Tumgik
#denise baranger
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
That's a pretty fair reaction seeing a legend in action.
55 notes · View notes
evilhorse · 2 months
Text
Tumblr media
Oh, no…not again!
(Captain America #217)
8 notes · View notes
Text
wonderwall
.
Entah sejak kapan Lana berubah, di mata Charlie.
Berubah bukan secara teknis, melainkan fisik, yang kemudian Charlie sadari mampu ditandai dengan adjektif cantik. Yang ia ingat dulu Lana hanyalah gadis kecil dengan pipi tembam, mata sembap sebab dalam dua puluh empat jam sehari, Lana bisa menghabiskan setengah harinya dalam rengek-rengekan menyebalkan. Lana juga pendek, dan suka dikuncir dua. Matanya tak secerah yang sekarang, hanya warna karamel, itu saja. Ujarannya menyebalkan (dan mungkin, mungkin bertahan hingga sekarang). Lagaknya memanggil “Charlie donkey, Charlie donkey, Charlie donkey!” seolah Charlie adalah penjaga pribadinya.
Singkatnya, Lana terlampau kekanakan dan menyebalkan. Dan cengeng. Dan tidak cantik.
Tapi dua puluh tiga tahun lewat begitu saja. Yang Charlie sadari pertama kali, ketika Lana membuang majalah Denise-nya untuk pertama kali.
“Charlie donkey, kau tidak akan dewasa kalau membaca itu terus.”
Charlie mengerutkan kening. “Heh, kau ini tidak tahu isinya bagaimana, Lana. Justru ini majalah laki-laki dewasa.”
“Nah, itu!” Lana menatapnya dengan sepasang bola karamelnya yang menyala. “Lelaki dewasa tidak akan menjadikan majalah dewasa sebagai hobi. Itu kamuflase, donkey. Kamuflase ketidakdewasaanmu.”
Charlie berhenti membeli majalah itu dua hari kemudian.
Maka, atensinya beralih, kepada si gadis Hoffmann. Klo pernah bilang, “Char, kau tak pernah sadar ya kalau Lanny itu lebih cantik dari Denise-mu?” di sisi lain, Jose memberi anggukan afirmatif. “Lanny juga seksi. Tipemu sekali, ‘kan?” Tapi Charlie hanya mendengus dan menganggap itu hal lucu.
Tapi, mungkin, memang dibutuhkan stagnasi akan kebiasaan yang bertahun-tahun ini ia jalani. Charlie terlalu banyak memberi atensi kepada Denise Richard. Sehingga tak ada wanita lain yang mampu masuk ke dalam pikiran-pikirannya selain model seksi itu. Pun Lana. Lana yang selalu di sampingnya, Lana yang juga wanita, Lana yang berambut panjang kecokelatan, Lana yang akan datang ke rumahnya dan menggedor pintu kamar untuk membangunkannya, Lana yang rena meninggalkan Jacob Steinwald si bintang baseball demi memasang mata untuknya.
Lana yang berbeda dari Lana yang dulu; yang lebih dewasa, yang punya senyum-senyum semanis musim semi, yang punya bakat analisis melampaui teman-teman lainnya. Charlie terlalu lama menutup mata, dan ketika ia membukanya, sinar Lana Hoffmann terlampau menyilaukannya.
“Sejak kapan kau jadi begini terang, heh?”
Dan Charlie tersenyum ketika menatapnya. Menelusur kontur wajahnya. Ia punya sosok yang lebih nyata dari Denise—yang eksistensinya lebih meyakinkan. Ia punya sosok yang lebih cantik, secerah matahari, semanis musim semi. Lana akan menerangi gelap-gelap hidupnya, Lana akan mengajarkannya akan kehidupan—selalu, selalu—bagaimana ia tumbuh dewasa lebih dulu dibandingkan Charlie. Tapi setelah ini, ia akan meyakinkan diri sendiri, bahwa ia akan tumbuh dewasa untuk Lana.
(Untuk menjaganya, membawanya dalam hidup yang lebih terang, bersamanya, menawarkan konspirasi akan masa depan yang mungkin menggiurkan. Untuk meyakinkan, bahwa suatu masa ketika mereka keluar dari lingkar persahabatan infiniti ini, cinta adalah adjektif yang akan pertama kali Charlie uarkan. Untuk Lana.)
.
Kemudian, segalanya berjalan begitu saja.
Lana kira akhir mereka akan lebih sulit dari ini. Tapi, semuanya seolah terprediksi pada hari di mana Charlie keledai-nya itu datang padanya, menatap langit-langit sore dengan lama alih-alih menguar kata dan kompulsif mengajak bicara. Matahari ketika itu sudah hampir tenggelam, ia melihat bias oranyenya di pipi Charlie, yang tinggi akan tulang rahang. Seolah sore itu, melembut barang sebentar dan berkonversi pada warna-warni sekitar.
Katanya, “Lana, kita nikah saja, yuk.”
Lana terlampau kaget untuk sekadar menaut refleks—tak ada bibir membulat, netra melebar, teriakan-teriakan penuh tanya. Hanya, tangannya yang kurus terangkat untuk menepuk kepala Charlie, menjambak rambut hitamnya, dan diam-diam berkamuflase menyembunyikan debaran yang tetiba datang.
“Dasar orang mabuk.”
Satu hela napas, Charlie menangkap mata iris karamelnya. “Aku tidak mabuk. Aku serius, Miss Hoffmann.”
Lampu-lampu jalan mulai dinyalakan, bias-bias oranye bersubstitusi gelap yang kemudian hadir. Tapi, Lana masih melihat bias merah itu di pipi Charlie Dunn.
“Kita sudah dewasa. Sudah menggapai impian masing-masing.” Charlie memainkan ujung jersey-nya. “Aku tiba-tiba memikirkan kebiasaan ini—dirimu, dan semuanya tentangmu—bukankah lebih mudah kalau kita bersama? Kita sudah terbiasa, ‘kan? Kau tahu baik-burukku, dan aku tak bisa memikirkan gadis lain yang menyambutku di pintu rumah ketika aku pulang kerja, selain dirimu.”
Tiba-tiba Lana merona. “…Donkey!”
“Aku serius, Lana.” Kali ini, tubuhnya bergerak maju, lurus kepada Lana yang masih menundukkan wajah. Ia mencari-cari mata itu, ia temukan sinarnya, efek-efek sengatan di dadanya yang masih ada.
Charlie mendapatkannya.
Mata itu. Perasaan itu.
“Oi, Lana, aku ada satu penawaran.” Bersama dengan ujaran itu, Lana balas menatapnya lekat. “Kau ingin anak laki-laki, ‘kan? Di awal perjuangan kita nanti… akan kuusahakan mendapat anak laki-laki.”
Satu cubitan bersarang di bahu Charlie. “Charlie donkey! Bisa tidak, berhenti membuatku malu?”
Lelaki itu tersenyum, memberi acakan lembut pada helai-helai kecokelatan milik Lana dan membiarkan tangannya terbiasa. “Jadi, bagaimana?”
Lana menatap langit malam.
Meski di sudut-sudut hatinya ia masih punya sebersit ragu, tapi sudah sejak awal Lana tahu. Bahwa segalanya lebih mudah dari yang ia bayangkan. Segala ekseptasinya, akan datang bahkan sejak awal sebelum Charlie melamarnya.
“Kau tahu jawabannya, Keledaiku.”
.
.
-fin-
0 notes
girlsofcomics · 5 years
Photo
Tumblr media
Vamp
-Real name: Denise Baranger
-A.k.a.: Animus, Femme Force, Annie-Muss, Arnim Zola proto-husk
-Publisher: Marvel
-Type: Human (Genetic modification)
-Afilliations: Brand Corporation, Corporation, S.H.I.E.L.D. Super-Agents
-Powers: Transforms into a psionically-powered creature, absorbo-belt, agility, berserker strength, marksmanship, psionic, siphon abilities, super strength, telekinesis, unarmed combat.
5 notes · View notes
Photo
Tumblr media
And this is Vamp, she uses a belt to absorb other peoples skills...
1 note · View note
ancientbuildings · 4 years
Text
Tablet Sumeria Pemahaman Lebih Dalam tentang Bahasa Tertulis yang Tertua Diketahui
Tumblr media
Bahasa Sumeria dikembangkan di Mesopotamia kuno dan merupakan bahasa tertulis tertua yang diketahui. Bahasa ini ditulis dalam aksara yang dikenal sebagai tulisan paku, yang kemudian diadaptasi oleh bahasa lain yang muncul di Mesopotamia dan daerah sekitarnya, termasuk Akkadian, Elamite, dan Hittite.
Di dunia modern, kertas (dan berbagai perangkat elektronik) adalah media yang digunakan untuk menulis. Bangsa Sumeria, bagaimanapun, tidak menciptakan kertas dan menggunakan media yang berbeda untuk naskah tulisan kuno mereka. Dokumen dan teks ditulis oleh bangsa Sumeria di tablet tanah liat, yang memiliki keunggulan daya tahan lebih besar daripada kertas. Salah satu konsekuensi dari ini adalah bahwa sejumlah besar tablet tanah liat Sumeria telah bertahan selama ribuan tahun dan telah digali oleh para arkeolog. Setelah bahasa Sumeria diuraikan, banyak informasi dapat diperoleh dari tablet ini.
Bahasa Sumeria dianggap sebagai isolasi bahasa, yang berarti bahwa saat ini tidak ada bahasa yang diketahui terkait dengan itu. Bahasa ini muncul dalam peradaban Sumeria, yang berbasis di Mesopotamia selatan (sekarang Irak selatan), dan pertama kali dibuktikan sekitar 3100 SM. Dalam milenium berikutnya, peradaban Sumeria berkembang dan dengan itu bahasa mereka.
Selama abad ke-24 SM, Mesopotamia utara dan selatan dipersatukan di bawah Akkadians, yang menciptakan kekaisaran pertama di dunia. Bahasa Akkadia secara bertahap menggantikan bahasa Sumeria sebagai bahasa lisan. Namun demikian, bahasa Sumeria berlanjut sebagai bahasa tertulis untuk periode waktu yang lebih lama, meskipun penggunaannya sangat berkurang. Akkadian tertulis tidak lagi digunakan sekitar awal periode Kristen dan Sumeria punah tak lama sebelum ini terjadi.
Script Apa Itu Di Tablet Sumeria?
Tulisan Sumeria dikenal sebagai tulisan paku, yang, secara kebetulan, adalah istilah yang relatif modern yang berasal dari awal abad ke-18. Kata ini berasal dari bahasa Latin dan Perancis Tengah dan berarti 'berbentuk baji'. Ini adalah deskripsi skrip yang tepat, karena mudah dikenali berkat karakternya yang berbentuk baji.
Cuneiform diyakini berasal sekitar 8000 SM dan dikembangkan untuk tujuan ekonomi. Awalnya, skrip ini berbentuk piktogram, yang digunakan untuk menggambarkan barang dagang dan ternak secara grafis. Token tanah liat kecil yang mewakili barang-barang ini dibuat dan ditempatkan dalam amplop tanah liat tertutup. Untuk menunjukkan isi amplop, token akan ditekan ke tanah liat di bagian luarnya.
Seiring berjalannya waktu, bangsa Sumeria menyadari bahwa mereka dapat mengganti token dengan menulis sendiri ke dalam tanah liat, yang akan jauh lebih mudah. Seiring waktu, simbol-simbol itu bergaya, menyederhanakan proses penulisan dan menghasilkan kelahiran runcing. Hubungan antara token tanah liat dan tulisan paku dibuat pada tahun 1970-an oleh Denise Schmandt-Besserat, seorang arkeolog Prancis.
Terlepas dari jenis barang dagang, para pedagang Sumeria juga tertarik untuk melacak jumlah mereka dan ini mengarah pada pengembangan sistem angka dalam huruf paku. Seperti disebutkan dalam paragraf sebelumnya, bangsa Sumeria menggunakan token tanah liat untuk mewakili jenis barang dagang. Token ini juga mewakili jumlah objek.
Misalnya, jika 10 roti harus direkam, 10 token tanah liat dari item ini akan dibuat. Untuk memverifikasi bahwa jumlah objek aktual cocok dengan token, orang hanya perlu menghitung objek dan token.
0 notes
nininmenulis · 5 years
Text
Movie Flyer Antologi Rasa
NININMENULIS.COM – Wow, akhirnya setelah 7 tahun berlalu novel Antologi Rasa dibikin filmnya juga. Ketika kali pertama tahu tentang novel ini dari rekomen para netter di twiter. Saat itu saya berpikir bentuknya adalah kumpulan cerita karena terkait judulnya yang menggunakan kata ‘antologi’. Alur cerita novel Antologi Rasa mengalir dalam irama yang terasa sinis, sarkastis, terkadang hiperbolis, dan tak jarang komikal-kocak terutama dialog-dialog vulgar menjurus mesumnya, mungkin hal tersebut yang membuat saya enggan untuk meletakkan novel ini sebelum benar-benar tuntas terbaca. Meskipun membacanya pertama kali di 2012, namun dialog keempat tokoh di dalamnya masih terngiang di kepala saya hingga sekarang.
Denise: “Aku bahagia dengan persahabatan kita, Ruly, Keara, Harris!”
Ruly: “Aku akan selalu memimpikanmu untuk menjadi istriku, Denise.”
Keara: “Gue musti apa untuk mendapatkan cinta lo, Ruly?”
Harris: “Gue akan ngelakuin apa aja buat lo, Keara, asal lo jadi milik gue.”
Oya ampun, melting banget nggak sih hati Barbie saat baca novel ini, apalagi saat itu usia saya masih muda belia hahaha.
Baca juga: Loka Padang Restoran Padang Vegan Pertama
Soal ceritanya sih, bukan barang baru. Novel ini hanya me-repackage kisah cinta bersegi yang rumit dalam kemasan baru. Yang bikin beda, tentu saja sentuhan khas sang penulis, Ika Natassa dan bumbu penyedap racikannya yang bikin segar setiap konflik-konfliknya. Ini cuma cerita 4 orang sahabat yang terjebak dalam hubungan persahabatan yang dipenuhi letupan-letupan asmara rahasia di antara mereka. Tambahan setting kota besar, barang bermerek, dan event mewah ber-budget nggak masuk akal, maka novel ini memang stereotipe metropop kebanyakan. Bagi yang nggak suka lini metropop, ornamen inilah yang membuat kebanyakan dari mereka mencibir. Penting gitu, ngebahas barang branded?
Sampul Buku Antologi Rasa
Oke, untuk segmen tertentu, novel ini akan dengan mudah disukai. Pertama, pembacanya harus menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif, karena cukup banyak kisahnya yang ditulis dalam bahasa bule itu. Kedua, pembacanya harus open minded. Baca bagian di mana para tokohnya minum alkohol seperti minum air saja. Jangan lagi merasa aneh jika di sebagian kisah yang lain, seseorang making love sesering ia ganti celana dalam, tanpa ikatan pernikahan – free sex. Karena hal inilah seorang teman saat buku ini diterbitkan berkata, “sepertinya tidak mungkin di filmkan karena akan repot buat sensornya.”Tapi siapa sangka setelah tujuh tahun novel ini akhirnya difilmkan juga, di saat usia saya siap menonton semua adegan ‘sensorable’ tersebut. Eh?
Baca juga: Klenteng Beringin Angkor Wat-nya Indonesia
Baru mendengar Antologi Rasa akan difilmkan saja, saya sudah exited sekali. Terbayang menyaksikan Denise, Keara, Ruly, dan Harris in the real life. Apalagi setelah melihat movie flyer Antologi Rasa yang memperlihatkan siapa saja aktor yang membintangi film ini. Dan yang bikin saya bertambah lagi histeris yakni ada Refal Hady. Sejak ‘dipeluk’ Refal Hady setahun yang lalu saat ia promo film Galih dan Ratna, saya tuh susah move on hingga sekarang. Aaaarrrggghh….. Pokoknya harus nonton!
Saat ‘dipeluk’ Refal Hady setahun yang lalu
Film Antologi Rasa rilis di tanggal 14 Februari 2019 lalu bertepatan dengan Hari Valentine. Inginnya sih nonton di hari pertama, tapi kondisi Jakarta dan kesibukkan saya seminggu ini sulit untuk meluangkan waktu menonton film. Wew, AA Refal yang sabar ya! lah? “Niniinnn katanya mau ngajakin gue nonton Antologi Rasa!” teriakan ala emak tiri dari seorang teman yang telah saya php-in sejak Antologi Rasa pertama kali di putar nyaris membuat saya keselek sendok. “Gue nggak mau tahu lo harus ngajak gue secepatnya!” Et dah, perasaan saya yang ingin nonton kenapa jadi dia yang lebih antusias?
Baca juga: Mengunjungi Winnie The Pooh-nya Balikpapan
Dengan mulut masih penuh makanan, saya mengambil gawai dan membuka aplikasi Traveloka yang telah terunduh. Buat yang terbiasa menggunakan Traveloka untuk membeli tiket pesawat, hotel, dan kereta api, Traveloka juga bisa untuk membeli tiket bioskop. Prosesnya pun sama dan semudah saat kita membeli tiket pesawat, hotel, dan kereta api, tinggal pilih lokasi bioskopnya, pilih tanggal nonton, pilih kursi, bayar, tunggu notif di gawai, selesai.
Karena lokasi kantor di bilangan Sudirman, Jakarta Selatan, CGV FXSudirman menjadi bioskop langganan saya untuk menonton film. Dari aplikasi Traveloka saya dapat memilih nomor kursi favorit tanpa perlu mengantri. Ini bermanfaat sekali untuk film-film yang selalu penuh. Saya hanya dikenakan biaya administrasi sebesar 3000 rupiah pertiket. Dari pengalaman saya, perbedaan saat menggunakan aplikasi Traveloka untuk membeli tiket pesawat dengan membeli tiket bioskop terletak pada time limit-nya yang hanya 12 menit. Ini berimbas pada pemilihan cara pembayaran. Biar cepat dan mudah, saya memilih menggunakan pembayaran via kartu kredit. Nah sekarang semua bahagia, teman saya tidak lagi ter-php-in nonton Antologi Rasa dan saya dapat ‘berjumpa’ Refal Hady. Yeeaahh… Denise, Keara, Ruly, Harris here I come….
Antologi Rasa Saat Cinta Lebih Rumit daripada Membeli Tiket Nonton Movie Flyer Antologi Rasa NININMENULIS.COM
0 notes
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
Oh well as long as they feel BAD about it, that makes it all better then!
30 notes · View notes
evilhorse · 2 months
Text
Tumblr media
Captain America #217
5 notes · View notes
evilhorse · 2 months
Text
Tumblr media
Say, I didn’t know Nick Fury was black?!
(Captain America #217)
6 notes · View notes
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
The SHIELD Super-Agents Any team with Wendell Vaughn and Texas Twister on it is alright by me!
11 notes · View notes
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
One of you fuckin pigs wanna step to Captain America? No? No, I thought not.
12 notes · View notes
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
You derailed a train. A TRAIN. Full of people. To get to ME. You're going to pay for that, that's my vow.
2 notes · View notes
nitpickrider · 1 year
Text
Tumblr media
How often do you think that Steve has to stop and question his life? Getting attacked by a psychic caveman after destroying the Lincoln Monument statue, superhero life.
0 notes
Photo
Tumblr media
Finally getting back to this group of misfits.
0 notes
Photo
Tumblr media
This is like the 30th time Cap has had a pointless battle with SHIELD.
0 notes