Tumgik
septianawd-blog · 5 years
Text
Bisa Bikin Vagina Iritasi! Menstrual Cup Berbahaya?
Belakangan ini, menstrual cup tengah menjadi tren di kalangan wanita Indonesia. Produk yang sudah ada sejak tahun 1937 ini mulai digaungkan lagi karena klaimnya yang lebih ramah lingkungan dan hemat dibandingkan dengan pembalut.
Namun tahukah kamu, bahwa menstrual cup ternyata punya kekurangan juga loh, bahkan bisa menyabebakan iritasi. Yuk, simak ulasan di bawah ini agar kamu lebih tahu tentang menstrual cup.
Apa Itu Menstrual Cup?
Menstrual cup merupakan cawan menstruasi untuk menampung darah haid. Cawan ini terbuat dari medical grade silicon yang tidak bepori sehingga aman bagi tubuh serta bisa digunakan berkali-kali dalam jangka waktu yang lama. Jika dibandingkan dengan pembalut memang menstrual cup dinilai lebih ramah lingkungan karena bisa dipakai hingga kurang lebih 10 tahun.
Pada umumnya menstrual cup ini memiliki dua ukuran. Ukuran A untuk wanita yang belum pernah melahirkan dan ukuran B untuk wanita yang sudah pernah melahirkan. Menstrual cup sendiri memiliki dua bagian yaitu cup dan stem. Bagian cup berfungsi untuk menampung darah menstruasi sedangkan bagian stem digunakan untuk menarik keluar saat cup akan dilepas.
Tumblr media
Bagaimana Cara Menggunakan Menstrual Cup?
Cara menggunakan menstrual cup ini berbeda dengan pembalut. Untuk memakai cawan ini, kamu hanya perlu melipatnya ke dalam sehingga cup akan lebih mengecil, setalah itu tinggal masukkan ke dalam vagina. Setelah cawan ini terpasang dengan benar, maka kamu sudah siap untuk beraktivitas.
Tumblr media
Cawan ini juga bisa menampung darah menstruasi selama 12 jam. Namun jika kamu sedang mengalami heavy flow, sebaiknya bisa dilakukan pengecekan selama 4-5 jam.
Untuk mengeluarkan cawan ini pun sangat mudah. Kamu hanya perlu menarik bagian ujung stem lalu mengeluarkan cawannya. Setelah itu darah menstruasi yang telah ditampung pada cawan bisa dibuang dan cawan bisa digunakan kembali. Dalam penggunaan menstrual cup ini jangan lupa selalu pastikan tangan dalam keadaan yang bersih ya.
Bagaimana Cara Membersihkan Menstrual Cup?
Cawan tidak perlu dilakukan sterilisasi setiap saat. Menstrual cup ini hanya perlu direbus menggunakan air panas selama 3-5 menit sebelum periode menstruasi datang dan setelah periode menstruasi selesai. Mudah, bukan?
Untuk membersihkan cawan pada saat menstruasi pun tidak susah. Setelah darah menstruasi dibuang, Kamu hanya perlu membersihkan cawan dengan air bersih. Setelah cawan sudah bersih maka bisa digunakan kembali.
Kekurangan Menstrual Cup
Dilihat dari harga serta pemakainnya memang menstrual cup ini lebih murah dan lebih mudah dibandingkan menggunakan pembalut. Namun, ada hal-hal yang harus diperhatikan lagi dalam menggunakan menstrual cup.
Menurut Dr. William T. Wahono, Sp.OG, menstrual cup bisa menyebabkan efek samping seperti iritasi vagina apabila digunakan oleh seorang yang memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap lateks. Selain itu, menstrual cup juga bisa meningkatkan resiko infeksi pada organ kewanitaan apabila penggunanya tidak memerhatikan kebersihan.
Jadi, dalam menggunakan menstrual cup kamu harus apik dan telaten soal kebersihan tubuh. Dan jangan menggunakan menstrual cup jika kamu memiliki kuku yang panjang atau menggunakan nail art karena bisa melukai dinding vagina saat proses penggunaannya.
Selain itu, dalam pemakaiannya juga tidak boleh terburu-buru. Karena menggunakan cawan ini harus dalam kondisi tubuh yang benar-benar rileks agar otot-otot vagina tidak tegang sehingga tidak menyebabkan rasa sakit saat memasukkannya. Selain rasa sakit, jika cawan ini digunakan pada saat terburu-buru maka penggunaan cawan bisa tidak benar dan menyebabkan darah menstruasi bocor ke mana-mana.
Jadi seperti itulah kelebihan dan kekurangan menstrual cup. Terlepas dari semua itu, pemilihan antara pembalut atau menstrual cup kembali kepada diri kita masing-masing karena keduanya memiliki penanganan yang berbeda. So, it’s your choice!
21 notes · View notes
septianawd-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Thankyou for today ma bestie, it's such a wonderful late night, that make us throwback to our memories 💕💕
0 notes
septianawd-blog · 8 years
Text
Ketika Masyarakat Membesarkan Hitler
Tulisan ini saya persembahkan untuk orang tua saya, seluruh orang tua, dan masyarakat yang telah membantu membesarkan fasis.
The future teaches you to be alone // The present to be afraid and cold // So if I can shoot rabbits // Then I can shoot fascists
Bullets for your brain today // But we’ll forget it all again // Monuments put from pen to paper // Turns me into a gutless wonder
And if you tolerate this // Then your children will be next // And if you tolerate this // Then your children will be next // Will be next —  If You Tolerate This Your Children Will Be Next, Manic Street Preachers
Seorang anak perempuan mendengarkan lagu Manic Street Preachers dari kamar sebelah. Ia mengenakan kaus warna hitam dan celana jeans pendek selutut, ia memainkan ujung celananya yang robek, menarik beberapa benang dan melakukannya berulang kali. Tetapi ia memilih untuk tidak begitu mempedulikan keributan kamar sebelah. Maklum saja, ibunya memilih untuk membangun usaha sewa kamar untuk anak kuliahan, apalagi mengingat kota ini adalah kota strategis hingga menjadi pilihan yang tepat untuk menjalankan bisnis ini.
Anak perempuan itu lalu memutar saluran televisi kabel di kamarnya, menaikan volume suara dan tengah menyaksikan salah satu film Romawi kuno. Seorang pria berbadan tegap dan penuh otot mengayunkan sebuah kapak dengan pegangan buntelan tongkat kayu dari pohon Betula pubescens terbaik ke atas meja dan mulai berteriak “Karena aku adalah liktor !”. Di sampingnya berdiri magistrat yang terdiam namun kebingungan setengah mati. Kemudian melayangnya kapak itu sekali lagi. Layar televisi merah.
Anak perempuan itu terdiam menatap layar tanpa berkedip.
Beberapa saat kemudian layar kembali menyala.
***
Bagaimana kamu menyebut “Fasis” Salah satu serial televisi yang diproduksi oleh Amazon Studios berhasil menarik perhatian banyak orang; The Man in the High Castle. Tidak ada yang begitu luar biasa, tetapi untuk serial televisi dengan cerita sejarah alternatif cukup menarik. Rating untuk serial The Man in the High Castle mendapatkan 8.2/10 di IMDB dan 95% di Rotten Tomatoes, setidaknya cukup menarik untuk ditonton daripada beberapa pilihan serial televisi ala Fox Channel. Seperti yang di awal dikatakan, tidak ada yang begitu luar biasa, hanya saja sulit untuk membayangkan bagaimana Nazi berkuasa dan menguasai Amerika. Beberapa orang pemuja Hitler tentu saja akan sangat menyukai serial televisi itu, tapi untuk beberapa orang juga bahwa ini hal yang mengerikan dan tidak layak untuk ditonton. Dalam pikiran mereka, membayangkan fasis berkuasa adalah hal yang sulit dibayangkan. Seseorang otoriter yang membentuk suatu nilai dan sistem yang dianggapnya sangat ideal, dengan indoktrinisasi, perang, militer, dan omong kosong lainnya. Beberapa orang akan menganggap itu masuk akal, karena fasisme adalah suatu “keasyikan obsesif”—kumpulan militan nasional yang berkomitmen—seperti yang dikatakan oleh Paxton.
Jauh daripada itu orang-orang lupa bahwa fasis bukanlah hanya sekedar Adolf Hitler ataupun Mussolini ataupun seseorang otoriter nasionalis, tetapi fasis yang lahir dan tumbuh besar di kehidupan sehari-hari manusia. Kita tidak pernah menyadarinya. Fasis bukan hanya sekedar mengenai ideologi nasionalisme, bukan lagi pergerakan sayap kiri ataupun sayap kanan, karena fasisme itu sendiri tidak pernah menempatkan diri di keduanya. Foucault menjelaskan fasisme dalam buku terjemahan Bahasa Inggris L'anti-Oedipe oleh Deleuze dan Guattari menekankan bahwa fasisme terjadi dalm kehidupan kita sehari-hari, di kepala kita dan dalam perilaku kita sehari-hari, fasisme yang menyebabkan kita untuk mencintai kekuasaan, keinginan hal yang sangat yang mendominasi dan mengeksploitasi. Masyarakat tidak lagi melihat seberapa mampu mereka menciptakan seorang fasis seperti Adolf Hitler ataupun Benito Mussolini—dalam konsep kenegaraan yang otoriter.
Ketika Hitler Lahir dan Dewasa Hitler bukanlah seorang anak yang begitu cerdas dan menjadi anak istimewa saat masa kecilnya. Hitler cenderung menjadi “aneh”. Masa remaja-nya terselamatkan dengan pemahaman nasionalisme—khususnya nasionalisme Jerman. Tetapi, tidak ada yang begitu terlalu buruk dengan masa anak-anak atau masa remaja Hitler. Seperti layaknya masa remaja, ada konflik antara anak laki-laki dengan ayahnya, Hitler remaja yang berharap bahwa ayahnya akan membiarkannya mengizinkan dan menerimanya untuk menjalankan pendidikan yang ia inginkan. Tidak lama Alois Hitler meninggal dan seluruh perkembangan pendidikan Hitler menurun drastis.
Masyarakat pada umumnya akan mengamini sepenuhnya dengan konsep Freud akan konsep ideal sebuah keluarga: daddy-mommy-me (ayah-ibu-saya sebagai anak). Inilah yang kemudian kita kenal juga dengan konsep keluarga nuklir. Bahwa setiap anak akan mencari figur seorang ayah, karena ayah adalah kepala rumah tangga yang akan dianggap memiliki kapabilitas, kekuasaan pasti untuk mengatur keluarga, termasuk dengan masing-masing anggota keluarga. Oedipus menginformasikan kepada kita, jika kita tidak mengikuti garis ayah-ibu-anak, maka kita tidak mengikuti alternatif itu dan masuk dalam konsep sebuah keluarga nuklir. Oedipus terkait pada semacam nasionalisme, agama, ataupun sentimen ras. Bukan sebaliknya (Nasionalisme, agama, atau sentimen agama yang terkait Oedipus). Figur ayah bukanlah seseorang yang digambarkan sebagai bos, tetapi “bos” yang digambarkan sebagai figur ayah ini. Seperti Adolf Hitler yang kehilangan sosok bos dalam diri Alois Hitler begitu Alois meninggal dunia. Dalam konsep keluarga otoritas berada di tangan ayah dan fungsi lembaga keluarga adalah sebagai alat kontrol (bahkan mungkin alat kendali) pada anak.
Selepas ibu Hitler meninggal, Hitler tinggal di sebuah penampungan tunawisma di Wina. Saat itu, antisemitisme  di Wina merupakan hal yang biasa dan tentu saja Hitler mendapatkan asupan antisemitsme melalui situasi politik saat itu hingga kemudian ia menjadi antisemit. Jangan dilupakan bahwa Hitler sangat menyukai dengan nasionalisme Jerman. Saat ia masuk dalam Angkatan Darat, ia bahkan mendapatkan Eisernes Kreuz—medali militer dengan simbol salib besi sebagai bentuk penghargaan—dari Second Class hingga First Class. Dan masyarakat membantu membesarkan Hitler hingga akhirnya ia menjadi Führer, pemimpin absolut Nazi Jerman.
Dalam pikiran kita bagaimana bisa tentara-tentara Jerman melakukan Holokaus , sebuah tindakan paling biadab di muka bumi ini. Tentu saja selain perkara masalah statistik (angka red), itu merupakan hal yang paling tidak bisa diterima, karena denaturalisasi adalah sesuatu yang menjijikan dan biadab. Dan tindakan ini tidak hanya diamini dan dilaksanakan oleh tentara-tentara Jerman. Tentara-tentara ini adalah hanya salah satu bagian dari kenegaraan, ada komponen lain yang juga menjadi andil, masyarakat Jerman. Antisemitisme ini sudah lama sebelum Holokaus terjadi. Dan ketika Holokaus terjadi, tidak ada satupun yang menyatakan solidaritas kepada orang-orang Yahudi—bahkan seperti institusi agama Gereja-gereja.
Dan fenomena bagaimana individu dan kelompok masyarakat ini melakukan hal di laur keinginan atau hasrat mereka? Bagaimana orang-orang ini mengatakan “ya” saja kepada peraturan atau sistem. Apakah mereka takut? Psikiater dari Wina, Wilhelm Reich, telah mempertanyakan itu dalam bukunya, The Mass Psychology of Fascism; “Mengapa massa beralih kepada otoritarianisme meskipun itu jelas bertentangan dengan kepentingan mereka?”. Reich menganalisa fenomena ini dari struktur ideologi masyarakat Jerman dengan menyebutnya Bolshevism atau Fasisme Merah dengan represi seksual yang mereka pelajari dari kelaurga nuklir mereka. Dan bagaimana Nazi memprovokasi atau memanipulasi alam bawah sadar dengan membangkitkan fantasi Primal scene  melalui penggunaan simbol Swastika  sebagai simbol agama.
Oedipal Triangle: Hitler, Mussolini, Soeharto Fasisme bukan hanya terjadi di Jerman atau Italia, tetapi juga di negara lain, bahkan Amerika sekalipun dan juga Indonesia. Karena fasisme bukan hanya sebuah pegerakan atau ideologi nasionalis otoriter yang diucapkan oleh seorang diktaktor macam Hitler atau Mussolini, tetapi juga yang diamini oleh pemerintahnya dan juga masyarakatnya. Sejarah Orde Baru banyak mencatat tidak hanya satu dua persoalan tindakan represif Soeharto, bukan hanya Mafia Berkeley , tetapi seperti isu rasisme dan anti-PKI yang menyebabkan pembunuhan massal dengan jumlah korban yang menyampai hingga 500.000 orang. Rezim Orde Baru mengeluarkan pernyataan mengenai pembersihan politik PKI dengan pencabutan jabatan, hukuman penjara, hingga pembantaian besar-besaran seperti pembantaian PKI 1965 - 1969.
Tidak hanya angkatan bersenjata Indonesia yang turut serta dalam melakukan pembantaian, tetapi juga kebanyakan masyarakat Indonesia pada saat itu. Sebelum Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, pembantaian dan penjarahan etnis Tionghoa terjadi di tahun 1965 - 1969 yang diduga juga terkait dengan partai komunis Indonesia. Tidak hanya di Jawa, pembersihan politik juga terjadi di luar Jawa, seperti Sumatera, Bali, Kalimantan, hingga lainnya. Di Kalimantan puluhan ribu suku Dayak diusir dari tempat tinggal mereka, yang mengharuskan mereka ke luar dari Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 tidak hanya penembakan terhadap para aktivis dan mahasiswa-mahasiswa, tetapi juga pembantaian, penjarahan, hingga pemerkosaan etnis Tionghoa terkait isu rasial. Kita mengenalnya dengan Indonesia “anti-Cina”. Ketakutan masyarakat bahwa pada saat krisis moneter Indonesia, orang-orang etnis Tionghoa menguasai perekonomian Indonesia hingga menyebabkan krisis ekonomi di tahun 1998—seperti ketakutan masyarakat Jerman ketika orang-orang Yahudi mulai menetap di Jerman.
Akar Fasisme dalam Keluarga Indonesia Mekanisme kekeluargaan Freud (daddy-mommy-me) menggambarkan umumnya mekanisme keluarga nuklir, begitupun mekanisme yang berada di Indonesia. Di antara lembaga-lembaga lain sebagai agen paling kuat, lembaga keluarga adalah agen dari yang paling kuat dalam memberikan represi psikologis seorang anak. Lembaga keluarga di Indonesia yang secara umum menempatkan kekuasaan pada ayah sebagai kepala rumah tangga. Sistem yang diterapkan adalah sistem patriarki—yang bahkan secara indegenous tak selalu patriarkis. Figur ayah adalah yang kerap menuntut anak untuk menjadi apa yang diinginkan, alih-alih bahwa mereka yang melahirkan dan membesarkan anak—termasuk figur ibu di dalamnya yang turut mengamini.  Lembaga keluarga meng-oedipal-kan sebuah keluarga di dalamnya yang membuat anak menjadi konformis terhadap ambisi ayah dan ibunya. Ketakutan anak untuk tidak mengkoreksi apa yang orang tua mereka katakan karena secara hirarkis, otoritas tertinggi ada pada orang tua, di mana anak diharuskan untuk patuh.
Kepatuhan dan ketakutan menggambarkan bagaimana kondisi sebuah lembaga keluarga di Indonesia pada umumnya. Bekas-bekas peninggalan di zaman dahulu yang tidak dapat ditinggalkan oleh banyak orang Indonesia hingga saat ini adalah feodalisme. Pramoedya Ananta Toer menuliskan mengenai sifat Jawanisme dalam buku Saya Terbakar Amarah Sendirian; “Jawanisme adalah setia dan taat kepada atasan, yang pada akhirnya menjurus kepada fasisme. Fasisme yang tidak memperbolehkan adanya perlawanan dan oposisi. Taat dan setia yang membabi-buta dan tidak memikirkan pihak lain sama sekali.”
Melanjutkan Kisah Hitler, Sang Penggembala Kembali kepada Wilhem Reich yang mempertanyakan bagaimana banyak orang yang mengikuti instruksi seorang otoriter meskipun berlawanan dari keinginan mereka, bagaimana tidak hanya tentara-tentara Nazi ataupun prajurit lainnya yang patuh tanpa mempertanyakan, melainkan kita dan masyarakat lainnya juga. Bagaimana orang-orang berteriak dan menangis “More taxes! Less bread!”. Hal ini yang kemudian dijawab oleh eksperimen-eksperimen psikolog Asch dan Milgram. Dalam “The Milgram experiment”, Milgram melakukan percobaan kepatuhan kepada otoritas terhadap tiga kelompok; 110 psikiatri, mahasiswa, dan kelas menengah. Eksperimen kepatuhan tersebut bekerja dengan cara di mana ada dua orang yang dipilih oleh Milgram untuk berperan sebagai The Experimenter (Otoritas) dan Student (Subyek yang sudah memahami eksperimen tersebut dan berperan menjadi pelajar atau “subyek eksperimen”). Satu individu lagi adalah relawan yang berperan sebagai “Pengajar” yang memberikan pertanyaan sekaligus memberikan hukuman berupa kejutan listrik apabila si pelajar atau subyek eksperimen ini salah dalam menjawab pertanyaan. Untuk tiap pertanyaan berikutnya yang salah, hukuman kejutan listrik akan dinaikan 15 volt - 450 volt. Setiap jumlah volt kejutan listrik dinaikan sesuai yang diinstruksikan otoritas, kebanyakan dari pengajar akan merasa keberatan dan mempertanyakan apakah yang dilakukannya benar. Namun, ketika otoritas mengatakan untuk melanjutkannya, kebanyakan dari pengajar akan tetap melanjutkannya meskipun hal tersebut bertentangan dengan prinsip mereka. Hal ini yang kemudian dapat disimpulkan dari eksperimen Milgram bahwa kebanyakan orang akan mengikuti instruksi apapun selama instruksi tersebut berasal dari otoritas.
Padget mengatakan; “Lebih mudah memperlakukan seseorang dengan kejam jika orang tersebut memiliki hubungan yang tidak dekat atau tidak terikat secara personal.” Inilah juga yang membuat masyarakat memiliki kecenderungan untuk bertindak kejam terhadap orang yang bagi mereka tidak memiliki hubungan personal. Misal saja ketika ibu-ibu rumah tangga yang memilih untuk memberikan komentar kejam kepada selebriti berdasarkan acara infotaiment ataupun netizen-netizen di Internet. Seperti arsitek genosida Nazi, Heinrich Himmler yang merancang kamar gas beracun untuk tidak menciptakan “ikatan personal” antara pembunuh dan korbannya.
Mengakhiri Sejarah Sang Penggembala Kecenderungan masyarakat adalah mengikuti aturan-aturan dalam lembaga pemerintahan, lembaga masyarakat, atau bahkan lembaga keluarga dikarenakan lembaga-lembaga tersebut dianggap memiliki otoritas untuk menentukan benar atau salah. Selayaknya domba yang mengikuti gembalanya, masyarakat cenderung untuk mengikuti apapun yang dianggap si gembala ini benar; “Sure, I follow the herd—not out of brainless obedience, mind you, but out of deep and abiding respect for the concept of community”. Seperti halnya para terdakwa di sidang Nuremberg, di mana banyak perwira-perwira Nazi yang telah melakukan kekerasan dan kebrutalan di era Perang Dunia II selalu menjawab dengan satu kalimat yang terkenal dengan The Nuremberg Defence; “Befehl ist Befehl. Saya hanya mengikuti perintah.”.
Anzi Matta
31 notes · View notes
septianawd-blog · 8 years
Text
Sudahlah, nyerah saja!
Katanya berjuang itu tidak boleh berhenti sebelum kita berhasil, ah omong kosong. Katanya kegagalan itu awal dari kesuksesan, ah bohong. Katanya orang yang terus berusaha akan mendapat apa yang diinginkannya, ah jangan bercanda!
Yang namanya berjuang itu pasti mengenal lelah, kalau sudah lelah ngapain dipaksa? Sudahlah, kalau capek ya nyerah saja! Yang namanya gagal ya gagal, nggak ada kegagalan yang tiba-tiba berubah jadi kesuksesan. Sudahlah, kalau gagal ya nyerah saja! Yang namanya manusia itu ada batasnya, mustahil usaha bisa tanpa henti. Sudahlah, kalau gak dapet apa yang diinginkan ya nyerah saja!
Iya semua kata-kata mutiara itu omong kosong, bohong dan hanya candaan saja, kalau hanya sekedar pelipur lara bagi hati yang mudah goyah. Kita ini terlalu gampang dipengaruhi “katanya”. Diberi kata-kata penyemangat langsung berkobar api hidupnya. Dengar cerita-cerita tentang kenyataan pahit langsung padam bagai lilin kecil diguyur air seember.
Kalau memang sudah lelah, sudah disandungi kerikil kegagalan, merasa mimpinya makin dikejar makin menjauh, ya sudah nyerah saja! Me-nyerah-kan diri pada ke-Maha-Besaran Tuhan. Kali ini bukan lagi “katanya”, karena percaya tidak percaya, mau diakui atau dinafikan, masing-masing kita sudah pernah merasakan-Nya.
Jangan mudah goyah cuma karena kata si anu, kata si itu, kata si dia. Tutup telingamu. Tutup matamu. Tutup mulutmu. Buka hatimu. Tuhan memang adanya di atas sana, tapi bagi hati yang berpasrah maka lewat hati itulah kita bisa membisikkan keluh kesah masalah pada Tuhan, dan sebaliknya lewat hati itu jugalah Tuhan membisikkan jawaban dan hikmah dari lika-liku kehidupan yang Ia ujikan pada kita.
Sekali lagi: Sudahlah, nyerah saja!
3 notes · View notes
septianawd-blog · 8 years
Text
Ketika Si Diam Harus Angkat Bicara
Saya sudah suka menulis sejak lama, alasannya sederhana: saya ini (katanya) introvert. Sudah introvert ditambah pemalu pula, jadinya kalau punya unek-unek di kepala ya lebih suka curhat sama alat ketik (ya, saya akrab sama handphone daripada kertas dan pena).
Nulisnya sih nggak jauh-jauh dari galau-galauan yang nyerempet cinta-cintaan. Oh, masa remaja begitu indah dan palsunya. Tapi pernah juga sih nulis-nulis yang agak berbobot gitu, tapi berhubung POV saya terlalu radikal ya tetep tersimpan rapi.
Eh, tapi dulu memang semuanya saya simpan rapat sih. Pake password, di-hidden! Kenapa? Ya itu, saya ini pemalu. Jangankan mau diabadikan lewat buku, setelah lewat berapa tahun saja baru saya berani upload di media blog.
Saya harus berterimakasih sama teman sekelas saya waktu SMA yang berinisial N. Dia yang ngenalin saya dengan tumblr ini, dan (secara tidak langsung) membuka pikiran saya bahwa: coret-coretanmu jangan cuma dipendem sendiri!
Dan setelah dipikirin, emang bener juga sih, ngapain “repot-repot” nulis kalo cuma kita baca sendiri? Kenapa why bisa can? Karena because selalu always! Eh, ngawur, ini ding yang bener:
1. Ada kebahagiaan tersendiri Kalo saya sih begitu. Ada rasa bahagia yang aneh di dalam hati kalau melihat tulisan-tulisan hasil pemikiran kita terpampang di sebuah tempat dimana banyak orang bisa liat. Apalagi kalau ada yang appreciate, waduh bisa gedhe ndhasé!
2. Biar gak hilang Kertas bisa aja robek, basah, kebakar, ilang. Handphone atau laptop bisa virusan sampe rusak total. Ini saya pernah ngalamin, hape rusak, semua isinya melayang. Pffft. Kalo udah begitu sayang banget lah dokumentasi kita hilang begitu saja. Huft. Untung aja udah disimpan lewat cloud storage. Nah dengan “menyimpannya” di internet jadi lebih aman. Selama servernya nggak ambruk tulisan kita bakal abadi! Ya seenggaknya kalo banyak back-upnya kan enak~
3. Jalan menuju perbaikan Nyambung poin pertama, dengan banyak orang bisa lihat tulisan kita berarti mereka juga bisa kasih masukan, saran atau kritikan. Nggak perlu baper dan galau kalo dikritik, justru malah itu harus jadi bahan buat perbaikan tulisan! Jangan terlalu seneng kalo dipuji, “tugas"mu ke depannya bakal makin berat karena kamu harus bisa nulis yang lebih bisa bikin mereka (pembaca) impressed lagi daripada sebelumnya!
4. Jalan rejeki Ini bonus sih sebenernya, tapi bisa aja kan tulisan kita dibaca penerbit dan/atau teman-temannya, terus mereka nawarin kita buat bikin buku, terus diterbitin, dapat royalti deh! Emang sih gak sesimpel itu, tapi kan dunia ini penuh kejutan. Kita aja gak pernah tau kapan, di mana dan dengan siapa kita bakal jatuh cinta #oot
5. If you can’t make them hear, make them read Bagi yang pemalu, yang suka grogi kalo harus tampil di depan umum, yang kalo ngomong suka terbata-bata, kagok, nah ini nih poin penting yang harus kalian dan saya resapi. Saya emang tipe orang yang lebih suka diem, dan seringkali menghindarkan saya dari konflik. Tapi pada titik tertentu saya merasa kalo saya harus ngomong, harus tampil! Tapi gimana caranya? Mau ngomong di depan orang banyak aja jiwa raga bergoncang hebat. Yaudah, ngomongnya lewat tulisan. Lebih simpel. Lebih gampang. Lebih enak di kita.
Ya begitulah setidaknya kenapa kita harus berani tampil. Kenapa kita jangan hanya memendam perasaan ini sendirian #eh. Orang gak akan terlalu masalahin gimana cara kamu ngomong, tapi orang bakal nyalahin kalo kamu cuma diem aja!
9 notes · View notes
septianawd-blog · 8 years
Quote
Tidak ada orang yang merasa bangga dengan hal yang tidak hebat, yang ada hanya orang yang mencoba nyaman dengan apa yang dia dapatkan terlepas dari hal itu hebat atau tidak
1 note · View note
septianawd-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Tahun baru (umumnya) ditandai dengan orang-orang yang mulai berkumpul di tempat tertentu untuk merayakan pergantian tahun dengan menyalakan kembang api. Orangtua, dewasa, remaja, bahkan anak-anak kecil pun ikut meramaikannya. Namun, detik-detik menjelang pergantian tahun tidak semuanya membahagiakan karena tidak semuanya sadar bahwa dunia ini sudah semakin tua dan manusianya semakin lupa. Sesaat menjadi bahagia tidak ada salahnya, asalkan masih ada kesadaran dalam jiwa. Happy New Year 2016😄😄🎉 #happy #newyear #2016 #fireworks #solo #indonesia #betterdays #fridaynight
0 notes
septianawd-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Karena usia tidak akan menghalangimu untuk berekspresi #mom #laugh #love #life #free #wonogiri #wadukgajahmungkur
0 notes
septianawd-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Bukan lagi mikir negara, tapi lagi mikir jodoh eh bukan bukan yang bener lagi mikir tugas sama laporan. Ehe... #vsco #vscocam #pink #yellow #blue #fridaynight
0 notes
septianawd-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
#putik Source: line
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
Kangen pramuka ih, kalo liat orang pake baju pramuka suka baper sendiri 😶😶😶 #scout #movement #pramuka #nyi #ageng #serang #samber #nyawa #smansari
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
I see you 😊 #eyes#smile#happy#friday#night
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
meet up ex-roommate, cabe solo now 😍😍😍
#usbcantik #usbhits #cabesolo #hitssolo #ankesusb 😘😘😝😝
1 note · View note
septianawd-blog · 9 years
Quote
Aku mudah mempercayai seseorang, tapi ketika aku menjadi pencuriga bukan berarti aku orang yang berbeda
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
Meet up cabe malang, pedes rek 😱😱 #chilli #malang #ubcantik #ubhitz #fapet 😂😂
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Quote
Karena teguran bisa lewat apapun dan kapanpun (gaboleh sombong)
0 notes
septianawd-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
Karena background lebih menarik dari orangnya ✂✂ #eat #sleep #rave #repeat
0 notes