Tumgik
#brakseng
siskamaharani · 1 year
Text
WISATA DI MALANG
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
foto wisata brakseng diatas
0 notes
p1ayit · 1 year
Photo
Tumblr media
Bargirl @its_ewube @fabiano_ultimate_ #blackgirlvibes #blackhair #blackhistory #blackisbeauty #blackloveisbeautiful #blacklovepage #blacklovers #blackmamba #blacknailtech #blackoutfit #blackowned #blackownedbusiness #blacktravelers #blackwoman #blackwomenarebeautiful #blackwomenaremagic #blavkgirlmagic #blingnails #boujeebabe #braids #brakseng #brownskingirls #cangar #cats #clothing #gainwithxtiandela #curlyhairblogger #curvygirl #curvymodel #curvystyle https://www.instagram.com/p/CnqZ30iIykR/?igshid=NGJjMDIxMWI=
3 notes · View notes
anuggerah96 · 2 years
Text
7 Tempat Berlibur Luar biasa buat Solo Traveling di Indonesia
Seperti kata Travel Blogger, Kadek Arini di Pegipegi, "Solo traveling can always be fun!". Yups, selain bisa bebaskan stres, beberapa dari turis justru memakai solo traveling bertindak sebagai cara mereka perbanyak penglihatan dan perkawanan. Menariknya kembali, pergi satu orang diri ini nyata-nyatanya lantas diselesaikan buat mencari semakin bertambah kebahagiaan, loh. Wah, patut dicoba, nih. Seenggaknya sekali seumur hidup!
Tumblr media
Meski demikian, kamu nggak dapat menjalankannya dengan asal, ya! Kamu penting persiapan yang masak, terpenting buat banyak cewek. Yakini lantas niat liburan supaya kamu bisa bikin itinerary yang efektif.
Nah, buat kamu yg suka mengerjakan solo traveling, tujuh daerah untuk berlibur di Indonesia tersebut ini harus sekali masuk ke bucket daftar!
BALI
Masing-masing sudut Bali menempatkan sisi memukau yang luar biasa buat dieksplorasi. Mulai dengan bangunannya, budayanya, tempat wisatanya, hingga kulineranannya. Di Bali lantas menempatkan hidden gems anti-mainstream yang bisa bikin perjalananmu satu orang diri makin nggak terlewati. Mulai dengan Pantai Gunung Payung, Air Terjun Blemantung, hingga restoran Instagenic seperti Swept Away, Montana Del Cafe, dan banyak yang lainnya.
YOGYAKARTA
Daerah untuk berlibur yang lainnya harus disinggahi banyak solo turis ialah Yogyakarta. Di Kota Gudeg ini, kamu bakalan mendapat niat berlibur yang komplit dan menarik. Pada saat di Jogja, kamu mulai bisa pendekatan dengan rasakan situasi malam di Malioboro, mengonsumsi gudeg legendaris di resto-resto yang terdapat pada sana, berbelanja murah di Pasar Beringharjo, beberapa poto di Candi Ratu Boko, dan masih tetap banyak kembali tugas luar biasa yang lainnya.
BANDUNG
Siapa yang menolak traveling ke Bandung! Nggak sebatas asyik bertindak sebagai wilayah buat liburan sama keluarga dan pasangan, kota ini lantas luar biasa buat dikilas-balik satu orang diri. Populer dengan tempat piknik kekinian dan sejumlah cafe hits yang jaraknya cukup bersebelahan, pada saat di Bandung, kamu bisa menjajahi empat tempat piknik -Misalnya, The Lodge Maribaya, Cafe de Pakar, Floating Pasar, dan Taman Begonia- sekaligus dalam sebuah hari, loh.
MALANG
Kota Malang lantas luar biasa buat mengerjakan solo traveling. Nggak jauh dari Malang atau punya jarak tentang 40 menit berkendara, kamu juga dapat mengeksplor Kota Batu yang populer dengan tempat piknik Ja-tim Park, Batu Night Spectacular, dan Museum Angkutnya. Di kota ini, kamu juga dapat mendapat tempat piknik dengan kecantikan tersembunyi seperti Landscape Brakseng, Coban Jidor, Pantai Gatra, dan Gunung Arjuno Welirang.
PALEMBANG
Kesempatan saat ini kita berganti ke Sumatra, pasnya Palembang. Kota pempek ini lantas menempatkan beragam tempat piknik menarik plus kulineranannya yang merasa unik akan tetapi enak. Di sini, kamu bisa berekreasi ke Benteng Kuto Besak, ikon Kota Palembang yang padat peristiwa. Selain itu, kamu juga dapat berekreasi legendaris ke Pulau Kemaro. Nggak ketinggal menelusur sambil ber-selfie gembira di Jembatan Ampera dengan latar Sungai Musinya yang cantik.
BELITUNG
Banyak solo turis harus sekali nih ke Belitung. Di negeri Laskar Pelangi ini, walau satu orang diri, kamu bisa traveling secara aman, nyaman, dan dapat digapai. Ditambah kembali, kulineranannya lantas enak-enak, loh. Pada saat di sini, kamu bisa menelusur tempat piknik spektakuler seperti Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, dan Danau Kaolin. Kamu juga dapat island hopping mulai dengan Pulau Burung, Pulau Lengkuas, hingga Pulau Kelayang.
FLORES
Kesempatan saat ini, yuk menargetkan niat solo traveling kamu ke Indonesia segi timur, merupakan Flores. Terkenal bertindak sebagai pulau seribu senyum, nggak heran apabila penduduk di sini baik, ramah, dan terbuka dengan pendatang. Maka, kamu nggak penting begitu cemas alias aman waktu pergi satu orang diri. Asyiknya kembali, pengen ke Labuan Bajo sampai Daerah Wae Rebo seluruhnya bakalan merasa mudah, dikarenakan ada travel tiap hari yang bersiap-siap layani kamu.
Buat kamu yang sedang mencari Travel Palembang Jambi silahkan klik tautan tersebut terima kasih.
0 notes
Tumblr media
Penjelajah larut, penembus kabut... . . 📸 Redmi Note 7 16 second, iso 200 if @khoirulamin97_ 📌 Batu , East Java, Indonesia 🇮🇩 . #ShotByMi #RedmiNote7 #48mpforeveryone #xiaomi #xiaomiglobal #xiaomiphotographyindonesia #tubetribe #lightpaintingindonesia #lightpaintingtubes #lightpainting #brakseng #batu #eastjava #indonesia (di Puncak Braksengk) https://www.instagram.com/p/BzrV0yGhZFd/?igshid=8nw6ua1549t7
0 notes
salmanania · 3 years
Text
Brakseng, Tempat Wisata Baru di Batu yang Suguhkan Hamparan Sawah dan Deretan Gunung Megah
Salma Nania Brakseng, Tempat Wisata Baru di Batu yang Suguhkan Hamparan Sawah dan Deretan Gunung Megah Artikel Baru Nih Artikel Tentang Brakseng, Tempat Wisata Baru di Batu yang Suguhkan Hamparan Sawah dan Deretan Gunung Megah Pencarian Artikel Tentang Berita Brakseng, Tempat Wisata Baru di Batu yang Suguhkan Hamparan Sawah dan Deretan Gunung Megah Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Brakseng, Tempat Wisata Baru di Batu yang Suguhkan Hamparan Sawah dan Deretan Gunung Megah Brakseng dikembangkan oleh Sekelompok Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bekerjasama dengan warga Desa Sumberbrantas. http://www.unikbaca.com
0 notes
infozseputarzkrianz · 3 years
Link
0 notes
60b3r · 3 years
Text
Buku; Dulu, Kini, dan Nanti #2: Mengulik Kegilaan Kolektor Buku Klasik
Sore hari yang tidak sepi itu, kami berdua bergegas menuju Pasar Buku Velodrome dengan naik sepeda motor masing-masing. Puspa membawa Revo butut dengan jarum speedometer yang sudah putus, sementara aku masih menunggangi CB150R milik adikku yang habis kubawa slalom di bukit Brakseng sampe jatuh. Jalanan tampak ramai dan berdebu, sesekali mata ini harus menderita karena pedasnya butiran-butiran pasir yang terangkat oleh hembusan angin akibat geliat pembangunan, seakan pandemi tidak pernah terjadi. Sesampai disana, kami disuguhkan pemandangan yang mengerikan: hanya sepertiga lapak buku yang masih buka, itupun separo pedagangnya sudah mau menutup rolling door-nya untuk pulang. Aku bergegas berlari menuju kamar mandi karena kebelet berak, dan disanalah ide awal ingin menulis serial perjalanan tentang buku ini dimulai. Sebuah perenungan pertama, yang saya tulis di episode kedua.
Siang yang kuhabiskan di Pasar Buku Wilis tadi menggugah renungan baru yang pernah aku bawa mengenai nilai sebuah karya dan praktik 'pembajakan': isi atau makna dari sebuah karya tidak berkurang, nyawa si seniman yang sudah wafat tidak tersambung, dan eksploitasi berlebihan penerbit pada konsumen industri tidak akan muncul lebih lama dari penemuan teknologi percetakan massal sepeninggal Gutenberg. Raksasa perfilman di Hollywood dan gurita penyedia layanan lisensi musik seperti Sony Entertainment tidak serta-merta menjadi bangkrut dengan adanya pembajakan yang dilakukan terhadap karya-karya yang tidak dihasilkan oleh senimannya sendiri. Malahan, mereka hanya bertindak sebagai pihak ketiga distribusi karya seni dari para pembuat karya menuju ke penikmat. Ada masalah besar perputaran uang tak adil yang saya temukan disini. Tidak hanya melulu tentang karya seni, hal ini juga pernah kubahas di presentasi panel PhilofestID, festival filsafat pertama di Indonesia: masalah big academia dan akses terbatas karya ilmiah. Tulisanku tentang penundaan paten penelitian vaksin yang dimuat di Jakarta Post juga mengulik masalah hak cipta, dan masalah-masalah biopolitik membuka banyak sekali topik perenungan muncul selama pandemi.
Lantas, pikirku, mengapa pembajakan ini masih merupakan sebuah hal yang menjadi kontroversi? Toh jika memang suatu game bajakan menyebabkan lebih banyak orang dapat mengakses dan memberikan ulasan terhadap game tersebut, maka di sisi lain publisher besar seperti Ubisoft dan Electronic Arts juga terbantu: upaya marketing mereka akan melesat karena adanya eksposure yang lebih tinggi, ketimbang memberikan salinan demo yang ongkos produksinya tak juga sedikit. Game bajakan hasil rilis SKIDROW selalu hadir dengan pesan "if your liked the game, support the game developers, and buy it!". Ternyata malah developers yang seringkali ditekan oleh publishers untuk menelorkan game-game indah dalam jangka waktu singkat dan royalti yang mencekik dan tidak fair, misalnya Obsidian Entertainment yang dikontrak oleh Bethesda Studios untuk membuat Fallout New Vegas. Namun, perjalanan di Pasar Buku Velodrome kali ini akan memberikan sedikit pencerahan kenapa barang orisinal atau edisi asli tetap dicari dan dihargai lebih daripada seonggok fotokopian tak rapi. Kembali lagi, seperti biasanya, masalah komoditi dan moda produksi. Hello, Marx!
Sepeda motor kuparkir sangat dekat dengan kamar mandi yang terletak dekat dengan kios nomor 1, yang pintunya nampak tipis dimakan karat dan usia. Puspa langsung saja menuju ke kios nomor 3 yang dipenuhi buku-buku konspirasi bekas yang sama sekali tidak enak dipandang. Karya kontroversial Harun Yahya terpajang jelas disamping buku-buku konspirasi Dajjal dan Misteri Segitiga Bermuda. Buku-buku yang menurut saya layak untuk dibuang dan hilang tertelan zaman. Namun, kemudian aku membayangkan ketika para arkeolog masa depan menemukan buku-buku bodoh seperti ini dan bersyukur bahwa mereka tidak dilahirkan di zaman sekarang yang serba nanggung. Si penjual menyibakkan kain terpal yang sedari tadi menutupi sebuah rak kaca besar di tengah tokonya yang dipenuhi dengan segala macam komik Doraemon, Detektif Conan, dan—mengherankan kok bisa ada ditumpukan yang sama—Si Juki. Puspa bersemangat untuk mencari komik berseri bekas yang dicetak berwarna untuk menghadiahi Rafi, kekasihnya yang berulang tahun sebulan yang lalu. Tidak tertarik dengan komik, aku meninggalkannya untuk beranjak ke toko sebelah.
Aku bergerak menuju tiga kios lainnya dan melihat ada banyak sekali toko yang menyusun bukunya dengan rapi menurut topik, tidak seperti yang kulihat di Wilis. Tiba-tiba, seorang pria gondrong menghampiriku sambil membetulkan celananya. "Orangnya yang punya lagi pergi mas. Mampir ke punya saya saja dulu." katanya sambil memberikan kode untukku agar mengikutinya. Hembusan angin lembab dari kipas angin butut dan pendaran lampu petromax redup memperlihatkan debu tebal yang bersemayam di ratusan buku-buku kiri, tampaknya terjemahan, yang tertumpuk semburat di toko miliknya itu. "Wah, saya suka buku-bukumu. Revolusi-revolusi, komunis-komunis. Buku-buku yang dulu dilarang zaman Pak Harto, mas!" kataku padanya, dengan nada bercanda. "Hah, buku-buku anak-anak itu," jawabnya terkekeh sinis. "Zaman masih muda maunya revolusi-revolusi. sekarang ya cari cari nasi!" tambahnya. Aku menaiki sebuah sofa jebol yang berbalut jaring labah-labah untuk meraih sebuah buku berbahasa Inggris di rak atas berjudul Stalingrad. Disampingnya, ternyata buku-buku karangan Pasternak dan Nabokov, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tidak ada buku filsafat diatas sini, kebanyakan novel lawas atau jurnal foto.
Setengah jam kemudian, kutemui diriku sudah mencapai lapak nomor 30-an, dan banyak toko yang tutup kulewati dengan wajah muram. Iseng, aku bertanya kepada seorang anak-anak yang sedang mainan dengan kucing kampung. "Disana ada lagi pak, maju saja" katanya. Benar saja, tak lama berjalan saya disambut dengan pemandangan yang sangat unik: sebuah lapak yang tidak hanya menjual buku bekas, melainkan juga benda-benda antik seperti radio salon, kalender lunar yang bisa diputar, dan rekaman vinil piringan hitam yang kuyakini sudah meleot-leot kalau diputar diatas gramofon. Seorang ibu-ibu keluar dari bedak sebelah dan bertanya apakah saya mencari sesuatu yang diketahuinya. Ketika kujawab buku filsafat, empat pintu toko terbuka dengan lebar dan banyak orang memanggilku untuk melihat-lihat. Salah satunya adalah Pak Tono, seorang mantan pedagang buku di stasiun. Katanya, dulu kebanyakan pedagang buku di Malang mangkalnya memang di stasiun, lalu kebanyakan pindah ke Wilis atau Velodrome saat dilakukan modernisasi stasiun. Dia kemudian bercerita tentang pengalamannya bertemu beberapa kolektor buku, sambil memanjat anak tangga untuk menemukan buku filsafat yang ingin dia tawarkan kepadaku.
"Itu, disebelahnya Panti (sebuah rumah sakit yang dikelola yayasan Tionghoa) ada kolektor buku antik, perpustakaannya ada 6 lantai itu, mas!" katanya sambil menyodorkan dua buku filsafat yang sangat tidak terduga lamanya: Durant's The Story of Philosophy (1926) dan Chalybäus' Historical Development of Speculative Philosophy (1854). Meskipun buku ini sangat antik, tetapi halamannya yang butek dan bolong-bolong mengurungkan niat saya untuk membelanjakan sisa uang saya demi membeli buku ini. Pak Tono kemudian pergi lagi menunjukkan Mite Sisifus terjemahan karangan Camus. Lagi-lagi, bisa saja uang sisa kubelanjakan untuk ini, tetapi kondisi bukunya yang terlalu butut membuatku berpikir dua kali. Saya malah terlibat pembicaraan dengannya masalah edisi kedua buku Dibawah Bendera Revolusi yang ditulis Sukarno dan mengapa ada dua edisi yang lakunya sampai 8 juta rupiah, sementara edisi ketiga dan seterusnya hanya terjual di harga 400 ribu rupiah. Menurut beberapa sumber kolektornya, buku yang mahal itu hanya dicetak sebanyak 16 eksemplar untuk kalangan tertentu, dan edisi itulah yang menjadi barang langka sampai sekarang. Kelangkaan bukan masalah aslinya, tapi keterbatasannya.
Setelah bercengkerama lebih lanjut dengan Pak Tono soal naskah bahasa Ibrani-nya yang pernah jadi rebutan Sekolah Alkitab Batu, Sekolah Alkitab Asia Tenggara, dan Biara Jesuit, aku meneruskan perjalanan bersama Puspa yang telah mendapatkan sebuah harta karun: Educated, terbitan tahun 2018 yang masih mulus, hanya dengan harga 30 ribu rupiah. Bukunya bahasa Inggris lagi! Alangkah beruntungnya. Di lapak nomor 50-an keatas makin banyak barang aneh non-buku yang kutemui, bahkan ada 3 atau 4 toko seragam sekolah anak-anak yang juga dijual bersama buku-buku pelajaran Madrasah bekas. Di pucuk pasar buku tersebut, seorang ibu paruh baya sedang menyapu pekarangan tokonya yang terdiri atas rak buku dan warung kopi. Dia menunjukkan koleksi-koleksi buku bahasa Inggrisnya yang dia sendiri tidak mengerti isinya, dan menawarkannya padaku setelah mengetahui kabar dari lapak-lapak sebelah bahwa ada "orang Cina yang cari buku bahasa Inggris".
Yang dia tunjukkan semua buku-buku antik: tesaurus terbitan tahun 1940-an, beberapa buku faal berbahasa Jerman, metodologi penelitian kuantitatif untuk psikobiologi, buku desain interior monokromatik bahasa Jepang, dan buku kumpulan resep Chinese food bahasa Belanda ("Koekbook") terbitan Surabaya tahun 1939 dengan catatan-catatan tangan si koki yang mungkin pernah memilikinya. Jujur, melihat kondisi buku-buku yang sangat tidak layak dibeli untuk dibaca, tapi aku damaikan kepadanya bisa jadi sangat mahal apabila ada kolektor yang menemukan buku-buku seperti ini. Begitu pula dengan banyak jenis lost media lain seperti lukisan cat minyak tengik karya seseorang yang sekarang terkenal (padahal dulunya nggak), antologi cerpen jamuran yang halamannya sudah tak lagi lengkap, rekaman musik di piringan hitam retak, kartrij game konsol Atari macam PacMan, dan buku filsafat Cina klasik yang penulisnya sudah wafat ratusan tahun lalu. Mereka semua masih ada yang cari, walau untuk mencarinya butuh usaha khusus, butuh uang yang lebih, dan butuh kesabaran yang luar biasa.
Benda-benda tak berguna secara intrinsik ini tidak patuh dengan materialisme Marx yang hanya menyematkan nilai kepada komoditas siap konsumsi, mereka ini dinilai berdasarkan persepsi subjektif setiap orang yang memiliki ikatan batin atau kebahagiaan emosional yang sulit dinyatakan dalam bentuk nilai fisik. Masalahnya, perasaan sendu dan nostalgia ini kemudian digunakan secara tidak etis dalam teknik-teknik psikologi pemasaran yang predatori, spekulatif, dan mengganggu keseimbangan pasar. Sensasi kelangkaan yang sebenarnya semu inilah yang menyebabkan krisis finansial global 2008, tak hanya disertai oleh gelembung properti tetapi inflasi harga komoditas global. Inilah kelemahan sistem kapitalisme yang terulang kembali saat pandemi. Oleh karena itu, aku sangat tertarik membahas kelangkaan ini: nilai superfisial yang lekat kepada benda-benda, sebagai bahan kajian dalam buku yang akan kutulis sebagai pengembangan tesis kelak di kemudian hari. Semoga mimpi ini bisa tercapai ya!
3 notes · View notes
hptografi · 3 years
Photo
Tumblr media
𝙋𝙚𝙤𝙥𝙡𝙚 𝙘𝙖𝙣'𝙩 𝙙𝙤 𝙞𝙩 𝙖𝙡𝙤𝙣𝙚, 𝙩𝙝𝙚𝙮 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙩𝙤 𝙩𝙚𝙡𝙡 𝙮𝙤𝙪 𝙩𝙝𝙖𝙩 𝙮𝙤𝙪 𝙘𝙖𝙣'𝙩 𝙙𝙤 𝙞𝙩. 𝙄𝙛 𝙮𝙤𝙪 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙨𝙤𝙢𝙚𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜, 𝙜𝙤 𝙜𝙚𝙩 𝙞𝙩. Foto jepretan oleh @gamblis_llp yg terpilih dalam featured of the day 👊 Terima kasih ya sudah tag fotonya ke @hptografi 📱 @realmeglobal 📸 #realme 8 Pro ♾️ 🛠️ PRO Mode ⚙️ ISO 6000, S 32s, WB 5000K, MF 1.00, EV -2.00 (115 Frames) 🌏 Brakseng, Batu City - East Java 🇮🇩 #ShotOnrealme @realmeindonesia #CaptureInfinity @realmecommunity #8etter108MP @realme_phonegraphy Follow aja dulu @hptografi Cara setor, cukup dengan Tag serta Mention @hptografi, dan cantumkan #hptografi atau kirim via Email (cek bio) dengan menyertakan username instagram kamu, caption dan type device. Submit/Partisipasi/Setor foto via Website, kunjungi https://jurnal.hptografi.id/ Buat yg belum terpilih, jangan bersedih. Masih ada hari lain. Tetap semangat dan tetap berkarya bersama @hptografi 😉 ============================================== @hptografi @nightphotography @mobile__photography___ @foponsi @acquarium_of_stars @night_captures #AstroPhotography #hptografi #love #instagram #night #nightphotography #photographer #earth #instagood #indonesia #photooftheday #photography #art #igworldclub #ig_color #longexposure #picoftheday #beautiful #nature #nightsky #travel #mobile__photography___ #nasa #milkyway #star #comet https://www.instagram.com/p/CR1X91Orqw-/?utm_medium=tumblr
1 note · View note
hptografiid · 3 years
Photo
Tumblr media
𝙋𝙚𝙤𝙥𝙡𝙚 𝙘𝙖𝙣'𝙩 𝙙𝙤 𝙞𝙩 𝙖𝙡𝙤𝙣𝙚, 𝙩𝙝𝙚𝙮 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙩𝙤 𝙩𝙚𝙡𝙡 𝙮𝙤𝙪 𝙩𝙝𝙖𝙩 𝙮𝙤𝙪 𝙘𝙖𝙣'𝙩 𝙙𝙤 𝙞𝙩. 𝙄𝙛 𝙮𝙤𝙪 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙨𝙤𝙢𝙚𝙩𝙝𝙞𝙣𝙜, 𝙜𝙤 𝙜𝙚𝙩 𝙞𝙩. Foto jepretan oleh @gamblis_llp yg terpilih dalam featured of the day 👊 Terima kasih ya sudah tag fotonya ke @hptografi 📱 @realmeglobal 📸 #realme 8 Pro ♾️ 🛠️ PRO Mode ⚙️ ISO 6000, S 32s, WB 5000K, MF 1.00, EV -2.00 🌏 Brakseng, Batu City - East Java 🇮🇩 #ShotOnrealme @realmeindonesia #CaptureInfinity @realmecommunity #8etter108MP @realme_phonegraphy Follow aja dulu @hptografi Cara setor, cukup dengan Tag serta Mention @hptografi, dan cantumkan #hptografi atau kirim via Email (cek bio) dengan menyertakan username instagram kamu, caption dan type device. Submit/Partisipasi/Setor foto via Website, kunjungi https://jurnal.hptografi.id/ Buat yg belum terpilih, jangan bersedih. Masih ada hari lain. Tetap semangat dan tetap berkarya bersama @hptografi 😉 ============================================== @hptografi @nightphotography @mobile__photography___ @foponsi @acquarium_of_stars @night_captures #AstroPhotography #hptografi #love #instagram #night #nightphotography #photographer #earth #instagood #indonesia #photooftheday #photography #art #igworldclub #ig_color #longexposure #picoftheday #beautiful #nature #nightsky #travel #mobile__photography___ #nasa #milkyway #star #comet https://www.instagram.com/p/CR1X91Orqw-/?utm_medium=tumblr
0 notes
mursiid · 6 years
Photo
Tumblr media
It's amazing moment of my adventures again in Mt. Lawu via Cetho Temple, Gumeng, Ngargoyoso, Karanganyar. Ok, it's 6 person ini out team, firstly Me, Kak @ainadayanaa & kak @e7za from Malaysia, my best friends who asked me to join in this trip @alimoou, @ahmadrofiqcahyono, & @aris_nrwt. It's begin 29 December 2017 when Kak Aina & Kak Eza has came from Malaysia to our country Indonesia in Adi Soetjipto International airport, Yogyakarta. Next, Saturday 30 December 2017 at 02.00 P.M, we're starts climb the mount via Cetho Temple 1500m, Lawu. 1 hours later, we're until pos 1 "Mbah Branti" 1600m. The rain was fall when we're until pos 1. The trip was continue, we use rain Coat. 1 hours later again, we're until pos 2 "Brakseng" 1800m. The rain not falls again in Here. To pos 3, we're walked so slowly & carefull couse the way so slick. 1 hours 30 minutes we're until pos 3 "Cemoro Dowo" 2250m. After pos 3, the way di steep more and the day was dark. 1 hours more, we're until pos 4 "Penggik/Ondorante" 2500m. We're rest and make a warm's drink couse the temperature so cold. we're start a climb again. 1 hours more, we're until pos 5 "Bulak Peperangan" 2850m. Finally, this trip has over in Camp Ground "Gupakan Menjangan" & we're set a tent here. I'm be asked by Ali to Cooked rice, but i'm failed. It's embarassing couse i'm always mix the rice until this rice sandbard. I'm so sorry about this & i'm never forget it 🙏🙏😂😂. This Morning, 31 December this trip was continue to top of Mount Lawu "Hargo Dumillah" 3265m. Before until Hargo Dumillah, we're rest in "Warung Mbok Yem" in "Hargo Dalem". It's a highest food place in Indonesia 3100m. Next, 30 minutes we're until the top of Mount Lawu "Hargo Dumillah" 3265m & this photos in top of Mt. Lawu too. It's a little story of our trip in Mt. Lawu yesterday. I'm so glad to attended Them, especially Kak e7za & Kak @ainadayanaa who has came so far from Malaysia. At last we (Mursid, Ali, Rofiq, Aris) so thanksfully to Kak @e7za & Kak @ainadayanaa 🙏🙏🙌🙌. To kak @ainadayanaa & kak @e7za, We hope you're not lesson to come here again another times hehehe 😊😊✌✌. . . . 29 Dec 17-1 Jan 18. (Mursid Loko Setyono) #Lawu #Trip #Together
4 notes · View notes
deaaarisandi-blog · 7 years
Text
Rem Pakem
Terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Gunung Lawu adalah gunung api yang berstatus non aktif. Letusan terakhirnya tercatat pada tahun 1885. Puncak tertingginya, yaitu Hargo Dumilah, berada di ketinggian 3265 mdpl. Gunung Lawu adalah gunung tertinggi ke tiga di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet dan Gunung Sumbing. Ia masuk ke dalam wilayah administratif tiga kabupaten yaitu Karanganyar di Provinsi Jawa Tengah serta Ngawi dan Magetan di Jawa Timur.
Jumat, 29 September 2017.
           Seperti biasanya, pagi selalu menawarkan kesejukan. Cuaca begitu bersahabat. Dingin. Matahari tak menyengatkan teriknya. Membuat saya yang sudah terbangun subuh itu memutuskan untuk kembali tidur. Setiap Jumat pagi terasa begitu berarti. Hanya di hari itu saya bisa leluasa untuk tidur lagi tanpa memikirkan kegiatan perkuliahan yang menanti. Jadi….. Yaudaaalahyaaa tidur lagi aja duluuuuuu… pikir saya kala itu.
           Tak disangka, pagi itu benar-benar menyajikan kenyamanan yang hqq. Terlalu lelah berkegiatan di hari Kamis lalu mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pagi itu saya tidur dengan amat nyenyak. Jam menunjukkan pukul 8 pagi ketika saya terbangun. Tanpa menunda-nunda lagi, saya beranjak mandi dan sarapan. Setelah semuanya selesai. Saya berangkat menuju Stasiun Lempuyangan. Tiket kereta yang sudah dipesan adalah Prameks keberangkatan pukul 09.10 pagi dan itu tandanya saya harus sedikit bergegas agar tidak terlambat.
           Sampai di Lempuyangan, saya segera menitipkan motor di tempat penitipan yang ada di sepanjang jalan depan stasiun. Setelah itu saya segera masuk ke dalam peron. Untunglah masih ada waktu sekitar 15 menit sebelum jam keberangkatan. Saya bertemu dengan teman-teman yang sudah menunggu di dalam. Mereka adalah Adzkia, Bang Rafly, Bang Genta, dan Bang Amal. Tak begitu lama menunggu, kereta Prameks yang mengantarkan kami menuju Stasiun Solo Balapan datang. Kami segera masuk ke gerbong dan mencari tempat duduk yang kosong.  Fyi, pembelian tiket kereta Prameks (Prambanan Ekspress) bisa dilakukan melalui 2 cara, yaitu memesan terlebih dahulu dengan mengisi formulir (kalo saya nggak salah info, bisa dilakukan mulai seminggu sebelum hari keberangkatan) atau membeli tiket secara langsung di loket yang tersedia, yang mulai dilayani 3 jam sebelum keberangkatan. Mengingat banyaknya masyarakat yang menggunakan transportasi ini dan jumlah kursi di kereta Prameks yang terbatas, saran saya lebih baik memesan tiket terlebih dulu agar tidak kehabisan, terutama apabila keberangkatan di hari-hari libur dan weekend :D #cmiiw
           Enam puluh enam menit berlalu sejak kami meninggalkan Stasiun Lempuyangan. (iyaaaaa diitung banget sampe ke menit2nya heeeheeee…. :d) Kereta yang kami tumpangi sampai di Stasiun Solo Balapan. Dari sana kami berjalan sekitar tujuh belas menit melewati skybridge yang menghubungkan Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Menurut saya pribadi fasilitas yang tersedia baik di stasiun maupun terminal sudah cukup lengkap dan nyaman. Seperti mushola, toilet umum, tempat makan, kursi tunggu, televisi, dan juga para petugas yang siap membantu para penumpang. Lingkungannyapun cukup bersih. Sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp Cetho, kami mengisi tenaga terlebih dulu di warung makan yang ada di terminal. Warung-warung yang berderet disana menyajikan menu yang beragam, seperti nasi rames, pecel, soto, bakso, dll.
Untuk menuju basecamp Cetho dari Terminal Tirtonadi, pertama-tama kami menggunakan bus Putri Sahabat (Putra Lawu) turun di Terminal Karang Pandan. Ongkosnya sebesar 10 ribu rupiah per orang. Perjalanan kala itu ditempuh selama 1 jam 39 menit. Mayoritas penumpangnya adalah siswa-siswi SD hingga SMA yang akan pulang ke rumahnya masing-masing. Karena bertepatan dengan jam pulang sekolah, waktu itu bus penuh sesak. Mungkin jika dihitung jumlah penumpangnya bisa mencapai 80+ orang. Sesampainya di Terminal Karang Pandan, kami disambut oleh kondektur bus yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami sampai ke basecamp Cetho. Kamipun naik ke bus itu (sorry aku lupa nama bisnya). Tak seperti bus Putra Lawu, bus kali ini berukuran kecil, kira-kira hanya muat untuk membawa 20-25 penumpang saja. Hujan deras menyertai perjalanan kami menuju basecamp. Membuat hati menjadi terasa lebih sejuk setelah berpanas-panasan di bus Putra Lawu tadi. Jalan menuju bc berupa tanjakan dan turunan yang berkelok cukup curam. Kami juga melewati perkebunan teh Kemuning sebelum pada akhirnya sampai di bc. Perjalanan dari Terminal Karang Pandan menuju basecamp Cetho menempuh waktu sekitar 43 menit. Ongkos bus sebesar 25 ribu per orang. Sampai di Candi Cetho kami beristirahat terlebih dulu di basecamp warga yang terletak tepat di sebelah candi. Di basecamp ini para pendaki dapat memesan makanan, minuman, ataupun membeli keperluan pendakian yang tertinggal. Seperti baterai cadangan, ponco plastik, dll.
Pukul 3 sore kami memulai langkah kami mendaki Gunung Lawu. Pos perizinan pendakian tepat berada di sebelah kiri Candi Cetho. Sebelum mendaki, kami terlebih dulu mengisi form pendakian dan membayar biaya simaksi sebesar 15 ribu per orang. Karena akan turun lewat basecamp Cemoro Kandang, maka petugas di bc Candi Cetho memfoto kartu identitas seluruh anggota tim kami (KTP atau SIM) untuk keperluan pendataan. Setelah urusan registrasi selesai. Kami melanjutkan perjalanan. Yaakkk… here we are~ kamilah lima orang remaja yang melabeli diri sebagai para pecinta kemping… yang kalo disingkat jadi Rem Pakem :v saking cintanya ama kemping hampir aja tiga hari ngecampnya :v Sekitar 10 menit berjalan, kami sampai di Candi Kethek. Kami tidak berhenti dan memilih untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju pos 1 Mbah Branti memerlukan waktu sekitar 1 jam. Di pos 1 ini terdapat shelter yang terbuat dari seng dan kayu. Di sekitarnya terdapat tanah lapang namun tidak begitu luas. Hanya cukup untuk mendirikan kira-kira 2 dome kapasitas 4p. Medan dari pos 1 menuju pos 2 berupa tanah menanjak yang tidak begitu nanjak (nah loh… gimana nih? :v) dan di kanan kirinya dikelilingi oleh pepohonan yang masih rimbun. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos 2. Hujan rintik sempat turun. Namun karena pepohonan yang masih lebat, kami terlindung dari air hujan yang menetes. Waktu yang diperlukan untuk sampai di pos 2 adalah 44 menit. Sesampainya di pos 2 (Brakseng) kami memutuskan untuk mendirikan dome karena hari sudah sore dan gelap. Yhhaaaa  namanya juga pecinta kemping :D Pos 2 ini bisa digunakan untuk membangun kira-kira 4 dome kapasitas 4p. Setelah dome berdiri kami segera memasak logistik yang kami bawa. Menu malam itu adalah nasi, karage, french fries, mihun kuah, dan special omelet with chicken sausage and extra oil karena waktu ngegorengnya lupa ngurangin minyaknya jyahaha… :v siapa sih ini yang masak?! wkwkwk… Segelas kopi hangat tak ketinggalan untuk diseduh. Lumayan untuk menghangatkan dinginnya Lawu malam itu. Kopi favorit saya adalah kopi goodday varian carribian nut. Cukup nyaman bagi lambung saya yang memiliki riwayat maag. Kopi favorit sejak empat tahun lalu, yang selalu menjadi dopping ketika harus ngelembur laporan volumetri, gravimetri, mikrobiologi spektrofotometri, dll… sampe sekarang udah ganti topik bahan lemburan. Sama kopi aja aku setia, apalagi sama kamyuuuuuu~  #okeeehhabaikaan~
Sabtu 30 September 2017
          Pukul 9 pagi kami melanjutkan perjalanan menuju Hargo Dalem. Sepanjang perjalanan tak banyak rombongan pendaki lain yang kami temui. Mungkin tidak lebih dari 12 tim yang kami temui sepanjang pendakian ini, baik ketika naik lewat jalur Candi Cetho maupun turun lewat Cemoro Kandang. Sepi beeett dah. Padahal mah di puncaknya rame. Berjalan 65 menit kami sampai di sumber air dekat pos 3. Sumber air ini berupa kran dari pipa. Di sumber air ini kami berhenti untuk mengisi kembali botol-botol yang telah kosong dan mencuci peralatan masak yang kotor. Tujuh menit berjalan dari sumber air, kami sampai di pos 3 Cemoro Dowo. Pos ini kira-kira dapat menampung 8 dome kapasitas 4p. Setelah 71 menit berjalan dari pos 3, kami sampai di pos 4. Perjalanan dari pos 3 menuju pos 4 ini adalah perjalanan ter-PR menurut saya pribadi. Medan menanjak dan hanya ada sedikit bonus. Namun teduhnya jalur menjadi nilai plus tersendiri karena membuat kami tidak merasakan terik matahari yang menyengat. Oiya, jalur pendakian via Candi Cetho ini masih sangat asri. Pepohonan yang lebat ada di sepanjang kanan dan kiri jalur. Suara burung-burung berkicau juga masih sering terdengar. Cobain kesini deh, nggak bakal nyesel pokoknya! :D
Jam menunjukkan sekitar pukul 12 siang kala itu. Kami beristirahat di pos 4, snacking, sholat, dan sebelum melanjutkan perjalanan ke pos 5 kami menyempatkan diri untuk ………………………… main kartu dulu wkwkw… ada kaliiii satu setengah jam haha… sembari memasak salah satu makanan terkane di dunia a.k.a indomie goreng #generasimicin. Dan dari permainan 7skop yang kami mainkan ini, saya jadi tau nama-nama lapangan yang dimiliki oleh teman sependakian saya ini lengkap beserta artinya! haha lucu deeeh! :D
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan. Kurang lebih satu jam berjalan dari pos 4, kami sampai di sabana. Beeuuuhhh indah banget deh sabananyaaa… namun sayangnya saya tidak bertemu dengan rusa-rusa yang ada disana huhu :(
Kabut datang menyambut kami. Beberapa pendaki yang turun menginfokan bahwa diatas cuaca hujan deras dan angin cukup kencang. Namun beruntungnya kami ketika kami sampai diatas hujan dan angin itu telah berhenti. Jadi kami sama sekali tidak merasakan cuaca yang demikian. Alhamdulillaaahh berkat doa mama nihh kyknyaaa :) Hari semakin sore. Pukul 15.20 kami baru saja beranjak dari Pos 5 Bulak Peperangan. Konon dinamai Bulak Peperangan karena pada jaman penjajahan dulu tempat ini digunakan untuk berperang.
Perjalanan dari pos 5 sampai ke Pasar Dieng membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Medan landai dan tidak ada tanjakan yang berarti. Rasa lelah dan dingin setelah berjalan seharian terbayar oleh sunset yang menyambut kami di Pasar Dieng. Di Pasar Dieng ini terdapat batu-batu kecil yang tersusun vertikal. Namun anehya batu-batu ini tidak roboh meski angin disana cukup kencang. Para pendaki dihimbau untuk tidak merobohkan batu-batu tersebut karena konon batu-batu yang ada di Pasar Dieng ini memiliki nilai sejarah tersendiri. Tak begitu lama berjalan dari Pasar Dieng, kami sampai di Hargo Dalem. Disana terdapat rumah-rumah warga dan juga warung pecel legendaris Mbok Yem. Beeuuuhhh salut yaaaa sama warga disana yang bisa tinggal di tengah-tengah dinginnya udara Lawu :)
Kami mendirikan dome di sebelah warung Mbok Yem. Setelah dome berdiri saya langsung berganti pakaian hangat karena baju yang saya pakai basah oleh keringat yang mengucur setelah berjalan seharian, dan juga karena tidak tahan dengan dinginnya udara disana. Cukup Lawu aja yang dingin. Sikap kamu ke aku jangan! Saking dinginnya Lawu kala itu, saya yang sebelumnya tidak pernah merasakan alergi dingin ketika naik gunung, akhirnya kena juga. Alergi itu sudah saya rasakan sewaktu camp di pos 2. Semula saya mengira bahwa gatal-gatal itu diakibatkan oleh gigitan serangga karena memang disana banyak nyamuk-nyamuk hutan. Mana jumbo-jumbo lagi nyamuknya-_- Namun setelah disarankan untuk minum obat anti alergi oleh Bang Genta, ternyata gatal-gatal itu kempes juga. Tapi alergi masih berlanjut lagi sampai saya turun di basecamp Cemoro Kandang. Alergi… Digaruk jadi luka, ga digaruk tapinya gatal bettt u,u
Selesai masak dan makan malam, saya memutuskan untuk masuk ke dome karena tidak tahan dengan udara dingin yang ada. Sementara teman-teman yang lain masih asyik dengan permainan kartunya. Karena menyadari bahwa saya tidak tahan terhadap udara dingin, saya membawa berlapis-lapis pakaian untuk membantu menghangatkan tubuh. Saya memakai 4 lapis celana. 1 legging, 2 celana lapangan, dan 1 celana double polar. 5 lapis baju. 1 manset, 2 kaos lengan panjang, 1 sweater, dan 1 jaket gunung inner polar. Berlapis kaos kaki, kaos tangan, dan full face beanie yang menutup sampai ke wajah. Setelah itu saya masih memakai sleeping bag double polar. Meskipun sudah memakai banyak baju seperti itu, namun kedinginan tetap saja tidak bisa terhindarkan. Terlebih lagi Lawu dikenal sebagai gunung yang dingin. So bwt yang mau ke Lawu janlupz bawa jaket yg banyaaaakkk biar ga hipo *hahahaudahkykemak2aja~
Minggu, 1 Oktober 2017
Tumblr media
           Sunrise… Satu hal yang tak pernah bisa saya lewatkan ketika mendaki gunung. Entah selelah apapun, ketika pagi datang saya selalu bangun. Yaaaa walaupun setelah itu kadang saya tidur lagi siihh. Hehe... Setelah selesai subuh, saya dan Bang Amal berjalan-jalan ke depan warung Mbok Yem untuk menunggu sunrise. Capeeee nunggu doi mulu. Sedangkan Bang Genta, Adzkia, dan Bang Rafly masih merajut mimpi-mimpi. Pagi itu sudah banyak pendaki yang berkegiatan di seputar Hargo Dalem. Banyak yang baru tiba dari pos sebelumnya untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Hargo Dumilah, banyak juga yang sedang sarapan di warung Mbok Yem.
           Belum afdol rasanya jika mendaki ke Lawu namun tak mencicipi pecel Mbok Yem. Saya memesan nasi pecel untuk sarapan pagi itu. Selain menjual pecel, warung Mbok Yem juga menyajikan soto ayam, gorengan, beragam minuman hangat, dan sachetan-sachetan lainnya. Oiya, selain warung Mbok Yem, ada juga warung-warung lainnya yang menjual minuman dan makanan ringan di Hargo Dalem. Kalau makanan besar seperti pecel dan soto ini saya kurang tau apakah warung lain juga menjualnya.
Pukul tujuh pagi kami bergegas menuju summit. Seluruh barang bawaan kami tinggal di dome. Cukup banyak juga pendaki yang kami temui, baik yang akan naik maupun turun. Sesampainya di puncak, banyak pendaki sedang berfoto-foto. Bahkan ada juga yang ngecamp disana.
Tumblr media
           Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak, berfoto, dan menikmati surga bocor a.k.a mincak, kami bergegas turun ke camp, lalu undooming dan repacking seluruh bawang bawaan yang kami bawa.
           Pukul 10.15 pagi kami bergegas turun. Kali ini kami memilih untuk turun lewat jalur Cemoro Kandang. Sebelum turun, terlebih dulu kami berjalan menuju Sendang Drajat, sumber air yang berada di pos 5 Cemoro Sewu untuk mengambil air. Setelah itu kami kembali ke Hargo Dalem :d lalu melanjutkan turun lewat Cemoro Kandang. Hahahhh udeeh ga usah bingung :p
           Kabut menemani perjalanan turun kami menuju basecamp. Membuat udara menjadi lebih dingin dan bahkan panas mataharipun sama sekali tak terasa di kulit. Medan dari Hargo Dalem sampai di Pos 5 berupa jalan landai berbatu. Di kanan kirinya terdapat pepohonan kecil yang kering. Medan serupa sampai di pos 4. Sampai di pos 4 Cemoro Kandang terdapat lahan yang cukup luas untuk mendirikan dome. Buat kemping seRT juga cukup deh ini kyknya. Perjalanan kami lanjutkan. Medan selepas pos 4 berupa turunan dari tanah yang cukup padat. Jalur cukup landai dan terdapat pula banyak jalur tikus yang dapat dilalui oleh pendaki yang ingin mempersingkat waktu. Namun tidak semua jalur tikus ini aman untuk dilewati karena beberapa diantaranya memiliki kemiringan sangat curam dan juga tipikal tanahnya yang licin rentan membuat pendaki terpeleset. Jalur dari pos 3 menuju pos 2 adalah jalur terpanjang di Cemoro Kandang. Waktu tempuh kami saat itu sekitar 1 jam 22 menit. Di sisi kanan jalan terdapat jurang dan di sisi kiri terdapat tebing yang rawan longsor. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos 1. Waktu yang kami butuhkan untuk sampai di pos 1 sekitar 47 menit. Kondisi jalur masih berupa tanah yang licin. Di pos 1 kami beristirahat sejenak menikmati teh hangat yang dijual oleh seorang kakek disana. Oiya. Just fyi, disepanjang jalur pendakian Cetho tidak ada warung yang menjual beragam keperluan pendaki. Warung terdapat di Hargo Dalem, dan di jalur pendakian Cemoro Kandang warung hanya ditemui di pos 1.
Pukul 5 sore kami baru sampai di basecamp Cemoro Kandang. It means… kami kesorean!!! sudah tidak ada lagi angkutan umum ke Tawangmangu. Jyahaha gokiel banget sih ini -_- namanya juga pecinta kemping~ kemping lagi nih di Lawu? wkwk..
Ketimbang bersedih hati, saya memilih untuk segera mandi biar wangi~ Membersihkan diri dari tanah-tanah yang menempel di badan hasil dari beberapa kali kepleset waktu turun tadi. Tidak ada kata tidak terpeleset setiap kali turun gunung -_-
Kamipun segera memasak karena perut yang sudah kelaparan. Sembari bermain kartu dan menyeruput kopi kami mecoba untuk menikmati malam itu. Selesai makan saya memilih untuk masuk ke dalam hammock yang kami bawa dari Jogja. Lalu memutar lagu-lagu kesukaan dan memandangi indahnya bintang-bintang yang bertaburan di langit. Hmmmm…. Syahduuuu… Entah mengapa, di dalam hati ini ada rasa ingin untuk mengulang kembali perjalanan kali ini. Lawu via Cetho punya ruang tersendiri di hati J Aahh, sepertinya bukan Cuma Lawu ajaaa… Setiap perjalanan memang selalu menghasilkan kenangan yang sulit untuk dilupakan~
           Disela keasyikan bermain bridge, sekitar pukul 9 malam ada satu rombongan pendaki yang baru saja turun di basecamp. Ternyata mereka berasal dari Solo dan membawa kendaraan pribadi. Akhirnya kami menumpang mobil mereka untuk sampai di Solo. Alhamdulillaaahhhh :”) Terimakasih banyak untuk mas Risa Sugiyanto dan teman-teman yang sudah membantu kami untuk sampai di Oslo :) Sukses terus yaah!! :D
           Karena hari yang sudah malam dan tempat penitipan motor di Lempuyangan yang sudah tutup, sesampainya di Solo kami menginap di rumah kerabat teman-teman pendakian saya ini sebelum keesokan harinya pulang ke Jogja.
           Senin, 2 Oktober 2017
           Pukul tujuh pagi, saya, Adzkia, dan Bang Genta berangkat menuju Terminal Tirtonadi. Kami pulang ke Jogcaja menunggangi Bus Suharno dengan ongkos 15 ribu rupiah perorang. Sedangkan Bang Amal dan Bang Rafly masih menunggu di Oslo untuk kembali pulang ke Jakarta menggunakan kereta api lewat Stasiun Solo Jebres di sore harinya.
Melakukan pendakian dengan mengendarai angkutan umum memberi satu nilai keasyikan tersendiri bagi saya. Saya jadi bisa memahami tentang budaya yang ada di daerah yang saya kunjungi dan mengetahui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan secara lebih dekat. Aaah, semoga suatu saat nanti saya bisa merasakan kembali sensasi melakukan pendakian menggunakan sarana transportasi umum! :D
Selesaaiiii~
0 notes
hptografiid · 4 years
Photo
Tumblr media
Lestari alam ku., lestari desaku Foto jepretan dari @jawa.dwip4 yg terpilih dalam featured of the day 👊 Terima kasih ya sudah menggunakan hastag #hptografi . . Lok BrakSeng _ Malang 📷 Huawei mate 10 Follow aja dulu @hptografi Dan setor dengan Tag serta Mention, gunakan #hptografi atau kirim via Email dengan menyertakan username instagram kamu, caption dan type device. Submit/Partisipasi/Setor foto via Website, kunjungi https://jurnal.hptografi.id/ Buat yg belum terpilih, jangan bersedih. Masih ada hari lain. Tetap semangat dan tetap berkarya bersama @hptografi 😉 https://www.instagram.com/p/B-S7eTen8-J/?igshid=uj5fb0w56ypv
0 notes
hptografi · 4 years
Photo
Tumblr media
Lestari alam ku., lestari desaku Foto jepretan dari @jawa.dwip4 yg terpilih dalam featured of the day 👊 Terima kasih ya sudah menggunakan hastag #hptografi . . Lok BrakSeng _ Malang 📷 Huawei mate 10 Follow aja dulu @hptografi Dan setor dengan Tag serta Mention, gunakan #hptografi atau kirim via Email dengan menyertakan username instagram kamu, caption dan type device. Submit/Partisipasi/Setor foto via Website, kunjungi https://jurnal.hptografi.id/ Buat yg belum terpilih, jangan bersedih. Masih ada hari lain. Tetap semangat dan tetap berkarya bersama @hptografi 😉 https://www.instagram.com/p/B-S7eTen8-J/?igshid=bta0lmp1zl3h
0 notes