Tumgik
#celaan
Text
‎Jangan fokus mencari tahu apa yang dikatakan manusia tentang dirimu, sebab kamu akan tersakiti dengan pahitnya celaan dan tertipu dengan manisnya pujian. Fokus saja perbaiki amalanmu, sebab hisabmu di sisi Allah bukan di sisi manusia.
‎- Ustadz Abu Yahya Asri Al-Buthony حفظه الله
167 notes · View notes
in-syirah · 5 months
Text
Tentang pujian ataupun celaan
Setiap ucapan yang keluar dari mulut seseorang, tidak akan pernah bernilai apa-apa kecuali ia adalah bentuk dzikir atau doa kepada Allaah.
Maka, pujian ataupun celaan dari mulut orang-orang yang dilontarkan kepada kita, sejatinya tidak akan bernilai apa-apa, ia akan berlalu bagaikan angin yang lewat berhembus begitu saja.
Kecuali, lisan yang terucap itu adalah dzikir, sebagai bentuk penghambaan atuapun rasa rindu seorang hamba kepada Rabbnya, ia akan bernilai pahala yang tidak akan pernah dapat dinilai dengan apapun.
Dalam suatu riwayat, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi kabar bahagia kepada kita, bahwa setiap dzikir yang kita ucapkan sejatinya ada bangunan yang didirikan untuk kita di Surga, setiap kali kita berhenti berdzikir, pembangunan itu dihentikan, dan ketika dzikir kita lanjutkan, maka pembangunannya pun akan dilanjutkan. Masyaa Allaah.
—Mks, Dec 28th
41 notes · View notes
ruanguntukku · 11 months
Text
Hari ini kembali diingatkan tentang sebuah nasihat yang masih membekas, perihal bagaimana kita menyikapi takdir buruk yang ada.
Manusia menerima takdirnya itu terbagi menjadi 4 golongan, yakni :
Orang itu marah kepada Allah akan takdir buruk yang dia terima dan ini adalah tingkatan yang paling rendah.
Orang itu bersabar, tapi kesabarannya masih terasa sempit di dadanya. Masih ada keluh kesah yang dia rasakan dan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menerima kondisi yang ada.
Orang itu merasa lapang dan ridho dengan segala takdir Allah dan ini terjadi pada hentakan pertama ujian. Dia yakin bahwa apa yang Allah gariskan itu pasti ada hikmahnya, sehingga dia yakin dengan janji-Nya.
Orang itu merasa bersyukur dengan takdir buruk yang dia alami, jelas untuk bisa ke tahap ini seseorang butuh ilmu, hidayah, kekuatan dan pertolongan dari Allah. Perlu adanya latihan dan didikan yang kuat kepada diri sendiri untuk bisa sampai di tahap ini. Karena pada hentakan pertama takdir itu datang, kita bukan hanya sekadar bisa lapang menerima, tapi juga mampu menyadari bahwa apa yang terjadi saat ini adalah karunia yang besar dari Allah, kita betul-betul meresapi bahwa di balik semuanya ada balasan yang indah dari Allah untuk kita. Oleh karena itu, orang-orang yang ada di tahap ini benar-benar tidak bisa tergoyahkan dengan celaan dan ucapan buruk manusia, bahkan apa-apa yang telah hilang darinya tidak membuatnya bersedih apalagi bersusah hati.
Aku tahu tentu mempraktikkan ilmu tidak semudah itu, tapi hendaklah kita terus memupuk prasangka baik terhadap Allah, terus berusaha memperbaiki diri menjadi hamba yang semakin baik di sisi-Nya.
Jika banyak sekali kisah-kisah di luar sana tentang kesuksesan meraih perbendaharaan dunia dari tahap yang sangat mustahil menjadi berhasil, sungguh tidaklah ada kata mustahil untuk bisa menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
Selama ruh belum sampai ke kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari barat, maka masih sangat mungkin kita berupaya di dunia ini untuk menjadi golongan yang selamat di kampung akhirat nanti.
Jika ada banyak orang yang berjuang mati-matian untuk bisa sukses di dunia, maka jadilah yang betul-betul jujur dan berupaya sekuat tenaga untuk bisa menjadi sukses di akhirat.
Perjalanan kita masih sangat panjang dan berat, yang dimulai setelah ruh kita dicabut dan raga kita bermalam pertama di alam kubur.
—SNA, Ruang Untukku #109
Senin, 12-06-2023 | 15.11
Venetie Van Java,
Semoga Allah membalas dengan jannatal firdaus bagi para asatidzah hafidzakumullah yang tidak hentinya memberikan nasihat dan peringatan di atas al-Haq tentang akhirat. Aamiin.
89 notes · View notes
kafabillahisyahida · 11 months
Text
Ga ada yang sempurna, Kadang sebagai istri qt harus sengaja lugu di hadapan suami untuk menyenangkan hatinya meskipun sebenarnya kita tau. Barulah akan terasa manisnya cinta.
Kadang sebagai teman kita harus sabar menunggu, mundur sedikit untuk menyetarakan langkah barulah terjalin indahnya ukhuwah.
Begitu juga dalam dakwah Allah perintahkan kita “menyeru dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik serta membantah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
karena Dakwah tanpa kelembutan hanya sebuah celaan, yang mustahil diterima. Begitulah sifat dakwah Rasulullah, Nabi menghargai, kendati menghargai bukan berarti membenarkan. Menghargai dan membenarkan adalah dua hal yang berbeda.
Banyak dari kita adalah ahli bidah sebelum mengerti sunnah. Tapi tunggulah... jedalah... Karena kebanyakan manusia jika langsung diingkari kesalahan yang sudah menjadi kebiasaan mereka akan lari menjauh. Muslim yang baik mensyiarkan kebenaran dengan teladan bukan celaan.
Jangan sampai kehilangan adab, karena Pada dasarnya syiar kita hanyalah menyapaikan, itupun tidak harus berhasil, kalau harus berhasil takkan akan ada nabi yg berdakwah ratusan tahun lamanya tapi tak punya banyak pengikut, apalagi kita? Hidayah itu hak Allah, karena memang nyatanya gak ada yg sempurna selain Allah.
48 notes · View notes
wasalimnaa · 7 months
Text
Jangan Jadi Ibu yang Biasa Biasa Saja
Perhatikanlah kebersihan pikiran anakmu dari kalimat-kalimat buruk yang tidak pantas, sebagaimana kau memperhatikan kebersihan bajunya setiap hari.
Isilah akalnya dengan akidah yang teguh, sebagaimana kau beri gizi pada jasadnya.
Beri perhatian agar ia shalat tepat waktu, sebagaimana kau memperhatikan anakmu mengerjakan PR.
Perhatikanlah kepergiannya ke masjid dan hafalan Al Qurannya, sebagaimana kau memperhatikan kepergiannya ke sekolah.
Daripada kau menceritakan padanya kisah-kisah tidak nyata dan bohong setiap malam, ceritakanlah kisah-kisah para nabi, sahabat, tabi’in dan orang-orang shalih agar dia mencintai dan meniru mereka.
Ajarkanlah dia makna “la ilaha illallah: tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah”, sebelum kau mengajarkannya huruf abjad.
Ceritakanlah padanya tentang surga sebelum kau menceritakan padanya tentang dunia.
Jadikanlah ia mencintai akhirat, sebelum dia besar dan takut padanya.
Ajarkanlah padanya untuk menghormati orang tua, adab makan, dan menyambung silaturahim.
Ajarkanlah padanya akhlak-akhlak yang terpuji.
Jadilah ibu yang hebat, haraplah pahala dalam mendidik mereka karena Allah, supaya Allah memberkahi mereka.
Asuhlah mereka dengan pola asuh yang benar sehingga jika ia berjalan dalam kesenangan dunia, maka mereka akan memilih masjid sebagai jalan mereka, memilih teman yang shalih sebagai tempat berlindung, Al Quran sebagai teman, dan surga sebagai tujuan hidup.
Jadilah teladan baginya dalam pendidikan.
Jadilah teman, kesayangan, dan kerabatnya, bukan hanya seorang ibu.
Umat membutuhkan orang-orang yang tidak takut terhadap celaan orang, dan dunia tidak memalingkan perhatian mereka dari akhirat.
Maka, jadilah engkau wanita yang menghasilkan orang-orang seperti itu.
Tumblr media
13 notes · View notes
laoderrs · 6 months
Text
"Terkadang, celaan terhadap kebaikan itu merupakan ciri bahwa Allah menghendaki kebaikan untuk kebaikan itu supaya semakin tersiar dan tersebar"
Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi hafizhahullahu ta'ala
Jadi, kalau banyak yang mencelamu karena menyampaikan yang haq, janganlah bersedih. Boleh jadi itu cara Allah untuk menyiarkan kebenaran.
17 notes · View notes
bayuvedha · 8 months
Text
"Larangan MENGHINA ORANG Yang SEDEKAHNYA Hanya SEDIKIT"
Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri radhiyallahu 'anhu, katanya:
"Ketika ayat sedekah turun, maka kita semua mengangkat sesuatu di atas punggung-punggung kita -untuk memperolehi upah dari hasil mengangkatnya itu untuk disedekahkan. Kemudian datanglah seseorang lalu bersedekah dengan sesuatu yang banyak benar jumlahnya. Orang-orang sama berkata: "Orang itu adalah sengaja berpamer saja - memperlihatkan amalannya kepada sesama manusia dan tidak kerana Allah Ta'ala melakukannya. Ada pula orang lain yang datang kemudian bersedekah dengan barang sesha' - dari kurma. Orang-orang sama berkata: "Sebenarnya Allah pastilah tidak memerlukan makanan sesha'nya orang ini." Selanjutnya turun pulalah ayat - yang artinya: "Orang-orang yang mencela kaum mu'minin yang memberikan sedekah dengan sukarela dan pula mencela orang-orang yang tidak mendapatkan melainkan menurut kadar kekuatan dirinya," dan seterusnya ayat itu - yakni firmanNya: "Lalu mereka memperolok-olokkan mereka. Allah akan memperolok-olokkan para pencela itu dan mereka yang berbuat sedemikian itu akan memperoleh siksa yang pedih."
[QS. At-Taubah: 79] (Muttafaq 'alaih)
PELAJARAN YANG TERDAPAT PADA HADITS :
1. Sedekah adalah amalan yang dianjurkan dalam agama Islam.
Selain bernilai pahala, perbuatan yang satu ini juga dapat menjadi media untuk membantu sesama.
Dalam bersedekah *tidak pernah ditetapkan jumlah dan bentuknya kecuali sedekah wajib seperti zakat.*
2. Kita dianjurkan bersedekah *sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan tanpa unsur paksaan.*
3. Di mata manusia banyak sedikitnya suatu sedekah menjadi hal yang diperhatikan.
Banyak diantara mereka yang *mengejek* orang lain karena bersedekah lebih sedikit darinya.
Hal yang demikian ini sering dijumpai dalam lingkungan tempat tinggal seperti adanya ejekan saudara.
*Tidak hanya dapat melukai perasaan* orang yang diejek, ternyata *juga ada hukumnya* di dalam ajaran Islam.
4. Di dalam ajaran Islam, kaum muslimin *dilarang untuk mencela atau mengejek* saudaranya yang hanya bersedekah sedikit.
Karena pada dasarnya, sedekah itu *harus dilakukan secara ikhlas dan sesuai rezeki yang dimiliki.*
Tidak ada halangan bagi seseorang untuk bersedekah meskipun dengan sesuatu yang *sangat sederhana.*
Selama benda yang ingin kita sedekahkan itu *masih layak dan patut.*
5. Tidak seharusnya kita menjadikan sedikitnya sedekah saudara sebagai bahan pembicaraan untuk mengejeknya.
Jangan menghina seseorang *yang sudah berbaik sekalipun perbuatan yang mereka lakukan sangat sederhana.*
HADITS YANG BERKAITAN:
1. Apa yang disebutkan oleh ayat ini pun merupakan sebagian dari *sifat orang-orang munafik.*
*Tidak ada seorang pun yang luput dari celaan dan cemoohan mereka dalam semua keadaan,* hingga orang-orang yang taat bersedakah pun tidak luput dari cercaan mereka;
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّٰهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ۞
_*"(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekah­kan) selain sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih."*_
(QS. At-Taubah/9: 79)
2. Mengejek orang lain *yang sudah berbuat kebaikan* juga akan *dibalas oleh Allah SWT* dengan azab untuk mereka;
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ ۞
_*"Sesungguhnya telah pernah beberapa Rasul diejekan sebelum engkau. Maka turunlah balasan (azab) menimpa orang-orang yang mengejekan itu apa yang diejekannya."*_
(QS. Al-An'am/6: 10)
*وَاللّٰهُ أَعلَمُ بِالصَّوَابِ...*
13 notes · View notes
nadyagifary · 24 days
Text
Tumblr media
"Cukuplah ilmu sebagai kemuliaan dimana siapa yang tidak menguasainya mengakuinya dan berbahagia manakala ia dinisbatkan kepadanya. Cukuplah kebodohan sebagai celaan dimana orang yang bodoh diri darinya"
Aku tidak merendahkan harkat dan martabatku dalam berkhidmat kepada ilmu,
Untuk melayani siapa yang aku temui, akan tetapi agar aku dilayani,
"Apakah aku menanamnya dengan jerih payah lalu memetik buah kehinaan?"
Jika demikian, maka lebih baik aku hidup dalam kebodohan
Seandainya ahli ilmu menjaga ilmu, niscaya ilmu mrnjaga mereka
Seandainya mereka memuliakam ilmu pada jiwa, niscaya ia dimuliakan
Qadhi Abu Hadan al Jurjani dalam Kitab Tadzkirotus Sami' Wal Mutakallim - Keutamaan Ilmu, Penuntut Ilmu, dan Ulama serta Adab Adab Menuntut Ilmu dan Mengajar
5 notes · View notes
mutiarafirdaus · 2 months
Text
#Catatan.Ramadhan 2
Hari-hari ini akrab sekali telinga kita dengan kata pemboikotan.
Boikot suatu hal, berarti memilih untuk tidak memakainya. Tidak membeli. Tidak mendekati. Tidak menggunakan. Tidak meyakini bahwa hal itu membawakan manfaat. Mengganti manfaat dari hal tersebut ke hal lain yang lebih dirasa memberikan manfaat. Selama ini, bukan hanya produk zionis laknatullah yang telah kita boikot. Tetapi ada perkara besar yang telah kita boikot juga.
Sadar atau tidak, selama ini kita telah melakukan pemboikotan terhadap Quran 😰 Sampai-sampai saking parahnya kita dalam memboikot, Rasulullah mengadukan perkara itu kepada Allah di surat Al Furqon 😢
Tentu saja kadar pemboikotan orang-orang terhadap Quran berbeda kadarnya. Imam Ibnu Katsir membuat tingkatan orang-orang yang "memboikot" Quran sebagai berikut
Orang yang mengingkari dan tidak mengimaninya. Bisa sampai ke derajat kafir
Orang yang mengimani Quran, tapi tidak memiliki keinginan dan tidak berupaya untuk mempelajarinya. Bahkan tilawah pun enggan, bahkan membacanya pun masih banyak ditemukan lahn jali dan tidak mau untuk memulai belajar
Orang yang punya kemampuan untuk belajar, sumber dayanya ada, energinya ada, lingkungannya ada, tapi malas untuk mendekat pada Quran. Orang seperti ini mendapatkan hukuman yang sangat keras
Orang yang sudah membacanya, tapi tidak mau menadabburi dan tidak mau tergerak untuk memahami. Celaan bagi orang ini disamakan dengan kaum munafik yang setiap hari dibacakan ayat Quran tapi tidak tergerak untuk menadabburi.
Padahal mempelajari tadabbur ayat Quran bermanfaat untuk menambah keimanan. Dan suatu upaya kita meloloskan diri dari golongan orang yang melakukan pemboikotan terhadap Quran. Tingkatan pemboikotan itu, mari kita kurangi setahap demi setahap.
Tidak mau menghafalkan Quran (atau malas murojaah 😭) juga salah satu bentuk pemboikotan. Dikatakan dalam hadits, orang yang tidak memiliki hafalan sama sekali ibarat rumah yang roboh. Dan salah satu ciri orang berilmu ialah memiliki hafalan Quran. Tentu saja urusan menghafal ini dilakukan setahap demi setahap dan bersabar terhadap prosesnya.
Mengingat banyaknya kewajiban kita terhadap Quran, maka semakin banyak waktu yang kita berikan untuk Quran harapannya jadi semakin sedikit pemboikotan yang kita lakukan hingga sampai ke derajat nihil.
Karena perumpamaan orang yang membaca Quran namun tidak mengetahui tafsirnya bagaikan suatu kaum yang diberi surat dari Raja mereka pada malam yang gelap. Mereka bingung karena tidak tahu apa isi surat tersebut. Sedangkan perumpamaan orang yang memahami Tafsir bagaikan orang yang membawa sebuah lentera untuk mereka hingga mereka dapat membaca surat tersebut. -Iyas Bin Muawiyah-
Para ulama berlomba-lomba menulis tafsir sebagai bentuk berkhidmat pada agama demi memudahkan umat memahami kandungan firman Allah. Tugas kita ialah mempelajari dan mengajarkan Kitab yang diturunkannya kepada kita, juga memahami dan memahamkannya kepada Umat.
Apakah kita sebagai umat tidak tertarik menikmati perjuangan mereka dengan mempelajari tafsir tersebut atau malah abai dengannya?
Karena menafsirkan Al Quran dengan akal semata hukumnya haram. Kemampuan kita sangat kecil sehingga alih-alih menafsirkan sendiri lebih baik mengkaji dari para ulama yang sudah kredibel.
3 notes · View notes
mardiahdiioo · 4 months
Text
Hidupmu bukan milikmu saat kamu selalu peduli bagaimana penilaian manusia tentang dirimu. Tenggelam dalam kesibukan mencari perhatian, pengakuan, untuk apa dipusingkan?
Pujian manusia tidak akan mengangkat sedikitpun derajat di mata Allah.. sebagaimana celaan mereka sama sekali tidak akan menurunkan kedudukan di sisi-Nya.
Tanpa peduli bagaimana perasaanmu, pada kenyataannya dunia akan terus berputar, kehidupan akan terus berlangsung dari waktu ke waktu.
2 notes · View notes
in-syirah · 1 year
Text
Dzun Nun Al-Mishri pernah ditanya, "Bagaimanakah ciri ikhlas itu?"
Beliau menjawab, "Apabila engkau melakukan sesuatu bukan karena menginginkan pujian dari manusia, bukan pula karena engkau takut akan celaan mereka, maka engkau adalah orang yang ikhlas." —(Hilyatul Aulia 10/242)
70 notes · View notes
queenaya22 · 4 months
Text
Tumblr media
[ Backingannya Tuhan ]
***
Aku lebih takut kepada orang yang diam tapi langsung mengadu kepada tuhannya. Dibandingkan kepada orang berisik yang suka mencari pembenaran di hadapan sesama.
Karena jika tangan Tuhan sudah bekerja, maka seberisik apapun pembelaan manusia sudah tidak akan ada gunanya. Dan yang pasti, hakim tertinggi terletak di kuasa-Nya, bukan di peradilan manusia.
Maka,
Berhati-hatilah dalam setiap bertindak, berucap, bergaul dengan sesama. Karena manusia itu beragam watak dan sikapnya. Kita tidak bisa mengatur sikap orang lain kepada kita, yang kita bisa lakukan hanya menjaga perilaku kita kepada mereka.
Toh, pada akhirnya kita tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas perilaku mereka kepada kita. Tapi kita hanya akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan yang telah kita lakukan saja.
Jangan sampai, hanya dengan perbuatan kecil yang kadang tidak sengaja dilakukan melukai orang lain, menjadi bumerang untuk diri sendiri.
Teruslah fokus untuk berbuat baik saja, menebarkan sebanyak-banyak manfaat untuk sesama, tanpa rasa khawatir hinaan, celaan, maupun pandangan merendahkan manusia. Karena kita selalu yakin, Tuhan kita maha melihat, alampun akan selalu menjadi saksi atas segala perbuatan yang terjadi. Bumi yang kita pijak mencatat jejak apa yang telah kita buat, angin juga turut serta merekam setiap detail kejadian, dan langitpun melihat siapa saja yang terlibat. Semua akan menjadi saksi, di hari penghakiman nanti.
Maka, jangan lelah untuk selalu memperbaiki hubunganmu dengan Tuhanmu. selalu memohon perlindungan kepada kepada-Nya agar diri senantiasa dilindungi dari perbuatan buruk menjadi kuncinya.
Dan selalu beristighfar, semoga menjadi cara penggugur dosa dari perbuatan buruk yg sengaja maupun tidak sengaja kita lakukan.
Semoga diri ini, senantiasa selalu berada dalam naungan-Nya, dijauhkan dari tangan-tangan jahil manusia, dari ucapan-ucapan nakal sesama, dan dari prasangka-prasangka buruk mereka. Dan pada akhirnya kita menjadi hamba yang bertaqwa, semata-mata mencari ridho-Nya.
***
🌾T.W || 26.01.24 || 22.44 🌾
2 notes · View notes
kafabillahisyahida · 10 months
Text
Ketika seseorang dizalimi dan dia tidak mengembalikan musibah itu kepada dirinya sendiri maka Itulah azab yang sesungguhnya.Diantara hikmah seorang mukmin, ia selalu bertanya , apa salah saya sehingga musibah ini menimpa?
Sebab tak ada satupun musibah tanpa andil dosa didalamnya, bila fitnah, celaan itu benar maka segera ia sibuk memperbaiki diri, bila itu keliru maka bukan berarti dia tidak punya salah, tapi pasti itu disebabkan dosanya di tempat lain, sebagaimana dalam sayidul istighfar isinya hanya " mengakui nikmat Allah dan menyadari dosa sendiri" tidak ada melibatkan pihak ketiga, maka dia berkembang, semakin maju dan dewasa.
Didzhalimi sejatinya sedang dapat transfer pahala, harusnya bahagia karena pahala itu lebih berharga dari dunia sesisinya. Ada yang memberi dunia (uang, rumah, kendaraan) saja kita senang, padahal akhirat jauh lebih mahal nilainya.
Orang beriman diamnya bukan kalah, tidak membalas bukan tak mampu, tapi karena yakin Allah lebih adil dan azabnya lebih pedih daripada dia yang membalas. Menjauhnya untuk melihat lebih luas, menyendirinya mandiri. Mundurnya ancang2. Menepinya strategi, menyepinya introspeksi. Sembunyi untuk melindungi apa yang dia miliki.Menghilangnya mencari tenang. Tiba - tiba semua urusannya berkembang baik ketika dia berubah menjadi semakin dewasa dan bijaksana setelah merenungi dosa dan senantiasa berusaha memperbaiki kesalahannya .
40 notes · View notes
frasa-in · 1 year
Text
Tumblr media
Dear Sisters,
Suatu hari seorang pemuda mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin berzina. Orang-orang pun marah dan melarangnya melakukan itu. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bawalah dia dekat denganku.” Maka pemuda itu mendekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu suka (perbuatan zina) bila itu terjadi kepada ibumu?”
Ia menjawab, “Demi Allah, tidak! Lebih baik Allah jadikan aku tebusan (kematianku) bagimu!”
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu mereka.”
Jawaban yang sama diberikan pria tersebut ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi, “Bagaimana bila terjadi kepada anak perempuannya dan bibi-bibinya (saudari dari ayah dan ibunya).” HR. Ahmad.
Sisters, hadits diatas bukanlah hanya sekedar tentang larangan berzina, tapi juga menekankan bahwa hidup itu terkait dengan aturan dari Allah subhanahu wa ta’ala, perbuatan harus diperhitungkan dampaknya bukan hanya buat diri sendiri tapi juga buat orang lain. Tidak ada istilah “yang penting saya bahagia, tidak peduli dengan orang lain”.
Saat ini begitu banyak orang yang berteriak “be yourself”, sebagai cara memotivasi orang lain untuk bangkit dan tidak takut dalam berbuat sesuatu, atau khawatir dengan celaan orang lain. Namun dalam realitanya, untuk menjadi diri sendiri tidak diikuti dengan pemahaman yang utuh.
Sehingga “be yourself” dimaknai dengan “terserah gue”. Bebas melakukan apa yang kita mau, dan menolak untuk hal yang kita tidak suka. Tidak mau diatur orang lain dan hanya meyakini aturan sendiri yang dipahami. Barometer pemahaman bukan kepada ridho Allah, tapi ridhonya akal pikiran manusia yang lemah.
Maka bermunculah gerakan-gerakan berdalih kebebasan murni tanpa diikuti rasa tanggung jawab antara sesama, pejuang keadilan namun sepihak, pantang dinasehati karena merasa dirinya paling benar, tapi suka berkomentar tajam kepada orang yang tidak sepemahaman, selalu merasa insecure dalam menjalani kehidupan.
Muncul prinsip:
Nomor satu “Saya selalu benar”
Nomor dua “Kalau saya salah, lihat nomor satu”.
Seperti apa yang dikatakan Fudhail bin Iyadh, “Engkau telah berbuat buruk, namun menyangka dirimu telah berbuat baik. Engkau bodoh, tapi menyangka dirimu berilmu. Engkau bakhil, tetapi menyangka dirimu dermawan. Engkau dungu, tetapi menganggap dirimu bijaksana. Ajalmu dekat, tetapi angan-anganmu panjang.” Syiar A’lamin Nubala 8/440.
“Be yourself” akan bermakna positif ketika kembali kepada fitrah yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan, selaku pencipta manusia.
Fitrah identik dengan ketundukan, ketaatan kepada Rabbnya. Bila keluar dari fitrah, maka akan semaunya sendiri, tidak taat aturan, maka akan membahayakan dan lebih baik dihancurkan bila tidak dapat diluruskan kembali. Misalkan kita mencipta robot, andai robot itu keluar dari perintah yang kita berikan, maka pasti akan membahayakan, sehingga harus segera diperbaiki. Bila tidak bisa, maka lebih baik dihancurkan sebelum membuat kerusakan fatal.
Allah sengaja mengabadikan kisah-kisah para pembangkang di dalam Al-Qur’an, mulai dari Fir’aun dengan kesombongannya menganggap dirinya yang paling benar dan perkasa, kaum Nabi Luth yang hancur karena homoseksual, kaum ‘Ad dan Tsamud yang cerdas dan kaya namun melawan perintah Nabi-Nya. Bahkan peninggalan azab Allah masih bisa kita lihat sampai saat ini sebagai bentuk peringatan nyata, seperti pompeii di Italia.
Menurut sisters, seperti apa jati diri dengan kebahagiaan dan kebebasan yang hakiki itu bagi seorang muslim?
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
20 notes · View notes
shofiyah-anisa · 5 months
Text
Penantian
Ini adalah kisah tentang terbentuknya generasi. Kehidupan pra kelahiran dan pasca kelahiran semua tentang penantian. Menanti buah hati, menanti pasangan, menanti apapun itu.
Prosesnya? Tentu sangat indah. Dari usaha sendiri, sampai di dampingi orangtua dalam prosesnya. Tau gak apa yang dibutuhkan perempuan dalam hal penantian? Yeah,tentu kami sangat mahir. Saking mahirnya meskipun beribu hari akan tetap "terlihat" biasa saja, meskipun hatinya sudah terkoyak sedemikian rupa. Yang dibutuhkan adalah dukungan bukan celaan.
Ada satu peribahasa yang selalu aku ingat dalam hal ini "kalamunnas laa yantahi (perkataan manusia tidak akan ada habisnya)". Maka perempuan bukanlah makhluk lemah tanpa usaha, kami hanya menanti apa yang digariskan Allah akan datang disaat yang tepat.
Untuk kawan2ku "selamat menanti, Allah tidak tidur"
Day09
3 notes · View notes
xxxselly · 2 years
Text
Masih berusaha menerjang badai
Dari;
orang-orang yang selalu menghakimi, dari serangan penolakan dan celaan bertubi-tubi dari kalangan yang arogansi.
22 notes · View notes