Tumgik
#mencintai diri sendiri
sandimolata · 3 months
Text
Diusahakan bab mencintai diri sendiri harus rampung sebelum menemukan dia, karena dalam hubungan tanggung jawab mengemban kebahagiaanmu tidak seluruhnya disandarkan menjadi kewajiban pasangan.
Jangan mencari kebahagiaan pada sesuatu yang mudah berubah, yang rentan membuat kecewa.
Bertanggung jawablah atas kebahagiaanmu lebih dahulu sebelum orang lain menyadari kesadaran membuatmu bahagia.
@ceritajihan
18 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
2. How would you describe yourself?
Kamu bukanlah apa yang kamu capai atau kenakan, kamu adalah apa yang ada di dalam dirimu dan kamu rasakan. Karena apa salahnya menjadi biasa-biasa saja?
Tumblr media
Banyak yang terjadi dalam hidup kita, membentuk siapa diri kita saat ini. Secara sadar ataupun tidak, semuanya berpengaruh pada kepribadian, pola pikir hingga cara kita menjalani kehidupan. Kalau saja kita sadar, tak ada yang salah dan yang benar kecuali yang ada tuntunan agama dalam menjalani kehidupan.
Kalau sebelumnya di pertanyaan “who are you”, aku bercerita tentang diriku, yang pernah merasa “menjadi manusia seutuhnya” hanya karena memiliki jabatan yang membaut diri merasa berdaya. Iya, rasanya bangga dan juga senang saat bisa menjawab “saya Hasna, dengan jabatan di perusahaan A”--- ah tapi tak ada salahnya juga kok merasa bangga akan pencapaiaan kita pribadi!
Miskonsepsi definisi dan konsep diri.
Kita pasti tak lagi asing dengan beragam teori dan tes kepribadian; DISC, MBTI, Enneagram, Gallup Strength hingga Proto-psikologis. Yang sebenarnya mampu membantu kita mengenali diri kita lebih lanjut, tapi tak bisa menjadi acuan pasti tentang arti diri kita “sebenarnya”.
Lagi-lagi tes kepribadian mungkin memang dilakukan secara ilmiah sehingga didapatkan beberapa bentuk kepribadian dengan ‘kecenderungan’ masing-masing. Tapi bukan berarti itu yang mendefinisikan diri kita. Lucunya, tes kepribadian malah sering kita jadikan pembenaran “yaa wajar aku kan tipe ENFP yang sukanya challenge aja” dan malah membatasi diri kita dari sesuatu yang harusnya bisa kita lalui.
Tes kepribadian lagi-lagi hanya membantumu mengenali kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaanmu yang bisa berubah seiring waktu kamu bertumbuh, bukan patokan saklek yang mendefinisikan dirimu.
Lalu bagaimana cara mendefinisikan diri?
Kita bukanlah saat kita memiliki sebuah jabatan
Kita bukanlah apa hasil tes kepribadian yang kamu dapatkan
Kita bukanlah sekedar harapan-harapan yang disemogakan
Aku pernah berlari hingga terseok mengejar sebuah “pencapaiaan”, namun saat ku raih apa yang ku inginkan aku merasa hampa. Ambisi membawaku melebur dalam diri yang kemudian bertanya “lalu apa?”. Aku merasa cukup dan lalu tak tahu lagi harus kemana.
Aku pernah berlomba dengan kawan yang memiliki deretan penghargaan, merasa berharga karena apa yang ku peroleh dapat ku banggakan. Namun mengapa hanya lelah yang kemudian aku rasakan?
Semua informasi berlalu lalang tentang orang-orang terdekat, teman seumur, ataupun orang yang tak ku kenal yang bercerita tentang prestasi mereka di sosial media. Tak munafik, kadang aku merasa insecure iri hati dan merasa diri tak berharga lagi. Hingga akhirnya lupa arah akan mana yang menjadi tujuan.
Ya, aku menulis segala hal yang ku inginkan dalam hidup. Tanpa memilah dan memilih mana yang mau ku jadikan rangkaian cerita perjalanan seorang Hasna. Mengapa ingin terus berlomba, menjadi lebih keren dan memiliki segudang hal untuk diceritakan?
Siapa aku sebenarnya?
Ternyata itu semua bukan aku
Kita adalah serangkaian proses yang kita coba jalankan.
Sebuah realita tiba-tiba menamparku, yang membuatku tersadar bahwa apa yang aku dapat dan banggakan selama ini akan dengan mudah hilang bahkan minus saat Tuhan berkehendak. Ya, semudah itu hingga menyesal pun hanya menghabiskan energi.
Realita yang membuatku tak kuasa lagi berlari dan mulai refleksi diri, karena sebuah pertanyaan “Apa sih definisi seorang Hasna? Apakah pencapaiaannya? Apakah jabatannya? Apakah karena pujian yang disanding padanya? Atau apa karena yang dimilikinya?”
Saat kondisi 0, yang bisa ku lakukan ternyata hanya menangis, semua pencapaiaan tak lagi terasa berharga dan semua pujian tak lagi menjadi penyemangat. Perasaan tak berdaya hingga beragam pertanyaan ke diri sendiri malah menambah beban perasaan.
Ya, kondisi yang akhirnya membuatku lelah sendiri dan tersadar “ternyata selama ini aku hanya berlari untuk sampai ke tujuan, lupa menikmati proses, lupa memahami bahwa diri kita yang sebenarnya adalah tentang kita yang mau berjuang”
Itulah seni menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Ya, aku sadar bahwa aku memang tak sepintar teman-teman yang diterima di perusahaan multinasional. Aku pun tak secerdik teman-teman pebisnis yang sudah untuk ratusan juta. Aku bukan orang yang memiliki talenta untuk bisa menjadi ahlinya sekali. 
Yang dulu aku menilai, aku harus menjadi “seseorang” agar bisa menjadi hidup secara utuh. Tapi ternyata, itu semua hanyalah sebuah bias manusia yang tak jarang membuat kita lupa bahwa “sekedar hidup, juga membuat kita menjadi manusia”.
Analogi simpelnya adalah lihat kakek nenek kita yang sudah berusia diatas 70 tahun, bagaimana mereka bisa menikmati hidup? cukup dengan bernapas dan bersyukur melihat anak cucunya. Tak harus menjadi kaya ataupun memiliki segudang prestasi.
Pencapaiaan bukanlah hal biasa yang harus kamu kejar selalu. Tetapi memahami dan menerima diri kita sebagai orang yang “biasa-biasa saja” membuat kita dapat melihat bahwa hidup karena hal-hal sederhana itu “cukup”.
Menjadi biasa-biasa saja membaut kita sadar, bahwa masih banyak hal dalam hidup kita yang harus ditingkatkan tapi bukan untuk kita kejar. Menjadi biasa-biasa saja membuat kita paham; bahwa kita hanyalah satu dari ribuan manusia yang memiliki keunikannya dan cukup menjadi diri kita sendiri saja.
Menjadi biasa-biasa saja membuat kita sadar, bahwa proses adalah apa yang membentuk diri kita.
Sadari, kita berharga karena kita menghargai diri kita. Tak masalah memiliki keinginan ataupun mencari pencapaiaan, tapi yang lebih terpenting adalah memahami bahwa kamu menikmati setiap proses yang kamu lalui.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa
106 notes · View notes
antasmira · 1 year
Text
Untukku, butuh waktu yang lama dan keberanian yang besar untuk jatuh hati pada perjalanan yang kumiliki.
Ketika aku memiliki fitur dalam diriku yang kuharap tak pernah kumiliki, ketika aku jatuh tersungkur kehilangan asa, bahkan ketika aku harus melepaskan apa yang tak lagi nyaman untuk digenggam. Ya, ketika hati dan pikiranku sedang kacau-kacaunya.
Aku tak pernah bisa membenci perjalanan ini. Seolah itu sudah merekat erat dalam diriku. Ketika aku mencintai segala sisi diriku, aku merasa dicintai kembali. Aku belajar cinta macam apa yang ingin kuterima dari diriku pada diriku, dari orang lain terhadap diriku. Juga cinta macam apa yang dapat kuberi dari diriku terhadap diriku, dari diriku pada orang lain.
Instagram | Twitter | Storial | Spotify | Pinterest | Karya Karsa
11 notes · View notes
satriautama · 2 years
Video
Tidak ada orang yang bisa mencintai diri kita sebaik diri sendiri, dań jangan berharap pada seseorang untuk bisa mencintai diri kita sama seperti cara kita mencintai dia.
- Satria Utama
8 notes · View notes
arioagio · 4 months
Text
Tumblr media
Hanya ingin hidup jadi damai.
------------------
👉🏻 Follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 untuk dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏-𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂.
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩᘜIO
0 notes
sunflower11itsme · 4 months
Text
Kamuflase;
Menyibukkan diri adalah bentuk kamuflase yang bagus untuk tahun ini. dipertengah jalan aku dipertemukan dengan yang bernama sunyi.
Sunyi mengajakku berkenalan, berbincang-bincang dan ajakan berteman. Aku menyetujuinya. Namun seiring berjalannya waktu aku belajar banyak darinya. bagaimana cara menyimpan sendiri hal-hal yang orang lain susah mengerti.
Kamu boleh berfikir kalau aku penuh teka-teki atau bahkan misteri. tapi itulah salah satu cara yang diajarkan oleh sunyi bahwa ketika aku kecewa tidak seorangpun dapat kusalahkan melainkan dirisendiri.
From perempuan temannya sunyi ;)
1 note · View note
yunusaziz · 6 months
Text
Tumblr media
"Ada waktu menyendiri yang begitu indah, dimana engkau tidak bermaksud membenci siapapun, atau berhenti untuk mencintai, engkau juga tidak bermaksud menjauhi siapapun, engkau hanya ingin lebih dekat dan memahami dirimu sendiri.'
Ada saat-saat dimana kesunyian dan kesendirian adalah waktu yang teramat indah. Waktu dimana semua poros pikiran, perasaan dan raga yang kamu miliki hanya berfokus untukmu, hanya dirimu seorang. Dan disaat itu, perlahan kamu mengenali dan memahami dirimu kembali.
Adakalanya, waktu yang demikian itu memang tercipta bukan tanpa sebab, melainkan hadir karena suatu keadaan yang mendorong bahkan memaksamu untuk berada dalam posisi itu. Mungkin akibat dikecewakan, kehilangan, atau bahkan ditinggalkan. Ataupun, jika tanpa sebab sekalipun, juga tidak apa jika kamu memilih melakukan itu.
Sekali lagi, tidak apa jika akhirnya kamu memilih untuk mengasingkan diri sejenak. Bukan bermaksud untuk menjauh dari keramaian, atau merasa kalah akan keadaan, hanya saja kamu memang membutuhkannya agar lebih dapat kenal dan dekat dengan dirimu sendiri.
Di masa-masa yang hening itu, coba untuk lebih mengenal siapa dirimu, berkontemplasi atas apa saja yang terjadi, kemudian mengambil hikmah sebanyak-banyaknya dan mendefinisikan ulang atas apa sejatinya yang kamu cari di dalam hidup ini.
Jika kamu masih memiliki kesempatan untuk hidup, maka rawat dan cintailah itu dengan tidak memilih menyerah dan pasrah akan keadaan. Yakinlah, bahwa Tuhan selalu membersamaimu.
335 notes · View notes
edgarhamas · 10 months
Text
"Apakah selama ini hidupku bermanfaat?"
Itu mungkin pertanyaan cukup berat yang akan membuat kita insecure. Tapi itu tetap harus kita tanyakan pada diri kita sendiri secara frekuentif; agar kita bertumbuh dan tak terlena dengan pencapaian yang ada.
Kau tahu? Salah satu bentuk cinta Allah pada hamba-hamba-Nya adalah "menggunakan" potensi hamba ini untuk kebaikan, skala kecil maupun besar.
Rasulullah ﷺ bersabda, "jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah ﷻ akan menggunakan (kemampuan)-nya."
Senada dengan hadits mulia ini pulalah, para salafus shalih mengajarkan sebuah doa yang megah dan mesti kita jadikan bahan renungan. Mau tahu doa itu?
"Allahumastakhdimnaa, wa laa tastabdilnaa", Ya Allah gunakanlah kami (untuk kebaikan-kebaikan) dan jangan gantikan kami..."
525 notes · View notes
jejaringbiru · 5 months
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
191 notes · View notes
kurniawangunadi · 5 months
Text
33 Tahun : Dinamika, Kestabilan, dan Tujuan
Alhamdulillah tiba masanya di usia 33 tahun. Sepuluh tahun yang lalu aku masih menjadi mahasiswa yang baru akan sidang tugas akhir, menggendong segudang pertanyaan akan ke mana setelah lulus nanti. Pertanyaan yang akhirnya telah kujalani jawabannya dalam 10 tahun terakhir.
Dinamika di usia ini berbeda, dulu kupikir kalau sudah melewati fase Quarter Life Crisis di rentang usia 20-30, berikutnya akan baik segala sesuatunya. Ternyata tidak gais! Ada fase krisisnya sendiri, bahkan ketika memiliki pekerjaan - masih mempertanyaan apakah diri ini akan menjalaninya seumur hidup, apakah akan selamanya bekerja ini sampai nanti di tepian liang lahat?
Belum lagi urusan pertemanan yang semakin selektif. Lebih cenderung mencari teman-teman sefrekeuensi di urusan-urusan dunia dan akhirat. Menghindari orang-orang yang rumit bin ruwet. Memilih untuk memperkecil lingkaran orang-orang dekat, tapi kebutuhan untuk meluaskan jejaring untuk membangun privilage untuk anak-anak tetap diperlukan. Semacam kontradiktif memang, tapi menjadi orang tua - mulai bisa merasakan apa yang diupayakan orang tua dulu, berusaha untuk memudahkan jalan anak-anaknya.
Di tengah pekerjaan yang sangat dinamis, ternyata menjalani hidup di usia ini cenderung untuk mencari kestabilan. Baik itu secara emosi, finansial, relasi, dan hal-hal lainnya. Kalau bisa tidak perlu bermasalah dengan orang lain atau apapun agar tidak mengganggu kestabilan ini. Jiwa-jiwa petualang terasa berbeda sekali, apalagi saat anak-anak mulai masuk usia sekolah. Penyesuaian terhadap waktu mereka, kebiasaan, dan hal-hal baru yang baru mereka temukan pertama kali dalam hidup sehingga tidak ada habisnya pertanyaan baru setiap hari atas rasa ingin tahunya yang membuncah, sudah cukup untuk menjadi tantangan hari demi hari.
Mulai memikirkan lebih dalam juga terkait tujuan dari akhir hidup ini. Apa sih yang mau dikejar dengan segala hal yang menyita waktu selama ini? Mulai lebih tenang ketika ada masalah, mulai lebih bijaksana (menurutku) dalam melihat kesempatan, sehingga tidak mudah teralihkan dari tujuan. Mulai menata lagi makna-makna hidup, mulai melihat diri sebagai makhluk yang kecil dan lemah, tidak ada alasan untuk sombong dan merasa paling benar.
Menjalani usia 30an ini benar-benar berbeda.
Pesan yang mungkin bisa kutinggalkan di sini ketika dibaca oleh teman-teman yang masih 20an, coba lakukan assesment ke dalam diri sendiri (bisa dgn bantuan ahli), apakah saat ini secara mental dan emosional ada hal yang perlu dibetulkan atau memang sudah matang. Sehingga jika ada hal di dalam diri yang perlu untuk kita sembuhkan lukanya, traumanya, maka selesaikanlah itu. Kalaupun memakan waktu, ambillah.
Sangat menenangkan bisa mencintai dan menghargai diri sendiri. Sangat menenangkan jika kita bahagia menjalani hidup dengan diri ini, dengan cara berpikirnya, dengan sudut pandangnya, dan juga dengan segala hal yang melekat pada badannya. Kurang dan lebihnya telah diri terima. Dan diri tahu betul, akan ngapain dengan badan dan jiwa ini.
Sampai bertemu di usia 30-an kalian. Nanti kita cerita-cerita lagi :)
173 notes · View notes
akarcerita · 23 days
Text
Kita sering menghukum diri sendiri dengan memberi label jahat, malas, si tukang nyerah, lemah. Padahal dirinya sudah berjuang melebihi yang orang lihat dengan sudut pandang terbatas.
Dunia ini butuh orang-orang yang mencintai dirinya, menemukan talentanya, sehingga ia hidup sesuai desain dan perannnya masing-masing. Karena saya masih percaya teori bahwa setiap jiwa punya tugas sesuai kapasitas dan grand desain dari pencipta.
Tegal,
28 Ramadan
103 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Belajar hidup dengan baik itu butuh usaha yang cukup panjang dan butuh self compassion yang besar. Dibesarkan dalam budaya yang mengglorifikasi segala macam ketidaknyamanan membuat gue menyadari betapa sulitnya mencintai diri sendiri. Betapa sulitnya membedakan antara menjadi berlebihan atau pure memang berusaha hidup dengan baik.
Gue hidup dengan ADHD. Salah satu gejalanya adalah mudah depresi ketika siklus hari-hari gue terlalu dinamis. Meskipun struktur otak ADHD pada dasarnya tidak menyukai rutinitas, tapi gue butuh struktur dan jadwal yang tetap dan tidak terlalu banyak agar gue nggak stress karena di setiap perpindahan, gue harus belajar lagi untuk memusatkan perhatian. Gue lebih baik dengan 3 jam diisi 1 kegiatan dibanding 3 jam diisi dengan kegiatan. Ini ngebuat gue stress.
Sewaktu gue menjelaskan ini ke orang lain, nggak banyak yang bisa berempati. Semua mengatakan:
"Kamu harus belajar menyesuaikan diri"
Sekalipun gue sudah menjelaskan kondisi ADHD gue. Karena tidak banyak orang yang familiar dengan kondisi ini dan semua dianggap sebagai sesuatu yang dibuat-buat padahal itu nyata. Akhirnya gue yang berusaha banget sedikit memaksa orang lain mengikuti cara gue. Biar hidup gue less stessfull. Di samping itu, gue juga belajar banget nyari apa yang ngebuat gue merasa nyaman. Entah itu lingkungan yang tidak berisik, harumnya teh dan banyak lagi. Gue belajar untuk tidak merasa bersalah ketika gue menghindari sebuah ruangan hanya karena ruangan itu berisik.
Beberapa tahun lalu, Dea adalah Dea yang dinasehati orang-orang di sekitar karena kamarnya berantakan, jilbabnya tidak disetrika, sering banget telat janjian, dan sering menggunakan kaos kaki yang berbeda antara kanan dan kirinya.
Beberapa tahun lalu, Dea adalah Dea yang sering banget menangis karena selalu merasa dirinya malas. Sering banget time blind dan orang sekitar berkomentar:
"Kamu tuh sebenernya pinter. Tapi kamu kurang effort makanya hasil yang kamu dapatkan nggak banyak"
Gue nangis hanya karena ada temen yang mungkin maunya memotivasi tapi malah ngirim pesen:
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas.
Gue, setiap ganti rutinitas secara mendadak, dampaknya bakal insomnia berhari-hari. Sementara pekerjaan menuntut gue bisa berpindah dari satu tugas ke tugas lain dengan cepat dan jadwal rapat yang kadang mendadak. Gue baru nemu perubahan jadwal ini ngebuat gue stress dan insomnia tuh ya setelah melewati journaling yang cukup lama. Sampai gue pada akhirnya bisa membaik dengan mengurangi beban pikiran satu persatu. Berusaha hidup dengan sangat terstruktur agar ada beberapa hal yang bisa di-otomasi dan di-optimasi sehingga gue punya waktu kosong untuk bernafas.
Belakangan, gue merasa hidup gue berprogress ketika gue sudah nggak pernah kehabisan kaos kaki meskipun kaos kaki gue cuma 5. Gue juga nggak pernah pakai kaos kaki yang berbeda. Gue nggak pernah menangis kalau tugas nggak selesai. Gue sudah kerja keras. Gue perlu menyadari bahwa waktu adalah resource. Kalau tugas nggak selesai, yang perlu terus diupgrade adalah prosesnya. Kalau sudah mengerjakan semuanya dan tetap belum selesai, berarti memang bebannya yang terlalu banyak.
Gue sudah paham bahwa kerja itu memang harusnya 40 jam per minggu. Tidak mudah termakan gaslight orang lain. Tetap aware bahwa gue sangat mungkin punya kekurangan. Demikian juga dengan orang lain :")
Menulis ini untuk mendokumentasikan jika kelak gue harus melewati peristiwa besar lagi dan gue lupa bahwa untuk hidup dengan baik memang butuh usaha panjang banget. Jangan sampai gue patah semangat untuk menjalani hidup.
Terimakasih Dea yang sudah minum vitamin sama supplemen zat besi rutin, makan makanan bergizi, bikin jadwal tidur, nyari macam-macam teh, berolahraga, mencari teman, mengejar cita-cita, ngoding, meneliti, dan menulis lagi. Semoga nanti bisa hidup dengan baik, penuh kasih sayang dari sekitar dan di lingkungan yang tenang.
Terimakasih buat keluarga yang mau jemput gue dari kampus ke rumah biar nggak capek tiap kali pulang. Terimakasih buat temen-temen yang sudah menyediakan "lab riset" sehingga gue bisa eksplore dunia storytelling lagi.
Mari menghargai diri dengan baik dan menemukan teman-teman yang baik juga.
106 notes · View notes
ceritajihan · 10 months
Text
Tumblr media
Di usahakan Bab mencintai diri sendiri harus rampung sebelum menemukan dia, karena dalam hubungan tanggung jawab mengemban kebahagiaan mu tidak seluruhnya di sandarkan menjadi kewajiban pasangan.
Jangan mencari kebahagiaan pada sesuatu yang mudah berubah, yang rentan membuat kecewa.
Bertanggung jawablah atas kebahagian mu lebih dahulu sebelum orang lain menyadari kesadaran membuat mu bahagia.
@ceritajihan
Luwuk Banggai, 5 Juni 2023
345 notes · View notes
andromedanisa · 1 month
Text
aku menangis sendiri dalam lelah, dalam sepi, dalam-dalam. aku menangisi sesuatu yang entah mungkin belum aku miliki atau aku menangisi atas penyesalan terhadap sesuatu yang telah kumiliki. aku tak paham..
bulan Ramadhan, bulan dimana seharusnya ku sibukkan diriku dengan melakukan ibadah dan ketaatan kenyataannya aku disibukkan dengan sesuatu yang akan hilang sewaktu-waktu (perihal dunia). aku yang paham bahwa aku tak seharusnya demikian namun tetap saja tak beranjak dari tempatku sekarang.
ada apa dengan diriku ya Allaah, mengapa aku bisa sejauh ini dariMu. setiap hari aku mencoba untuk memahami diriku namun aku tak pernah menemukan diriku dengan versi yang lebih tenang, lebih membahagiakan. aku selalu sibuk membereskan airmata yang selalu jatuh agar tak diketahui dunia. sekali lagi aku disibukkan dengan perkara dunia yang sewaktu-waktu bisa hilang kapan saja.
bulan Ramadhan ini aku merasa sangat lelah sekali, sekadar berdiri dengan kedua kakiku saja rasanya tak sekuat dulu. kala mengingat itu aku kembali menangis. rupanya aku pernah sangat bersemangat kala menujuMu. mempelajari ilmu untuk mendekatkan diriku kepadaMu. kini rasanya hampa terlebih banyak lelah. benar, dunia begitu melelahkan sekali..
kini, aku mencoba mengulang kembali perjalananku. meski tertatih aku mencoba meyakinkan diriku kembali bahwasanya ampunanMu sungguh luas dan terbuka untukku. dalam doaku, hanya meminta ampunanMu saja. "Allaah, ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku."
doa itu mampu menembus relung hatiku yang telah lama jauh dariMu. aku menangis kembali setiap kali aku mengulang doa-doaku. ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku. bagiku, bila Engkau telah mengampuniku, aku merasa sangat begitu ringan kala aku menjalani hidupku. kala Engkau mengasihaniku, aku merasa sangat begitu lapang dan tenang dalam menjalani kehidupanku.
setiap hari aku selalu berpikir, "apa peranku, apa yang bisa aku perbuat, mengapa aku hanya seperti ini saja setiap harinya. mengapa tidak begini, mengapa tidak begitu." pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengulang setiap waktu dalam kepalaku. dan kini, aku mencoba untuk melepaskan semuanya. aku ingin kembali dalam keadaan tenang. dan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melepaskan dan memulangkan semua kekhawatiran.
aku menanamkan dalam diriku, biar Allaah yang tentu jalan hidupku, biar Allaah yang mengatur baiknya nanti bagaimana. sebab kala aku menginginkan ini dan itu dan tak berjalan sebagaimana, aku merasakan lelah dengan begitunya.
Allaah, aku menulis dengan begitu panjang sekali. keluhanku terlalu banyak untuk ukuran diriku. ampuni aku, ampuni aku, kasihanilah aku. sungguh ya Allaah, kala dibulan ini bulan dimana semua kebaikan dilipat gandakan dan ampunan terbuka lebar. maka sungguh merugikan diri ini jika aku tak mendapatkan ampunan dariMu.
Allaah, tolong aku. jangan tinggalkan aku. aku mencari banyak jawaban dari semua pertanyaanku, maka disaat itulah dunia berpaling sejauh-jauhnya meninggalkanku. rupanya aku salah menaruh sesuatu yang sedari awal memang semu dan rapuh.
wahai diri, tak ada kata terlambat untuk kembali kepada ampunan Allaah. kembalilah dengan seluruh perasaanmu, letakkanlah semuanya sesuai dengan tempat semestinya. jangan khawatirkan apa-apa yang bukan menjadi ranahmu, sayang. sebab kau sudah merasakannya bukan? bahwasanya semua itu sangat melelahkan bagimu.
kembalilah dengan apa yang tersisa pada dirimu saat ini, sebelum terlambat, sebelum dirimu menyesal telah berakhir semuanya. mulai saat ini paksalah dirimu untuk tidak mencintai atau menaruh dunia pada hatimu. melepaskan itu sulit tapi hidup dalam keadaan lelah setiap harinya sebab dunia untuk sungguh akan menguras dan merugikan dirimu. melembutlah wahai diri, melembutlah..
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.. (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–)
ya Allaah, aku pulang menuju ampunanMu tak mengapa kan? belum terlmbatkan? maka terimalah aku, ampunilah aku, ampunilah aku ya Allaah..
102 notes · View notes
gizantara · 4 months
Text
Akselerasi
"Menurut kamu kenapa?"
"Kenapa? Apanya yang kenapa?"
"Pertanyaan yang sering berulang di kepalamu. Sama seperti pertanyaan Rahwana kepada Tuhan tentang Sinta."
"Tuhan, kalau dia tidak pernah untukku, kenapa Engkau bangun megah perasaan ini?"
"Iya. Menurut kamu kenapa?"
"Aku gak akan sebingung ini kalau tahu jawabannya."
"Sebagian orang datang ke hidup kamu untuk belajar. Entah dia yang belajar, entah kamu yang belajar. Barangkali menurut Tuhan, ada jenis-jenis pembelajaran tertentu yang harus pakai cinta untuk dapat dipahami. Jadi proses belajar tersebut bisa terakselerasi. Aku setuju dengan apa yang Cania bilang soal Sabda, bahwa love is super useful as learning booster."
"Kalau gitu, bisakah proses akselerasi ini berlangsung selamanya?"
"Jawaban mutlaknya, Tuhan yang tahu. Jawaban oportunisnya, ada kemungkinan kita nggak bertakdir. Jawaban agamisnya, sekarang bukan kondisi yang pantas bagi satu sama lain untuk belajar dengan cinta. Jawaban teknisnya, seperti kata Zarry Hendrik, bahwa ada beberapa hubungan yang selesai karena salah satunya kurang sabar menunggu yang lainnya belajar."
"Karena sifat mencintai itu tidak memaksa, aku akan menghargai keputusanmu. Pada akhirnya ini bukan lagi tentang kamu yang mungkin gak sabar atau aku yang mungkin lamban belajar. Ini bukan salah siapapun."
"Jadi tolong jangan salahkan dirimu. Dan terima kasih, pengalaman belajarnya yang seru dan berkesan. Aku paling suka bagaimana denganmu aku berhasil mengenali jenis-jenis emosi baru dan meletakkannya pada tempatnya dengan porsi yang sesuai. Itu bekal berharga buatku. Bagian mana yang jadi favoritmu?"
"Tidak ada hal lain selain kamu mengajariku melakukan perjalanan mengenal diri sendiri. Itu langkah awal untuk menyayangi diriku sendiri, kan?"
"Yup. Selamat melanjutkan pembelajaran masing-masing! Tugasku menemanimu sudah selesai, semoga kita bisa mencapai versi terbaik diri kita di hadapan Tuhan kita."
Dan mereka pun berlalu bersama ketetapan Allah atas mereka. Kiranya sampai di sini, mudah-mudahan Allah ampuni yang lalu dan berkahi langkah mereka di kemudian hari oleh sebab patuh dan sabar.
— Giza dan sebuah usaha menjawab pertanyaan seseorang dalam story-nya
86 notes · View notes
langitawaan · 2 months
Text
SENI MENANTI CINTA
Tumblr media
Review ala @langitawaan
Sebenarnya buku ini tiba di rumah dengan selamat tepat di hari pertama launching, 26 Februari 2024. Tapi, karena waktu itu aku diharuskan istirahat jadilah bukunya belum terbaca dengan sempurna. Maafin ya, Bu Dok.
Mana nih fansnya @kkiakia , kalian wajib beli yak! Kudu, harus! Buku "Seni Menanti Cinta" ini berisi 3 bab. Yok kita kupas tipis-tipis;
1. Cinta Tak Perlu Tergesa-Gesa
Di bab ini kita akan dapati tulisan Kia yang menekankan betapa berharganya diri kita, jadi sebelum kita akhirnya mencintai manusia lain, yang wajib kita cintai terlebih dahulu ya diri kita sendiri + kelapangan hati jika akhirnya lagi-lagi kita bertemu seseorang yang belum tepat untuk membersamai :).
"Percayalah, kita akan sangat berharga bagi seseorang yang tulus dan menyadari bahwa kita adalah kepingan rasa syukur yang indah, yang selama ini tersembunyi untuk ditemukan" —halaman 24.
2. Berbagai Upaya Memaknai Cinta
Boleh dibilang bab ini yang paling aku sukai. Setelah sebelumnya galau dan patah hati berkepanjangan di bagian ini Kia menuliskan nasihat yang menegaskan bahwa kita harus percaya jika Allah sudah mengatur takdir setiap makhluk-Nya dengan sangat sempurna termasuk perihal si dia yang masih rahasia. Jadi, tunggu, tenang sembari tawakal.
"Di mata seseorang yang tidak tepat, menjadi diri sendiri pun akan tampak salah." —halaman 50.
3. Cinta yang Sedang Tuhan Persiapkan
Pada bab ini aku paling suka bagian "Hati Seorang Ayah Saat Putrinya Menikah". Secara keseluruhan bagian ini berisi tentang nasihat pernikahan yang begitu hangat teruntuk yang telah dan/atau akan menikah. Jadi kalian semua bisa banget baca ini.
"Saat kita bersama orang yang tepat, tanpa kepercayaan diri pun kita akan tetap bersinar". —halaman 88.
Sebagai salah satu teman yang menjadi saksi perjalanan Kia sampai akhirnya menikah dengan pujaan hati ditambah kami pernah konslet bareng pada masanya :(( memang mantap betul temanku satu ini, galaunya dijadikan karya yang insyaAllaah bermanfaat.
Jadi aku mau ajak kalian buat beli dan baca buku ini. Nah kabar baik sekaligus buruk tersisa waktu 1 hari lagi buat meminang buku ini. Aku ulang ya, 1 hari lagi alias cuma sampai besok :") jadi buruan ygy sebelum menyesal karena nggak kebagian ^0^.
Kalian bisa beli di sini atau di sini.
Selamat menyelami dan menemukan kehangatan selama membaca buku ini 🌻.
Rebah, 19.20 | 05 Maret 2024.
91 notes · View notes