dengan Wafatnya Ulama, Berarti Alloohu ﷻ Telah Mulai Mengangkat Ilmu dari Manusia. Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
"ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ'.
“Sesungguhnya Alloohu تعالى Tidak Mengangkat Ilmu Dengan Sekali Cabutan Dari Para Hamba-Nya, Akan Tetapi Alloohu تعالى Mengangkat Ilmu Dengan Mewafatkan Para Ulama. Ketika Tidak Tersisa lagu Seorang Ulamapun, Manusia Merujuk Kepada Orang-Orang Bodoh. Mereka Bertanya, Maka Mereka (Orang-Orang Bodoh) Itu Berfatwa Tanpa Ilmu. Mereka Sesat Dan Menyesatkan'.“[2]
An-Nawawi -rohimahullooh- Menjelaskan,
"‏ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻳﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﻣﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺻﺪﻭﺭ ﺣﻔﺎﻇﻪ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﻤﻮﺕ ﺣﻤﻠﺘﻪ ، ﻭﻳﺘﺨﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺟﻬﺎﻻ ﻳﺤﻜﻤﻮﻥ ﺑﺠﻬﺎﻻﺗﻬﻢ ﻓﻴﻀﻠﻮﻥ ﻭﻳﻀﻠﻮﻥ".
“Hadits Ini Menjelaskan bahwa Maksud Diangkatnya Ilmu yaitu Bukanlah Menghapuskannya Dari Dada Para Penghafalnya, Akan Tetapi Maknanya adalah Wafatnya Para Pemilik Ilmu Tersebut. Manusia Kemudian Menjadikan Orang-Orang Bodoh Untuk Memutuskan Hukum Sesuatu dengan Kebodohan Mereka. Akhirnya Merekapun Sesat dan Menyesatkan Orang Lain”.[3]
Yang Dimaksud Dengan Ilmu Disini adalah Ilmu Al-Qur'an dan As-Sunnah, Ia adalah Ilmu Yang Diwariskan Dari Nabi Muhammad ﷺ, Karena Sesungguhnya Para Ulama adalah Pewaris Nabi ﷺ, dan Dengan Kepergian (Wafat)nya Mereka Para Ulama, Maka Hilanglah Ilmu, Matilah Sunnah-Sunnah Nabi, Muncullah Berbagai Macam Bid'ah dan Meratanya Kesesatan
Para Ulama Pasti Akan Alloohu ﷻ Wafatkan karena Setiap Yang Bernyawa Pasti Akan Merasakan Kematian. Hendaknya Kita Terus Semangat Mempelajari Ilmu dan Mengamalkannya. Shohabat Abdullooh bin Mas’ud -rodhiyalloohu ’anhu- Berkata,
"ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺮﻓﻊ ﻭﺭﻓﻌﻪ ﻣﻮﺕ ﺭﻭﺍﺗﻪ، ﻓﻮﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻴﻮﺩّﻥّ ﺭﺟﺎﻝ ﻗﺘﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺷﻬﺪﺍﺀ ﺃﻥ ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﻟﻤﺎ ﻳﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﻛﺮﺍﻣﺘﻬﻢ، ﻓﺈﻥ ﺃﺣﺪﺍ ﻟﻢ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻢ".
“Wajib Atas Kalian Untuk Menuntut Ilmu, Sebelum Ilmu Tersebut Diangkat/Dihilangkan. Hilangnya Ilmu adalah Dengan Wafatnya Para Periwayatnya/Ulama. Demi Dzat Yang Jiwaku Ada Ditangan-Nya, Sungguh Orang-Orang Yang Terbunuh Dijalan Alloohu تعالى Sebagai Syuhada, Mereka Sangat Menginginkan Agar Alloohu تعالى Membangkitkan Mereka Dengan Kedudukan Seperti Kedudukannya Para Ulama, Karena Mereka Melihat Begitu Besarnya Kemuliaan Para Ulama. Sungguh Tidak Ada Seorangpun Yang Dilahirkan Dalam Keadaan Sudah Berilmu. Ilmu Itu Tidak Lain Didapat Dengan Cara Belajar.'[4]
Mari Kita Semakin Semangat Menuntut Ilmu Al-Qur'an dan As-Sunnah, Menyebarkan dan Mengamalkannya, karena Hilangnya Ilmu Agama Merupakan Tanda-tanda Akhir Zaman dan Dekatnya Zaman Fitnah.
Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'ﻳَﺘَﻘَﺎﺭَﺏُ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥُ ﻭَﻳُﻘْﺒَﺾُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻭَﺗَﻈْﻬَﺮُ ﺍﻟْﻔِﺘَﻦُ ﻭَﻳُﻠْﻘَﻰ ﺍﻟﺸُّﺢُّ ﻭَﻳَﻜْﺜُﺮُ ﺍﻟْﻬَﺮْﺝُ.'
'Zaman Saling Berdekatan, Ilmu Dihilangkan, Berbagai Fitnah Bermunculan, Kebathilan Dilemparkan (Kedalam Hati), Dan Pembunuhan Semakin Banyak.'[5]
Termasuk Tanda Kiamat Yang Sudah Cukup Dekat adalah Diangkatnya Ilmu dan Kebodohan Yang Merajalela.
Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'ﻣﻦ ﺃﺷﺮﺍﻁ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻳَﺜْﺒُﺖَ ﺍﻟﺠﻬﻞُ.
'Termasuk Tanda-tanda Hari Kiamat Adalah Diangkatnya Ilmu Dan Tetapnya Kebodohan.'[6]
Sungguh Para ‘Ulama Memiliki Kedudukan Yang Sangat Tinggi Disisi Alloohu تعالى. Sangat Banyak Pujian dan Sanjungan Terhadap Mereka Dalam Al-Qur’an. Diantaranya Firman Alloohu تعالى,
"اﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ۗ
“Hanyalah Yang Memiliki Khosy-yah (RasaTakut Sebenarnya) Kepada Alloohu تعالى Dari Kalangan Hamba-hamba-Nya Adalah Para ‘Ulama.” [QS Al-Fathir : 28]
Al-Imam Ibnu Katsir -rohimahullooh- Menjelaskan : "Yakni, Hanya Yang Khosy-yah (Takut) Terhadap-Nya Dengan Sebenarnya adalah Para ‘Ulama Yang Mengenal-Nya / Berilmu Tentang-Nya. Karena Setiap Kali Ma’rifah (Pengenalan) Terhadap Dzat Yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Berilmu, Yang Memiliki Sifat-sifat Kesempurnaan dan Nama-nama Yang Indah, Bila Ma’rifah Terhadap-Nya Semakin Sempurna dan Ilmu Tentang-Nya Makin Lengkap, Maka Makin Bertambah Besar dan Bertambah Banyak Pula Khasy-yahnya Terhadap-Nya.”
Asy-Syaikh Al-Mufassir ‘Abdurrohman bin Nashir As-Sa’di -rohimahullooh- Menjelaskan Dalam Tafsir-nya : “Maka Setiap Orang Yang Makin Berilmu Tentang Alloohu تعالى, Maka Dia Akan Semakin Besar Sifat Khosy-yah (Takut) Terhadap-Nya. Maka Sifat Khosy-yah Tersebut Mendorongnya Untuk Menjauh Dari Segala Kemaksiatan, dan Sebaliknya Mendorongnya Untuk Bersiap-siap Menyongsong Pertemuan Dengan Dzat Yang Ia Takut Terhadap-Nya. Ini Merupakan Dalil Atas Keutamaan Ilmu. Sesungguhnya Ilmu Mengantarkan Untuk Khosy-yah (Takut) Terhadap Alloohu ﷻ. Seorang Yang Memiliki Sifat Khosy-yah Terhadap-Nya adalah Orang Yang Berhak Mendapat Kemuliaan Dari-Nya. Sebagaimana Firman-Nya,
“Allooh Ridho Terhadap Mereka Dan Merekapun Ridho Terhadap-Nya. Yang Demikian Itu Adalah (Balasan) Bagi Orang Yang Khosy-yah (Takut) Kepada Robbnya.” [Al-Bayyinah : 8]
Sungguh Para ‘Ulama Merupakan Pelita Bagi Umat. Keberadaan Mereka Sangat Penting Dalam Membimbing dan Mengalahkan Umat Ini Kejalan Hidayah, Dengan Berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Berdasarkan Pemahaman Para Generasi as-Salafush Sholih. Mereka adalah Orang-Orang Terpercaya, Pewaris Nabi ﷺ, Yang Mengemban Tugas Besar Menjaga Agama Ini Dari Berbagai Penyelewengan dan Penyimpangan.
_____________
Catatan Kaki:
[1] Hilyah Al-Auliya 3/9
[2] HR. Bukhori
[3] Syarh Nawawi li Shohiih Muslim 16/223-224
[4] Al-’Imu Ibnu Qoyyim, hal. 94
[5] HR. Muslim
[6] HR. Bukhori
والله تعالى اعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta'awunnya untuk Menyebarkan Risalah Dakwah Tauhid dan Sunnah Ini, Agar Orang-orang Yang Tidak Mengetahuinya Dapat Mengetahuinya dan Menjadi Timbangan Amalan Sholih Bagi Yang Menyebarkannya di Akhirat Kelak, Insyaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
ummabdillaahh · 10 days
Text
🪴~ Read, Reflect, Take Heed
Ismāʾīl Al-Asbahani — رحمه الله — said:
Among the practices of the people of Sunnah is to be cautious in matters of food, drink, marriage, and to avoid major sins and abominations. They exhort one another to love for the sake of Allah, to avoid arguing and disputing over the fundamentals of religion, to keep away from the people of desires and misguidance, to shun them and to distance themselves from them.
They are committed to fulfilling agreements and trusts, to avoid injustices and dubious matters, to lower their gaze from doubtful and forbidden things, to restrain the self from desires, to refrain from bearing false witness and slandering chaste women, to hold back the tongue from backbiting, slander, and unnecessary talk, to suppress anger, to overlook the faults of brothers, to hasten in doing good deeds, to abstain from dubious matters, to maintain family ties, to help the weak and needy, to give sincere advice for the sake of Allah, to show compassion towards Allah's creation, to perform night prayers, especially for those who have memorized the Qur’ān, and to be prompt in performing the prayers.
Source: Al-Hujjah fi Bayan Al-Muhajjah (2/571). Taken from the book: Fleeing to Allāh: The Salaf & the Journey of Inner Growth By Abū Suhailah ʿUmar Quinn
7 notes · View notes
aesmesstuff · 1 year
Text
NASEHAT UNTUK PARA PENUNTUT ILMU
Bismillah was-sholatu was-salamu 'ala rosulillah.
Nasehat untuk para penuntut ilmu:
1- Bacalah Al-Qur'an setiap hari minimal 1 Juz. Baca dan baca! Baca tafsirnya, kemudian berusaha untuk memahami dan mengamalkannya!
2- Bacalah hadits-hadits Nabi shollallahu 'alahi wa sallam setiap hari! Kemudian baca buku "Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga", "Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah", "Mulia dengan Manhaj salaf", "Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu", "Waktumu Dihabiskan Untuk Apa?", "Dunia Lebih Jelek dari Bangkai Kambing", "Manhaj Ahlus Sunnah dalam Tazkiyatun Nufus", dan buku-buku yang bermanfaat lainnya.
3- Sibukkan diri dengan membaca kitab-kitab Ulama Salaf. Amalkan yang Wajib dan yang Sunnah, tinggalkan yang Haram dan Makruh! Jangan sibuk dengan Medsos, jangan lihat fitnah dan jangan dengarkan fitnah dan lainnya. Sibukkan dengan hal yang bermanfaat, manfaatkan waktu sebaik-baiknya! Jangan sampai terbuang waktu dengan hal yang sia-sia! Waktu kita sangat berharga, lebih baik dari dunia dan seisinya. Jangan sibuk dengan mengobrol, main HP, makan-makan, main-main, main sepeda, main motor, jalan-jalan, nonton, atau kegiatan-kegiatan yang melalaikan dari mengingat Allah atau melalaikan dari kewajiban yang hakiki.
4- Senantiasa bertaubat kepada Allah atas semua dosa-dosa! Introspeksi diri, kita pasti mati dan kita akan dihisab atas semua yang kita ucap, kita dengar, dan kita lihat. Gerak gerik kita dan amal kita semua akan ditanya oleh Allah Ta'aala pada hari kiamat. Bertakwalah kepada Allah dalam setiap keadaan baik di saat sendiri maupun ketika di keramaian.
5- Jangan lupa berdzikir dan berdo'a kepada Allah agar kita ditetapkan di atas Hidayah Islam dan Sunnah 'ala Fahmis-Salaf. Minta kepada Allah agar Istiqomah di atas Manhaj Salaf, mohon kepada Allah Ta'aala Ats-tsabat (kokoh dan tegar) dalam menghadapi cobaan, ujian, fitnah syahawat, fitnah syubuhaat dan lainnya.
6- Jaga keikhlasan dalam seluruh amal-amal shalih kita. Jangan riya', pamer, sum'ah, ujub dan lainnya karena semua akan menghapuskan amal-amal kita.
7- Ingat sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib taat dan ittiba' kepada Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam. Ingat! Jangan ikuti pendapat ustadz, kyai, tuan guru, syaikh, imam dan lainnya apabila mereka menyalahi Sunnah Rosulullah shollallahu 'alahi wa sallam.
Berjalanlah dalam hidup ini di bawah bimbingan Al Qur'an dan As-Sunnah 'ala Fahmis-Salaf, in syaa Allah kita akan bahagia dan selamat Dunia dan Akhirat.
Wa shollallahu wa sallam 'ala Nabiyyina Muhammad wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'in.
1 note · View note
mulyatin1089 · 1 year
Text
Tolak Wahabi
Tumblr media
#buku Menolak Madzhab wahābi Ulasan kritis kesalahan & penyelewengan Madzhab wahābi
الدرر السنية في الرد على الوهابية Penulis Syaikhul Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Ukuran 1,7 x 14 x 21 Cm Tebal 236 Halaman Berat 250 Gram Sampul Soft Cover ISBN 978-602-1583-28-9 Penerbit @turos_pustaka Cetakan Pertama, September 2015 Agen Reseller @mulyatin10 물야띤 ملیت Harga Rp85Ribu/$85
Sinopsis Wahhābiyah وهابية memiliki Karakter terangkum dalam Kata kafir, bid'ah, sesat & musyrik dituduhkan menyerang Umat Islâm lain tak sejalan dengan Mereka Mulai Istighotsah, Tawasul, Tabaruk, Maulid Nabi, Ziarah Makam, Syafa'at, minta Keberkahan dari Orang Sholih, Tafkir & lainnya Berisi Rangkuman, Respon Ilmiah, Risalah Klasik Syaikhul Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan melawan Gerakan wahābi secara Komprehensif, Proporsional, Argumentatif, Akademis, Fokus permasalahan berdasarkan Pemikiran & Gagasan Awal kemunculan memaparkan Taktis Tradisi, Amalan & Ajaran Ahlus Sunnah Wal AL-Jama'ah Sesungguhnya sekaligus membantah Pandangan keliru terkait persoalan dipakai selama ini Amalan #Indonesia memiliki Ketersambungan Sanad & Dalil bukan bid'ah
Rangkuman Pemikiran Syaikhul Ahmad melihat Gerakan wahabisme secara Proporsional, Akademis & Fokus Permasalahan, yaitu Dasar Pemikiran & Gagasan Wahhābiyah وهابية ialah Aliran Reformasi Keagamaan dalam Islâm dikembangkan Pertama Kali Abad Ke-18 Masehi Ulâma Asal Najd, Arab Saudi bernama Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792 Masehi)
Respon Ilmiah melawan Gerakan wahabi pada Awal kemunculan Risalah Klasik Komprehensif memaparkan Ajaran Ahlus Sunnah Wal AL-Jama'ah sekaligus membantah Pandangan keliru Kaum wahabi terkait persoalan selama ini dipakai untuk menyerang Umat Islâm lainnya
Argumentatif membantah Pandangan keliru dibangun Kelompok Wahabi, menguraikan dengan Taktis bagaimana Tradisi dan Amalan Aswaja sesungguhnya
Amalan Indonesia saat ini miliki ketersambungan Sanad dan Dalil bukan bid'ah seperti Kelompok Wahabi tuduhkan
wa.me/+6289637664260 https://t.me/Mulyatin1089 https://www.facebook.com/muliyatin1089 https://instagram.com/mulyatin10 https://mobile.twitter.com/Mulyatin1089 https://shope.ee/5fGNzoAj9k https://shope.ee/9K9gMe7PGq https://shope.ee/6KW4nHAW7k https://shope.ee/4fNqoLn2CE https://linktr.ee/Mulyatin mulyatin1089.tumblr.com https://linkedin.com/in/mba-mulyatin-953508165 https://pinterest.com/Mulyatin https://tiktok.com/@user97820702 https://open.spotify.com/user/31qho5qkjb6m6spdn5bawwhpgwyy https://www.wattpad.com/MulMulyatin https://m.youtube.com/channel/UCAmA0vWZHhiDZiJDxy4A-dw/featured mulyatin1089.blogspot.com #Korea🇰🇷 #BliBli #BTS #Shopee #KPop #Lazada #BanggaBuatanIndonesia #RedVelvet #BooksTagram #Tokopedia #Hangeul #BookLover #BlackPink #Bukalapak #KDrama #Amazon #NCTDream #GoodReadsWithAView #Islâm #Ulâma
0 notes
Tafarkin Ahlus Sunnah Wal Jama'a Akwai Tuba Da Yafiya
Tumblr media
*♨️Ahlul-Sunnah wal Jama'ah, su ne Rundunar tsira da nasara♨️*
Komai girman zunubanka, kada ka yanke kauna daga rahamar Allah, kuma ka tuna faɗin Sa: _*“Ka ce ya ku bayiNa waɗanda suka yi zalunci a kan kawunansu, kada ku yanke tsammani daga rahamar Allah, lallai ne Allah Yana gafarta zunubai baki daya, lallai ne Shi ne Mai gafara, Mai jin kai.”*_
Ka tuba zuwa ga Allah tuba na gaskiya ta hanyar barin sabawa da laifukan da kake aikatawa, ka buɗe sabon shafi na ikhlasi da ayyukan kwarai ka koma ga Allah mai albarka da daukaka, domin Allah yana buɗa hannunsa, tsarki ya tabbata a gare shi yana yafiya ga masu tuba, yana farin ciki tare da yarda da su, ka tuba zuwa ga Allah, domin idan ka sake rana ta fito daga yamma ba a karbar tuba a wurin kowa, domin kofar tuba an rufe ta.
Annabi Sallallahu Alaihi Wasallama ya ce:
Allah Ta’ala yana shimfiɗa hannunsa da daddare domin masu zunubin yini su tuba, kuma yana shimfiɗa hannunsa da rana domin masu zunubin dare su tuba, har sai rana ta fito daga yamma.
📚Hadisin Muslim
Allah ka sa mu tafarkin Ahlus - sunnah - wal - jama'ah, domin tafarkinsu sun yarda Allah yana yafiya, da gafarar zunubai komin girman su, matukar rana bata fito ta yamma ba 🥰👏
*✍️Abou Khadeejatu Assalafeey*🌤
0 notes
helloannesha · 1 year
Text
BIJAK DAN SEMANGAT MENYIKAPI TAKDIR ( QADA & QADAR)
Tumblr media
Pemateri : Ustadzah Meti Astuti., S.EI, M.EK
Notulensi : Annisa N
Iman dan Takdir
Iman
Kepercayaan yang bersifat pasti atau keyakinan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, malaikat, kitab, nabi, hari akhir dan takdir.
Iman di yakini dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan perbuatan.
Takdir
Takdir : ketetapan
Al-Qur'an dan Hadist menyebutkan kata takdir dalam arti yang sama berbentuk ketetapan, ukuran, iradah dan ilmu Allah Subhanahu wa ta'ala.
Takdir Qada dan Qadar
Al-Qur'an dan Hadist menyebut Qada dan Qadar dalam banyak ayat dan terpisah.
Istilah Qada dan Qadar yang dipakai sebagai kesatuan kata majemuk yang menyatu, baru ada pada jaman filsafat mulai dipelajari (di abad ke 2 Hijriyah) untuk membahas apakah manusia punya kebebasan berkehendak atau tidak.
Sejak itu muncul sekte Jabariyah, Mu'tazillah dan Ahlu Sunnah Wal Jama'ah di tubuh umat Islam.
Qada
Secara bahasa : Ketetapan
Secara terminologi : Keputusan/ketetapan Allah Subhanahu wa ta'ala atsa segala sesuatu yang diluar jangkauan manusia untuk merubahnya.
Bukan manusia yang merencanakan waktunya, menetapkan kadarnya, melainkan hanya Allah Subhanahu wa ta'ala.
Contoh : Jenis kelamin, warna kulit, hidup dan matinya manusia.
Contoh kejadian yang seolah dari manusia, tetapi sebenarnya Allah Subhanahu wa ta'ala yang menimpakannya : Rezeki, sakit, kecelakaan dll.
Qadar
Secara bahasa : Takaran/ukuran
Secara terminologi : kadar, takaran, ukurang yang Allah Subhanahu wa ta'ala berikan kepada seluruh ciptaan-Nya. Karakteristik yang Allah Subhanahu wa ta'ala tempelkan kepada ciptaan-Nya.
Contoh : Sifat membakar pada api, titik didih air 100 derajat celcius.
Contoh pada manusia : Akal untuk berpikir/memahami/membedakan, menyukai lawan jenis, percintaan yang menggebu-gebu.
Iman kepada Qada dan Qadar
Tafsir menurut Imam Suyuthi, kepercayaan yang dipegang oleh Ahlu Sunnah Wal Jamaah bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala memang telah menakdirkan sesuatu. Artinya Allah Subhanahu wa ta'ala mengetahui ukuran, kondisi, peraturan dan waktunya, jauh sebelum semua itu terjadi.
Tauhid ada 3 macam, yaitu :
Tauhid Uluhiyah (Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya)
Meyakini hanya Allah Subhanahu wa ta'ala yang berhak di ibadahi, tidak boleh mempersembahkan peribadatan kepada selain-Nya dalam bentuk ibadah lahiriyah maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.
Tauhid Rubuiyah (Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya)
Meyakini hanya Allah Subhanahu wa ta'ala lah yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususan-Nya, seperti menciptakan makhluk, mengatur, memberi rezeki, memberi manfaat, menimpakan musibah/keburukan, menghidupkan, mematikan dan lainnya yang menjadi kekhususan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Asma wa Shifat
"Tauhid nama dan sifat adalah mengesakan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia, yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan beriman terhadap makna-makna dan hukum-hukumnya." Maksudnya adalah meyakini hanya Allah Subhanahu wa ta'ala yang memiliki nama yang husna (terbaik) dan sifat yang 'ulya (paling tinggi/sempurna).
Sikap yang dihasilkan dari Iman yang Benar terhadap Qada dan Qadar
🍁Mawas Diri
Harus selalu meneliti setiap amal yang dilakukan, membuat pilihan yang benar sesuai perintah Allah Subhanahu wa ta'ala, melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang (berpikir sebelum beramal, proaktif).
Ridha terhadap Qada dan Qadar Allah Subhanahu wa ta'ala
Meyakini bahwa kejadian apapun, terasa baik ataupun buruk adalah dari Allah Subhanahu wa ta'ala untuk kebaikan kita. Bersyukur atas kebaikan dan bersabar terhadap cobaan.
🍁Mari Fokus Pikirkan Amal Kita
Ingat tombol "Pause"
Sebelum merespon apapun, berhenti sejenak untuk berpikir "Apakah kejadian ini Qada atau pilihan saya?"
🍁Lihat Diri
Selalu lihat ke diri sendiri sebelum yang lain "adakah peranku dalam kejadian ini yang akan Allah Subhanahu wa ta'ala hisab?"
🍁Let It Go
Jika kejadian itu diluar kendali kita "Let It Go", karena apapun yang kita lakukan ngga akan bisa merubahnya. Ingat pasti ada pahala/kebaikan Allah Subhanahu wa ta'ala disana.
🍁Mengakui Peran
Jika ada peran diri dalam kejadian itu, akui jika salah atau ceroboh, sesali, tetapi jangan terlalu dalam, ingat manusia tempat salah dan lupa.
🍁Perbaiki
Cari cara memperbaiki keadaan, pelajari berbagai peluang dan hukum syariahnya, rencanakan untuk menerapkannya.
🍁Memaafkan
Jika karena salah orang lain, ingat apapun yang terjadi adalah Qadha Allah Subhanahu wa ta'ala dan mereka juga manusia biasa yang bisa salah. Jangan membawa kemarahan kemana-mana.
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Perkara setiap mukmin itu menakjubkan. Sesungguhnya setiap urusan mereka adalah kebaikan. Hal ini tidak terjadi kepada seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Apabila ia mendapat kebahagiaan, maka ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan apabila ia mendapatkan keburukan, maka ia bersabar, dan itu pun baik baginya (HR. Muslim no. 2999).
🍁✨🍁✨🍁✨
Muslimah Inspirer|Start with Bismillah
Tangerang Selatan, 22 September 2020
1 note · View note
sisterinblack · 8 months
Text
Tumblr media
Ringkasan dari kajian:
📚 Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam Aqidah al-Wala' wal Bara'.
👤 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حَفِظَهُ الله تَعَالَى.
🎬 https://youtu.be/ePzufVC7Zjs
بسم الله الرحمن الرحيم
« MUKADIMAH »
Dinukil dari buku Syarah aqidah ahlus sunnah wal jama'ah karya dari al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حَفِظَهُ الله تَعَالَى.
Sebagian kaum muslimin tidak paham/melalaikan tentang al-wala' wal bara' yaitu tentang loyal, cinta dan bagaimana kita benci menurut syariat Islam: kepada siapa kita mencintai, loyal, setia, mendukung dan kepada siapa kita harus benci menurut syariat Islam.
Sangat disayangkan jika yang melalaikan dan tidak paham tentang al-wala' wal bara' adalah mereka yang sudah ngaji.
Al-wala' wal bara' merupakan salah satu prinsip dari aqidah ahlus sunnah wal jama'ah yaitu cinta karena Allah dan benci karena Allah; mencintai orang-orang muslimin dan benci kepada orang-orang musyrikin & kafir serta bara' (berpaling) dari mereka.
« AL-WALA' »
Al-wala' dalam bahasa Arab memiliki beberapa arti yaitu mencintai, menolong, mendukung, mengikuti dan mendekat kepada sesuatu.
Selanjutnya, kata al-muwaalaah (الْمُوَالاَةُ) adalah lawan kata dari al-mu’aadaah(الْمُعَادَاةُ) atau al-‘adawaah(الْعَدَوَاةُ) yang berarti permusuhan. Dan kata al-wali (الْوَلِى) adalah lawan kata dari al-‘aduww (الْعَدُوُّ) yang berarti musuh. Kata ini juga digunakan untuk makna memantau, mengikuti dan berpaling. Jadi, ia merupakan kata yang mengandung dua arti yang saling berlawanan.
Dalam syariat Islam, al-wala' berati penyesuaian diri terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang yang melakukannya. Jadi kita mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah. Hal ini merupakan konsekuensi dari ilmu yang bermanfaat.
Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal:
Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.
Kedua, mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia.” [Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘alal Khalaf. hal. 47]
« AL-BARA' »
Al bara' dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, antara lain menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri dan memusuhi. Kata bari-a (بَرِيءَ) berarti membebaskan diri dengan melaksanakan kewajibannya terhadap orang lain.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
بَرَاءَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدتُّم مِّنَ الْمُشْرِكِينَ
“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang kamu (kaum muslimin) mengadakan perjanjian (dengan mereka).” [QS. At-Taubah: 1]
Bara' berarti penyesuaian diri dari seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai oleh Allah berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan kepercayaan dan hal ini dilakukan secara terus menerus dan penuh dengan komitmen.
« 'AQIDAH AL-WALA' WAL BARA' »
'Aqidah al-wala' wal bara' dapat didefinisikan penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai & diridhai Allah serta apa yang dibenci & dimurkai Allah dalam hal perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang. Dari sini kemudian kaitan-kaitan al-wala’ dan al-bara’ dibagi menjadi empat:
1. Perkataan, maka berdzikir, menyuruh orang kepada yang ma'ruf dan mencegah orang dari yang munkar dicintai Allah. Sedangkan berdoa kepada selain Allah, berghibah, berdusta, mencela, memfitnah dan mengadu domba termasuk perkataan yang dibenci Allah.
2. Perbuatan, shalat, puasa, zakat, sedekah dan berbuat kebajikan, mengerjakan Sunnah-Sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dicintai Allah sedangkan tidak shalat, tidak puasa, bakhil, riba, zina, minum khamr dan berbuat bid’ah dibenci Allah Azza wa Jalla.
3. Kepercayaan, beriman dan bertauhid dicintai Allah sedang kufur dan syirik dibenci Allah Azza wa Jalla.
4. Orang, orang yang mentauhidkan Allah, orang yang berpuasa, orang yang berzakat, orang yang bersedekah, orang yang beriman; orang yang muwahhid (mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah) dicintai Allah sedangkan orang kafir dan musyrik, munafiq, orang yang tidak mau melaksanakan syariat Islam dibenci Allah Azza wa Jalla
« KEDUDUKAN AQIDAH AL-WALA' WAL BARA' DALAM SYARIAT ISLAM »
Aqidah al-wala’ dan al-bara’ mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam keseluruhan muatan syari’at Islam. Berikut penjelasannya:
[ 1 ] Al-wala' wal bara' merupakan bagian penting dari makna syahadat. Maka ungkapan laa ilaaha illallah adalah tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Allah berarti melepaskan diri dari semua sesembahan selain Allah Azza wa Jalla.
Firman Allah Ta'ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thaghut…’” [QS. An-Nahl: 36]
Thaghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah Azza wa Jalla.
Menurut Al Imam Al Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, رحمه الله تعالى di dalam Kitab-nya Al-Ushul Ats-Tsalatsah. Thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada 5, yaitu:
1. Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah.
2. Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela.
3. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
4. Orang yang mengaku tahu perkara yang ghaib.
5. Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yang telah diturunkan oleh Allah.
[ 2 ] Al-wala' wal bara' merupakan bagian dari ikatan iman yang terkuat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ:الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالبُغْضُ فِي اللهِ.
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” [HR. Ath-Thabrany dalam Mu’jamul Kabir (no.11537), lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (IV/306, no. 1728).]
[ 3 ] Al-wala' wal bara' merupakan faktor utama yang menyebabkan hati dapat merasakan manisnya Iman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan tiga hal apabila terdapat pada seseorang ia akan merasakan lezatnya (manisnya) iman, di antaranya ialah:
…وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ …
“… Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah …” [HR. Al-Bukhari (no. 16), Muslim (no. 43), at-Tirmidzi (no. 2624), an-Nasa’i (VIII/95) dan Ibnu Majah (no. 4033), dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu]
[ 4 ] Pahala yang sangat besar bagi orang yang mencintai karena Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ وَمِنْهُمْ: …رَجُلاَنِ تَحَاباَّ فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وتَفَرَّقَا عَلَيْهِ…
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,” (di antara mereka) adalah: “… Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah dan berkumpul maupun berpisah juga karena-Nya….” [HR. Al-Bukhari (no. 660, 1423) dan Muslim (no. 1031) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
« HUKUM AQIDAH AL-WALA' WAL BARA' »
Hukum al-wala’ dan al-bara’ dalam syari’at Islam adalah wajib. Bahkan ia merupakan salah satu konsekuensi dari kalimat syahadat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
Allah Ta'ala berfirman,
لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَن تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka…” [QS. Ali ‘Imran: 28]
Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nashrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [QS. Al-Ma'idah: 51]
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” [QS. Al-Ma'idah: 57]
Kemudian Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” [QS. Ali 'Imran: 118]
Orang-orang yang beriman di dalam hatinya tidak akan ada rasa cinta kepada musuh-musuh Allah & Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka...” [QS. Al-Mujaadilah: 22]
Dari ayat diatas jelas bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah & Hari Akhir tidak akan mencintai orang-orang yang menentang, melecehkan, mengesampingkan, membuang serta mencampakkan hukum Allah & Rasul-Nya. Bahwa dalam hati seorang yang beriman tidak mungkin baginya mencintai musuh-musuh Allah & Rasul-Nya; orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafiq, orang-orang yang benci kepada Allah & Rasul-Nya. Jika dia masih mencintai/mendukung mereka, maka imannya tidak benar & telah rusak.
« HAK-HAK AL-WALA' »
[ 1 ] Hijrah dari negeri kafir ke negeri muslim.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمْ قَالُواْ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأَرْضِ قَالْوَاْ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُواْ فِيهَا فَأُوْلَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءتْ مَصِيرًا ﴿٩٧﴾ إِلاَّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلاَ يَهْتَدُونَ سَبِيلاً ﴿٩٨﴾ فَأُوْلَئِكَ عَسَى اللّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللّهُ عَفُوًّا غَفُورًا ﴿٩٩﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh Malaikat dalam keadaan menzhalimi diri sendiri, mereka (para Malaikat) bertanya, ‘Bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami orang-orang yang tertindas di bumi (Makkah).’ Mereka (para Malaikat) bertanya, ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?’ Maka orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahannam, dan (Jahannam) itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), maka mereka itu, mudah-mudahan Allah me-maafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” [QS. An-Nisaa’: 97-99]
[ 2 ] Membantu dan menolong kaum muslimin dengan lisan, harta dan jiwa kita.
[ 3 ] Mencintai kaum Muslimin sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri dan menasehati mereka dan menjauhkan keburukan dari mereka.
• Ada orang yang wajib kita cintai dengan kecintaan yang tulus: para Rasul, para Nabi, para Malaikat & para Shahabat dan orang-orang beriman yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
• Ada orang yang wajib kita benci dan kita musuhi secara mutlak: orang-orang kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang munafiq.
• Ada orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain: seorang muslim, ia beriman tapi ia melakukan perbuatan maksiat, melakukan perbuatan bid'ah.
[ 4 ] Menjaga kehormatan kaum Muslimin, tidak mengejek, melecehkan, mencari aib, dan ghibah serta menyebarkan namimah (berita yang menyebabkan permusuhan) terhadap kaum Muslimin.
[ 5 ] Bersatu dalam jama'ah kaum Muslimin. Ini merupakan pokok dari agama karena perintah dari Allah & Rasul-Nya, tidak berpecah belah, selalu tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai….” [QS. Ali Imran: 103]
« HAK-HAK AL-BARA' »
[ 1 ] Membenci syirik & kufur serta pengikut-pengikutnya juga senantiasa berlepas diri dari mereka.
Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاء مِّمَّا تَعْبُدُونَ ﴿٢٦﴾ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ ﴿٢٧﴾ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٢٨﴾
"(26) Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, (27) tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku." (28) Dan (lbrahim 'Alaihis salam) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu". [QS. Az-Zukhruf: 26-28]
Kalimat tauhid yang dimaksud pada ayat diatas adalah لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
[ 2 ] Tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin, dan tidak mencintai mereka serta bara' kepada mereka.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” [QS. Al-Mumtahanah: 1]
Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". [QS. Al-Mumtahanah: 4]
[ 3 ] Meninggalkan negeri-negeri kafir dan tidak safar ke negeri kafir tersebut kecuali jika ingin menampakkan syiar tentang agama Islam dan tanpa ada pertentangan.
Jika ia orang yang beriman maka konsekuensi bara' nya dia kepada orang kafir adalah ia harus meninggalkan negeri kafir. Dalilnya surat An-Nisaa' ayat 97 - 99.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا بَرِيْءٌ مِنْ مُسْلِمٍ سَاكِنِ الْمُشْرِكِيْنَ
“Aku berlepas diri dari seorang muslim yang menempati tempat tinggal kaum musyrikin.” (Shahih Ligharihi, HR. Abu Dawud [2645], at-Tirmidzi [1604], Ibnul Arabi dalam Mu’jamnya [84/1-2] dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir [2264])
[ 4 ] Tidak diperbolehkan tinggal di negeri kafir & tidak tinggal bersama orang kafir.
Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu anhu ia berkata, “Amma ba’du, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda, ‘Barangsiapa bergabung dengan orang musyrik dan tinggal bersama mereka, maka ia sama seperti mereka’,” (Hasan Lighairihi, HR Abu Dawud [2787], al-Hakim [II/141-142]).
[ 5 ] Tidak menyerupai orang-orang kafir pada apa yang menjadi ciri khas mereka pada urusan dunia dan agama.
Salah satunya bagi laki-laki adalah dengan memelihara jenggot. Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)
[ 6 ] Menyemir rambut yang ada uban nya.
إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak menyemir uban. Oleh karena itu selisihilah mereka.” [HR Bukhari no 3275 dan Muslim no 80]
[ 7 ] Tidak menolong, tidak membantu orang-orang kafir dalam menghadapi kaum muslimin dan tidak menjadikan mereka sebagai teman setia.
Dalilnya surat Ali 'Imran ayat 118,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
[ 8 ] Tidak terlibat dengan mereka dalam bentuk apapun pada hari raya dan juga kegembiraan mereka (pesta-pesta).
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” [QS. Al-Furqan: 72]
Makna dari 'persaksian palsu' dari ayat diatas adalah perayaan hari raya, pesta-pesta dari orang-orang kafir.
[ 9 ] Tidak boleh memohon ampunan dan rahmat bagi orang-orang kafir & musyrik.
Allah Ta'ala berfirman,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” [QS. At-Taubah: 113]
[ 10 ] Tidak bersandar kepada hukum mereka; tidak setuju dengan hukum yang dibuat mereka, tidak mengikuti ajakan mereka untuk meninggalkan hukum Allah & Rasul-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَن لَّمۡ يَحۡكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maidah: 44]
[ 11 ] Tidak memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi & Nasrani.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ
“Jangan kalian mengawali mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Jika kalian berjumpa salah seorang di antara mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” [HR. Muslim no. 2167]
***
Tentang bola: masalah wala' terhadap orang kafir & tidak bara' kepada mereka. Diantara pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada permainan sepak bola, yaitu:
1. Hilang aqidah al wala' wal bara' yaitu menyenangi, menyanjung & memuji para pemain bola yang jelas-jelas kafir.
2. Mencintai & membenci karena bola. Contoh: berkawan dengan orang yang memiliki kesenangan terhadap tim sepak bola/pemain bola yang sama.
3. Tasyabuh kepada orang-orang kafir.
4. Menghidupkan dakwah jahiliyah.
5. Akan terjadi peperangan, perkelahian, caci mencaci.
6. Akan terjadi perjudian.
7. Terbukanya aurat.
8. Meninggalkan sholat.
9. Tidak ada dzikir kepada Allah.
10. Membuang-buang harta.
11. Membuang-buang waktu.
12. Adanya tarian, nyanyian, bersiul, tepuk tangan dll.
13. Saling mencela & saling melaknat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
📝 Ima Bintu Ali
0 notes