Tumgik
#bukan jodoh
fools-nebula · 2 months
Text
Tumblr media
He's the constant thing in the depth of my mind that has been rooted way too deep and I do not think I'm able to uproot him. He's there and he's staying.
He's probably thriving with every tears that had fallen from our eyes :')
<TFW you have class tomorrow but he's been plaguing your mind 24/7>
Tumblr media
(The base)
93 notes · View notes
andromedanisa · 3 months
Text
Komitmen Hingga Akhir..
Dikala teman-temanku menikah muda. aku yang saat itu masih berjibaku dengan banyak hal. Saat itu aku berusia 26 tahun. aku bertanya kepada Bapak, "Pak, kalau tahun ini aku belum bertemu jodohnya bagaimana?"
Bapak menjawab, "ya nggak apa-apa. kamu tetap anak Bapak. mau bagaimana pun, takdir Allaah tidak bisa dipaksa. yang terpenting tetap jaga diri."
jadi kala aku menemukan tulisan teman-teman yang sedang khawatir menunggu jodohnya, atau mendengar pertanyaan "kapan menikah?".
maka nasihatku, ya nggak apa-apa, hidupmu tetap akan terus berjalan sekalipun saat ini kamu belum menikah. peranmu tak akan menjadi kecil meski kamu belum juga menikah. dan jangan pernah merasa kerdil dengan apapun bila saat ini kau belum juga menikah sementara teman-temanmu sudah jauh lebih dulu menikah dan memiliki buah hati.
Selesaikan apa-apa yang memang harus diselesaikan selama masa proses itu. Perbaiki apa-apa yang memang bisa diperbaiki meski itu dengan langkah kecil sekalipun.
Barangkali ada sesuatu yang ditunda dan diganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Dan hal-hal baik tetap akan datang meski kamu belum menemukan seseorang yang menjadi pasangan hidupmu. yang terpenting bukan seberapa cepat kamu menikah, namun seberapa kuat komitmenmu untuk terus menjaga diri dengan baik sampai nanti tiba waktunya kau menikah.
Jangan malu jika dalam masa penantian mu saat ini masih memperbaiki diri, memantaskan diri, dan menjaga diri dengan sebaik-baik penjagaan meski aku tahu itu tidak mudah diera gempuran tawaran dunia saat ini.
Jangan malu bila nanti kamu bertemu seseorang diusia yang lebih matang. Sebab seseorang yang menjaga dirinya dengan baik adalah salah satu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh yang setara. Setara dalam hal apa? Setara dalam hal apapun.
Dan menjaga diri adalah salah satu upaya mu untuk taat pada perintahNya. Semua ada waktunya masing-masing. Maka besarkanlah selalu harapmu kepadaNya.
Allaah tahu sangat tahu berapa banyak airmata yang kamu sembunyikan, doa-doa yang telah kau pintakan, dan lamanya sujud yang telah kau upayakan. Allaah tahu itu. Maka jangan pernah kau mengecilkan harapanmu kepada Allaah. Jangan pernah pula mengkerdilkan dirimu sendiri atas penilaian orang lain kepadamu.
236 notes · View notes
kang-islah · 4 months
Text
Menjaganya
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Sedangkan kita tidak tahu siapa dia, yang mungkin entah berantah belum kenal sama sekali orangnya, atau juga mungkin ternyata orang itu ada disekitar kita — orang yang telah lama mengenal kita. Jangan-jangan, orang yang akan kita cintai nanti bukan orang yang baik, yang tidak bisa menjaga ucapannya, yang senang berkhianat, yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa menjaga pasangannya? Sedangkan diri sendiri saja tidak ia jaga.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Disuatu sisi kita berusaha mati-matian untuk menjaga diri dan hati, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, menjaga pemahaman baik yang kita pegang teguh, juga menjaga amalan-amalan rutin yang Nabi Muhammad ajarkan. Jangan-jangan, seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti malah asyik main perempuan, yang asyik berjudi, yang enggan shalat, yang tidak mengaji, yang tidak patuh pada orang tuanya. Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa menjaga kita? Sedangkan, ketaatan pada agamanya tidak Ia jaga. Bagaimana mungkin bisa bersamanya ke surga, sedangkan amalannya malah lebih dekat ke neraka.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Saat ini kita selalu berusaha untuk menghindari dari hubungan-hubungan yang tidak baik. Menjaga pandangan dan perkataan, menjaga aurat dan perasaan. Jangan-jangan yang menjadi jodoh kita malah menjalin hubungan yang tidak semestinya, yang pacaran, yang senang berzina, yang mengobral kata-kata cinta kepada sesorang yang bukan siapa-siapanya, yang senang jalan-jalan berduaan tanpa ada malunya, yang telponan dan chat yang tiada hentinya. Bagaimana mana mungkin orang seperti itu bisa menjaga hati kita? Sedangkan, sebelum halal saja sudah berani macam-macam. Walaupun sudah menikah nanti, sangat potensial untuk mengulangi hal yang sama dengan orang lain tanpa sepengetahuan kita.
Dunia selalu memberikan gambaran yang berbeda dari anganku, dari harapanku, dari agama yang diyakiniku. Aku takut dengan semuanya. Takut akan pengkhianatan, takut tidak bertanggung jawab, dan takut akan orang-orang yang tidak berlaku baik dalam hidupku nantinya.
Bagaimana cara menjaga seseorang yang akan menjadi pasangan kita nanti? Dan kini, aku lebih memilih dengan cara mendoakannya, tidak lelah dan tiada henti menjaga diri dan hati. Sebab Allah-lah yang berjanji.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). (QS. An-Nur :26)
Dengan ayat ini, semoga kekhawatiranku mereda. Aamiin.
Kang Islah I Ditulis Tahun 2019
164 notes · View notes
yunusaziz · 8 months
Text
Kriteria Ideal?
Bahwa berharap mendapat pasangan dengan kriteria seideal dan setinggi mungkin adalah hak setiap orang. Tetapi satu hal yang tidak boleh kita lupa, bahwa menikahi seseorang tidak berbicara hanya tentang 'menikmati nilai' yang kita peroleh dari pasangan kita semata. Melainkan menikah adalah sebuah proses membangun nilai bersama yang terus berkesinambungan dalam mencapai visi pernikahan.
Jadi bukan hanya proses menikmati nilai saja, melainkan menciptakan, menjalankan, menginternalisasikan, dan mengevaluasi nilai secara bersama di dalam bahtera rumah tangga yang muara akhirnya adalah tercapainya visi membangun rumah tangga.
Sebab betapapun sisi kelebihan dari pasangan kita, pasti tetap akan memiliki celah yang tidak pernah luput dari setiap insan bernyawa. Ketika sejak awal kita sudah membangun barier ekspektasi yang terlampau tinggi, spek langit, maka kecewa adalah karib yang tidak dapat dipisahkan. Masalahnya, seberapa siap?
Maka dari itu, alih-alih membangun barier yang jatuhnya terkesan muluk-muluk dalam menentukan apa yang harus ada pada calon pasanganmu, coba untuk juga siapkan diri menjadi calon pasangan yang memiliki value, dan siap menerima segala kelebihan dan kekurangan dari jodoh yang telah Allah pilihkan, dalam upaya menjemput visi pernikahan itu sendiri.
Sikap pertengahan ini yang coba kita bangun. Meminimalisir adanya rasa kecewa ketika harapan tidak berpihak sebagaimana realita, dan meneguhkan diri bahwa harus mampu menjadi insan yang adaptif pada pelbagai soal kehidupan.
224 notes · View notes
hellopersimmonpie · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
Baca twitnya teh @urfa-qurrota-ainy dan berasa ada yang memahami isi otak gue selama ini. Buat perempuan, memilih suami itu artinya memilih bagaimana kelangsungan hidupnya nanti.
Apakah ia bisa tetap menjaga kebaikan-kebaikan yang sudah disemai? Atau justeru malah memberatkan?
Sudah lama banget berpikir bahwa pernikahan itu bukan perkara cinta. Di usia segini, gue tuh udah cukup realistis sampai level udah suka sama orang aja masih mikir apakah worth buat melanjutkan masa depan sama dia?
Pada akhirnya kita tuh pasti ingin kehidupan yang baik dan tenteram di dunia sekaligus mempersiapkan akhirat.
Makanya setiap ada omongan aneh-aneh tentang usia segini masih lajang, tidak ada balasan yang lebih baik selain:
"Mohon doa biar dapet jodoh yang baik di dunia dan akhirat"
499 notes · View notes
aksarahumaira · 2 months
Text
Bagaimana Kalau Jodoh Itu...
Tumblr media
Bagaimana kalau jodoh itu bernama ajal? Bagaimana kalau Allah takdirkan lebih dulu berpulang ke kampung akhirat, bukanlah bertemu pasangan di dunia? Aku bertanya-tanya, bagaimana jika ia datang lebih cepat?
Bagaimana kalau perbekalan ini belum lah cukup? Bekal yang begitu sedikit ini, apakah Allah mampukan mengundang rahmat dan ridhoNya untuk jadi salah satu penghuni surga-Nya? Dosa yang menggunung.. Amanah yang belum tertunaikan.. Permohonan maaf yang belum terucap.. Mungkin juga, cita-cita yang harus dibiarkan diam dalam angan.
Sebelum 'jodoh' itu datang, semogalah kita memastikan kondisi terbaik, entah amalan ataukah keimanan. Semasa ia belum datang, semoga Allah mampukan kita jadi sebaik-baik hamba dengan sebaik-baik amalan. Hingga bertemu denganNya jadi pertemuan yang membahagiakan.
Bagaimana kalau jodoh itu... adalah pertemuan dengan Nya?
_________
Tulisan ini, mungkin mengganti Ramadhan Day 9, ditulis ketika rasanya sedih sekali beberapa hari ini tidak bisa memaksimalkan interaksi dengan Quran karena sakit. Sepele sekali, radang. Tapi membuat nikmat mengejar ibadah di bulan Ramadhan terasa tercabut begitu saja. Ternyata memang, kesehatan sekecil apapun harus dilingkupi penuh rasa syukur.
Menulis tentang "ajal", tentunya membuat terasa takut bagi seorang hamba yang penuh akan dosa. Topik yang seringnya kita hindari, termasuk saya. Tapi bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling sering mengingat kematian? :')
Semoga Ramadhan ini, bukan hanya bertambah pahala, tapi bertambah juga keimanan-keimanan di hati kita.
Depok, 21 Maret 2024, 1.30 dini hari.
84 notes · View notes
taufikaulia · 3 months
Note
Bagaimana ikhtiar yang baik untuk mendapatkan jodoh terbaik?
1. Jadilah pribadi yang baik dan baik agamanya
2. Bergaullah di komunitas yang memang banyak ada di dalamnya orang dengan kriteria ‘baik’ yang kamu cari. Misalnya, jangan cari orang saleh di dalam diskotik.
3. Terimalah orang yang sudah baik pribadinya dan sudah baik agamanya, bukan yang cuma ingin jadi baik. Karena kalau sudah nikah dan ternyata dia gak komit untuk saling berubah lebih baik, PR banget jadinya.
83 notes · View notes
sepertibumi · 1 year
Text
[NASEHAT IBUK]
Tumblr media
"Buk, gimana dulu caranya Ibuk yakin kalo Ayah emang jodoh Ibuk? Apa karena udah ada rasa cocok dari awal?"
Dan obrolan panjang pun dimulai.
"Mbak, ga ada cocok yang benar-benar cocok. Cocok itu diusahakan. Kalau kamu punya 5 kriteria dan ternyata pasanganmu hanya memenuhi 3/5, dua sisanya brarti harus kamu tolerir. Inget, ga ada yang sempurna. Ga ada yang benar-benar 100%. Karena pernikahan itu isinya tentang penerimaan dan saling melengkapi."
"Kita sama-sama belajar dari awal, sama-sama terus berusaha untuk mengenal. Menerima dia berarti juga menerima segala kurang dan lebihnya. Kita ga bisa milih untuk ambil lebihnya aja."
"Nanti kamu akan hidup dengan segala sifatnya. Semuanya akan terlihat setelah pernikahan. Mungkin akan ada satu sifat buruk yang kamu ga suka dan itu akan terus berulang dan berulang kali terjadi. Disitulah nanti sabarmu akan diuji. Pesan ibuk, sepahit apapun, hadapi."
"Apapun masalahnya, seberat apapun ujian di depan nanti, usahakan untuk tetap menjaganya rapat-rapat. Tahan untuk menceritakannya kepada siapapun, sekalipun ke Ibuk. Karena kamu anak Ibuk dan Ibuk pasti akan bela kamu. Padahal Ibuk ga tau apakah benar kamu yang salah atau bukan."
"Telan semuanya berdua. Susahnya, senangnya. Jangan pernah libatkan orang lain. Karena jawabannya pasti kembali ke kalian berdua."
"Buk, apa Ibuk yakin aku bakal nemuin orang yang tepat?"
"Ibuk selalu yakin bahwa kamu akan mendapatkan orang yang baik, yang kamu ridhoi agamanya, yang sesuai dengan keinginan dan doa-doamu."
Sisanya hening dengan aamiin kencang yang riuh dalam hati. Dan berakhilah sedikit obrolan Ibuk dan putri kecilnya yang mulai beranjak dewasa.
227 notes · View notes
sekadarnyasaja · 2 months
Text
Mungkin Belum Waktunya
prompt 6. pernahkah dalam hidupmu terjadi sesuatu yang semula kamu pikir tak mungkin?
Pasti pernah dan lumayan sering. Tapi, kalau yang langsung keinget pas baca pertanyaan ini kayaknya kejadian waktu dapet tawaran pekerjaan yang sekarang.
Btw, saya kerja sebagai supporting staff salah satu unit di sebuah kampus. Sebelum wisuda tahun kemarin, seorang teman menawarkan pekerjaan tsb ke saya. Saya diminta untuk menggantikannya karena dia ingin mencari pekerjaan lain + kosnya udah habis. Padahal, saya tuh bukanlah kandidat yang berpeluang buat ditawarin karena satu dan lain hal–ternyata saya jadi rekomendasi temen saya yang lain karena dia nggak bisa menerima tawaran alias jadi second option. Saya udah seneng dan mau nih karena mikirnya barangkali bisa saya maksimalkan sampai saya tercerahkan dengan apa yang akan saya lakukan ke depan.
Tapi, pas dia pamitan sama kepala bagian yang ngurusin supporting staff, bapak tersebut bilang kalau dia nggak perlu cari pengganti. Akhirnya, saya nggak jadi deh buat menggantikan. Kecewa sih pasti yaa karena udah kepikiran bakal begini dan begitu. Cuma yaa mau gimana, harus diterima kan? Definisi bukan jodoh dan belum rezeki. Jadilah saya melanjutkan hari-hari dengan kesibukan seperti biasa, yaitu mengajar murid-murid saya.
Beberapa waktu kemudian pas diri udah ikhlas dengan tawaran itu, tiba-tiba di siang bolong saya dapet lagi tawaran yang sama dari orang yang berbeda karena salah satu teman yang lain keterima kerja di Tangerang. Masyaallah. Benar-benar waktu itu tuh saya nggak kepikiran lagi bakal secepat itu dikasihnya. Saya juga nggak kepikiran bakal ditawarin lagi karena beberapa faktor. Menurut saya ini adalah salah satu hal yang bisa jadi jawaban dan memorable karena berkesan.
Kesempatan itu datang di waktu yang tepat dengan cara yang paling baik. Mungkin kalau bukan sekarang, bisa jadi besok atau kapan-kapan. Mungkin kalau bukan sekarang pasti itu yang terbaik. Manusia boleh berencana, tapi Allah yang menentukan sebaik-baik perencanaan. Selalu ingat dengan nasihat paling baik yang ada di Al-Qur'an.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah:216)
P.s. ditulis di waktu-waktu terakhir menjelang pergantian hari pas kebangun karena ketiduran. Alhamdulilah masih sempat menulis di hari yang seharusnya.
Mbak Mut @prawitamutia sesekali mau ikutan mention hihihi. Alhamdulillah terhitung sampai hari ini terpantau masih istiqomah mbak, semoga bisa sampai akhir yaa :))
33 notes · View notes
dinisuciyanti · 2 months
Text
Membuat menangis
Dalam sebuah percakapan siang bolong dengan para mba2 30-an, aku menyimpulkan, setidaknya kami, pernah membuat orangtua menangis. Bukan menangis bahagia, tapi menangis karna adu argumen atau "cekcok" perkara jodoh, atau menangis karna anaknya kabur menenangkan diri dari desakan beliau-beliau ini.
Apa kami menjadi durhaka karna membuat orangtua menangis? Pernah membaca sekilas, bahwa istilah durhaka hanya disematkan pada anak, sementara tidak ada orangtua durhaka kepada anaknya. Berulang kali desakan-cacian-adu mulut yang terasa menyakitkan dari orangtua, tidak kah itu termasuk dalam "kesalahan" kepada anak?
20 Maret 2024
36 notes · View notes
colorious · 17 days
Text
menurunkan ego
"menurut mbak, kamu tuh sekarang bukan sedang diuji dalam hal keuangan atau ekonomi melainkan dalam hal menurunkan ego. menurunkan ego untuk mau menerima bantuan orang lain atau meminta bantuan orang lain. dan, itu gakpapa. itu gak akan sedikit pun mengurangi ✨kecemerlangan✨ kamu.
bisa jadi Allah kasih ujian itu sekarang untuk menyiapkan kamu ketika nanti berumah tangga. terutama bagi perempuan yang terbiasa apa-apa sendiri, pernah bekerja dan punya penghasilan sendiri. lebih gak mudah nanti, makanya Allah nyiapin kamu sekarang.
siapa tau jodoh yang disiapin Allah nanti, yang emang suka bantu-bantu, suka dimintain ini itu sama istri, suka ngemanjain, antar jemput kesana kemari kayak princess. itu gak mudah lho apalagi buat perempuan kayak kita yang terbiasa mandiri yang kalo mau pergi tinggal ngacir aja wkwkwk.
sekarang banyak kasus perceraian itu kira-kira karena apa? karena suami gak menjadi sosok qawwam atau gak dianggap sebagai qawwam oleh istrinya atau bagi keluarganya. dan, biasanya itu berawal dari sulitnya menurunkan ego masing-masing.
bismillaah, ya. pelan-pelan insha Allah bisa. pelan-pelan aja dulu, mulai dari (circle) sini. belajar untuk menerima bantuan dari orang lain. itu gak "hina" dan "rendah" sama sekali. justru, yang mau ngebantu malah seneng banget bisa membantu.
dan, dengan kita tahu rasanya (jadi yang) menerima, kita akan lebih bersemangat untuk memberi dan lebih menghargai yang menerima. bismillaah, insha Allah, kamu bisa. :)"
—mbak S, kemarin.
27 notes · View notes
andromedanisa · 9 months
Text
Ujian itu bernama, keyakinan..
Jika Allaah sudah berkehendak, dibelahan bumi yang jauh sekalipun. Jika memang takdirnya bertemu dan bersatu, maka mereka akan bertemu dan bersatu dalam kebaikan.
Sebab jika memang jodoh, Allaah akan menggerakkan kedua hati seseorang, bukan hanya salah satu diantaranya.
Pagi ini berjalan-jalan santai dengan ibu, ketika perjalan menuju pulang kerumah. Kami berdua mampir disalah satu teman dekat ibu yang sudah sepuh. Tahun ini memasuki usia 79 tahun, Masya Allaah sepuh sekali. Namun ingatan dan cara bicara beliau ini masih Masya Allaah baik sekali.
Dalam pertemuan kami, banyak sekali hal yang dibicarakan, dan banyak sekali hikmah yang saya dapatkan. Perihal takdir dan kehendak Allaah kepada hamba-hambaNya.
"mohon doanya ya, Bu. Mb Nisa ini sudah empat tahun menikah namun belum Allaah karuniai keturunan. Dua kali keguguran, semoga Allaah beri ganti dengan yang lebih baik lagi." Ucap ibuku kepada teman ibu yang sepuh itu.
"Qadarullaah, ya mb Nisa. Nggak apa-apa, Insya Allaah, baik. Yang penting kita sebagai manusia harus yakin, bahwa Allaah memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin terlihat sedikit lama, tapi percayalah pasti ada kebaikan yang sudah Allaah siapkan nantinya. Karena jika Allaah sudah berkehendak, sekalipun jauh dan nggak mungkin untuk ukuran manusia, hal itu akan terwujud diwaktu yang tepat." Ucap teman ibu dengan mata yang begitu berbinar sambil menatapku.
"Anak perempuan saya yang keempat mbak, dia paling sukses diantara ketiga kakaknya yang laki-laki. Menikah diusia 33 tahun sempat membuat saya dan suami khawatir sebagai orangtua. Perempuan usia segitu sudah waktunya menikah.
Berkali-kali gagal proses ta'aruf sebab dinilai kurang cantik, tak menyurutkan keyakinannya, bahwa takdir Allaah tidak pernah salah. Kalau dihitung-hitung mungkin sekitar lima belas kali gagal saat proses nadzor, mbak.
Singkat cerita, waktu aku ke rumah Malang, saya itu sakit. Dan pergilah berobat ke dokter. Saat itu saya diantar suami dan yang berjaga dokter laki-laki. Ketika diperiksa kami banyak ngobrol tapi saya nggak pernah bilang kalau saya punya anak perempuan yang belum menikah. Intinya, saya diminta untuk kontrol lagi satu minggu jika dirasa masih ada keluhan.
Satu Minggu saya ndak kontrol, karena saya harus balik ke Surabaya esok harinya. Ternyata malam harinya waktu saya dan suami silaturahmi ke rumah kerabat yang lain. Dokter tersebut telpon kerumah saya yang di Malang, nah yang nerima telpon itu anak perempuan saya.
Sampai rumah, anak perempuan saya bilang, "Bu, tadi ada telepon dari dokter A temen ibu katanya. Minta tolong ibu telpon balik, ini nomernya." Anak saya ngasih nomer yang sudah dia catat tadi waktu tadi mereka ngobrol.
Lalu, cepat-cepat saya hubungi dokter tersebut dan bilang kalau mungkin saya nggak bisa balik kontrol pekan depannya. Ketika saya telepon, dokter tersebut malah minta izin mau datang kerumah mau nadzor anak perempuan saya katanya. Saya masih kaget, langsung mengiyakan saja tanpa sempat bertanya kepada suami. Dan benar, keesokan harinya dokter tersebut dateng kerumah mbak, dan bilang kalau dia ini seorang dokter, duda punya anak satu, istrinya sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Dan kedatangannya disini mau nadzor anak perempuan ibu buat menjadi calon istrinya.
Ditemuin sama Bapak diajak ngobrol panjang lebar dari jam 8 sampai jam 4 sore. Setelah sholat Dzuhur, suami saya bertanya ke anak perempuan saya tentang dokter laki-laki ini dan tentang niat baiknya ini. Siapa yang menyangka mbak Nisa. Anak saya yang sebelumnya nggak pernah pacaran ini, selalu menjaga diri, nggak pernah saya tahu dekat dengan siapa, suka sama siapa, nggak panik dengan usianya yang belum menikah yang penting baginya adalah belajar tentang persiapan pernikahan. Allaah gerakkan hatinya mau untuk proses dengan dokter tersebut. Setelah mereka nadzor dan banyak berbincang. Mereka berdua sepakat untuk lanjut ketahap berikutnya. Dan akhirnya mereka menikah, dikaruniai tiga orang anak.
Anak perempuan saya ini mbak, Masya Allaah sekali. Dia mungkin memang tidak cantik seperti perempuan pada umumnya, tapi hatinya sungguh cantik. Terkadang saya sebagai orangtuanya sampai mikir, ya Allaah apa bisa anakku ini menikah meski parasnya tidak cantik. Namun Allaah menjawab keragu-raguan saya. Allaah datangkan seseorang yang tampan, berbudi baik, bertanggung jawab dan menerimanya apa adanya. Kadang suka nggak nyangka aja dengan kisah perjalanan anak perempuanku ini mbak, namun sekali lagi sayapun takjub dengan kuasa Allaah. Sekalipun mustahil untuk ukuran manusia, tidak ada yang mustahil untuk Allaah. Jika memang jodoh, akan ada jalannya. Jika memang sudah Allaah kehendaki, akan terwujud sebagaimana sukarnya dalam proses itu.
Anak perempuan saya, selalu bilang gini ke saya, "Bu, tidak ada yang sulit bagi Allaah jika Allaah sudah menghendaki. Yakin saja sama Allaah, sebab Allaah sudah menjamin semuanya dengan ukuran kita sebagai manusia. Insya Allaah, keyakinanmu pada Allaah nggak bergeser dengan apapun Bu. Sekalipun usiaku untuk menikah nanti mungkin sudah tidak muda lagi."
Saya selalu membesarkan hati orang-orang yang sedang menunggu apapun itu dengan kisah ini mbak, bahwasanya Allaah Maha Mendengar doa para hambanya yang berdoa dengan penuh keyakinan kepadaNya. Tidak akan tertolak sebuah doa, sebab Allaah mengabulkan semua pinta hambaNya. Saya dulu sampai hampir putus asa, saya sampai mikir bagaimana kalau saya meninggal sementara anak saya masih belum juga menikah. Namun keyakinan saya hanya satu, bahwasanya Allaah tak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan saya. Ketika saya diuji sebuah penantian tentang jodoh anak saya. Maka Allaah sudah menyiapkan balasan terbaik setelahnya.
Takjub sekali rasanya mendengar kisah yang penuh hikmah ini. Amalan apa yang dia lakukan sehingga kebaikan itu datang kepadanya dengan banyak kebaikan yang tak terduga-duga. Perihal keyakinan penuh kepada Allaah. Bahwa hanya karena sedikit terlambat, bukan berarti tidak pernah sampai. Semua penantian akan sampai diwaktu yang tepat menurut Allaah.
Before we question Allah timing, we must ask the more important question: am I ready to receive the answer to my prayer?
395 notes · View notes
careerclass · 8 months
Text
Jodoh
Hari ini aku melihat rekan-rekanku menikah... 'dijodohkan oleh career class'
entah satu kegiatan ataupun satu group chat bersama.. ada yang lewat jalur negeri maupun beberapa swasta..
Apakah aku iri ? TENTU SAJA...
aku merasa sungguh aktif tapi kenapa mereka lebih dulu bertemu ? apakah ini bukan waktuku ? Lalu kapan.. pertanyaan yang belum bisa kujawab sampai sekarang
tapi hidup harus terus berlanjut, aku menerima bahwa sekarang belum waktuku dan akan kulakukan yang kumampu sembari menunggu..
Sampai ketemu di Career Class berikutnya..
Dari aku yang berjuang mencari dia dan jati diriku yang sesungguhnya...
66 notes · View notes
yunusaziz · 1 month
Text
Tumblr media
Opini Tidak Populer : Tren Jawaban Savage!
Mungkin ada yang nggak sepakat, tapi izinkan saya berbagi insight✌🏻
Kadang saya bertanya, mulanya darimana pertanyaan-pertanyaan seperti “Kapan menikah?”, “Sekarang kerja dimana?”, dsj. yang dulu menjadi prolog keramah-tamahan seolah menjadi pertanyaan yang sifatnya seolah intimidatif? Sehingga mengharuskan jawaban savage agar penanya mati kutu, bahkan sampai dibuat malu? Nanya serius 😅✌🏻
Aneh saja rasanya. Saya mewajarkan jika sebagian orang yang melakukan itu akibat mungkin memiliki ‘luka’ di masa lalunya; misal pernah dipermalukan karena status sosial yang ‘kurang’, dianggap remeh karena kelas ekonomi rendah, dsb. Akan tetapi, jangan sampai hal yang demikian ini kemudian digeneralisir ke semua orang.
Kenapa? Karena kita tidak sepenuhnya tahu, mengerti motif di balik sebuah pertanyaan. Bisa jadi pertanyaan itu sebatas prolog basa-basi, tujuannya untuk mencairkan suasana, atau bertegur sapa karena sudah lama tak jumpa, ataupun bahkan bentuk ‘kepedulian’ yang ingin diberikan; mencarikan jodoh, atau tawaran kerja? Who knows? Pun halnya jawaban apapun dari kita, mereka sesaat akan lupa.
Saya sendiri setelah memahami dan menerapkan betul konsep bahwa “Kita tidak bisa mengendalikan ‘apapun’ dari orang lain” menjadi lebih tenang dalam menyikapi hal demikian ini. Jika pertanyaan itu bisa dijawab ya upayakan jawab, kalau misal tidak dalam arti ketidaktahuan dan ketidaknyamanan, sampaikan tidak tahu, atau cukup diam dan senyum. Jika perlu, sampaikan "Do'akan saja yang terbaik.
Menurut saya, jika tren ini kemudian dijadikan kebiasaan, kita kemudian menyikapi semua pertanyaan dari orang-orang dengan sikap yang seperti itu, malah justru tidak baik untuk diri kita kedepannya. Relasi menjadi mentok, menjadi garing diranah sosial, kita jadi parnoan dengan pertanyaan-pertanyaan, dsb.
Mungkin di sisi lain ini juga pentingnya kita senantiasa mendahulukan prasangka baik kepada siapapun. Jika hati sudah dikondisikan baik, semua hal dari tubuh kita akan baik pula, sehingga kalaupun pada akhirnya pertanyaan itu betul intimadatif, pikiran jadi lebih dewasa dan bijak dalam merespon.
Ini hanya opini saja ya, bukan bermaksud mengeneralisir keadaan juga, mungkin orang punya alasan tersendiri juga, atau ada penjelasan dari aspek psikologis tentang hal ini. Sekali lagi hanya opini, sekalian mumpung longgar dan mau mengurai pikiran, kayaknya udah lama nggak nulis, udah numpuk di kepala 😂.
Dah ya, selamat hari Senin para pencari cuan~ 💰
68 notes · View notes
kayyishwr · 1 month
Note
Mas, ak mau tanya nih. Semisal kita jatuh cinta sama akhwat yg paham agama dlm diam tp belom mampu buat gerak menikahinya, lebih baik cuek sama dia atau tetep friendly? Sebenere ak jg pengen banyak diskusi tapi ak jg pengen nge-jaga dia. Tp senyumnya selalu menghantuiku mas. Thx mas mohon nasihatnya
Lebih baik dipersiapkan dua hal; hal-hal yg diperlukan untuk segera maju menyatakan lamaran, yg kedua siap-siap untuk merelakan jika memang dia bukan jodoh kita
Pada laki-laki, ada kelonggaran untuk memilih, tapi ada konsekuensi untuk ditolak
Pada perempuan, ada kelonggaran untuk menentukan siapa yg akan dipilih, tapi ada konsekuensi untuk 'terlalu lama' menunggu
Tapi klo perempuan yg menyatakan gmn? Ya sama konsekuensi ditolak juga ada
Begitu mungkin😁
Mohon maaf lahir batin temen temen tumblr, mohon didoakan pemilik akun ini supaya bisa lebih baik ke depannya yak, dan mohon dimaafkan jika banyak ketikan yg kurang pas😇
21 notes · View notes
herricahyadi · 4 days
Note
Kak coba tolong beri nasihat pernikahan untuk yang segera menikah!
Saya tidak bisa beri nasihat pernikahan untuk yang segera menikah, karena saya bukan ahli agama juga belum ada pengalaman untuk itu.
Tapi, kalau saran secara umum mungkin saya bisa kasih dan ini untuk siapapun yang membaca termasuk saya.
Bahwa kita tahu jodoh kita adalah cerminan diri kita sendiri. Karena yang baik hanya akan dengan yang baik. Jangan berfokus pada "mencari yang baik". Tapi fokuslah "menjadi yang baik". Karena seringkali kita hanya fokus mencari orang lain, tapi melupakan diri sendiri. Padahal, kalau kita baik, hanya orang baik yang akan jadi jodoh kita. Semakin baik kita, semakin mencerminkan jodoh kita kelak.
Ini juga berlaku sesudah menikah, bahwa kita tetap harus memperbaiki diri. Karena baik itu bentuknya gradatif: dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Sebab itu kenapa pernikahan itu disebut "ibadah terpanjang" karena menjadi baik itu juga usaha sepanjang hayat.
19 notes · View notes